Anda di halaman 1dari 12

1

KATA PENGANTAR

Puji syukur saya sampaikan pada Sumber dari segala Ilmu Pengetahuan, Sang Maha
Kuasa Allah SWT, yang telah memberikana saya nikmat kesempatan dan kesehatan
sehingga dapat menyelesaikan makalah dalam bentuk yang sangat sederhana ini. Tak lupa
shawalat serta salam saya curahkan pada Baginda Besar yang telah menyebarkan agama
Islam yang sudah terbukti kebenaranya dan semakin terbukti kebenarannya Rasulullah
Muhammad SAW.
Saya menyadari bahwa makalah saya yang berjudul “ULUMUL QUR’AN DAN
PERKEMBANGANNYA” ini masih jauh dari tingkat kesempurnaan, oleh karena
itu saya mengharapkan kritik dan saran yang dapat membangun dimasa yang akan
datang. Sehingga dalam kesempatan ini perkenanakan penulis mengucapkan terima kasih
kepada yang terhormat:
1. Dosen mata kuliah Ulumul Qur’an
2. Kedua orang tua yang senantiasa memberikan dukungan serta doanya dan
terselesaikannya makalah ini.
Semoga Allah SWT memberikan balasan pahala atas amal yang telah diberikan
kepada saya dan semoga makalah ini bermanfaat bagi saya khususnya dan teman-
teman pada umumnya. Amiin

Parigi, 06 Februari 2019

Penulis
2

DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR....................................................................................... i
DAFTAR ISI.................................................................................................. ii
BAB I PENDAHULUAN...................................................................................3
A. Latar Belakang.................................................................................................. 3
B. Rumusan Masalah............................................................................................. 3
C. Tujuan Penulisan............................................................................................... 3
BAB II PEMBAHASAN
A. Pengertian ‘Ulumul Qur’an ............................................................................... 7
B. Runag lingkup pembahasan ‘Ulumul Qur’an..................................................... 8
C. Urgensi mempelajari ‘Ulumul Qur’an..................................................................9
D. Sejarah pertumbuhan dan perkembangannya.................................................. 10
BAB III PENUTUP.......................................................................................... 11
A. KESIMPULAN..................................................................................................... 11
B. SARAN.................................................................................................................11

DAFTAR PUSTAKA ......................................................................................... 12


3

BAB I
PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
Al-Qur’an merupakan sumber pertama dan utama dalam ajaran Islam, sebagai
panduan hidup umat islam, al-Qur’an memiliki prinsip-prinsip ajaran yang sempurna dan
universal. Konsekwensi logis dari pengakuan dan keyakinan tersebut, pesan-pesan yang
terkandung di dalamnya berlaku dan relevan sepanjang zaman.
Dalam upaya memahami al-Qur’an baik secara tekstual atau kontekstualnya
diperlukan pemahaman tentang ‘Ulumul Qur’an, apa hakikatnya, bagaimana memahaminya,
apa fungsinya serta kapan sejarah penulisan ulumul-Qur’an itu mulai ada.
B. RUMUSAN MASALAH
Sehubungan dengan tujuan di atas, maka pembahasannya dibatasi dengan rumusan
sebagai berikut :
a. Pengertian 'Ulumul Qur’an
b. Ruang Lingkup Pembahasannya
c. Urgensi Mempelajari ‘Ulumul Qur’an
d. Sejarah Pertumbuhan dan Perkembangannya
C. TUJUAN PENULISAN
Penulisan makalah ini dimaksudkan untuk memperoleh informasi dan pemahaman
tentang ulumull-Qur’an dilihat dari segi ontologi, epistemologi, aksiologi dan sejarahnya serta
dapat dijadikan materi dasar dalam diskusi perkuliahan ulumul-Qur’an.
4

BAB II
PEMBAHASAN
A. Pengertian ‘Ulumul Qur’an

Secara etimologi, kata ‘Ulumul Qur’an berasal dari bahasa Arab yang terdiri dari dua
kata, yaitu “ulum” dan “Al-Qur’an”. Kata ‘ulum adalah bentuk jama’ dari kata “ilmu” yang
berarti ilmu-ilmu. Kata ulum yang disandarkan kepada kata Al-Qur’an telah memberikan
pengertian bahwa ilmu ini merupakan kumpulan sejumlah ilmu yang berhubungan dengan
Al-Qur’an, baik dari segi keberadaanya sebagai Al-Qur’an maupun dari segi pemahaman
terhadap petunjuk yang terkandung di dalamnya. Dengan demikian, ilmu tafsir, ilmu qira’at,
ilmu rasmil Qur’an, ilmu I’jazil Qur’an, ilmu asbabun nuzul, dan ilmu-ilmu yang ada kaitanya
dengan Al-Qur’an menjadi bagian dari ‘ulumul Qur’an.

Mengenai kemunculan istilah ‘Ulumul Qur’an untuk yang pertama kalinya para penulis
menyatakan bahwa Abu Al-Farj Bin Al-Jauzi-lah yang pertama kalimemunculkan kata tersebut
pada abad ke-6 H. Adapaun Az-Zarqani menyatakan bahwa istilah itu muncul pada abad ke-5
H, yang disampaikan oleh Al-hufi (w. 430 H) dalam karyanya yang berjudul Al-Burhan fi Ulum
Al-Qur’an yang dicetak tahun 1954 dan disunting oleh Arthur Jeffri, berpendapat bahwa
istilah ‘Ulumul Qur’an muncul dalam kitab Al-Mabani fiNazhm Al-Ma’ani yang ditulis tahun
425 H.

Pendekatan terhadap berbagai keraguan yang menyangkut pengodifikasian Al-Qur’an


dan penulisan mushaf, jumlah surat dan ayat, tafsir, takwil, muhkam mutsyabih, turunnya Al-
Qur’an dengan tujuh huruf (Sab’ah Ahruf) dan pembahasan lainnya.[1]

B. Ruang Lingkup Pembahasannya

Ulumul Qur’an merupakan suatu ilmu yang mempunyai ruang lingkup pembahasan
yang luas. Ulumul Qur’an meliputi semua ilmu yang ada kaitanya dengan Al-Qur’an, baik
berupa ilmu-ilmu agama, seperti ilmu tafsir maupun ilmu-ilmu bahasa Arab, seperti ilmu
balaghah dan ilmu I’rab al-Qur’an. Disamping itu, masih banyak lagi ilmu-ilmu yang tercakup
di dalamnya. Dalam kitab Al- Itqan, Assyuyuthi menguraikan sebanyak 80 cabang ilmu. Dari
tiap-tiap cabang terdapat beberapa macam cabang ilmu lagi. Kemudian dia mengutip Abu
Bakar Ibnu al_Araby yang mengatakan bahwa ulumul qur’an terdiri dari 77450 ilmu. Hal ini
5

didasarkan kepada jumlah kata yang terdapat dalam al-qur’an dengan dikalikan empat.
Sebab, setiap kata dalam al-Qur’an mengandung makna Dzohir, batin, terbatas, dan tidak
terbatas. Perhitungan ini masih dilihat dari sudut mufrodatnya. Adapun jika dilihat dari sudut
hubungan kalimat-kalimatnya, maka jumlahnya menjadi tidak terhitung.

C. Urgensi Mempelajari ‘Ulumul Qur’an

Tanpa mempelajari ‘Ulumul Qur’an sebenarnya seseoranga akan kesulitan memahami


makna yang terkandungdalam Al-Qur’an,bahkan bisa jadi malah tersesatkan. Apa lagi ada dua
jenis ayat yaitu ayat-ayat muhkamaat dan mutsayabihaat. Sejak masa nabi Muhammad pun,
terkadang sahabat memerlukan penjelasan nabi apa yang dimaksud dalam ayat-ayat
tertentu. Sehingga muslimin yang hidup jauh sepeninggal Nabi SAW, terutama bagi yang ingin
memahami kandungan Al-Qur’an dituntut untuk mempelajari ilmu tersebut.[2]

Adapun manfaat mempelajari ‘Ulumul Qur’an antara lain adalah:

· Mampu menguasai berbagai ilmu pendukung dalam rangka memahami makna yang
terkandung dalam Al-Qur’an.

· Membekali diri dengan persenjataan ilmu pengetahuan yang lengkap, dalam


rangkamembela Al-Qur’an dari berbagai tuduhan dan fitnah yang muncul dari pihak lain.

D. Sejarah Pertumbuhan Dan Perkembangan

Sejarah perkembangan ‘Ulumul Qur’an dimulai menjadi beberapa fase, dimana tiap-
tiap fase menjadi dasar bagi perkembangan menuju fase selanjutnya, hingga ‘ulumul quran
menjadi sebuah khusus yang dipelajari dan dibahas secara khusus pula. Berikut beberapa
fase / tahapan perkembangan ‘Ulumul Qur’an.

a. ‘Ulumul Qur’an pada Masa Rasulullah SAW.

Embrio awal ‘Ulumul Qur’an pada masa ini berupa penafsiran ayat Al-Qur’an langsung
dari Rasulullah SAW kepada para sahabat, begitu pula dengan antusiasime para sahabat
dalam bertanya tentang makna suatu ayat, menghafalkan dan mempelajari hukum-
hukumnya.
6

b. Rasulullah SAW menafsirkan kepada sahabat beberapa ayat.

Dari Uqbah bin Amir ia berkata : " aku pernah mendengar Rasulullah SAW berkata
diatas mimbar, "dan siapkan untuk menghadapi mereka kekuatan yang kamu sanggupi (Anfal
:60 ), ingatlah bahwa kekuatan disini adalah memanah" (HR Muslim)

c. Antusiasme sahabat dalam menghafal dan mempelajari Al-Quran.


Diriwayatkan dari Abu Abdurrrahman as-sulami, ia mengatakan, mereka yang
membacakan qur'an kepada kami, seperti Ustman bin Affan dan Abdullah bin Mas'ud serta
yang lain menceritakan, bahwa mereka bila belajar dari Nabi sepuluh ayat mereka tidak
melanjutkannya, sebelum mengamalkan ilmu dan amal yang ada didalamnya, mereka
berkata, kami mempelajari qur'an berikut ilmu dan amalnya sekaligus.

Larangan Rasulullah SAW untuk menulis selain qur'an, sebagai upaya menjaga
kemurnian Al-Qur’an.

Dari Abu Saad Al-Khudri, bahwa Rasulullah SAW berkata, “Janganlah kamu tulis dari
aku barang siapa menuliskan aku selain Al-qur'an, hendaklah dihapus. Dan ceritakan apa yang
dariku, dan itu tiada halangan baginya, dan barang siapa sengaja berdusta atas namaku, ia
akan menempati tempatnya di api neraka."(HR Muslim)

d. ‘Ulumul Qur’an pada Masa Khalifah

Pada masa khalifah, tahapan perkembangan awal (embrio) ulumul Qur’an mulai
berkembang pesat, diantaranya dengan kebijakan-kebijakan para khalifah sebagaimana
berikut :

· Khalifah Abu Bakar :dengan Kebijakan Pengumpulan/Penulisan Al-Qur’an yang pertama yang
diprakarsai oleh Umar bin Khottob dan dipegang oleh Zaid bin Tsabit

· Kekhalifahan Usman Ra, dengan kebijakan menyatukan kaum muslimin pada satu mushaf,
dan hal itupun terlaksana. Mushaf itu disebut mushaf Imam. Salinan-salinan mushaf ini juga
dikirimkan ke beberapa propinsi. Penulisan mushaf tersebut dinamakan Ar-Rosmul 'Usmani
yaitu dinisbahkan kepada Usman, dan ini dianggap sebagai permulaan dari ilmu Rasmil
Qur'an.[3]
7

· Kekalifahan Ali Ra :dengan kebijakan perintahnya kepada Abu 'aswad Ad-Du'ali meletakkan
kaidah-kaidah nahwu, cara pengucapan yang tepat dan baku dan memberikan ketentuan
harakat pada qur'an. Ini juga disebut sebagai permulaan Ilmu I'rabil Qur'an.

e. ‘Ulumul Qur’an pada Masa Sahabat dan Tabi’in

Ø Peranan Sahabat dalam Penafsiran Al-Quran & Tokoh-okohnya.

Para sahabat senantiasa melanjutkan usaha mereka dalam menyampaikan makna-


makna al-qur'an dan penafsiran ayat-ayat yang berbeda diantara mereka, sesuai dengan
kemampuan mereka yang berbeda-beda dalam memahami dan karena adanya perbedaan
lama dan tidaknya mereka hidup bersama Rasulullah SAW, hal demikian diteruskan oleh
murid-murid mereka, yaitu para tabi'in.

Diantara para Mufasir yang termashur dari para sahabat adalah:

1. Empat orang Khalifah ( Abu Bakar, Umar, Utsman dan Ali )

2. Ibnu Masud

3. Ibnu Abbas

4. Ubai bin Kaab

5. Zaid bin sabit

6. Abu Musa al-Asy'ari dan

7. Abdullah bin Zubair

h. Peranan Tabi'in dalam penafsiran Al-Quran & Tokoh-tokohnya

Mengenai para tabi'in, diantara mereka ada satu kelompok terkenal yang mengambil
ilmu ini dari para sahabat disamping mereka sendiri bersungguh-sungguh atau melakukan
ijtihad dalam menafsirkan ayat. Yang terkenal di antara mereka , masing-masing sebagai
berikut :

1. Murid Ibnu Abbas di Mekah yang terkenal ialah, Sa'id bin Jubair, Mujahid, 'iKrimah bekas
sahaya ( maula ) Ibnu Abbas, Tawus bin kisan al Yamani dan 'Ata' bin abu Rabah.

2. Murid Ubai bin Kaab, di Madinah : Zaid bin Aslam, abul Aliyah, dan Muhammad bin Ka'b al
Qurazi.
8

3. Abdullah bin Masud di Iraq yang terkenal : 'Alqamah bin Qais, Masruq al Aswad bin Yazid,
'Amir as Sya'bi, Hasan Al Basyri dan Qatadah bin Di'amah as Sadusi.

Dan yang diriwayatkan mereka itu semua meliputi ilmu tafsir, ilmu Gharibil Qur'an,
ilmu Asbabun Nuzul, ilmu Makki Wal madani dan imu Nasikh dan Mansukh, tetapi semua ini
tetap didasarkan pada riwayat dengan cara didiktekan.

i. Masa Pembukuan (Tadwin)

Perkembangan selanjutnya dalam ulumul quran adalah masa pembukuan ‘Ulumul


Qu’ran, yang juga melewati beberapa perkembangan sebagai berikut :

· Pembukuan Tafsir Al-Quran menurut riwayat dari Hadits, Sahabat & Tabi'in. Pada abad
kedua hijri tiba masa pembukuan (tadwin) yang dumulai dengan pembukuan hadist denga
segala babnya yang bermacam-macam, dan itu juga menyangkut hal yang berhubungan
dengan tafsir. Maka sebagian ulama membukukan tafsir Qur'an yang diriwayatkan dari
Rasulullah SAW dari para sahabat atau dari para tabi'in. Diantara mereka yang terkenal
adalah, Yazid bin Harun as Sulami, (wafat 117 H), Syu'bah bin Hajjaj (wafat 160 H), Waqi' bin
Jarrah (wafat 197 H), Sufyan bin 'uyainah (wafat 198 H), dan Aburrazaq bin Hammam (wafat
112 H).

· Mereka semua adalah para ahli hadis. Sedang tafsir yang mereka susun merupakan salah
satu bagiannya. Namun tafsir mereka yang tertulis tidak ada yang sampai ketangan kita.

· Pembukuan Tafsir berdasarkan susunan Ayat

Kemudian langkah mereka itu diikuti oleh para ulama'. Mereka menyusun tafsir
Qur'an yang lebih sempurna berdasarkan susunan ayat. Dan yang terkenal diantara mereka
ada Ibnu Jarir at Tabari (wafat 310 H). Demikianlah tafsir pada mulanya dinukil (dipindahkan)
melalui penerimaan (dari mulut kemulut) dari riwayat, kemudian dibukukan sebagai salah
satu bagian hadis, selanjutnya ditulis secara bebas dan mandiri. Maka berlangsunglah proses
kelahiran at Tafsir bil Ma'sur (berdasarkan riwayat), lalu diikuti oleh at Tafsir bir Ra'yi
(berdasarkan penalaran).
9

j. Munculnya Pembahasan Cabang-cabang ‘Ulumul Qur’an selain Tafsir

Disamping ilmu tafsir lahir pula karangan yang berdiri sendiri mengenai pokok-pokok
pembahasan tertentu yang berhubungan dengan quran, dan hal ini sangat diperlukan oleh
seorang mufasir, diantaranya :

v Ulama abad ke-3 Hijri

· Ali bin al Madini (wafat 234 H) guru Bukhari, menyusun karangannya mengenai asbabun
nuzul.

· Abu 'Ubaid al Qasim bin Salam (wafat 224 H) menulis tentang Nasikh Mansukh dan qira'at.

· Ibnu Qutaibah (wafat 276 H) menyusun tentang problematika Quran (musykilatul quran).

v Ulama Abad Ke-4 Hijri

· Muhammad bin Khalaf bin Marzaban (wafat 309 H) menyusun al- Hawi fa 'Ulumil Qur'an.

· Abu muhammad bin Qasim al Anbari (wafat 751 H) juga menulis tentang ilmu-ilmu qur'an.

· Abu Bakar As Sijistani (wafat 330 H) menyusun Garibul Qur'an.

· Muhammad bin Ali bin al-Adfawi (wafat 388 H) menyusun al Istigna' fi 'Ulumil Qur'an.

v Ulama Abad Ke-5 dan setelahnya

· Abu Bakar al Baqalani (wafat 403 H) menyusun I'jazul Qur'an.

· Ali bin Ibrahim bin Sa'id al Hufi (wafat 430 H)menulis mengenai I'rabul Qur'an.

· Al Mawardi (wafat 450 H) menegenai tamsil-tamsil dalam Qur'an ('Amsalul Qur'an).

· Al Izz bin Abdussalam (wafat 660 H) tentang majaz dalam Qur'an.

· 'Alamuddin Askhawi (wafat 643 H) menulis mengenai ilmu Qira'at (cara membaca Qur'an)
dan Aqsamul Qur'an.

k. Mulai pembukuan secara khusus ‘Ulumul Qur’an dengan mengumpulkan cabang-


cabangnya.

Pada masa sebelumnya, ilmu-ilmu al-quran dengan berbagai pembahasannya di tulis


secara khusus dan terserak, masing-masing dengan judul kitab tersendiri. Kemudian, mulailah
masa pengumpulan dan penulisan ilmu-ilmu tersebut dalam pembahasan khusus yang
10

lengkap, yang dikenal kemudian dengan ‘Ulumul Qur'an. Di antara ulama-ulama yang
menyusun secara khusus ulumul quran adalah sebagai berikut :

1. Ali bin Ibrohim Said (330 H) yang dikenal dengan al Hufi dianggap sebagai orang pertama
yang membukukan 'Ulumul Qur'an, ilmu-ilmu Qur'an.

2. Ibnul Jauzi (wafat 597 H) mengikutinya dengan menulis sebuah kitab berjudul fununul Afnan
fi 'Aja'ibi 'ulumil Qur'an.

3. Badruddin az-Zarkasyi (wafat 794 H) menulis sebuah kitab lengkap dengan judul Al-Burhan
fii ulumilQur`an.

4. Jalaluddin Al-Balqini (wafat 824 H) memberikan beberapa tambahan atas Al-Burhan di dalam
kitabnya Mawaaqi`ul u`luum min mawaaqi`innujuum.

5. Jalaluddin As-Suyuti (wafat 911 H) juga kemudian menyusun sebuah kitab yang terkenal Al-
Itqaan fii u`luumil qur`an.

l. ‘Ulumul Qur’an Masa Modern / Kontemporer

Sebagaimana pada periode sebelumnya, perkembangan ‘Ulumul Qur’an pada masa


kontemporer ini juga berlanjut seputar penulisan sebuah metode atau cabang ilmu Al-Qur’an
secara khusus dan terpisah, sebagaimana ada pula yang kembali membali menyusun atau
menyatukan cabang-cabang ‘Ulumul Qur’an dalam kitab tersendiri dengan penulisan yang
lebih sederhana dan sistematis dari kitab-kitab klasik terdahulu.

Kitab yang terbit membahas khusus tentang cabang-cabang ilmu Quran atau
pembahasan khusus tentang metode penafsiran Al-Quran di antaranya :

· Kitab i`jaazul quran yang ditulis oleh Musthafa Shadiq Ar-Rafi`i.

· Kitab At-Tashwirul fanni fiil qu`an dan masyaahidul qiyaamah fil Qur`an oleh Sayyid
Qutb.[4]
11

BAB III
PENUTUP
A. KESIMPULAN
Al-Qur’an adalah petunjuk utama sebagai panduan hidup (way of life) bagi umat
manusia (hudan linnas), Al-Qur’an merupakan petunjuk ke jalan yang lurus bagi segenap
umat manusia untuk mencapai kebahagiaan hidup di dunia maupun di akhirat. Di dalamnya
terkandung ragam dasar aturan (qaidah)hukum yang mengatur tatanan kehidupan umat
manusia.

Selain itu Al-Quran mengandung motivasi untuk mengeksplorasi dan mengobservasi


alam semesta dalam berbagai cabang ilmu pengetahuan (science) yang masih banyak belum
tersentuh oleh kalangan cendekiawan muslim maupun non-muslim secara konstekstual.

B. SARAN

‘Ulumul Qur’an adalah merupakan ilmu yang dapat digunakan sebagai metode dalam
mempelajari al-Quran dengan berbagai perspektif dan cabang-cabangnya. Sebagaimana
firman Allah dalam QS. Syad ayat 29 yang menegaskan bahwa:

“Ini adalah kitab al-Qur’an yang Kami turunkan kepadamu penuh dengan berkah agar mereka
merenungkan ayat-ayatNya dan supaya mereka mempunyai pikiran dan mauidhah yang
berguna dan bermanfaat”. Diturunkannya al-Qur’an kepada Nabi Muhammad SAW. adalah
sebagai tadabbur,direnungkan maknaya, dipikirkan dan diamalkan, bukan sekadar dibaca
tanpa pengamalan dari isi dan maknanya, dan wajib hukumnya bagi umat Islam untuk
mempelajari, memahami dan menerapkannya dalam sendi-sendi kehidupan sehari-hari.
12

DAFTAR PUSTAKA
Al-‘Azami, M.M, The History The Qur’anic Text : From Relevation to Compilation
(Sejarah Teks Al-Qur’an dari Wahyu sampai kompilasi), Penerbit Gema Insani, Jakarta, 2005.
Hatta Syamsuddin, Modul Mata kuliah : Ulumul Quran 1, Pesantren Mahasiswa Arroyan,
Surakarta, 2008.
Rosihon Anwar, Ulum Al-Qur’an, Penerbit Pustaka Setia, Bandung, 2007.
TALHAS, T.H, Fokus Isi dan Makna Al-Qur’an : Jalan Pintas Memahami Substansi Global Al-
Qur’an, Penerbit Galura Pase, Jakarta, 2008

Anda mungkin juga menyukai