Anda di halaman 1dari 11

A.

Definisi
Gout merupakan keadaan heterogenous yang berhubungan dengan defek
genetic pada metabolism purin sehingga terjadinya penumpukan asam urat
dalam tubuh (hiperurisemia) (Brunner dan Suddarth, 2012). Sedangkan
menurut Arif (2010) Gout merupakan suatu penyakit metabolik yang
merupakan salah satu jenis penyakit reumatik dimana pembentukan asam urat
tubuh yang berlebihan / penurunan ekskresi asam urat. Artritis gout adalah
suatu sindrom klinis yang mempunyai gambaran khusus, yaitu artritis akut.
Artritis gout lebih banyak terdapat pada pria daripada wanita. Pada pria sering
mengenai usia pertengahan sedangkan pada wanita biasanya mendekati masa
monopouse. (Kapita selekta,Hal:542)
B. Klasifikasi
1. Penyakit gout primer
Diduga berkaitan dengan kombinasi factor genetik dan factor hormonal
yang menyebabkan gangguan metabolisme yang dapat mengakibatkan
meningkatnya produksi asam urat atau bisa juga disebabkan karena
berkurangnya pengeluaran asam urat dari tubuh.
2. Penyakit gout sekunder
Penyakit inidisebabkan antara lain karena meningkatnya produksi asam
urat karena nutrisi, yaitu mengkonsumsi makanan dengan kadar purin
yang tinggi. Purin adalah salah satu senyawa basa yang menyusun asam
nukleat dan termasuk dalam asam amino, unsure pembentukan protein.
Penyakit asam urat meningkat juga karena obatoabatan, alcohol, dan
obesitas.
C. Etiologi
Gejala artritis akut disebabkan karena inflamasi jaringan terhadap
pembentukan kristal monosodium urat monohidrat. Dilihat dari penyebabnya
penyakit ini termasuk dalam golongan kelainan metabolik. Kelainan ini
berhubungan dengan gangguan kinetik asam urat yaitu Hiperurisemia.
Hiperurisemia pada penyakit ini terjadi karena:
1. Pembentukan asam urat yang berlebihan
a. Gout primer metabolik disebabkan sintesis langsung yang bertambah.
b. Gout sekunder metabolik disebabkan pembentukan asam urat
berlebihan karena penyakit lain seperti leukemia terutama bila diobati
dengan sitostatika; psoriasis; polisitemia vera, mielofibrosis.
2. Kurangnya pengeluaran asam urat melalui ginjal
a. Gout primer renal terjadi karena gangguanekskresi asam urat ditubuli
disital ginjal yang sehat, penyebabnya tidak diketahui.
b. Gout sekunder renal disebabkan oleh kerusakan ginjal misalnya pada
glomerulonefritis kronik /gagal ginjal kronik.
3. Perombakan dalam usus yang berkurang.
D. Maniefestasi klinis
Terdapat 4 stadium perjalanan klinis gout yang tidak obati (Price, 2007)
1. Stadium pertama adalah hiperurisemia asimtomatik. Pada stadium ini
nilai asam urat serum meningkat tanpa gejala
2. Stadium kedua akut terjadi awitan mendadak pembengkakan dan nyeri
yang luar biasa, biasa pada sendi ibu jari kaki dan sendi
metataesofalangeal
3. Stadium ketiga merupakan tahap interkritis terdapat gejala-gejala yang
berlangsung dari beberapa bulan sampai tahun.
4. Stadium keempat tapat gout kronik, dengan timbunan asam urat yang
terus meluas selama beberapa tahun jika pengobatan tidak dimulai.
Peradangan kronik akibat penumpukan Kristal mengakibatkan nyeri,
sakit dan kaku juga pembesaran/penonjolan sendi.
E. Pemeriksaan penunjang
1. Pemeriksaan kadar asam urat dalam darah.
Apabila kadar asam urat dalam darah pada laki-laki lebih dari 7 mg/dl dan
pada wanita lebih dari 6 mg/dl. Maka dikatakan menderita asam urat
tinggi yang memicu terjadinya gout.
2. Pemeriksaan kadar asam urat dalam urin per 24 jam. Kadar asam urat
dalam urin berlebihan bila kadarnya lebih dari 800 mg/24 jam pada diet
biasa atau lebih dari 600 mg / 24 jam.
3. Analisis cairan synovial dari sendir terinflamasi atau tofi menunjukkan
Kristal urat monosodium yang membuat diagnosis
4. Sinar x sendi menunjukkan massa tofaseus dan destruksi tulang dan
perubahan sendi
5. Laju sendimentasi eritrosit (LSE) meningkat
F. Penatalaksanaan
1. Penatakasanaan farmaklogi
- Analgesik
Diberikan bila rasa nyeri sangat hebat. Jangan diberikan aspirin karena
dalam dosis rendah akan menghambat ekskresi asam urat dari ginjal dan
memperberat hiperurisemia.
- OAINS OAINSyang paling sering digunakan adalah indometasin. Dosis
awal 25-50 mg setiap 8 jam, diteruskan sampai gejala menghilang (5-10
hari).
2. Penatakasanaan non farmakologi
- Tirah baring Merupakan suatu keharusan dan diteruskan selama 24 jam
setelah serangan menghilang. Arthritis gout dapat kambuh bila terlalu
cepat bergerak.
- Diet Hindari alcohol dan makanan tinggi purin (hati, ginjal, ikan sarden,
daging kambing, dan sebagainya), termasuk roti manis. Meningkatkan
asupan cairan (banyak minum).
G. Pengkajian
1. Aktifitas / Istirahat
Gejala :
 Nyeri sendi karena gerakan, nyeri tekan, memburuk dengan stres
pada sendi, kekakuan pada pagi hari, biasanya secara bilateral dan
simetris.
 Keletihan.
Tanda :
 Keterbatasan rentang gerak : atrofi otot, kulit, kontraktur / kelainan
pada sendi otot
2. Sirkulasi
Gejala :
 Fenomena Reynout jari tangan / kaki (mis: pucat intermitem,
sianosis, kemudian kemerahan pada jari sebelum warna kembali
normal)
3. Integritas dan Ego
Gejala:
 Faktor stres akut / kronis, mis: finansial, pekerjaan,
ketidakmampuan, faktor hubungan. - Keputusasaan dan
ketidakberdayaan (situasi ketidakmampuan)
 Ancaman pada konsep diri, citra tubuh, identitas pribadi (mis:
ketergantungan pada orang lain)
4. Makanan/Cairan
Gejala :
 Ketidakmampuan untuk menghasilkan / menkonsumsi makanan /
cairan adekuat; mual.
 Anoreksia - Kesulitan mengunyah
Tanda:
 Penurunan berat badan
 Kekeringan pada membran mukosa
5. Hygiene
Gejala :
 Berbagai kesulitan untuk melaksanakan aktivitas perawatan
pribadi,
 Ketergantungan pada orang lain.
6. Neurosensori
Gejala :
 Kesemutan pada tangan dan kaki, hilannya sensasi pada jari
tangan.
 Pembengkakan sendi simetris
Tanda :
 Ansietas
 Tremor
7. Nyeri / Kenyamanan
Gejala :
 Fase akut dan nyeri (mungkin / tidak disertai oleh pembengkakan
jaringan lunak pada sendi)
 Rasa nyeri kronis dan kekuatan (terutama pada pagi hari)
Tanda :
 Bengkak sendi
 Pincang.
8. Keamanan
Gejala :
 Kulit mengkilap, tegang, modul subkutanus, lesi kulit, ulkus kulit.
 Kesulitan dalam menangani tugas / pemeliharaan rumah tangga.
 Demam ringan menetap. - Kekeringan mata dan membran mukosa.
9. Interaksi Sosial
Gejala :
 Kerusakan interaksi dengan keluarga / orang lain, perubahan
peran, isolasi.
Tanda :
 Perubahan interaksi.
H. Diagnosa
1. Nyeri akut
2. Hambatan mobilitas fisik
3. Gangguan citra tubuh
4. Resiko jatuh
5. Defisit pengetahuan
I. Intervensi
1. Nyeri Akut
a. Monitor tanda-tanda vital (TD, N, R, SB)
b. Observasi reaksi non verbal dari ketidaknyamanan.
c. Lakukan pengkajian nyeri secara komprehensif termasuk lokasi,
karakteristik, durasi, frekuensi dan kualitas.
d. Kaji kultur yang mempengaruhi respon nyeri.
e. Bantu pasien dan keluarga untuk mencari dan menemukan dukungan.
f. Gunakan teknik komunikasi terapeutik untuk mengetahui pengalaman
nyeri pasien.
g. Kontrol lingkungan yang dapat mempengaruhi nyeri seperti suhu
ruangan, pencahayaan dan
h. kebisingan
i. Ajarkan tentang tehnik non farmakologi: nafas dalam,relaksasi,
distraksi, kompres hangat/dingin.
j. Kurangi faktor presipitasi nyeri
k. Evaluasi keefektifan kontrol nyeri.
l. Tingkatkan istirahat.
m. Klaborasi pemberian analgesic
2. Hambatan mobilitas fisik
a. Monitoring vital sign.
b. Monitor kekuatan otot dan ROM pasien
c. Kaji kemampuan pasien dalam mobilisasi
d. Latih pasien dalam pemenuhan kebutuhan ADL secara mandiri sesuai
kemampuan
e. Bantu klien untuk menggunakan tongkat saat berjalan dan cegah
terhadap cedera.
f. Dampingi dan bantu pasien saat mobilisasi dan bantu pemenuhan
kabutuhan ADL
g. Berikan alat bantu bila pasien memerlukan
h. Diskusikan cara-cara melatih pergerakan pasien.
i. Demostrasikan cara melakukan latihan ROM aktif pada pasien dan
keluarga.
j. Ajarkan pasien atau tenaga kesehatan lain tentang teknik ambulasi.
k. Motivasi pasien untuk mencoba melakukan latihan.
l. Konsultasikan dengan fisioterapis tentangrencana ambulasi sesuai
dengan kebutuhan
3. Resiko jatuh
a. Monitor tanda-tanda vital.
b. Monitor tanda-tanda jatuh pada pasien.
c. Kaji factor resiko pasien terjadinya jatuh.
d. Kaji pengetahuan pasien dan keluarga terhadap perubahan fisik pada
lanjut usia dan akibatnya.
e. Monitor sumber-sumber dalam keluarga yang ada dan dapat
digunakan, peralatan, biaya dan tenaga.
f. Gali pengetahuan pasien dan keluarga mengenai upaya pencegahan
g. Modifikasi lingkungan, dan ciptakan lingkungan yang aman bagi
pasien.
h. Bantu pasien dalam berjalan atau mobilisasi.
i. Berikan alat bantu jika diperlukan.
DAFTAR PUSTAKA

Brunner & suddath.2012. Buku Ajar Bedah Medikal Bedah. Vol 3. Penerbit Buku
Kedokteran. EGC: Jakarta
Nanda Internatinal. 2018. Diagnose Keperawatan: Definisi, Klasifikasi 2018-2020,
ed. 11. Jakarta: EGC
Mansjoer, Arif. 2000. Kapita Selekta Kedokteran edisi 3 jilid 2. Media Aesculapius
FKUI : Jakarta
Smeltzer, Suzanne C. 2002. Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah Brunner &
Suddarth. Edisi 8. Volume 3. Jakarta : EGC.
Price, Sylvia Anderson.2007. Patologi Konsep Klinis Proses-Proses Penyakit Edisi
2. Penerbit Buku Kedokteran. Jakarta : EGC.
LAPORAN PENDAHULUAN DAN ASUHAN KEPERAWATAN
PADA PASIEN DENGAN GOUT ARTRITIS PADA LANSIA
DI DESA TANJUNG DEAH DARUSSALAM

OLEH

DEA FITRIA
1812101020036

KEPANITERAAN KLINIK KEPERAWATAN SENIOR (K3S)


PROFESI NERS FAKULTAS KEPERAWATAN
S T AS E KE PE RAW AT AN GE RO NT I K
UNIVERSITAS SYIAH KUALA
BANDA ACEH
2019

Anda mungkin juga menyukai