Dasar Diagnosis
Dasar Diagnosis
OLEH :
Drh. Ida Bagus Kade Suardana, M.Si
1
DAFTAR ISI
2
DASAR-DASAR DIAGNOSIS PENYAKIT VIRUS
Penyakit eksotik
Penyakit zoonosis
perhatian dari dokter hewan yang mengambil sediaan atau spesimen. Spesimen harus
diambil dari tempat dan waktu yang tepat. Waktu yang tepat adalah secepat mungkin
setelah mulainya gejala klinis karena virus biasanya terdapat dalam jumlah yang
patogenesis dari penyakit yang dicurigai. Spesimen harus diberi tanda dan dikirim
pengiriman kurang dari satu hari maka spesimen dikirim dalm kotak berisolasi yang
diisi dengan bongkah es atau bungkus pendingin dengan temperatur 4oC. Pengiriman
yang memerlukan waktu lebih dari satu hari harus menggunakan es kering dengan
temperatur -70oC.
Spesimen yang tepat untuk diagnosis laboratorium dari berbagai gejala klinis
3
Gejala Spesimen
Pencernaan Tinja
___________________________________________________________________________
1. Pengujian adanya virus menular, antigen virus atau urutan gen virus.
Untuk mendeteksi virus, antigen virus atau asam nukleat virus dapat dilakukan
dengan berbagai cara uji laboratorium. Uji laboratorium harus memenuhi lima kriteria
yaitu : cepat, sederhana, sensitif, spesifik dan murah. Beberapa cara deteksi virus
adalah:
Radioimunoasai
Imunofluoresensi
Pewarnaan imunoperoksidase
4
Presipitasi
Fiksasi komplemen
artinya.
infeksi virus
diperoleh, seringkali
5
berupa kit diagnostik
tanpa pengadaan gen dapat diterapkan pada marnya DNA pada PCR
3. ISOLASI VIRUS
metode diagnosis yang baru. Isolasi virus merupakan satu-satunya metode yang dapat
canggih, kadang-kadang juga dilakukan inokulasi biakan sel dalam upaya mengisolasi
mahal. Pada labratorium penelitian dan rujukan, isolasi virus sangat diperlukan untuk
Spesimen untuk inokulasi makin cepat dikerjakan akan makin baik hasilnya.
Apabila spesimen tertunda lebih dari satu hari hendaknya disimpan pada suhu -700C.
6
dengan diaduk berputar dan spesimen organ/jaringan dicincang halus dan
bakteri dan jamur pencemar disaring dengan membran dengan diameter pori 0,45
pada suhu 35o-37oC dan diamati pengaruh merusak sel nya (sitopati) setiap hari.
Kecepatan sitopati tidak sama untuk setiap virus. Bila sitopati diragukan dilakukan
penyepihan ke dua atau bahkan ketiga. Sitopati selalu dibandingkan dengan kontrol.
Isolasi virus banyak dilakukan pada telur ayam bertunas dan jarang dilakukan
pada anak mencit. Inokulsi intra amnion pada embrio ayam merupakan metode yang
paling sensitif untuk mengisolasi virus influenza dan beberapa virus unggas lainnya.
Spesies inang alami, khususnya hewan muda yang rentan dan bebas antibodi
(misalnya : pedet, anak babi dan anak ayam), dapat digunakan untuk isolasi virus
yang belum dapat dibiakkan secara in vitro, tetapi terbatas pada studi patogenesis atau
pengujian vaksin, mengingat terjadinya infeksi yang serius bila diagnosisnya meleset.
7
Virus yang baru diisolasi dikelompokan kedalam keluarga tertentu dan
kadang-kadang kedalam suatu genus atau spesies, berdasarkan pada temuan klinis,
tipe sel yang menghasilkan isolat virus dan hasil dari pertumbuhan virus. Tetapi
identifikasi yang pasti, tergantung kepada penentuan sifat antigen dengan antiserum
yang telah diketahui, dengan menggunakan teknik yang mirip dengan identifikasi
langsung dari virus pada bahan pemeriksaan klinis. Setelah digolongkan kedalam
Teknik identifikasi saat ini sangat beragam. Tiap laboratorium dapat memilih
Teknik Prinsip
_____________________________________________________________________
8
dipindahkan (blotted) ke dalam membran
autoradiografi.
virus.
_____________________________________________________________________
diagnosis dilakukan secara cepat, spesifik, bahkan sampai tingkat sub tipe, galur atau
9
varian. AbMo merupakan antibodi yang hanya berikatan dengan satu jenis epitop
dalam suatu struktur antigen. Karena itu, AbMo mampu berikatan secara khas hanya
dengan antigen yang dikenalinya sehingga sangat berpotensi untuk dipakai dalam
pengembangan metode diagnosis yang murah, cepat dan akurat. Keakuratan AbMo
sebagai reagen imunodiagnosis yang akurat dan sensitif telah dibuktikan pada
sebesar 100% dalam mengidentifikasi subtipe virus influenza manusia sehingga telah
dipakai oleh WHO untuk membuat kit diagnosis infeksi virus influenza pada manusia
(Vareckova et al, 2002). Pada virus lainnya, AbMo juga sudah banyak dipakai untuk
melacak infeksi virus dan sekaligus dapat menentukan serotipenya secara akurat.
Misalnya, pada infeksi avian reovirus, penggunaan AbMo dalam uji serologi, mampu
membedakan serotipe virus yang berbeda secara akurat. AbMo juga telah dibuat
terhadap virus penyakit Jembrana dan telah digunakan dalam uji serologi untuk
melacak virus ini dalam plasma, limfosi, dan jaringan sapi Bali yang terserang
penyakit Jembrana. AbMo juga telah dipakai untuk melacak virus avian influenza
10
Skema Pembentukkan Antibodi Monoklonal.
Li mfos i t menc i t
kebal t erha dap Mi el oma m enci t
vi rus ra bi es
Fus i den gan P EG
Hibridom a
Virion dari beberapa virus dapat berikatan dengan sel darah merah dan
hemaglutinasi ternyata sensitif (kecuali untuk toga virus) dan sangat spesifik karena
dapat mengukur antibodi yang berikatan dengan protein permukaan yang paling
gampang mengalami perubahan antigenik. Disamping itu uji ini sederhana, murah,
11
dan cepat sehingga menjadi pilihan untuk mengidentifikasi isolat dari virus yang
menyebabkan hemaglutinasi.
Uji ini dilakukan untuk mengetahui adanya antigen dengan cepat. Caranya adalah
0,025 ml PBS dan suspensi cairan alantois diteteskan pada plat mikro yang bersih. Sel
darah merah ditambahkan 0,05 ml pada lubang yang sama, lalu diamati. Reaksi positif
ditandai dengan terbentuknya kristal seperti pasir pada campuran tersebut. Spesimen
yang bereaksi positif diambil dilanjutkan untuk uji HA teknik mikrotiter agar
Setiap lubang pada plat mikro diisi masing-masing dengan 0,025 ml PBS dengan
menggunakan penetes mikro kecuali pada lubang pertama. Pada lubang pertama dan
kedua ditambahkan cairan alantois yang akan diuji. Selanjutnya dibuat pengenceran
seri kelipatan dua mulai dari lubang kedua sampai sebelas dengan menggunakan
pengencer mikro. Selanjutnya pada tiap lubang (1-12), ditambahkan 0,025 ml PBS.
dan diayak selama 30 detik. Reaksi positif ditandai dengan adanya bentukan kristal
seperti pasir pada campuran tersebut. Pengenceran tertinggi dari cairan alantois adalah
Penapisan (screening) serum untuk deteksi antibodi dilakukan dengan uji hambatan
hemaglutinasi (HI) cepat. Kedalam plat mikro, diteteskan sebanyak 0,025 ml serum
yang telah diperlakukan awal dan 0,025 ml antigen avian influenza 4 unit HA.
12
Selanjutnya plat mikro beserta isinya diayak selama 30 detik, kemudian dieramkan
selama 30 menit. Sebanyak 0,05 ml suspensi sel darah merah ditambahkan kembali
kedalam lubang tersebut lalu diayak selama 30 detik. Hasil dapat diamati setiap 15
menit setelah perlakuan terakhir. Kontrol virus dibuat bersama-sama dengan saat
melakukan uji HI diatas dengan materi berupa 0,025ml PBS, 0,025ml antigen avian
influenza 4 unit HA, dan 0,05ml suspensi sel darah merah 0,5%. Kontrol darah dibuat
dengan mengikuti langkah yang sama dengan materi berupa 0,05 ml PBS dan 0,05 ml
suspensi sel darah merah. Serum akan diperiksa lebih lanjut dengan uji HI titrasi
Untuk mengetahui titer antibodi, maka dilakukan uji HI titrasi dengan 2X ulangan
berdasarkan prosedur baku (WHO 2002). PBS sebanyak 0,025 ml, dimasukkan
kedalam lubang ke-2 sampai ke-12. Lubang pertama dan kedua diisi dengan serum
dan kemudian diencerkan secara seri kelipatan dua dari lubang kedua sampai dengan
sampai ke-11. Lubang ke-12 hanya diisi dengan PBS 0,025 ml. Setelah menyelesaikan
suspensi sel darah merah 0,5% kedalam lubang ke-1 sampai ke-12 dan diayak kembali
selama 30 detik. Setelah diayak plat mikro dieramkan pada suhu kamar selama 1 jam
13
Uji ELISA
Dalam ELISA, microplate dilapisi dengan antigen dalam buffer karbonat pH 9,6 atau
antibodi monoklonal dalam buffer fosfat pH 6,8 selama satu malam. (Buffer karbonat:
1,59 gr Na2HCO3, 2,93 gr NaHCO3, 0,2 gr NaN3 dalam 1 liter; Bufer fosfat: 26,6 ml
0,1 M Na2HPO4 dan 23,4 ml 0,1 M NaH2PO4). Setelah diblok dengan BSA, sumur-
sumur dalam microplate ditambah dengan antibodi atau antigen dalam PBS/Tween
selama satu jam. Antibodi yang berikatan dengan antigen divisualisasikan dengan
penambahan anti-spesies antibodi yang dimarker dengan HRPO dan subsrtat yang
Genomik RNA VAI diisolasi dari sampel dengan digesti proteinase K, yang diikuti
dengan ekstraksi menggunakan Trizol (Invitrogen). Dalam metode ini, 0,25 ml sampel
kedalamnya sebanyak 0,2 ml. Suspensi specimen, trizol, dan kloroform dikocok
kembali sampai homogen dan inkubasikan pada suhu kamar (15-30 o C) selama 15
menit. Bagian aquaeus diambil dan masukkan ke dalam tabung steril. Kedalamnya
pada suhu kamar. Setelah disentrifugasi dengan kecepatan 12.000 RCF selama 5
divorteks dan disentrifugasi kembali dengan kecepatan 7.500 RCF selama 5 menit,
14
supernatant dibuang, sedangkan peletnya dikeringkan, dan disuspensi kembali dengan
DEPC-treated water.
Platinum® Taq DNA Polymerase (Invitrogen). RT-PCR dilakukan dalam kondisi 0,2
mM dNTP, 1,6 mM MgSO4, dengan buffer yang disediakan oleh produsen. Kedalam
tabung PCR dengan volume 200uL dimasukkan 1-3 uL RNA yang telah diisolasi dan
panas diprogram dengan kondisi 45oC selama 1 jam, 94oC selama 4 menit dan 40
siklus dengan kondisi 94oC selama 60 detik, 50 – 55 oC sesuai dengan primer yang
detik. Pada bagian akhir diinkubasikan pada suhu 68 – 72oC untuk memperoleh
fragmen yang sempurna selama 5 menit. Tabung PCR dimasukkan setelah thermo-
cycler mencapai suhu 45oC. Setelah RT-PCR, 10-20% dari produk ditambahkan
dielektroforesis pada gel agarose 1% yang telah diisi etidium bromide dengan
dengan tegangan 100V selama 30 menit. Visualisasi DNA dilakukan dengan UV dan
15
4. INAKTIVASI VIRUS
1. Bahan Nukleotropik
2. Bahan Proteotropik
3. Bahan Lipotropik
- Formalin
- Asam nitrat
- Hidroksilamin
- Suhu panas
- PH asam
16
4. Bahan yang tidak selektif meliputi :
- Sinar X
- Reaksi fotodinamik
Sebagian besar virus`sangat labil dan dapat hidup diluar tubuh induk semang
virus dan jaringan tubuh yang mengandung virus secepatnya disimpan pada
suhu -40oC atau akan lebih bagus pada suhu -70 oC. Beberapa virus ada yang
atabil pada tempratur kamar dapat hidup dalam waktu yang cukup lama.
keadaan beku, yang disebut dengan freeze drying. Kebanyakan virus dapat
dalam nitrogen cair (-196oC), atau pada suhu -70o C sampai -90oC.
tertutup kedap udara bila didinginkan dengan CO2 padat (es kering) untuk
menghindari perusakan virus oleh gas CO2 . sejumlah virus dapat diinaktifkan
17
Sebagian besar virus dapat diinaktifkan pada suhu 56oC selama 30 menit atau
100oC selam beberapa detik karena terjadi proses denaturasi proses virus.
mengklasifikasikan virus.
2. Perubahan pH
Secara umum sebagian besar virus tetap vidup pada pH 5-9. akan tetapi virus
akan cepat rusak atau inaktif pada pHyang terlalu asam atau terlalu basa.
Asam kuat dan basa kuat menyebabkan denaturasi protein virus dank arena itu
(caustic soda) digunakan untuk disenfeksi virus Penyakit Mulut dan Kuku.
3. Radiasi Ultraviolet
Sinar ultraviolet 2600A merusak asam inti, sedangkan yang paling panjang
18
Sinar ultraviolet dengan gelombang pendek, dipakai untuk mensterilkan udara
4. Formaldehid
vaksin inaktif. Bahan ini bereaksi terutama dengan mengganti atom H pada
gugus amino dari asam inti dan protein. Akan tetapi karena asam inti serabut
ganda biasanya tidak memiliki gugus amino bebas untuk kontak dengan
formalin, maka hanya asam inti serabut tunggal (RNA) yang dapat
Pada virus yang asam intinya DNA, inaktifasi oleh formalin terjadi melalui
5. Pelarut lemak
lainnya.
6. Desinfektan
19
a. Oxidizing agent
b. Alkylating agent
Bahan ini merusak asam inti dari protein dengan cara mengganti atom
c. Protein denaturant
Bahan ini kurang baik sebagai desinfektan , karena hanya protein yang
dan fenol. Derivat lipofilik, yaitu isopropil alkohol dan lisol, lebih baik
d. Nucleiacid denaturant
asam inti. Oleh karena itu bahan-bahan tersebut sangat cocok untuk
(working solution) misalnya 1:4000 untuk BPL dan 1:2000 untuk AEI
pemanasan.
20
e. Deterjen
Deterjen ionic bereaksi dengan lemak dan struktur polar. Deterjen lebih
glutaraldehid.
Untuk tujuan penelitian, pembuatan vaksin, dan keperluan lainnya, maka virus
perlu diawetkan sehingga bisa disimpan dalam jangka waktu yang cukup lama.
Beberapa cara yang dapat digunakan supaya kualitas partikel virus tidak berubah
adalah :
1. Temperatur
2. Bahan kimia
1. Temperatur
Kebanyakan virus tahan hidup selama beberapa hari dalam tempratur 4 oC.
Keuntungan penyimpanan virus dalam suhu ini ialah dapat menghindari proses
virus. Untuk penyimpanan virus dalam waktu lama (berbulan-bulan atau sampai
tabung berisi nitrogen cair. Bagi virus-virus yang berada dalam sel (Cell associated)
21
perlu ditambahkan serum atau gliserol sampai 10% untuk mengawetkan sel-sel
2. Bahan Kimia
a. Jika virus disimpan pada tempratur -70oC, bahan kimia yang dapat
konsentrasi 10%
b. Bila virus tersebut Cell associated, disamping DMSO 10%, pada media
keutuhan sel.
mengawetkan virus pox dan sel epitel yang mengandung virus PMK.
Cara ini juga disebut liofilisasi dan merupakan yang terbaik dalam mengawetkan
virus, terutama bila sebelumnya suspensi virus tersebut mengandung 10% serum anak
sapi. Virus yang sudah kering beku dapat disimpan dalam tempratur 4oC selama
22
DAFTAR PUSTAKA
3. Hitchner SB, Domermuth, C.H, Purchase, H.G and Williams (1980) Isolation
and Identification of Avian Pathogens. The American Association of Avian
Pathologis.
4. Fenner FJ, Gibbs EPJ, Murphy FA, Root R, Studdert MJ and White DO,
(1993). Veterinary Virology. Academic Press. California.
23