Anda di halaman 1dari 13

STIKes FALETEHAN

POLA TIDUR PADA PASIEN


CONGESTIVE HEART FAILURE (CHF)

KARYA TULIS ILMIAH

Diajukan untuk memenuhi salah satu tugas

Mata Kuliah EBP II

VINA RAHMAWATI

(1018032087)

PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN

SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN FALETEHAN

SERANG

TAHUN 2018
KATA PENGANTAR

Dengan mengucapkan puji syukur kepada Allah yang Maha Esa yang telah
memberkati kami sehingga karya ilmiah ini dapat diselesaikan. Kami juga ingin
mengucpakan terimakasih bagi seluruh pihak yang telah membantu kami dalam
pembuatan karya ilmiah ini dan berbagai sumber yang telah kami pakai sebagai
data dan fakta pada karya ilmiah ini. Kami mengakui bahwa kami adalah manusia
yang mempunyai keterbatasan dalam berbagai hal.

Oleh karena itu tidak ada hal yang dapat diselesaikan dengan sangat
sempurna. Begitu pula dengan karya ilmiah ini telah kami selesaikan. Tidak
semua hal dapat kami deskripsikan dengan sempurna dalam karya ilmiah ini.

Maka dari itu kami bersedia menerima kritik dan saran dari pembaca yang
budiman batu loncatan yang dapat memperbaiki karya ilmiah kami di masa
mendatang. Sehingga karya ilmiah berikutnya dan karya ilmiah lain dapat
menambah pengetahuan dan pemahaman tentang “Pola Tidur Pada Pasien
Congestive Heart Failure (CHF)”

Serang, Oktober 2018

Penyusun

ii
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR .......................................................................................... i


DAFTAR ISI ......................................................................................................... ii

BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang ......................................................................................... 1
1.2 Rumusan masalah .................................................................................... 2
1.3 Tujuan Penulisan ...................................................................................... 2

BAB II LANDASAN TEORI


2.1 Pola Tidur ................................................................................................ 3
2.2 Congestive Heart Failure (CHF) .............................................................. 4
2.3 Pola Tidur Pada Pasien CHF.................................................................... 5

BAB III PENUTUP


3.1 Kesimpulan .............................................................................................. 8
3.2 Saran ........................................................................................................ 8

DAFTAR PUSTAKA ........................................................................................... iii

iii
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Davidson et al (2015), menuliskan bahwa data dari Word Health


Organization (WHO) menyebutkan 26 juta orang meninggal akibat penyakit
jantung pada tahun 2014, mewakili 30% dari semua kematian global. Negara
berpenghasilan rendah dan menengah yang tidak proporsional rentan akan
penyakit kardiovaskuler, lebih dari 80% kematian penyakit kardiovaskular terjadi
di negara berpenghasilan rendah dan menengah. Di indonesia pasien CHF juga
mengalami peningkatan, hal ini dibuktikan oleh data dari Kementerian Kesehatan
Republik Indonesia tahun 2014, bahwa sekitar 4.3 juta penduduk Indonesia
menderita gagal jantung dengan 500.000 kasus baru diagnosa dengan CHF setiap
tahunnya. Penyakit gagal jantung saat ini menduduki urutan pertama penyebab
kematian di Indonesia, sekitar 25% dari seluruh kematian hampir , disebabkan
oleh gangguan kelainan jantung. (Davidson, 2015)

Penyakit gagal jantung atau Chronic Heart Failure (CHF) merupakan salah
satu sindrom klinis dengan tingkat kejadian tertinggi dan menjadi perhatian di
dunia saat ini karena menjadi salah satu penyebab kematian tertinggi di dunia
(Gazquez, 2012). Gagal jantung dikenal dalam beberapa istilah yaitu gagal
jantung kiri, kanan, dan kombinasi atau kongestif. Pada gagal jantung kiri terdapat
bendungan paru, hipotensi, dan vasodilatasi perifer yang mengakibatkan
penurunan perfusi jaringan. Gagal jantung kanan ditandai dengan adanya edema
perifer, asites dan peningkatan tekanan vena jugularis. Gagal jantung kongestif
adalah gabungan dari kedua gambaran tersebut. Namun, demikian kelainan fungsi
jantung kiri maupun kanan sering terjadi secara bersamaan. (McPhee, 2010)

Istirahat merupakan kebutuhan fisiologis setiap manusia. Kebutuhan istirahat


masing-masing individu berbeda dipengaruhi oleh kualitas tidur, status kesehatan,
pola aktivitas, gaya hidup dan umur. Kebutuhan istirahat orang sakit kronis
berbeda dengan orang sehat meskipun dalam rentang umur yang sama, hal ini

1
disebabkan oleh penyakit atau rasa nyeri yang dirasakan (Potter, 2005). Faktor-
faktor yang mempengaruhi kualitas tidur yaitu penyakit yang diderita, lingkungan,
motivasi, kelelahan, kecemasan, alkohol, obat-obatan (Tarwoto, 2010). Dampak
yang bisa ditimbulkan akibat gangguan dan perubahan kualitas tidur yaitu
penurunan kualitas hidup, aktivitas sehari-hari terganggu, menurunkan sistem
imun tubuh (Kaku, 2012). Kualitas tidur yang cukup menyebabkan energi dapat
digunakan untuk proses pemulihan sel-sel tubuh. Sehingga dapat mempersingkat
lama hari perawatan di rumah sakit. Sebaliknya, jika kualitas tidur terganggu
maka regenerasi sel-sel tubuh tidak akan maksimal sehingga tubuh lebih rentan
terhadap penyakit (Friese, 2007) (Safrudin, 2009).

Berdasarkan latar belakang di atas, maka peneliti merumuskan masalah


penelitian yaitu bagaimanakah “Pola Tidur Pada Pasien Congestive Heart Failure
(CHF)”

1.2 Rumusan Masalah


 Bagaimana pola tidur pada pasien CHF

1.3 Tujuan Penulisan


 Untuk memahami penyakit penyakit Congestive Heart Failure (CHF)
 Untuk mengetahui pola tidur pada pasien CHF

2
BAB II

KAJIAN PUSTAKA

2.1 Pola Tidur


2.1.1 Definisi

Istirahat merupakan kebutuhan fisiologis setiap manusia. Kebutuhan


istirahat masing-masing individu berbeda dipengaruhi oleh kualitas tidur,
status kesehatan, pola aktivitas, gaya hidup dan umur. Kebutuhan istirahat
orang sakit kronis berbeda dengan orang sehat meskipun dalam rentang umur
yang sama, hal ini disebabkan oleh penyakit atau rasa nyeri yang dirasakan
(Potter, 2005)

2.1.2 Faktor-faktor yang mempengaruhi kualitas tidur

Kualitas tidur pasien yang dirawat di rumah sakit akan mempengaruhi


lama dirawat, hal ini dikarenakan kualitas tidur yang buruk akan
mempengaruhi kekebalan tubuh seseorang. Pada pasien tersebut perlu
dilakukan tindakan agar lama rawat di rumah sakit bisa lebih pendek dan
akan berdampak pada mutu pelayanan rumah sakit. Berikut faktor yang
mempengaruhi kualitas tidur menurut (Tarwoto, 2010):

.1 Penyakit yang diderita,


.2 lingkungan,
.3 motivasi,
.4 kelelahan,
.5 kecemasan,
.6 alkohol, dan obat-obatan

3
2.1.3 Dampak yang bisa ditimbulkan akibat gangguan dan perubahan
kualitas tidur

1. Penurunan kualitas hidup,


2. aktivitas sehari-hari terganggu,
3. menurunkan sistem imun tubuh (Kaku, 2012)

Kualitas tidur yang cukup menyebabkan energi dapat digunakan untuk


proses pemulihan sel-sel tubuh. Sehingga dapat mempersingkat lama hari
perawatan di rumah sakit. Sebaliknya, jika kualitas tidur terganggu maka
regenerasi sel-sel tubuh tidak akan maksimal sehingga tubuh lebih rentan
terhadap penyakit (Friese, 2007) (Safrudin, 2009)

2.2 Congestive Heart Failure (CHF)


2.2.1 Definisi

Congestive Heart Failure (CHF) merupakan suatu keadaan patologis


di mana kelainan fungsi jantung menyebabkan kegagalan jantung memompa
darah untuk memenuhi kebutuhan jaringan, atau hanya dapat memenuhi
kebutuhan jaringan dengan meningkatkan tekanan pengisian (McPhee, 2010)

2.2.2 Klasifikasi

Gagal jantung dikenal dalam beberapa istilah yaitu gagal jantung


kiri,kanan, dan kombinasi atau kongestif.

1. Pada gagal jantung kiri terdapat bendungan paru, hipotensi, dan


vasokontriksi perifer yang mengakibatkan penurunan perfusi jaringan.
2. Gagal jantung kanan ditandai dengan adanya edema perifer, asites dan
peningkatan tekanan vena jugularis.
3. Gagal jantung kongestif adalah gabungan dari kedua gambaran
tersebut.Namun demikian, kelainan fungsi jantung kiri maupun kanan
sering terjadi secara bersamaan (McPhee, 2010)

4
2.2.3 Tanda dan Gejala

CHF menimbulkan berbagai gejala klinis diantaranya; dipsnea,


ortopnea, pernapasan Cheyne-Stokes, Paroxysmal Nocturnal Dyspnea (PND),
asites, piting edema, berat badan meningkat, dan gejala yang paling sering
dijumpai adalah sesak nafas pada malam hari, yang mungkin muncul tiba-tiba
dan menyebabkan penderita terbangun (Udjianti, 2011)

Munculnya berbagai gejala klinis pada pasien gagal jantung tersebut


akan menimbulkan masalah keperawatan dan mengganggu kebutuhan dasar
manusia salah satudiantaranya adalah tidur seperti adanya nyeri dada pada
aktivitas, dyspnea pada istirahat atau aktivitas, letargi dan gangguan tidur.

2.3 Pola Tidur Pada Pasien Congestive Heart Failure (Chf)

Hasil literature review berdasarkan kelima jurnal diatas, dapat ditemukan


beberapa hal penting terkait kualitas tidur pasien dengan gagal jantung. Secara
garis besar ditemukan tentang hubungan penyakit gagal jantung dan pengaruhnya
terhadap kualitas tidur pada jurnal yang ditulis oleh (Redeker, 2009). Sementara
mengenai penanganan masalah tidur pada pasien dengan gagal jantung
dikemukakan (Suna, 2015)

Perjalanan penyakit gagal jantung diawali dengan adanya faktor risiko. Faktor
risiko koroner seperti diabetes dan merokok merupakan faktor yang dapat
berpengaruh pada perkembangan dari gagal jantung. Selain itu berat badan serta
tingginya rasio kolesterol total dengan kolesterol HDL juga dikatakan sebagai
faktor risiko independen perkembangan gagal jantung. Gagal jantung terjadi
karena interaksi kompleks antara faktor-faktor yang mempengaruhi kontraktilitas,
after load, preload, atau fungsi lusitropik (fungsi relaksasi) jantung, dan respons
neurohormonal dan hemodinamik yang diperlukan untuk menciptakan
kompensasi sirkulasi (Herrscher, 2014)

Penderita Gagal jantung umumnya memiliki SDB (sleep disordered


breathing) didefinisikan sebagai Apnea-Hypopnea Index (jumlah peristiwa apnea

5
dan Hypopnea /jamtidur) ≥5 (Herrscher, 2014). Sleep Apnea obstruktif 40 %
ditemukan pada orang dewasa dengan gagal jantung. Central Sleep Apnea bahkan
lebih sering terjadi di populasi gagal jantung. Penderita gagal jantung dan SDB
memiliki waktu tidur total lebih pendek, onset untuk tertidur lebih lama dan waktu
untuk terbangun setelah onset tidur, serta waktu tidur lebih pendek dibandingkan
dengan mereka yang tidak gagal jantung (Liu, 2011)

Penurunan kualitas tidur pada pasien gagal jantung berdampak terhadap


kualitas hidup pasien, baik secara lingkungan, fisik, sosial dan spiritualnya.
Temuan memberikan bukti bahwa selain status fungsional dan kelelahan terus-
menerus, kualitas hidup pasien gagal jantung berhubungan dengan tingkat
keparahan SDB. Penderita sering mengalami gejala emosi dan somatik depresi.
Pikiran negatif sering dirasakan memperkuat perasaan depresi mereka (Redeker,
2009).

6
Dalam studinya (Liu, 2011) menambahkan dukungan untuk bukti bahwa
pasien dengan gagal jantung yang stabil, kualitas tidur yang buruk mempengaruhi
kualitas hidup (Quol WHO Brief), khususnya dalam domain fisik dan psikologis,
sedangkan kantuk di siang hari mempengaruhi kualitas hidup pasien pada dimensi
lingkungan. Gagal jantung mengakibatkan penurunan kualitas hidup, intoleransi
terhadap aktivitas, seringnya keluar masuk rumah sakit, dan peningkatan angka
mortalitas.
Berbagai cara dilakukan untuk mengatasi dampak yang ditimbulkan dari
penyakit gagal jantung ini baik bersifat farmakologis maupun non farmakologis.
Implikasi terhadap ilmu keperawatan, diupayakan mengembangkan model terapi
regimen non farmakologi, dengan mempertimbangkan aspek psikososial-spiritual
(Thomas, 2008)
Philippe C. et al., 2005 dalam studinya menyebutkan ada peningkatan
gelombang lambat dan gerakan mata cepat tidur (REM) pada pasien gagal jantung
dengan penggunaan ASV (adaptive servo-ventilation), jika dibandingkan dengan
dengan pemberian oksigen atau CPAP. Penggunaan ASV ini juga akan
berdampak terhadap peningkatan kualitas hidup menjadi lebih tinggi pada pasien
gagal jantung dengan penggunaan ASV karena ASV meningkatkan LVEF secara
signifikan, hal ini menunjukkan bahwa gangguan tidur pada pasien gagal jantung
lebih merasakan manfaat ASV daripada dengan CPAP (Philippe, 2005).
Selain ASV, hal lain yang perlu diupayakan pada pasien gagal jantung
dengan gangguan tidur adalah pendidikan kesehatan tentang cara meningkatkan
kegiatan diwaktu senggang, manajemen diri (koping mekanisme), dan
keterampilan penyesuaian emosional untuk meningkatkan kualitas tidur mereka
(Wang, 2010). Pengobatan dan perawatan yang efektif dapat mengatasi masalah
tidur sehingga dapat berkontribusi untuk peningkatan kualitas hidup. Dalam
penelitiannya, Suna menyebutkan bahwa olahraga yang teratur selama selama 12
minggu, dengan frekuensi latihan dua kali seminggu dapat meningkatkan kualitas
tidur pasien dengan gagal jantung (Suna, 2015).

7
BAB III

PENUTUP

3.1 Kesimpulan

Penyakit gagal jantung biasanya disertai gangguan tidur yang dapat terjadi
pada siang hari (tidur berkepanjangan) atau malam hari (sering terbangun) karena
sesak. Hal ini berdampak terhadap penurunan kualitas hidup pasien baik dimensi
fisik, psikologis, sosial dan spiritual. Perlu diupayakan penanganan baik bersifat
farmakologis maupun non farmakologis. Penanganan tersebut dapat berupa :

1. Aspek farmakologis
Penggunaan ASV (adaptive servo-ventilation). ASV meningkatkan LVEF
secara signifikan, hal ini menunjukkan bahwa gangguan tidur pada pasien
gagal jantung lebih merasakan manfaat dengan penggunaan alat ini.

2. Non Farmakologis

a. Pendidikan kesehatan tentang Sleep Hygiene

b. Manajemen koping bagi penderita gagal jantung

c. Pemanfaatan waktu senggang/rekreasi bagi penderita gagal jantung

d. Program olahraga secara teratur dan dibawah pengawasan ahlinya

3.2 Saran

Pengaruh penyakit gagal jantung terbukti berpengaruh terhadap kualitas tidur


pasien sehingga berdampak terhadap kualitas hidupnya. Dalam penanganannya,
perawat perlu mengembangkan upaya-upaya pembaharuan penatalaksanaan
secara non farmakologis agar kualitas hidup pasien dengan penyakit ini semakin
meningkat.

8
DAFTAR PUSTAKA

Artama Syahputra S, d. (2017). Evaluasi perubahan self care dan quality of life
pada pasien chronic heart failure (CHF) yang diberikan health
education programme di RSP. Universitas Hasanudin makasar.

Davidson, e. a. (2015). Multidiciplnary management of chronic heart failure :


Principles and future trends Chlinical Therapeutics .

Fachrunnisa, d. (2015). Faktor-faktor yang berhubugnan dengan kualitas tidur


pasien congestive heart failure .

Friese, d. (2007). Quantity and quality of sleep in the surgical intensive care unit :
Are our patients sleeping .

Gazquez, d. (2012). Effectivenes of an educational program in nursing in the self-


care of patients with heart failure: Randomized controlled trial , 296-
306.

Herrscher, d. (2014). Clinical Predictors of Sleep Apnoea in Heart Failure


Outpatients. International Journal Of Clinical Practice , 728-730.

Ira Suwartika, d. P. (2015). Analisis Faktor Yang Berpengaruh Terhadap Kualitas


Tidur Pasien Gagal Jantung Di Rsud Kota Tasikmalaya.

Kaku, d. (2012). Randomised controlled trial on the effect of a combined sleep


hygiene education and behavioural approach program on sleep quality
in workers with insomnia , 52-9.

Liu, J.-C. d. (2011). The Impact of Sleep Quality and Daytime Sleepiness on
Global Quality of Life in Community-dwelling Patients with Heart
failure. , 99-105.

McPhee, S. J. (2010). Patofisiologi penyakit: pengantar menuju kedokteran klinis.


Jakarta : EGC .

iii
Philippe, C. d. (2005). Compliance with and Efficacy of Adaptive Servo-
ventilation (ASV) versus Continuous Positive Airway Pressure (CPAP) in
the Treatment of Cheyne-Stokes Respiration in Heart Failure Over a Six
Month Period .

Potter, P. A. (2005). Buku ajar fundamental keperawatan: konsep, proses, dan


praktik. Jakarta: EGC

Redeker, N. &. (2009). Sleep and Quality of Life in Stable Heart Failure. , 1730-
1740.

Safrudin, A. A. (2009). Hubungan kualitas tidur dengan lama hari dirawat pasien
gastritis di RSU kebumen , 101-108.

Suna, M. S. (2015). The Effect of a Supervised Exercise Training Programme on


Sleep Quality in Recently Discharged Heart Failure Patients. , 198-205.

Tarwoto, &. M. (2010). Kebutuhan dasar manusia dan proses keperawatan 4.ed.
Jakarta: Salemba Mdika .

Thomas, S. A. (2008). Depression in Patients with Heart Failure: Prevalence,


Pathophysiological Mechanisms, and Treatment. , 40-45.

Udjianti, W. J. (2011). Keperawatan kardiovaskular. Jakarta: Salemba Medika.


Vani, S. C. (2011). Penyakit penyerta dan gaya hidup pada penyakit
Congestive Heart Failure (CHF) di RS. Dr. Wahidin Sudirohusodo dan
RS.Stella Maris Makasar tahun 2011 .

Wang, T. L. (2010). Factors Influencing Heart Failure Patients Sleep Quality. ,


1730-1740.

iv

Anda mungkin juga menyukai