Anda di halaman 1dari 119

Bahan Pembelajaran 1:

(Pengelola, Pendidik Sebaya, Konselor Sebaya)

Kebijakan Program PKBR Dalam Rangka


Mewujudkan Generasi Berencana (GenRe)

I. Pendahuluan
Arah kebijakan program Penyiapan Kehidupan Berkeluarga bagi Remaja
adalah mewujudkan Generasi Berencana. Sebagaimana diketahui, saat ini
jumlah remaja usia 10-24 tahun di Indonesia berjumlah sekitar 67 juta atau 30%
dari jumlah penduduk Indonesia 237,6 juta jiwa (Sensus Penduduk, 2010).
Remaja sangat rentan terhadap risiko TRIAD KRR (Katakan tidak pada Nikah
Dini, Seks Pra Nikah, dan NAPZA). Perilaku seksual sekitar 40 % remaja
menyatakan secara terbuka bahwa mereka mempunyai teman yang mereka
tahu pernah melakukan hubungan seksual, bahwa atas dasar norma yang
dianut 89% remaja tidak setuju seks pranikah, namun kenyataannya 82%
remaja punya teman yang telah melakukan seks pra nikah, sekitar 66% remaja
punya teman yang hamil sebelum menikah (SKRRI, 2002-2003).

Jumlah kasus AIDS di Indonesia yang dilaporkan hingga bulan Desember 2010
mencapai 24.131 kasus, dimana 45,48% dari kasus AIDS ini adalah kelompok
remaja (Kemenkes RI, 2010). Data ini merupakan fenomena gunung es artinya
data tersebut hanya yang dilaporkan. Jumlah penyalahgunaan NAPZA
(narkotika, psikotropika, alkohol dan zat adiktif lainnya, diketahui 1,5% dari
penduduk Indonesia (237,6 juta), dimana 78% diantaranya adalah usia 20-29
tahun, 800 ribu pelajar dan mahasiswa menggunakan jarum suntik dan 60%
pengguna jarum suntik sudah terjangkit HIV dan AIDS (BNN, 2008).

Ketiga masalah Kesehatan Reproduksi Remaja tersebut, tentu akan


mengurangi kesempatan remaja untuk mempraktikkan perilaku hidup sehat
sebagaimana mestinya. Remaja yang tidak berperilaku hidup sehat, akan
menjadi korban dari risiko TRIAD KRR (Nikah Dini, Seks Pra Nikah, dan
NAPZA), dimana mereka akan terganggu kesempatannya untuk:
1
1. Melanjutkan pendidikan (Continue learning)
2. Mencari pekerjaan (Start working)
3. Memulai kehidupan berkeluarga (Form family)
4. Menjadi anggota masyarakat yang normal (Excercise citizenship)
5. Mempraktikkan hidup secara sehat

II. Tujuan
A. Tujuan Pembelajaran Umum ( TPU)
Setelah mempelajari materi ini, peserta diharapkan dapat mengerti dan
memahami program Penyiapan Kehidupan Berkeluarga bagi Remaja.

B. Tujuan Pembelajaran Khusus (TPK)


Setelah mempelajari materi ini, peserta diharapkan dapat :
1. Memahami pengertian program PKBR
2. Memahami kebijakan program PKBR
3. Memahami strategi program PKBR
4. Memahami ciri-ciri Generasi Berencana (GenRe)

III. Uraian Materi


A. Pengertian program PKBR
Program PKBR adalah suatu program untuk memfasilitasi terwujudnya
Generasi Berencana (GenRe) yaitu remaja yang berperilaku sehat, terhindar
dari risiko Triad KRR (Katakan tidak pada Nikah Dini, Seks Pra Nikah, dan
NAPZA), menunda usia perkawinan, bercita-cita mewujudkan keluarga kecil
bahagia sejahtera serta menjadi contoh, model, idola, dan sumber informasi
bagi teman sebayanya.

B. Kebijakan program PKBR


1. Peningkatan Assets/Capabilities, yaitu pengembangan segala sesuatu
yang positif seperti yang terdapat pada diri remaja (pengetahuan, sikap,
perilaku, hobbi dan minat), yang dilaksanakan dengan upaya:
Peningkatan Program Komunikasi untuk Perubahan Perilaku remaja
dengan kegiatan yang dilakukan diantaranya :
a. Analisis program dan khalayak
b. Pengembangan rancangan program
c. Pengembangan materi dan isi pesan
d. Pelaksanaan dan monitoring
e. Evaluasi dan tindak lanjut
2. Pengembangan resources/opportunities, yaitu :

2
Jaringan dan dukungan yang diberikan kepada remaja oleh semua
stakeholder dan mitra kerja terkait (Teman, Pendidik Sebaya, Konselor
Sebaya, Kelompok-kelompok remaja, keluarga, teman-teman sekolah,
guru-guru, masyarakat, Pramuka, Remaja Masjid, Organisasi
Keagamaan, Toga/Toma dan Organisasi Remaja/Pemuda, Media Massa,
dll).
3. Second chance (kesempatan kedua), yaitu
Pemberian pelayanan/kesempatan kedua kepada remaja yang sudah
menjadi korban risiko TRIAD-KRR agar bisa kembali menjalani
kehidupan normal.

C. Strategi program PKBR


1. Memberdayakan SDM pengelola dan pelayanan program PKBR
melalui orientasi, workshop dan pelatihan
2. Membentuk dan mengembangkan PIK Remaja/Mahasiswa
3. Mengembangkan materi program PKBR (4 substansi)
4. Meningkatkan kemitraan program PKBR dengan stakeholder dan
mitra kerja terkait
5. Mengembangkan PIK Remaja Unggulan dan Center of Excellence
(CoE)
6. Meningkatkan advokasi dan KIE, Diseminasi tentang program PKBR
kepada stakeholder, mitra kerja, keluarga dan remaja
7. Meningkatkan pembinaan, monitoring dan evaluasi secara berjenjang.

D. Ciri-ciri Generasi Berencana


Adapun yang dimaksud Generasi Berencana adalah remaja yang memiliki
ciri-ciri sebagai berikut :
1. Berperilaku sehat.
2. Terhindar dari risiko TRIAD-KRR (Nikah Dini, Seks Pra Nikah, dan
NAPZA).
3. Menunda usia perkawinan
4. Bercita-cita mewujudkan keluarga kecil bahagia dan sejahtera
5. Menjadi contoh, model, idola dan sumber informasi bagi teman
sebayanya.

3
Bahan Pembelajaran 2:
(Pengelola, Pendidik Sebaya, Konselor Sebaya)

Delapan Fungsi Keluarga

4
I. Pendahuluan
Memasuki kehidupan berkeluarga tentunya memerlukan persiapan yang
matang dari setiap pasangan. Menyiapkan pribadi yang matang sangat
diperlukan dalam membangun keluarga yang harmonis. Menyiapkan pribadi
yang matang dapat dilakukan melalui penanaman nilai-nilai moral dengan
melaksanakan 8 fungsi keluarga yaitu fungsi agama, sosial budaya, cinta kasih,
perlindungan, ekonomi, dan lingkungan. Dalam setiap fungsi keluarga terdapat
nilai-nilai moral yang harus diterapkan dalam keluarga.

II. Tujuan
A. Tujuan Pembelajaran Umum ( TPU)
Setelah mempelajari materi ini, peserta diharapkan dapat mengerti dan
memahami tentang delapan fungsi keluarga.

B. Tujuan Pembelajaran Khusus (TPK)


Setelah mempelajari materi ini, peserta diharapkan dapat :
1. Memahami tentang fungsi agama
2. Memahami tentang fungsi sosial budaya
3. Memahami tentang fungsi cinta dan kasih sayang
4. Memahami tentang fungsi perlindungan
5. Memahami tentang fungsi reproduksi
6. Memahami tentang fungsi sosialisasi dan pendidikan
7. Memahami tentang fungsi ekonomi
8. Memahami tentang fungsi lingkungan

III. 8 Fungsi Keluarga


Pengamalan nilai-nilai moral menurut 8 fungsi keluarga dapat diuraikan sebagai
berikut:

A. Fungsi agama
Agama adalah kebutuhan dasar bagi setiap manusia yang ada sejak dalam
kandungan. Keluarga adalah tempat pertama seorang anak mengenal
agama. Keluarga juga menanamkan dan menumbuhkan serta
mengembangkan nilai-nilai agama, sehingga anak menjadi manusia yang
berakhlak baik dan bertaqwa. Setiap manusia mempunyai kewajiban yang
berbeda. Kewajiban tersebut disesuaikan berdasarkan umur dan profesinya.
Karena itu penting bagi masing-masing individu untuk mengetahui dan sadar

5
dengan tanggung jawab yang dipikulnya, termasuk dengan pengetahuan
akan eksistensinya sebagai manusia yang dicipta oleh yang Maha Pencipta.

Manusia pada hakekatnya diciptakan tak lain adalah untuk menyembah


kepada Tuhan Yang Maha Esa, karena itu sangat pantaslah sekiranya setiap
langkah yang akan dituju oleh setiap manusia hanyalah mengharap atas
ridho dari Allah SWT. Dalam hidup perjalanan setiap manusia sesungguhnya
tak lepas dari sekedar menjalani sebuah skenario yang telah digariskan oleh
yang Maha mengatur, sehingga masing-masing orang satu sama lain baik
rezeki, musibah dan takdir pasti tidak akan sama, karena disitulah letak
kerahasiaan dari Sang Pencipta. Dalam fungsi agama, terdapat 12 nilai
dasar yang mesti dipahami dan ditanamkan dalam keluarga. Dua belas nilai
dasar tersebut diantaranya:
1. Iman, yang dimaksud dengan iman yaitu mempercayai akan adanya
Allah SWT, Tuhan YME, mengamalkan segala ajaranNya.
2. Taqwa, yang dimaksud dengan taqwa adalah mengamalkan segala
sesuatu yang diperintahkan dan menghindari segala yang dilarang Allah
SWT.
3. Kejujuran, yang dimaksud dengan kejujuran yaitu menyampaikan apa
adanya.
4. Tenggang rasa ditandai dengan adanya kesadaran bahwa setiap
orang berbeda dalam sifat dan karakternya.
5. Rajin, maksudnya menyediakan waktu dan tenaga untuk
menyelesaikan tugasnya dengan berusaha untuk mendapatkan hasil
yang terbaik.
6. Kesalehan, maksudnya adalah memiliki nilai moral yang tinggi dengan
melakukan sesuatu yang benar secara konsisten.
7. Ketaatan, maksudnya dengan segera dan senang hati melaksanakan
apa yang menjadi tugas dan tanggung jawabnya.
8. Suka membantu, memiliki kebiasaan menolong dan membantu orang
lain tanpa mengharapkan imbalan.
9. Disiplin, maksudnya menepati waktu, mematuhi aturan yang telah
disepakati.

6
10. Sopan santun, maksudnya adalah seseorang yang berperilaku sesuai
dengan norma-norma dan nilai-nilai agama.
11. Sabar dan Ikhlas, maksudnya kemampuan seseorang untuk menahan
diri dalam menginginkan sesuatu serta dalam menghadapi suatu
kesulitan.
12. Kasih sayang, merupakan ungkapan perasaan dengan penuh
perhatian, kesadaran dan kecintaan terhadap seseorang.

B. Fungsi Sosial Budaya


Manusia adalah makhluk sosial, ia bukan hanya membutuhkan orang lain
tetapi juga ia membutuhkan interaksi dengan orang lain. Setiap keluarga
tinggal disuatu daerah dengan memiliki kebudayaan sendiri. Keluarga
sebagai bagian dari masyarakat diharapkan mampu mempertahankan dan
mengembangkan sosial budaya setempat. Disamping itu keluarga juga
mampu menanamkan rasa memiliki terhadap budaya daerahnya tetapi tidak
berlebih-lebihan, sehingga ia mampu menghargai perbedaan budaya harus
dijadikan rahmat bukan dijadikan bahan ejekan yang menyebabkan
terjadinya permusuhan dan perpecahan.

Dalam fungsi sosial budaya, terdapat 7 (tujuh) nilai dasar yang mesti
dipahami dan ditanamkan dalam keluarga. Tujuh nilai dasar tersebut
diantaranya:
1. Gotong royong, melakukan pekerjaan secara bersama-sama yang
dilandasi oleh sukarela dan kekeluargaan.
2. Sopan santun, perilaku seseorang yang sesuai dengan norma-norma
sosial budaya setempat.
3. Kerukunan, hidup berdampingan dalam keberagaman secara damai
dan harmonis.
4. Peduli, mendalami perasaan dan pengalaman orang lain.
5. Kebersamaan, adanya perasaan bersatu, sependapat, dan
sekepentingan.
6. Toleransi, bersikap menghargai pendirian yang berbeda atau
bertentangan dengan pendirian sendiri.
7. Kebangsaan, kesadaran diri sebagai warga negara Indonesia yang
harus menjunjung tinggi harkat dan martabat bangsa.
7
C. Fungsi Cinta dan Kasih Sayang
Mendapatkan cinta kasih adalah hak anak dan kewajiban orang tua untuk
memenuhinya. Dengan kasih sayang orang tuanya, anak belajar bukan
hanya menyayangi tetapi juga belajar menghargai orang lain. Dalam fungsi
cinta dan kasih sayang terdapat 8 (delapan) nilai dasar yang mesti dipahami
dan ditanamkan dalam keluarga, diantaranya adalah:
1. Empati, adalah memahami dan mengerti akan perasaan orang lain
2. Akrab, hubungan yang dilandasi oleh rasa kebersamaan dan
kedekatan perasaan
3. Adil, memperlakukan orang lain dengan sikap tidak memihak
4. Pemaaf, dapat menerima kesalahan orang lain tanpa perasaan
dendam
5. Setia, maksudnya adalah setia terhadap kesepakatan
6. Suka menolong, ditandai dengan tindakan suka menolong dan suka
membantu orang lain
7. Pengorbanan, kerelaan memberikan sebagian haknya untuk
membantu orang lain
8. Tanggung jawab, mengetahui serta melakukan apa yang menjadi
tugasnya.

D. Fungsi Perlindungan
Keluarga mempunyai fungsi sebagai tempat berlindung bagi anggota
keluarga. Dalam hal ini dimaksudkan bahwa keluarga harus memberikan
rasa aman, tenang dan tenteram bagi anggota keluarganya. Dalam ajaran
Islam bahwa salah satu tujuan pernikahan adalah diperolehnya rasa aman,
tenang dan tenteram. Dalam fungsi perlindungan terdapat 5 (lima) nilai dasar
yang mesti dipahami dan ditanamkan dalam keluarga. Nilai dasar tersebut
diantaranya:
1. Aman, dimaksudkan suatu perasaan yang terbatas dari ketakutan dan
kekhawatiran
2. Pemaaf, memberitahukan atau menunjukkan kesalahan seseorang
dan memberi kesempatan untuk memperbaikinya
3. Tanggap, maksudnya mengetahui dan menyadari sesuatu yang akan
membahayakan/mengkhawatirkan
8
4. Tabah, mampu menahan diri ketika menghadapi situasi yang tidak
diharapkan
5. Peduli, suatu upaya untuk memelihara, melindungi lingkungan dari
kerusakan

E. Fungsi Reproduksi
Salah satu tujuan dari perkawinan adalah memperoleh keturunan sebagai
pengembangan dari tuntunan fitrah manusia. Dalam hal ini keturunan
diperoleh dengan bereproduksi oleh pasangan suami istri yang sah. Pada
umumnya berbagai data menunjukkan bahwa penerapan pemenuhan hak
reproduksi bagi remaja belum sepenuhnya mereka dapatkan, antara lain
dalam hal pemberian informasi mengenai pentingnya fungsi reproduksi bagi
remaja. Hal ini dapat dilihat dari masih rendahnya pengetahuan remaja
tentang kesehatan reproduksi yaitu tentang masa subur. Remaja perempuan
dan laki-laki usia 15-24 tahun yang mengetahui tentang masa subur
mencapai 65% (SDKI, 2007), terdapat kenaikan dibanding hasil SKRRI
tahun 2002-2003 sebesar 29% dan 32%. Remaja perempuan dan laki-laki
yang mengetahui risiko kehamilan jika melakukan hubungan seksual sekali
masing-masing mencapai 63% (SDKI, 2007), terdapat kenaikan dibanding
hasil SKRRI tahun 2002-2003 sebesar 49% dan 45%.

Hasil penelitian tentang pengetahuan Infeksi Menular Seksual (IMS) yang


dilakukan di DKI Jakarta oleh LD-UI tahun 2005, menunjukkan bahwa
pengetahuan remaja tentang IMS masih sangat rendah kecuali mengenai
HIV dan AIDS yaitu sebesar 95%, Sifilis (Raja Singa) sekitar 37%, penyakit
Gonorrhea (Kencing Nanah) 12%, Herpes Genitalis 3%,
Klamidia/Kandidiasis 2%, Condiloma Akuminata (Jengger Ayam) 0,3%.

Untuk mengatasi hal tersebut diatas perlu adanya penanaman 3 nilai dasar
yang harus dipahami dalam fungsi reproduksi diantaranya adalah tanggung
jawab, sehat, dan teguh.
1. Tanggung jawab dimaksudkan untuk mengetahui apa yang menjadi
tugasnya
2. Sehat dimaksudkan untuk keadaan sehat secara fisik, fungsi dan
sistem reproduksi serta rohani/emosional, orang yang sehat dalam fungsi

9
reproduksi dicirikan dengan kemampuan seseorang menjaga kebersihan
dan kesehatan reproduksinya
3. Teguh dimaksudkan untuk keteguhan dalam fungsi reproduksi yaitu
kemampuan seseorang mampu menjaga kesucian organ reproduksinya
sebelum menikah.

F. Fungsi Sosialisasi dan Pendidikan


Pada dasarnya manusia adalah makhluk sosial, artinya manusia dalam
kehidupannya saling membutuhkan bantuan satu sama lain, hidup secara
berkelompok dan bermasyarakat. Setiap manusia mempunyai sistem sosial
terkecil yaitu keluarga. Menurut Coleman dan Cressey, keluarga adalah
sekelompok orang yang dihubungkan oleh pernikahan, keturunan atau
adopsi yang hidup bersama dalam sebuah rumah tangga.

Orang tua adalah pendidik pertama dan utama bagi anak-anaknya. Keluarga
selain berfungsi sebagai pendidik juga sebagai pembimbing dan pendamping
dalam tumbuh kembang anak, baik secara fisik, mental, sosial dan spiritual.
Mendidik anak adalah kewajiban orang tua. Dalam fungsi sosialisasi dan
pendidikan terdapat 7 nilai dasar yang mesti dipahami dan ditanamkan
dalam keluarga.

Ketujuh nilai dasar tersebut diantaranya:


1. Percaya diri dalam fungsi sosialisasi/pendidikan adalah kebebasan
berbuat secara mandiri dengan mempertimbangkan serta memutuskan
sendiri tanpa bergantung pada orang lain.
2. Luwes dalam fungsi sosialisasi dan pendidikan adalah mudah
menyesuaikan diri dengan situasi dan kondisi misalnya dengan mudah
menerima pendapat orang lain serta dapat bergaul dengan siapa saja.
3. Bangga dalam fungsi sosialisasi dan pendidikan yaitu perasaan
senang yang dimiliki, ketika selesai melaksanakan tugas/pekerjaan yang
menantang atau berhasil meraih sesuatu yang diinginkan.
4. Rajin dalam fungsi sosialisasi dan pendidikan adalah menyediakan
waktu dan tenaga untuk menyelesaikan tugasnya dengan berusaha
untuk mendapatkan hasil yang maksimal. Orang rajin dicirikan dengan

10
selalu menyediakan waktu tanpa mengenal menyerah serta mempunyai
cita-cita.
5. Kreatif dalam fungsi sosialisasi dan pendidikan adalah mendapatkan
banyak cara untuk melakukan sesuatu. Orang kreatif dapat dicirikan
dengan selalu banyak ide/gagasan dalam melakukan sesuatu, tidak
pernah berhenti.
6. Tanggung jawab dalam fungsi sosialisasi dan pendidikan maksudnya
mengetahui serta melakukan apa yang menjadi tugasnya.
7. Kerjasama dalam fungsi sosialisasi dan pendidikan maksudnya
melakukan sesuatu pekerjaan secara bersama-sama. Kerjasama dapat
dicirikan dengan kemampuan seseorang untuk saling menolong, suka
kerja kelompok, setia kawan dan ada pembagian tugas dengan orang
lain.

Selain dalam lingkungan sosial non formal, terdapat juga lingkungan sosial
formal untuk menunjang pendidikan yaitu sekolah. Sekolah mempunyai
peran sebagai media untuk mempengaruhi kehidupan intelektual, sosial dan
moral para siswa. Suasana di sekolah baik sosial maupun psikologis
menentukan proses dan pola penyesuaian diri. Disamping itu hasil dari
pendidikan yang diterima anak di sekolah akan merupakan bekal bagi proses
penyesuaian di masyarakat.

G. Fungsi ekonomi
Ilmu ekonomi merupakan cabang ilmu sosial yang mempelajari berbagai
perilaku pelaku ekonomi terhadap keputusan-keputusan ekonomi yang
dibuat. Secara garis besar ilmu ekonomi dapat dibedakan menjadi 2 (dua)
bahasan, yaitu:
1. Ilmu ekonomi makro, yaitu ilmu yang menganalisis kegiatan
perekonomian secara keseluruhan, seperti pendapatan nasional,
kesempatan kerja, dan tingkat harga pada umumnya.
2. Ilmu ekonomi mikro, yaitu ilmu yang mempelajari dan menganalisis
bagian-bagian tertentu dari keseluruhan kegiatan perekonomian seperti
tingkah laku konsumen dan tingkah laku produsen.

11
Ekonomi keluarga termasuk dalam pembahasan ekonomi mikro.
Pembahasan ekonomi keluarga adalah pembahasan atau analisis yang
berkaitan dengan perilaku ekonomi keluarga yang dikaitkan dengan proses
permintaan dan pemenuhan kebutuhan ekonomi keluarga. Dalam menjalani
kehidupan, manusia membutuhkan berbagai jenis dan macam barang-
barang maupun jasa untuk memenuhi kebutuhannya diantaranya adalah:
1. Kebutuhan primer
Kebutuhan primer adalah kebutuhan pokok yang benar-benar sangat
dibutuhkan oleh keluarga dan sifatnya wajib untuk dipenuhi, contohnya
kebutuhan sandang, pangan dan papan.
2. Kebutuhan sekunder
Kebutuhan sekunder keluarga adalah kebutuhan yang diperlukan setelah
semua kebutuhan pokok terpenuhi, contohnya kebutuhan rekreasi,
kebutuhan transportasi, kesehatan dan pendidikan.
3. Kebutuhan tersier
Kebutuhan tersier keluarga adalah kebutuhan manusia yang sifatnya
mewah, tidak sederhana dan berlebihan yang timbul setelah
terpenuhinya kebutuhan primer dan kebutuhan sekunder, contohnya
adalah mobil, komputer, apartemen, dan lain sebagainya.

Bagi remaja yang belum berkeluarga atau yang sudah merencanakan untuk
berkeluarga, sudah seharusnya untuk mempunyai gambaran tentang
bagaimana sebaiknya keuangan keluarga itu akan dikelola. Pengelolaan
keuangan ini memang harus diperhatikan, sebelum berbagai masalah akan
dialami dalam keluarga. Langkah-langkah untuk menyusun rencana
keuangan sebelum berkeluarga:
1. Menganalisis pemasukan dan pengeluaran
2. Mendiskusikan dengan calon pasangan tentang tujuan keuangan atau
impian-impian yang diinginkan tersebut dipilah menjadi 3 tahap yaitu
jangka pendek (dibawah satu tahun), jangka menengah (1-5 tahun),
jangka panjang (diatas 5 tahun).
3. Menyiapkan pendanaan untuk meraih semua impian tersebut
4. Bila tabungan sudah cukup segeralah merencanakan peluang usaha
5. Disiplin dalam pengelolaan keuangan.

H. Fungsi Lingkungan

12
Kemampuan keluarga dalam pelestarian lingkungan merupakan langkah
yang positif. Penempatan diri untuk keluarga sejahtera dalam lingkungan
sosial budaya dan lingkungan alam yang dinamis secara serasi, selaras dan
seimbang. Upaya pengembangan fungsi lingkungan ini dimaksud sebagai
wahana bagi keluarga agar dapat mengaktualisasikan diri dalam
membangun dirinya menjadi keluarga sejahtera dengan difasilitasi oleh
institusi masyarakat sebagai lingkungan sosialnya dan dukungan
kemudahan dari pemerintah.

Dalam fungsi lingkungan terdapat 2 (dua) nilai dasar yang mesti dipahami
dan ditanamkan dalam keluarga. Kedua nilai dasar tersebut diantaranya:
1. Bersih, maksudnya suatu keadaan lingkungan yang bebas dari
kotoran, sampah dan polusi.
2. Disiplin, maksudnya mematuhi aturan dan kesepakatan yang berlaku.

Bahan Pembelajaran 3:
(Pengelola, Pendidik Sebaya, Konselor Sebaya)

Pendewasaan Usia Perkawinan

I. Pengertian Pendewasaan Usia Perkawinan


Pendewasaan Usia Perkawinan (PUP) adalah upaya untuk meningkatkan usia
pada perkawinan pertama saat mencapai usia minimal 21 tahun bagi
perempuan dan 25 tahun bagi laki-laki. PUP bukan sekedar menunda
perkawinan sampai usia tertentu saja, akan tetapi juga mengusahakan agar
kehamilan pertama terjadi pada usia yang cukup dewasa. Apabila seseorang
gagal mendewasakan usia perkawinannya, maka diupayakan adanya
penundaan kelahiran anak pertama.

13
Tujuan program pendewasaan usia perkawinan adalah memberikan pengertian
dan kesadaran kepada remaja agar didalam merencanakan keluarga, mereka
dapat mempertimbangkan berbagai aspek berkaitan dengan kehidupan
berkeluarga, kesiapan fisik, mental, emosional, pendidikan, sosial, ekonomi
serta menentukan jumlah dan jarak kelahiran.

Pendewasaan usia perkawinan merupakan bagian dari program Kependudukan


dan Keluarga Berencana Nasional. Program PUP akan memberikan dampak
terhadap peningkatan umur kawin pertama yang pada gilirannya akan
menurunkan Total Fertility Rate (TFR).

Hasil data SDKI tahun 2007 menunjukan median usia kawin pertama wanita
berada pada usia 19,8 tahun. Berkaitan dengan data tersebut, diharapkan
sasaran RPJMN 2010-2014 dapat mencapai rata-rata usia kawin pertama
wanita 21 tahun.

II. Tujuan
A. Tujuan Pembelajaran Umum (TPU):
Setelah mempelajari materi ini, peserta diharapkan dapat mengerti dan
memahami tentang Pendewasaan Usia Perkawinan.

B. Tujuan Pembelajaran Khusus (TPK):


Setelah mempelajari materi ini, peserta diharapkan dapat :
1. Menjelaskan dengan baik dan benar tentang perencanaan
keluarga.
2. Menjelaskan tentang kesiapan ekonomi keluarga.
3. Menjelaskan tentang kematangan psikologis keluarga.

III. Perencanaan Keluarga


Perencanaan Keluarga merupakan kerangka dari program pendewasaan usia
perkawinan. Kerangka ini terdiri dari tiga masa reproduksi, yaitu: masa menunda
perkawinan dan kehamilan, masa menjarangkan kehamilan dan masa
mencegah kehamilan. Kerangka tersebut dapat dilihat seperti bagan dibawah
ini:

14
BAGAN PERENCANAAN KELUARGA
21 th - 35 th

Dari bagan tersebut yang terkait langsung dengan Pendewasaan Usia


Perkawinan adalah bagian pertama dari keseluruhan kerangka Pendewasaan
Usia Perkawinan dan perencanaan keluarga. Bagian kedua dan ketiga dari
kerangka dimaksud adalah untuk pasangan usia subur. Informasi yang berkaitan
dengan masa menjarangkan kehamilan dan masa mencegah kehamilan, perlu
disampaikan kepada para remaja agar informasi tersebut menjadi bagian dari
persiapan mereka untuk memasuki kehidupan berkeluarga. Dibawah ini akan
diuraikan ciri dan langkah-langkah yang diperlukan bagi remaja apabila
memasuki ketiga masa reproduksi tersebut.
A. Masa Menunda Perkawinan dan Kehamilan
Salah satu prasyarat untuk menikah adalah kesiapan secara fisik, yang
sangat menentukan adalah umur untuk melakukan pernikahan. Secara
biologis, fisik manusia tumbuh berangsur-angsur sesuai dengan
pertambahan usia. Elizabeth mengungkapkan (Elizabeth B. Hurlock, 1993,
h. 189) bahwa pada laki-laki, organ-organ reproduksinya di usia 14 tahun
baru sekitar 10 persen dari ukuran matang. Setelah dewasa, ukuran dan
proporsi tubuh berkembang, juga organ-organ reproduksi. Bagi laki-laki,
kematangan organ reproduksi terjadi pada usia 20 atau 21 tahun. Pada
perempuan, organ reproduksi tumbuh pesat pada usia 16 tahun. Pada
masa tahun pertama menstruasi dikenal dengan tahap kemandulan
remaja, yang tidak menghasilkan ovulasi atau pematangan dan pelepasan
telur yang matang dari folikel dalam indung telur. Organ reproduksi

15
dianggap sudah cukup matang di atas usia 18 tahun, pada usia ini rahim
(uterus) bertambah panjang dan indung telur bertambah berat .

Dalam masa reproduksi, usia di bawah 20 tahun adalah usia yang


dianjurkan untuk menunda perkawinan dan kehamilan. Dalam usia ini
seorang remaja masih dalam proses tumbuh kembang baik secara fisik
maupun psikis. Proses pertumbuhan berakhir pada usia 20 tahun, dengan
alasan ini maka dianjurkan perempuan menikah pada usia 20 tahun.

Seorang perempuan yang telah memasuki jenjang pernikahan maka ia


harus mempersiapkan diri untuk proses kehamilan dan melahirkan.
Sementara itu jika ia menikah pada usia di bawah 20 tahun, akan banyak
risiko yang terjadi karena kondisi rahim dan panggul belum berkembang
optimal. Hal ini dapat mengakibatkan risiko kesakitan dan kematian yang
timbul selama proses kehamilan dan persalinan, yaitu:
1. Risiko pada Proses Kehamilan
Perempuan yang hamil pada usia dini atau remaja cenderung memiliki
berbagai risiko kehamilan dikarenakan kurangnya pengetahuan dan
ketidaksiapan dalam menghadapi kehamilannya. Akibatnya mereka
kurang memperhatikan kehamilannya. Risiko yang mungkin terjadi
selama proses kehamilan adalah:
a. Keguguran (aborsi), yaitu berakhirnya proses kehamilan pada
usia kurang dari 20 minggu.
b. Pre eklampsia, yaitu ketidakteraturan tekanan darah selama
kehamilan dan Eklampsia, yaitu kejang pada kehamilan.
c. Infeksi, yaitu peradangan yang terjadi pada kehamilan.
d. Anemia, yaitu kurangnya kadar hemoglobin dalam darah.
e. Kanker rahim, yaitu kanker yang terdapat dalam rahim. Hal ini
erat kaitannya dengan belum sempurnanya perkembangan dinding
rahim.
f. Kematian bayi, yaitu bayi yang meninggal dalam usia kurang
dari 1 tahun.
2. Risiko pada Proses Persalinan
Melahirkan mempunyai risiko kematian bagi semua perempuan. Bagi
seorang perempuan yang melahirkan kurang dari usia 20 tahun dimana

16
secara fisik belum mencapai kematangan maka risikonya akan semakin
tinggi. Risiko yang mungkin terjadi adalah:
a. Prematur, yaitu kelahiran bayi sebelum usia kehamilan 37
minggu.
b. Timbulnya kesulitan persalinan, yang dapat disebabkan karena
faktor dari ibu, bayi dan proses persalinan.
c. BBLR (Berat Bayi Lahir Rendah), yaitu bayi yang lahir dengan
berat dibawah 2.500 gram.
d. Kematian bayi, yaitu bayi yang meninggal dalam usia kurang
dari 1 tahun
e. Kelainan bawaan, yaitu kelainan atau cacat yang terjadi sejak
dalam proses kehamilan.

Perempuan yang menikah pada usia kurang dari 20 tahun dianjurkan untuk
menunda kehamilannya sampai usianya minimal 20 tahun dengan
menggunakan alat kontrasepsi. Kontrasepsi yang dianjurkan adalah
Kondom, Pil, IUD, metode sederhana, implan dan suntikan.

B. Masa Menjarangkan Kehamilan


Pada masa ini usia isteri antara 20-35 tahun, merupakan periode yang
paling baik untuk hamil dan melahirkan karena mempunyai risiko paling
rendah bagi ibu dan anak. Jarak ideal untuk menjarangkan kehamilan
adalah 5 tahun. Kontrasepsi yang dianjurkan adalah IUD, Suntikan, Pil,
Implan dan metode sederhana.

C. Masa Mengakhiri Kehamilan


Masa mengakhiri kehamilan berada pada usia PUS diatas 35 tahun, sebab
secara empirik diketahui melahirkan anak diatas usia 35 tahun banyak
mengalami risiko medik. Kontrasepsi yang dianjurkan adalah Steril,
IUD, Implan, Suntikan, Metode Sederhana dan Pil.

Berdasarkan uraian diatas dapat disimpulkan penggunaan kontrasepsi


berdasarkan fase reproduksi wanita seperti tabel dibawah ini :

Fase Menunda Kehamilan Fase Menjarangkan Kehamilan Fase Tidak Hamil lagi
< 21 tahun 20-35 tahun >35 tahun

17
 Kondom  IUD  Steril
 Pil  Suntikan  IUD
 IUD  Pil  Implan
 Sederhana  Implan  Suntikan
 Implan  Sederhana  Sederhana
 Suntikan  Pil

Keterangan tentang definisi, keuntungan dan keterbatasan dari masing-masing


alat kontrasepsi diatas adalah sebagai berikut:
1. Metode Sederhana
a. Pantang berkala
Merupakan cara pencegahan kehamilan dengan tidak melakukan
senggama pada saat isteri dalam masa subur. Cara ini dapat digunakan
bila perempuan memiliki siklus menstruasi yang teratur setiap bulannya.
Kelebihan :
1) Aman tidak ada risiko/efek samping
2) Tidak mengeluarkan biaya/ekonomis
Kelemahan :
1) Tidak semua perempuan mengetahui masa suburnya
2) Tidak semua perempuan mempunyai siklus mentruasi/haid
yang teratur
3) Tidak semua pasangan dapat mentaati untuk tidak
berhubungan seksual selama masa subur
4) Dapat terjadi kegagalan jika salah menghitung

b. Senggama terputus
Adalah metode keluarga berencana tradisional, di mana pria
mengeluarkan alat kelaminnya (penis) dari vagina sebelum mencapai
ejakulasi.
Kelebihan :
1) Efektif bila digunakan dengan benar
2) Tidak mengganggu produksi ASI
3) Tidak ada efek samping
4) Dapat digunakan setiap waktu
5) Tidak membutuhkan biaya
Kelemahan :
18
1) Angka kegagalan tinggi
2) Memutus kenikmatan dalam berhubungan seksual

2. Metode Non Hormonal


a. Kondom
Merupakan selubung/sarung karet yang berbentuk silinder, dapat
terbuat dari latex (karet), plastik (vinyl) atau bahan alami (produksi
hewani) yang dipasang pada penis saat bersenggama.

Kelebihan:
1) Murah dan mudah didapat
2) Mudah dipakai sendiri
3) Mencegah penularan Infeksi Menular Seksual (IMS), HIV dan
AIDS
4) Membantu menghindarkan diri dari Ejakulasi Dini dan kanker
serviks
Kelemahan:
1) Efektifitas tidak terlalu tinggi
2) Kadang menimbulkan alergi
3) Harus selalu tersedia setiap kali berhubungan seksual

b. IUD (Intra Uterine Device) / AKDR (Alat Kontrasepsi Dalam


Rahim)
Alat yang terbuat dari bahan yang aman (plastik yang kadang dililit oleh
tembaga) dan dimasukkan kedalam rahim oleh bidan atau dokter yang
terlatih.
Kelebihan:
1) Efektifitas tinggi
2) Dapat dipakai dalam jangka panjang (sepuluh tahun)
3) Tidak mempengaruhi hubungan seksual
4) Tidak mempengaruhi produksi dan kualitas ASI
5) Mudah dikontrol
Kelemahan:
1) Efek samping yang umum terjadi: perubahan siklus haid
(umumnya pada tiga bulan pertama dan setelah itu akan berkurang),
19
haid lebih lama dan lebih banyak, perdarahan (spotting) antar
menstruasi.
2) Tidak mencegah Infeksi Menular Seksual termasuk HIV dan
AIDS
3) Diperlukan prosedur medis untuk pemasangan dan pelepasan

3. Metode Hormonal
a. Pil KB
Pil akan mempengaruhi hormon perempuan yang dapat mencegah
terjadinya kehamilan dan harus diminum setiap hari (diusahakan pada
waku yang sama) dan dimulai pada hari pertama haid.
Kelebihan:
1) Efektifitas tinggi
2) Murah dan mudah didapat
3) Haid lebih teratur dan mengurangi perdarahan saat haid
4) Kesuburan kembali segera setelah penggunaan pil dihentikan
5) Dapat digunakan jangka panjang selama perempuan masih
ingin menggunakannya.
6) Dapat dipakai sebagai kontrasepsi darurat
Kelemahan :
1) Diperlukan kepatuhan yang tinggi dalam penggunaannya (tidak
boleh lupa)
2) Dapat terjadi efek samping: mual, pusing, berat badan naik,
perdarahan bercak/ perdarahan sela.

b. Suntik KB
Cairan yang mengandung zat yang dapat mencegah kehamilan selama
jangka waktu tertentu (1 atau 3 bulan) yang disuntikkan pada pantat
atau lengan atas.
Kelebihan :
1) Tidak berpengaruh terhadap hubungan suami istri
2) Tidak diperlukan pemeriksaan dalam
3) Efek samping sangat kecil
4) Tidak mengganggu produksi ASI (untuk suntik KB 3 bulan)
20
5) Dapat dihentikan sewaktu-waktu jika ingin hamil
Kelemahan:
1) Kadang terjadi pusing, perdarahan sedikit-sedikit atau
terhentinya haid.
2) Tidak memberikan perlindungan terhadap IMS, HIV dan AIDS
3) Tergantung pada tenaga medis

c. Susuk KB (Implant)
Kontrasepsi berbentuk silindris yang terbuat dari batang silastik yang
dimasukkan tepat di bawah kulit pada bagian dalam lengan atas.
Kelebihan:
1) Efektifitas tinggi
2) Memberi perlindungan jangka panjang (3 tahun)
3) Tidak mengganggu produksi ASI
4) Tidak memerlukan pemeriksaan dalam
5) Pengembalian tingkat kesuburan yang cepat setelah
pencabutan.
Kelemahan:
1) Menimbulkan efek samping: perubahan pola haid berupa
perdarahan bercak (spotting), darah haid lebih banyak, nyeri kepala/
nyeri payudara, peningkatan/penurunan berat badan.
2) Tidak memberikan perlindungan terhadap IMS, HIV dan AIDS
3) Memerlukan tindakan medis untuk pemasangan dan
pencabutan

4. Metode Operasi/steril
a. Metode Operasi Wanita (MOW / Tubektomi)
Adalah prosedur bedah sukarela untuk menghentikan fertilitas
(kesuburan) seorang perempuan dengan mengikat dan memotong atau
memasang cincin pada saluran telur (Tuba Fallopii) sehingga sperma
tidak bisa bertemu dengan ovum.
Kelebihan:
1) Efektifitas tinggi
2) Tidak mengganggu produksi ASI
3) Jarang ada efek samping
21
Kelemahan:
Tidak dapat menghindarkan dari IMS, HIV dan AIDS

b. Metode Operasi Pria (MOP/ Vasektomi)


Adalah prosedur bedah sukarela untuk menghentikan fertilitas
(kesuburan) seorang laki-laki dengan mengikat atau memotong saluran
sperma (Vas Deferens).
Kelebihan:
1) Efektifitas tinggi
2) Aman, sederhana dan cepat
3) Hanya memerlukan anestesi lokal dan biaya rendah
4) Tidak ada efek samping jangka panjang
Kelemahan:
Tidak dapat menghindarkan dari IMS, HIV dan AIDS
IV. Kesiapan Ekonomi Keluarga
Masalah perekonomian keluarga adalah salah satu sumber disharmonis dalam
keluarga. Umumnya masalah keluarga mulai dari hal-hal kecil sampai pada
perceraian disebabkan oleh masalah ekonomi keluarga.

Menurut UU No. 52 Tahun 2009 tentang Perkembangan Kependudukan dan


Pembangunan Keluarga, Pasal 1 butir 11 tentang Ketahanan dan
Kesejahteraan Keluarga adalah Kondisi keluarga yang memiliki keuletan dan
ketangguhan serta mengandung kemampuan fisik dan materiil guna hidup
mandiri dan mengembangkan diri dan keluarganya untuk hidup harmonis dalam
meningkatkan kesejahteraan kebahagiaan lahir dan batin.

V. Kematangan Psikologis Remaja


A. Gambaran Psikologis Remaja
Masa remaja adalah masa peralihan atau masa transisi dari masa anak-
anak menuju masa dewasa. Pada masa ini, remaja mengalami beberapa
perubahan yaitu dalam aspek jasmani, rohani, emosional, sosial dan
personal. Akibat berbagai perubahan tersebut, remaja juga akan
mengalami perubahan tingkah laku yang dapat menimbulkan konflik
dengan orang disekitarnya, seperti konflik dengan orangtua atau
lingkungan masyarakat sekitarnya. Konflik tersebut terjadi akibat adanya
22
perbedaan sikap, pandangan hidup, maupun norma yang berlaku di
masyarakat.

B. Batasan Usia Remaja


Hurlock (1993) membagi tahapan usia remaja berdasarkan perkembangan
psikologis, sebagai berikut:
1. Pra remaja (11-13 tahun)
Pra remaja ini merupakan masa yang sangat pendek yaitu kurang lebih
hanya satu tahun. Pada masa ini dikatakan juga sebagai fase yang
negatif. Hal tersebut dapat terlihat dari tingkah laku mereka yang
cenderung negatif, sehingga fase ini merupakan fase yang sulit bagi
anak maupun orangtuanya.
2. Remaja awal (14-17 tahun)
Pada masa ini, perubahan-perubahan fisik terjadi sangat pesat dan
mencapai pada puncaknya. Ketidakseimbangan emosional dan
ketidakstabilan dalam banyak hal terdapat pada masa ini. Remaja
berupaya mencari identitas dirinya, sehingga statusnya tidak jelas.
Selain itu, pada masa ini terjadi perubahan pola-pola hubungan sosial.
3. Remaja lanjut (18-21 tahun)
Dirinya ingin selalu menjadi pusat perhatian dan ingin menonjolkan diri.
Remaja mulai bersikap idealis, mempunyai cita-cita tinggi, bersemangat
dan mempunyai energi yang sangat besar. Selain itu, remaja mulai
memantapkan identitas diri dan ingin mencapai ketidaktergantungan
emosional.

C. Ciri Psikologis Remaja


1. Masa remaja merupakan masa yang penuh gejolak.
2. Remaja mengalami perubahan yang dramatis dalam kesadaran
diri mereka (self-awareness).
3. Remaja sangat memperhatikan diri mereka dan citra yang
direfleksikan (self-image).
4. Para remaja juga sering menganggap diri mereka serba
mampu, sehingga seringkali mereka terlihat tidak memikirkan akibat
dari perbuatan mereka.

23
5. Pada usia 16 tahun ke atas, keunikan remaja akan berkurang
karena telah sering dihadapkan pada dunia nyata.

D. Periode Perkembangan Psikologis Remaja


Hurlock (1994) mengemukakan beberapa periode dalam perkembangan
psikologis remaja, antara lain:
1. Periode peralihan, yaitu peralihan dari tahap perkembangan
sebelumnya ke tahap perkembangan selanjutnya secara
berkesinambungan.
2. Periode perubahan, yaitu perubahan emosi, perubahan peran
dan minat, perubahan perilaku dan perubahan sikap;
3. Periode bermasalah, yaitu periode yang ditandai dengan
munculnya berbagai masalah yang dihadapi oleh remaja dan sering
sulit untuk diatasi.
4. Periode pencarian identitas diri, yaitu pencarian kejelasan
mengenai siapa dirinya dan apa perannya dalam masyarakat.
5. Periode yang menimbulkan ketakutan, yaitu periode dimana
remaja memperoleh stereotipe sebagai remaja yang tidak dapat
dipercaya dan berperilaku merusak.
6. Periode yang tidak realistik, yaitu periode dimana remaja
memandang kehidupan dimasa yang akan datang melalui idealismenya
sendiri yang cenderung saat itu tidak realistik.
7. Periode ambang masa dewasa, yaitu masa semakin
mendekatnya usia kematangan dan berusaha untuk meninggalkan
periode remaja dan memberikan kesan bahwa mereka sudah
mendekati dewasa.

E. Hubungan Antara Psikologis Remaja dengan Penundaan Usia


Perkawinan
Berdasarkan beberapa periode perkembangan psikologis remaja di atas,
maka periode ambang masa dewasa merupakan periode dimana usia
remaja mendekati usia kematangan baik dari segi fisik maupun psikologis.
Pada periode tersebut, remaja berusaha untuk meninggalkan ciri masa
remaja dan berupaya memberikan kesan bahwa mereka sudah mendekati
24
dewasa. Oleh karena itu, remaja mulai memusatkan diri pada perilaku yang
dihubungkan dengan status dewasa, seperti keseriusan dalam membina
hubungan dengan lawan jenis.

Berkaitan dengan perkawinan, maka pada periode ambang masa dewasa,


individu dianggap telah siap menghadapi suatu perkawinan dan kegiatan-
kegiatan pokok yang bersangkutan dengan kehidupan berkeluarga. Pada
masa tersebut, seseorang diharapkan memainkan peran baru, seperti
peran suami/isteri, orangtua dan pencari nafkah (Hurlock, 1993). Namun
demikian, kestabilan emosi umumnya terjadi pada usia 24 tahun, karena
pada saat itulah orang mulai memasuki usia dewasa.

Perkawinan bukanlah hal yang mudah, didalamnya terdapat banyak


konsekuensi yang harus dihadapi sebagai suatu bentuk tahap kehidupan
baru individu dan pergantian status dari lajang menjadi seorang istri atau
suami yang menuntut adanya penyesuaian diri terus-menerus sepanjang
perkawinan (Hurlock, 1993).

Kesiapan psikologis menjadi alasan utama untuk menunda perkawinan.


Kesiapan psikologis diartikan sebagai kesiapan individu dalam
menjalankan peran sebagai suami atau istri, meliputi pengetahuan akan
tugasnya masing-masing dalam rumah tangga. Jika pasangan suami istri
tidak memiliki pengetahuan yang cukup akan menimbulkan kecemasan
terhadap perkawinan. Akan tetapi sebaliknya bila pasangan suami istri
memiliki pengetahuan akan tugasnya masing-masing akan menimbulkan
kesiapan psikologis bagi kehidupan berumah tangga dan akan melihat
kehidupan rumah tangga sebagai suatu yang indah.

Penundaan usia perkawinan sampai pada usia minimal 20 tahun bagi


perempuan dan 25 tahun bagi laki-laki diyakini banyak memberikan
keuntungan bagi pasangan dalam keluarga. Perkawinan di usia dewasa
juga akan memberikan keuntungan dalam hal kesiapan psikologis. Semua
bentuk kesiapan ini mendukung pasangan untuk dapat menjalankan peran

25
baru dalam keluarga yang akan dibentuknya agar perkawinan yang dijalani
selaras, stabil dan pasangan dapat merasakan kepuasan dalam
perkawinannya kelak.

Bahan Pembelajaran 4:
(Pengelola, Pendidik Sebaya, Konselor Sebaya)

TRIAD KRR : Seksualitas

I. Konsep Seksualitas
Kata seksualitas sendiri berasal dari kata dasar seks, yang memiliki beberapa
arti, antara lain: Seks berarti jenis kelamin, yaitu keadaan biologis manusia
yang membedakan laki-laki dan perempuan. Seks juga berarti reproduksi
seksual, yang bertujuan menghasilkan keturunan. Seks juga berarti organ
reproduksi, yang terdiri dari alat reproduksi laki-laki dan perempuan. Seks juga
berarti rangsangan atau gairah seksual.

Seksualitas adalah segala sesuatu yang menyangkut hidup manusia sebagai


mahluk seksual, yaitu emosi, perasaan, kepribadian, sikap yang berkaitan
dengan perilaku seksual, hubungan seksual dan orientasi seksual.

Perilaku seksual adalah segala bentuk perilaku yang muncul akibat dorongan
seksual. Hubungan seksual adalah masuknya penis kedalam vagina sebagai
salah satu bentuk penyaluran dorongan seksual. Sedangkan Orientasi seksual

26
adalah kecenderungan seseorang mencari pasangan seksualnya berdasarkan
jenis kelamin. Yang dimaksud orientasi seksual seperti:
1. Hetero-seksual, ketertarikan pada jenis kelamin yang berbeda
2. Homo-seksual, ketertarikan pada jenis kelamin yang sama (gay untuk
laki-laki, lesbian untuk perempuan)
3. Biseksual, ketertarikan pada lawan jenis maupun sejenis

II. Tujuan
A. Tujuan Pembelajaran Umum (TPU):
Setelah mempelajari materi ini, peserta diharapkan dapat memahami tentang
seksualitas dalam lingkup Kesehatan Reproduksi Remaja.

B. Tujuan Pembelajaran Khusus (TPK):


1. Peserta dapat menjelaskan dengan baik dan benar tentang tumbuh
kembang remaja yang meliputi pengertian seksualitas, pubertas,
menstruasi, mimpi basah, orientasi seksual dan perilaku seksual.
2. Peserta dapat menjelaskan tentang sistem, fungsi dan proses
reproduksi.
3. Peserta dapat menjelaskan tentang dampak seks pra nikah di
kalangan remaja.

III. Organ Reproduksi


A. Laki-laki
1. Organ reproduksi laki-laki serta fungsinya
a. Penis berfungsi sebagai alat senggama dan sebagai saluran
untuk pembuangan sperma dan air seni. Pada keadaan biasa, penis
tergantung di depan scrotum (kantung buah zakar). Pada waktu
terangsang seksual, banyak darah yang dipompakan ke dalam
jaringan erektil penis. Sehingga penis menjadi tegang, keras dan
besar. Keadaan seperti ini disebut ereksi. Selain itu, ereksi spontan
dapat terjadi ketika dini hari, karena meningkatnya hormon testosteron
dan penuhnya kandung kencing. Ukuran penis tidak menentukan
kesuburan seseorang, tetapi ditentukan oleh fungsinya yang ditandai
dengan ereksi dan ejakulasi.
b. Glans adalah bagian depan atau kepala penis. Glans banyak
mengandung pembuluh darah dan syaraf. Kulit yang menutupi bagian

27
glans disebut Foreskin (Preputium). Di beberapa negara ada yang
memiliki kebiasaan membersihkan daerah sekitar preputium ini atau
yang dikenal dengan sunat. Sunat dianjurkan karena memudahkan
pembersihan penis sehingga mengurangi kemungkinan terkena
infeksi, radang dan beberapa macam kanker.
c. Uretra (saluran kencing) yaitu saluran untuk mengeluarkan air
seni dan air mani. Di dalam mekanisme pengeluaran air seni dan air
mani, otot-otot di dasar kandung kemih akan menjadi lebih rapat,
sehingga tidak akan mengeluarkan air seni/kencing pada saat ia
melakukan hubungan seksual.
d. Vas deferens (saluran sperma) yaitu saluran yang menyalurkan
sperma dari testis menuju ke prostat. Vas deferens panjangnya ± 4,5
cm dengan diameter ± 2,5 mm.
e. Epidydimis yaitu saluran yang lebih besar dan berkelok-kelok
yang membentuk bangunan seperti topi. Sperma yang dihasilkan oleh
testis akan berkumpul di Epididymis.
f. Testis (buah zakar) berjumlah dua buah untuk memproduksi
sperma setiap hari dengan bantuan testosteron. Testis berada di
dalam scrotum, di luar rongga panggul karena pertumbuhan sperma
membutuhkan suhu yang lebih rendah dari pada suhu tubuh. Sperma
yaitu sel yang berbentuk seperti kecebong yang memiliki kepala,
badan dan ekor bila dilihat menggunakan mikroskop, yang
dikeluarkan saat ejakulasi bersama cairan mani dan bila bertemu
dengan sel telur yang matang akan terjadi pembuahan.
g. Scrotum adalah kantung kulit yang melindungi testis, berwarna
gelap dan berlipat-lipat. Scrotum adalah tempat bergantungnya testis.
Scrotum mengandung otot polos yang mengatur jarak jauh testis ke
dinding perut dengan maksud mengatur suhu testis agar relatif tetap.
h. Kelenjar prostat yaitu kelenjar yang menghasilkan cairan mani
yang ikut mempengaruhi kesuburan sperma.
i. Vesikula seminalis fungsinya hampir sama dengan kelenjar
prostat. Kelenjar prostat dan kelenjar seminalis ini termasuk alat
reproduksi laki-laki bagian dalam.

28
j. Kandung kencing adalah tempat penampungan sementara
hasil ekskresi (pengeluaran) dari ginjal ( air seni )

Gambar organ reproduksi laki-laki

2. Jenis gangguan biologis-anatomis pada organ laki-laki yang sering


dijumpai
a. Cryptorchidism : buah zakar hanya satu atau tidak ada di
dalam kantung buah zakarnya.
b. Hypospadia : lubang keluar sperma/kencing pada laki-laki di
sebelah bawah. Biasanya ketika buang air kecil alirannya "tidak
deras."

29
c. Pseudohermaphrodite : memiliki bentuk alat kelamin ganda
pada laki-laki (memiliki vagina yang tidak sempurna).
d. Micro penis: penis kecil / tidak berkembang.

B. Perempuan
1. Organ Reproduksi Perempuan Serta Fungsinya
Organ reproduksi perempuan yang penting dalam proses reproduksi
adalah :
a. Ovarium (indung telur) yaitu organ di kiri dan kanan rahim di
ujung saluran fimbrae (umbai-umbai) dan terletak di rongga pinggul.
Fungsinya menghasilkan sel telur (ovum) dan hormon-hormon
(estrogen dan progesteron). Sebulan sekali indung telur kiri dan kanan
secara bergiliran mengeluarkan sel telur yang dapat dibuahi oleh
sperma. Bila tidak dibuahi maka akan keluar pada saat menstruasi.
b. Fimbrae (umbai-umbai) dapat dianalogikan dengan jari-jari
tangan. Umbai-umbai ini berfungsi untuk menangkap ovum yang
dikeluarkan indung telur.
c. Tuba fallopi (saluran telur) yaitu saluran di kiri dan kanan rahim
yang berfungsi sebagai saluran sel telur dari indung telur menuju
rahim (proses ovulasi) dan tempat pembuahan (konsepsi) atau
bertemunya sel telur dan sperma. Ujung dari tuba fallopi adalah
fimbrae.
d. Uterus (rahim) yaitu tempat pertumbuhan janin. Bentuknya
seperti buah alpukat gepeng dan berat normalnya antara 30 - 50
gram. Dinding rahim yang menebal dan berisi pembuluh darah akan
keluar sebagai menstruasi. Pada saat tidak hamil, besar rahim kurang
lebih sebesar telur ayam kampung, Dindingnya terdiri dari :
1) Lapisan parametrium adalah lapisan yang paling luar dan
lapisan yang berhubungan dengan rongga perut.
2) Lapisan miometrium adalah lapisan yang berfungsi mendorong
bayi keluar dari proses persalinan kontraksi.
3) Lapisan endometrium adalah lapisan dalam tempat
menempelnya sel telur yang sudah dibuahi. Lapisan endometrium
terdiri dari lapisan kelenjar yang berisi pembuluh darah.

30
e. Cervix (leher rahim) yaitu bagian bawah rahim bagian luar
ditetapkan sebagai batas penis waktu masuk ke dalam vagina.
Disamping itu, pada saat persalinan tiba, leher rahim membuka
sehingga bayi dapat keluar.
f. Vagina (lubang senggama) yaitu sebuah saluran berbentuk
silinder dengan diameter dinding depan ± 6,5 cm dan dinding
belakang ± 9 cm yang bersifat elastis dengan berlipat-lipat. Fungsinya
adalah untuk bersenggama, tempat keluarnya menstruasi dan jalan
lahir bayi.
g. Mulut vagina yaitu awal dari vagina, merupakan rongga
penghubung rahim dengan bagian luar tubuh. Lubang vagina ini
ditutupi oleh selaput dara.
h. Klitoris (kelentit) yaitu benjolan daging kecil yang paling peka
dari seluruh alat kelamin perempuan. Klitoris banyak mengandung
pembuluh darah dan syaraf.
i. Selaput dara (hymen) yaitu selaput tipis yang terdapat di muka
liang vagina. Selaput dara tidak mengandung pembuluh darah.
Robeknya selaput dara biasanya terjadi karena hubungan seks
(masuknya penis ke dalam vagina). Selaput dara dapat juga robek
karena kecelakaan atau kegiatan olah raga yang berat (berkuda atau
jatuh dari sepeda), tetapi hal ini jarang terjadi. Kegiatan olah raga
berat tersebut dapat menyebabkan robeknya selaput dara jika
kecelakaan menimbulkan luka penetrasi pada mulut vagina.

Pada saat hubungan seks yang pertama dapat disertai sedikit


perdarahan tetapi bisa juga tidak. Hal ini tergantung pada kekenyalan
selaput dara. Perdarahan terjadi karena ada luka pada pembuluh
darah yang ada di sekitar dinding vagina, bukan berasal dari selaput
dara. Selaput dara memiliki lubang atau pori-pori, karena melalui
lubang atau pori-pori tersebut keluar darah sewaktu kita menstruasi.
Jika tidak ada lubangnya, justru akan menimbulkan penyakit karena
darah menstruasi menumpuk yang dapat membahayakan organ

31
reproduksi. Bila hal tersebut terjadi, dianjurkan remaja perempuan
untuk memeriksakan diri ke dokter atau bidan.

Lubang atau pori-pori pada selaput dara bervariasi dari satu individu
ke individu lainnya. Bentuknya ada yang bulat, lonjong, maupun
bergerigi dan letaknya bisa di tengah, di pinggir atau seperti saringan.
Selaput dara mempunyai elastisitas yang berbeda-beda, ada yang
kaku dan ada yang kenyal. Elastisitasnya inilah yang antara lain
mempengaruhi perdarahan pada hubungan seksual pertama terjadi
atau tidak.

Gambar organ reproduksi perempuan

2. Payudara
Organ ini memang tidak terkait dengan proses menstruasi, kehamilan
dan persalinan. Tetapi untuk proses reproduksi setelah melahirkan sangat
32
penting dalam proses menyusui. Bahkan sejak seorang perempuan
hamil, sudah dimulai proses perawatan payudara sebagai persiapan
menyusui.

Sedangkan pada remaja, payudara mulai membesar ketika pubertas dan


terkadang menimbulkan masalah. Misalnya ukuran payudara, banyak
yang risau karena ukuran payudara yang terlalu kecil atau terlalu besar.
Padahal ukuran ditentukan oleh asupan gizi perempuan, karena
payudara terdiri dari jaringan lemak. Payudara kanan maupun kiri bisa
tidak sama besar. Hal yang perlu diketahui adalah bagaimana merawat
payudara, seperti kebersihan dan penggunaan pakaian (beha/kutang/bra
maupun pakaian luar).

IV. Pubertas
A. Pengertian
Masa puber adalah masa dimana tubuh sedang mengalami perubahan
besar-besaran, dari struktur tubuh anak-anak menjadi struktur tubuh orang
dewasa. Biasanya masa puber pada laki-laki antara umur 11-12 tahun, lebih
lambat dari perempuan yang sudah mulai saat umur 8 – 10 tahun. Tapi ini
tidak mutlak, karena kondisi tubuh masing-masing orang berbeda. Jadi ada
laki-laki atau perempuan yang mengalami masa puber lebih cepat atau justru
lebih lambat.

B. Perubahan yang Terjadi Pada Masa Pubertas


Perubahan dari anak memasuki remaja, diatur oleh hormon seks. Perubahan
terjadi disebabkan oleh pusat pengendali utama dari bagian otak yang
disebut hypothalamus. Hypothalamus bekerja sama dengan kelenjar bawah
otak mengendalikan urut-urutan rangkaian perubahan itu dengan
mengeluarkan hormon-hormon tertentu, yaitu hormon estrogen dan
testosteron. Hormon estrogen dominan pada remaja perempuan dan
testosteron pada remaja laki-laki.
1. Hormon Estrogen dan Progesteron pada perempuan
a. Pengaruh dan manfaat hormon estrogen

33
Hormon ini membuat seorang anak perempuan memiliki sifat
kewanitaan setelah remaja. Hormon estrogen mempunyai beberapa
khasiat, yaitu :
1) Merangsang pertumbuhan saluran susu di payudara sehingga
payudara membesar.
2) Merangsang pertumbuhan saluran telur, rongga rahim dan
vagina.
3) Membuat dinding rahim kian tebal
4) Membuat cairan vagina bertambah banyak.
5) Mengakibatkan tertimbunnya lemak di daerah panggul
perempuan,
b. Pengaruh dan manfaat hormon progesteron
Hormon progesteron mempunyai beberapa khasiat, yaitu :
1) Melemaskan otot-otot halus
2) Meningkatkan produksi lemak di kulit
3) Meningkatkan suhu badan
4) Lengan dan tungkai kaki bertambah panjang dan besar.
5) Mempertebal dinding rahim.
6) Merangsang kelenjar-kelenjar agar mengeluarkan cairan nutrisi
bagi sel telur yang dibuahi.

2. Hormon Testosteron pada laki-laki


Hormon testosteron dihasilkan oleh testis. Hormon testosteron bersama
hormon androgen menimbulkan ciri-ciri pertumbuhan seks sekunder.

C. Perubahan Fisik Pada Perempuan


Memasuki usia remaja, beberapa jenis hormon/zat dalam tubuh, terutama
hormon estrogen dan progesteron, mulai berperan aktif sehingga pada
perempuan mulai tumbuh payudara, pinggul mulai melebar dan membesar
dan akan mengalami menstruasi atau haid. Perubahan lainnya seperti:
1. Tumbuh rambut-rambut halus di sekitar ketiak dan vagina/kemaluan
2. Muncul jerawat pada wajah
3. Kulit dan rambut mulai berminyak
4. Keringat bertambah banyak
5. Lengan dan tungkai kaki bertambah panjang
6. Tangan dan kaki bertambah besar
7. Tulang-tulang wajah mulai memanjang dan membesar, sehingga tidak
terlihat seperti anak kecil lagi
34
8. Pinggul membesar
9. Indung telur membesar
10. Vagina mulai mengeluarkan cairan

D. Perubahan Fisik Pada Laki-laki


Sama halnya dengan remaja perempuan, hormon testosteron akan
membantu tumbuhnya bulu-bulu halus di sekitar ketiak, kemaluan laki-laki,
janggut dan kumis, terjadi perubahan suara pada remaja laki-laki, tumbuhnya
jerawat dan mulai diproduksinya sperma yang pada waktu-waktu tertentu
keluar sebagai mimpi basah. Perubahan lain antara lain:
1. Tubuh bertambah berat dan tinggi
2. Keringat bertambah banyak
3. Kulit dan rambut mulai berminyak
4. Lengan dan tungkai kaki bertambah panjang
5. Tangan dan kaki bertambah besar
6. Tulang wajah mulai memanjang dan membesar, sehingga tidak
terlihat seperti anak kecil lagi
7. Pundak dan dada bertambah besar dan bidang
8. Tumbuh jakun
9. Suara berubah menjadi berat
10. Penis dan buah zakar membesar

E. Perubahan Psikologis Pada Remaja


1. Masa remaja merupakan masa yang penuh gejolak.
2. Remaja mengalami perubahan yang dramatis dalam kesadaran diri
mereka (self-awareness).
3. Remaja sangat memperhatikan diri mereka dan citra yang
direfleksikan (self-image).
4. Para remaja juga sering menganggap diri mereka serba mampu,
sehingga seringkali mereka terlihat tidak memikirkan akibat dari
perbuatan mereka.
5. Pada usia 16 tahun ke atas, keunikan remaja akan berkurang karena
telah sering dihadapkan pada dunia nyata.

35
V. Mimpi Basah
A. Pengertian
Mimpi basah adalah keluarnya cairan sperma secara alamiah. Mimpi basah
merupakan tanda seorang anak laki-laki telah memiliki kemampuan
bereproduksi. Tubuh laki-laki pada awal pubertas akan memproduksi air-
mani (sperma) secara terus menerus. Secara alamiah air maninya akan
keluar saat tidur, sering pada saat mimpi tentang seks, disebut "mimpi
basah". Ini adalah pengalaman yang wajar bagi semua remaja laki-laki.

B. Proses
1. Proses mimpi basah
Ketika seorang laki-laki memasuki masa pubertas maka mulai terjadi
proses pematangan sperma yang terjadi di testis. Produksi sperma
sangat dipengaruhi oleh faktor nutrisi, istirahat, rokok, narkoba, alkohol
dan lain-lain. Sperma yang telah diproduksi ini akan dikeluarkan dari
testis melalui saluran/vas deferens kemudian berada dalam cairan mani
yang diproduksi oleh kelenjar prostat dan kelenjar lainnya. Air mani yang
telah mengandung sperma akan keluar dari dalam tubuh laki-laki melalui
saluran kemih di batang penis. Pengeluaran sperma itu disebut ejakulasi.

2. Ereksi
Ereksi merupakan pengerasan dan pembesaran pada penis yang terjadi
ketika pembuluh darah di penis dipenuhi dengan darah. Pada saat penis
berereksi, otot-otot di dasar kandung kemih akan menjadi lebih rapat,
sehingga tidak akan mengeluarkan air seni/kencing pada saat ia
melakukan hubungan seksual. Ereksi dapat hilang dengan sendirinya
atau dengan terjadinya ejakulasi. Ereksi bisa terjadi karena rangsangan
seksual. Tidak ada standar penis yang normal harus berukuran sekian
ketika ereksi, karena hal ini juga sangat tergantung dari faktor keturunan
dan ras seseorang.

3. Impotensi
Ketidakmampuan ereksi lebih dikenal dengan sebutan impotensi, yaitu
keadaan ketika laki-laki mengalami kesulitan untuk memulai dan
mempertahankan ereksinya. Impotensi mempengaruhi kemampuan untuk
berhubungan seksual, yang sering kali dijadikan ukuran kejantanan

36
seorang pria. Impotensi bisa disebabkan oleh faktor psikologis maupun
fisik.
Berbagai faktor yang dapat menyebabkan impotensi :
a. Faktor psikologis
Faktor psikologis yang mempengaruhi ketidakmampuan ereksi,
seperti rasa takut (misalnya takut ketahuan berhubungan seksual
padahal belum menikah, takut pasangan jadi hamil, takut ketularan
penyakit, dan lain-lain), kurang percaya diri, adanya pengalaman
masa kecil yang kurang baik, atau perasaan tidak cinta dan benci
pada pasangan.
b. Faktor fisik
Faktor fisik bisa karena terlalu banyak mengkonsumsi alkohol dan
obat-obatan tertentu, penyakit diabetes (kencing manis) bila tingkat
penyakit berat dan tidak terkontrol dengan baik dan gangguan pada
kelenjar prostat.
4. Ejakulasi
Air mani yang telah mengandung sperma akan keluar dari dalam tubuh
laki-laki melalui saluran kemih di batang penis, yang disebut ejakulasi.
Ejakulasi bisa terjadi secara alami melalui mimpi basah atau melalui
rangsangan terhadap alat kelaminnya yang disebut masturbasi atau
onani.

VI. Menstruasi
A. Pengertian
Menstruasi merupakan pelepasan darah dan sel-sel dari dinding rahim
melalui vagina. Menstruasi dimulai saat pubertas, berhenti sesaat waktu
hamil atau menyusui, dan berakhir saat menopause, ketika seorang
perempuan berumur sekitar 40 sampai 50 tahun.

B. Proses
Pada saat seorang bayi perempuan lahir, ovariumnya mengandung ratusan
ribu sel telur tetapi belum berfungsi. Ketika seorang perempuan memasuki
usia pubertas, ovariumnya mulai berfungsi dan terjadi menstruasi yang
pertama disebut menarche. Menarche umumnya terjadi pada umur 8-10

37
tahun, paling lambat umur 17 tahun. Hal ini terjadi karena proses
pertumbuhan setiap orang berbeda.
1. Proses menstruasi
Proses menstruasi ini akan berlangsung dalam satu siklus, dimana terjadi
perubahan pada dinding rahim sebagai akibat dari produksi hormon-
hormon oleh ovarium, yaitu dinding rahim makin menebal sebagai
persiapan jika terjadi kehamilan. Ketika ada sel telur yang matang akan
mempunyai potensi untuk dibuahi oleh sperma dalam 24 jam. Bila
ternyata tidak terjadi pembuahan maka sel telur akan mati dan terjadilah
perubahan pada komposisi kadar hormon yang akhirnya membuat
dinding rahim tadi akan luruh disertai perdarahan, inilah yang disebut
menstruasi.

2. Siklus menstruasi
Siklus menstruasi adalah jarak antara hari pertama menstruasi bulan ini
dengan hari pertama menstruasi bulan berikutnya. Rata-rata masa
menstruasi berlangsung empat sampai lima hari. Namun ada juga yang
mengalami haid hanya tiga hari, ada juga yang sampai satu minggu.
Pada kebanyakan perempuan, siklus haid berkisar antara 28 sampai 29
hari. Namun demikian, siklus yang berlangsung dari 20 sampai 35 hari
masih dianggap normal.

3. Hal-hal yang harus diperhatikan pada saat menstruasi :


a. Menjaga kebersihan dengan mandi dua kali sehari
menggunakan sabun mandi dan membersihkan organ reproduksi luar.
b. Mengganti pembalut minimal empat kali sehari terutama
sehabis buang air kecil.
c. Bila perut di sekitar rahim terasa nyeri, dan masih dapat diatasi,
tidak perlu minum obat penghilang rasa sakit, kecuali sangat
mengganggu misalnya hingga menyebabkan pingsan.
d. Makan-makanan bergizi, terutama yang banyak mengandung
zat besi dan vitamin, seperti hati ayam/sapi, daging, telur, sayur dan
buah.

38
e. Mengkonsumsi tablet penambah darah (zat anti anemia).
f. Aktivitas harian tidak perlu diubah kecuali bila ada aktivitas fisik
yang berlebihan misalnya olahraga berat, terutama pada siswi
sekolah perlu dipertimbangkan.

4. Sindrom Pre Menstruasi


Sindrom Pre Menstruasi adalah kumpulan gejala sebelum datangnya
menstruasi. Gejala ini dapat diminimalisir apabila perempuan dapat
menyadari bahwa tubuhnya sedang mengalami perubahan. Gejala
tersebut seperti :
a. Nyeri perut dan pinggang
b. Sakit kepala
c. Payudara terasa nyeri
d. Mual
e. Mudah letih dan mudah marah
VII. Kehamilan
A. Pengertian
Kehamilan adalah sebuah proses yang dimulai dari pembuahan sel telur oleh
sperma sampai dengan lahirnya janin. Kehamilan normal diperkirakan sekitar
40 minggu atau 9 bulan 7 hari. Usia terbaik bagi perempuan untuk hamil
antara 20 – 35 tahun.

B. Proses Kehamilan
Pada waktu berhubungan seksual, 2 – 3 juta sperma akan masuk ke dalam
rahim dan bergerak menuju saluran telur. Jika berhubungan seksual
dilakukan pada masa subur, maka sperma akan bertemu dengan sel telur
sehingga terjadi pembuahan. Hanya satu sperma yang berhasil membuahi
sel telur. Apabila sudah ada satu sperma yang masuk, maka dinding sel telur
akan berubah kandungan zatnya, yang mengakibatkan sperma tidak dapat
masuk. Perjalanan hasil pembuahan dari saluran telur menuju rahim, kira-
kira 7 hari, yang disebut fertilisasi. Sel telur yang dibuahi kemudian
menempel pada lapisan dinding rahim dan berkembang menjadi janin.

C. Tanda-Tanda Kehamilan
1. Tanda Tidak Pasti
a. Tidak datang haid
b. Pusing dan muntah pada pagi hari
c. Buah dada membesar

39
d. Daerah sekitar puting susu menjadi agak gelap
e. Perut membesar
2. Tanda Pasti
a. Tes urin positif
b. Pemeriksaan USG
c. Ibu merasakan gerakan bayi
d. Teraba bagian bayi
e. Terdengar denyut jantung janin

D. Keadaan Ideal Untuk Hamil


Usia ideal untuk melahirkan adalah 20 – 35 tahun, hal tersebut karena :
1. Secara fisik, perkembangan reproduksi dan jalan lahir sudah cukup
optimal. Karena jika kehamilan terjadi pada usia < 20 tahun, maka risiko
yang dihadapi :
a. Persalinan yang sulit dengan segala komplikasinya,
disebabkan karena rahim dan panggul ibu belum berkembang dengan
baik.
b. Perkembangan otak janin terlambat.
c. Berat Badan Lahir Rendah (BBLR) yaitu kurang dari 2500
gram.
d. Kegagalan pemberian ASI
e. Tidak optimalnya merawat bayi, yang berdampak pada
kematian/kesakitan pada bayi.
2. Secara psikis, diharapkan calon ibu sudah mencapai kematangan
emosional.

E. Perawatan Kehamilan
1. Melakukan pemeriksaan kehamilan ke dokter/bidan secara rutin atau
paling sedikit 4 kali selama kehamilan :
a. Satu kali pada usia kehamilan 1 – 3 bulan (Trimester I)
b. Satu kali pada usia kehamilan 4 – 6 bulan (Trimester II)
c. Dua kali pada usia kehamilan 7 – 9 bulan (Trimester III)
2. Menjaga kebersihan diri dan lingkungan.
3. Cukup istirahat dan tidak bekerja terlalu berat.
4. Makan yang cukup sesuai kebutuhan gizi pada saat hamil.
5. Penambahan berat badan 9 – 11 kg.
6. Merawat payudara (membersihkan puting susu, mengurut payudara).
7. Minum tablet tambah darah.
8. Imunisasi Tetanus Toxoid (TT).

F. Persalinan

40
Persalinan adalah proses keluarnya janin dari rahim ibu. Adapun persiapan
yang perlu dilakukan, antara lain:
1. Memilih tenaga kesehatan yang akan menolong persalinan
2. Menyediakan perlengkapan untuk kelahiran bayi
3. Mempersiapkan transportasi ke tempat persalinan
4. Menyediakan biaya persalinan
5. Mengetahui tanda-tanda akan melahirkan seperti:
a. Terjadinya kontraksi
b. Keluarnya cairan lendir bercampur darah
c. Ketuban pecah mengeluarkan air ketuban

G. Pasca Persalinan
Perawatan yang perlu dilakukan setelah melahirkan, antara lain :
1. Melakukan perawatan tali pusat bayi dengan
kasa bersih sampai tali pusat lepas.
2. Memeriksakan kesehatan ibu dan bayi 2 kali
dalam bulan pertama sesudah melahirkan.
3. Memberikan imunisasi kepada bayi.
4. Memberikan ASI Eksklusif.
5. Minum kapsul Vitamin A
6. Melaporkan kelahiran kepada kader.
7. Menggunakan alat kontrasepsi.

VIII. Seks Pra Nikah


Salah satu perilaku remaja yang dapat menimbulkan masalah bagi kesehatan
remaja adalah perilaku hubungan seksual pra nikah. Hubungan seksual pra
nikah (premarital sex) adalah kontak seksual yang dilakukan remaja dengan
lawan jenis atau teman sesama jenis tanpa ikatan pernikahan yang sah.
Perilaku hubungan seksual pra nikah dapat menyebabkan berbagai masalah
bagi kesehatan, sosial dan ekonomi bagi remaja itu sendiri maupun
keluarganya.

Beberapa dampak dari perilaku hubungan seksual pranikah, antara lain:


A. Kehamilan Tidak Diinginkan (KTD)
1. Pengertian
Kehamilan tidak diinginkan (KTD) adalah suatu kehamilan yang oleh
karena suatu sebab maka keberadaannya tidak diinginkan atau
diharapkan oleh calon orang tua bayi tersebut.
2. KTD pada remaja terjadi karena :
a. Ketidaktahuan atau minimnya pengetahuan tentang perilaku
seksual yang dapat menyebabkan kehamilan.
b. Akibat pemerkosaan.

41
3. Dampak KTD pada remaja
Kehamilan pada remaja dapat menimbulkan masalah bagi remaja itu
sendiri, keluarga maupun lingkungan sosial. Kehamilan tidak diinginkan
pada remaja dapat memiliki beberapa dampak, yaitu:
a. Dampak fisik, antara lain status kesehatan fisik rendah,
perdarahan, komplikasi dan kehamilan yang bermasalah;
b. Dampak psikologis, antara lain tidak percaya diri, stres, malu;
c. Dampak sosial, antara lain prestasi sekolah rendah atau drop
out dari sekolah, penolakan atau pengusiran oleh keluarga, dikucilkan
oleh masyarakat, tingkat ketergantungan keuangan yang tinggi
bahkan kemiskinan;
d. Dampak bagi anak yang dilahirkan, anak yang dilahirkan oleh
ibu di usia remaja akan mengalami status kesehatan yang rendah,
keterlambatan perkembangan intelektualitas dan masalah sosial
lainnya.

B. Aborsi
1. Pengertian
Aborsi adalah berakhirnya atau gugurnya kehamilan sebelum kandungan
mencapai usia 20 minggu, yaitu sebelum janin dapat hidup di luar
kandungan secara mandiri. Tindakan aborsi mengandung risiko yang
cukup tinggi, apabila dilakukan tidak sesuai standar profesi medis.
Kehamilan yang disebabkan oleh hubungan seksual pranikah dapat
menyebabkan aborsi spontan atau aborsi buatan pada remaja. Tindakan
aborsi mengandung risiko yang cukup tinggi, apabila dilakukan tidak
sesuai standar profesi medis, misalnya dengan cara :
a. Penggunaan ramuan yang membuat panas rahim seperti
nanas muda yang dicampur dengan merica atau obat-obatan yang
keras lainnya.
b. Manipulasi fisik, seperti melakukan pijatan pada rahim agar
janin terlepas dari rahim.
c. Menggunakan alat bantu tradisional yang tidak steril (misalnya
ujung bambu yang diruncingkan) yang dapat mengakibatkan infeksi
pada rahim.
2. Dampak Aborsi

42
Aborsi sangat berbahaya bagi kesehatan dan keselamatan remaja,
karena memiliki beberapa dampak, yaitu:
a. Dampak fisik, aborsi yang dilakukan secara sembarangan atau
oleh tenaga tidak terlatih dapat menyebabkan berbagai komplikasi
medis atau bahkan kematian. Beberapa dampak fisik dari tindakan
aborsi tidak aman antara lain: perdarahan yang terus menerus, infeksi
alat reproduksi karena kuretasi yang tidak steril, risiko rupture uterus
akibat kuretasi atau fistula genitalis traumatis yaitu terbentuknya suatu
saluran antara genital dan saluran kencing atau anus;
b. Dampak psikologis, seperti perasaan berdosa/bersalah;
c. Dampak sosial, seperti dikucilkan oleh masyarakat, teman dan
keluarga.
3. Alasan Remaja Melakukan Aborsi
a. Ingin terus melanjutkan sekolah atau kuliah.
b. Takut pada kemarahan orangtua.
c. Belum siap secara mental dan ekonomi untuk menikah dan
mempunyai anak.
d. Malu pada lingkungan sosial bila ketahuan hamil sebelum
nikah.
e. Tidak menyukai teman yang menghamili. Hubungan seks
terjadi karena tidak disengaja.
f. Ingin terus bekerja.
g. Tidak tahu status anak nantinya karena kehamilan terjadi akibat
perkosaan.

C. Infeksi Menular Seksual (IMS)


1. Pengertian
Infeksi Menular Seksual (IMS) adalah infeksi yang ditularkan melalui
hubungan seksual. Infeksi menular seksual akan lebih berisiko bila
melakukan hubungan seksual dengan berganti-ganti pasangan baik
melalui vagina, oral maupun anal.
2. Bahaya IMS bagi Remaja

43
IMS menyebabkan infeksi alat reproduksi yang harus dianggap serius.
Bila tidak diobati secara tepat, infeksi dapat menjalar dan menyebabkan
penderitaan, sakit berkepanjangan, kemandulan dan kematian. Buat
remaja perempuan perlu disadari bahwa risiko untuk terkena IMS lebih
besar daripada laki-laki sebab alat reproduksi perempuan lebih rentan.
Dan seringkali berakibat lebih parah karena gejala awal tidak segera
dikenali, sedangkan penyakit berlanjut ke tahap lebih parah. Misalnya
keputihan yang lebih disebabkan oleh kuman atau bakteri yang masuk ke
vagina, akibat pemeliharaan kebersihan yang buruk.
3. Kelompok risiko tinggi terkena IMS
Pada dasarnya setiap orang yang sudah aktif secara seksual dapat
tertular IMS. Khususnya orang-orang yang memiliki perilaku sebagai
berikut:
a. Orang yang suka berganti-ganti pasangan seksual
b. Orang yang punya satu pasangan seksual, tetapi pasangan
seksualnya suka berganti-ganti pasangan seksual.
4. Faktor penyebab tingginya jumlah pengidap IMS pada remaja, antara
lain:
a. Semakin terbukanya akses informasi mengenai seksualitas
termasuk pornografi dari media atau internet yang mempermudah
remaja untuk mengakses dan memanfaatkannya secara tidak benar.
b. Tingkat permisifitas (serba boleh) dari hubungan antara laki-laki
dengan perempuan yang cenderung melonggar.
c. Perasaan bahwa dirinya tidak mungkin terjangkit penyakit
apapun.
d. Kebutuhan untuk mencoba pengalaman baru.
e. Nilai-nilai cinta atau hubungan lawan jenis yang cenderung
disalahgunakan.
f. Kurangnya pemahaman remaja akan akibat dari perilaku seks
bebas yang dilakukannya.
g. Semakin banyaknya tempat pelacuran baik yang terlokalisir
ataupun tidak.

44
h. Kontrol keluarga dan masyarakat yang cenderung semakin
rendah.
i. Mitos-mitos yang berkembang di masyarakat tentang perilaku
seksual dan dampaknya. Tidak sedikit masyarakat yang masih belum
bisa menerima kehadiran pendidikan seks bagi keluarga. Sehingga
anak remaja cenderung untuk mencari informasi kepada teman atau
media yang justru tidak mendidik.
5. Jenis, Penyebab dan Gejala IMS
a. Gonorrhea (GO/Kencing nanah)
Penyebab : Bakteri Neisseria Gonorhea
Masa inkubasi :
2-10 hari setelah kuman masuk ke tubuh
Gejala pada pria :
1) Dari uretra (lubang kencing) keluar cairan berwarna putih,
kuning kehijauan, rasa gatal, panas dan nyeri.
2) Mulut lubang kencing bengkak dan agak merah.
Gejala pada perempuan :
1) Keputihan (cairan vagina), kental, berwarna kekuningan
2) Rasa nyeri di rongga panggul
3) Rasa sakit waktu haid
Akibat :
1) Penyakit radang panggul, yang dapat menyebabkan
kemandulan
2) Kemandulan
3) Infeksi mata pada bayi yang dilahirkan
4) Memudahkan penularan HIV
5) Bayi prematur, cacat dan bayi lahir mati
b. Sifilis (Raja Singa)
Penyebab : Bakteri Treponema Pallidum
Masa inkubasi :
2-6 minggu, kadang-kadang sampai 3 bulan sesudah kuman masuk
ke tubuh melalui hubungan seksual
Gejala :

45
1) Luka pada kemaluan tanpa rasa nyeri, biasanya tunggal
2) Bintil/bercak merah di tubuh, tanpa gejala klinis yang jelas
3) Kelainan syaraf, pembuluh darah dan kulit
Akibat :
1) Jika tidak diobati dapat menyebabkan kerusakan berat pada
otak dan jantung
2) Selama masa kehamilan dapat ditularkan pada bayi dalam
kandungan dan dapat menyebabkan keguguran dan lahir cacat
3) Memudahkan penularan HIV
c. Herpes Genitalis
Penyebab : Virus Herpes Simplex
Masa inkubasi :
4-7 hari setelah virus masuk ke tubuh, dimulai dengan rasa terbakar
atau rasa kesemutan pada tempat virus masuk.
Gejala :
Bintil-bintil berkelompok seperti anggur yang sangat nyeri pada
kemaluan. Kemudian pecah dan meninggalkan luka yang kering
berkerak, lalu hilang sendiri. Dapat kambuh lagi seperti di atas namun
tidak senyeri pada tahap awal, biasanya hilang timbul dan menetap
seumur hidup.
Akibat :
1) Rasa nyeri berasal dari syaraf
2) Dapat ditularkan kepada bayi pada waktu lahir
3) Dapat menimbulkan infeksi baru, penularan pada bayi dan
menyebabkan bayi lahir muda, cacat dan bayi lahir mati
4) Memudahkan penularan HIV
5) Kanker leher rahim
d. Trikomonas Vaginalis
Penyebab : Protozoa Trikomonas Vaginalis
Masa inkubasi :
3-28 hari setelah kuman masuk ke tubuh

46
Gejala :
1) Cairan vagina (keputihan encer, berwarna kuning kehijauan,
berbusa dan berbau busuk
2) Bibir kemaluan agak bengkak, kemerahan, gatal, berbusa dan
terasa tidak nyaman
Akibat :
1) Kulit seputar bibir kemaluan lecet
2) Dapat menyebabkan bayi prematur
3) Memudahkan penularan HIV
e. Chancroid
Penyebab : Bakteri Haemophilus Ducreyi
Gejala :
1) Luka yang sangat nyeri, tapa radang yang jelas
2) Benjolan di lipatan paha yang sangat sakit dan mudah pecah,
meninggalkan ulkus (luka) yang dalam
Akibat :
1) Luka infeksi mengakibatkan kematian jaringan di sekitarnya
2) Memudahkan penularan HIV
f. Klamidia
Penyebab : Chlamidia Trachomatis
Gejala :
1) Keluar cairan dari vagina atau keputihan encer dan berwarna
putih kekuningan
2) Terasa nyeri di rongga panggul
3) Perdarahan setelah hubungan seksual
Akibat :
1) Penyakit radang panggul, yang dapat menyebabkan
kemandulan
2) Kehamilan di luar kandungan (ektopik)
3) Nyeri kronis di rongga panggul
4) Infeksi mata berat
5) Infeksi paru-paru pada bayi baru lahir
6) Memudahkan penularan HIV

47
g. Condiloma Akuminata (Jengger Ayam)
Penyebab : Virus Human Papilloma
Masa Inkubasi :
2-3 bulan setelah kuman masuk ke tubuh
Gejala :
1) Terdapat satu atau beberapa kutil di sekitar daerah kemaluan
2) Kutil (lesi) dapat membesar
Akibat :
Menimbulkan kanker mulut rahim
h. Candidiasis (Jamur)
Penyebab : Jamur Candida Albicans
Gejala :
1) Keputihan yang menyerupai putih susu disertai lecet
2) Rasa gatal dan iritasi di daerah bibir kemaluan dan bau khas
Akibat :
1) Memudahkan penularan HIV
2) Dapat menyerang pria
i. Kutu Pubis
Penyebab : Kutu pada daerah kemaluan
Gejala :
1) Hidup di rambut kecuali rambut kepala
2) Gatal-gatal dengan adanya kutu dirambut kemaluan dan ketiak
3) Kadang-kadang di alis dan bulu mata
j. Hepatitis B
Penyebab : Virus Hepatitis B
Gejala :
1) Kuning pada mata dan kulit
2) Hati membesar
3) Cepat lesu dan lemah
4) Gangguan pada perut
Akibat :
Kanker Hati
k. HIV dan AIDS
Penjelasan detail tentang pengertian, penularan, pencegahan, cara

48
mengetahui, pengobatan, stigma HIV dan AIDS dapat dilihat pada
bahan pembelajaran HIV dan AIDS.
6. Pencegahan
Mengingat sebagian besar penularannya melalui hubungan seksual,
maka cara pencegahan yang paling efektif adalah :
a. Menghindari melakukan hubungan seksual sebelum menikah
b. Melakukan kegiatan-kegiatan positif, agar tidak terlintas untuk
melakukan hubungan seksual
c. Mencari informasi yang benar sebanyak mungkin tentang risiko
tertular IMS
d. Meningkatkan ketahanan moral melalui pendidikan agama
e. Mendiskusikan dengan orang tua, guru atau teman mengenai
hal-hal yang berkaitan dengan perilaku seksual, jangan malu untuk
bertanya
f. Menolak ajakan pasangan yang meminta untuk melakukan
hubungan seksual
g. Bersikap waspada
7. Pengobatan
Pengobatan IMS tidak dapat dilakukan sendiri. Hal-hal yang perlu
dilakukan antara lain:
a. Konsultasi kepada dokter
b. Minum obat sesuai anjuran dokter
c. Pasangan seksual diajak serta berobat untuk menghindari
penularan berulang
8. Anjuran untuk membantu teman yang terkena IMS
a. Anjurkan untuk segera memeriksakan diri ke dokter atau
petugas kesehatan, bila perlu diantarkan
b. Anjurkan untuk jangan malu menyampaikan keluhan-keluhan
kepada dokter atau petugas kesehatan
c. Anjurkan untuk mematuhi aturan pengobatan sesuai petunjuk
dokter/petugas kesehatan
d. Anjurkan untuk tidak melakukan hubungan seksual pra nikah
e. Anjurkan agar pasangan seksual temanmu sebaiknya juga
diperiksa oleh dokter atau petugas kesehatan

49
f. Beritahukan tentang akibat-akibat IMS yang berbahaya bagi
kesehatan reproduksi
g. Beritahukan untuk menghindari mengobati diri sendiri
9. Mitos Seputar IMS
a. Minum antibiotik dapat mencegah IMS
Antibiotik tidak menjamin dapat mencegah IMS. Karena penggunaan
antibiotik harus sesuai dengan petunjuk dokter. Karena penyebab IMS
bukan hanya bakteri tapi juga virus.
b. Mencuci alat kelamin
Tidak ada sabun atau desinfektan apapun yang dapat mencegah IMS,
bahkan penggunaan sabun pada vagina akan mempertinggi risiko
terkena keputihan akibat dari berkurangnya kadar keasaman dari
permukaan vagina yang berfungsi untuk membunuh kuman-kuman
yang ada.
c. Penularan melalui kamar mandi/WC
Kuman IMS tidak dapat bertahan cukup lama di luar tubuh, sehingga
tidak akan menulari orang lain selain melalui cairan sperma, vagina
dan darah, atau adanya perlukaan.

IX. Praktik Penyuluhan dan Konseling


A. Persiapan
1. Membagi peserta menjadi beberapa kelompok
2. Menyiapkan beberapa kasus dan materi penyuluhan dan konseling

B. Pelaksanaan
Masing-masing kelompok memperagakan praktik penyuluhan dan konseling

C. Evaluasi
1. Cara memberikan penyuluhan dan konseling
2. Sikap penyuluh dan konselor
3. Penguasaan materi penyuluh dan konselor

X. Cara Pencatatan dan Pelaporan Penyuluhan dan Konseling


A. Jenis Formulir (Formulir terlampir)
B. Cara Pengisian Formulir (terlampir)

Bahan Pembelajaran 4 :
(Pengelola, Pendidik Sebaya, Konselor Sebaya)

TRIAD KRR : HIV dan AIDS


50
I. Konsep HIV dan AIDS
HIV singkatan dari Human Immunodeficiency Virus, yaitu virus yang
melemahkan sistem kekebalan tubuh manusia. AIDS singkatan dari Acquired
Immuno Deficiency Syndrome yaitu sekumpulan gejala yang timbul akibat
melemahnya sistem kekebalan tubuh, karena terinfeksi virus HIV.

Secara resmi kasus AIDS pertama di Indonesia yang dilaporkan adalah pada
seorang turis asing di Bali pada tahun 1987. Walaupun sebelumnya sudah ada
berita tidak resmi bahwa sedikitnya ada tiga kasus AIDS di Jakarta pada tahun
1983 tetapi karena tidak tercatat di Indonesia maka kasus pertama di Indonesia
disepakati pada tahun 1987.

II. Tujuan
A. Tujuan Pembelajaran Umum (TPU):
Setelah mempelajari materi ini, peserta diharapkan dapat memahami tentang
HIV dan AIDS dalam lingkup Kesehatan Reproduksi Remaja.

B. Tujuan Pembelajaran Khusus (TPK):


Setelah mempelajari materi ini, peserta diharapkan dapat:
1. Menjelaskan dengan baik dan benar tentang HIV dan AIDS yang
meliputi perjalanan infeksi HIV, penularan, pencegahan, pemeriksaan,
pengobatan HIV dan AIDS.
2. Menjelaskan tentang stigma dan diskriminasi masyarakat, hal-hal
yang dapat dilakukan oleh ODHA dan masyarakat.
3. Mempraktikkan penyuluhan dan konseling.
4. Mempraktikkan cara pencatatan dan pelaporan penyuluhan dan
konseling.

III. Perjalanan Infeksi HIV


A. Fase 1 (2 – 6 bulan)
Masa antara masuknya HIV ke dalam tubuh manusia sampai terbentuknya
antibodi terhadap HIV atau disebut HIV positif. Pada fase ini belum
menunjukkan gejala, namun sudah bisa menularkan HIV kepada orang lain.

51
B. Fase 2 (3-10 tahun)
Pada fase ini, pengidap HIV belum menunjukkan gejala (tampak sehat) dan
dapat beraktifitas seperti biasa.

C. Fase 3 (AIDS)
Pada fase ini sudah terjadi penurunan kekebalan tubuh, artinya HIV sudah
berubah menjadi AIDS. Timbul infeksi oportunistik yaitu infeksi yang tidak
berbahaya bagi orang yang memiliki sistem kekebalan tubuh normal, namun
berakibat fatal bagi orang yang mengidap HIV. Misalnya: Sarkoma Kaposi
dan Pneumonia Pneumocystis carinii.
Tanda-tanda AIDS antara lain:
1. Penurunan 10% berat badan dalam waktu 1 bulan tanpa sebab yang
jelas.
2. Diare lebih dari 1 bulan tanpa sebab yang jelas.
3. Demam berkepanjangan lebih dari 1 bulan.
4. Batuk yang tidak sembuh-sembuh.
5. Kulit gatal di seluruh tubuh.
6. infeksi jamur kandida pada mulut, lidah atau tenggorokan.
7. Pembengkakan kelenjar getah bening di leher, ketiak atau
selangkangan.

IV. Penularan HIV dan AIDS


A. Media Penularan
1. Darah
2. Cairan sperma
3. Cairan vagina

B. Cara Penularan
1. Melalui transfusi darah atau produk darah
2. Transplantasi organ atau jaringan tubuh
3. Pemakaian jarum suntik yang sudah tercemar HIV secara bergantian,
misalnya jarum suntik di antara pengguna narkotika
4. Pemakaian jarum suntik/alat tajam yang memungkinkan terjadinya
luka, secara bergantian tanpa disterilkan, misalnya jarum tato, jarum
tindik, peralatan pencet jerawat.
5. Hubungan seks tidak aman, yang memungkinkan tercampurnya
cairan sperma dengan cairan vagina (pada seks vaginal) ; atau cairan

52
sperma dengan darah (pada seks anal)-tanpa penghalang (dalam hal ini
kondom)
6. Ibu hamil yang terinfeksi HIV pada bayi yang dikandungnya.
a. Antenatal yaitu saat bayi masih berada didalam rahim, melalui
plasenta.
b. Intranatal yaitu saat proses persalinan, bayi terpapar darah ibu
atau cairan vagina.
c. Postnatal yaitu setelah proses persalinan, melalui air susu ibu.

C. Perilaku yang berisiko menularkan HIV dan AIDS


1. Menggunakan jarum dan peralatan yang sudah tercemar HIV
2. Mempunyai salah satu penyakit/infeksi menular seksual
3. Berhubungan seks melalui anus
4. Pekerja Seks Komersial (PSK)
5. Hubungan seksual yang sering berganti-ganti pasangan

V. Pencegahan HIV dan AIDS


Untuk mencegah penularan HIV dan AIDS sebenarnya mudah, ingat saja
ABCDE yang merupakan kepanjangan dari:
A = Abstinence, yaitu tidak melakukan hubungan seksual di luar pernikahan
(abstinansia).
B = Be faithfull, yaitu tetap setia pada pasangannya, untuk yang sudah
menikah.
C = Condom, gunakan kondom saat melakukan hubungan seksual (melindungi
diri).
D = Don't use drugs, tidak melakukan penyalahgunaan Napza sama sekali.

E = Equipment, berhati-hati terhadap peralatan yang berisiko membuat luka


dan digunakan secara bergantian (bersamaan), misalnya jarum suntik,
pisau cukur, dll.

Semua orang tanpa kecuali dapat tertular HIV, apabila perilaku sehari-harinya
berisiko tinggi terpapar HIV, oleh karena itu yang perlu dilakukan :

53
Bagi Remaja :
1. Mencari informasi yang lengkap dan benar berkaitan dengan
HIV/AIDS.
2. Tidak melakukan hubungan seks sebelum menikah.
3. Mendiskusikan secara terbuka permasalahan seksualitas remaja
kepada orang tua, guru, teman atau orang yang memiliki pengetahuan
terhadap isu.
4. Menghindari penggunaan obat-obatan terlarang, jarum suntik, tattoo
dan tindik.
5. Tidak melakukan kontak langsung percampuran darah dengan orang
terpapar HIV .
6. Menghindari perilaku tidak sehat dan tidak bertanggung jawab.

Bagi Pengguna Napza :


1. Mulai berhenti menggunakan Napza, sebelum terinfeksi HIV
2. Atau paling tidak, tidak memakai jarum suntik
3. Atau paling tidak, sehabis dipakai, jarum suntik langsung dibuang dan
dihancurkan
4. Atau paling tidak kalau menggunakan jarum yang sama, sterilkan
dulu, yaitu dengan merendam ke dalam desinfektan (dengan kadar
campuran yang benar) atau direbus dengan ketinggian suhu yang benar.

VI. Pemeriksaan/Tes HIV dan AIDS


A. Tes darah HIV dan AIDS
Tes HIV adalah suatu tes darah yang digunakan untuk memastikan apakah
seseorang sudah positif terinfeksi HIV atau tidak, yaitu dengan cara
mendeteksi adanya antibodi HIV di dalam sampel darahnya. Masing-masing
alat tes memiliki sensitivitas (kemampuan untuk menemukan orang yang
mengidap HIV) dan spesifisitas (kemampuan untuk menemukan individu
yang tidak mengidap HIV).
Ada 2 macam tes HIV :
1. ELISA (Enzyme-linked immunosorbent assay)

54
Tes ELISA merupakan uji serologis yang digunakan untuk menganalisis
adanya interaksi antigen dengan antibodi di dalam suatu sampel dengan
menggunakan enzim.
Kelebihannya memiliki teknik pengerjaan relatif sederhana, ekonomis,
dan memiliki sensitivitas yang tinggi, artinya persentase pengidap HIV
yang memberikan hasil negatif palsu sangat kecil. Sedangkan
spesifisitasnya adalah antara 99,7%-99,9%, artinya 0,1% - 0,3% dari
semua orang yang tidak berantibodi HIV akan dites positif untuk antibodi
tersebut.
Kelemahannya adalah terjadi hasil positif palsu karena adanya reaksi
silang antara antigen yang satu dengan antigen lain. Untuk itu hasil Elisa
positif perlu diperiksa ulang (dikonfirmasi) dengan metode Western Blot
yang mempunyai spesifisitas yang lebih tinggi. Hasil berupa negatif palsu
dapat terjadi apabila uji ini dilakukan pada window period, yaitu waktu
pembentukan antibodi terhadap suatu virus baru dimulai sehingga jumlah
antibodi tersebut masih sedikit dan kemungkinan tidak dapat terdeteksi.
2. Western Blot
Tes Western Blot merupakan sebuah metode untuk mendeteksi protein
pada sampel jaringan. Sampel yang positif pada tes ELISA dapat
dikonfirmasi dengan tes Western Blot.

B. Syarat Tes HIV dan AIDS


Syarat tes darah untuk keperluan HIV adalah :
1. Bersifat rahasia
2. Harus dengan konseling baik pra tes maupun pasca tes
3. Tidak ada unsur paksaan

C. Prosedur Tes HIV dan AIDS


1. Konseling Pre Test
Yaitu konseling yang dilakukan sebelum darah seseorang yang menjalani
tes itu diambil. Konseling ini sangat membantu seseorang untuk
mengetahui risiko dari perilakunya selama ini, dan bagaimana nantinya
bersikap setelah mengetahui hasil tes. Konseling pre test juga
bermanfaat untuk meyakinkan orang terhadap keputusan untuk

55
melakukan tes atau tidak, serta mempersiapkan dirinya bila hasilnya nanti
positif.
Tes darah Elisa
a. Hasil tes Elisa (-) kembali ke konseling, penataan perilaku seks
yang aman (ingat periode jendela). Pemeriksaan diulang kembali
dalam waktu 3-6 bulan berikutnya.
b. Hasil tes Elisa (+) konfirmasikan dengan Western Blot
Tes Western Blot
a. Hasil tes Western Blot (+) laporkan ke dinas kesehatan (dalam
keadaan tanpa nama). Lakukan post konseling dan pendampingan
(menghindari emosi putus asa keinginan untuk bunuh diri).
b. Hasil tes Western Blot (-) sama dengan Tes Elisa (-)

2. Konseling post test


Yaitu konseling yang harus diberikan setelah hasil tes diketahui, baik
hasilnya positif maupun negatif. Konseling post test sangat penting untuk
membantu mereka yang hasilnya HIV positif agar dapat mengetahui cara
menghindari penularan pada orang lain, serta untuk bisa mengatasinya
dan menjalin hidup secara positif. Bagi mereka yang hasilnya HIV negatif,
konseling post test bermanfaat untuk memberitahu tentang cara-cara
mencegah infeksi HIV di masa datang.

VII. Pengobatan HIV dan AIDS


A. Prinsip Pengobatan
Belum ada obat-obatan yang dapat menghilangkan HIV dari dalam tubuh
individu atau vaksin yang dapat mencegah AIDS. Ada 2 macam pengobatan
pada HIV dan AIDS :

1. Obat Anti Retroviral (ARV)


Obat ini bekerja dengan cara menghambat proses perkembangbiakan
HIV dalam sel CD4 sehingga kondisi tubuh tetap terjaga dan
memperbaiki kualitas hidup.
2. Obat infeksi oportunistik

56
Obat ini digunakan untuk mengobati infeksi oportunistik. Contohnya :
Kotrimoksazol dosis tinggi untuk mengatasi Pneumonia Pneumocystis
carinii dan radioterapi pada Sarkoma Kaposi.

B. Kriteria pemberian obat ARV


Kriteria pemberian obat ARV dengan menggunakan ukuran jumlah CD4,
antara lain :
1. Jumlah CD4 masih di atas 350 sel/mm 3, pengobatan tidak
perlu dilakukan dan tetap dilakukan monitor ketat terhadap CD4.
2. Jumlah CD4 antara 200-350 sel/mm 3, dipertimbangkan untuk
memulai pengobatan sebelum sel CD4 turun di bawah 200 sel/mm 3.
3. Jika sel CD4 berjumlah kurang dari 200 sel/mm3,
pengobatan perlu dilakukan karena hal tersebut menunjukkan adanya
infeksi oportunistik dan bisa berakibat kematian.
Di samping itu, gejala klinis juga dapat dijadikan kriteria untuk memulai
pengobatan berdasarkan riwayat infeksi oportunistik dan penyakit yang
berhubungan dengan HIV. Misalnya infeksi jamur kandida di dalam mulut,
kehilangan lebih dari 10 persen berat badan atau demam lebih dari satu
bulan.

VIII. Stigma dan Diskriminasi Masyarakat


Terdapat banyak pendapat untuk memasukkan Orang Dengan HIV dan AIDS
(ODHA) ke penampungan (shelter) khusus penderita HIV dan AIDS. Namun ini
berarti merupakan satu bentuk diskriminasi terhadap ODHA. Padahal, tanpa
melakukan kontak seksual maupun kontak darah dengan ODHA, HIV dan AIDS
yang ada pada tubuh ODHA tidak akan menular ke individu lain, termasuk
kepada Orang Hidup Dengan HIV dan AIDS (OHIDHA). Selain itu individu yang
masih ada dalam fase HIV masih produktif. Sehingga individu yang
bersangkutan masih dapat bekerja dan menghasilkan. Dengan adanya shelter
berarti terjadi diskriminasi dalam perlakuan.

Sebagian masyarakat melakukan diskriminasi karena :


1. Kurang memperoleh informasi yang benar bagaimana cara penularan
HIV dan AIDS, hal-hal apa saja yang dapat menularkan dan apa yang tidak
menularkan
57
2. Ketakutan terhadap HIV dan AIDS sebagai penyakit yang mematikan.
Sehingga mereka belum percaya sepenuhnya informasi yang diberikan.

IX. Hal-hal yang dapat dilakukan


A. Oleh ODHA
1. Mendekatkan diri pada Tuhan
2. Menjaga kesehatan fisik
3. Menghindari penyalahgunaan NAPZA
4. Menghindari seks bebas dan tidak aman
5. Berusaha mendapatkan terapi HIV dan AIDS

B. Oleh Masyarakat
1. Masyarakat peduli dengan penanggulangan epidemi AIDS
2. Masyarakat mendukung ODHA untuk melawan diskriminasi
3. Masyarakat peduli terhadap ODHA yang sering mendapatkan
penolakan dari orang lain.

X. Praktik Penyuluhan dan Konseling


A. Persiapan
1. Membagi peserta menjadi beberapa kelompok
2. Menyiapkan beberapa kasus/materi penyuluhan dan
konseling
B. Pelaksanaan
Masing-masing kelompok memperagakan praktik penyuluhan dan konseling
C. Evaluasi
1. Cara memberikan penyuluhan dan konseling
2. Sikap penyuluh dan konselor
3. Penguasaan materi penyuluh dan konselor
XI. Cara Pencatatan dan Pelaporan Penyuluhan dan Konseling
A. Jenis Formulir (Formulir terlampir)
B. Cara Pengisian Formulir (Terlampir)

58
Bahan Pembelajaran 4 :
(Pengelola, Pendidik Sebaya, Konselor Sebaya)

TRIAD KRR : NAPZA

I. Konsep NAPZA
59
NAPZA adalah singkatan dari Narkotika, Alkohol, Psikotropika dan Zat Adiktif
lainnya. Kata lain yang sering dipakai adalah Narkoba (Narkotika, Psikotropika
dan Bahan-bahan berbahaya lainnya). NAPZA adalah zat-zat kimiawi yang
dimasukkan ke dalam tubuh manusia, baik secara oral (melalui mulut), dihirup
(melalui hidung) dan disuntik.

II. Tujuan
A. Tujuan Pembelajaran Umum (TPU):
Setelah mempelajari materi ini, peserta diharapkan dapat memahami tentang
Napza dalam lingkup Kesehatan Reproduksi Remaja.

B. Tujuan Pembelajaran Khusus (TPK):


Setelah mempelajari materi ini, peserta diharapkan dapat :
1. Menjelaskan dengan baik dan benar tentang pengertian, jenis-jenis,
penyalahgunaan napza.
2. Mempraktikkan penyuluhan dan konseling.
3. Mempraktikkan cara pencatatan dan pelaporan penyuluhan dan
konseling.

III. Jenis-jenis Napza


A. Narkotika
1. Pengertian
Narkotika adalah zat-zat alamiah maupun buatan (sintetik) dari bahan
candu/kokaina atau turunannya dan padanannya, digunakan secara
medis atau disalahgunakan, yang mempunyai efek psikoaktif.

2. Golongan Narkotika
Menurut UU No. 22 Tahun 1997 tentang Narkotika, menjelaskan bahwa
Narkotika dibedakan dalam 3 golongan sebagai berikut :
a. Narkotika golongan I : Narkotika yang hanya dapat digunakan
untuk tujuan pengembangan ilmu pengetahuan dan tidak digunakan
dalam terapi, serta mempunyai potensi sangat tinggi mengakibatkan
ketergantungan. Contoh : morfin, opium, heroin, kokain dan ganja.
b. Narkotika golongan II : Narkotika yang berkhasiat untuk
pengobatan, digunakan dalam terapi dan/atau untuk tujuan
pengembangan ilmu pengetahuan serta mempunyai potensi tinggi
mengakibatkan ketergantungan. Contoh : benzetidin, betametadol,
petidin, turunan/garam dalam golongan tersebut.

60
c. Narkotika golongan III : Narkotika yang berkhasiat untuk
pengobatan dan banyak digunakan dalam terapi dan atau tujuan
pengembangan ilmu pengetahuan serta mempunyai potensi ringan
mengakibatkan ketergantungan. Contoh : kodein, metadon, naltrexon,
garam-garam narkotika dalam golongan tersebut.

B. Alkohol
Alkohol zat aktif dalam berbagai minuman keras, mengandung etanol yang
berfungsi menekan syaraf pusat.

C. Psikotropika
1. Pengertian
PSIKOTROPIKA adalah zat-zat dalam berbagai bentuk pil dan obat yang
mempengaruhi kesadaran karena sasaran obat tersebut adalah pusat-
pusat tertentu di sistem syaraf pusat (otak dan sumsum tulang belakang).
Sementara PSIKOAKTIVA adalah istilah yang secara umum digunakan
untuk menyebut semua zat yang mempunyai komposisi kimiawi
berpengaruh pada otak sehingga menimbulkan perubahan perilaku,
perasaan, pikiran, persepsi dan kesadaran.

2. Golongan Psikotropika
Menurut UU No. 5 Tahun 1997 tentang Psikotropika, menjelaskan bahwa
Psikotropika dapat dibedakan dalam 4 golongan sebagai berikut :
a. Psikotropika golongan I : Psikotropika yang hanya dapat
digunakan untuk tujuan ilmu pengetahuan dan tidak digunakan dalam
terapi, serta mempunyai potensi amat kuat mengakibatkan sindrom
ketergantungan Contoh : Lisergid (LSD), Tenosiklidina, Ekstasi.
b. Psikotropika golongan II : Psikotropika yang berkhasiat untuk
pengobatan dan dapat digunakan dalam terapi dan atau untuk tujuan
ilmu pengetahuan serta mempunyai potensi kuat mengakibatkan
sindrom ketergantungan. Contoh : Amfetamina, Fensiklidina,
Metakualon, Metilfenidat (ritalin), Sekobarbital.
c. Psikotropika golongan III : Psikotropika yang berkhasiat
untuk pengobatan dan banyak digunakan dalam terapi dan atau untuk
61
tujuan ilmu pengetahuan serta mempunyai potensi sedang
mengakibatkan sindrom ketergantungan. Contoh : Pentobarbital,
Pentazosina dan Flunitrazepam.
d. Psikotropika golongan IV : Psikotropika yang berkhasiat
untuk pengobatan dan sangat luas digunakan dalam terapi dan atau
untuk tujuan ilmu pengetahuan serta mempunyai potensi ringan
mengakibatkan sindrom ketergantungan. Contoh: Alprazolam,
Bromazepam, Diazepam, Fenobarbital, Klobazam, Klonazepam,
Klordiazepoksida, Nitrazepam (BK/Koplo, DUM, MG).

D. Zat Adiktif
Zat Adiktif lainnya yaitu zat-zat yang mengakibatkan ketergantungan seperti
zat-zat solvent termasuk inhalansia (aseton, thinner cat, lem). Zat-zat
tersebut sangat berbahaya karena bisa mematikan sel-sel otak. Zat adiktif
juga termasuk nikotin (tembakau) dan kafein (kopi).

IV. Penyalahgunaan Napza


Penyalahgunaan NAPZA adalah pemakaian NAPZA yang bukan untuk tujuan
pengobatan atau yang digunakan tanpa mengikuti aturan atau pengawasan
dokter. Digunakan secara berkali-kali atau terus menerus. Seringkali
menyebabkan ketagihan atau ketergantungan baik secara fisik/jasmani, mental
dan emosional. Menimbulkan gangguan fisik, mental, emosional dan fungsi
sosial. NAPZA berbahaya jika digunakan tanpa pengawasan dokter. Umumnya
penyalahgunaan Napza digunakan berbarengan dengan zat-zat lain yang
mempunyai efek yang berbeda.
A. Tahap pengguna
Karena bermula dari rasa ingin tahu, senang-senang/hura-hura, seringkali
pada awalnya pemakai berpikiran bahwa kalau hanya mencoba-coba saja
tidak mungkin bisa jadi kecanduan/ketagihan. Kenyataannya, walaupun
hanya coba-coba, derajat pemakaian tanpa disadari akan meningkat dan
pada akhirnya akan menjadi sangat tergantung pada obat tersebut.
Dalam hal pemakaian biasanya pemakai narkoba dapat dibedakan dalam:
1. Pemakai coba-coba
Biasanya untuk memenuhi rasa ingin tahu atau agar diakui oleh
kelompoknya.

62
2. Pemakai sosial/rekreasi
Biasanya untuk bersenang-senang, pada saat rekreasi atau santai,
umumnya dilakukan dalam kelompok.
3. Pemakai Situasional
Biasanya untuk menghilangkan perasaan stress dan depresi
(ketegangan, kesedihan, kekecewaan).
4. Pemakai Ketergantungan

Pemakai ketergantungan adalah pemakai yang berulang dan mencari


NAPZA sebagai sebuah kebutuhan sehari-hari, sehingga pemakai mau
melakukan apa saja untuk mendapatkannya.

B. Gejala Ketergantungan penggunaan NAPZA


1. Keinginan kuat (kompulsif) untuk memakai napza berulang kali.
2. Kesulitan mengendalikan penggunaan napza, baik dalam usaha
menghentikan maupun mengurangi tingkat pemakaiannya.
3. Terjadi gejala putus zat jika pemakaiannya dihentikan atau jumlah
pemakaiannya dikurangi.
4. Toleransi : jumlah napza yang diperlukan semakin besar, agar
diperoleh pengaruh yang sama terhadap tubuh.
5. Mengabaikan alternatif kesenangan lain dan meningkatnya waktu
yang digunakan untuk memperoleh napza
6. Terus memakai, meskipun disadari akibat yang merugikan.
7. Menyangkal artinya tidak mengakui adanya masalah, padahal
ditemukan narkoba, alat pemakaian dan gejala menggunakan napza.

C. Faktor penyebab
Faktor penyebab remaja rentan terhadap penyalahgunaan NAPZA
dipengaruhi oleh faktor internal dan eksternal.
1. Faktor Internal
Faktor internal dapat dipengaruhi oleh kepribadian dan kondisi kejiwaan
yang labil pada seseorang.
Faktor internal penyebab penyalahgunaan NAPZA antara lain:
a. Lemahnya kepribadian
Kesulitan remaja mengembangkan kepribadian dapat menghambat
proses sosialisasi. Manifestasi lemahnya kepribadian ini
menyebabkan timbulnya tingkat emosional yang labil, sehingga sifat
toleransi stres pun rendah.

63
b. Kurang percaya diri, gangguan emosi, mudah menyerah dan
kurang memiliki daya juang dalam mengatasi masalah.
c. Perkembangan emosi yang tidak stabil dalam menghadapi
tekanan atau masalah dapat menyebabkan remaja berperilaku
menyimpang.
d. Tidak mampu menyesuaikan diri dengan lingkungan sosial
yang permisif (daya adaptasi rendah).
2. Eksternal
Faktor eksternal sangat dipengaruhi oleh lingkungan pergaulan
disekitarnya.
Faktor eksternal penyebab penyalahgunan NAPZA antara lain:
a. Situasi permisif yang memungkinkan seseorang untuk
menggunakan NAPZA di waktu luang (seperti tempat rekreasi,
diskotik, pesta ulang tahun, dll).
b. Lingkungan pergaulan yang bebas.
c. Keinginan untuk mengikuti trend atau gaya.
d. Keinginan untuk diterima oleh kelompok dan solidaritas
kelompok.
e. Pengaruh media (cetak dan elektronik).
3. Zat dalam Napza
Ketika seseorang sudah terbiasa menggunakan NAPZA, secara fisik dan
psikologis orang tersebut tidak dapat lagi hidup normal, karena tingkat
ketergantungan orang tersebut terhadap zat dalam NAPZA sangat tinggi.
Secara fisik, ia akan merasa kesakitan dan tidak nyaman secara terus-
menerus, bila tidak menggunakan NAPZA. Kesakitan dan penderitaannya
hanya akan hilang ketika ia menggunakan NAPZA.
Secara psikologis, ia membutuhkan rasa nyaman yang biasa dirasakan
ketika zat-zat tersebut bereaksi dalam tubuhnya. Zat-zat yang
memberikan "kenyamanan" bagi pengguna, mendorong terjadinya
pemakaian berulang-ulang dan berkepanjangan yang akhirnya
menyebabkan ketergantungan.

D. Dampak penyalahgunaan NAPZA


1. Fisik
Dampak penyalahgunaan NAPZA bagi tubuh manusia tergantung pada
jenis, dosis, frekuensi dan cara penggunaan Napza.

64
Penyalahgunaan NAPZA akan mengakibatkan komplikasi pada seluruh
organ tubuh atau bahkan kematian, yaitu :
a. Gangguan pada sistim syaraf (neurologis) seperti kejang-
kejang, halusinasi, gangguan kesadaran, kerusakan syaraf tepi.
b. Gangguan pada jantung dan pembuluh darah (kardiovaskuler)
seperti infeksi akut otot jantung, ganguan peredaran darah.
c. Gangguan pada kulit (dermatologis) seperti : pernanahan,
bekas suntikan, alergi.
d. Gangguan pada paru-paru seperti : penekanan fungsi
pernapasan, kesukaran bernafas, pengerasan jaringan paru-paru,
pengumpulan benda asing yang terhirup.
e. Gangguan pada darah : pembentukan sel darah terganggu.
f. Gangguan pencernaan (gastrointestinal) : mencret, radang
lambung dan kelenjar ludah perut, hepatitis, perlemakan hati,
pengerasan dan pengecilan hati.
g. Gangguan sistim reproduksi seperti gangguan fungsi seksual
(mandul, impotensi), menstruasi yang tidak teratur dan cacat pada
janin.
h. Gangguan pada otot dan tulang seperti peradangan otot akut
dan penurunan fungsi otot (akibat alkohol).
i. Terinfeksi virus Hepatitis B serta HIV akibat pemakaian jarum
suntik berganti-gantian.
2. Psikologis
Dampak secara psikologis atau kejiwaan yang sering dialami oleh
pengguna NAPZA antara lain: paranoid, gelisah, hiperaktif, curiga,
agresif, emosional, introvert, anoreksia dan insomnia.
3. Sosial Ekonomi
Dampak secara sosial ekonomi bagi pengguna NAPZA antara lain :
a. Keluarga
Suasana nyaman dan tentram terganggu, keluarga resah dan malu
karena barang berharga sering hilang, anak menjadi sering
berbohong, mencuri, menipu bersikap kasar dan acuh tak acuh
terhadap urusan keluarga.
b. Sekolah

65
Napza merusak disiplin dan motivasi dalam proses belajar mengajar
di sekolah. Hal tersebut ditunjukkan dengan penurunan prestasi
belajar, lebih banyak membolos dan menciptakan iklim acuh tak acuh
di lingkungannya.
c. Tempat Tinggal dan Masyarakat
Lingkungan tempat tinggal atau masyarakat yang rawan terhadap
penyalahgunaan napza dan tidak memiliki daya tahan, akibatnya akan
mengganggu ketertiban dan keamanan dilingkungannya.

V. Praktik Penyuluhan dan Konseling


A. Persiapan
1. Membagi peserta menjadi beberapa kelompok
2. Menyiapkan beberapa kasus/materi penyuluhan dan konseling

B. Pelaksanaan
Masing-masing kelompok memperagakan praktik penyuluhan dan konseling

C. Evaluasi
1. Cara memberikan penyuluhan dan konseling
2. Sikap penyuluh dan konselor
3. Penguasaan materi penyuluh dan konselor

VI. Cara Pencatatan dan Pelaporan Penyuluhan dan Konseling


A. Jenis Formulir (Formulir terlampir)
B. Cara Pengisian Formulir (Terlampir)

66
Bahan Pembelajaran 5:
(Pengelola, Pendidik Sebaya dan Konselor Sebaya)

Keterampilan Hidup
(Life Skills)

I. Konsep Keterampilan Hidup


Keterampilan Hidup adalah berbagai keterampilan atau kemampuan untuk
dapat berperilaku positif dan beradaptasi dengan lingkungan, yang
memungkinkan seseorang mampu menghadapi berbagai tuntutan dan
tantangan dalam hidupnya sehari-hari secara efektif. (DEPDIKNAS, 2002)

II. Tujuan
A. Tujuan Pembelajaran Umum
Meningkatkan pengetahuan, sikap, dan perilaku remaja tentang
Keterampilan Hidup untuk dipraktikkan agar bisa tumbuh dan berkembang
secara optimal, serta dapat digunakan dalam mengatasi risiko TRIAD KRR,
mempersiapkan kehidupan berkeluarga, dan tantangan hidup lainnya dalam
rangka mewujudkan Generasi Berencana.

B. Tujuan Pembelajaran Khusus


Setelah mempelajari modul ini peserta diharapkan dapat:
67
1. Meningkatkan pengetahuan, sikap, dan perilaku remaja tentang
Keterampilan Fisik.
2. Meningkatkan pengetahuan, sikap, dan perilaku remaja tentang
Keterampilan Mental.
3. Meningkatkan pengetahuan, sikap, dan perilaku remaja tentang
Keterampilan Emosional.
4. Meningkatkan pengetahuan, sikap, dan perilaku remaja tentang
Keterampilan Spiritual.
5. Meningkatkan pengetahuan, sikap, dan perilaku remaja tentang
Keterampilan Kejuruan.
6. Meningkatkan pengetahuan, sikap, dan perilaku remaja tentang
Keterampilan Menghadapi Kesulitan.
III. Jenis Keterampilan Hidup
A. Keterampilan Fisik
Keterampilan fisik adalah kemampuan seseorang yang ditunjukkan secara
fisik, seperti melihat, bersuara, mencium, merasa, menyentuh, dan bergerak.
1. Keterampilan fisik ditandai dengan kemampuan seorang remaja untuk
memilih makanan, berolah raga dan beristirahat secara seimbang.
2. Keterampilan memahami tubuh dan merespon kebutuhan tubuh
sendiri. Makna sehat yang hakiki adalah bagaimana kita bisa tahu cara
mencegah penyakit. Yaitu dengan memahami kondisi dan kemampuan
tubuh kita dan menjalankan pola hidup sehat. Komunikasi yang terjalin
baik antara kita dengan tubuh kita akan menghasilkan mekanisme tubuh
yang baik pula. Semakin kita memahami bahasa tubuh kita, semakin baik
pula komunikasi yang terjalin antara kita dan tubuh kita.
3. Keterampilan mengatur pola makan dan olah raga
Pada dasarnya, sehat dimulai dari apa yang kita makan. Kita perlu mulai
berpikir dan berbuat, bagaimana caranya agar dapat membuat makanan
yang bukan hanya enak di lidah tapi juga sehat di badan. Untuk
kelangsungan hidupnya, manusia membutuhkan makanan terutama
makanan bergizi seimbang. Zat-zat gizi utama yang terkandung pada
makanan adalah :
a. Karbohidrat
Karbohidrat dianjurkan 60% dari total kalori dalam sehari. Diperoleh
dari nasi, jagung, gandum, tepung, terigu, sagu, roti, bihun, kentang,
pasta dan umbi-umbian lainnya.
b. Protein

68
Protein dibutuhkan berkisar antara 20-50% dari total kalori yang
diperoleh dari kacang kedelai, kacang tanah, ikan laut dan tawar,
daging ayam tanpa kulit, daging sapi dan kerbau.
c. Lemak
Lemak dianjurkan tak lebih dari 25% dari total kalori yang meliputi
lemak hewani dan nabati, misalnya minyak goreng, mentega, alpukat,
kelapa, dsb.

d. Vitamin
Vitamin dapat diperoleh dari buah-buahan dan sayur-sayuran
berwarna kurang lebih 10% untuk tubuh
e. Mineral
Mineral dapat diperoleh dari buah-buahan yang banyak mengandung
air dan serat sebanyak 10%
f. Air
Air dibutuhkan hingga 50% dari konsumsi tubuh. Air dapat diperoleh
dari buah-buahan atau masakan berkuah selain air putih sebanyak
1,5 – 2 liter.
Disamping menjaga pola makan, remaja juga diharapkan dapat menjaga
kondisi tubuhnya agar tetap bugar dan fit melalui kegiatan olah raga yang
mudah dan murah, seperti jalan, lari, voli, renang, basket dan lain-lain.
Manfaat olah raga bagi tubuh, berguna untuk menyehatkan diri, baik
jasmani dan rohani.
4. Keterampilan mengelola tidur
Perbaikan jaringan-jaringan sel yang rusak dalam tubuh umumnya
dilakukan dikala istirahat/tidur. Maka apabila kita sering kurang tidur atau
tidak memiliki kualitas tidur yang baik, cepat atau lambat akan
mengganggu stabilitas daya tahan tubuh kita dan memacu munculnya
penyakit. Seorang remaja yang sering kurang tidur, maka tidak akan
bersemangat dalam menjalankan aktifitasnya dan tidak berkonsentrasi
dalam menerima pelajaran di sekolah. Kualitas fisik, mental dan
emosional bisa sangat dipengaruhi oleh baik/tidaknya kualitas tidur
seseorang.

B. Keterampilan Mental
1. Keterampilan mempercayai dan menghargai diri

69
Percaya diri diartikan sebagai kemampuan seseorang dalam melakukan
evaluasi terhadap dirinya sendiri, serta dapat mengukur suatu perbuatan
dari segi baik atau buruknya. Dengan kepercayaan diri dan penghargaan
terhadap diri sendiri, remaja diharapkan dapat menilai apakah aktifitas
yang dilakukan bermanfaat untuk dirinya dan lingkungannya atau bahkan
sebaliknya akan merugikan orang lain dan dirinya.
2. Keterampilan berpikir positif
Berpikir positif adalah sebuah keterampilan untuk dapat melihat sisi
positif mengenai suatu hal, peristiwa, kejadian atau pengalaman. Remaja
perlu mengembangkan kemampuan dan keterampilan berpikir positif
untuk membantu dirinya dan meringankan bebannya dalam menghadapi
tantangan dan masalah dalam kehidupan sehari-hari.
3. Keterampilan mengelola stres
Mengelola stres bukan sekedar mengurangi stres, tetapi juga mengelola
situasi yang menyebabkan stres. Mengelola stres berarti menemukan
jenis, cara, dan waktu stress yang tepat sesuai dengan ciri khas individu,
prioritas, dan situasi hidupnya untuk mencapai kinerja dan kepuasan
maksimal.
4. Keterampilan mengambil keputusan dan memecahkan masalah
Pengambilan keputusan adalah sebuah keterampilan yang membantu
remaja untuk menghadapi berbagai keputusan dalam hidup secara
konstruktif. Keterampilan ini dapat dipelajari dan dipraktikkan. Ada 3
langkah sederhana untuk belajar mengambil keputusan secara efektif
yaitu :
1. Jelaskan atau identifikasi dengan jelas keputusan apa yang
harus diambil atau masalah yang harus dipecahkan.
2. Pertimbangkan pilihan-pilihan yang ada dan apa yang akan
terjadi pada setiap pilihan.
3. Pilihlah pilihan yang paling baik.

C. Keterampilan Emosional
1. Keterampilan bersikap tegas (asertif)
Asertif adalah sebuah sikap atau perilaku untuk mengekspresikan diri
secara tegas kepada pihak lain tanpa harus menyakiti pihak lain ataupun
merendahkan diri di hadapan pihak lain. Sikap tegas membuat seseorang
mampu menyatakan pikiran, perasaan dan nilai-nilai mengenai sesuatu
secara terbuka dan langsung, dengan tetap menghormati perasaan dan
nilai-nilai pihak lain.
70
Sikap asertif untuk kelompok remaja sangat diperlukan dalam
menghadapi tekanan remaja sebaya. Tekanan itu berkaitan dengan
ajakan untuk terlibat ke dalam risiko Triad KRR. Berikut ini adalah cara
asertif untuk menolak ajakan tersebut, diantaranya :

Teknik Contoh
Berkata ”TIDAK” ”Tidak” atau ”Tidak, terima kasih”
Katakan terus terang, apa ”Tidak, terima kasih, saya tidak
adanya merokok” atau ”tidak mau
mencobanya”
Beri alasan ”Tidak, terima kasih. Saya tergesa-
gesa nih, saya harus pergi”
Kesan gagah ”Tidak sekarang. Mungkin lain kali”
Mengubah topik pembicaraan Katakan ”tidak” dan langsung
merubah arah pembicaraan : ”tidak,
terima kasih. Kamu liat pertandingan
semalam?”
Mengulang kata Tidak Ulangi kata ”tidak” berulang-ulang
atau bervariasi :
”tidak”
”tidak, terima kasih”
”tidak, saya tidak tertarik”
Pergi / berlalu Katakan ”tidak” dan langsung pergi
Angkat bahu Acuhkan atau tidak mempedulikan
Menghindari situasi Jauhkan diri dari setiap situasi dimana
ada kemungkinan kamu mendapat
tekanan dari kelompok untuk merokok
atau menggunakan narkoba

2. Keterampilan berkomunikasi dengan orang lain (komunikasi


interpersonal)
Komunikasi adalah suatu proses penyampaian pikiran dan perasaan
melalui bahasa, pembicaraan, pendengaran, gerakan tubuh atau
ungkapan emosi oleh seseorang kepada orang lain disekitarnya.

a) Keterampilan dalam komunikasi efektif


Komunikasi yang efektif dapat terjadi apabila menggunakan
keterampilan berikut ini:
71
1) Kemampuan menerima dan memahami (Attending Skills):
 Pemberian perhatian fisik kepada lawan bicara.
Misalnya dengan memperhatikan gerakan tubuhnya, menjaga
kontak mata, tunjukkan dengan ekspresi wajah atau gerakan
tubuh lain sebagai tanda tertarik terhadap apa yang diucapkan
oleh lawan bicara.
 Selama pembicaraan pandangan muka sepenuhnya
diarahkan kepada lawan komunikasi.
2) Kemampuan mengikuti alur cerita (Following Skills):
Kemampuan mengikuti alur cerita mempunyai ciri-ciri sebagai
berikut:
 Tidak memutuskan pembicaraan dan mengalihkan
perhatian orang yang sedang berbicara.
 Menggunakan sedikit dorongan dan respon sederhana
yang dapat memacu pembicara untuk menyampaikan
ceritanya.
 Mengajukan pertanyaan-pertanyaan yang relevan, yang
dapat menambah informasi dan tidak sekedar jawaban “Ya”
atau “Tidak”.
 Tidak mengambil peran sebagai penyidik dan
mengajukan terlalu banyak pertanyaan. Jaga suasana agar
tetap tenang.
3) Kemampuan melakukan refleksi perasaan (Reflecting Skills):
Kemampuan ini mempunyai ciri yaitu mengungkapkan kepada
orang lain tentang perasaan orang tersebut sesuai dengan yang
kita pahami, seperti contoh berikut ini :
 “Anda benar-benar gembira tentang proyek ini”
 “Nampaknya anda marah”
 “Sepertinya anda merasa tidak bersalah”
4) Kemampuan melakukan pengulangan makna (Paraphrasing
Skills):
Kemampuan ini mempunyai ciri yaitu menyatakan kembali pesan
yang disampaikan pembicara dengan menggunakan kata-kata

72
lain, dengan tujuan untuk mengetahui apakah yang kita dengar
adalah benar, seperti ungkapan di bawah ini :
 “Jika saya tidak salah mengerti,.........”
 “Jadi menurut anda bahwa ...............”
 “Sepertinya anda mengatakan bahwa .........”
5) Kemampuan melakukan pengulangan makna (Focusing Skills):
Kemampuan ini mempunyai ciri yaitu sopan meminta orang lain
untuk bicara lebih fokus pada masalah utamanya, seperti ucapan
berikut ini :
 “Saya mengerti bahwa semua masalah ini menjadi
perhatian anda, tetapi apakah diantara masalah tersebut ada
yang secara khusus bisa kita selesaikan bersama?”
 “Dari semua apa yang anda katakan, masalah mana
yang paling anda risaukan?

Apabila komunikasi menyenangkan dan dapat diterima, komunikasi


non-verbal berikut ini dapat menjadi pelengkap komunikasi verbal:
 Melakukan kontak mata;
 Menjaga posisi tubuh tetap tegak;
 Berdiri mendekat pada lawan bicara tetapi tetap ada jarak;
 Suara yang ramah, bicara jelas, tidak berbisik dan tidak
berteriak.

b) Hambatan dalam komunikasi efektif


Komunikasi yang efektif akan mengalami hambatan apabila salah
satu peserta komunikasi melakukan hal-hal sebagai berikut:
1) Menilai (Judging) : yaitu memaksakan nilai yang anda anut
pada orang lain dan membentuk solusi untuk masalah mereka.
Jika anda menilai, anda tidak mendengar atas apa yang diucapkan
orang lain, karena anda menilai penampilan, suara dan kata-kata
yang digunakan orang tersebut. Contoh:
 Mengkritik : “Anda tidak paham”
 Mencap : “Itu karena anda malas”

73
 Mendiagnosis : “Anda tidak sunguh-sungguh dengan
masalah ini”
 Memuja untuk memanipulasi : “Dengan sedikit usaha
lagi, anda dapat mengerjakan dengan baik”
2) Mengirim solusi: yaitu memotong pembicaraan sebelum
pembicara selesai. Hal ini juga akan mendorong ketergantungan
orang lain pada kita dalam memecahkan masalah dan menolak
adanya kesempatan untuk mempraktikkan pengambilan
keputusan. Tipe komunikasi seperti ini akan menunjukkan kepada
mereka bahwa perasaan, nilai-nilai dan masalah mereka adalah
tidak penting. Contoh:
 Memerintah : “Kamu akan belajar dua jam tiap malam”
 Menakut-nakuti : “Jika kamu tidak melakukan ini,......”
 Moralis : “Kamu harus lakukan ini, ....”
 Pertanyaan berlebih : “kamu akan kemana? Apa yang
akan kamu lakukan? Dengan siapa kamu pergi?”
 Mengakhiri kalimat-kalimat yang akan diucapkan
pembicara.
3) Mengabaikan perhatian orang lain: Perasaan dan perhatian
individu tidak diperhitungkan.
Contoh:
 Menasehati : “Akan baik bagimu jika kamu ....”
 Mengalihkan pembicaraan : “Olahraga apa yang kamu
lakukan sekarang?”
 Argumentasi logis : “Satu-satunya jalan untuk
meningkatkan nilaimu adalah dengan belajar lebih giat”
 Meyakinkan : “Semua akan selesai”
 Menolak/Tidak setuju : “Ya, tetapi .....”

D. Keterampilan Spiritual
1. Keterampilan Memahami Kehidupan Spiritual
Spiritualitas adalah unsur kehidupan manusia yang langsung diberikan
dan berasal dari Tuhan. Keterampilan memahami spiritualitas adalah
kemampuan memahami bahwa semua kegiatan jasmani, pikiran dan

74
emosi manusia yang digerakan atas dasar suara hati nurani dan
diarahkan untuk memperoleh keridhoan Tuhan Penciptanya.
2. Keterampilan Menyadari Kehidupan Spiritual
Kemampuan spiritual itu akan terlihat pada perkembangan kesadaran
dan pemahaman manusia terhadap diri, orang lain, dan alam, yang
berujung pada peningkatan kesadaran dan pemahaman akan kebesaran
Penciptanya. Artinya, Spiritualitas muncul pada konteks hubungan
manusia dengan dirinya, orang lain, alam dan Penciptanya.
3. Keterampilan Melaksanakan Kehidupan Spiritual
Makna umum dari kegiatan spiritual adalah semua kegiatan baik
jasmani, pikiran, dan emosi yang dilaksanakan atas dorongan suara hati
nurani untuk mendapatkan keridhoan Ilahi. Keterampilan spiritual dalam
sembahyang terletak pada kemampuan meresapi makna dari setiap
ucapan yang dibaca dalam sembahyang.

E. Keterampilan Kejuruan (Vocational Skills)


Keterampilan kejuruan adalah kemampuan atau keterampilan khusus yang
dimiliki oleh remaja dan mahasiswa dalam bidang non akademik, yakni
berupa kemampuan remaja dan mahasiswa dalam berwirausaha sesuai
dengan bakat, minat dan hobinya untuk mendapatkan penghasilan, sehingga
remaja dan mahasiswa bisa hidup dengan bermanfaat bagi keluarga,
masyarakat, bangsa dan negaranya.

Tujuan Keterampilan Kejuruan (vocational skills) adalah agar remaja dan


mahasiswa mampu mengembangkan potensi dirinya, bakat dan hobinya
sehingga dapat mendatangkan penghasilan untuk memenuhi kebutuhan
hidupnya.

F. Keterampilan Menghadapi Kesulitan (Adversity Skills):


Mengubah Hambatan Menjadi Peluang
Dalam kehidupan sehari-hari, kita tidak akan pernah lepas dari hambatan,
masalah, dan tantangan. Kita melihat ada orang-orang yang bisa mengatasi
dan meninggalkan kesulitan masa lalunya ada juga yang menyerah dan
menyalahkan masa lalunya.

75
1. Tipe Keterampilan Menghadapi Kesulitan
Kemampuan orang dalam menghadapi hambatan, masalah, dan
tantangan dapat dibagi menjadi tiga yaitu :
a) Tipe cepat menyerah (Quitters)
Tipe cepat menyerah adalah orang yang apabila menghadapi
kesulitan langkah pertama yang diambil adalah menghindari, memilih
untuk keluar, mundur, dan berusaha berhenti terkait dengan kesulitan
dan tantangan itu. Mereka ini disebut Quiters atau orang yang cepat
menyerah dan berupaya secepatnya berhenti terkait dengan
tantangan dan tanpa penyelesaian. Hal ini secara tidak langsung
menutup segala peluang dan kesempatan dalam kehidupan. Quitters
tidak mempunyai kemampuan menghadapi kesulitan dan tantangan
hidup.
b) Tipe Cepat Istirahat (Campers)
Tipe Cepat Istirahat adalah tipe orang yang apabila menghadapi
kesulitan dan tantangan hidup mencoba mengatasinya, namun
dengan kesulitan yang semakin besar cepat mengambil tindakan
untuk berhenti dari usahanya. Tipe ini, sudah mencoba untuk maju
menghadapi kesulitan, namun tidak seberapa jauh mereka berkata,
“sejauh ini sajalah kemampuan saya. Karena berbagai alasan,
mereka berhenti berjuang dan mencari kondisi yang aman terhindar
dari kesulitan, hambatan dan tantangan hidup lebih lanjut.
c) Tipe Terus Mendaki (Climbers)
Tipe Terus Mendaki adalah sebutan untuk orang yang dalam
pendakiannya menghadapi tantangan hidup tidak pernah menyerah.
Pendakian terus dilakukan dengan semangat yang tinggi dan strategi
yang cerdas. Mereka memilih untuk terus bertahan dan berjuang
menghadapi kesulitan dalam kehidupannya. Climbers adalah pemikir
yang selalu memikirkan kemungkinan-kemungkinan, dan tidak pernah
membiarkan umur, jenis kelamin, ras, cacat fisik dan mental, atau
hambatan lainnya menghalangi upaya pencapaian tujuan.

2. Dimensi Keterampilan Menghadapi Kesulitan

76
Keterampilan menghadapi kesulitan terdiri dari 4 dimensi yang masing-
masing merupakan bagian dari sikap seseorang dalam menghadapi
kesulitan. Keempat dimensi tersebut adalah sebagai berikut:
a) C = Control (kendali)
Dimensi ini menggambarkan seberapa banyak kendali yang
dirasakan seseorang terhadap suatu peristiwa yang menimbulkan
kesulitan dan tantangan hidup. Mereka yang meyakini bahwa dirinya
memiliki kendali yang rendah cenderung berpikir :
 Kesulitan ini di luar jangkauan saya!
 Tidak ada yang bisa saya lakukan sama sekali
menghadapi kesulitan ini
 Saya tidak mungkin mengatasi kesulitan ini
Sementara mereka yang meyakini bahwa dirinya memiliki kendali
tinggi cenderung berpikir :
 Wow! Ini sulit! Tapi saya pernah menghadapi yang lebih
sulit lagi
 Selalu ada jalan mengatasi kesulitan ini
 Pasti ada cara yang bisa saya lakukan untuk mengatasi
kesulitan ini
 Saya harus mencari jalan lain.....
b) O2 = Origin dan Ownership (sebab masalah dan
Pengakuan)
O2 mempertanyakan dua hal yaitu: Siapa atau apa yang menjadi
sebab terjadinya kesulitan? dan sampai sejauh mana saya
mengakui akibat-akibat kesulitan itu? Orang yang keterampilan
menghadapi kesulitannya rendah cenderung menempatkan rasa
bersalah pada peristiwa yang terjadi atau melihat dirinya sendiri
sebagai satu-satunya penyebab kesulitan tersebut.
Orang yang keterampilan menghadapi kesulitannya rendah
cenderung berpikir :
 Ini semua kesalahan saya
 Saya memang bodoh sekali
 Saya sudah mengacaukan semuanya !
 Saya memang orang yang gagal !
Orang yang keterampilan menghadapi kesulitannya baik cenderung
berpikir :
 Ada sejumlah faktor yang berperan
 Waktunya tidak tepat
 Setelah mempertimbangkan segala sesuatunya, saya tahu ada
cara untuk menyelesaikan pekerjaan saya dengan lebih baik, dan

77
saya akan menerapkannya bila lain waktu saya berada dalam
situasi seperti ini lagi.
c) R = Reach (jangkauan)
Dimensi ini mempertanyakan sejauh manakah kesulitan akan
menjangkau bagian-bagian lain dari kehidupan seseorang?
Membatasi jangkauan kesulitan memungkinkan seseorang untuk
berpikir jernih dan mengambil tindakan. Membiarkan jangkauan
kesulitan memasuki satu atau lebih wilayah kehidupan, akan
menghabiskan kekuatan sehingga tidak mampu menghadapi
kesulitan.
d) E = Endurance (Daya Tahan)
Dimensi ini mempertanyakan dua hal yang berkaitan : Seberapa
lamakah kesulitan akan berlangsung dan seberapa lamakah
penyebab kesulitan itu akan berlangsung.
Orang yang memiliki respon daya tahan rendah cenderung berpikir :
 Ini selalu terjadi
 Segala sesuatunya tidak akan pernah membaik
 Tidak ada orang yang mau menikahi saya
 Saya memang pemalas

Semua pernyataan tersebut berbau permanen. Kata-kata itu membuat


seseorang merasa tidak berdaya untuk melakukan perubahan bahkan
mungkin akan cenderung kurang bertindak melawan kesulitan yang
dianggap sebagai sesuatu yang permanen. Semakin rendah
keterampilan menghadapi kesulitan dan tantangan seseorang, maka
semakin mudah menyerah pada nasib.
3. Memperbaiki keterampilan menghadapi kesulitan dan tantangan
Keterampilan menghadapi kesulitan dan tantangan bukanlah hal yang
permanen atau menetap, dimensi-dimensi yang mempengaruhi sikap
seseorang dalam menghadapi masalah dapat diperbaiki dan ditingkatkan
melalui Keterampilan LEAD dan Stoppers.
a. Keterampilan LEAD
1) L = Listen. Dengarkanlah respon terhadap kesulitan.
Mendengarkan respon terhadap kesulitan merupakan langkah
penting dalam mengubah keterampilan seseorang. Adapun
langkah-langkahnya, yaitu:
a) Mengembangkan pancaindra terhadap kesulitan
Keterampilan yang pertama yang perlu dimiliki adalah
keterampilan untuk segera merasakan kapan kesulitan itu akan

78
menerpa. Seseorang dapat mengetahui adanya kesulitan jauh
sebelum kesulitan itu menjadi bencana. Sekali seseorang
memprogram otaknya, dengan membuatnya selalu waspada,
maka setiap menghadapi kesulitan akan dengan cepat
meresponnya.
b) Bunyikan alarm
Teknik lain yang dapat digunakan untuk mendeteksi kesulitan
adalah dengan membunyikan alarm dalam diri kita, semakin
keras, semakin besar, dan semakin intens bunyi akan semakin
kuat bekas yang ditimbulkan di otak. Sehingga kita akan
bertindak untuk mengatasi masalah tersebut.
c) Kenali CO2RE
Setelah secara sadar bisa mendeteksi kesulitan, langkah
berikutnya adalah segera mengukur bagaimana respon anda
terhadap kesulitan. Evaluasilah diri anda, dari empat dimensi di
atas, apa yang menjadi kelebihan dan kekurangan kita.
2) E = Explore. Jajakilah asal usul pengakuan anda atas
akibatnya.
Seseorang betul-betul belajar dari kesulitan dan mengasah strategi
masa depannya. Misalnya dengan menerima rasa bersalah
dengan bertanggung jawab untuk melakukan sesuatu guna
menangani dan memperbaiki atau menyelesaikan situasi yang
ditimbulkan oleh kesulitan meskipun diri sendiri bukan
penyebabnya. Mengakui akibatnya tidak berarti harus menerima
rasa bersalah yang tidak perlu sebagai penyebab peristiwa itu.
3) A = Analyze. Analisislah bukti-buktinya
Menganalisis bukti mencakup proses bertanya yang sederhana,
dimana seseorang memeriksa, mempertanyakan dan mengalihkan
kesulitan menjadi konstruktif.
4) D = Do. Lakukan sesuatu.
Keterampilan ini berkaitan dengan tindakan yang bisa dilakukan
untuk mengendalikan kesulitan, serta membatasi waktu
berlangsungnya kesulitan. Masalah yang sering timbul dalam
menyelesaikan kesulitan adalah orang yang tertimpa kesulitan
tidak siap untuk bertindak. Untuk itu perlu dilatih kemampuan
untuk berani mengambil tindakan agar kesulitan segera selesai,
tidak melebar kemana-mana dan tidak berlangsung lama.
79
b. Keterampilan STOPPERS
Keterampilan STOPPERS dapat dilatih melalui dua keterampilan yaitu:
Perintang: dirancang untuk membantu seseorang menginterupsi dengan
cepat respon destruktif dan mempunyai kemampuan untuk mengubah
keadaan emosional maupun fisiknya. Perintang ini dapat dilakukan
melalui 5 cara yaitu :
1) Gebrakan telapak tangan ke permukaan benda yang keras
sambil berteriak “STOP!”
Ketika dalam kondisi panik, dan tidak bisa berpikir, pukulkanlah
tangan ke benda dihadapan seperti meja, dinding, dashboard mobil
sambil berteriak STOP!!. Dengan demikian kepanikan terhenti dan
setelah kembali ke kesadaran bisa memikirkan langkah-langkah apa
yang bisa dilakukan untuk menyelesaikan dan menghentikan
kesulitan.
2) Pusatkan perhatian pada benda yang tidak ada hubungannya
Ketika pikiran berkecamuk coba ambil atau perhatikan suatu barang
yang tidak ada hubungannya. Misalnya peganglah pensil, otak-atik
pensil tersebut, warnanya apa, bentuknya bagaimana. Sesaat
perhatian akan fokus terhadap pensil tersebut. Ketika kembali kepada
kesadaran pikiran sudah tidak terlalu pusing dengan kesulitan,
sehingga lebih tenang untuk memikirkan langkah apa yang akan
dilakukan dalam menyelesaikan kesulitan.
3) Masukkan sebuah karet gelang di pergelangan tangan dan
jepretkan karet itu ke pergelangan tangan
Simpanlah karet gelang di pergelangan tangan. Ketika mencoba untuk
fokus terhadap permasalahan, jepretkanlah karet tersebut ke
pergelangan tangan. Sehingga sesaat akan membuat terkejut dan
memutuskan pikiran-pikiran lain yang mengganggu. Lalu akan
terfokus terhadap kesulitan yang dihadapi dan memikirkan langkah-
langkah yang diperlukan dalam penyelesaiannya. Kebiasaan
menjepretkan karet ini biasanya dilakukan oleh atlet basket. Ketika
akan memasukan bola mereka menjepretkan karet di pergelangan
tanggannya sehingga fokus terhadap lemparan bola tidak terganggu
oleh pikiran-pikiran lain.
4) Sibukkan diri dengan kegiatan yang tidak ada kaitannya

80
Ketika sedang ada kesulitan, orang cenderung akan diam dan
melamun. Semakin memikirkan kesulitan, semakin merasa ruwet
dengan permasalahannya. Agar tidak berkutat dengan masalah yang
semakin pelik, maka ikutlah dalam suatu aktifitas yang tidak ada
kaitannya dengan kesulitan yang dihadapi. Setelah selesai melakukan
aktifitas yang tidak ada kaitannya ini, emosi akan mereda, sehingga
cenderung lebih tenang dan mampu berpikir lebih jernih.
5) Ubahlah kondisi dengan berolah raga
Olah raga dapat dijadikan sebagai sarana untuk melepaskan beban
pikiran. Misalnya ketika bermain tenis, saat memukul bola seseorang
bisa berteriak seolah-olah melepaskan segala beban yang ada di
pikiran.

Pembingkai Orang : membantu menghentikan kebiasaan yang


menganggap bahwa semua kesulitan sebagai bencana, dan memberi
tahu bahwa kesulitan sifatnya sementara. Pembingkai ini dapat dilakukan
melalui 3 cara yaitu :
1) Pusatkan perhatian pada tujuan “mengapa saya melakukan ini”
Saat kita menemukan kesulitan dalam pekerjaan, maka kita harus
mengingat apa yang memotivasi mengambil pekerjaan tersebut, maka
kesulitan tersebut akan lebih ringan rasanya.
2) Mengecilkan diri
Ketika menghadapi masalah, pergilah ke tempat yang banyak orang,
duduklah di salah satu sudut dimana dapat memperhatikan lalu lalang
orang. Sekian banyak orang tentunya dengan sekian banyak masalah
yang mereka hadapi. Tentunya masalah yang kita hadapi, tidak
seberapa besar dengan masalah orang lain.
3) Membantu orang lain
Membantu orang lain membuat seseorang bersyukur bahwa dirinya
diberi kemudahan dan nikmat yang belum tentu dimiliki orang lain.
Datanglah ke tempat-tempat seperti perumahan kumuh, panti asuhan,
panti jompo, atau SLB. Memperhatikan mereka tentunya membuat
seseorang sadar bahwa mereka memiliki kesulitan yang lebih
dibanding dari dirinya. Sehingga dirinya lebih mempunyai daya dan
upaya dalam menghadapi kesulitan, dan dapat dengan lapang dada
menerima kesulitan.

81
Bahan Pembelajaran 6 :
(Pengelola dan Pendidik Sebaya)

Mekanisme Pengelolaan PIK Remaja/Mahasiswa

I. Tujuan
A. Tujuan Pembelajaran Umum
Setelah mempelajari materi ini, peserta diharapkan dapat memahami tentang
mekanisme pengelolaan PIK Remaja/Mahasiswa.

B. Tujuan Pembelajaran Khusus


Setelah mempelajari modul ini, peserta diharapkan dapat:
1. Memahami tentang pembentukan dan pengembangan PIK
Remaja/Mahasiswa dan seleksi PS dan KS
2. Memahami tentang pengelolaan PIK Remaja/Mahasiswa
3. Memahami tentang kiat-kiat Pengembangan PIK Remaja/Mahasiswa
(Tumbuh, Tegak, Tegar)
4. Memahami tentang kemitraan
5. Memahami tentang mekanisme pelayanan rujukan.

II. Pembentukan dan Pengembangan PIK Remaja/Mahasiswa

82
Untuk meningkatkan akses dan kualitas pelayanan PIK Remaja/Mahasiswa bisa
tercapai, maka pembentukan dan pengembangan PIK Remaja/Mahasiswa
diarahkan sebagai berikut :
A. Menjadikan PIK Remaja/Mahasiswa yang dibentuk dan
dikembangkan dari, oleh dan untuk remaja/mahasiswa.
B. Menjadikan PIK Remaja/Mahasiswa sebagai sumber informasi
program PKBR memperjelas pengetahuan, sikap dan keterampilan
remaja/mahasiswa dalam mewujudkan Generasi Berencana (GenRe).
C. Menjadikan PIK Remaja/Mahasiswa sebagai wadah untuk
mengintegrasikan upaya peningkatan assets, pengembangan resources dan
pelayanan second chance.
D. Menjadikan seluruh kegiatan PIK Remaja/Mahasiswa yang ramah
remaja (adolescents friendly)
E. Mempersiapkan pengelola/kader baik sebagai Pendidik Sebaya (PS)
maupun Konselor Sebaya (KS) untuk pengganti pengelola, PS dan KS yang
akan berakhir masa baktinya.

III. Pengelolaan PIK Remaja/Mahasiswa


Dalam pengelolaan PIK Remaja/Mahasiswa terdapat 3 tahapan yang harus
dipenuhi, yaitu :
A. Tahap Tumbuh
1. Materi dan Isi Pesan
a. 8 Fungsi Keluarga
b. Pendewasaan Usia Perkawinan
c. TRIAD KRR
d. Keterampilan hidup (Life Skills)
2. Kegiatan yang dilakukan
a. Lokasi di dalam PIK Remaja/Mahasiswa
b. Bentuk aktifitas bersifat penyadaran (KIE) di dalam PIK
c. Menggunakan media cetak
d. Melakukan pencatatan dan pelaporan
3. Sarana dan prasarana
a. Ada Ruang Sekretariat
b. Memiliki papan nama dengan ukuran minimal 60x90 cm
c. Struktur pengurus minimal terdiri dari: Pembina, Ketua, Sekretaris,
Bendahara, Seksi Program dan Kegiatan, Anggota (PS dan Volunteer)
d. 2 orang Pendidik Sebaya yang sudah dilatih
6. Jaringan

83
a. Pembuat kebijakan dilingkungannya (Lurah/Kades,
TOGA/TOMA, Puskesmas/Pustu, Kepala Sekolah, Dekan, Direktur
Akademi, dll)
b. Mitra Kerja (PKBI, Organisasi Kepemudaan, Organisasi
Keagamaan, Organisasi Kemasyarakatan, Organisasi Kemahasiswaan
dan Kesiswaan)

B. Tahap Tegak
1. Materi dan isi pesan yang diberikan :
a. 8 Fungsi Keluarga
b. Pendewasaan Usia Perkawinan
c. TRIAD KRR
d. Keterampilan hidup (Life Skills)
e. Keterampilan advokasi dan KIE
2. Kegiatan yang dilakukan :
a. Lokasi di dalam dan di luar PIK Remaja/Mahasiswa.
b. Bentuk aktifitas bersifat penyadaran (KIE) di dalam PIK dan di
luar PIK (Sosialisasi, dialog interaktif melalui radio dan TV,
penyuluhan dan pembinaan, seminar, roadshow ke sekolah, pameran,
pentas seni, pemberian informasi melalui event strategis yang
berkaitan dengan remaja).
c. Melakukan Konseling
d. Menggunakan media cetak dan elektronik
e. Melakukan pencatatan dan pelaporan
f. Melakukan advokasi dan KIE untuk mengembangkan jaringan
pelayanan
g. Melakukan kegiatan-kegiatan yang dapat menarik minat remaja
untuk datang ke PIK Remaja/Mahasiswa (pelatihan penyiapan karir,
jambore remaja, pentas seni, lintas alam/outbond, bedah buku, bedah
film, bimbingan belajar siswa, pendampingan kepada remaja
bermasalah, pendataan jumlah korban narkoba, studi banding,
kegiatan ekonomi produktif, kegiatan olahraga dan kesenian, lomba-
lomba, diskusi, buka puasa bersama, bercocok tanam, beternak dsb)
3. Sarana dan prasarana
a. Ada Ruang Sekretariat dan Ruang Konseling
b. Memiliki papan nama dengan ukuran minimal 60x90 cm
c. Struktur pengurus minimal terdiri dari: Pembina, Ketua, Sekretaris,
Bendahara, Seksi Program dan Kegiatan, Anggota (PS, KS,
Volunteer)
d. 4 orang Pendidik Sebaya yang sudah dilatih

84
e. 2 orang Konselor Sebaya yang sudah dilatih
f. Lokasi mudah di akses dan disukai oleh remaja

4. Jaringan
a. Pembuat Kebijakan dilingkungannya (Lurah/Kades,
TOGA/TOMA, Puskesmas/Pustu, Kepala Sekolah, Dekan, Direktur
Akademi, Psikolog/Psikiater, Dokter dan Paramedis, dll)
b. Mitra Kerja (PKBI, Organisasi Kepemudaan, Organisasi
Keagamaan, Organisasi Kemasyarakatan, Organisasi
Kemahasiswaan dan Kesiswaan)

C. Tahap Tegar
1. Materi dan isi pesan yang diberikan :
a. 8 Fungsi Keluarga
b. Pendewasaan Usia Perkawinan
c. TRIAD KRR
d. Keterampilan hidup (Life Skills)
e. Keterampilan advokasi dan KIE
f. Pengembangan materi sesuai kebutuhan PIK
Remaja/Mahasiswa
2. Kegiatan yang dilakukan :
a. Lokasi di dalam dan di luar PIK Remaja/Mahasiswa
b. Bentuk aktifitas bersifat penyadaran (KIE) di dalam dan di luar
PIK (Sosialisasi, dialog interaktif melalui radio dan TV, penyuluhan
dan pembinaan, seminar, roadshow ke sekolah, pameran, pentas
seni, pemberian informasi melalui event strategis yang berkaitan
dengan remaja).
c. Melakukan Konseling
d. Menggunakan media cetak dan elektronik
e. Melakukan pencatatan dan pelaporan
f. Melakukan advokasi dan KIE untuk mengembangkan jaringan
pelayanan
g. Melakukan kegiatan-kegiatan yang dapat menarik minat remaja
untuk datang ke PIK Remaja/Mahasiswa (pelatihan penyiapan karir,
jambore remaja, pentas seni, lintas alam/outbond, bedah buku, bedah
film, bimbingan belajar siswa, pendampingan kepada remaja
bermasalah, pendataan jumlah korban narkoba, studi banding,
kegiatan ekonomi produktif, kegiatan olahraga dan kesenian, lomba-
lomba, diskusi, buka puasa bersama, bercocok tanam, beternak dsb).

85
h. Melakukan pelayanan lain sesuai kebutuhan remaja
(pemeriksaan gigi, konsultasi kecantikan, konsultasi gizi).
i. Mampu mengakses jaringan internet.
j. Melibatkan jaringan untuk melakukan pelayanan kesehatan dasar.
3. Sarana dan prasarana
a. Ada Ruang Sekretariat, Ruang Konseling dan Ruang
Pertemuan
b. Memiliki papan nama dengan ukuran minimal 60x90 cm
c. Struktur pengurus minimal terdiri dari: Pembina, Ketua, Sekretaris,
Bendahara, Seksi Program dan Kegiatan, Anggota (PS, KS,
Volunteer)
d. 4 orang Pendidik Sebaya yang sudah dilatih
e. 4 orang Konselor Sebaya yang sudah dilatih
f. Lokasi mudah di akses dan disukai oleh remaja
g. Memiliki hotline/sms konseling
h. Memiliki perpustakaan
i. Memiliki sarana dan prasarana jaringan internet
4. Jaringan
a. Pembuat Kebijakan dilingkungannya (Lurah/Kades,
TOGA/TOMA, Puskesmas/Pustu, Kepala Sekolah, Dekan, Direktur
Akademi, Psikolog/Psikiater, Dokter dan Paramedis, dll)
b. Mitra Kerja (PKBI, Organisasi Kepemudaan, Organisasi
Keagamaan, Organisasi Kemasyarakatan, Organisasi
Kemahasiswaan dan Kesiswaan)
c. Memiliki organisasi Induk Pembina PIK Remaja/Mahasiswa

IV. Kiat-kiat Pengembangan PIK Remaja/Mahasiswa (Tumbuh, Tegak,


Tegar)
A. Tahap Tumbuh
1. Sarasehan dalam rangka sosialisasi program PKBR pada kelompok
remaja/mahasiswa
2. Konsultasi dan koordinasi untuk memperoleh
dukunngan/persetujuann dengan pimpinan setempat (Kepala
Desa/Lurah, Camat, Bupati/Walikota, TOGA/TOMA, Kepala Sekolah,
Rektor, Pesantren, Pimpinan Perusahaan)
3. Mengikuti pelatihan 2 orang Pendidik Sebaya dan Pengelola PIK
Remaja/Mahasiswa
4. Menyusun program dan kegiatan
5. Melakukan peresmian pembentukan PIK Remaja/Mahasiswa

B. Tahap Tegak
1. Melatih 4 orang menjadi Pendidik Sebaya
86
2. 2 orang Pendidik Sebaya dilatih menjadi 2 orang Konselor
Sebaya
3. Menyusun program dan kegiatan di dalam dan di luar PIK
Remaja/Mahasiswa
4. Aktif dalam kegiatan advokasi dan KIE
5. Melakukan koordinasi dengan mitra kerja terkait.

C. Tahap Tegar
1. Melatih 4 orang menjadi Pendidik Sebaya
2. 4 orang Pendidik Sebaya dilatih menjadi 4 orang Konselor
Sebaya
3. Menyusun program dan kegiatan di dalam dan di luar PIK
Remaja/Mahasiswa
4. Aktif dalam kegiatan advokasi dan KIE
5. Melakukan koordinasi dengan mitra kerja terkait termasuk media
massa.
6. Mengembangkan kegiatan sesuai dengan karakteristik, dinamika dan
kebutuhan remaja/mahasiswa
7. Sudah melakukan rujukan sesuai dengan masalah remaja.
VV
V. Kemitraan
A. Pengertian
Kemitraan adalah hubungan (kerjasama) antara dua pihak atau lebih,
berdasarkan kesetaraan, keterbukaan dan saling menguntungkan
(memberikan manfaat).

B. Prinsip-prinsip Kemitraan
1. Memahami kedudukan, tugas dan fungsi (kaitan dengan struktur);
2. Memahami kemampuan masing-masing pihak (kapasitas unit/
organisasi);
3. Menjalin berkomunikasi secara proaktif.
4. Terbuka, dalam arti tidak ada hal-hal yang ditutupi.
5. Saling mendorong/mendukung kegiatan.

C. Langkah dalam Pengembangan Kemitraan


1. Penjajagan
2. Penyamaan persepsi
3. Pengaturan peran
4. Komunikasi intensif
5. Merencanakan dan melaksanakan kegiatan
6. Melakukan pemantauan dan penilaian.

VI.Mekanisme Pelayanan Rujukan

87
A. Identifikasi Tempat-tempat Pelayanan Rujukan Masalah Program
PKBR
1. Identifikasi potensi tempat-tempat pelayanan rujukan masalah
program PKBR
Setiap daerah memiliki potensi tempat pelayanan rujukan yang berbeda-
beda, baik dari sisi jumlah maupun jenis pelayanan yang diberikan. Oleh
karena itu setiap konselor sebaya harus memiliki peta potensi tempat
pelayanan rujukan yang berkenaan dengan pelayanan lanjutan program
PKBR, baik untuk rujukan medis maupun non-medis. Contoh tempat
pelayanan rujukan program PKBR: RSUD, PUSKESMAS, Pusat
Rehabilitasi, Rumah Singgah (Shelter), Biro Konsultasi Psikologis, Pusat
Pelayanan Terpadu milik POLRI (Ruang Pelayanan Khusus/RPK Anak,
Remaja dan Wanita).
2. Identifikasi jejaring kerja dengan tempat-tempat pelayanan
rujukan
Apabila konselor sebaya sudah memiliki peta potensi tempat pelayanan
rujukan di daerahnya, maka yang perlu diketahui adalah apakah tempat-
tempat pelayanan rujukan potensial tersebut sudah menjalin kerjasama
atau membentuk jejaring kerja guna memberikan pelayanan yang
komprehensif kepada remaja yang memerlukan. Dalam hal ini perlu
dicermati pula bentuk kerjasama yang disepakati, karena akan sangat
terkait dengan mekanisme rujukan dan sistem pembiayaannya. Namun,
apabila belum ada kerjasama maka perlu dirintis, misalnya oleh konselor
sebaya atau oleh pihak lain yang bertanggung jawab terhadap
keberadaan konselor sebaya.

B. Kriteria sasaran/klien yang perlu dirujuk


Seorang konselor sebaya harus mampu mengidentifikasi apakah kliennya
memerlukan pelayanan lanjutan atau tidak. Hal-hal yang dapat dilakukan
konselor sebaya untuk memastikan apakah kliennya memerlukan rujukan
atau tidak antara lain adalah:
1. Menanyakan secara langsung apakah klien memerlukan bantuan
orang lain. Misalnya dengan menanyakan kepuasan klien akan
konsultasi yang diberikan, dan jika belum puas tanyakan apakah klien
menginginkan orang lain untuk memberikan konsultasi lanjutan.

88
2. Konselor juga dapat menanyakan apakah klien bermaksud mendapat
pelayanan lanjutan. Misalnya dalam kasus klien yang ragu apakah ia
terinfeksi HIV, kemungkinan klien ingin menjalani test darah untuk
memastikan adanya infeksi.
3. Setelah itu lakukan langkah-langkah yang dapat membantu proses
rujukan seperti: Tanyakan kesediaan klien untuk dirujuk. Untuk itu perlu
adanya kesepakatan antara klien dan konselor tentang pelayanan
lanjutan yang dibutuhkan dan kemana tempat pelayanan rujukan yang
dituju. Konselor juga menanyakan apakah ada kehendak/pilihan klien
terhadap tempat pelayanan rujukan tertentu, tenaga yang akan melayani
(misalnya: laki-laki atau perempuan), jam pelayanan, dsb.

C. Hal-hal yang perlu diperhatikan dalam melakukan rujukan


Apabila klien sepakat untuk dirujuk, maka hal-hal yang perlu diperhatikan
adalah:
1. Mengetahui secara pasti bagaimana mekanisme rujukan dari setiap
tempat pelayanan. Misalnya mekanisme rujukan ke RSUD berbeda
dengan mekanisme rujukan ke pusat rehabilitasi atau ke shelter/rumah
singgah.
2. Mengetahui mekanisme rujukan medis dan non medis.
3. Pengelola/konselor hendaknya mengetahui dengan pasti kepada
siapa klien akan dirujuk berdasarkan kerjasama yang telah disepakati.
4. Di dalam kesepakatan kerjasama dengan tempat pelayanan rujukan
hendaknya sudah jelas tentang bagaimana cara merujuk klien. Misalnya,
apakah dengan surat rujukan resmi, per telepon, atau dapat datang
langsung ke tempat pelayanan rujukan.

D. Sistem Pembiayaan di Tempat-tempat Pelayanan Rujukan


1. Sistem pembiayaan untuk tempat pelayanan rujukan medis
(klinik)
Biaya yang ditimbulkan oleh adanya tindakan medis sangat bervariasi.
Disisi lain, tidak semua tindakan memerlukan biaya (artinya: gratis), dan
ada pula yang mendapat subsidi dari pemerintah pusat maupun
pemerintah daerah. Untuk itu konselor sebaya harus mengetahui secara
rinci dari kesepakatan kerjasama dengan pusat rujukan medis tentang
89
sistem pembiayaan tersebut dan harus diinformasikan secara jelas
kepada klien. Dengan demikian klien merasa siap secara finansial, atau
konselor sebaya dapat menjadi mediator untuk berbicara dengan orang
tua/pihak keluarga klien guna mendapatkan biaya yang diperlukan.
2. Sistem pembiayaan untuk tempat pelayanan rujukan non-medis
Pada umumnya, setiap jasa yang diberikan oleh biro konsultasi
psikologis memerlukan biaya. Namun perlu pula dicermati isi kerjasama
yang disepakati, apakah memungkinkan tanpa biaya apapun dalam
memperoleh layanan.

F. Daftar Alamat Rujukan


1. Pusat Rehabilitasi NAPZA
a. Rumah Sakit Ketergantungan Obat (RSKO), JL Fatmawati, Cilandak,
Jakarta Selatan. Telp. (021) 7695461, 7655461, 7698240, 7504009.
b. Rumah Sakit Jiwa (RSJ) Pemerintah di 24 Provinsi.

c. Rumah Sakit Jiwa Swasta lainnya:


1) Sanatorium Dharmawangsa, Jl. Dharmawangsa No. 13,
Kebayoran Baru, Jakarta Selatan. Telp. (021) 734484.
2) RS. Ongko Mulyo, Jl. Pulomas Barat VI, Jakarta Timur. Tip.
(021) 4722719.
3) RSI Islam Khusus Jiwa, Jl. Bunga Rampai 10, Klender, Jakarta
Timur
4) RSJ Dharma Sakti, Jl. Kaji No. 40, Jakarta Pusat
5) RS Dharma Jaya, Jl. Raya Mangga Besar, Jakarta Pusat

d. Bagian Psikiatri RSUP di seluruh Indonesia, antara lain:


1) RSUP Dr. Cipto Mangunkusumo, Jl. Diponegoro No. 71,
Jakarta Pusat. Telp. (021) 334044, 326377.
2) RSU Hasan Sadikin, Jl. Pasteur No. 38, Bandung, Jawa Barat.
Telp. (022) 234953, 234954, 234955.
3) RSU Dr. Sarjito, Jl. Kesehatan Sekip, Yogyakarta. Telp. (0274)
587383.

90
4) RSU Dr. Karjadi, Jl. Dr. Sutomo No. 16, Semarang, Jawa
Tengah. Telp. (024) 413476.
5) RSU Sanglah, Jl. Diponegoro, Denpasar, Bali. Telp. (0301)
224556.
6) RSU Dr. M. Djamil, Jl. Perintis Kemerdekaan, Padang
Sumatera Barat. Telp. (0751)21688.
7) RSU Pringadi, Jl. Prof. M. Yamin, SH. No. 47, Medan,
Sumatera Utara.
8) RSU Palembang, Jl. Jend. Sudirman Km. 3,5, Palembang,
Sumatera Selatan
9) RSU Manado, Jl. Yos Sudarso, manado, Sulawesi Utara
10) RSU Dr. Wahidin Sudiro Husodo, Jl. Perintis Kemerdekaan,
Makasar, Sulawesi Selatan.

e. Bagian Psikiatri Rumah Sakit ABRI:


1) RSPAD Gatot Subroto, Jl. Abdul Rahman Saleh, Jakarta Pusat
2) RSAL Mintoharjo, Jl. Bendungan Hilir No. 17, Jakarta Pusat
3) RS POLRI, Jl. Kramat Jati, Jakarta Timur
4) RSAU Halim Perdana Kusuma, Lanud Halim Perdana Kusuma,
Jakarta Timur

f. Panti Sosial Parmadi Putra Insyaf, Jl. Willem Iskandar No. 37, Medan,
Sumatera Utara
g. Panti Sosial Parmadi Putra Khusnul Khotimah, Jl. Babakan Pocis
Serpong, Tanggerang, Banten
h. Panti Sosial Parmadi Putra Galih Pakuan , Jl. H. Miing No. 71 Putat
Nutug, Parung, Bogor, Jawa Barat.
i. Panti Sosial Parmadi Binangkit , Lembang (Khusus wanita), Jl. Raya
Maribaya No. 23, Lemabang, Bandung, Jawa Barat.
j. Panti Sosial Parmadi Mandi , Jl. Amposari II/4, Kel. Sendang Guwo,
Semarang Timur, Jawa Tengah.
k. Panti Sosial Permadi Putra Teratai , Jl. Balongsari Dalam No. 1,
Surabaya, Jawa Timur.

91
l. Rumwatik Parmadi Siwi, Polda Metro Jaya, Jl. MT. Haryono No.11,
Cawang, Jakarta Timur. Telp. (021) 8092713.
m. Wisma Adiksi, Jl. Jati Indah 1/23, Pangkalan Jati, Pondok Labu,
Jakarta Selatan 16514.
n. Yayasan Titihan Respati, Jl. Hang Lekir 11/16, Kebayoran Baru,
Jakarta Selatan.
o. Terapi dan Rehabilitasi Pasien NAPZA ala Prof. Dadang Hawari, Jl.
Tebet Mas Indah Blok E/5, Jakarta Selatan.
p. Yayasan Kasih Mulia, Jl. Camar Indah I Blok DD 10 Ruko Pantai
Indah Kapuk, Pluit, Jakarta Utara
q. Pesantren Inabah IV, Jl. Sindanglaya No. 8, Tasik Malaya Jawa Barat
r. Rumah Kemang, Jl. Kemang 1/8, Jakarta Selatan
s. Yayasan Insan Pengasih/Drop in center, Jl. Daksa IV/69, Kebayoran
Baru, Jakarta Selatan
t. Yayasan Putra Sesana Bali, Telp. (0361) 462306.
u. Program Rehabilitasi Sekolah Tinggi Theologia BKWI Yogyakarta, Jl.
HOS Cokroaminoto Yogyakarta
v. Pesantren Inabah Tamban d/a RS Tamban, Barito Kuala, Kalimantan
Selatan.
w. Panti Rehabilitasi Soteiria, Jl. Padang Bulan Medan, Sumatera Utara.
Tlp. (61) 82201173.

2. Rujukan HIV dan AIDS dapat menghubungi Komisi


Penanggulangan AIDS di daerahnya masing-masing.

92
Bahan Pembelajaran 7:
(Pendidik Sebaya)

Pendidik Sebaya

I. Pendahuluan
Remaja/mahasiswa merasa lebih nyaman untuk bertanya tentang hal-hal yang
sensitif seperti seksualitas, HIV dan AIDS serta napza pada teman sebayanya.
Dengan memanfaatkan bahan pembelajaran ini, diharapkan Pendidik Sebaya
mampu menyebarkan informasi secara kreatif sehingga dapat menarik perhatian
dan minat teman-teman sebayanya.

Untuk mengoptimalkan keterampilannya, Pendidik Sebaya seyogyanya melatih


diri dengan menyebarkan informasi kesehatan reproduksi dalam kelompok kecil
(tidak lebih dari 12 orang). Setelah terbiasa dan menguasai materi secara

93
mendalam, para Pendidik Sebaya dapat meningkatkan kemampuannya dalam
kelompok besar (+ 50 orang) untuk kegiatan ceramah.

Pendidik Sebaya adalah remaja/mahasiswa yang mempunyai komitmen dan


motivasi yang tinggi sebagai nara sumber bagi kelompok remaja/mahasiswa dan
telah mengikuti pelatihan Pendidik Sebaya dengan mempergunakan modul dan
kurikulum standar yang telah disusun.

II. Tujuan
A. Tujuan Pembelajaran Umum
Meningkatkan pemahaman tentang Pendidik Sebaya

B. Tujuan Pembelajaran Khusus


Setelah mempelajari modul ini peserta diharapkan dapat :
1. Menjelaskan pengertian Pendidik Sebaya
2. Menjelaskan persyaratan Pendidik Sebaya
3. Menjelaskan uraian tugas Pendidik Sebaya
4. Menjelaskan persiapan penyuluhan oleh Pendidik Sebaya
5. Melaksanakan penyuluhan Pendidik Sebaya
6. Menjelaskan materi program PKBR oleh Pendidik Sebaya dalam
kelompok kecil atau besar.

III. Syarat Pendidik Sebaya


Remaja/mahasiswa yang aktif dalam kegiatan sosial dilingkungannya. Misalnya:
Karang Taruna, Pramuka, OSIS, Badan Eksekutif Mahasiswa (BEM), organisasi
kepemudaan, organisasi keagamaan pemuda.

IV. Uraian Tugas Pendidik Sebaya


Dalam melakukan penyuluhan kepada remaja/mahasiswa, Pendidik Sebaya
hendaknya memperhatikan hal-hal sebagai berikut :
1. Menggunakan bahasa yang sama sehingga informasi mudah
dipahami oleh sebayanya.
2. Teman sebaya mudah untuk mengemukakan pikiran dan perasaannya
di hadapan pendidik sebayanya.

94
3. Pesan-pesan sensitif dapat disampaikan secara lebih terbuka dan
santai.
4. Syarat-syarat Pendidik Sebaya
a. Aktif dalam kegiatan sosial di lingkungan remaja/mahasiswa;
b. Berminat menyebarluaskan informasi program PKBR;
c. Memiliki ciri-ciri kepribadian, antara lain: ramah, lancar dalam
mengemukakan pendapat, luwes dalam pergaulan, berinisiatif dan
kreatif, tidak mudah tersinggung, terbuka untuk hal-hal baru, mau belajar
serta senang menolong;
5. Uraian Tugas Pendidik Sebaya
a. Menyampaikan informasi substansi program PKBR
b. Melaksanakan advokasi dan KIE tentang PIK Remaja/Mahasiswa
c. Melakukan kegiatan-kegiatan yang menarik minat remaja untuk
datang ke PIK Remaja/Mahasiswa
d. Melakukan pencatatan dan pelaporan
6. Pengetahuan yang perlu dimiliki Pendidik Sebaya
a. Pengetahuan tentang program PKBR yang didalamnya
memiliki subtansi : 8 fungsi keluarga, Pendewasaan Usia Perkawinan,
TRIAD KRR (Seksualitas, HIV dan AIDS, NAPZA), Life Skills.
b. Pengetahuan umum mengenai hukum, agama, dan isu terkini
lainnya.
7. Keterampilan yang perlu dimiliki Pendidik Sebaya adalah keterampilan
komunikasi interpersonal yang bercirikan:
a. Komunikasi dua arah
Komunikasi dua arah memungkinkan kedua belah pihak sama-sama
berkesempatan untuk mengajukan pertanyaan, pendapat dan
perasaan.
b. Komunikasi Verbal dan Non-Verbal.
Komunikasi verbal adalah bentuk komunikasi dengan menggunakan
kata-kata.
Pendidik Sebaya hendaknya:
 Menggunakan kata-kata yang sederhana dan mudah dipahami
kelompok.
 Menghindari istilah yang sulit dimengerti.
 Menghindari kata-kata yang bisa menyinggung perasaan orang
lain.

95
Komunikasi non-verbal adalah komunikasi yang tampil dalam bentuk
nada suara, ekspresi wajah-wajah dan gerakan anggota tubuh tertentu,
seperti kontak mata dengan lawan bicara, menggunakan nada suara
yang ramah dan bersahabat.
c. Cara Bertanya :
Ada dua macam cara bertanya, yaitu pertanyaan tertutup dan
pertanyaan terbuka.
Pertanyaan Tertutup :
 pertanyaan yang memerlukan jawaban yang singkat. Bisa
dijawab dengan”Ya “ dan “Tidak .”
 Biasanya digunakan di awal pembicaraan untuk menggali
informasi dasar.
 Tidak memberi kesempatan peserta untuk menjelaskan
perasaan/pendapatnya.
Contoh:
1. “Berapa usiamu?”
2. “Apakah kamu pernah mengikuti kegiatan semacam ini?”
Pertanyaan Terbuka :
 Mampu mendorong orang untuk mengekspresikan perasaan
dan pikiran.
 Bisa memancing jawaban yang panjang.
 Memungkinkan lawan bicara untuk mengungkapkan diri apa
adanya.
Contoh :
1. “Apa yang kau ketahui tentang IMS?”
2. “Bagaimana rasanya waktu mengalami haid pertama?”
d. Mendengar efektif
Dalam melaksanakan pendidikan sebaya, mendengar efektif dapat
dilakukan dengan cara:
 Menunjukkan minat mendengar
 Memandang lawan bicara
 Tidak memotong pembicaraan
 Menunjukkan perhatian dengan cara bertanya
 Mendorong teman sebaya untuk terus bicara, baik dengan
komentar kecil (misal: mm..., ya...), atau ekspresi wajah tertentu
(misalnya menganggukkan kepala).

96
V. Persiapan Penyuluhan oleh Pendidik Sebaya
Persiapan yang harus dilakukan oleh Pendidik Sebaya sebelum melakukan
penyuluhan:
1. Membaca kembali topik yang akan disajikan, baik dari buku panduan
yang telah dimiliki maupun bacaan lainnya;
2. Menyiapkan alat bantu sesuai topik yang akan dibicarakan, misalnya
alat peraga, contoh-contoh kasus, kliping koran, dan lain-lain
3. Tempat pendidikan sebaya dapat dilakukan dimana saja asalkan
nyaman buat Pendidik Sebaya dan kelompoknya. Kegiatan tidak harus
dilakukan di ruangan khusus. Bisa dilakukan di teras masjid, di bawah pohon
yang rindang, diruang kelas yang sedang tidak dipakai, di aula gereja, dan
sebagainya. Tempat pendidikan sebaya sebaiknya tidak ada orang lalu-
lalang dan jauh dari kebisingan sehingga diskusi bisa berlangsung tanpa
gangguan.

VI. Penyelenggaraan Penyuluhan oleh Pendidik Sebaya


1. Jumlah ideal remaja/mahasiswa pada kegiatan penyuluhan sebaya
diikuti oleh tidak lebih dari 12 peserta agar setiap peserta mempunyai
kesempatan bertanya. Bila peserta terlalu banyak, tanya jawab menjadi
kurang efektif, dan remaja/mahasiswa tidak akan mendapatkan pemahaman
serta pengetahuan yang cukup memadai
2. Pendidik Sebaya (PS) mencari teman sebaya yang berminat terhadap
kesehatan reproduksi. Hindari cara-cara pemaksaan. Para peserta harus
bersedia mengikuti seluruh pertemuan yang telah disepakati.
3. Untuk dapat memahami keseluruhan materi program PKBR, paket
pertemuan sekurang-kurangnya 8 kali. Setiap kali pertemuan berlangsung
antara 2- 2½ jam.
4. Tempat dan waktu pertemuan ditentukan bersama antara Pendidik
Sebaya (PS) dan remaja/mahasiswa.
5. Penyuluhan diberikan oleh dua orang Pendidik Sebaya. Satu pendidik
menyampaikan dan memandu diskusi. Satu pendidik lainnya melakukan
pencatatan terhadap pertanyaan yang diajukan peserta, observasi tentang
proses diskusi, serta membantu menjawab pertanyaan yang tidak bisa
dijawab oleh Pendidik Sebaya pertama. Peran Pendidik Sebaya dilakukan
bergantian dengan tujuan agar setiap pendidik mempunyai kesempatan untuk

97
menyampaikan informasi dan memandu diskusi. Selain itu mereka juga bisa
saling memberikan umpan balik selama menjadi pemandu.
6. Pendidik Sebaya memulai acara dengan menyampaikan materi
selama tidak lebih dari setengah jam, waktu selebihnya digunakan untuk
diskusi dan menampung pertanyaan.
7. Bila ada pertanyaan yang tidak bisa dijawab, jawaban bisa ditunda
untuk ditanyakan kepada mereka yang lebih ahli, bisa dokter/paramedis,
tokoh masyarakat atau tokoh agama, dan lain-lain.
8. Topik-topik yang perlu dibahas antara lain:
a. 8 fungsi keluarga
b. Pendewasaan Usia Perkawinan
c. Triad KRR
d. Life Skills

VII. Penyampaian Materi PKBR oleh Pendidik Sebaya Dalam Kelompok


Besar
Pendidik Sebaya yang telah terlatih untuk memberikan atau menyampaikan
informasi program PKBR dalam kelompok yang kecil dapat meningkatkan
kemampuannya pada kelompok yang lebih besar. Disebut kelompok besar bila
jumlah peserta lebih dari 50 orang. Kegiatan ini sering disebut dengan
penyuluhan. Contoh kegiatan ini adalah:
1. Ceramah di sekolah;
2. Ceramah pada peringatan hari-hari khusus, misalnya acara Tujuh
Belas Agustus, Hari Kartini, Hari Pendidikan Nasional, dan sebagainya;
3. Penyuluhan kader di desa/kelurahan;
4. Penyuluhan pada organisasi kemasyarakatan, misalnya: pramuka,
karang taruna, pengajian, remaja gereja, dan sebagainya.
Dalam menghadapi kelompok besar, hal-hal yang harus diperhatikan oleh
Pendidik Sebaya sebelum penyuluhan, adalah sebagai berikut:
1. Kesiapan Pribadi
a. Membaca materi yang akan disampaikan;
b. Cari informasi mengenai peserta penyuluhan;
c. Bahasa dan alat bantu yang akan digunakan perlu disesuaikan
dengan keadaan peserta penyuluhan;
d. Rencanakan skenario alokasi waktu dan melatih diri untuk kegiatan
ceramah;
2. Pengaturan Tempat

98
a. Meskipun jumlah peserta banyak, jika ruangan memungkinkan atur
kursi/tempat duduk yang memudahkan interaksi antara pendidik dan
peserta.
b. Hindari bentuk susunan tempat duduk berderet kebelakang seperti di
kelas/sekolah. Idealnya kursi tersusun membentuk huruf “U “.
3. Alat Bantu
a. Pastikan ketersediaan fasilitas alat bantu, misalnya: LCD, laptop,
pengeras suara (microphone), jaringan listrik, dan sebagainya.
Perhatikan apakah alat-alat tersebut dapat berfungsi dengan baik.
b. Pastikan bahwa alat bantu (termasuk gambar) yang digunakan dapat
dilihat oleh semua peserta dengan mudah.
c. Jika menggunakan lembar transparan, perhatikan jumlah baris kalimat
dalam setiap tampilan tidak lebih dari 7 baris ke bawah.
d. Jika menggunakan tulisan tangan, gunakan huruf besar yang jelas
agar mudah terbaca.
4. Tiba di tempat penyuluhan lebih awal (+ 15-30 menit) untuk
memeriksa fasilitas alat bantu.
Pada saat penyuluhan, seorang Pendidik Sebaya harus memperhatikan hal-
hal sebagai berikut:
a. Perkenalkan diri sebelum memulai penyuluhan.
b. Secara singkat, jelaskan tujuan dari topik yang akan disampaikan.
c. Sampaikan informasi secara menarik, berbicara singkat dan mudah
dimengerti. Sisipkan humor-humor segar.
d. Pastikan suara dapat didengar dengan jelas oleh seluruh peserta.
Hindari nada suara yang datar. Jangan bicara terlalu cepat.
e. Kemukakan hal-hal yang penting terlebih dahulu.
f. Tekankan hal-hal yang perlu diingat.
g. Hindari istilah tehnis medis atau istilah asing, misalnya: discharge,
ovum, dan lain-lain.
h. Pada awal penyampaian dan setiap pergantian topik, jangan lupa gali
pengetahuan peserta dengan cara memberikan 1 – 2 pertanyaan terkait.
Hal ini dimaksudkan untuk menghindari terjadinya komunikasi satu arah.

VIII. Kiat-kiat Sukses Menjadi Pendidik Sebaya


1. Mau terus belajar dan memperluas wawasan.
2. Rajin mencari informasi tambahan.
3. Menyisipkan humor dalam pemberian materi.

99
4. Kreatif mencari alat bantu untuk menghidupkan suasana
pembelajaran.
5. Terbuka akan kritik dari peserta
6. Pendidik Sebaya harus melakukan hal-hal berikut:
a. Membuat persiapan sebelum kegiatan pembelajaran;
b. Menguasai materi;
c. Melibatkan semua peserta dalam kegiatan pembelajaran;
d. Menggunakan alat bantu;
e. Berbicara dengan jelas dan lantang;
f. Memancing pertanyaan dari peserta pertemuan;
g. Mengatur waktu dengan cermat;
h. Duduk dalam lingkaran agar bisa memandang satu sama lain;
i. Menjaga kontak mata dalam bicara;
j. Memperhatikan bahasa tubuh peserta;
k. Periksa apakah informasi sudah dimengerti peserta;
l. Bersikap sabar tapi percaya diri.
7. Pendidik Sebaya jangan melakukan hal-hal berikut:
a. Membelakangi peserta;
b. Meremehkan komentar dan pendapat peserta;
c. Membaca materi-materi, sebaiknya materi sudah dipahami;
d. Berbicara dengan nada keras kepada peserta;
e. Menggurui;
f. Hanya melihat pada satu atau dua peserta saja, sebaiknya
memandang kepada keseluruhan secara bergantian;
g. Menghakimi.

IX. Contoh-Contoh Penyampaian Materi oleh Pendidik Sebaya


A. Contoh 1: Alat Reproduksi Manusia dan Fungsinya
1. Katakan kepada peserta bahwa sekarang kita akan membahas
mengenai alat alat reproduksi manusia.
2. Bagikan gambar peta buta alat reproduksi perempuan dan laki-laki,
minta peserta untuk menuliskan nama-nama dari alat reproduksi yang
telah ditentukan. Minta beberapa peserta untuk mengemukakan jawaban
mereka.
3. Tayangkan lembar transparan bergambar alat reproduksi perempuan
dan laki-laki yang telah dilengkapi dengan nama masing-masing bagian
alat reproduksi tersebut. Bahas bersama peserta nama lain yang biasa
digunakan di daerah masing-masing.
4. Terangkan fungsi masing-masing alat, misalnya “indung telur adalah
tempat sel telur diproduksi.” Beri kesempatan peserta untuk
mengemukakan pengetahuan mereka dan mengajukan pertanyaan.
5. Rangkum berbagai hal penting mengenai alat reproduksi dan
fungsinya.

100
B. Contoh 2 : Remaja dan Perkembangannya
1. Ajak peserta untuk mengingat kembali masa ketika mereka memasuki
masa akil baligh. Tanyakan kepada mereka tanda-tanda dan perubahan
apa yang mereka rasakan, baik fisik maupun perasaan. Bahas pula
mengenai isu-isu yang terkait, misalnya mengenai mimpi basah dan
masturbasi pada remaja laki-laki, serta menstruasi pada remaja
perempuan. Tanyakan pengalaman dan penghayatan peserta ketika
mengalami perubahan dan berbagai tanda tadi. Tekankan kepada peserta
bahwa semua hal tersebut wajar terjadi pada seorang remaja.
2. Berikan kesempatan kepada peserta untuk bertanya dan
mendiskusikan pengalaman-pengalamannya.

C. Contoh 3 : Seksualitas dan Jender


1. Lakukan permainan mengenai kelahiran bayi. Minta seorang peserta
perempuan berperan sebagai ibu yang baru melahirkan. Minta peserta
tersebut duduk sambil menggendong bayinya (boneka), disebelahnya
peserta lain diminta berperan sebagai suaminya. Beberapa peserta
diminta menjadi tamu dan menanyakan berbagai hal sehubungan dengan
kelahiran bayi. Misalnya, “bayimu laki-laki atau perempuan?” jika besar
nanti, kamu ingin anakmu menjadi apa?” dsb. Para tamu diminta pula
untuk mengomentari jawaban pasangan suami istri tersebut.
2. Tanyakan kepada peserta apa yang bisa kita pelajari dari permainan
tadi. Kemudian pelatih menjelaskan beda antara “seks” dan “jender.”
Gunakan lembar transparan bertuliskan definisi kedua kata tersebut.
Jelaskan pula mengenai konsep seksualitas. Tambahkan penjelasan
mengenai konsep lain yang terkait, seperti: kesehatan seksual, hakhak
reproduksi, dll. Berikan contoh-contoh kongkrit sebanyak mungkin.
Kaitkan dengan perkembangan seksual remaja dan ketimpangan jender
yang ada. Jangan lupa memberikan kesempatan kepada peserta untuk
bertanya. Pertanyaan peserta mungkin meluas hingga keaspek perilaku
seksual suatu daerah tertentu, misalnya “Sifon” di Nusa Tenggara Timur
(mengenai tradisi melakukan hubungan seksual setelah seorang laki-laki
di khitan) atau budaya penggunaan “tongkat Madura” (semacam batang
kayu yang dimasukkan ke dalam vagina untuk menyerap cairan vagina).
101
D. Contoh 4 : Hubungan Seksual, Kehamilan dan Pencegahannya,
Aborsi
1. Katakan pada peserta bahwa topik bahasan selanjutnya adalah
hubungan seksual, kehamilan dan pencegahannya, serta aborsi.
2. Lakukan curah pendapat tentang apa yang dimaksud dengan
hubungan seksual. Lengkapi jawaban dengan penjelasan bahwa
hubungan seksual dalam bahasan ini merujuk kepada ekspresi/tindakan
seksual yang berpeluang besar untuk terjadinya kehamilan. Misalnya
dengan mendekatkan, menggesekkan, memasukkan sebagian atau
seluruh penis ke dalam vagina memungkinkan masuknya sperma ke
dalam vagina.
3. Ajak peserta untuk membahas tentang kehamilan. Bagi peserta
menjadi beberapa kelompok kecil masing-masing 4-5 orang. Minta
kelompok untuk membahas proses terjadinya suatu kehamilan. Beri
peserta waktu 15 menit untuk mendiskusikan dan menyiapkan hasil
diskusi kelompoknya untuk dipresentasikan.
4. Lengkapi presentasi kelompok dengan menayangkan lembar balik
transparan tentang proses kehamilan.
5. Selanjutnya, katakan kepada peserta bahwa kita akan beralih pada
pembahasan mengenai pencegahan kehamilan. Lakukan curah pendapat
mengenai berbagai metode/cara untuk mencegah kehamilan. Ajak
peserta untuk aktif menyumbangkan pendapat mengenai hal ini. Pelatih
perlu menjelaskan bahwa cara pencegahan kehamilan terbagi dalam
cara alami (misalnya, metode kalendar/pantang berkala, senggama
terputus, pemeriksaan lendir pada vagina) dan cara modern (kondom,
AKDR/IDU/Spiral, pil, suntik, susuk, PKPK/pil kontrasepsi pencegah
kehamilan, sterilisasi). Gunakan buku Pedoman Kesehatan Reproduksi
sebagai rujukan. Lakukan tanya jawab.
6. Katakan kepada peserta bahwa sekarang akan dibahas mengenai
kehamilan yang tidak diinginkan. Lontarkan pertanyaan: “Kondisi dan
alasan apa saja yang membuat suatu kehamilan tidak diinginkan?”
Lakukan pembahasan dengan merujuk buku Pedoman Kesehatan
Reproduksi mengenai kehamilan yang tidak diinginkan. Minta peserta
untuk memberikan contoh-contoh yang ada di lingkungan sekitar tempat
tinggal.
102
7. Sampaikan bahwa aborsi merupakan topik terakhir dalam
pembicaraan ini, lakukan permainan pendahuluan “jaring laba-laba.”
Minta enam peserta untuk menjadi relawan. Satu peserta diminta
berperan sebagai Remaja Putri yang mengalami kehamilan yang tidak
diinginkan, karenanya ingin menggugurkan kandungannya. Lima peserta
lainnya berdiri mengelilinginya. Peserta lain diminta menjadi observer.
Pelatih menceritakan dengan singkat riwayat Remaja Putri tersebut.
Katakan bahwa Remaja Putri adalah murid SMU kelas 2 yang dihamili
dan ditinggal pergi oleh pacar. Pelatih menanyakan pertanyaan sebagai
berikut: “Mengapa Remaja Putri memutuskan untuk menghentikan
kehamilannya?”
8. Minta peserta untuk memberikan kemungkinan jawaban. Untuk setiap
jawaban yang dampaknya memberatkan Remaja Putri, minta para
peserta yang mengelilingi untuk menjeratkan tali secara bergiliran pada
tubuh Remaja Putri. Semakin banyak jawaban yang memberatkan
Remaja Putri semakin banyak jeratan pada tubuhnya. Kemudian pancing
pendapat peserta bagaimana mencegah terjadinya kehamilan yang tidak
diinginkan. Setiap jawaban yang memberikan pemecahan persoalan,
membuka jeratan yang melingkar di tubuh Remaja Putri. Setelah
permainan selesai, ajak peserta untuk merenungkan dan memberikan
pendapat mengenai makna dari permainan tadi. Terangkan bahwa ada
dua jenis aborsi, yaitu aborsi spontan dan aborsi yang disengaja.
9. Lengkapi pembahasan dengan menerangkan mengenai aborsi aman
dan aborsi tidak aman. Terangkan mengenai macam-macam aborsi yang
tidak aman, seperti pijatan, minum jamu atau obat-obatan, loncat-loncat,
dll. Jelaskan pula bahwa aborsi yang aman dilakukan oleh petugas
medis karena alasan keselamatan ibu. Berikan kesempatan pada
peserta untuk mengemukakan pendapatnya.

E. Contoh 5: Topik Infeksi Menular Seksual (IMS)


1. Katakan kepada peserta bahwa kita akan beralih kepada topik IMS.
Bagi peserta ke dalam kelompok kecil masing-masing 4 orang. Minta
setiap kelompok untuk membahas macam-macam IMS yang mereka
ketahui dan cara pengobatan yang biasa dilakukan di daerah masing-

103
masing. Setelah 10 menit, minta salah seorang wakil setiap kelompok
untuk mempresentasikan hasil diskusi mereka.
2. Lengkapi jawaban hasil diskusi kelompok dengan menjelaskan dan
menayangkan lembar transparan berisi mengenai macam-macam IMS,
gejala, masa inkubasi, efeknya dan cara pengobatan. Gunakan pula
rujukan dari Panduan Kesehatan Reproduksi. Berikan kesempatan
kepada peserta untuk bertanya dan mengemukakan pendapatnya.

104
Bahan Pembelajaran 8:
(Konselor Sebaya)

Konselor Sebaya

I. Prinsip-Prinsip Dalam Konseling


A. Pengertian
Konseling adalah proses pemberi bantuan seseorang kepada orang lain
dalam membuat suatu keputusan atau memecahkan suatu masalah melalui
pemahaman terhadap suatu fakta, harapan, kebutuhan dan perasaan klien.
(Saraswati, 2002).

B. Tujuan
Tujuan konseling adalah membantu klien melihat permasalahannya supaya
lebih jelas sehingga klien dapat memilih sendiri jalan keluarnya. Konseling
berbeda dengan pemberian nasehat. Konseling berpedoman pada
pandangan bahwa pengambilan keputusan adalah tanggung jawab klien.
Seorang konselor bukan yang mengatur, mengkritik atau membuat
keputusan yang kemungkinan tidak diterapkan oleh klien setelah pertemuan
konseling selesai. la menjadi mitra/rekan dari klien, tetapi klien lah yang
paling tahu masalahnya sehingga dialah pembuat keputusan.

C. Faktor-faktor penghambat KIP/K


1. Faktor Individual
Merupakan keterikatan budaya yang dibawa seseorang dalam
melakukan interaksi. Misalnya faktor fisik, sudut pandang, nilai-nilai,
status sosial, dan bahasa
2. Faktor yang berkaitan dengan interaksi
a. Tujuan dan harapan
b. Sikap terhadap interaksi
c. Pembawaan diri terhadap orang lain (seperti: kehangatan,
perhatian, dukungan)
d. Sejarah hubungan
3. Faktor Situasional, yaitu percakapan yang dipengaruhi oleh kondisi
lingkungan.
4. Faktor Kompetensi
Agar efektif, suatu interaksi harus menunjukan perilaku kompeten dari
kedua belah pihak. Keadaan yang menyebabkan putusnya komunikasi
105
adalah kegagalan menyampaikan informasi penting, bicara yang tidak
lancar, dan salah pengertian.

II. Tujuan
A. Tujuan Pembelajaran Umum
Meningkatkan pemahaman tentang konseling
B. Tujuan Pembelajaran Khusus
Setelah mempelajari modul ini peserta diharapkan dapat :
1. Menjelaskan pengertian konseling
2. Menjelaskan tujuan konseling
3. Menjelaskan keterampilan-keterampilan yang harus dimiliki oleh
seorang Konselor Sebaya
4. Menjelaskan langkah-langkah dalam proses konseling

III. Pengertian Konselor Sebaya


Konselor Sebaya adalah Pendidik Sebaya yang punya komitmen dan motivasi
yang tinggi untuk memberikan konseling program PKBR bagi kelompok
remaja/mahasiswa sebayanya yang telah mengikuti pelatihan konseling
program PKBR dengan menggunakan modul dan kurikulum standar

IV. Syarat-syarat menjadi Konselor Sebaya


A. Berpengalaman sebagai pendidik sebaya.
B. Mempunyai minat yang sungguh-sungguh untuk membantu klien
C. Terbuka pada pendapat orang lain
D. Menghargai dan menghormati klien
E. Peka terhadap perasaan orang dan mampu berempati
F. Dapat dipercaya dan mampu memegang rahasia
G. Perasaan stabil dan kontrol diri yang kuat

H. Memiliki pengetahuan yang luas mengenai:


1. Seksualitas yang meliputi tumbuh kembang remaja, alat,
sistem dan proses reproduksi, konsekuensi hubungan seks pra nikah ;
kehamilan.
2. HIV dan AIDS serta PMS

106
3. NAPZA
I. Memiliki ketrampilan dalam :
1. Menciptakan suasana yang aman, nyaman dan menimbulkan
rasa percaya klien terhadap konselor
2. Melakukan komunikasi interpersonal, yaitu hubungan timbal
balik yang bercirikan :
a. Komunikasi dua arah
b. Memperhatikan aspek verbal dan non verbal
c. Mendengar secara aktif
d. Penggunaan pertanyaan untuk menggali informasi, perasaan
dan pikiran.
e. Membantu klien dalam pengambilan keputusan.

V. Keterampilan-keterampilan yang harus dimiliki oleh seorang Konselor


Sebaya
A. Keterampilan Observasi
Hal-hal yang ada dalam keterampilan observasi yaitu:
1. Tingkah laku non verbal
2. Tingkah laku verbal
3. Kesenjangan tingkah laku verbal dan non verbal

B. Keterampilan mendengar aktif


1. Mendengar pasif atau diam
Dilakukan bila klien sedang menceritakan masalahnya : berbicara
tanpa henti, menggebu-gebu, kesal atau sedih. Konselor dapat
mendengar pasif untuk memberikan kesempatan kepada klien untuk
menenangkan diri.
2. Memberi tanda perhatian baik verbal maupun non verbal
Dilakukan antaralain sewaktu klien berbicara panjang tentang
peristiwa yang terjadi pada dirinya. Misalnya : hmm..., ya, lalu, terus.
3. Mengajukan pertanyaan untuk mendalami dan klarifikasi
Dilakukan bila konselor ingin mendalami apa yang diucapkan atau
diceritakan oleh klien

107
4. Mendengar aktif yaitu dengan memberikan umpan balik atau
merefleksikan isi ucapan dan perasaan klien.

C. Keterampilan Bertanya
1. Pertanyaan Tertutup
Menghasilkan jawaban “ya” atau “tidak”.
2. Pertanyaan Terbuka
a. Jenis pertanyaan memakai kata “Bagaimana” atau “apa”
b. Memberikan kebebasan kepada klien dalam menjawab secara
aktif.
Pertanyaan terbuka merupakan cara yang efektif untuk menggali
informasi

VI. Langkah-Langkah Konseling


SA : Salam, memberi perhatian dan menciptakan hubungan dan situasi
nyaman.
T: Tanya. Mengajukan pertanyaan untuk mengetahui kebutuhan,
pengetahuan dan perasaan klien tentang masalah yang dihadapi dan
latar belakangnya, Identifikasi effek dari masalah terhadap klien dan
hal lain.
U: Uraikan. Menguraikan dan tawarkan informasi umum mengenai
alternatif pemecahan masalah untuk pengambilan keputusan.
TU : Bantu klien untuk mengambil keputusan yang diinginkan. Beri waktu
dan dorong klien untuk berpendapat
J: Jelaskan secara rinci mengenai alternatif pemecahan masalah yang
telah dipilih klien, konsekuensi-konsekuensi yang mungkin dihadapi.
Ajukan pertanyaan apakah klien sudah mengerti apa yang
disampaikan agar bisa membuat keputusan tanpa tekanan.
U: Rencanakan kunjungan ulang atau rujuk ketempat pelayanan
konseling bila diperlukan.

VII. Tempat Konseling


Konseling dapat dilakukan dimana saja dengan syarat:
A. Terjamin privacy

108
B. Nyaman
C. Tidak bising
D. Tenang

Bahan Pembelajaran 9 :
(Pengelola, Pendidik Sebaya)

Advokasi Dan KIE

109
I. Konsep Dasar Advokasi dan KIE
A. Pengertian
Advokasi menurut almarhum Mansour Faqih (2000) adalah media atau cara
yang digunakan dalam rangka mencapai suatu tujuan tertentu. Advokasi
lebih merupakan suatu usaha sistematis dan terorganisir untuk
mempengaruhi dan mendesakkan terjadinya perubahan dalam kebijakan
publik secara bertahap maju.

Dalam buku “membela teman sebaya” disebutkan bahwa: “Advokasi is


defined is the promotion of cause or the influenching of policy, founding
streams or other politically determined activity”. Artinya advokasi adalah
promosi sebab atau pengaruh sebuah kebijakan atau aktifitas lainnya yang
ditentukan secara politik.

Advokasi juga merupakan langkah untuk merekomendasikan gagasan


kepada orang lain atau menyampaikan suatu issu penting untuk dapat
diperhatikan masyarakat serta mengarahkan perhatian para pembuat
kebijakan untuk mencari penyelesaiannya serta membangun dukungan
terhadap permasalahan yang diperkenalkan dan mengusulkan bagaimana
cara penyelesaian masalah tersebut.

Berdasarkan pengertian tersebut diatas dapat disimpulkan bahwa


Advokasi adalah aksi strategis yang ditujukan untuk menciptakan
kebijakan publik yang bermanfaat bagi masyarakat atau mencegah
munculnya kebijakan yang diperkirakan merugikan masyarakat.

Komunikasi, Informasi dan Edukasi (KIE) adalah kegiatan penyampaian


informasi untuk meningkatkan pengetahuan, sikap, dan perilaku individu,
keluarga dan masyarakat dalam program Kependudukan dan Keluarga
Berencana.

B. Tujuan
1. Advokasi
110
Tujuan advokasi adalah mendukung dan mempromosikan suatu
masalah/isu dan mencoba untuk mendapatkan dukungan dari pihak lain
dalam rangka perubahan.
2. KIE
Tujuan KIE adalah mengubah sikap mental, kepercayaan nilai-nilai dan
perilaku individu serta kelompok masyarakat.

C. Sasaran
1. Advokasi
a. Pembuat kebijakan publik
b. Pembuat opini publik
c. Mitra kerja
d. Penentang
2. KIE

a. Individu
b. Keluarga
c. Masyarakat

II. TUJUAN
A. Tujuan Pembelajaran Umum
Meningkatkan pengetahuan, sikap dan keterampilan peserta dalam
pengelolaan kegiatan Advokasi dan KIE program PKBR
B. Tujuan Pembelajaran Khusus
Setelah melakukan pelatihan, peserta diharapkan dapat:
1. Memahami tentang pengertian, tujuan advokasi dan KIE
program PKBR
2. Menjelaskan tentang langkah-langkah advokasi dan KIE
program PKBR
3. Menjelaskan tentang teknik-teknik advokasi dan KIE program
PKBR

III. PERSAMAAN DAN PERBEDAAN ADVOKASI DENGAN KIE


A. Persamaan Advokasi dan KIE
1. Melakukan identifikasi dalam menentukan segmentasi sasaran
2. Melakukan penelitian penjajagan kebutuhan
111
3. Membuat strategi dan pesan
4. Melakukan monitoring dan penelitian

B. Perbedaan Advokasi dan KIE

ADVOKASI KIE
Dilihat dari Tujuan : Dilihat dari Tujuan :
Secara aktif mendukung dan Mengubah sikap mental,
mempromosikan suatu masalah/isu dan kepercayaan nilai-nilai dan perilaku
mencoba untuk mendapatkan dukungan individu serta kelompok masyarakat.
dari pihak lain dalam rangka perubahan
kebijakan, program dan perundang-
undangan.

Sasaran : Sasaran :
Penentu kebijakan/pembuat keputusan, dan Individu, keluarga, dan masyarakat.
pembuat peraturan (perundang-undangan).

Hasil Advokasi :
Dukungan dan perubahan peraturan Hasil KIE :
perundang-undangan, kebijakan serta 1. Meningkatkan pengetahuan
program. dan keterampilan individu,
keluarga dan masyarakat.
2. Perubahan sikap dan perilaku
individu, keluarga dan
masyarakat.

IV.Prinsip-prinsip Advokasi dan KIE


Pada dasarnya kegiatan advokasi dan KIE adalah untuk melakukan perubahan,
maka akan selalu ada resistensi, oposisi, dan konflik. Tidak ada faktor tunggal
yang menjamin keberhasilan advokasi dan KIE. Beberapa prinsip di bawah ini
dapat dijadikan pedoman dalam melakukan advokasi yang sukses :
112
1. Realistis
Advokasi dan KIE yang berhasil bersandar pada isu dan agenda yang
spesifik, jelas, dan terukur.
2. Sistematis
Advokasi dan KIE adalah seni tetapi bukan lukisan abstrak sehingga
diperlukan perencanaan yang akurat.
3. Taktis
Advokasi dan KIE tidak mungkin dilakukan secara sendiri sehingga harus
membangun koalisi, aliansi, mitra kerja atau pihak lain.
4. Strategis
Advokasi dan KIE melibatkan penggunaan kekuasaan dengan berbagai
tipenya.
5. Berani
Advokasi dan KIE menyentuh perubahan dan rekayasa sosial secara
bertahap. Jangan tergesa-gesa. Tidak perlu menakut-nakuti pihak lawan,
tetapi tidak perlu juga menjadi penakut.

V. Jenis-Jenis Advokasi dan KIE


A. Jenis-Jenis Advokasi
1. Advokasi Diri, yaitu advokasi yang dilakukan pada skala local
dan bahkan sangat pribadi. Misalnya, ketika seorang pelajar tiba-tiba
diskorsing oleh pihak sekolah tanpa adanya kejelasan, maka advokasi
yang dilakukan adalah dengan cara mencari kejelasan atau klarifikasi
kepada pihak sekolah.
2. Advokasi Kasus, yaitu advokasi yang dilakukan sebagai
proses pendampingan terhadap orang atau kelompok yang belum
memiliki kemampuan membela diri dan kelompoknya.
3. Advokasi Kelas, yaitu sebuah proses mendesakkan sebuah
kebijakan publik atau kepentingan satu kelompok masyarakat dengan
tujuan akhir terwujudnya perubahan sistematik yang berujung pada
lahirnya produk perundang-undangan yang melindungi atau
berubahnya legislasi yang dianggap tidak adil. Advokasi jenis ini
melibatkan stakeholder yang lebih banyak dan proses yang lebih
sistematis.
B. Jenis-Jenis KIE
1. KIE Individu

113
Suatu proses KIE timbal balik secara langsung antara petugas KIE
dengan individu sasaran program PKBR.

2. KIE Kelompok
Suatu proses KIE timbal balik secara langsung antara petugas KIE
dengan kelompok (2-15 orang)

3. KIE Massa
Suatu proses KIE tentang program PKBR yang dapat dilakukan secara
langsung maupun tidak langsung kepada masyarakat dalam jumlah
yang besar.

VI.Langkah-langkah Merumuskan Strategi Advokasi dan KIE


A. Identifikasi Kebutuhan:

1. Pengamatan langsung
2. Interview (wawancara)
3. Focus Group Discussion (diskusi kelompok terfokus)
4. Survei
5. Analisis data sekunder

B. Analisis Masalah Advokasi dan KIE


1. Analisis masalah advokasi
a. Pokok-pokok permasalahan yang memerlukan advokasi
b. Penyebab masalah
c. Pihak-pihak yang terlibat
d. Kebijakan-kebijakan/program yang ada, baik yang
menghambat maupun yang mendukung
e. Solusi advokasi yang diusulkan
2. Analisis masalah KIE
a. Analisis khalayak sasaran (lingkungan sosial)
b. Analisis program

C. Analisis Sasaran Advokasi dan KIE


Analisis sasaran advokasi dan KIE, meliputi :
1. Penerima advokasi
114
2. Mitra
3. Pembuat keputusan
4. Penentang

D. Penetapan Tujuan Advokasi dan KIE

1. Tujuan Advokasi
Tahap awal yang perlu dilakukan dengan memperhatikan kaidah
SMART
S = Spesific (khusus)
M = Measurable (dapat diukur)
A = Appropriate (dapat dikerjakan)
R = Realistic (realistis)
T = Time Bound (mempunyai batas waktu yang jelas)
2. Tujuan KIE
Ditetapkan dengan melihat adanya pengetahuan, sikap dan perilaku
yang dicapai dalam kurun waktu tertentu.

E. Pengemasan dan Penyampaian Isi Pesan Advokasi dan KIE

1. Pengemasan pesan Advokasi


Penyampaian isi pesan harus dikemas dengan singkat, padat dan
persuasif.
2. Pengemasan pesan KIE
Ditekankan pada bentuk-bentuk pemecahan masalah secara praktis
dari pada paparan secara dramatis.
Beberapa hal yang perlu diperhatikan dalam pengemasan dan
penyampaian isi pesan :
a. Disampaikan secara konsisten dengan menggunakan berbagai
saluran dan dengan kata-kata yang berbeda, khususnya pesan
untuk suatu periode yang panjang.
b. Pastikan bahwa pesan disampaikan oleh komunikator yang
memiliki kredibilitas tinggi.
c. Ciptakan pesan yang mudah dipahami dan hindari penggunaan
jargon-jargon.

115
d. Pengembangan pesan dapat dilakukan dengan menggunakan
pendekatan SEE-A (S = Statement; E = Evidence; E = Example dan
A = Action).

F. Teknik Advokasi dan KIE

1. Teknik Advokasi
a. Lobi
b. Petisi
c. Debat
d. Negosiasi
e. Presentasi
f. Penggunaan media massa
2. Teknik KIE
a. KIE Individu
b. KIE Kelompok
c. KIE Massa

G. Strategi Advokasi dan KIE

1. StrategiAdvokasi
Salah satu unsur utama dan penting dilakukan adalah dengan
mengangkat isu strategis/isu prioritas. Memilih isu prioritas program
dilakukan dengan mempertimbangkan :

a. Isu yang berhubungan dengan masalah yang menjadi prioritas


program.
b. Berpotensi untuk membangun koalisi
c. Berisiko kecil, tapi mempunyai kemungkinan keberhasilan yang
besar
d. Berpotensi untuk meningkatkan kredibilitas dan efektivitas
terhadap program.

2. Strategi KIE

116
Memperhatikan jenis, teknik dan media KIE yang akan digunakan.
Perpaduan yang tepat antara jenis, teknik dan media KIE akan sangat
menentukan keberhasilan KIE.

117
DAFTAR PUSTAKA

1. BKKBN - Direktorat Remaja dan Perlindungan Hak-Hak Reproduksi.


Keterampilan Hidup (Life Skills). Jakarta, 2010.
2. BKKBN - Direktorat Remaja dan Perlindungan Hak-Hak Reproduksi.
Pendewasaan Usia Perkawinan. Jakarta 2010.
3. BKKBN - Direktorat Remaja dan Perlindungan Hak-Hak Reproduksi.
Penyiapan Kehidupan Berkeluarga bagi Remaja. Jakarta 2010.
4. Badan Narkotika Nasional Republik Indonesia. Advokasi Pencegahan
Penyalahgunaan Narkoba bagi Petugas Lapas/Rutan. Jakarta, 2009.
5. Badan Narkotika Nasional Republik Indonesia. Pencegahan
Penyalahgunaan Narkoba Sejak Usia Dini. Jakarta, 2007.
6. Bobbi De Porter. Mengatasi 7 Masalah Terbesar Remaja: Panduan
bagi Orang Tua. Jakarta, 2007.
7. Budiharsana, Meiwita dan H. Lestari, Buku Saku Kesehatan
Reproduksi Remaja. Draft. Jakarta: YAI, 2001.
8. Djajadilaga. Langkah-langkah Praktis Paket Pelayanan Kesehatan
Reproduksi Remaja di Tingkat Pelayanan Kesehatan Dasar. Jakarta Depkes
dan UNFPA, 1999
9. Henry, Jill Tabutt, N. Widyantoro, dan K. Graff. Trainer’s Guide:
Counselling the Postaboration Patient: Training for Service Providers. NY:
AVSC International, November 1999.
10. Kementrian Kesehatan Republik Indonesia. Buku Pemantauan
Kesehatan Remaja. Jakarta, 2010.
11. Komisi Penanggulangan AIDS. Mengenal dan Menanggulangi HIV,
AIDS, Infeksi Menular Seksual dan Narkoba.
12. Rusdi Maslim. Panduan Praktis Penggunaan Klinis Obat Psikotropik.
Edisi 3. Jakarta, 2001.
13. Sadli, Saparinah, dkk. Pengetahuan, Sikap dan Keterampilan
Konselor Kontap. Jakarta: PKMI, 1991.
14. Satya Joewana. Gangguan Mental dan Perilaku Akibat Penggunaan
Zat Psikoaktif. Edisi 2. 2005.

118
15. Sugiri Syarief. Menggapai Keluarga Berkualitas dan Sakinah. Jakarta,
2007.
16. USAID. Alat Kelamin dan Semua yang Perlu Kita Ketahui tentang
Penyakit Menular Seksual.
17. Widyantoro, Ninuk. Abortion Counselling in Vietnam. NY: AVSC, 1998.

119

Anda mungkin juga menyukai