Askep DM
Askep DM
VINA RAHMAWATI
(1018032087)
SERANG
TAHUN 2018
KATA PENGANTAR
Dengan mengucapkan puji syukur kepada Allah yang Maha Esa yang telah
memberkati kami sehingga karya ilmiah ini dapat diselesaikan. Kami juga ingin
mengucpakan terimakasih bagi seluruh pihak yang telah membantu kami dalam
pembuatan karya ilmiah ini dan berbagai sumber yang telah kami pakai sebagai
data dan fakta pada karya ilmiah ini. Kami mengakui bahwa kami adalah manusia
yang mempunyai keterbatasan dalam berbagai hal.
Oleh karena itu tidak ada hal yang dapat diselesaikan dengan sangat
sempurna. Begitu pula dengan karya ilmiah ini telah kami selesaikan. Tidak
semua hal dapat kami deskripsikan dengan sempurna dalam karya ilmiah ini.
Maka dari itu kami bersedia menerima kritik dan saran dari pembaca yang
budiman batu loncatan yang dapat memperbaiki karya ilmiah kami di masa
mendatang. Sehingga karya ilmiah berikutnya dan karya ilmiah lain dapat
menambah pengetahuan dan pemahaman tentang “Pola Tidur Pada Pasien
Congestive Heart Failure (CHF)”
”
Penyusun
ii
DAFTAR ISI
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang ......................................................................................... 1
1.2 Rumusan masalah .................................................................................... 2
1.3 Tujuan Penulisan ...................................................................................... 2
iii
BAB I
PENDAHULUAN
Penyakit gagal jantung atau Chronic Heart Failure (CHF) merupakan salah
satu sindrom klinis dengan tingkat kejadian tertinggi dan menjadi perhatian di
dunia saat ini karena menjadi salah satu penyebab kematian tertinggi di dunia
(Gazquez, 2012). Gagal jantung dikenal dalam beberapa istilah yaitu gagal
jantung kiri, kanan, dan kombinasi atau kongestif. Pada gagal jantung kiri terdapat
bendungan paru, hipotensi, dan vasodilatasi perifer yang mengakibatkan
penurunan perfusi jaringan. Gagal jantung kanan ditandai dengan adanya edema
perifer, asites dan peningkatan tekanan vena jugularis. Gagal jantung kongestif
adalah gabungan dari kedua gambaran tersebut. Namun, demikian kelainan fungsi
jantung kiri maupun kanan sering terjadi secara bersamaan. (McPhee, 2010)
1
disebabkan oleh penyakit atau rasa nyeri yang dirasakan (Potter, 2005). Faktor-
faktor yang mempengaruhi kualitas tidur yaitu penyakit yang diderita, lingkungan,
motivasi, kelelahan, kecemasan, alkohol, obat-obatan (Tarwoto, 2010). Dampak
yang bisa ditimbulkan akibat gangguan dan perubahan kualitas tidur yaitu
penurunan kualitas hidup, aktivitas sehari-hari terganggu, menurunkan sistem
imun tubuh (Kaku, 2012). Kualitas tidur yang cukup menyebabkan energi dapat
digunakan untuk proses pemulihan sel-sel tubuh. Sehingga dapat mempersingkat
lama hari perawatan di rumah sakit. Sebaliknya, jika kualitas tidur terganggu
maka regenerasi sel-sel tubuh tidak akan maksimal sehingga tubuh lebih rentan
terhadap penyakit (Friese, 2007) (Safrudin, 2009).
2
BAB II
KAJIAN PUSTAKA
3
2.1.3 Dampak yang bisa ditimbulkan akibat gangguan dan perubahan
kualitas tidur
2.2.2 Klasifikasi
4
2.2.3 Tanda dan Gejala
Perjalanan penyakit gagal jantung diawali dengan adanya faktor risiko. Faktor
risiko koroner seperti diabetes dan merokok merupakan faktor yang dapat
berpengaruh pada perkembangan dari gagal jantung. Selain itu berat badan serta
tingginya rasio kolesterol total dengan kolesterol HDL juga dikatakan sebagai
faktor risiko independen perkembangan gagal jantung. Gagal jantung terjadi
karena interaksi kompleks antara faktor-faktor yang mempengaruhi kontraktilitas,
after load, preload, atau fungsi lusitropik (fungsi relaksasi) jantung, dan respons
neurohormonal dan hemodinamik yang diperlukan untuk menciptakan
kompensasi sirkulasi (Herrscher, 2014)
5
dan Hypopnea /jamtidur) ≥5 (Herrscher, 2014). Sleep Apnea obstruktif 40 %
ditemukan pada orang dewasa dengan gagal jantung. Central Sleep Apnea bahkan
lebih sering terjadi di populasi gagal jantung. Penderita gagal jantung dan SDB
memiliki waktu tidur total lebih pendek, onset untuk tertidur lebih lama dan waktu
untuk terbangun setelah onset tidur, serta waktu tidur lebih pendek dibandingkan
dengan mereka yang tidak gagal jantung (Liu, 2011)
6
Dalam studinya (Liu, 2011) menambahkan dukungan untuk bukti bahwa
pasien dengan gagal jantung yang stabil, kualitas tidur yang buruk mempengaruhi
kualitas hidup (Quol WHO Brief), khususnya dalam domain fisik dan psikologis,
sedangkan kantuk di siang hari mempengaruhi kualitas hidup pasien pada dimensi
lingkungan. Gagal jantung mengakibatkan penurunan kualitas hidup, intoleransi
terhadap aktivitas, seringnya keluar masuk rumah sakit, dan peningkatan angka
mortalitas.
Berbagai cara dilakukan untuk mengatasi dampak yang ditimbulkan dari
penyakit gagal jantung ini baik bersifat farmakologis maupun non farmakologis.
Implikasi terhadap ilmu keperawatan, diupayakan mengembangkan model terapi
regimen non farmakologi, dengan mempertimbangkan aspek psikososial-spiritual
(Thomas, 2008)
Philippe C. et al., 2005 dalam studinya menyebutkan ada peningkatan
gelombang lambat dan gerakan mata cepat tidur (REM) pada pasien gagal jantung
dengan penggunaan ASV (adaptive servo-ventilation), jika dibandingkan dengan
dengan pemberian oksigen atau CPAP. Penggunaan ASV ini juga akan
berdampak terhadap peningkatan kualitas hidup menjadi lebih tinggi pada pasien
gagal jantung dengan penggunaan ASV karena ASV meningkatkan LVEF secara
signifikan, hal ini menunjukkan bahwa gangguan tidur pada pasien gagal jantung
lebih merasakan manfaat ASV daripada dengan CPAP (Philippe, 2005).
Selain ASV, hal lain yang perlu diupayakan pada pasien gagal jantung
dengan gangguan tidur adalah pendidikan kesehatan tentang cara meningkatkan
kegiatan diwaktu senggang, manajemen diri (koping mekanisme), dan
keterampilan penyesuaian emosional untuk meningkatkan kualitas tidur mereka
(Wang, 2010). Pengobatan dan perawatan yang efektif dapat mengatasi masalah
tidur sehingga dapat berkontribusi untuk peningkatan kualitas hidup. Dalam
penelitiannya, Suna menyebutkan bahwa olahraga yang teratur selama selama 12
minggu, dengan frekuensi latihan dua kali seminggu dapat meningkatkan kualitas
tidur pasien dengan gagal jantung (Suna, 2015).
7
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Penyakit gagal jantung biasanya disertai gangguan tidur yang dapat terjadi
pada siang hari (tidur berkepanjangan) atau malam hari (sering terbangun) karena
sesak. Hal ini berdampak terhadap penurunan kualitas hidup pasien baik dimensi
fisik, psikologis, sosial dan spiritual. Perlu diupayakan penanganan baik bersifat
farmakologis maupun non farmakologis. Penanganan tersebut dapat berupa :
1. Aspek farmakologis
Penggunaan ASV (adaptive servo-ventilation). ASV meningkatkan LVEF
secara signifikan, hal ini menunjukkan bahwa gangguan tidur pada pasien
gagal jantung lebih merasakan manfaat dengan penggunaan alat ini.
2. Non Farmakologis
3.2 Saran
8
DAFTAR PUSTAKA
Artama Syahputra S, d. (2017). Evaluasi perubahan self care dan quality of life
pada pasien chronic heart failure (CHF) yang diberikan health
education programme di RSP. Universitas Hasanudin makasar.
Friese, d. (2007). Quantity and quality of sleep in the surgical intensive care unit :
Are our patients sleeping .
Liu, J.-C. d. (2011). The Impact of Sleep Quality and Daytime Sleepiness on
Global Quality of Life in Community-dwelling Patients with Heart
failure. , 99-105.
iii
Philippe, C. d. (2005). Compliance with and Efficacy of Adaptive Servo-
ventilation (ASV) versus Continuous Positive Airway Pressure (CPAP) in
the Treatment of Cheyne-Stokes Respiration in Heart Failure Over a Six
Month Period .
Redeker, N. &. (2009). Sleep and Quality of Life in Stable Heart Failure. , 1730-
1740.
Safrudin, A. A. (2009). Hubungan kualitas tidur dengan lama hari dirawat pasien
gastritis di RSU kebumen , 101-108.
Tarwoto, &. M. (2010). Kebutuhan dasar manusia dan proses keperawatan 4.ed.
Jakarta: Salemba Mdika .
iv