Anda di halaman 1dari 5

Putra R.

| A 50 YEARS OLD MAN WITH CIRRHOSIS HEPATIS DEKOMPENSATA : CASE REPORT

A 50 YEARS OLD MAN WITH CIRRHOSIS HEPATIS


DEKOMPENSATA : CASE REPORT
Rizki Putra Sanjaya, S.Ked.
Faculty of Medicine, Universitas Lampung

Abstract
Cirrhosis hepatis (SH) is a chronic liver disease characterized by irreversible fibrosis, lobular structure and vascular
disorganization, as well as regenerative nodules of hepatocytes. Cirrhosis worldwide ranks seventh leading cause of
death. Approximately 25,000 people die each year from the disease. Mr. A 50-year, present with abdominal
bloating, since 1 week ago. Past medical history of patients suffering from hepatitis B and 6 months ago. Family
history of the patient's father died of hepatitis B. Physical examination: blood pressure: 110/80 mmHg; frequency.
pulse: 72 x / min; frequency. breath: 24 x / min; Conjunctival pallor, convex belly, ascites, palmar erythema, edema
of the legs, Hb 9.7 g / dL, albumin: 2.1 g / dl Globulin: 4.9 g / dl, HBsAg: positive. Patients diagnosed with
decompensated cirrhosis hepatis ec Hepatitis B viral. Definitive treatment in patients with decompensated SH is a
liver transplant. If not then palliative treatment to relieve symptoms and reduce morbidity.

Keywords: case report, cirrhosis hepatis, dekompensata

Abstrak
Sirosis Hepatis (SH) merupakan penyakit kronis hepar irreversible ditandai oleh fibrosis, disorganisasi
struktur lobulus dan vaskuler, serta nodul regeneratif dari hepatosit. Diseluruh dunia sirosis menempati
urutan ke tujuh penyebab kematian. Sekitar 25.000 orang meninggal setiap tahun akibat penyakit ini. Tn. A 50
tahun, datang dengan keluhan perut membesar, sejak 1 minggu yang lalu. Riwayat penyakit dahulu pasien
menderita penyakit hepatitis B 6 bulan yang lalu. Riwayat keluarga Ayah pasien meninggal Hepatitis B.
Pemeriksaan fisik: tekanan darah: 110/80 mmHg; frek. nadi: 72 x/menit; frek. nafas: 24 x/menit; Konjungtiva
anemis, perut cembung, asites, eritema palmaris, edema tungkai, Hb 9,7 g/dL, Albumin: 2,1 g/dl, Globulin: 4,9
g/dl, HbsAg: positif. Pasien didiagnosis Sirosis Hepatis Dekompensata ec Hepatitis B viral. Pengobatan
definitif pada pasien SH dekompensata adalah transplantasi liver. Jika tidak maka dilakukan pengobatan
paliatif untuk mengurangi gejala dan mengurangi morbiditas.

Kata kunci: dekompensata, laporan kasus , sirosis hepatis

Korespondensi : Rizki Putra Sanjaya, S.Ked. | rizkiputrasanjaya@yahoo.co.id

Latar Belakang melena, rasio albumin dan globulin


Sirosis Hepatis (SH) merupakan terbalik.2 Timbulnya komplikasi-
penyakit kronis hepar yang komplikasi seperti asites,
irreversible yang ditandai oleh ensefalopati, varises esofagus
fibrosis, disorganisasi struktur menandai terjadinya pergantian dari
lobulus dan vaskuler, serta nodul SH fase kompensasi yang
regeneratif dari hepatosit, yang asimtomatik menjadi SH
merupakan hasil akhir kerusakan dekompensasi.3
hepatoseluler.1 Penyakit SH merupakan
Diagnosis klinis SH dibuat penyebab kematian terbesar ketiga
berdasarkan kriteria Soedjono dan pada pasien yang berusia 45–46
Soebandiri. Diagnosa SH ditegakkan tahun setelah penyakit
apabila ditemukan 5 dari 7 keadaan kardiovaskuler dan kanker di negara-
berupa eritema palmaris, spider nevi, negara maju.4 Penyakit SH
vena kolateral atau varises esofagus, menempati urutan ke tujuh penyebab
asites dengan atau tanpa edema, kematian. Sekitar 25.000 orang
splenomegali, hematemesis dan meninggal setiap tahun akibat

| | September 2014 | 108


Putra R. | A 50 YEARS OLD MAN WITH CIRRHOSIS HEPATIS DEKOMPENSATA : CASE REPORT

penyakit ini diseluruh dunia.5 berat badan 78kg, tinggi badan


Kasus 170cm.
Tn. A, laki-laki 50 tahun datang Pemeriksaan status generalis
ke RSAM dengan keluhan perut didapatkan konjungtiva tidak anemis,
membesar sejak 1 bulan sebelum sklera ikterik (+/+). Pada
masuk rumah sakit. Keluhan tersebut pemeriksaan thoraks didapatkan
dirasakan perlahan-lahan dan bunyi pernapasan vesikuler, tidak
dirasakan semakin membesar dan ditemukan ronkhi maupun wheezing.
mengeras sejak 1 minggu yang lalu. Pada pemeriksaan abdomen
Sejak 3 hari yang lalu pasien juga didapatkan perut cembung, tegang,
mengeluhkan mual muntah, bengkak spider nevi positif dan lingkar perut
pada kedua kaki dan sesak nafas. 87 cm, hasil pemeriksaan asites
Muntah hanya dialami 1 hari positif (fluid wave dan shifting
sebanyak 5 kali, muntah sebanyak dullness). Pada pemeriksaan
setengah gelas belimbing dan ekstremitas superior dan inferior
berwarna putih. Bengkak dialami didapatkan adanya eritema palmaris
pada kedua kaki. Sesak nafas dialami dan pitting edema.
hilang timbul ketika beraktikfitas Pemeriksaan Laboratorium
ataupun beristirahat. Sesak nafas didapatkan Hb 9,7g/dL, LED
tanpa disertai adanya keluhan nyeri 132mm/jam, Leukosit 11.600/uL,
dada. SGOT 129U/L, SGPT 54U/L, Albumin
Pasien belum buang air besar 2,1g/dl, Globulin 4,9g/dl, HbsAg
(BAB) sejak 1 minggu yang lalu, BAB didapatkan hasil positif.
terakhirnya sedikit, kira-kira
sebanyak 1 sendok, berwarna kuning Pembahasan
kecoklatan tidak terdapat lendir dan Hasil anamnesis, pemeriksaan
tidak terdapat darah berwarna fisik, dan pemeriksaan laboratorium
kehitaman ataupun darah berwarna maka didapatkan diagnosis pasien
merah. Buang air kecil pun lancar yaitu Sirosis Hepatis Dekompensata
dengan frekuensi 3-4 kali dalam ec Hepatitis B viral.
sehari. Buang air kecil berwarna Diagnosis klinis SH dapat
kecoklatan seperti teh pekat tanpa ditegakkan jika terdapat lima dari
disertai rasa nyeri. tujuh tanda berikut: eritema
Pasien mengatakan 6 bulan palmaris, spider nevi, vena kolateral
yang lalu pasien pernah menderita atau varises esofagus, asites dengan
penyakit kuning dan dirawat di atau tanpa edema, splenomegali,
RSUAM dan dinyatakan oleh dokter hematemesis dan melena, serta rasio
mengalami penyakit hepatitis B. albumin dan globulin terbalik.2 Pada
Pasien juga mengatakan bahwa pasien ini ditemukan sebanyak lima
Ayah pasien meninggal karena tanda, antara lain eritema palmaris,
mengalami penyakit Hepatitis B spider nevi, asites dengan edema,
beberapa tahun yang lalu. melena, serta rasio albumin dan
Pemeriksaan fisik didapatkan globulin terbalik. Adanya
keadaaan umum pasien tampak sakit splenomegali sulit dinilai karena
sedang, suhu tubuh 36,8oC, tekanan keadaan abdomen terdistensi dan
darah 110/80mmHg, frek. Nadi adanya varises esofagus memerlukan
72x/menit, frek. nafas 24x/menit, pemeriksaan endoskopik.6

J Medula Unila| Volume 3 Nomor 2 | Desember 2014 | 109


Putra R. | A 50 YEARS OLD MAN WITH CIRRHOSIS HEPATIS DEKOMPENSATA : CASE REPORT

Adanya komplikasi seperti diberikan awalnya dapat dipilih


adanya asites, riwayat hematemesis spironolakton dengan dosis 100-200
melena menandakan bahwa SH pada mg sekali perhari.14 Respon diuretik
pasien ini telah memasuki fase dapat dimonitor dengan penurunan
dekompensasi.7 Pengobatan definitif berat badan 0,5kg/hari tanpa edema
pada pasien dengan sirosis kaki atau 1kg/hari dengan edema
dekompensata ialah dengan kaki.15 Apabila pemberian
transplantasi liver. Tanpa transplantasi, spironolakton tidak adekuat dapat
pengobatan hanya paliatif, yaitu untuk diberikan kombinasi berupa
mengurangi gejala subjektif.8 furosemid dengan dosis 20-
Pasien dirawat dengan 40mg/hari. Pemberian furosemid
tatalaksana pemberian diet kalori dapat ditambah hingga dosis
sebanyak 2000-3000kkal/hari dan maksimal 160mg/hari. Parasintesis
16

diet protein dapat diberikan asites dilakukan apabila asites sangat


1gr/kgBB. Pembatasan garam dapat
9 besar. Biasanya pengeluarannya
dilakukan pada pasien sirosis mencapai 4-6L dan dilindungi dengan
terutama bila pasien mengalami pemberian albumin.17 Pada pasien ini
edema dan asites. Hal ini dilakukan telah diberikan kombinasi
karena pada pasien dengan sirosis Spironolakton 100mg pada pagi hari
hati, kemampuan untuk dan Furosemide 40mg padi pagi hari.
mengekskresi natrium mengalami Asites bisa terjadi disebabkan
penurunan.10 penimbunan cairan dalam rongga
Selain diet, pemberian terapi peritoneum akibat hipertensi porta
pada pasien sirosis dilakukan sesuai dan hipoalbuminemia.18 Pada pasien
dengan keluhan. Pada pasien ini dengan sirosis hepatis, edema yang
didapatkan keluhan mual, sehingga pertama akan muncul adalah pada
diberikan Ranitidin 50mg/12 jam bagian abdomen.19 Pada sirosis
untuk meredakan keluhan mual.11 hepatis terjadi jaringan fibrosis yang
Pada pasien ini komplikasi yang mengakibatkan terjadinya tahanan
terjadi adalah asites dan edema. pada vena porta akibatnya terjadi
Asites dan edema pada pasien ini peningkatan tekanan dari vena
ditandai dengan adanya keluhan tersebut. Akibat dari peningkatan ini,
perut membuncit yang semakin lama terjadi pengalihan aliran darah ke
semakin membesar, pembesaran pembuluh darah mesenterika
pada perut diikuti dengan sehingga terjadi filtrasi bersih cairan
pembengkakan pada kedua tungkai. keluar dari pembuluh darah ke
Pada perkusi abdomen didapatkan rongga peritoneum.20
adanya tanda shifting dullness yang Asites adalah komplikasi yang
mana merupakan tanda khas dari paling umum dari SH. Sekitar 60%
asites.12 pasien dengan SH terkompensasi
Pada asites pasien harus akan menjadi asites dalam jangka
melakukan tirah baring dan terapi waktu 10 tahun sejak awal mula
diawali dengan diet rendah garam. perjalanan penyakit.21 Asites
Konsumsi garam sebaiknya sebanyak menurut jumlahnya dibagi menjadi
5,2gr atau 90mmol/hari.13 Diet tiga tingkatan/grade. Grade I
rendah garam juga disertai dengan (minimal) ialah asites dalam jumlah
pemberian diuretik. Diuretik yang sangat kecil yang hanya dapat

J Medula Unila| Volume 3 Nomor 2 | Desember 2014 | 110


Putra R. | A 50 YEARS OLD MAN WITH CIRRHOSIS HEPATIS DEKOMPENSATA : CASE REPORT

terdeteksi melalui USG. Grade II  Diagnosis klinis SH ditegakkan


(moderate) ialah asites yang terlihat apabila ditemukan 5 dari 7
sebagai distensi abdomen yang keadaan berupa eritema palmaris,
tampak simetris. Grade III (large) spider nevi, vena kolateral atau
ialah asites dalam jumlah besar varises esofagus, asites dengan
hingga menimbulkan distensi atau tanpa edema, splenomegali,
abdomen yang sangat nyata.22 Pada hematemesis dan melena, rasio
pasien ini, asites telah mencapai albumin dan globulin terbalik.
grade III. Melakukan risk management pada
Parasentesis dalam jumlah setiap pasien amat penting.
besar/ large volume paracentesis  Dalam pengobatan definitif pada
(LVP) adalah pilihan pertama untuk pasien SH dekompensata adalah
penatalaksanaan asites grade III.23 dengan transplantasi liver. Jika tidak
Menurut beberapa penelitian, LVP memungkinkan maka dilakukan
ditambah dengan pemberian albumin pengobatan paliatif untuk
memiliki hasil yang lebih baik mengurangi gejala dan mengurangi
dibanding pemberian diuretik dengan morbiditas.
restriksi garam. Hal ini berkaitan
dengan berkurangnya lama
perawatan di RS dan berkaitan
dengan lebih rendahnya efek samping DAFTAR PUSTAKA
pengobatan yang terjadi.24 1. Kasper, Dennis. Harrison's Principles of
Internal Medicine. Newyork: McGraw-Hill
Terhadap pasien ini Professional;2004.
direncanakan untuk dilakukan LVP, 2. Ami V, Vianto D. Faktor risiko terkait
namun sebelumnya dilakukan perdarahan varises esofagus berulang
perbaikan kadar albumin. Pemberian pada penderita sirosis hati. Jurnal
plasma expanders direkomendasikan Penyakit Dalam.2011;12(3):56–62.
sebelum dilakukan LVP. Karena pada 3. Setiawan, Poernomo B. Sirosis hati. Jawa
pasien ini dilakukan pungsi asites Timur: Fakultas kedokteran Universitas
<5L, maka dilakukan penggantian Airlangga;2004.
plasma expanders menggunakan 4. Maryani S. Sirosis Hepatis. Jurnal
human albumin 20% sebanyak 8g/L Penyakit Dalam. 2013;25:11–15.
cairan yang hendak dikeluarkan 5. WHO. World Health Organisation 1997-
1999. Geneva: World Health Statistics
untuk mencegah kolaps sirkulasi.25
Annual;2000.
6. Markum. Anamnesis Dan Pemeriksaan
Fisik. Jakarta: Pusat Penerbit Ilmu
Simpulan
Penyakit Dalam Fakultas Kedokteran
 Sirosis Hepatis (SH) merupakan Indonesia;2005.
penyakit kronis hepar yang 7. Emiliana W. 2013. Sirosis Hepatis Child
irreversible yang ditandai oleh Pugh Class dengan Komplikasi Asites
fibrosis, disorganisasi struktur Grade III dan Hiponatremia. Jurnal
lobulus dan vaskuler, serta nodul Medula Unila.2013;1(5):51–57.
regeneratif dari hepatosit, yang 8. Chung, Raymond T, Padolsky K. Cirrhosis
merupakan hasil akhir kerusakan and It’s Complications. Newyork:
hepatoseluler. McGraw-Hill Companies;2003.
9. Eleni T. End Stage Liver Disease:

J Medula Unila| Volume 3 Nomor 2 | Desember 2014 | 111


Putra R. | A 50 YEARS OLD MAN WITH CIRRHOSIS HEPATIS DEKOMPENSATA : CASE REPORT

Recommendations and Nutritional Hepatology. 2010;53:397–417.


Support. Journal of Gastroenterology and 23. Guadalupe G. Management and
Hepatology. 2008;23:527–533. Treatment of Patients With Cirrhosis and
10. Gede N. Sirosis Hepatis Degenerasi Portal Hypertension. American Journal of
Gastroenterol.2009;104:1802–1829.
Maligna:Sebuah laporan Kasus. Jurnal
24. Nurdjanah S. Sirosis Hati. Jakarta: Pusat
Kedokteran Universitas Udayana.
Penerbitan Departemen Ilmu Penyakit
2010;10:23–26.
Dalam Fakultas Kedokteran Universitas
11. Katzung, B. G. Basic & Clinical
Indonesia;2009.
Pharmacology. United States: Lange
25.Bendtsen K. Treatment of Acute Variceal
Medical Publications;2007.
Bleeding. American Journal.
12. Lawrence, M. Current Medical Diagnosis
2008;40:328–336.
& Treatment. Newyork: McGraw-
Hill/Appleton & Lange;2007.
13. Sudoyo. Aru W. Buku Ajar Ilmu Penyakit
Dalam. Jakarta: Pusat Penerbitan
Departemen Ilmu Penyakit Dalam
Fakultas Kedokteran Universitas
Indonesia;2006.
14.Setiawati, A. Suyatna F.D. Gan S.
Farmakologi dan Terapi. Jakarta:
Departemen Farmakologi dan Terapeutik
FKUI;2007.
15.Santos J, Planas R, Pardo A.
Spironolactone alone or in combination
with furosemide in the treatment of
moderate ascites in nonazotemic
cirrhosis. Journal of Hepatology
2003;39:187–192.
16. Angeli P, Fasolato S, Mazza E. Combined
versus sequential diuretic treatment of
ascites in nonazotemic patients with
cirrhosis. Gut-BMJ Journals. 2010;98–104.
17.Moore K. P. Guidelines On the
Management of Ascites In Cirrhosis. Gut
Journal. 2006;55:1–12.
18. Toubia N. Portal Hypertension and
Variceal Hemorrhage. Journal Med Clin.
2008;92:551–574.
19. Price. Sylvia A. Lorraine M. Wilson.
Konsep Klinis Proses-Proses Penyakit.
Jakarta: EGC;2007.
20.Anthony S. F. Harrison's Internal
Medicine. USA: McGraw – Hill;2008.
21.PPHI. Sirosis Hepatis. Jakarta:
Perhimpunan Peneliti Hati
Indonesia;2010.
22. EASL. Clinical practice guidelines on the
management of ascites, spontaneous
bacterial peritonitis, and hepatorenal
syndrome in cirrhosis. Journal of

J Medula Unila| Volume 3 Nomor 2 | Desember 2014 | 112

Anda mungkin juga menyukai