KLUSTER : B
Oleh :
Hj. Prima Aswirna, S.Si. MSc. (Ketua)
Dra. Sasmi Nelwati , M.Pd. (Anggota)
Bahagia Maharani (Anggota)
2016
A. Latar Belakang
0
Penerapan UU No.20 tahun 2003 tentang sistem pendidikan nasional mengisyaratkan
adanya pendidikan yang bermutu, pendidikan yang bermutu tersebut sangat dipengaruhi oleh
penyelenggaraan pendidikannya. Harapannya, mereka akan lebih mampu bekerja sebagai
tenaga profesional dalam melaksanakan tugas dan tanggung jawabnya. Salah satu kebijakan
penting adalah dikaitkannya promosi kenaikan pangkat/jabatan guru dengan prestasi kerja.
Prestasi kerja tersebut, sesuai dengan tupoksinya, berada dalam bidang kegiatannya: (1)
pendidikan, (2) proses pembelajaran, (3) pengembangan profesi dan (4) penunjang proses
pembelajaran.
Sejak dikeluarkannya Surat Keputusan Menteri Negara Pendayagunaan Aparatur Negara
nomor 84/1993 tentang Jabatan Fungsional Guru dan Angka Kreditnya, serta Keputusan
bersama Menteri Pendidikan dan kebudayaan dan Kepala BAKN Nomor 0433/P/1993,
nomor 25 tahun 1993 tentang Petunjuk Pelaksanaan Jabatan Fungsional Guru dan Angka
Kreditnya, pada prinsipnya bertujuan untuk membina karier kepangkatan dan profesionalisme
guru dan Guru-guru.
Kebijakan itu di antaranya mewajibkan guru untuk melakukan keempat kegiatan yang
menjadi bidang tugasnya, dan hanya bagi mereka yang berhasil melakukan kegiatan dengan
baik diberikan angka kredit. Selanjutnya angka kredit itu dipakai sebagai salah satu persyaratan
peningkatan karir. Penggunaan angka kredit sebagai salah satu persyaratan seleksi peningkatan
karir, bertujuan memberikan penghargaan secara lebih adil dan lebih professional terhadap
kenaikan pangkat yang merupakan pengakuan profesi, serta kemudian memberikan
peningkatan kesejahteraannya1.
Terdapat beberapa permasalahan yang terkait dengan kebijakan pengumpulan angka
kredit, di antaranya adalah : (a) Pengumpulan angka kredit untuk memenuhi persyaratan
kenaikan dari golongan IIIa sampai dengan golongan IVa, relatif mudah diperoleh. Hal ini
karena, pada jenjang tersebut, angka kredit dikumpulkan hanya dari tiga macam bidang
1
Dengan terbitnya SK MENPAN No.26/MENPAN/1989 tentang angka kredit bagi jabatan guru, maka berarti
kenaikan pangkat guru atau Guru-guru tidak lagi melalui jalur kenaikan pangkat reguler melainkan harus melalui
kenaikan pangkat pilihan yaitu kenaikan pangkat struktural dan fungsional setiap 2 (dua) tahun. Hal ini menuntut
guru dan Guru-guru harus berusaha mengembangkan dalam melakukan berbagai kegiatan agar memperoleh angka
kredit yaitu pengembangan profesi. Pengembangan profesi dilakukan dengan berbagai hal diantaranya dengan
melaksanakan kegiatan karya tulis/karya ilmiah di bidang pendidikan. Terutama bagi guru dan Guru-guru pembina
(golongan IV/a) agar dapat menduduki jabatan guru pembina tingkat I (golongan IV/b), melaksanakan kegaiatn
tersebut merupak keharusan (Juknis Pelaksanaan Angka Kredit Bagi Jabatan Guru, dikutip dari Kepmendikbud
No.02/O/1995: 44-45). Hal inilah yang menyebabkan masih banyak guru yang hanya berhenti pada golongan IV/a.
Terlebih lagi bagi guru dan kepala SD, kegiatan penulisan karya ilmiah masih merupakan suatu momok.
1
kegiatan guru, yakni (1) pendidikan, (2) proses pembelajaran, dan (3) penunjang proses
pembelajaran. Sedangkan angka kredit dari bidang pengembangan profesi, belum
merupakan persyaratan wajib.
Akibat dari “longgarnya” proses kenaikan pangkat dari golongan IIIa ke IVa tersebut,
tujuan untuk dapat memberikan penghargaan secara lebih adil dan lebih profesional terhadap
peningkatan karir, kurang dapat dicapai secara optimal. Longgarnya seleksi peningkatan karir
menyulitkan untuk membedakan antara mereka yang berpretasi dan kurang atau tidak
berprestasi. Lama kerja pada jenjang kepangkatan, lebih memberikan urunan yang siginifikan
pada kenaikan pangkat. Kebijakan tersebut seolah-olah merupakan kebijakan kenaikan pangkat
yang mengacu pada lamanya waktu kerja, dan kurang mampu memberikan evaluasi pada
kinerja professional. (b) Permasalahan kedua, berbeda dan bahkan bertolak belakang dengan
keadaan di atas. Persyaratan kenaikan dari golongan IVa ke atas relatif sangat sulit.
Permasalahannya terjadi, karena untuk kenaikan pangkat golongan IVa ke atas diwajibkan
adanya pengumpulan angka kredit dari unsur Kegiatan Pengembangan Profesi2.
Kemudian angka kredit kegiatan pengembangan profesi berdasar aturan yang berlaku saat
ini dapat dikumpulkan dari kegiatan : (1) menyusun Karya Tulis Ilmiah (KTI), (2) menemukan
Teknologi Tepat Guna, (3) membuat alat peraga/bimbingan, (4)menciptakan karya seni dan (5)
mengikuti kegiatan pengembangan kurikulum.
Namun, dalam kenyataannya kemauan dan kemampuan guru dan Guru-guru menulis
karya ilmiah masih perlu dibina. Menurut Suyanto saat ini sekitar 410.000 guru yang
berpangkat IV/a masih mengalami kesulitan untuk kenaikan pangkat berikutnya karena adanya
persyaratan menulis karya ilmiah. Memperkuat fakta tersebut3, Kemudian Suryana
mengatakan bahwa bagi segenap guru yang telah mencoba melengkapi persyaratan guna
mencapai IV/b belum tentu bisa lolos terbentur pada karya tulis ilmiah, masih banyak revisi,
perbaikan, dan penyempurnaan, bahkan ada yang ditolak tim penilai karena belum sesuai
2
Malangnya, karena petunjuk teknis untuk kegiatan nomor 2 sampai dengan nomor 5 belum terlalu operasional,
menjadikan sebagian terbesar guru dan Guru-guru menggunakan kegiatan penyusunan Karya Tulis Ilmiah (KTI)
sebagai kegiatan pengembangan profesi. Sementara itu, tidak sedikit guru dan Guru-guru yang “merasa” kurang
mampu melaksanakan kegiatan pengembangan profesinya (yang dalam hal ini membuat KTI) sehingga menjadikan
mereka enggan, tidak mau, dan bahkan apatis terhadap pengusulan kenaikan golongannya. Terlebih lagi dengan
adanya fakta bahwa (a) banyaknya KTI yang diajukan dikembalikan karena salah atau belum dapat dinilai, (b)
kenaikan pangkat/golongannya belum memberikan peningkatkan kesejahteraan yang signifikannya, (c) proses
kenaikan pangkat sebelumnya dari golongan IIIa ke IVa yang “relatif lancar”, menjadikan “kesulitan” memperoleh
angka kredit dari kegiatan pengembangan profesi, sebagai “hambatan yang merisaukan”.
3
Suyanto. (2007). Makalah disampaikan dalam seminar KTI untuk guru di DIY ( 11 Januari 2009).
2
standar yang diharapkan4.
Berdasarkan analisis situasi di atas, para guru Madrasah Aliyah Negeri Di Kota Pariaman
mengalami permasalahan dalam membuat karya tulis ilmiah dalam jenis apapun. Permasalahan
tersebut disebabkan oleh berbagai faktor, satu diantaranya yang sangat penting adalah kemauan
dan kemampuan menulis Guru-guru yang masih memerlukan pembinaan. Dengan demikian,
dapat dirumuskan permasalahan bagi para guru Madrasah Aliyah Negeri Se Kota Pariaman
adalah berkaitan dengan penulisan karya ilmiah dan difokuskan pada karya tulis ilmiah berjenis
makalah, artikel konseptual, dan artikel hasil penelitian secara lebih operasional sebagai berikut:
1. Bagaimana memotivasi (membangun kemauan) diri para guru dalam menulis karya ilmiah
berjenis makalah, artikel konseptual dan artikel hasil penelitian?
2. Bagaimana meningkatkan pemahaman para guru dalam menulis ketiga jenis karya ilmiah
tersebut? Pemahaman yang dimaksud meliputi: a. pemahaman mengidentifikasi, memilih
dan merumuskan topik dan judul. b. pemahaman menyusun kerangka tulisan (outline). c.
pemahaman mengumpulkan bahan-bahan tulisan, mengorganisasikan, dan mengonsep
tulisan. d. Pemahaman menulis ilmiah dan menyunting.
3. Bagaimana meningkatkan pemahaman para guru dalam menulis ketiga jenis karya ilmiah
tersebut? Kemampuan yang dimaksud meliputi: a. kemampuan mengidentifikasi, memilih dan
merumuskan topik dan judul. b. kemampuan menyusun kerangka tulisan (outline). c.
kemampuan mengumpulkan bahan-bahan tulisan, mengorganisasikan, dan mengonsep
tulisan. d. kemampuan menulis ilmiah dan menyunting.
4
Suryana. (2005). Bahasa Indonesia Untuk Penulisan Karya Ilmiah. Makalah Disampaikan Dalam Kegiatan
Pelatihan Penulisan Bahan Kuliah (Buku Pegangan Kuliah), Jurusan AP FIP UNY, 16-20 Mei 2005.
3
C. Kondisi Subjek Dampingan yang Diharapkan
Sasaran kegiatan ini adalah para guru Madrasah Aliyah Negeri di Kota Pariaman yang
mempunyai kemauan dan kemampuan untuk dilatih penulisan karya ilmiah. Pemilihan dan
penetapan sasaran pelatihan ini mempunyai pertimbangan rasional-strategis dalam kaitannya
dengan upaya peningkatan kualitas pendidik di Madrasah Aliyah Negeri Kota Pariaman tentang
penulisan karya ilmiah di Kota Pariaman di masa mendatang.
Kegiatan pelatihan ini merupakan bentuk pembinaan kemampuan para guru untuk
membuat karya tulis ilmiah. Dilihat dari profesi dan pengalamannya, Sehakikinya para guru
memiliki potensi, pengetahuan dan kemampuan untuk membuat karya tulis ilmiah. Di lihat dari
lingkungannya sekolah memiliki sumber dan media belajar yang melimpah untuk dapat terus
meningkatkan prestasi para guru dalam menulis dan membuat karya tulis ilmiah (KTI).
Kemudian mengacu pada permasalahan yang diajukan untuk dipecahkan, maka tujuan
kegiatan ini adalah:
1. Meningkatkan kemauan para guru dalam menulis makalah, artikel konseptual dan artikel
hasil penelitian.
2. Meningkatkan pemahaman para guru dalam menulis karya ilmiah tersebut, mliputi
pemahaman :
a. mengidentifikasi, memilih dan merumuskan topik dan judul. b. menyusun kerangka tulisan
(outline).
c. mengumpulkan bahan-bahan tulisan, mengorganisasikan, dan mengonsep tulisan. d. menulis
ilmiah dan menyunting.
3. Meningkatkan kemampuan para guru dalam menulis karya ilmiah tersebut, meliputi
kemampuan:
a. mengidentifikasi, memilih dan merumuskan topik dan judul. b. menyusun kerangka tulisan
(outline).
c. mengumpulkan bahan-bahan tulisan, mengorganisasikan, dan mengonsep tulisan. d. menulis
ilmiah dan menyunting.
Pelatihan penulisan karya ilmiah bagi para guru Madrasah Aliyah Negeri Se Kota
Pariaman dalam program pengabdian masyarakat ini diharapkan dapat memberikan pemahaman
dan juga kemampuan para guru dalam membuat karya tulis ilmiah yang akan berdampak pada
peningkatan mutu pembelajaran di Madrasah Aliyah Negeri Se Kota Pariaman . Adapun manfaat
4
kegiatan secara rinci ádalah sebagai berikut:
1. Bagi para guru Madrasah Aliyah Negeri Se-Kota Pariaman, manfaat pelatihan bagi guru-
guru Madrasah Aliyah Negeri yaitu: para guru Maadrasah Aliyah Negeri menjadi termotivasi
untuk membuat karya tulis ilmiah.
2. Bagi Sekolah, kemampuan para guru dalam membuat karya tulis ilmiah bermanfaat bagi
sekolah dalam meningkatkan mutu pendidikan khususnya profesionalisme para guru.
Metode kegiatan ini berupa pelatihan kepada para guru Madrasah Aliyah Negeri se- Kota
Pariaman. Setelah diberi pelatihan, selanjutnya mereka dibimbing untuk menerapkan hasil
pelatihan dalam rangka meningkatkan kemampuan para guru dalam kegiatan tehnis penulisan
karya Ilmiah. Berikut ini adalah tapan pelatihan yang dilakukan:
1. Tahap Persiapan
Tahap persiapan yang dilakukan meliputi :
a. Survey
b. Pemantapan dan penetuan lokasi dan sasaran
Penyusunan bahan/materi pelatihan, yang meliputi: makalah dan modul untuk kegiatan
pelatihan penulisan karya ilmiah bagi para guru Madrasah Aliyah Negeri Di Kota Pariaman.
2. Tahap Pelaksanaan Pelatihan
Tahap pelaksanaan pelatihan dilakukan persiapan. Dalam tahap ini dilakukan pertama,penjelasan
tentang penulisan karya tulis ilmiah (KTI), dalam sesi pelatihan ini menitikberatkan pada
pemberian penjelasan mengenai memotivasi Guru-guru agar mau menulis dan membuat Karya
Tulis Ilmiah (KTI), cara menanamkan pemahaman Guru-guru tentang teknis penulisan karya
ilmiah, dll; kedua, sesi pelatihan yang menitikberatkan pada kemampuan melaksanakan
kegiatan tentang (1) mengidentifikasi, memilih dan merumuskan topik dan judul, (2)
menyusun kerangka tulisan (outline), (3) mengumpulkan bahan-bahan tulisan,
mengorganisasikan, dan mengonsep tulisan, (4)menulis ilmiah dan menyunting secara teknis.
Pemberian kemampuan ini dilakukan dengan teknik simulasi agar para guru mendapatkan
6
pengalaman langsung sekaligus pengayaan dari teman-temannya dan tim pelatih.
3. Metode Pelatihan
Untuk melaksanakan kegiatan tersebut digunakan beberapa metode pelatihan, yaitu:
a. Metode Ceramah
Metode ceramah dipilih untuk memberikan penjelasan tentang Karya Tulis Ilmiah : memotivasi
para guru agar mau membuat Karya Tulis Ilmiah, cara menanamkan pemahaman Guru-guru
tentang teknis penulisan karya ilmiah dan sangat penting untuk dikuasai oleh peserta pelatihan.
b. Metode Tanya Jawab
Metode tanya jawab sangat penting bagi para peserta pelatihan, baik di saat menerima penjelasan
tentang penulisan karya ilmiah serta saat mempraktekkannya, Metode ini memungkinkan para
guru menggali pengetahuan sebanyak-banyaknya tentang penulisan karya ilmiah dan juga
pengalaman setelah praktek menulis karya ilmiah
c. Metode Simulasi
Metode simulasi ini sangat penting diberikan kepada para peserta pelatihan untuk memberikan
kesempatan mempraktekan materi-materi pelatihan yang telah diperoleh. Harapannya,
peserta pelatihan akan benar-benar menguasai materi pelatihan yang diterima, mengetahui
tingkat kemampuannya menerapkan kegiatan penulisan karya ilmiah secara tehnis dan kemudian
mengidentifikasi kesulitan-kesulitan (jika masih ada) untuk kemudian dipecahkan.
Evaluasi kegiatan dilakukan selama proses dan akhir pelatihan, pada aspek pencapaian
tujuan pelatihan dan juga penyelenggaraan pelatihan. Evaluasi proses dan hasil (pencapaian
tujuan pelatihan) dilakukan dengan angket tanya jawab, dan observasi. Sedangkan evaluasi
semua aspek penyelenggaraan pelatihan telah dilakukan dengan pemberian angket.
Indikator keberhasilan dalam pelaksanaan pelatihan penulisan karya ilmiah Madrasah Aliyah
Negeri ada 2 metode yang ditempuh, yaitu: (1) Evaluasi selama proses pelatihan, dan (2)
evaluasi pasca pelatihan.
Secara rinci yang dimkasudkan dengan metode yang ditempuh antara lain :
1. Evaluasi selama proses pelatihan
Evaluasi saat pelaksanaan pelatihan meliputi, keterlibatan dan kemampuan peserta setiap tahap
pelatihan. Pada Tahap akhir, peserta diharapkan dapat melakukan kegiatan tehnis penulisan
karya ilmiah yaitu :
7
(1) mengidentifikasi, memilih dan merumuskan topik dan judul, (2) menyusun kerangka tulisan
(outline), (3) mengumpulkan bahan-bahan tulisan, mengorganisasikan, dan mengonsep
tulisan, (4) menulis ilmiah dan menyunting. Indikator keberhasilan selama proses pelatihan
dengan melihat:
a. Kemampuan guru-guru dalam pemahaman kegiatan tehnis penulisan karya ilmiah yaitu
(1) mengidentifikasi, memilih dan merumuskan topik dan judul, (2) menyusun kerangka tulisan
(outline), (3) mengumpulkan bahan-bahan tulisan, mengorganisasikan, dan mengonsep tulisan,
(4)menulis ilmiah dan menyunting.
b. Keterampilan Guru-guru dalam melaksanakan kegiatan tehnis penulisan karya ilmiah (1)
mengidentifikasi, memilih dan merumuskan topik dan judul, (2) menyusun kerangka tulisan
(outline), (3) mengumpulkan bahan-bahan tulisan, mengorganisasikan, dan mengonsep tulisan,
(4)menulis ilmiah dan menyunting.
c. Jumlah guru-guru yang mampu dengan baik dan secara terampil melakukan kegiatan tehnis
perpustakaan sekolah.
Indikator keberhasilan pelatihan ini adalah apabila:
a. Lebih dari 90% peserta/guru-guru memahami kegiatan pelaksanaan pelatihan
penulisan karya ilmiah
b. Lebih dari 75% peserta/guru-guru mampu mempratekkan yaitu penulisan karya ilmiah
c. Lebih dari 50% peserta/guru-guru bersedia mensosialisasikan kemampuan menulis karya
ilmiah
2. Evaluasi Pasca Pelatihan
Keberhasilan kegiatan pengabdian masyarakat ini akan dievaluasi berdasarkan taraf
penyelesaian materi pelatihan, dan Tim Pengabdian akan melakukan evaluasi dengan mengamati
dan memeriksa karya tulis yang dibuat guru-guru saat pelatihan
8
tim Lembaga Pengabdian pada Masyarakat pada Fakultas Tarbiyah dan Keguruan IAIN Imam
Bonjol Padang, didukung oleh sumber daya manusia yang bermutu dan profesional sesuai
dengan bidangnya, Fakultas Tarbiyah dan Keguruan IAIN Imam Bonjol Padang memiliki sarana
prasarana yang memadai untuk mendukung kegiatan pelatihan ini. Beberapa hal yang berkaitan
dengan sumber daya manusia serta sarana dan prasarana Lembaga Pengabdian Masyarakat pada
Fakultas Tarbiyah dan Keguruan IAIN Imam Bonjol Padang adalah sebagai berikut: (1)
Memiliki ruang sidang atau ruang kelas untuk penataran/pelatihan teori. (2) Memiliki dosen
yang profesional dan berpengalaman dalam menghasilkan berbagai jenis karya tulis ilmiah yang
bermutu. (3) Memiliki dosen yang profesional dan berpengalaman dalam pelaksanaan kegiatan
penataran dan pelatihan.
Sedangkan potensi yang dimiliki oleh para guru Madrasah Aliyah Negeri Di Kota
Pariaman adalah kemauan dan kemampuan yang kuat untuk mendapatkan pelatihan dan
pembinaan tentang penulisan karya ilmiah dalam rangka meningkatkan mutu sekolah dan
profesionalisme para guru. Selanjutnya berdasarkan beberapa critical point yang ada di masing-
masing pihak yang terkait dalam kegiatan pelatihan ini, maka bentuk kerjasama ini diharapkan
akan menghadirkan sinergisme yang amat strategis dan positif antara lembaga perguruan tinggi
dengan para guru-guru Madrasah Aliyah Negeri se Kota Pariaman. Para guru-guru Madrasah
Aliyah Negeri tadi akan mendapatkan pelatihan dari tenaga edukatif terlatih profesional
perguruan tinggi untuk meningkatkan kompetensinya dalam penulisan karya ilmiah sekolah dan
wahana strategis untuk menyebarluaskan untuk menyebarkan ilmu pengetahuan pendidikan
dengan sasaran dan jangkauan yang lebih luas yaitu kepada guru-guu Madrasah Aliyah Negeri
Di Kota Pariaman yang keberadaanya merupakan pihak eksternal Perguruan Tinggi (IAIN Imam
Bonjol Padang). Melalui kegiatan ini, Perguruan Tinggi ikut berperan nyata dalam upaya
meningkatkan kompetensi guru-guru dalam pelatihan penulisan karya Ilmiah.
F. Jadwal Kegiatan
G. Daftar Pustaka
Bahdin, Nur Tanjung dan Ardial. (2005). Pedoman Penulisan Karya Ilmiah (Proposal,
Skripsi, dan Tesis) Dan Mempersiapkan Diri Menjadi Penulis Artikel.
Jakarta: Prenada Media.
Haryanto. (2006). Rambu-rambu dan Kiat Menulis Artikel Ilmiah dalam Upaya
Penerbitan Berkala Ilmiah Terakreditasi. Disampaikan dalam Lokakarya Penerbitan
Majalah Ilmiah di Jurusan Administrasi Pendidikan Fakultas Ilmu Pendidikan UNY.
Harun. (2001). Pengertian dan Kriteria Karya Ilmiah. Dalam Harun, dkk. (Eds.),
10
Pembudayaan Penulisan Karya Ilmiah (hlm. 13-14). Surakarta: Universitas
Muhammadiyah Surakarta.
Juknis Pelaksanaan Angka Kredit Bagi Jabatan Guru, dikutip dari Kepmendikbud
No.02/O/1995: 44-45)
Suryana. (2005). Bahasa Indonesia Untuk Penulisan Karya Ilmiah. Makalah Disampaikan
Dalam Kegiatan Pelatihan Penulisan Bahan Kuliah (Buku Pegangan Kuliah), Jurusan
AP FIP UNY, 16-20 Mei 2005.
Suyanto. (2007). Makalah disampaikan dalam seminar KTI untuk guru di DIY ( 11 Januari
2009).
Suyanto. (2003). Teknik Penulisan Artikel Ilmiah. Makalah disampaikan dalam Lokakarya
Penulisan Jurnal Penelitian Humaniora di Lembaga Penelitian Universitas Negeri
Yogyakarta, 23 Oktober 2003.
UU nomor 20 tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional. Yogyakarta: Pustaka Pelajar
1. Upah/Honorarium
No Uraia Total
n
1. Ketua @ 1 orang x Rp. 2.000.000,- Rp.2. 5 00.000,-
2. Anggota @ 1 Orang x Rp. 1.500.000,- Rp. 1.500.000,-
3 Tenaga Pembantu Kegiatan (Mahasiswa)1x Rp. 1 . 1 1.000.000,-
Rp. 1 . 0 0 0 . 0 0 0 . 0 0 0.00
800.000,-
11
Jumlah Rp. 5.000.000,-
4. Pelaporan
No Uraia Total
1. n
Copy laporan akhir dan jilid Rp. 1.200.000,-
2. Dokumentasi Rp. 1.000.000,-
3. Konsumsi Rp. 1.500.000,-
4. Seminar Rp. 1.800.000,-
Jumlah Rp.5.500.000,-
Lampiran :
12
0. Tidak
Jawaban Bermanfaat
Petunjuk: 1. Kurang
Jawablah pernyataan berikut dengan memberi tanda silang Bermanfaat
(X) pada kolom jawaban sesuai dengan keadaan 2. Bermanfaat
sebenarnya 0 1 2 3
3. Sangat
Bermanfaat
Tingkat Pelaksanaan Pelatihan Kegiatan Untuk Memahami..............................................................
13 Kemampuan bahan-bahan/referensi
tulisan
14 Kemampuan mengorganisasir pokok-
pokok pikiran tulisan.
15 Kemampuan menulis karya ilmiah yang
sistematis.
16 Kemampuan menulis karya ilmiah dengan
bahasa Indonesia yang baik dan benar.
17 Kemampuan menulis abstrak
14