Anda di halaman 1dari 15

PENGARUH JUS BUAH DURIAN (Durio zibethinus Murr.

) TERHADAP

PROFIL FARMAKOKINETIK PARASETAMOL

PADA TIKUS PUTIH (Rattus norvegicus L.)

JANTAN GALUR WISTAR

NASKAH PUBLIKASI SKRIPSI

Oleh

PINONDANG RUTH PABER SIMAREMARE


I21109003

PROGRAM STUDI FARMASI

FAKULTAS KEDOKTERAN

UNIVERSITAS TANJUNGPURA

PONTIANAK

2013
PENGARUH JUS BUAH DURIAN (Durio zibethinus Murr.) TERHADAP

PROFIL FARMAKOKINETIK PARASETAMOL

PADA TIKUS PUTIH (Rattus norvegicus L.)

JANTAN GALUR WISTAR

NASKAH PUBLIKASI SKRIPSI

Sebagai Salah Satu Syarat untuk Menempuh Gelar Sarjana Farmasi


(S.Farm) Pada Program Studi Farmasi Fakultas Kedokteran
Universitas Tanjungpura Pontianak

Oleh

PINONDANG RUTH PABER SIMAREMARE


I21109003

PROGRAM STUDI FARMASI

FAKULTAS KEDOKTERAN

UNIVERSITAS TANJUNGPURA

PONTIANAK

2013
NASKAH PUBLIKASI SKRIPSI

PENGARUH JUS BUAH DURIAN (Durio zibethinus Murr.) TERHADAP


PROFIL FARMAKOKINETIK PARASETAMOL PADA TIKUS
PUTIH (Rattus norvegicus L.) JANTAN
GALUR WISTAR

DISUSUN OLEH :
PINONDANG RUTH PABER SIMAREMARE
NIM : I 211 09 003

Telah dipertahankan dihadapan Panitia Penguji Skripsi


Program Studi Farmasi Fakultas Kedokteran Universitas Tanjungpura
Tanggal : 20 September 2013

Disetujui,

Pembimbing Utama, Pembimbing Pendamping,

M. Andrie, M.Sc., Apt. Bambang Wijianto, M.Sc., Apt.


NIP. 198105082008011008 NIP.198412312009121005

Penguji I, Penguji II,

Liza Pratiwi, M.Sc., Apt. Indri Kusharyanti, M.Sc., Apt.


NIP. 198410082009122007 NIP. 198303112006042001

Mengetahui,
Dekan Fakultas Kedokteran Universitas Tanjungpura

dr. Sugito Wonodirekso, M.S.


NIP.194810121975011001
PENGARUH JUS BUAH DURIAN (Durio zibethinus Murr.) TERHADAP
PROFIL FARMAKOKINETIK PARASETAMOL PADA TIKUS
PUTIH (Rattus norvegicus L.) JANTAN GALUR WISTAR

ABSTRAK

Parasetamol merupakan obat analgetik-antipiretik yang dikonsumsi secara luas


oleh masyarakat. Parasetamol dapat berinteraksi dengan karbohidrat dan alkohol. Buah
durian merupakan buah asli Indonesia yang mengandung karbohidrat dan alkohol. Tujuan
penelitian ini adalah untuk mengetahui bagaimana pengaruh jus buah durian terhadap
kinetika absorpsi dan eliminasi parasetamol serta mengetahui dosis jus buah durian yang
dapat mempengaruhi kinetika absorpsi dan eliminasi parasetamol. Uji dilakukan dengan
membagi 16 ekor tikus dalam 4 kelompok (tiap kelompok 4 ekor). Tiap kelompok diberi
perlakuan sebagai berikut: kontrol parasetamol (Parasetamol 9 mg/200 gBB), kelompok
dosis 1 (Parasetamol 9 mg/200 gBB dan jus buah durian 0,675 g/200 gBB), dosis 2
(Parasetamol 9 mg/200 gBB dan jus buah durian 1,350 g/200 gBB) dan dosis 3
(Parasetamol 9 mg/200 gBB dan jus buah durian 2,700 g/200 gBB). Pengambilan
cuplikan darah dilakukan dari vena ekor tikus pada menit ke- 10, 20, 30, 40, 60, 90, 120,
180, 240, 300 dan 360. Kadar parasetamol dalam plasma diukur menggunakan
spektrofotometer UV pada panjang gelombang 243 nm. Hasil penelitian menunjukkan
bahwa jus buah durian dapat mempengaruhi kinetika absorbsi parasetamol dengan
menurunkan nilai Ka dan 𝐶𝑝𝑚𝑎𝑘𝑠 serta meningkatkan 𝑇𝑚𝑎𝑘𝑠 parasetamol. Sedangkan
kinetika eliminasi parasetamol yang dipengaruhi yaitu menurunkan nilai Vd, Cl, Ke,
sehingga meningkatkan nilai AUC dan 𝑇1/2 parasetamol. Dosis 1, 2 dan 3 jus buah durian
dapat mempengaruhi kinetika absorpsi dan eliminasi parasetamol yang meliputi
parameter Ka, 𝐶𝑝𝑚𝑎𝑘𝑠 , 𝑇𝑚𝑎𝑘𝑠 , Vd, Cl, Ke, 𝑇1/2 dan AUC pada tikus putih (Rattus
norvegicus L.) jantan galur wistar.
Kata kunci : jus buah durian, parasetamol, parameter farmakokinetik
EFFECT OF DURIAN FRUIT JUICE (DURIO ZIBETHINUS MURR.) TO
PHARMACOKINETIC PROFILE OF PARACETAMOL ON
WISTAR MALE RATS (RATTUS NORVEGICUS L.)
ABSTRACT

Paracetamol is widely used as analgesic and antipyretic agent in treatment of pain


and fever. Paracetamol has interaction with carbohydrates and alcohol. Durian is the fruit
native of Indonesia, that contain carbohydrates and alcohol. The aims of this research
were to study the influence of durian fruit juice to the absorption and elimination kinetics
of paracetamol and to know the dose of durian fruit juice that influence the absorption
and elimination kinetics of paracetamol. The study was conducted using 16 rats, divided
into 4 groups (n=4 per group). Each group was treated the following treatment : control
paracetamol (paracetamol 9 mg/200 gBW), dose 1 group (paracetamol 9 mg/200 gBW
and 0.675 g/200 gBW of durian fruit juice), dose 2 group (paracetamol 9 mg/200 gBW
and 1.350 g/200 gBW of durian fruit juice) and dose 3 group (paracetamol 9 mg/200
gBW and 2.700 g/200 gBW of durian fruit juice). Blood sampling is done from the vein
of rat’s tail at minutes 10, 20, 30, 40, 60, 90, 120, 180, 240, 300 and 360. The quantitation
of paracetamol in plasma was determined by UV spectrophotometer at 243 nm. Result
showed that durian fruit juice changed the absorption kinetics of paracetamol, durian
fruit juice decreased Ka, 𝐶𝑝𝑚𝑎𝑘𝑠 and increased 𝑇𝑚𝑎𝑘𝑠 parameter of paracetamol. Durian
fruit juice also changed the elimination kinetics of paracetamol, its decreased Vd, Ke, Cl
and increased the value of AUC and 𝑇1/2 paracetamol. All doses of durian fruit juice can
influence the absorption and elimination kinetics of paracetamol includes Ka, 𝐶𝑝𝑚𝑎𝑘𝑠 ,
𝑇𝑚𝑎𝑘𝑠 , Vd, Cl, Ke, 𝑇1/2 and AUC parameters on wistar male rats (Rattus norvegicus L.).
Keywords: durian fruit juice, paracetamol, pharmacokinetic parameters
PENDAHULUAN METODOLOGI
Parasetamol merupakan obat Bahan
analgetik-antipiretik yang banyak Jus durian yang dibuat dari buah
beredar di pasaran dan dijual dengan durian yang berasal dari Desa Pal 5,
harga yang terjangkau sehingga sering Kecamatan Kakap, Kalimantan Barat.
digunakan masyarakat untuk mengobati Aluminium foil, Kertas saring, Plastik
penyakit ringan seperti demam dan sakit wrapping, Etil Asetat p.a (Merck®),
kepala1,2 . Parasetamol diketahui dapat Metanol p.a (Merck®), Baku Pem-
berinteraksi dengan makanan maupun banding Parasetamol (PT. Brataco®),
minuman yang mengandung karbohidrat Parasetamol generik (Kimia Farma®),
dan alkohol3 . Interaksi obat dapat Aquades dan Tricloroasetat acid (TCA)
terjadi antara obat dengan obat lain 5%.
ataupun dengan senyawa lainnya4 . Alat
Pengaruh dari kehadiran obat atau Alat gelas laboratorium (Pyrex®),
senyawa lain tersebut akan tampak pada Timbangan analitik (Precisa®), Kan-
profil kadar obat terhadap waktu atau dang hewan uji, Spuit oral 10 mL,
pada efek farmakologi obat 5 . Effendrof, Spektrofotometer UV
Durian merupakan tanaman asli (Shimadzu UV-2450 PC®), Sentrifuge
Indonesia, dengan pusat keragaman (Hettich®), Mikropipet (Rainin®), Hot
tanaman durian terletak di pulau Plate (SJ Analytics GmbHD-55122
Kalimantan. Daging buah durian Mainz®), Silet, Pisau cukur (Gilette®),
memiliki memiliki kandungan gizi yang Holder, Tabung darah beserta anti
tinggi dimana pada tiap 100 gram koagulan EDTA 3 mL (Vakuntainer®),
daging buahnya mengandung 65 gram Vortex mixer, dan Oven (Memmert®).
air; 134 energi; 2,5 gram protein; 3 gram Subjek Percobaan
lemak; 28 gram karbohidrat; 7,4 mg Tikus putih berjenis kelamin
kalsium; 44 mg fosfor; 1,3 mg besi; 175 jantan galur wistar yang berasal dari
SI vitamin A dan 53 mg vitamin C 6,7 . Lembaga Penelitian dan Pengembangan
Salah satu senyawa dominan yang Terpadu UGM bagian Unit Pe-
berpengaruh dalam rasa maupun aroma ngembangan Hewan Penelitian dengan
daging buah durian adalah alkohol8 . berat badan 180-250 g dan umur
Ditengah masyarakat, khususnya berkisar 3-4 bulan. Hewan uji dibagi
masyarakat Indonesia berkembang opini menjadi 4 kelompok, masing-masing
bahwa tidak boleh mengonsumsi buah kelompok terdiri dari 4 ekor tikus.
durian sebelum ataupun sesudah
mengonsumsi obat. Namun, pengaruh Cara Kerja
mengonsumsi buah durian sebelum Pengambilan Sampel
ataupun setelah mengonsumsi obat Sampel yang digunakan pada
terhadap nasib obat tersebut di dalam penelitian ini adalah buah durian yang
tubuh belum diketahui secara pasti, diambil di Desa Pal, Kelurahan Pal 5,
sehingga perlu dikaji secara ilmiah. Kecamatan Kakap, Kabupaten Kubu
Penelitian ini diharapkan dapat Raya, Kalimatan Barat. Buah durian ini
memberi informasi tentang bagaimana berasal dari pohon durian Desa Pal yang
pengaruh jus buah durian terhadap sudah berumur sekitar 13 tahun.
kinetika absorpsi dan eliminasi pa- Determinasi Sampel
rasetamol serta mengetahui dosis jus Tanaman di identifikasi di
buah durian yang dapat mempengaruhi Laboratorium Biologi Fakultas Mate-
kinetika absorpsi dan eliminasi para- matika dan Ilmu Pengetahuan Alam
setamol. Universitas Tanjungpura Pontianak.
Pengolahan Sampel membuat seri konsentrasi larutan baku
Sampel dibagi kedalam 3 ke- parasetamol 4 ppm, 12 ppm dan 13 ppm
lompok dengan variasi dosis bertingkat kemudian diukur serapannya meng-
seperti yang tertera pada tabel 1. Buah gunakan spektrofotometri UV, masing-
durian yang digunakan sebagai sampel masing seri konsentrasi di replikasi
berukuran diameter ± 23 cm. Daging sebanyak 3 kali.
buah durian dipisahkan dari bagian biji Uji akurasi pada sampel yang
buah, ditimbang sesuai dengan dosis melalui proses preparasi dilakukan
yang telah ditentukan kemudian dengan cara membuat larutan baku
diblender dengan kecepatan putaran parasetamol 4 ppm ; 6 ppm ; 13 ppm,
6000 RPM selama 2 menit dan yang kemudian dipreparasi sesuai
ditambahkan aquades dengan per- dengan prosedur penetapan kadar para-
bandingan 1:1 dengan dosis daging buah setamol dalam darah yang digunakan
durian yang digunakan. pada penelitian ini. masing-masing seri
Tabel 1. Dosis jus buah durian konsentrasi direplikasi sebanyak 3 kali.
Dosis Daging buah durian Uji Presisi
Dihitung nilai koefisien variasi
Dosis I 0,675 g/200 gBB
dari kadar parasetamol yang diperoleh
Dosis II 1,35 g/200 gBB
dari hasil uji akurasi.
Dosis III 2,7 g/200 gBB
Batas Deteksi dan Batas Kuantitasi
Validasi Metode Diukur respon baku pembanding
Penetapan Panjang Gelombang sebanyak 3 kali replikasi kemudian
Maksimum Parasetamol dihitung simpangan baku respon baku
Digunakan larutan baku para- pembanding dan nilai LOD dan LOQ
setamol dengan kadar 6 ppm dan diukur metode yang digunakan.
resapannya pada panjang gelombang Penetapan Jadwal Pengambilan
200 nm sampai 300 nm Cuplikan
Pembuatan Kurva Baku Parasetamol Dua ekor tikus jantan dipuasakan
Ditimbang baku pembanding selama 18 jam kemudian diberi larutan
parasetamol sebanyak 10 mg dan di parasetamol dosis tunggal 9 mg/200
larutkan dengan metanol 15 mL dalam gBB secara oral. Cuplikan darah diambil
gelas beaker, larutan dimasukkan ke- pada menit ke- 10, 20, 30, 40, 60, 90,
dalam labu takar 100 mL kemudian 120, 180, 240, 300 dan 360 melalui vena
ditambahkan aquades hingga 100 mL ekor tikus. Cuplikan sampel darah tiap
dan diperoleh larutan induk baku para- waktu diproses sesuai dengan prosedur
setamol dengan kadar 10 mg/100 mL penetapan kadar parasetamol dalam
atau setara dengan 100 ppm. Dari darah yang digunakan pada penelitian
larutan induk tersebut dibuat variasi ini. Setelah itu, ditetapkan harga 𝑇1/2
konsentrasi sebesar 4, 6, 8, 10, 12 dan untuk penetapan jadwal sampling
13 ppm. sebenarnya.
Linearitas dan Rentang Uji Perlakuan dan Penetapan Kadar
Dihitung Persamaan regresi linear Parasetamol Dalam Darah
parasetamol menggunakan model9 : y = Hewan uji dipuasakan selama 18
bx + a. jam, kemudian diberikan parasetamol
Uji Akurasi tunggal secara oral sebanyak 9 mg/200
Dilakukan sebanyak dua kali yaitu gBB. Hewan uji pada kelompok 1
uji akurasi pada sampel tanpa preparasi (kontrol PCT) hanya diberikan obat
dan pada sampel yang melalui proses parasetamol, sedangkan hewan uji pada
preparasi. Uji akurasi sampel tanpa kelompok 2 ; 3 ; 4, lima menit setelah
preparasi dilakukan dengan cara pemberian parasetamol, hewan uji
diberikan jus buah durian secara oral Pertanian (BPTP) Kalimantan Barat
dengan dosis 0,675g/200 gBB ; pada tahun 2013, Kecamatan Kakap
1,35g/200 gBB ; 2,7g/200gBB. merupakan salah satu daerah yang
Pengambilan sampel darah memiliki kebun durian yang cukup luas
dilakukan dari vena ekor tikus pada dan durian yang ditanam di daerah
menit ke- 10, 20, 30, 40, 60, 90, 120, tersebut merupakan jenis durian lokal.
180, 240, 300 dan 360. 0,5 mL darah Buah durian yang diambil berasal dari
hewan uji ditampung di dalam tabung pohon durian Desa Pal yang sudah
berisi EDTA. Ditambahkan 1 mL TCA berumur sekitar 13 tahun, yang dipanen
5%, disentrifugasi selama 5 menit pada akhir bulan Mei. Total buah durian
kecepatan 2500 RPM, diambil beningan yang digunakan pada penelitian ini
atau plasmanya. Plasma ditambahkan adalah sebanyak 3 buah durian.
dengan 2 mL etil asetat kemudian Hasil Determinasi Sampel
divortex, bagian beningannya diambil, Hasil determinasi menyatakan
diuapkan etil asetatnya sampai diperoleh bahwa tanaman yang buahnya di-
residu parasetamol. Residu dilarutkan gunakan pada penelitian ini adalah
kembali dengan 2 mL metanol, diukur tanaman durian (Durio zibethinus
absorbansi larutan dengan menggunakan Murr.).
alat spektrofotometer UV pada panjang Hasil Pengolahan Sampel
gelombang 243 nm10 Dari data ab- Sampel buah durian yang diambil
sorbansi, dihitung kadar parasetamol berukuran diameter ± 23 cm dengan
pada tiap cuplikan waktu menggunakan berat daging buah keseluruhan sebesar
persamaan regresi linear kurva baku 150 gram, digunakan dosis terbesar
parasetamol. daging buah durian sebesar 150 gram
Pembuatan Profil Kadar Parasetamol karena mengikuti anjuran makan durian
dalam Darah yang baik yaitu sebesar 100-200 gram
Berdasarkan data darah yang daging buah durian pada setiap kali
didapat dari setiap waktu, dapat dibuat makan11 . Daging buah durian kemudian
suatu kurva Ln konsentrasi plasma (Cp) dihaluskan menggunakan alat blender,
terhadap waktu (t). Konsentrasi plasma lalu ditambahkan aquades untuk
sebagai sumbu y dan waktu sebagai mempermudah proses penghalusan da-
sumbu x. Dari kurva tersebut dapat ging buah durian. Total volume pem-
ditentukan profil kadar parasetamol1,10 . berian masing-masing dosis jus buah
Analisis Hasil durian pada tikus uji dapat dilihat pada
Dihitung nilai parameter tabel 2.
farmakokinetik parasetamol pada tiap Tabel 2. Volume pemberian jus buah
kelompok uji menggunakan rumus yang durian pada hewan uji
berlaku pada model kompartemen 1 Dosis daging Volume
terbuka orde kesatu untuk selanjutnya buah durian pemberian
dianalisis statistik menggunakan pro- pada hewan (mL)
gram SPSS 17.0. 0,9 mL/200gBB
0,675 g/200gBB
HASIL DAN PEMBAHASAN
1,35 g/200gBB 1,62 mL/200gBB
Hasil Pengambilan Sampel
Pengambilan sampel buah
tanaman durian spesies Durio zibethinus 2,7 g/200gBB 3,06 mL/200gBB
Murr. dilakukan di Desa Pal, Kelurahan
Pal 5, Kecamatan Kakap, Kabupaten
Kubu Raya, Kalimantan Barat. Menurut
data Balai Pengkajian Teknologi
Panjang Gelombang Maksimum nentukan kadar parasetamol dalam
Parasetamol sampel darah.
Panjang gelombang maksimum Hasil Uji Akurasi
yang diperoleh pada penelitian yaitu Hasil uji akurasi penelitian ini
pada 243 nm. Panjang gelombang yang dapat dilihat pada tabel 3.
didapat tidak berbeda jauh dengan Tabel 3. Hasil uji akurasi
panjang gelombang maksimum yang ada
diliteratur yaitu pada 244 nm12 ,
sehingga panjang gelombang ini di- Parameter Sampel Sampel
tetapkan sebagai panjang gelombang uji akurasi tanpa dengan
maksimum yang akan digunakan dalam preparasi preparasi
setiap pembacaan absorbansi pada
penetapan kadar parasetamol se- Recovery 97,03568% 88,63307%
lanjutnya. rata-rata
Kurva Baku Parasetamol
Nilai absorbansi yang diperoleh Kesalahan
2,96432% 11,36693%
dari tiap seri konsentrasi berada dalam sistematik
rentang 0,2-0,8. Ini berarti, nilai rata-rata
absorbansi kurva baku penelitian telah
Menurut literatur, nilai recovery
memenuhi hukum Lambeert-Beer
yang baik adalah diatas 90% dan untuk
dimana pada kisaran absorbansi tersebut
suatu metode yang harus melalui proses
kesalahan pengukuran yang terjadi
preparasi sampel yang cukup panjang
adalah yang paling minimal. Grafik
misalnya dengan ekstraksi, maka
Kurva baku parasetamol dapat dilihat
recovery yang dicapai hendaknya tidak
pada gambar 1.
kurang dari 75% sedangkan nilai
1 kesalahan sistematik suatu metode
hendaknya tidak lebih dari
0,8 20%5,14 . Jadi, nilai recovery dan ke-
salahan sistematik sampel tanpa
Absorbansi (nm)

0,6 preparasi dan sampel dengan preparasi


0,4 pada penelitian ini telah memenuhi
syarat uji akurasi.
0,2 Hasil Uji Presisi
Nilai kesalahan acak sampel
0
penelitian ini dapat dilihat pada tabel 4.
0 5 10 15 Tabel 4. Hasil uji presisi
Kadar (ug/mL)
Parameter Sampel Sampel
Gambar 1. Kurva baku parasetamol uji presisi tanpa dengan
Linearitas dan Rentang preparasi preparasi
Persamaan regresi linier dari
Kesalahan
kurva baku parasetamol penelitian ini 0,83388% 0,85374%
acak rata-
adalah y = 0,06468x + 0,02461 dengan
rata
nilai koefisien korelasi atau R sebesar
0,99866. Menurut literatur nilai R > 0,9 Menurut literatur, nilai presisi
– 1 diketahui memiliki arti bahwa yang baik harus kurang dari 20%14 , dari
hubungan antarvariabel sangat tinggi, hasil ini dapat disimpulkan bahwa
kuat sekali dan dapat diandalkan13 . kesalahan acak penelitian ini telah
Oleh sebab itu, persamaan garis kurva memenuhi syarat uji presisi.
baku ini layak digunakan untuk me-
Batas Deteksi dan Batas Kuantitasi dalam bentuk garam natrium atau garam
Nilai LOD pada penelitian adalah kaliumnya. EDTA akan mengubah ion
sebesar 1,01576 µg/mL dan nilai LOQ kalsium dalam darah menjadi bentuk
sebesar 3,38589 µg/mL. bukan ion, yaitu kompleks Ca-EDTA.
Hasil Penetapan Jadwal Pengambilan Kalsium sendiri merupakan salah
Cuplikan satu faktor pembekuan darah sehingga
Orientasi pengambilan cuplikan tanpa kalsium pembekuan darah tidak
dilakukan dengan menggunakan dua akan terjadi. Penambahan reagen-reagen
ekor tikus jantan yang diberi larutan yang dilakukan pada penelitian ini
parasetamol dosis tunggal 9 mg/200 meliputi penambahan TCA, etil asetat
gBB secara oral, pada menit ke- 10, 20, dan metanol. Penambahan TCA atau
30, 40, 60, 90, 120, 180, 240, 300 dan Trichloroacetat acid pada sampel darah
360. bertujuan untuk mengendapkan makro-
Hasil orientasi waktu pencuplikan molekul di dalam darah, salah satunya
pada gambar 2, menunjukkan bahwa adalah protein. TCA akan menyebabkan
𝑇1/2 rata-rata parasetamol pada tikus uji produk yang mengandung peptida dan
adalah sebesar 118,31952 menit. Dari asam amino akan larut dalam TCA,
hasil perhitungan 3 kali 𝑇1/2 rata-rata sedangkan protein yang tidak ter-
parasetamol diperoleh waktu minimal hidrolisis akan mengendap16 . Bagian
pengambilan cuplikan darah selama beningan atau plasma darah yang
354,95856 menit atau selama 360 menit. diperoleh dari hasil pemisahan
Dari hasil ini dapat diketahui bahwa komponen darah di-tambahkan dengan 2
waktu pengambilan cuplikan paraseta- mL etil asetat.

4
3,5
Ln Kadar obat dalam

3
darah (µg/mL)

2,5 Tikus 1
2
Tikus 2
1,5
1 Rata-rata
0,5
0
0 100 200 300 400
Waktu (menit)
Gambar 2. Kurva Ln kadar purata parasetamol dalam darah vs T. Pengambilan cuplikan dilakukan
pada menit ke- 10, 20, 30, 40, 60, 90, 120, 180, 240, 300 dan 360. Nilai 𝑇1/2 tikus 1
sebesar 111,77419 menit dan nilai 𝑇1/2 tikus 2 sebesar 124,86486 menit, nilai 𝑇1/2 rata-
rata parasetamol yang diperoleh sebesar 118,31952 menit.

mol pada penelitian ini sudah memenuhi Penambahan etil asetat berfungsi
syarat pengambilan cuplikan darah yaitu untuk melarutkan senyawa parasetamol
3-5 kali 𝑇1/2 obat15 . yang terdapat dalam plasma darah,
Hasil Uji Perlakuan dan Penetapan dimana menurut literatur parasetamol
Kadar Parasetamol Dalam Darah larut di dalam pelarut etil asetat17,18 .
Darah hewan uji yang diambil Setelah penambahan etil asetat di-
ditampung di dalam tabung berisi lakukan, campuran plasma darah dan etil
asetat membentuk dua lapisan yang
EDTA. EDTA merupakan salah satu
saling memisah. Lapisan atas merupakan
antikoagulansia yang banyak digunakan
etil asetat dan lapisan bawah merupakan l243 nm, dari nilai absorbansi yang
plasma darah hal ini dikarenakan etil diperoleh dapat dihitung nilai kadar
asetat memiliki massa jenis yang lebih parasetamol pada setiap sampel
kecil dibandingkan plasma darah. Etil kemudian dibuat kurva Ln kadar
asetat memiliki bobot jenis sebesar parasetamol dalam darah lawan waktu.
0,900-0,903 g/L19 sedangkan bobot Gambar 3 menunjukkan kurva
jenis plasma darah adalah sebesar 1,025 kadar parasetamol dalam darah terhadap
g/L20 . Lapisan etil asetat diambil dan waktu tiap kelompok uji. Pada gambar 3
diuapkan sampai kering hingga terlihat bahwa adanya jus buah durian
diperoleh residu parasetamol, proses mempengaruhi profil kurva kadar
penguapan dilakukan di dalam oven parasetamol dalam darah. Harga
dengan suhu sebesar 60ºC. Pemilihan parameter farmakokinetik parasetamol
suhu ini dikarenakan etil asetat memiliki tiap kelompok uji yang dihitung dapat
titik didih sebesar 77ºC sehingga dilihat pada tabel 5.
digunakan suhu yang mendekati titik Terdapat 3 macam parameter
didihnya21 , pada suhu ini senyawa yang dapat digunakan untuk men-
parasetamol tidak akan rusak ataupun jelaskan profil farmakokinetika obat
melebur karena parasetamol memiliki ti- didalam tubuh yaitu parameter primer,

4,5
4
Ln kadar obat dalam darah

3,5
3 Kontrol PCT
2,5 Dosis 1
2
Dosis 2
1,5
1 Dosis 3
(µg/mL)

0,5
0
0 100 200 300 400
Waktu (menit)
Gambar 3. Kurva Ln kadar purata parasetamol dalam darah vs T tiap kelompok uji. Tiap kelompok
uji memiliki bentuk kurva yang saling berlainan satu sama lain dimana kurva kelompok
dosis 2 memiliki titik puncak yang paling tinggi dibandingkan dengan kurva kelompok
kontrol, dosis 1 serta 3.

tik lebur pada suhu 168ºC-172ºC12 . sekunder dan turunan. Parameter primer
Residu parasetamol yang pada penelitian ini meliputi parameter
tertinggal di dasar tabung reaksi Ka, Vd dan klirens. Parameter Ka dapat
dilarutkan kembali dengan penambahan menjelaskan kinetika absorpsi dari
2 mL metanol. Metanol dapat parasetamol. Dari tabel 5 diketahui
melarutkan residu parasetamol yang bahwa terjadi penurunan nilai Ka pada
tertinggal di dasar tabung karena kelompok hewan uji yang diberikan
parasetamol memiliki kelarutan yang parasetamol dan jus buah durian jika
sangat baik dalam metanol12,17,18 . dibandingkan dengan kelompok kontrol
Setelah seluruh proses preparasi selesai, parasetamol. Hal ini mungkin dikarena-
sampel diukur nilai serapan atau kan salah satu kandungan nutrisi ter-
absorbansinya menggunakan spektro- besar dalam daging buah durian adalah
fotometer UV pada panjang gelombang karbohidrat7,22 . Sebagaimana diketa-
hui karbohidrat dapat berinteraksi Parameter volume distribusi atau
dengan parasetamol dengan menunda Vd merupakan parameter primer yang
absorpsi parasetamol3 . Interaksi karbo- dapat digunakan untuk menjelaskan
hidrat dan parasetamol terjadi ketika kinetika distribusi dan eliminasi
parasetamol dikonsumsi bersama parasetamol pada penelitian ini. Volume
makanan yang mengandung karbohidrat. distribusi dapat dianggap sebagai

Tabel 5. Nilai parameter farmakokinetik parasetamol tiap kelompok uji


Parameter Kontrol Dosis 1 Dosis 2 Dosis 3
PCT
𝑲𝒂𝒓𝒂𝒕𝒂−𝒓𝒂𝒕𝒂
0,03835 0,01999 0,03400 0,02488
(/menit)
𝑻𝒎𝒂𝒌𝒔, 𝒓𝒂𝒕𝒂−𝒓𝒂𝒕𝒂
58,89859 106,85644 59,59103 94,21527
(menit)
𝑪𝒑𝒎𝒂𝒌𝒔 𝒓𝒂𝒕𝒂−𝒓𝒂𝒕𝒂
35,83275 52,36473 62,39452 35,13910
(µg/mL)
𝐕𝐝𝒓𝒂𝒕𝒂−𝒓𝒂𝒕𝒂
164,56946 114,23161 88,25246 163,29090
(mL)
𝑪𝒍𝒓𝒂𝒕𝒂−𝒓𝒂𝒕𝒂
0,99141 0,39087 0,58886 0,55114
(mL/menit)
𝑲𝒆𝒓𝒂𝒕𝒂−𝒓𝒂𝒕𝒂
0,00567 0,00342 0,00667 0,00337
(/menit)
𝑻𝟏/𝟐
𝒓𝒂𝒕𝒂−𝒓𝒂𝒕𝒂 122,50718 202,83420 103,86180 205,36310
(menit)
𝑨𝑼𝑪 𝒕𝒓𝒂𝒑𝒆𝒛𝒐𝒊𝒅𝒓𝒕
9166,80463 20905,32642 14633,40111 13604,54713
(µg.menit/mL)
𝑨𝑼𝑪 𝒎𝒐𝒅𝒆𝒍𝒓𝒂𝒕𝒂𝟐
8876,84850 22273,72787 13943,75132 13914,70662
(µg.menit/mL)

Adanya karbohidrat akan mem- volume dimana obat terlarut5 . Parame-


perlama waktu pengosongan lambung, ter volume distribusi obat memiliki
ketika lambung terisi maka-nan, isi hubungan berbanding terbalik dengan
lambung akan diangkut secara perlahan kadar obat dalam plasma (Cp) dimana
ke usus, sebagaimana diketahui para- ketika suatu obat terikat oleh protein
setamol di absorpsi dengan baik di plasma dalam jumlah besar atau berada
dalam usus, perlambatan perpindahan didalam pembuluh darah, maka nilai
parasetamol dari lambung ke usus ini kadar obat dalam plasma akan semakin
menyebabkan terjadinya penundaan tinggi, yang mengakibatkan nilai Vd
absorpsi parasetamol. Penundaan atau- menjadi lebih kecil demikian
pun penurunan absorpsi parasetamol sebaliknya5,23 .
menyebabkan laju absorpsi parasetamol Parameter klirens atau Cl
menjadi menurun, oleh karena itulah merupakan parameter primer yang dapat
nilai konstanta laju absorpsi parasetamol menjelaskan kinetika eliminasi dari
atau Ka pada dosis 1,2 dan 3 mengalami parasetamol. Parameter klirens sangat
penurunan. mempengaruhi kinetika eliminasi suatu
obat dimana semakin tinggi harga bolisme parasetamol berlangsung
klirens, maka semakin cepat obat lebih cepat 26 .
tersebut tereliminasi dari tubuh, de- Kinetika absorpsi parasetamol
mikian sebaliknya5 . Proses eliminasi pada penelitian ini juga dapat dikaji dari
obat dari tubuh dipengaruhi oleh proses parameter sekunder 𝑇𝑚𝑎𝑘𝑠 dan 𝐶𝑝𝑚𝑎𝑘𝑠 .
metabolisme dari obat tersebut dimana Menurut literatur Parameter Ka suatu
semakin cepat proses metabolisme suatu obat sangat mempengaruhi nilai 𝑇𝒎𝒂𝒌𝒔
obat berlangsung maka semakin cepat dari obat tersebut, semakin kecil nilai Ka
pula obat tersebut dikeluarkan dari maka semakin besar nilai 𝑇𝒎𝒂𝒌𝒔 nya
tubuh. demikian sebaliknya5 . Penurunan nilai
Kelompok dosis 1 dan 3 yang Ka menujukkan bahwa obat diabsorpsi
memiliki nilai klirens terendah menun- secara lambat oleh tubuh, hal inilah yang
jukkan bahwa proses metabolisme menyebabkan penurunan nilai 𝑇𝒎𝒂𝒌𝒔
parasetamol berlangsung lambat se- dan 𝐶𝑝𝑚𝑎𝑘𝑠 parasetamol pada dosis 3,
hingga menyebabkan parasetamol be- namun 𝐶𝑝𝑚𝑎𝑘𝑠 dosis 1 dan 2 mengalami
rada lebih lama dalam tubuh dan me- peningkatan, hal ini disebabkan oleh
nyebabkan peningkatan nilai 𝑇1/2 para- terjadinya penurunan nilai volume
setamol (tabel 5). Metabolisme parase- distribusi pada dosis 1 dan 2. Selain itu,
tamol yang berlangsung lambat ini dapat peningkatan nilai 𝐶𝑝𝑚𝑎𝑘𝑠 ini ke-
disebabkan oleh adanya proses siklus mungkinan juga dapat disebabkan oleh
enterohepatik yang dilalui oleh parase- adanya siklus enterohepatik parasetamol
tamol dimana menurut literatur parase- dalam tubuh, adanya parasetamol yang
tamol mengalami metabolisme melalui memasuki siklus enterohepatik menye-
jalur sitokrom p450, konjugasi glukoro- babkan parasetamol terabsorpsi secara
nidasi dan sulfatasi24 . Parasetamol signifikan sehingga meningkatkan kadar
dapat melalui siklus enterohepatik parasetamol dalam plasma.
dikarenakan salah satu jalur meta- Kinetika eliminasi parasetamol
bolisme parasetamol adalah melalui pada penelitian ini selain dapat dikaji
konjugasi glukoronidasi dimana para- dari nilai parameter Vd dan klirens juga
setamol dalam bentuk konjugatlah yang dapat dikaji dari parameter sekunder Ke,
dapat melalui siklus enterohepatik25 . 𝑇1/2 , dan parameter turunan AUC.
Kelompok dosis 2 diketahui Parameter klirens sangat mempengaruhi
memiliki nilai klirens lebih tinggi nilai parameter Ke dan 𝑇1/2 , dimana
dibanding dosis 1 dan 3, hal ini semakin tinggi klirens maka semakin
menunjukkan bahwa proses meta- tinggi pula harga Ke sehingga obat cepat
bolisme parasetamol berlangsung cepat tereliminasi dari tubuh (𝑇1/2 rendah).
sehingga menyebabkan parasetamol Hal ini sesuai dengan hasil penelitian
lebih cepat dikeluarkan dari tubuh dimana kelompok dosis 2 yang memiliki
dimana dari hasil penelitian diketahui nilai klirens yang tinggi memiliki nilai
bahwa nilai 𝑇1/2 parasetamol terbesar Ke yang tinggi pula sehingga memiliki
dimiliki oleh dosis 2 (tabel 5). nilai 𝑇1/2 terendah. Demikian
Peningkatan laju metabolisme para- sebaliknya, kelompok 1 dan 3 yang
setamol pada kelompok dosis 2 ke- memiliki nilai klirens terendah memiliki
mungkinan dapat disebabkan oleh nilai Ke yang rendah sehingga memiliki
pengaruh senyawa lain yang terkandung nilai 𝑇1/2 tertinggi.
di dalam buah durian yaitu senyawa
Parameter AUC merupakan
alkohol8 . Alkohol diketahui dapat
parameter yang mencerminkan jumlah
menginduksi enzim sitokrom p450 yang
total obat aktif yang mencapai siklus
merupakan enzim pemetabolisme para-
sistemik. Nilai parameter AUC sangat
setamol sehingga menyebabkan meta-
berkaitan erat dengan parameter volume Paracetamol. Indian J Med Res
distribusi (Vd), semakin besar harga Vd 130: 479, 480.
suatu obat maka semakin kecil harga 3. Harkness, R. 1989. Interaksi Obat.
AUC obat tersebut 5 . Hal ini sesuai Bandung: Institut Teknologi
dengan hasil penelitian yang me- Bandung, Halaman 254, 287.
nunjukkan bahwa nilai Vd masing- 4. Kee, J.L dan Hayes, E.R. 1996.
masing kelompok uji berbanding Farmakologi, Pendekatan Proses
terbalik dengan nilai AUC nya, dimana Keperawatan. Jakarta: Penerbit
dari tabel 1, dapat dilihat bahwa Buku Kedokteran EGC, Halaman
kelompok kontrol PCT yang memiliki 140-141.
nilai AUC terkecil, memiliki nilai Vd 5. Hakim, L. 2010. Farmakokinetik.
yang terbesar demikian sebaliknya. Yogyakarta: Bursa Ilmu, Halaman
12, 21-29, 34-39, 48, 69, 81, 85,
KESIMPULAN
162, 164-165, 170, 362.
1. Jus buah durian mempengaruhi
kinetika absorpsi parasetamol dengan 6. Setiadi. 2008. Bertanam Durian
menurunkan nilai parameter Ka, Cetakan ke-XXV. Jakarta: Penebar
meningkatkan 𝑇𝑚𝑎𝑘𝑠 dan menurun- Swadaya, Halaman 4-7.
kan 𝐶𝑝𝑚𝑎𝑘𝑠 parasetamol. Namun pa- 7. Amid, B., Mirhosseini, H dan
da dosis 2 dan 3 terjadi peningkatan Kostadinovic, S. 2012. Chemical
nilai 𝐶𝑝𝑚𝑎𝑘𝑠 . Composition and Molecular
2. Jus buah durian mempengaruhi ki- Structure of Polysaccharide-Protein
netika eliminasi parasetamol dengan Biopolymer from Durio zibethinus
menurunkan nilai parameter Vd, Cl Seef: Extraction and Purification
dan Ke sehingga meningkatkan nilai Process. Chemistry Central Journal
AUC dan 𝑇1/2 parasetamol. Namun 6: 119.
pada dosis 2 terjadi peningkatan nilai 8. Baldry, J., Dougan, J dan Howard,
Ke, dan penurunan 𝑇1/2 parasetamol. G. E. 1972. Volatile Flavouring
3. Dosis 1, 2 dan 3 dapat mempengaruhi Constituents of Durian.
kinetika absorpsi dan eliminasi Phytochemistry Vol. 11: 2083.
parasetamol yang meliputi nilai pa- 9. Harmita. 2004. Petunjuk
rameter Ka, 𝐶𝑝𝑚𝑎𝑘𝑠 , 𝑇𝑚𝑎𝑘𝑠 , Vd, Ke, Pelaksanaan Validasi Metode dan
AUC, 𝑇1/2 , dan klirens pada tikus Cara Perhitungannya. Majalah Ilmu
putih (Rattus norvegicus L.) jantan Kefarmasian Vol. I, No. 3: 117,
galur wistar. 120-123, 127-133.
10. Rusdiana, T., Sjuib, F., Asyarie S.
DAFTAR PUSTAKA 2009. Interaksi Farmakokinetik
Kombinasi Obat Parasetamol dan
1. Pakarti, A.W. 2009. Pengaruh Fenilpropanolamin Hidroklorida
Perasan Buah Mangga Terhadap sebagai Komponen Obat Flu.
Farmakokinetika Parasetamol yang Bandung: Universitas Padjajaran,
Diberikan Bersama Secara Oral Halaman 2, 4.
Pada Kelinci Jantan. Skripsi.
11. Balai Penelitian Tanaman Buah
Surakarta : Universitas
Tropika, 2012. 1001 Manfaat
Muhammadiyah Surakarta,
Durian Untuk Kesehatan. (Online)
Halaman 1-2, 39-40.
(http://balitbu.litbang.deptan.go.id/i
2. Tripathi, Y., Tiwari, O., Nagwani, nd/index.php /berita-mainmenu-
S., Mishra, B. 2009. 26/13-info-aktual/339-1001-
Pharmacokinetic-Interaction of manfaat-durian-untuk kese-hatan.
Vitex negundo Linn. & Juni 2013).
12. Depkes RI. 1995. Farmakope 21. U.S Department of Health and
Indonesia. Edisi IV. Jakarta: Human Services. 1978. Ethyl
Departemen Kesehatan Republik Acetate. U.S Department of Health
Indonesia, Halaman 649-650. and Human Services, Halaman 2.
13. Sarwono, J. 2010. Pintar Menulis 22. Norjana, I dan Noor, A. A. 2011.
Karya Ilmiah-Kunci Sukses dalam Quality Attributes of Durian (Durio
Menulis Ilmiah. Yogyakarta: CV zibethinus Murr.) Juice After
Andi OFFSET, Halaman 41. Pectinase Enzyme Treatment.
14. U.S Department of Health and International Food Research
Human Services. 2001. Guidance Journal 18(3): 1117.
for Industry, Bioanalytical Method 23. Shargel, L dan Yu, A. 2005.
Validation. U.S Department of Biofarmasetika dan
Health and Human Services, Farmakokinetika Terapan Cetakan
Halaman 5-6. Kedua. Surabaya: Airlangga
15. Donatus, I.A. 1985. Strategi University Press, Halaman 21-26,
Penelitian Farmakokinetika. 31, 35-41, 45-49, 65, 107, 137-139,
Cermin Dunia Kedokteran No. 37: 147, 293, 295.
43, 45. 24. Forte, J. S. 2002. Paracetamol:
16. Sumarlin, L.O. 2008. Aktivitas Safety versus Toxicity. The
Protease Dari Bacillus circulans Chronic Ill No. 6: 14.
Pada Media Pertumbuhan Dengan 25. Watari, N., Hanawa, M., Iwai, M
pH Tidak Terkontrol PCT. Jakarta: dan Kaneniwa, N. 1984.
Universitas Syarif Hidayatullah Pharmacokinetics Study of The
Jakarta, Halaman 60. Enterohepatic Circulation of
17. Romero, S., Reillo, A., Escalera, Acetaminophen Glucoronide in
B., Bustamante, P. 1996. The Rats. J Pharmacobiodyn 7(11):
Behavior of Paracetamol in 811.
Mixtures of Amphiprotic and 26. Prescott, L. F. 2000.
Amphiprotic-Aprotic Solvents. Paracetamol, Alcohol and the
Relationship of Solubility Curves to Liver. Br J Clin Pharmacol
Specifif and Nonspecific 49(4): 291.
Interactions. Chem. Pharm. Bull.
44(5): 1063.
18. Roger, A dan Rasmuson, A. C.
1999. Solubility of Paracetamol in
Pure Solvents. J. Chem. Eng. Data
44: 1392.
19. Departemen Perindustrian. 1992. Etil
Asetat. Jakarta: Departemen
Perindustrian, Halaman 1.
20. Steyn, F. J., Huang, L., Ngo, S. T.,
Leong, J. W., Tan, H. Y., Xie, T.
Y., Parlow, A. F., Veldhuis, J. D.,
Waters, M. J., Chen, C.
Development of a Method for the
Determination of Pulsatile Growth
Hormone Secretion in Mice.
Endocrinology 152 (8): 3166.

Anda mungkin juga menyukai