Pada pasal 3 (tiga) disebutkan bahwa unsur keanggotaan P2K3 terdiri dari pengusaha dan
pekerja yang susunannya terdiri dari ketua, sekretaris dan anggota serta sekretaris P2K3
ialah ahli keselamatan kerja dari perusahaan yang bersangkutan.
Pengertian P2K3 (Panitia Pembina Keselamatan dan Kesehatan Kerja) menurut Permenaker
RI Nomor PER.04/MEN/1987 ialah badan pembantu di tempat kerja yang merupakan wadah
kerjasama antara pengusaha dan pekerja untuk mengembangkan kerjasama saling pengertian
dan partisipasi efektif dalam penerapan K3.
Tugas P2K3 (Panitia Pembina Keselamatan dan Kesehatan Kerja) ialah memberikan saran
dan pertimbangan baik diminta maupun tidak kepada pengusaha mengenai masalah K3
(berdasarkan pasal 4 (empat) Permenaker RI Nomor PER 04/MEN/1987).
1.
1.
1.
1.
Pengendalian Visual merupakan bentuk penerapan 5R langkah R yang ke-2 (dua) yaitu
"Rapi". Langkah ini dilakukan dengan cara menata / mengurutkan peralatan/barang
berdasarkan alur proses kerja dan juga menata /mengurutkan peralatan/barang berdasarkan
keseringan penggunaan serta pengaturan/pengendalian (manajemen) secara visual
peralatan/barang di tempat kerja dengan label/tanda dengan maksud/tujuan barang ataupun
peralatan lebih cepat dan mudah ditemukan sehingga tercapai keteraturan di tempat kerja.
Ilustrasi Pengendalian (Manajemen) Visual
Manfaat dari pengaturan (pengendalian) visual ialah supaya orang ataupun orang lain
(tamu/pengunjung) di tempat kerja dapat dengan mudah mengetahui (memahami) situasi
tempat/area kerja secara langsung bahkan tanpa harus menanyakan kepada petugas/orang lain
yang bekerja di tempat kerja.
Pengendalian visual dapat dilakukan dengan memberi tanda/nama/label pada lantai kerja,
peralatan, laci/rak, kotak penyimpanan, dsj. Untuk lebih memudahkan penerapannya, maka
dapat ditambahkan sistem kode warna dalam mengorganisir tanda/nama/label tempat kerja.
Berikut adalah contoh label dan kode warna sebagai pengaturan (pengendalian) visual dalam
mengorganisir tempat kerja :
Label Keterangan
1. Produk Jadi.
2. Sarana Umum.
1. Barang/Bahan Baku.
2. Sarana P3K.
3. Sarana Keselamatan.
1. Rak/Lemari.
2. Meja.
3. Perlengkapan/Peralatan/Mesin.
1. Mesin/Alat Berbahaya.
2. Area terbatas untuk keselamatan.
3. Sarana Darurat Kebakaran.
Label (tanda) dan Kode Warna Perpipaan secara umum merujuk pada standar ANSI A13.1-
2007 (American National Standards Institute) dimana terdapat 6 (enam) kode warna dan
label (tanda) perpipaan yang diatur sebagaimana tabel di bawah berikut :
Ilustrasi Label Perpipaan
Label Keterangan
1. Gas Bertekanan.
1. Bahan Beracun.
2. Bahan Korosif.
Untuk pipa dengan ukuran kurang dari 3/4 inch direkomendasikan untuk membuat tanda
yang mudah dilihat secara permanen.
Label (tanda) wajib mudah dilihat dan terdapat di setiap belokan pipa, sambungan pipa, juga
pipa yang melewati dinding. Penempatan label (tanda) dipasang setiap interval 7 meter - 15
meter.
Contoh Pemasangan Label dan Kode Warna Perpipaan Pada Sambungan Pipa
Contoh Pemasangan Label dan Kode Warna Perpipaan Pada Dinding dan Atap Bangunan
.
1.
1. Kesesuaian Sistem Manajemen Keselamatan dan Kesehatan Kerja terhadap operasional dan
aktivitas Perusahaan.
2. Kecukupan pemenuhan penerapan Sistem Manajemen Keselamatan dan Kesehatan Kerja
terhadap Kebijakan K3 Perusahaan.
3. Keefektivan penyelesaian tindakan perbaikan dan tindakan pencegahan serta hasil-hasil lain
yang dicita-citakan.
Audit digunakan untuk meninjau dan menilai kinerja serta efektivitas Sistem Manajemen
Keselamatan dan Kesehatan Kerja Perusahaan. Audit internal dilaksanakan oleh Panitia
Pembina Keselamatan dan Kesehatan Kerja untuk mengetahui dimana Sistem Manajemen
Keselamatan dan Kesehatan Kerja telah diterapkan dan dipelihara secara tepat.
Ilustrasi Audit K3
Pelaksanaan audit didasarkan pada hasil penilaian resiko dari aktivitas operasional
perusahaan dan hasil audit (audit-audit) sebelumnnya. Hasil penilaian resiko juga menjadi
dasar dalam menentukan frekuensi pelaksanaan audit internal pada sebagian aktivitas
operasional perusahaan, area ataupun suatu fungsi atau bagian mana saja yang memerlukan
perhatian manajemen Perusahaan terkait resiko K3 dan Kebijakan K3 Perusahaan.
Pelaksanaan audit internal mencakup seluruh area dan aktivitas dalam ruang lingkup
penerapan Sistem Manajemen Keselamatan dan Kesehatan Kerja Perusahaan. Frekuensi dan
cakupan audit internal juga berkaitan dengan kegagalan penerapan beberapa elemen dalam
Sistem Manajemen Keselamatan dan Kesehatan Kerja, ketersedian data kinerja penerapan
sistem Manajemen Keselamatan dan Kesehatan Kerja, hasil tinjauan manajemen dan
perubahan-perubahan dalam manajemen Perusahaan. Pelaksanaan audit internal secara umum
ialah minimal satu kali dalam kurun waktu satu tahun dari audit internal sebelumnya.
Hasil dari pemantauan dan pengukuran kinerja K3 dianalisa dan digunakan untuk
mengidentifikasi tingkat keberhasilan kinerja K3 ataupun kebutuhan perlunya tindakan
perbaikan ataupun tindakan-tindakan peningkatan kinerja K3 lainnya.
Perusahaan juga menggunakan komputer dan program-program komputer sebagai alat untuk
menganalisa hasil pemantauan dan pengukuran kinerja K3 di tempat kerja.
Perusahaan tidak menggunakan alat-alat yang tidak dikalibrasi dengan tepat ataupun yang
sudah mengalami kerusakan untuk melaksanakan pemantauan dan pengukuran kinerja K3 di
tempat kerja.
Kalibrasi dan perawatan alat ukur pemantauan dan pengukuran kinerja K3 dilaksanakan oleh
personil ahli terhadap pelaksanaan kalibrasi dan perawatan alat-alat ukur yang digunakan.
Tindakan/proses yang umum digunakan dalam pertolongan korban banyak ialah triage (baca
: triase). Triage berasal dari bahasa Perancis yang artinya memilih/memilah (mensortir).
Triage berarti melakukan penilaian penderita, menandainya dan meemindahkan penderita ke
lokasi perawatan yang sudah ditentukan.
Pelaksanaan triage ialah dengan memberi tanda (label) dengan warna tertentu pada korban
(penderita).
Merupakan golongan cedera atau penyakit yang mengancam nyawa namun masih bisa
diatasi. Yaitu korban (penderita) yang berada dalam kondisi kritis seperti gangguan
pernafasan, perdarahan yang belum terkendali ataupun perdarahan besar dan
penurunan status mental (respon).
2. Prioritas II (Sedang)
Merupakan golongan yang perlu pertolongan. Yaitu korban (penderita) luka bakar
tanpa gangguan pernafasan, nyeri hebat setempat, nyeri pada beberapa lokasi alat
gerak termasuk bengkak ataupun perubahan bentuk lainnya, cedera punggung, dsj.
Merupakan golongan cedera relatif ringan, tidak memerlukan banyak bantuan, dapat
menunggu pertolongan tanpa menjadikan cedera bertambah parah atau dengan kata
lain golongan yang pertolongannya dapat ditunda atau korban (penderita) yang
mengalami cedera namum masih sanggup berjalan sendiri. Yaitu korban (penderita)
yang mengalami nyeri biasa pada alat gerak, sedikit bengkak dan perubahan bentuk,
cedera jaringan lunak ringan, dsj.
Golongan cedera mematikan atau korban (penderita) yang telah meninggal. Misal :
cedera kepala yang terpisah dari badan atauupun cedera lain yang secara manusia
tidak dapat ditolong.
Penolong mendatangi para korban (penderita) yang tidak mampu berjalan dan lakukan
penilaian pernafasan secara cepat dan sistematis (tidak terlalu menghabiskan banyak
waktu pada proses penilaian). Apabila korban (penderita) tidak bernafas, maka
bersihkan dan buka jalan nafas. Apabila korban (penderita) masih tidak bernafas,
maka beri label warna HITAM. Apabila korban (penderita) mampu bernafas kembali,
maka lakukan penilaian pernafasan dimana jika korban dalam waktu 5 (lima) detik
mampu bernafas 3 (tiga) kali hembusan secara konstan maka beri label warna
MERAH dan apabila kurang dari itu lanjutkan ke langkah nomor 3 (tiga) di bawah.
Beritahukan kepada penolong lain untuk memindahkan korban (penderita) yang sudah
diberi label ke pos pertolongan sesuai label masing-masing.
3. Penilaian Sirkulasi.
Penolong memeriksa nadi karotis (nadi di dekat urat leher) pada korban (penderita).
Jika tidak ada nadi, maka beri label warna MERAH dan jika ada maka lanjutkan ke
langkah nomor 4 (empat) di bawah. Beritahukan kepada penolong lain untuk
memindahkan korban (penderita) yang sudah diberi label ke pos pertolongan sesuai
label masing-masing.
4. Penilaian Mental.
Dalam langkah ini, korban (penderita) berarti masih memiliki nafas yang cukup dan
sirkulasi yang baik. Penolong memeriksa status mental korban (penderita) dengan
cara meminta korban (penderita) untuk mengikuti perintah sederhana seperti
menggerakkan jari atau mengarahkan pandangan mata ke arah tertertu, dsj. Jika
korban (penderita) mampu mengikuti perintah sederhana, maka berikan label warna
KUNING dan apabila korban (penderita) tidak mampu mengikuti perintah sederhana,
maka berikan label warna MERAH. Beritahukan kepada penolong lain untuk
memindahkan korban (penderita) yang sudah diberi label ke pos pertolongan sesuai
label masing-masing.
Di pos pertolongan masing-masing, akan dilakukan penilaian ulang secara lebih teliti.
Apabila terdapat perubahan kondisi (prioritas) pada korban(penderita), maka label diganti
sesuai dengan kondisi/keadaan korban (penderita). Korban (penderita) yang memerlukan
pertolongan lanjutan segera dibawa ke fasilitas kesehatan terdekat.
Ilustrasi
1. Tempat kerja baik di darat, di permukaan air, di dalam tanah, di dalam air maupun di udara
yang berada di wilayah kekuasaan hukum Republik Indonesia.
2. Tempat kerja dimana dibuat, dicoba, dipakai atau yang menggunakan mesin, pesawat, alat,
perkakas, peralatan ataupun instalasi berbahaya atau dapat menimbulkan kecelakaan,
kebakaran ataupun peledakan.
3. Dibuat, diolah, digunakan, dijual, diangkut ataupun disimpan bahan atau barang yang dapat
meledak, mudah terbakar, menggigit, beracun, menimbulkan infeksi, ataupun bersuhu
tinggi.
4. Dikerjakan pembangunan (konstruksi), perbaikan, perawatan, pembersihan ataupun
pembongkaran rumah, gedung atau bangunan lainnya termasuk bangunan pengairan,
saluran atau terowongan bawah tanah, dsb atau dimana dilakukan pekerjaan persiapan.
5. Dilakukan usaha pertanian, perkebunan, pembukaan hutan, pengerjaan hutan, pengolahan
kayu ataupun hasil hutan lainnya, peternakan, perikanan dan lapangan kesehatan.
6. Dilakukan usaha pertambangan dan pengolahan emas, perak, logam ataupun bijih logam
lainnya, batu-batuan, gas, minyak ataupun mineral lainnya baik di permukaan maupun di
dalam bumi ataupun di dasar perairan.
7. Dilakukan pengangkutan barang, binatang ataupun manusia baik di darat, melalui
terowongan, di permukaan air, di dalam air maupun di udara.
8. Dikerjakan bongkar muat barang muatan pada kapal, perahu, dermaga, dok, stasiun,
ataupun gudang.
9. Dilakukan penyelaman, pengambilan benda ataupun pekerjaan lain di dalam air.
10. Dilakukan pekerjaan dalam ketinggian di atas permukaan tanah ataupun perairan.
11. Dilakukan pekerjaan dalam ketinggian di atas permukaan tanah atau perairan.
12. Dilakukan pekerjaan di bawah tekanan udara ataupun suhu udara yang tinggi ataupun
rendah.
13. Dilakukan pekerjaan yang mengandung bahaya tertimbun tanah, kejatuhan benda, terkena
lemparan benda, terjatuh ataupun terperosok, hanyut ataupun terlempar.
14. Dilakukan pekerjaan dalam tangki, sumur ataupun lubang.
15. Termasuk tempat kerja ialah semua ruangan, lapangan, halaman dan sekelilingnya yang
merupakan bagian-bagian (yang berhubungan) dengan tempat kerja tersebut.
Hebbie Ilma Adzim Api dan Kebakaran | Senin, Desember 09, 2013
Sumber terakhir sampai dengan artikel ini disusun, NFPA membagi klasifikasi (kelas)
kebakaran menjadi 6 (enam) kelas yaitu : Kebakaran Kelas A, Kebakaran Kelas B,
Kebakaran Kelas C, Kebakaran Kelas D, Kebakaran Kelas E dan Kebakaran Kelas K.
Klasifikasi (kelas) kebakaran berguna untuk menentukan media pemadam efektif untuk
memadamkan api/kebakaran menurut sumber api/kebakaran tersebut, serta berguna untuk
menentukan tingkat keamanan jenis suatu media pemadam sebagai media pemadam suatu
kelas kebakaran berdasarkan sumber api/kebakarannya.
Metana, Amoniak,
Solar
Arus Pendek
Aluminium, Tembaga,
Besi, Baja
Bahan-Bahan
<Belum Diketahui Secara Spesifik>
Radioaktif
Radioaktif
Bahan Masakan
Hebbie Ilma Adzim Api dan Kebakaran | Senin, Desember 09, 2013
Macam-macam APAR
1. APAR Air.
2. APAR Uap Air.
3. APAR Busa.
Media
4. APAR Serbuk Kimia Kering.
Pemadam 5. APAR Cairan Kimia.
6. APAR Gas CO2.
7. APAR Halon (sekarang dilarang karena efek rumah kaca)
APAR Kartu Gas (Menggunakan tabung gas bertekanan yang dipasang di luar
tabung APAR untuk mengeluarkan isi tabung APAR)
Konstruksi
APAR Tekanan Tetap (Gas bertekanan untuk mengeluarkan isi APAR dijadikan
satu dengan tabung APAR)
Tata Cara Penggunaan APAR (Alat Pemadam Api Ringan) / Tabung
Pemadam Kebakaran
Hebbie Ilma Adzim Api dan Kebakaran | Senin, Desember 09, 2013
Pengertian (Definisi) APAR (Alat Pemadam Api Ringan) ialah alat yang ringan serta
mudah dilayani untuk satu orang gunamemadamkan api/kebakaran pada mula terjadi
kebakaran (definisi berdasarkan Permenakertrans RI No 4/MEN/1980 tentang Syarat-syarat
Pemasangan dan Pemeliharaan Alat Pemadam Api Ringan).
Bagian-bagian APAR
Hebbie Ilma Adzim Api dan Kebakaran | Senin, Desember 09, 2013
Untuk dapat memadamkan api (kebakaran) terdapat beberapa metode/cara berdasarkan teori
terbentuknya api (segitiga api) yaitu diantaranya ialah dengan metode pendinginan, isolasi,
dilusi, pemisahan bahan mudah terbakar dan pemutusan rantai reaksi api.
1. Pendinginan
o Menghilangkan unsur panas.
o Menggunakan media bahan dasar air.
2. Isolasi
o Menutup permukaan benda yang terbakar untuk menghalangi unsur O2 menyalakan
api.
o Menggunakan media serbuk ataupun busa.
3. Dilusi
o Meniupkan gas inert untuk menghalangi unsur O2 menyalakan api.
o Menggunakan media gas CO2.
4. Pemisahan Bahan Mudah Terbakar
o Memisahkan bahan mudah terbakar dari unsur api.
o Memindahkan bahan-bahan mudah terbakar jauh dari jangkauan api.
5. Pemutusan Rantai Reaksi
o Memutus rantai reaksi api dengan menggunakan bahan tertentu untuk mengikat
radikal bebas pemicu rantai reaksi api.
o Menggunakan bahan dasar Halon (Penggunaan Halon sekarang dilarang karena
menimbulkan efek rumah kaca).
4 Tahap Terjadinya Kebakaran
Hebbie Ilma Adzim Api dan Kebakaran | Senin, Desember 09, 2013
Kejadian kebakaran pada umumnya menimbulkan banyak kerugian baik itu korban jiwa
maupun kerugian harta benda. Hal tersebut dikarenakan pada umumnya kebakaran sulit untuk
dikendalikan (dipadamkan). Untuk menghindari kerugian yang dimaksud, maka perlu kita
kenali sifat-sifat terjadinya (tahap-tahap) kebakaran tersebut.
Hebbie Ilma Adzim Api dan Kebakaran | Senin, Desember 09, 2013
Pengertian (Definisi) Api ialah suatu reaksi kimia (oksidasi) cepat yang terbentuk dari 3
(tiga) unsur yaitu panas, oksigen dan bahan mudah terbakar yang menghasilkan panas dan
cahaya.
Ilustrasi 3 (tiga) unsur api dapat dilihat sebagaimana pada gambar segitiga api berikut.
Segitiga Api
Sedangkan pengertian (definisi) Kebakaran ialah nyala api baik kecil maupun besar pada
tempat, situasi dan waktu yang tidak dikehendaki yang bersifat merugikan dan pada
umumnya sulit untuk dikendalikan.
Kebakaran juga termasuk dalam salah satu kategori kondisi/situasi darurat di lingkungan
Perusahaan baik dari luar maupun dalam lokasi tempat kerja.