Anda di halaman 1dari 2

DOKTER UNTUK INDONESIA BEBAS ROKOK

Rokok adalah salah satu produk tembakau, yang digunakan dengan cara dibakar,
kemudian dihisap atau dihirup. Produk tembakau diketahui memiliki zat adiktif dan bahan-bahan
lain yang berbahaya bagi kesehatan, baik secara langsung maupun tidak langsung.Umumnya
rokok dihasilkan dari tanaman Nicotiana tabacum, Nicotiana rustica, atau sintetisnya, dan
mengandung nikotin dan tar. Nikotin adalah senyawa kimia yang bersifat basa dan bekerja
dengan cara menghambat keseimbangan saraf, sedangkan tar adalah cairan kental berwarna
coklat kehitaman yang akan membentuk endapan berwarna coklat pada gigi, saluran napas, dan
paru-paru.

Persentase perokok di Indonesia menduduki peringkat pertama se-ASEAN yaitu sebesar


46,16%, Distribusi perokok di Indonesia terutama pada penduduk dengan jenis kelamin laki-laki,
mulai dari anak-anak, remaja dan dewasa. Hampir 80% perokok mulai merokok ketika usianya
belum mencapai 19 tahun. Hasil survey GYTS (Global Youth Tobacco Survey) yang diadakan
oleh WHO tahun 2014 menyatakan bahwa 19,8% dari anak muda yang pernah merokok pertama
kali mencoba rokok di bawah 10 tahun, dan hampir 88,6% pertama kali mencoba rokok di bawah
usia 13 tahun.

Tahun 2030, WHO memperkirakan bahwa 70% kematian di negara-negara berkembang


akan disebabkan oleh rokok, termasuk di Indonesia. Sebagai dokter, penting bagi kita untuk
berperan. Edukasi mengenai konsekuensi penggunaan tembakau harus lebih gamblang
disosialisasikan kepada masyarakat. Dokter dapat memberikan informasi yang bersifat edukatif
dan persuatif dimulai dari fasilitas kesehatan primer. Informasi dapat diberikan tidak hanya
kepada masyarakat perokok saja, tetapi juga diberikan secara jelas kepada masyarakat non-
perokok agar tidak muncul keinginan untuk mencoba. Masyarakat non-perokok harus mengerti
mengenai dampak perokok pasif, yaitu menghirup asap rokok, yang di dalamnya terkandung zat
berbahaya seperti karbon monoksida, amonia, formalin. Menjadi perokok pasif juga memiliki
risiko terkena penyakit seperti penyempitan pembuluh darah koroner dan penyakit paru.

Selain itu, masyarakat non-perokok juga dapat diminta peran aktif dalam program ini,
yaitu untuk menyebarkan informasi mengenai dampak dan bahaya merokok dan menjadi
pengontrol bagi para perokok. Dampak dan bahaya yang ditimbulkan oleh rokok atau produk
tembakau lainnya harus dijelaskan dengan detail. Kesaksian pasien-pasien yang mengidap
penyakit yang disebabkan oleh rokok juga dapat digunakan sebagi sumber informasi, untuk
memberikan efek jera kepada perokok dan mendorong untuk berhenti merokok.

Edukasi mengenai bahaya rokok juga perlu diberikan kepada orang tua, agar orang tua
dapat menginformasikan kepada anak mengenai bahaya yang ditimbulkan dari merokok sejak
dini. Orang tua juga diharapkan dapat menjadi contoh bagi anak-anak, agar rokok tidak lagi
menjadi budaya. Bagi orang tua perokok, dapat mengikuti konseling upaya berhenti merokok,
karena penting bagi orang tua untuk menjadi contoh bagi anak-anaknya.

Sesuai dengan aspek pelayanan kesehatan yang menyeluruh, yang terdiri dari promotif,
preventif, kuratif dan rehabilitatif, dokter memiliki peran yang besar sebagai pendidik dan
pelayan masyarakat. Penting bagi dokter untuk menjadi panutan masyarakat, terutama dalam
gaya hidup sehat. Kiranya dokter dapat lebih lagi berpartisipasi agar bisa mewujudkan Indonesia
Bebas Rokok.

Anda mungkin juga menyukai