NIM : 206060100111029
1. Waktu (Time)
Campuran beton segar cenderung menurun kelecakannya seiring dengan
bertambahnya waktu. Hal ini disebabkan oleh berkurangnya air dalam
campuran karena:
a. Penyerapan oleh agregat
b. Penguapan
c. Tipe semen yang digunakan
d. Suhu beton
2. Material Penyusun (Constituent Material)
Bahan penyusun beton ikut mempengaruhi workabilitas pada beton.
Seperti pengaruh tipe dan gradasi agregat. Partikel-partikel agregat yang
lebih halus umumnya membutuhkan lebih banyak air untuk membasahi
permukaan. Agregat dengan bentuk tak beraturan, tekstur yang kasar dan
bersegi juga lebih banyak membutuhkan air daripada agregat bundar.
3. Ambient Conditions
Dipengaruhi oleh tiga factor. Yaitu, suhu, kecepatan angin dan
kelembapan udara.
Suhu
Semakin tingginya suhu pada pencampuran beton, maka akan
menurunkan workabilitas pada beton dan menyebabkan
berkurangnya nilai slump pada beton.
Kelembapan
Kelembapan pada beton memiliki pengaruh pada workabilitas
beton. Semakin tinggi kelembapan, maka semakin tinggi tingkat
workabilitas beton. Apabila suhu turun, maka tingkat workabilitas
beton juga semakin menurun. Sehingga pekerjaan beton semakin
mudah.
Kecepatan angin
Semakin tinggi nilai kecepatan angin, maka semakin tinggi pula
workabilitas. Apabila kecepatan angin menurun, maka workabilitas
beton juga menurun.
Faktor yang mempengaruhi durabilitas beton (Factors influencing
durability)
External Causes
1) Pelapukan (weathering)
Membeku dan Mencair (freezing and thawing)
Pada daerah dingin, kerusakan dan keretakan beton umumnya
disebabkan oleh proses pembekuan dan pencairan yang terus
berulang-ulang.
Perubahan temperature (Temperature Variation)
Perbedaan suhu dalam struktur beton dapat disebabkan oleh bagian
dari struktur kehilangan panas hidrasi pada tingkat yang berbeda,
kondisi cuaca yang dingin, panas dari suatu bagian struktur yang
berubah. Perbedaan suhu ini menghasilkan perubahan volume yang
berbeda-beda, yang menyebabkan retak. Perubahan suhu mungkin
disebabkan oleh salah satu pusat beton lebih panas dari bagian luar
karena pembebasan panas selama hidrasi semen atau pendinginan
yang lebih cepat yang relatif antara eksterior ke interior. Kedua
kasus mengakibatkan tegangan tarik pada eksterior dan, jika
kekuatan tarik terlampaui, retak akan terjadi.
Perubahan Kelembapan (Moisture Variation)
Kelembaban memiliki peran yang sangat penting dalam durabilitas
beton. Semakin tinggi persentase kelembaban maka akan
menyebabkan penurunan durabilitas pada beton, sehingga kuat
tekan beton yang dihasilkan akan semakin rendah.
3) Volume changes
Volume changes (susut) pada beton merupakan perubahan volume beton
ke arah yang lebih kecil akibat mengeringnya beton pada waktu
mengeras. Susut menyebabkan terjadinya retak pada beton. Retak dapat
berbentuk retak rambut atau retak antara 1-2 mm dan biasanya retak ini
dikategorikan retak non-struktural.
Penyebab susut tantara lain:
- Faktor air semen (FAC) terlalu tinggi.
- Pemakaian semen terlalu banyak.
- Modulus kehalusan agregat tidak memenuhi syarat.
- Intensitas pengadukan yang kurang baik.
- Kelembaban udara.
4) Permeability and Absorption
Permeabilitas beton juga dipengaruhi olehdistribusi ukuran butiran
semen atau kehalusan daributiran semen. menggunakan butiran semen
yang lebih kasar mempunyai tingkat porositas yang lebih tinggi
dibandingkan dengan menggunakan ukuranbutiran semen yang lebih
halus. Secara umum bisa dikatakan bahwa beton yang permeabilitas
lebih rendah akan memiliki kuat tekan yang lebih baik dibandingkan
dengan beton dengan permeabilitas yang tinggi.
Keandalan beton terhadap lingkungan yangkedap air ditentukan oleh
tingkat penyerapan air pada permukaan beton yang disebit absorbsi. Nilai
absorbs yang besar pada beton merupakan indikasi beton tersebut
cenderung kurang awet atau memilikidurabilitas yang rendah karena
beton dengan mudah menyerap air dan hal ini menyebabkan degradasi
kekuatan beton. Beton yang tidak kedap air akan menyebabkan porositas.
Peningkatan Kualitas Beton (Improvement in Concrete Quality)
Bahan penyusun beton antara lain adalah semen, pasir, kerikil, batu pecah
dan air. Kualitas bergantung pada bahan-bahan penyusunnya. Semen
merupakan salah satu bahan penyusun yang bersifat sebagai pengikat
agregat pada campuran. Besarnya kuat dipengaruhi beberapa hal antara
lain fas, jenis semen, gradasi agregat, sifat agregat, dan pengerjaan
(pencampuran, pemadatan, dan perawatan), umur beton, serta bahan
kimia tambahan (admixture). Hal lain yang mendasari pemilihan dan
penggunaan sebagai bahan konstruksi adalah faktor efektifitas dan tingkat
efisiensinya. Secara umum bahan pengisis (filler) terbuat dari bahan-
bahan yang mudah diperoleh, mudah diolah (workability) dan
mempunyai keawetan (durability) serta kekuatan (strenght) yang sangat
diperlukan dalam pembangunan suatu konstruksi.