Anda di halaman 1dari 13

Nama : Eva Khafidotu Purnia

NIM : 206060100111029

TUGAS 2 REVIEW PPT

Faktor yang mempengaruhi kekuatan (Factors influencing strength)

Test Conditions (Kondisi Pengujian)

1. Bentuk dan Ukuran Benda Uji (Specimen Shape and Size)


Bentuk dan ukuran benda uji memiliki pengaruh yang sangat besar pada
nilai kuat pada beton. Berdasarkan beberapa teori dan penelitian yang
ada, secara umum didapat bahwa semakin bertambahnya ukuran benda
uji menyebabkan turunnya nilai kuat tekan beton dan memunculkan
variasi nilai hasil pengujian. Inilah yang dinamakan dengan size effect
atau pengaruh ukuran, yang menyatakan bahwa bertambahnya diameter
benda uji mengakibatkan besarnya kekuatan beton semakin berkurang.
Teori tersebut menyatakan bahwa kemungkinan terjadinya faktor
penyebab berkurangnya kekuatan beton seperti bleeding (naiknya air),
segregasi (pemisahan) dan terjadinya cacat pada agregat meningkat pada
saat ukuran benda uji bertambah, mengakibatkan peluang adanya bagian
terlemah dari spesimen meningkat. Sebaliknya untuk benda uji yang lebih
kecil peluang terjadinya cacat atau bagian terlemah berkurang. Selisih
kekuatan atau reduksi yang terjadi akan meningkat saat diuji untuk
kekuatan beton mutu tinggi.
2. Kadar Air Benda Uji (Specimen Moisture Content)
Nilai kadar air sangat penting untuk menentukan jumlah air dalam
perancangan beton. Besarnya nilai kadar air mungkin saja akan
meningkatkan kelecakan sehingga lebih mudah dikerjakan (workability)
namun akan menyebabkan segregasi dan bleeding pada campuran beton.
Jika nilai kadar air rendah namun penyerapannya tinggi maka campuran
akan kaku karena kurangnya jumlah air yang dibutuhkan semen untuk
hidrasi akibat diserap oleh agregat. Oleh karena itu, kondisi agregat harus
SSD saat pencampuran agar tidak terjadi kekurangan maupun kelebihan
air yang memberikan dampak berarti pada campuran.

3. Temperature Benda Uji (Specimen Temperature)


Temperature benda uji sangat mempengaruhi kekuatan pada beton.
Semakin tinggi temperature beton pada saat pengecoran, semakin tinggi
pula pertumbuhan kecepatan kekuatan awal. Tetapi kekuatan jangka
panjang akan semakin rendah. Hal ini disebabkan terjadinya proses
hidrasi awal yang cepat mengakibatkan distribusi hidrat menjadi tidak
seragam dan struktur hidrat menjadi lebih porous dibandingkan dengan
yang terjadi pada temperature normal. Dengan demikian sebaiknya
temperature campuran beton diturunkan apabila pengecoran dilakukan
pada cuaca panas.
Temperature pada saat pembuatan dan pengecoran beton sebaiknya
dibatasi paling tinggi 90F. Untuk mengatasi temperature yang tinggi ini
dapat dikerjakan antara lain sebagai berikut:
a. Dengan menggunakan air dingin di dalam pengecoran.
Pendinginan air dapat dikerjakan dengan memberikan es.
b. Dengan jalan mendinginkan kerikil. Kerikil dapat didinginkan
dengan menyemprot air dingin.
c. Dengan melindungi material dari sinar matahari dengan jalan
memberikan atap.
d. Pengecoran dilakukan pada malam hari.

4. Kondisi Permukaan Bantalan (Bearing Surface Condition)


Pada saat melakukan pengujian beton, harus dipastikan kondisi
permukaannya rata. Hal ini bertujuan agar pada saat dilakukan pengujian,
pendistribusian beban merata pada seluruh permukaan benda uji.
Sehingga, nilai kuat yang dihasilkan akurat.

5. Metode Pembebanan (Methods of Loading)


Metode pembebanan pada beton dapat disesuaikan dalam berbagai
kondisi, jenis beban, maupun kecepatan beban. Skala benda uji di
laboratorium juga mempengaruhi hasil pengujian kekuatan beton.
Faktor yang mempengaruhi kelecakan pada beton (Factors influencing
workability)

Kelecakan pada beton adalah jumlah usaha yang diperlukan untuk


menghasilkan kondisi kepadatan penuh. Usaha tersebut dibutuhkan untuk
mengatasi gesekan internal antar partikel – partikel beton selama pengerjaan.

1. Waktu (Time)
Campuran beton segar cenderung menurun kelecakannya seiring dengan
bertambahnya waktu. Hal ini disebabkan oleh berkurangnya air dalam
campuran karena:
a. Penyerapan oleh agregat
b. Penguapan
c. Tipe semen yang digunakan
d. Suhu beton
2. Material Penyusun (Constituent Material)
Bahan penyusun beton ikut mempengaruhi workabilitas pada beton.
Seperti pengaruh tipe dan gradasi agregat. Partikel-partikel agregat yang
lebih halus umumnya membutuhkan lebih banyak air untuk membasahi
permukaan. Agregat dengan bentuk tak beraturan, tekstur yang kasar dan
bersegi juga lebih banyak membutuhkan air daripada agregat bundar.
3. Ambient Conditions
Dipengaruhi oleh tiga factor. Yaitu, suhu, kecepatan angin dan
kelembapan udara.
 Suhu
Semakin tingginya suhu pada pencampuran beton, maka akan
menurunkan workabilitas pada beton dan menyebabkan
berkurangnya nilai slump pada beton.
 Kelembapan
Kelembapan pada beton memiliki pengaruh pada workabilitas
beton. Semakin tinggi kelembapan, maka semakin tinggi tingkat
workabilitas beton. Apabila suhu turun, maka tingkat workabilitas
beton juga semakin menurun. Sehingga pekerjaan beton semakin
mudah.
 Kecepatan angin
Semakin tinggi nilai kecepatan angin, maka semakin tinggi pula
workabilitas. Apabila kecepatan angin menurun, maka workabilitas
beton juga menurun.
Faktor yang mempengaruhi durabilitas beton (Factors influencing
durability)

Durabilitas beton merupakan ketahanan beton menghadapi serangan-serangan


yang merusak baik fisik ataupun kimiawi. meningkatkan durabilitas beton
menurunkan kemungkinan kerusakan yang terjadi. Faktor yang mempengaruhi
durabilitas beton dibedakan menjadi factor eksternal dan factor internal.

 External Causes

1) Pelapukan (weathering)
 Membeku dan Mencair (freezing and thawing)
Pada daerah dingin, kerusakan dan keretakan beton umumnya
disebabkan oleh proses pembekuan dan pencairan yang terus
berulang-ulang.
 Perubahan temperature (Temperature Variation)
Perbedaan suhu dalam struktur beton dapat disebabkan oleh bagian
dari struktur kehilangan panas hidrasi pada tingkat yang berbeda,
kondisi cuaca yang dingin, panas dari suatu bagian struktur yang
berubah. Perbedaan suhu ini menghasilkan perubahan volume yang
berbeda-beda, yang menyebabkan retak. Perubahan suhu mungkin
disebabkan oleh salah satu pusat beton lebih panas dari bagian luar
karena pembebasan panas selama hidrasi semen atau pendinginan
yang lebih cepat yang relatif antara eksterior ke interior. Kedua
kasus mengakibatkan tegangan tarik pada eksterior dan, jika
kekuatan tarik terlampaui, retak akan terjadi.
 Perubahan Kelembapan (Moisture Variation)
Kelembaban memiliki peran yang sangat penting dalam durabilitas
beton. Semakin tinggi persentase kelembaban maka akan
menyebabkan penurunan durabilitas pada beton, sehingga kuat
tekan beton yang dihasilkan akan semakin rendah.

2) Reaksi kimia (chemical action)


 Garam anorganik (Inorganic Salts)
Garam anorganik menggerogoti kekuatan dan keawetan beton.
Garam anorganik akan bereaksi secara kimiawi dengan semen
segingga mengurangi setting time, kekuatan dini meningkat tetapi
untuk kekuatan akhirnya menurun. Selain reaksi kimia,
kristalisasi garam dalam rongga beton dapat mengakibatkan
kehancuran akibat tekanan kristalisasi tadi. Karena kristalisasi
terjadi pada titik penguapan air, bentuk serangan terjadi di dalam
beton di atas pemukaan air.
 Asam (Acids)
Beton tidak sepenuhnya tahan terhadap serangan asam. Asam, baik
dalam konsentrasi kecil maupun besar, cepat atau lambat akan
mendisintegrasi beton. Senyawa yang paling rentan terhadap
serangan asam adalah Ca(OH)2 dan C-S-H. Seranngan asam ini
akan sangat merusak jika pH di bawah 4.5.
Mekanisme serangan asam terjadi dengan mengubah unsur-unsur
bahan semen yang tidak larut ke dalam air menjadi unsur-unsur
yang larut ke dalam air, sehingga mudah menghilang dari dalam
beton.
3) Wear
 Air (Water)
Air, khususnya air laut menjadi salah satu penyebab dari
menurunnya durabilitas beton di lingkungan pantai maupun lepas
pantai. Berbagai senyawa kimia yang terkandung dalam air laut
maupun organisme laut dapat merusak konstruksi beton. Beberapa
senyawa kimia yang terdapat pada air laut antara lain sulfat, asam,
co2, dan chorida.
 Angin (Wind)
Angin yang mengandung CO2 akan terpenetrasi ke dalam beton,
mengkarbonisasi beton, dan mengurangi alkalinitas beton. Dalam
hal ini, pH (derajat keasaman) dari pori-pori air pada pasta semen
keras akan menurun nilainya dari 13 menjadi 9. Bila Ca(OH)2
terkarbonisasi seluruhnya maka pH akan menurun lagi menjadi
sekitar 8.3. Dalam keadaan pH yang rendah, akan menyebabkan
kerusakan pad lapisan terluar beton.
 Lalu Lintas (Traffic)
Lau lintas dengan nilai beban yang tinggi (beban melebihi
kapasitas rencana) akan menjadi penyebab utama kerusakan beton.
Traffic menyebabkan kerusakan beton berupa keretakan dan
menimbulkan lendutan slab serta mengakibatkan terdesaknya air
beserta butiran-butiran halus subgrade (tanah dasar) yang berada di
bawah slab beton keluar melalui celah-celah sambungan (joint) dan
retakan-retakan atau celah pada pinggir slab beton.
 Internal Causes

1) Alkali – Aggregate Reaction


Reaksi ini timbul terutama jika menemukan agregat yang berasal dari
batuan basa dolomitic.
Reaksi yang timbul:

Terlihat bahwa KOH dan NaOH selaluterbentuk pada akhir reaksi


sehinggamenyebabkan reaksi 1 berulang kembali.Terbentuknya
Mg(OH)2 (brucit) yangmempunyai sifat expansive yang menyebabkan
retak-retak dalam beton.

2) Alkali – Silika Reaction


Reaksi alkali silika merupakan reaksi kimia di dalam beton maupun
mortar antara ion hidroksil (OH-) dari alkali (Na+ dan K+) dari semen,
dan batuan dan mineral tertentu yang mengandung silika yang terdapat
dibeberapa agregat. Reaksi ini dan gel hasil dari reaksi alkali silika dalam
keadaan tertentu dapat menyebabkan ekspansi abnormal dan retakan pada
beton.
Reaksi yang timbul :
- Silica + KOH/NaOH menyebabkan endapan alkali silikat (bentuk
kristalnya tak sempurna, sifat expansive)
- Alkali + air + silica menyebabkan endapan silikat (dalam semen)
reaktive (sifat expansive)
Menurut ASTM ada pembatasankandungan Na2O dalam semen max.
0,6%. Semen yang mempunyai campuran fly ash atau ponzolan bisa
memperkecil peristiwa tersebut.

3) Volume changes
Volume changes (susut) pada beton merupakan perubahan volume beton
ke arah yang lebih kecil akibat mengeringnya beton pada waktu
mengeras. Susut menyebabkan terjadinya retak pada beton. Retak dapat
berbentuk retak rambut atau retak antara 1-2 mm dan biasanya retak ini
dikategorikan retak non-struktural.
Penyebab susut tantara lain:
- Faktor air semen (FAC) terlalu tinggi.
- Pemakaian semen terlalu banyak.
- Modulus kehalusan agregat tidak memenuhi syarat.
- Intensitas pengadukan yang kurang baik.
- Kelembaban udara.
4) Permeability and Absorption
Permeabilitas beton juga dipengaruhi olehdistribusi ukuran butiran
semen atau kehalusan daributiran semen. menggunakan butiran semen
yang lebih kasar mempunyai tingkat porositas yang lebih tinggi
dibandingkan dengan menggunakan ukuranbutiran semen yang lebih
halus. Secara umum bisa dikatakan bahwa beton yang permeabilitas
lebih rendah akan memiliki kuat tekan yang lebih baik dibandingkan
dengan beton dengan permeabilitas yang tinggi.
Keandalan beton terhadap lingkungan yangkedap air ditentukan oleh
tingkat penyerapan air pada permukaan beton yang disebit absorbsi. Nilai
absorbs yang besar pada beton merupakan indikasi beton tersebut
cenderung kurang awet atau memilikidurabilitas yang rendah karena
beton dengan mudah menyerap air dan hal ini menyebabkan degradasi
kekuatan beton. Beton yang tidak kedap air akan menyebabkan porositas.
Peningkatan Kualitas Beton (Improvement in Concrete Quality)

1) Bahan penyusun yang sesuai (Suitable constituent material)

Bahan penyusun beton antara lain adalah semen, pasir, kerikil, batu pecah
dan air. Kualitas bergantung pada bahan-bahan penyusunnya. Semen
merupakan salah satu bahan penyusun yang bersifat sebagai pengikat
agregat pada campuran. Besarnya kuat dipengaruhi beberapa hal antara
lain fas, jenis semen, gradasi agregat, sifat agregat, dan pengerjaan
(pencampuran, pemadatan, dan perawatan), umur beton, serta bahan
kimia tambahan (admixture). Hal lain yang mendasari pemilihan dan
penggunaan sebagai bahan konstruksi adalah faktor efektifitas dan tingkat
efisiensinya. Secara umum bahan pengisis (filler) terbuat dari bahan-
bahan yang mudah diperoleh, mudah diolah (workability) dan
mempunyai keawetan (durability) serta kekuatan (strenght) yang sangat
diperlukan dalam pembangunan suatu konstruksi.

2) Beton Homogen (Homogenous Concrete)


Beton yang baik adalah beton homogen, semua bahan tercampur dengan
baik dan tidak mengalami segregasi ( pemisahan bahan-bahan penyusun).
Untuk memperoleh beton yang homogen, campuran beton harus
proporsional dimana material penyusunnya tidak bisa saling
mengisi/menahan material penyusun yang lain.

3) Finishing permukaan yang bagus (Good surface finishing)


Proses finishing dilakukan untuk memperoleh permukaan beton dengan
efek-efek tertentu sesuai dengan yang diinginkan. Dalam kasus tertentu,
finishing dapat hanya berupa koreksi terhadap cacat permukaan, mengisi
lubang-lubang atau membersihkan permukaan. Apabila tidak dilakukan
finishing dengan baik, maka akan terjadi pengapuran dan retak
permukaan pada beton.

4) Perawatan yang memadai (Adequate curing)


Perawatan (curing) adalah suatu langkah/tindakan untuk memberikan
kesempatan pada semen/beton mengembangkan kekuatannya secara
wajar dan sesempurna mungkin. Untuk tujuan tersebut maka suatu
pekerjaan beton dipadatkan sampai beton dianggap cukup keras.
Kelembaban beton itu harus dijaga agar proses hidrasi semen dapat
terjadi dengan wajar dan berlangsung dengan sempurna. Bila hal ini
tidak dilakukan, akan terjadi beton yang kurang kuat dan juga timbul
retak-retak. Proses curing pada beton memainkan peran penting pada
pengembangan kekuatan dan daya tahan beton. Proses curing ini meliputi
pemeliharaan kelembaban dan kondisi suhu, baik dalam beton maupun
di permukaan beton dalam periode waktu tertentu. Semakin bagus
perawatan beton maka nilai kuat tekan semakin tinggi dan sebaliknya
kalau perawatan beton kurang maka nilai kuat tekan yang dihasilkan akan
berkurang pula.

Anda mungkin juga menyukai