Anda di halaman 1dari 5

Sectio Caesarea dengan CPD

A. Pengertian Sectio Caesarea


Sectio Caesarea adalah adalah suatu cara melahirkan janin dengan membuat sayatan
pada dinding uterus melalui dinding depan perut atau vagina atau sectio caesarea
adalah suatu histerektomia untuk janin dari dalam rahim yang bertujuan untuk
menyelamatkan kehidupan baik pada ibu maupun pada bayi (Mochtar, 2010). Sectio
caesarea adalah suatu tindakan untuk melahirkan bayi dengan melalui sayatan pada
dinding uterus yang masih utuh (Winkjosastro, 2005).

B. Klasifikasi operasi sectio sesarea


1. Seksio sesarea primer (efektif)
Seksio yang sejak awal telah direncanakan janin akan dikeluarkan atau dilahirkan
secara seksio sesarea, tidak diharapkan lagi kelahiran biasa.. Misalnya : Pada
panggul sempit (CPD).
2. Seksio sesarea sekunder
Mencoba menunggu kelahiran biasa (partus percobaan), bila tidak ada kemajuan
persalinan atau partus percobaan gagal baru dilahirkan secara seksio sesarea
3. Seksio sesarea ulang (repeat casearean section)
Dilakukan pada ibu yang persalinan lalu mengalami seksio sesarea dan pada
kehamilan berikutnya dilakukan seksio sesarea ulang
4. Seksio sesarea histerektomi (caesarean section hysterectomy)
Suatu operasi dimana setelah janin dilahirkan dengan seksio sesarea, langsung
dilakukan histerektomi dengan sebuah indikasi
5. Operasi porro (Porro operation)
Suatu operasi tanpa mengeluarkan janin dari kavum uteri (janin sudah mati), dan
langsung dilakukan histerektomi.

C. Jenis – jenis

a. Segmen bawah : insisi melintang


Pada bagian segmen bawah uterus dibuat insisi melintang yang kecil, luka ini
dilebarkan ke samping dengan jari-jari tangan dan berhenti didekat daerah pembuluh-
pembuluh darah uterus. Kepala janin yang pada sebagian besar kasus terletak dibalik
insisi diekstraksi atau didorong, diikuti oleh bagian tubuh lainnya dan kemudian
plasenta serta selaput ketuban.
b. Segmen Bawah : Insisi Membujur
Cara membuka abdomen dan menyingkapkan uterus sama seperti pada insisi
melintang. Insisi membujur dibuat dengan skapel dan dilebarkan dengan gunting
tumpul untuk menghindari cidera pada bayi.
c. Sectio Caesaria klasik
Insisi longitudinal digaris tengah dibuat dengan skapel ke dalam dinding anterior
uterus dan dilebarkan ke atas serta ke bawah dengan gunting berujung tumpul.
Diperlukan luka insisi yang lebar karena bayi dilahirkan dengan presentasi bokong
dahulu, janin atau plasenta dikeluarkan dan uterus ditutup dengan jahitan tiga lapis.
d. Sectio Caesaria Ekstra Peritoneal
Pembedahan ekstra peritoneal dikerjakan untuk menghindari perlunya histerektomi
pada kasus-kasus yang mengalami infeksi luas dengan mencegah peritonitis
generalisasi yang sering bersifat fatal.

D. Indikasi

a. Indikasi Ibu
 Panggul sempit absolute
 Tumor – tumor jalan lahir yang menimbulkan obstruksi
 Stenosis serviks / vagina
 Plasenta previa
 Disproporsi sefalopelvik
 Rupture uteri membakar

b. Indikasi Bayi

 Kelainan letak janin


 Gawat janin
 Janin Besar

Pada umumnya seksio cesarea tidak dilakukan pada :

1) Janin mati
2) Syok, anemia berat, sebelum diatasi
3) Kelainan congenital berat ( monster ).

E. Bahaya Seksio Sesarea

 Peritonitis
 Ruptur uteri

Supaya dinding rahim ada kesempatan menjadi kuat kembali dinasehatkan supaya
pasien jangan hamil lagi selama 3 tahun.

D. Penatalasanaan Ibu Post Partum SC

 Observasi kesdaran penderita


 Mengatur TTV
 Diet
 Mobilisasi
 Perawatan rutin
 Perawatan payudara
 Kembalinya menstruasi
 Keluarga berencana

F. Pengertian Cephalopelvic Disproportion (CPD)

CPD adalah tidak ada kesesuaian antara kepala janin dengan bentuk dan ukuran
panggul.Disproporsi sefalopelvik adalah keadaan yang menggambarkan ketidaksesuaian
antara kepala janin dan panggul ibu sehingga janin tidak dapat keluar melalui
vagina. Disproporsi sefalopelvik adalah keadaan yang menggambarkan ketidaksesuaian
antara kepala janin dan panggul ibu sehingga janin tidak dapat keluar melalui vagina.
Disproporsi sefalopelvik disebabkan oleh panggul sempit, janin yang besar ataupun
kombinasi keduanya. Cephalopelvic Disproportion (CPD) adalah diagnosa medis
digunakan ketika kepala bayi dinyatakan terlalu besar untuk muat melewati panggul ibu.
Sering kali, diagnosis ini dibuat setelah wanita telah bekerja keras selama beberapa
waktu, tetapi lain kali, itu dimasukkan ke dalam catatan medis wanita sebelum ia bahkan
buruh. Sebuah misdiagnosis of CPD account untuk banyak yang tidak perlu dilakukan
bedah caesar di Amerika Utara dan di seluruh dunia setiap tahunnya. Diagnosis ini tidak
harus berdampak masa depan seorang wanita melahirkan keputusan. Banyak tindakan
dapat diambil oleh ibu hamil untuk meningkatkan peluangnya untuk melahirkan melalui
vagina. Panggul sempit dapat didefinisikan secara anatomi dan secara obstetri. Secara
anatomi berarti panggul yang satu atau lebih ukuran diameternya berada di bawah angka
normal sebanyak 1 cm atau lebih. Pengertian secara obstetri adalah panggul yang satu
atau lebih diameternya kurang sehingga mengganggu mekanisme persalinan normal.

1. Ukuran Panggul

a. Pintu Atas Panggul: Pintu Atas Panggul dibentuk oleh promontorium corpus
vertebra sacrum, linea innominata, serta pinggir atas simfisis. Konjugata diagonalis
adalah jarak dari pinggir bawah simfisis ke promontorium, Secara klinis, konjugata
diagonalis dapat diukur dengan memasukkan jari telunjuk dan jari tengah yang
dirapatkan menyusur naik ke seluruh permukaan anterior sacrum, promontorium
teraba sebagai penonjolan tulang. Dengan jari tetap menempel pada promontorium,
tangan di vagina diangkat sampai menyentuh arcus pubis dan ditandai dengan jari
telunjuk tangan kiri. Jarak antara ujung jari pada promontorium sampai titik yang
ditandai oleh jari telunjuk merupakan panjang konjugata diagonalis. Konjugata
vera yaitu jarak dari pinggir atas simfisis ke promontorium yang dihitung dengan
mengurangi konjugata diagonalis 1,5 cm, panjangnya lebih kurang 11 cm.
Konjugata obstetrika merupakan konjugata yang paling penting yaitu jarak antara
bagian tengah dalam simfisis dengan promontorium, Selisih antara konjugata vera
dengan konjugata obstetrika sedikit sekali.

b. Panggul Tengah : Panggul Tengah (Pelvic Cavity) Ruang panggul ini memiliki
ukuran yang paling luas. Pengukuran klinis panggul tengah tidak dapat diperoleh
secara langsung. Terdapat penyempitan setinggi spina isciadika, sehingga
bermakna penting pada distosia setelah kepala engagement. Jarak antara kedua
spina ini yang biasa disebut distansia interspinarum merupakan jarak panggul
terkecil yaitu sebesar 10,5 cm. Diameter anteroposterior setinggi spina isciadica
berukuran 11,5 cm. Diameter sagital posterior, jarak antara sacrum dengan garis
diameter interspinarum berukuran 4,5 cm.3,4.

c. Pintu Bawah Panggul: Pintu Bawah Panggul, bukanlah suatu bidang datar namun
terdiri dari dua segitiga dengan dasar yang sama yaitu garis yang menghubungkan
tuber isciadikum kiri dan kanan. Pintu bawah panggul yang dapat diperoleh
melalui pengukuran klinis adalah jarak antara kedua tuberositas iscii atau distansia
tuberum (10,5 cm), jarak dari ujung sacrum ke tengah-tengah distensia tuberum
atau diameter sagitalis posterior (7,5 cm), dan jarak antara pinggir bawah simpisis
ke ujung sacrum (11,5 cm).

G. Etiologi CPD (Cephalus Pelvix Disproporsional )


Distosia adalah persalinan yang sulit dan ditandai oleh terlalu lambatnya kemajuan
persalinan. Distosia dapat disebabkan oleh kelainan pada servik, uterus, janin, tulang
panggul ibu atau obstruksi lain di jalan lahir. Kelainan ini oleh ACOG dibagi menjadi
tiga yaitu:

1. Kelainan kekuatan (power) yaitu kontraktilitas uterus dan


upaya ekspulsif ibu
 Kelainan his : inersia uteri / kelemahan his
 Kekuatan mengejan yang kurang misalnya pada
hernia atau sesak nafas.
2. Kelainan yang melibatkan janin (passenger), misalnya letak lintang, letak dahi,
hidrosefalus.
3. Kelainan jalan lahir (passage), misalnya panggul sempit,
tumor yang mempersempit jalan lahir.
4. Pola Kelainan Persalinan, Diagnostik, Kriteria dan Metode Penanganannya
Pola Persalinan Kriteria Diagnostik Penanganan yang dianjurkan Penanganan
Khusus Panggul dengan ukuran normal tidak akan mengalami kesukaran
kelahiran pervaginam pada janin dengan berat badan yang normal. Ukuran
panggul dapat menjadi lebih kecil karena pengaruh gizi, lingkungan atau hal lain
sehingga menimbulkan kesulitan pada persalinan pervaginam. Panggul sempit
yang penting pada obstetric bukan sempit secara anatomis namun panggul sempit
secara fungsional artinya perbandingan antara kepala dan panggul. Selain panggul
sempit dengan ukuran yang kurang dari normal, juga terdapat panggul sempit
lainnya. Panggul ini digolongkan menjadi empat, yaitu:
a. Kelainan karena gangguan pertumbuhan intrauterine: panggul Naegele,
panggul Robert, split pelvis, panggul asimilasi.
b. Kelainan karena kelainan tulang dan/ sendi: rakitis, osteomalasia, neoplasma,
fraktur, atrofi, nekrosis, penyakit pada sendi sakroiliaka dan sendi
sakrokoksigea.
c. Kelainan panggul karena kelainan tulang belakang: kifosis,
skoliosis, spondilolistesis.
d. Kelainan panggul karena kelainan pada kaki: koksitis, luksasio
koksa, atrofi atau kelumpuhan satu kaki. Setiap penyempitan pada diameter
panggul yang mengurangi kapasitas panggul dapat menyebabkan distosia saat
persalinan. penyempitan dapat terjadi pada pintu atas panggul, pintu tengah
panggul, pintu bawah
panggul, atau panggul yang menyempit seluruhnya

Anda mungkin juga menyukai