I. Pendahuluan
Arah kebijakan program Penyiapan Kehidupan Berkeluarga bagi Remaja
adalah mewujudkan Generasi Berencana. Sebagaimana diketahui, saat ini
jumlah remaja usia 10-24 tahun di Indonesia berjumlah sekitar 67 juta atau 30%
dari jumlah penduduk Indonesia 237,6 juta jiwa (Sensus Penduduk, 2010).
Remaja sangat rentan terhadap risiko TRIAD KRR (Katakan tidak pada Nikah
Dini, Seks Pra Nikah, dan NAPZA). Perilaku seksual sekitar 40 % remaja
menyatakan secara terbuka bahwa mereka mempunyai teman yang mereka
tahu pernah melakukan hubungan seksual, bahwa atas dasar norma yang
dianut 89% remaja tidak setuju seks pranikah, namun kenyataannya 82%
remaja punya teman yang telah melakukan seks pra nikah, sekitar 66% remaja
punya teman yang hamil sebelum menikah (SKRRI, 2002-2003).
Jumlah kasus AIDS di Indonesia yang dilaporkan hingga bulan Desember 2010
mencapai 24.131 kasus, dimana 45,48% dari kasus AIDS ini adalah kelompok
remaja (Kemenkes RI, 2010). Data ini merupakan fenomena gunung es artinya
data tersebut hanya yang dilaporkan. Jumlah penyalahgunaan NAPZA
(narkotika, psikotropika, alkohol dan zat adiktif lainnya, diketahui 1,5% dari
penduduk Indonesia (237,6 juta), dimana 78% diantaranya adalah usia 20-29
tahun, 800 ribu pelajar dan mahasiswa menggunakan jarum suntik dan 60%
pengguna jarum suntik sudah terjangkit HIV dan AIDS (BNN, 2008).
II. Tujuan
A. Tujuan Pembelajaran Umum ( TPU)
Setelah mempelajari materi ini, peserta diharapkan dapat mengerti dan
memahami program Penyiapan Kehidupan Berkeluarga bagi Remaja.
2
Jaringan dan dukungan yang diberikan kepada remaja oleh semua
stakeholder dan mitra kerja terkait (Teman, Pendidik Sebaya, Konselor
Sebaya, Kelompok-kelompok remaja, keluarga, teman-teman sekolah,
guru-guru, masyarakat, Pramuka, Remaja Masjid, Organisasi
Keagamaan, Toga/Toma dan Organisasi Remaja/Pemuda, Media Massa,
dll).
3. Second chance (kesempatan kedua), yaitu
Pemberian pelayanan/kesempatan kedua kepada remaja yang sudah
menjadi korban risiko TRIAD-KRR agar bisa kembali menjalani
kehidupan normal.
3
Bahan Pembelajaran 2:
(Pengelola, Pendidik Sebaya, Konselor Sebaya)
4
I. Pendahuluan
Memasuki kehidupan berkeluarga tentunya memerlukan persiapan yang
matang dari setiap pasangan. Menyiapkan pribadi yang matang sangat
diperlukan dalam membangun keluarga yang harmonis. Menyiapkan pribadi
yang matang dapat dilakukan melalui penanaman nilai-nilai moral dengan
melaksanakan 8 fungsi keluarga yaitu fungsi agama, sosial budaya, cinta kasih,
perlindungan, ekonomi, dan lingkungan. Dalam setiap fungsi keluarga terdapat
nilai-nilai moral yang harus diterapkan dalam keluarga.
II. Tujuan
A. Tujuan Pembelajaran Umum ( TPU)
Setelah mempelajari materi ini, peserta diharapkan dapat mengerti dan
memahami tentang delapan fungsi keluarga.
A. Fungsi agama
Agama adalah kebutuhan dasar bagi setiap manusia yang ada sejak dalam
kandungan. Keluarga adalah tempat pertama seorang anak mengenal
agama. Keluarga juga menanamkan dan menumbuhkan serta
mengembangkan nilai-nilai agama, sehingga anak menjadi manusia yang
berakhlak baik dan bertaqwa. Setiap manusia mempunyai kewajiban yang
berbeda. Kewajiban tersebut disesuaikan berdasarkan umur dan profesinya.
Karena itu penting bagi masing-masing individu untuk mengetahui dan sadar
5
dengan tanggung jawab yang dipikulnya, termasuk dengan pengetahuan
akan eksistensinya sebagai manusia yang dicipta oleh yang Maha Pencipta.
6
10. Sopan santun, maksudnya adalah seseorang yang berperilaku sesuai
dengan norma-norma dan nilai-nilai agama.
11. Sabar dan Ikhlas, maksudnya kemampuan seseorang untuk menahan
diri dalam menginginkan sesuatu serta dalam menghadapi suatu
kesulitan.
12. Kasih sayang, merupakan ungkapan perasaan dengan penuh
perhatian, kesadaran dan kecintaan terhadap seseorang.
Dalam fungsi sosial budaya, terdapat 7 (tujuh) nilai dasar yang mesti
dipahami dan ditanamkan dalam keluarga. Tujuh nilai dasar tersebut
diantaranya:
1. Gotong royong, melakukan pekerjaan secara bersama-sama yang
dilandasi oleh sukarela dan kekeluargaan.
2. Sopan santun, perilaku seseorang yang sesuai dengan norma-norma
sosial budaya setempat.
3. Kerukunan, hidup berdampingan dalam keberagaman secara damai
dan harmonis.
4. Peduli, mendalami perasaan dan pengalaman orang lain.
5. Kebersamaan, adanya perasaan bersatu, sependapat, dan
sekepentingan.
6. Toleransi, bersikap menghargai pendirian yang berbeda atau
bertentangan dengan pendirian sendiri.
7. Kebangsaan, kesadaran diri sebagai warga negara Indonesia yang
harus menjunjung tinggi harkat dan martabat bangsa.
7
C. Fungsi Cinta dan Kasih Sayang
Mendapatkan cinta kasih adalah hak anak dan kewajiban orang tua untuk
memenuhinya. Dengan kasih sayang orang tuanya, anak belajar bukan
hanya menyayangi tetapi juga belajar menghargai orang lain. Dalam fungsi
cinta dan kasih sayang terdapat 8 (delapan) nilai dasar yang mesti dipahami
dan ditanamkan dalam keluarga, diantaranya adalah:
1. Empati, adalah memahami dan mengerti akan perasaan orang lain
2. Akrab, hubungan yang dilandasi oleh rasa kebersamaan dan
kedekatan perasaan
3. Adil, memperlakukan orang lain dengan sikap tidak memihak
4. Pemaaf, dapat menerima kesalahan orang lain tanpa perasaan
dendam
5. Setia, maksudnya adalah setia terhadap kesepakatan
6. Suka menolong, ditandai dengan tindakan suka menolong dan suka
membantu orang lain
7. Pengorbanan, kerelaan memberikan sebagian haknya untuk
membantu orang lain
8. Tanggung jawab, mengetahui serta melakukan apa yang menjadi
tugasnya.
D. Fungsi Perlindungan
Keluarga mempunyai fungsi sebagai tempat berlindung bagi anggota
keluarga. Dalam hal ini dimaksudkan bahwa keluarga harus memberikan
rasa aman, tenang dan tenteram bagi anggota keluarganya. Dalam ajaran
Islam bahwa salah satu tujuan pernikahan adalah diperolehnya rasa aman,
tenang dan tenteram. Dalam fungsi perlindungan terdapat 5 (lima) nilai dasar
yang mesti dipahami dan ditanamkan dalam keluarga. Nilai dasar tersebut
diantaranya:
1. Aman, dimaksudkan suatu perasaan yang terbatas dari ketakutan dan
kekhawatiran
2. Pemaaf, memberitahukan atau menunjukkan kesalahan seseorang
dan memberi kesempatan untuk memperbaikinya
3. Tanggap, maksudnya mengetahui dan menyadari sesuatu yang akan
membahayakan/mengkhawatirkan
8
4. Tabah, mampu menahan diri ketika menghadapi situasi yang tidak
diharapkan
5. Peduli, suatu upaya untuk memelihara, melindungi lingkungan dari
kerusakan
E. Fungsi Reproduksi
Salah satu tujuan dari perkawinan adalah memperoleh keturunan sebagai
pengembangan dari tuntunan fitrah manusia. Dalam hal ini keturunan
diperoleh dengan bereproduksi oleh pasangan suami istri yang sah. Pada
umumnya berbagai data menunjukkan bahwa penerapan pemenuhan hak
reproduksi bagi remaja belum sepenuhnya mereka dapatkan, antara lain
dalam hal pemberian informasi mengenai pentingnya fungsi reproduksi bagi
remaja. Hal ini dapat dilihat dari masih rendahnya pengetahuan remaja
tentang kesehatan reproduksi yaitu tentang masa subur. Remaja perempuan
dan laki-laki usia 15-24 tahun yang mengetahui tentang masa subur
mencapai 65% (SDKI, 2007), terdapat kenaikan dibanding hasil SKRRI
tahun 2002-2003 sebesar 29% dan 32%. Remaja perempuan dan laki-laki
yang mengetahui risiko kehamilan jika melakukan hubungan seksual sekali
masing-masing mencapai 63% (SDKI, 2007), terdapat kenaikan dibanding
hasil SKRRI tahun 2002-2003 sebesar 49% dan 45%.
Untuk mengatasi hal tersebut diatas perlu adanya penanaman 3 nilai dasar
yang harus dipahami dalam fungsi reproduksi diantaranya adalah tanggung
jawab, sehat, dan teguh.
1. Tanggung jawab dimaksudkan untuk mengetahui apa yang menjadi
tugasnya
2. Sehat dimaksudkan untuk keadaan sehat secara fisik, fungsi dan
sistem reproduksi serta rohani/emosional, orang yang sehat dalam fungsi
9
reproduksi dicirikan dengan kemampuan seseorang menjaga kebersihan
dan kesehatan reproduksinya
3. Teguh dimaksudkan untuk keteguhan dalam fungsi reproduksi yaitu
kemampuan seseorang mampu menjaga kesucian organ reproduksinya
sebelum menikah.
Orang tua adalah pendidik pertama dan utama bagi anak-anaknya. Keluarga
selain berfungsi sebagai pendidik juga sebagai pembimbing dan pendamping
dalam tumbuh kembang anak, baik secara fisik, mental, sosial dan spiritual.
Mendidik anak adalah kewajiban orang tua. Dalam fungsi sosialisasi dan
pendidikan terdapat 7 nilai dasar yang mesti dipahami dan ditanamkan
dalam keluarga.
10
selalu menyediakan waktu tanpa mengenal menyerah serta mempunyai
cita-cita.
5. Kreatif dalam fungsi sosialisasi dan pendidikan adalah mendapatkan
banyak cara untuk melakukan sesuatu. Orang kreatif dapat dicirikan
dengan selalu banyak ide/gagasan dalam melakukan sesuatu, tidak
pernah berhenti.
6. Tanggung jawab dalam fungsi sosialisasi dan pendidikan maksudnya
mengetahui serta melakukan apa yang menjadi tugasnya.
7. Kerjasama dalam fungsi sosialisasi dan pendidikan maksudnya
melakukan sesuatu pekerjaan secara bersama-sama. Kerjasama dapat
dicirikan dengan kemampuan seseorang untuk saling menolong, suka
kerja kelompok, setia kawan dan ada pembagian tugas dengan orang
lain.
Selain dalam lingkungan sosial non formal, terdapat juga lingkungan sosial
formal untuk menunjang pendidikan yaitu sekolah. Sekolah mempunyai
peran sebagai media untuk mempengaruhi kehidupan intelektual, sosial dan
moral para siswa. Suasana di sekolah baik sosial maupun psikologis
menentukan proses dan pola penyesuaian diri. Disamping itu hasil dari
pendidikan yang diterima anak di sekolah akan merupakan bekal bagi proses
penyesuaian di masyarakat.
G. Fungsi ekonomi
Ilmu ekonomi merupakan cabang ilmu sosial yang mempelajari berbagai
perilaku pelaku ekonomi terhadap keputusan-keputusan ekonomi yang
dibuat. Secara garis besar ilmu ekonomi dapat dibedakan menjadi 2 (dua)
bahasan, yaitu:
1. Ilmu ekonomi makro, yaitu ilmu yang menganalisis kegiatan
perekonomian secara keseluruhan, seperti pendapatan nasional,
kesempatan kerja, dan tingkat harga pada umumnya.
2. Ilmu ekonomi mikro, yaitu ilmu yang mempelajari dan menganalisis
bagian-bagian tertentu dari keseluruhan kegiatan perekonomian seperti
tingkah laku konsumen dan tingkah laku produsen.
11
Ekonomi keluarga termasuk dalam pembahasan ekonomi mikro.
Pembahasan ekonomi keluarga adalah pembahasan atau analisis yang
berkaitan dengan perilaku ekonomi keluarga yang dikaitkan dengan proses
permintaan dan pemenuhan kebutuhan ekonomi keluarga. Dalam menjalani
kehidupan, manusia membutuhkan berbagai jenis dan macam barang-
barang maupun jasa untuk memenuhi kebutuhannya diantaranya adalah:
1. Kebutuhan primer
Kebutuhan primer adalah kebutuhan pokok yang benar-benar sangat
dibutuhkan oleh keluarga dan sifatnya wajib untuk dipenuhi, contohnya
kebutuhan sandang, pangan dan papan.
2. Kebutuhan sekunder
Kebutuhan sekunder keluarga adalah kebutuhan yang diperlukan setelah
semua kebutuhan pokok terpenuhi, contohnya kebutuhan rekreasi,
kebutuhan transportasi, kesehatan dan pendidikan.
3. Kebutuhan tersier
Kebutuhan tersier keluarga adalah kebutuhan manusia yang sifatnya
mewah, tidak sederhana dan berlebihan yang timbul setelah
terpenuhinya kebutuhan primer dan kebutuhan sekunder, contohnya
adalah mobil, komputer, apartemen, dan lain sebagainya.
Bagi remaja yang belum berkeluarga atau yang sudah merencanakan untuk
berkeluarga, sudah seharusnya untuk mempunyai gambaran tentang
bagaimana sebaiknya keuangan keluarga itu akan dikelola. Pengelolaan
keuangan ini memang harus diperhatikan, sebelum berbagai masalah akan
dialami dalam keluarga. Langkah-langkah untuk menyusun rencana
keuangan sebelum berkeluarga:
1. Menganalisis pemasukan dan pengeluaran
2. Mendiskusikan dengan calon pasangan tentang tujuan keuangan atau
impian-impian yang diinginkan tersebut dipilah menjadi 3 tahap yaitu
jangka pendek (dibawah satu tahun), jangka menengah (1-5 tahun),
jangka panjang (diatas 5 tahun).
3. Menyiapkan pendanaan untuk meraih semua impian tersebut
4. Bila tabungan sudah cukup segeralah merencanakan peluang usaha
5. Disiplin dalam pengelolaan keuangan.
H. Fungsi Lingkungan
12
Kemampuan keluarga dalam pelestarian lingkungan merupakan langkah
yang positif. Penempatan diri untuk keluarga sejahtera dalam lingkungan
sosial budaya dan lingkungan alam yang dinamis secara serasi, selaras dan
seimbang. Upaya pengembangan fungsi lingkungan ini dimaksud sebagai
wahana bagi keluarga agar dapat mengaktualisasikan diri dalam
membangun dirinya menjadi keluarga sejahtera dengan difasilitasi oleh
institusi masyarakat sebagai lingkungan sosialnya dan dukungan
kemudahan dari pemerintah.
Dalam fungsi lingkungan terdapat 2 (dua) nilai dasar yang mesti dipahami
dan ditanamkan dalam keluarga. Kedua nilai dasar tersebut diantaranya:
1. Bersih, maksudnya suatu keadaan lingkungan yang bebas dari
kotoran, sampah dan polusi.
2. Disiplin, maksudnya mematuhi aturan dan kesepakatan yang berlaku.
Bahan Pembelajaran 3:
(Pengelola, Pendidik Sebaya, Konselor Sebaya)
13
Tujuan program pendewasaan usia perkawinan adalah memberikan pengertian
dan kesadaran kepada remaja agar didalam merencanakan keluarga, mereka
dapat mempertimbangkan berbagai aspek berkaitan dengan kehidupan
berkeluarga, kesiapan fisik, mental, emosional, pendidikan, sosial, ekonomi
serta menentukan jumlah dan jarak kelahiran.
Hasil data SDKI tahun 2007 menunjukan median usia kawin pertama wanita
berada pada usia 19,8 tahun. Berkaitan dengan data tersebut, diharapkan
sasaran RPJMN 2010-2014 dapat mencapai rata-rata usia kawin pertama
wanita 21 tahun.
II. Tujuan
A. Tujuan Pembelajaran Umum (TPU):
Setelah mempelajari materi ini, peserta diharapkan dapat mengerti dan
memahami tentang Pendewasaan Usia Perkawinan.
14
BAGAN PERENCANAAN KELUARGA
21 th - 35 th
15
dianggap sudah cukup matang di atas usia 18 tahun, pada usia ini rahim
(uterus) bertambah panjang dan indung telur bertambah berat .
16
secara fisik belum mencapai kematangan maka risikonya akan semakin
tinggi. Risiko yang mungkin terjadi adalah:
a. Prematur, yaitu kelahiran bayi sebelum usia kehamilan 37
minggu.
b. Timbulnya kesulitan persalinan, yang dapat disebabkan karena
faktor dari ibu, bayi dan proses persalinan.
c. BBLR (Berat Bayi Lahir Rendah), yaitu bayi yang lahir dengan
berat dibawah 2.500 gram.
d. Kematian bayi, yaitu bayi yang meninggal dalam usia kurang
dari 1 tahun
e. Kelainan bawaan, yaitu kelainan atau cacat yang terjadi sejak
dalam proses kehamilan.
Perempuan yang menikah pada usia kurang dari 20 tahun dianjurkan untuk
menunda kehamilannya sampai usianya minimal 20 tahun dengan
menggunakan alat kontrasepsi. Kontrasepsi yang dianjurkan adalah
Kondom, Pil, IUD, metode sederhana, implan dan suntikan.
Fase Menunda Kehamilan Fase Menjarangkan Kehamilan Fase Tidak Hamil lagi
< 21 tahun 20-35 tahun >35 tahun
17
Kondom IUD Steril
Pil Suntikan IUD
IUD Pil Implan
Sederhana Implan Suntikan
Implan Sederhana Sederhana
Suntikan Pil
b. Senggama terputus
Adalah metode keluarga berencana tradisional, di mana pria
mengeluarkan alat kelaminnya (penis) dari vagina sebelum mencapai
ejakulasi.
Kelebihan :
1) Efektif bila digunakan dengan benar
2) Tidak mengganggu produksi ASI
3) Tidak ada efek samping
4) Dapat digunakan setiap waktu
5) Tidak membutuhkan biaya
Kelemahan :
18
1) Angka kegagalan tinggi
2) Memutus kenikmatan dalam berhubungan seksual
Kelebihan:
1) Murah dan mudah didapat
2) Mudah dipakai sendiri
3) Mencegah penularan Infeksi Menular Seksual (IMS), HIV dan
AIDS
4) Membantu menghindarkan diri dari Ejakulasi Dini dan kanker
serviks
Kelemahan:
1) Efektifitas tidak terlalu tinggi
2) Kadang menimbulkan alergi
3) Harus selalu tersedia setiap kali berhubungan seksual
3. Metode Hormonal
a. Pil KB
Pil akan mempengaruhi hormon perempuan yang dapat mencegah
terjadinya kehamilan dan harus diminum setiap hari (diusahakan pada
waku yang sama) dan dimulai pada hari pertama haid.
Kelebihan:
1) Efektifitas tinggi
2) Murah dan mudah didapat
3) Haid lebih teratur dan mengurangi perdarahan saat haid
4) Kesuburan kembali segera setelah penggunaan pil dihentikan
5) Dapat digunakan jangka panjang selama perempuan masih
ingin menggunakannya.
6) Dapat dipakai sebagai kontrasepsi darurat
Kelemahan :
1) Diperlukan kepatuhan yang tinggi dalam penggunaannya (tidak
boleh lupa)
2) Dapat terjadi efek samping: mual, pusing, berat badan naik,
perdarahan bercak/ perdarahan sela.
b. Suntik KB
Cairan yang mengandung zat yang dapat mencegah kehamilan selama
jangka waktu tertentu (1 atau 3 bulan) yang disuntikkan pada pantat
atau lengan atas.
Kelebihan :
1) Tidak berpengaruh terhadap hubungan suami istri
2) Tidak diperlukan pemeriksaan dalam
3) Efek samping sangat kecil
4) Tidak mengganggu produksi ASI (untuk suntik KB 3 bulan)
20
5) Dapat dihentikan sewaktu-waktu jika ingin hamil
Kelemahan:
1) Kadang terjadi pusing, perdarahan sedikit-sedikit atau
terhentinya haid.
2) Tidak memberikan perlindungan terhadap IMS, HIV dan AIDS
3) Tergantung pada tenaga medis
c. Susuk KB (Implant)
Kontrasepsi berbentuk silindris yang terbuat dari batang silastik yang
dimasukkan tepat di bawah kulit pada bagian dalam lengan atas.
Kelebihan:
1) Efektifitas tinggi
2) Memberi perlindungan jangka panjang (3 tahun)
3) Tidak mengganggu produksi ASI
4) Tidak memerlukan pemeriksaan dalam
5) Pengembalian tingkat kesuburan yang cepat setelah
pencabutan.
Kelemahan:
1) Menimbulkan efek samping: perubahan pola haid berupa
perdarahan bercak (spotting), darah haid lebih banyak, nyeri kepala/
nyeri payudara, peningkatan/penurunan berat badan.
2) Tidak memberikan perlindungan terhadap IMS, HIV dan AIDS
3) Memerlukan tindakan medis untuk pemasangan dan
pencabutan
4. Metode Operasi/steril
a. Metode Operasi Wanita (MOW / Tubektomi)
Adalah prosedur bedah sukarela untuk menghentikan fertilitas
(kesuburan) seorang perempuan dengan mengikat dan memotong atau
memasang cincin pada saluran telur (Tuba Fallopii) sehingga sperma
tidak bisa bertemu dengan ovum.
Kelebihan:
1) Efektifitas tinggi
2) Tidak mengganggu produksi ASI
3) Jarang ada efek samping
21
Kelemahan:
Tidak dapat menghindarkan dari IMS, HIV dan AIDS
23
5. Pada usia 16 tahun ke atas, keunikan remaja akan berkurang
karena telah sering dihadapkan pada dunia nyata.
25
baru dalam keluarga yang akan dibentuknya agar perkawinan yang dijalani
selaras, stabil dan pasangan dapat merasakan kepuasan dalam
perkawinannya kelak.
Bahan Pembelajaran 4:
(Pengelola, Pendidik Sebaya, Konselor Sebaya)
I. Konsep Seksualitas
Kata seksualitas sendiri berasal dari kata dasar seks, yang memiliki beberapa
arti, antara lain: Seks berarti jenis kelamin, yaitu keadaan biologis manusia
yang membedakan laki-laki dan perempuan. Seks juga berarti reproduksi
seksual, yang bertujuan menghasilkan keturunan. Seks juga berarti organ
reproduksi, yang terdiri dari alat reproduksi laki-laki dan perempuan. Seks juga
berarti rangsangan atau gairah seksual.
Perilaku seksual adalah segala bentuk perilaku yang muncul akibat dorongan
seksual. Hubungan seksual adalah masuknya penis kedalam vagina sebagai
salah satu bentuk penyaluran dorongan seksual. Sedangkan Orientasi seksual
26
adalah kecenderungan seseorang mencari pasangan seksualnya berdasarkan
jenis kelamin. Yang dimaksud orientasi seksual seperti:
1. Hetero-seksual, ketertarikan pada jenis kelamin yang berbeda
2. Homo-seksual, ketertarikan pada jenis kelamin yang sama (gay untuk
laki-laki, lesbian untuk perempuan)
3. Biseksual, ketertarikan pada lawan jenis maupun sejenis
II. Tujuan
A. Tujuan Pembelajaran Umum (TPU):
Setelah mempelajari materi ini, peserta diharapkan dapat memahami tentang
seksualitas dalam lingkup Kesehatan Reproduksi Remaja.
27
glans disebut Foreskin (Preputium). Di beberapa negara ada yang
memiliki kebiasaan membersihkan daerah sekitar preputium ini atau
yang dikenal dengan sunat. Sunat dianjurkan karena memudahkan
pembersihan penis sehingga mengurangi kemungkinan terkena
infeksi, radang dan beberapa macam kanker.
c. Uretra (saluran kencing) yaitu saluran untuk mengeluarkan air
seni dan air mani. Di dalam mekanisme pengeluaran air seni dan air
mani, otot-otot di dasar kandung kemih akan menjadi lebih rapat,
sehingga tidak akan mengeluarkan air seni/kencing pada saat ia
melakukan hubungan seksual.
d. Vas deferens (saluran sperma) yaitu saluran yang menyalurkan
sperma dari testis menuju ke prostat. Vas deferens panjangnya ± 4,5
cm dengan diameter ± 2,5 mm.
e. Epidydimis yaitu saluran yang lebih besar dan berkelok-kelok
yang membentuk bangunan seperti topi. Sperma yang dihasilkan oleh
testis akan berkumpul di Epididymis.
f. Testis (buah zakar) berjumlah dua buah untuk memproduksi
sperma setiap hari dengan bantuan testosteron. Testis berada di
dalam scrotum, di luar rongga panggul karena pertumbuhan sperma
membutuhkan suhu yang lebih rendah dari pada suhu tubuh. Sperma
yaitu sel yang berbentuk seperti kecebong yang memiliki kepala,
badan dan ekor bila dilihat menggunakan mikroskop, yang
dikeluarkan saat ejakulasi bersama cairan mani dan bila bertemu
dengan sel telur yang matang akan terjadi pembuahan.
g. Scrotum adalah kantung kulit yang melindungi testis, berwarna
gelap dan berlipat-lipat. Scrotum adalah tempat bergantungnya testis.
Scrotum mengandung otot polos yang mengatur jarak jauh testis ke
dinding perut dengan maksud mengatur suhu testis agar relatif tetap.
h. Kelenjar prostat yaitu kelenjar yang menghasilkan cairan mani
yang ikut mempengaruhi kesuburan sperma.
i. Vesikula seminalis fungsinya hampir sama dengan kelenjar
prostat. Kelenjar prostat dan kelenjar seminalis ini termasuk alat
reproduksi laki-laki bagian dalam.
28
j. Kandung kencing adalah tempat penampungan sementara
hasil ekskresi (pengeluaran) dari ginjal ( air seni )
29
c. Pseudohermaphrodite : memiliki bentuk alat kelamin ganda
pada laki-laki (memiliki vagina yang tidak sempurna).
d. Micro penis: penis kecil / tidak berkembang.
B. Perempuan
1. Organ Reproduksi Perempuan Serta Fungsinya
Organ reproduksi perempuan yang penting dalam proses reproduksi
adalah :
a. Ovarium (indung telur) yaitu organ di kiri dan kanan rahim di
ujung saluran fimbrae (umbai-umbai) dan terletak di rongga pinggul.
Fungsinya menghasilkan sel telur (ovum) dan hormon-hormon
(estrogen dan progesteron). Sebulan sekali indung telur kiri dan kanan
secara bergiliran mengeluarkan sel telur yang dapat dibuahi oleh
sperma. Bila tidak dibuahi maka akan keluar pada saat menstruasi.
b. Fimbrae (umbai-umbai) dapat dianalogikan dengan jari-jari
tangan. Umbai-umbai ini berfungsi untuk menangkap ovum yang
dikeluarkan indung telur.
c. Tuba fallopi (saluran telur) yaitu saluran di kiri dan kanan rahim
yang berfungsi sebagai saluran sel telur dari indung telur menuju
rahim (proses ovulasi) dan tempat pembuahan (konsepsi) atau
bertemunya sel telur dan sperma. Ujung dari tuba fallopi adalah
fimbrae.
d. Uterus (rahim) yaitu tempat pertumbuhan janin. Bentuknya
seperti buah alpukat gepeng dan berat normalnya antara 30 - 50
gram. Dinding rahim yang menebal dan berisi pembuluh darah akan
keluar sebagai menstruasi. Pada saat tidak hamil, besar rahim kurang
lebih sebesar telur ayam kampung, Dindingnya terdiri dari :
1) Lapisan parametrium adalah lapisan yang paling luar dan
lapisan yang berhubungan dengan rongga perut.
2) Lapisan miometrium adalah lapisan yang berfungsi mendorong
bayi keluar dari proses persalinan kontraksi.
3) Lapisan endometrium adalah lapisan dalam tempat
menempelnya sel telur yang sudah dibuahi. Lapisan endometrium
terdiri dari lapisan kelenjar yang berisi pembuluh darah.
30
e. Cervix (leher rahim) yaitu bagian bawah rahim bagian luar
ditetapkan sebagai batas penis waktu masuk ke dalam vagina.
Disamping itu, pada saat persalinan tiba, leher rahim membuka
sehingga bayi dapat keluar.
f. Vagina (lubang senggama) yaitu sebuah saluran berbentuk
silinder dengan diameter dinding depan ± 6,5 cm dan dinding
belakang ± 9 cm yang bersifat elastis dengan berlipat-lipat. Fungsinya
adalah untuk bersenggama, tempat keluarnya menstruasi dan jalan
lahir bayi.
g. Mulut vagina yaitu awal dari vagina, merupakan rongga
penghubung rahim dengan bagian luar tubuh. Lubang vagina ini
ditutupi oleh selaput dara.
h. Klitoris (kelentit) yaitu benjolan daging kecil yang paling peka
dari seluruh alat kelamin perempuan. Klitoris banyak mengandung
pembuluh darah dan syaraf.
i. Selaput dara (hymen) yaitu selaput tipis yang terdapat di muka
liang vagina. Selaput dara tidak mengandung pembuluh darah.
Robeknya selaput dara biasanya terjadi karena hubungan seks
(masuknya penis ke dalam vagina). Selaput dara dapat juga robek
karena kecelakaan atau kegiatan olah raga yang berat (berkuda atau
jatuh dari sepeda), tetapi hal ini jarang terjadi. Kegiatan olah raga
berat tersebut dapat menyebabkan robeknya selaput dara jika
kecelakaan menimbulkan luka penetrasi pada mulut vagina.
31
reproduksi. Bila hal tersebut terjadi, dianjurkan remaja perempuan
untuk memeriksakan diri ke dokter atau bidan.
Lubang atau pori-pori pada selaput dara bervariasi dari satu individu
ke individu lainnya. Bentuknya ada yang bulat, lonjong, maupun
bergerigi dan letaknya bisa di tengah, di pinggir atau seperti saringan.
Selaput dara mempunyai elastisitas yang berbeda-beda, ada yang
kaku dan ada yang kenyal. Elastisitasnya inilah yang antara lain
mempengaruhi perdarahan pada hubungan seksual pertama terjadi
atau tidak.
2. Payudara
Organ ini memang tidak terkait dengan proses menstruasi, kehamilan
dan persalinan. Tetapi untuk proses reproduksi setelah melahirkan sangat
32
penting dalam proses menyusui. Bahkan sejak seorang perempuan
hamil, sudah dimulai proses perawatan payudara sebagai persiapan
menyusui.
IV. Pubertas
A. Pengertian
Masa puber adalah masa dimana tubuh sedang mengalami perubahan
besar-besaran, dari struktur tubuh anak-anak menjadi struktur tubuh orang
dewasa. Biasanya masa puber pada laki-laki antara umur 11-12 tahun, lebih
lambat dari perempuan yang sudah mulai saat umur 8 – 10 tahun. Tapi ini
tidak mutlak, karena kondisi tubuh masing-masing orang berbeda. Jadi ada
laki-laki atau perempuan yang mengalami masa puber lebih cepat atau justru
lebih lambat.
33
Hormon ini membuat seorang anak perempuan memiliki sifat
kewanitaan setelah remaja. Hormon estrogen mempunyai beberapa
khasiat, yaitu :
1) Merangsang pertumbuhan saluran susu di payudara sehingga
payudara membesar.
2) Merangsang pertumbuhan saluran telur, rongga rahim dan
vagina.
3) Membuat dinding rahim kian tebal
4) Membuat cairan vagina bertambah banyak.
5) Mengakibatkan tertimbunnya lemak di daerah panggul
perempuan,
b. Pengaruh dan manfaat hormon progesteron
Hormon progesteron mempunyai beberapa khasiat, yaitu :
1) Melemaskan otot-otot halus
2) Meningkatkan produksi lemak di kulit
3) Meningkatkan suhu badan
4) Lengan dan tungkai kaki bertambah panjang dan besar.
5) Mempertebal dinding rahim.
6) Merangsang kelenjar-kelenjar agar mengeluarkan cairan nutrisi
bagi sel telur yang dibuahi.
35
V. Mimpi Basah
A. Pengertian
Mimpi basah adalah keluarnya cairan sperma secara alamiah. Mimpi basah
merupakan tanda seorang anak laki-laki telah memiliki kemampuan
bereproduksi. Tubuh laki-laki pada awal pubertas akan memproduksi air-
mani (sperma) secara terus menerus. Secara alamiah air maninya akan
keluar saat tidur, sering pada saat mimpi tentang seks, disebut "mimpi
basah". Ini adalah pengalaman yang wajar bagi semua remaja laki-laki.
B. Proses
1. Proses mimpi basah
Ketika seorang laki-laki memasuki masa pubertas maka mulai terjadi
proses pematangan sperma yang terjadi di testis. Produksi sperma
sangat dipengaruhi oleh faktor nutrisi, istirahat, rokok, narkoba, alkohol
dan lain-lain. Sperma yang telah diproduksi ini akan dikeluarkan dari
testis melalui saluran/vas deferens kemudian berada dalam cairan mani
yang diproduksi oleh kelenjar prostat dan kelenjar lainnya. Air mani yang
telah mengandung sperma akan keluar dari dalam tubuh laki-laki melalui
saluran kemih di batang penis. Pengeluaran sperma itu disebut ejakulasi.
2. Ereksi
Ereksi merupakan pengerasan dan pembesaran pada penis yang terjadi
ketika pembuluh darah di penis dipenuhi dengan darah. Pada saat penis
berereksi, otot-otot di dasar kandung kemih akan menjadi lebih rapat,
sehingga tidak akan mengeluarkan air seni/kencing pada saat ia
melakukan hubungan seksual. Ereksi dapat hilang dengan sendirinya
atau dengan terjadinya ejakulasi. Ereksi bisa terjadi karena rangsangan
seksual. Tidak ada standar penis yang normal harus berukuran sekian
ketika ereksi, karena hal ini juga sangat tergantung dari faktor keturunan
dan ras seseorang.
3. Impotensi
Ketidakmampuan ereksi lebih dikenal dengan sebutan impotensi, yaitu
keadaan ketika laki-laki mengalami kesulitan untuk memulai dan
mempertahankan ereksinya. Impotensi mempengaruhi kemampuan untuk
berhubungan seksual, yang sering kali dijadikan ukuran kejantanan
36
seorang pria. Impotensi bisa disebabkan oleh faktor psikologis maupun
fisik.
Berbagai faktor yang dapat menyebabkan impotensi :
a. Faktor psikologis
Faktor psikologis yang mempengaruhi ketidakmampuan ereksi,
seperti rasa takut (misalnya takut ketahuan berhubungan seksual
padahal belum menikah, takut pasangan jadi hamil, takut ketularan
penyakit, dan lain-lain), kurang percaya diri, adanya pengalaman
masa kecil yang kurang baik, atau perasaan tidak cinta dan benci
pada pasangan.
b. Faktor fisik
Faktor fisik bisa karena terlalu banyak mengkonsumsi alkohol dan
obat-obatan tertentu, penyakit diabetes (kencing manis) bila tingkat
penyakit berat dan tidak terkontrol dengan baik dan gangguan pada
kelenjar prostat.
4. Ejakulasi
Air mani yang telah mengandung sperma akan keluar dari dalam tubuh
laki-laki melalui saluran kemih di batang penis, yang disebut ejakulasi.
Ejakulasi bisa terjadi secara alami melalui mimpi basah atau melalui
rangsangan terhadap alat kelaminnya yang disebut masturbasi atau
onani.
VI. Menstruasi
A. Pengertian
Menstruasi merupakan pelepasan darah dan sel-sel dari dinding rahim
melalui vagina. Menstruasi dimulai saat pubertas, berhenti sesaat waktu
hamil atau menyusui, dan berakhir saat menopause, ketika seorang
perempuan berumur sekitar 40 sampai 50 tahun.
B. Proses
Pada saat seorang bayi perempuan lahir, ovariumnya mengandung ratusan
ribu sel telur tetapi belum berfungsi. Ketika seorang perempuan memasuki
usia pubertas, ovariumnya mulai berfungsi dan terjadi menstruasi yang
pertama disebut menarche. Menarche umumnya terjadi pada umur 8-10
37
tahun, paling lambat umur 17 tahun. Hal ini terjadi karena proses
pertumbuhan setiap orang berbeda.
1. Proses menstruasi
Proses menstruasi ini akan berlangsung dalam satu siklus, dimana terjadi
perubahan pada dinding rahim sebagai akibat dari produksi hormon-
hormon oleh ovarium, yaitu dinding rahim makin menebal sebagai
persiapan jika terjadi kehamilan. Ketika ada sel telur yang matang akan
mempunyai potensi untuk dibuahi oleh sperma dalam 24 jam. Bila
ternyata tidak terjadi pembuahan maka sel telur akan mati dan terjadilah
perubahan pada komposisi kadar hormon yang akhirnya membuat
dinding rahim tadi akan luruh disertai perdarahan, inilah yang disebut
menstruasi.
2. Siklus menstruasi
Siklus menstruasi adalah jarak antara hari pertama menstruasi bulan ini
dengan hari pertama menstruasi bulan berikutnya. Rata-rata masa
menstruasi berlangsung empat sampai lima hari. Namun ada juga yang
mengalami haid hanya tiga hari, ada juga yang sampai satu minggu.
Pada kebanyakan perempuan, siklus haid berkisar antara 28 sampai 29
hari. Namun demikian, siklus yang berlangsung dari 20 sampai 35 hari
masih dianggap normal.
38
e. Mengkonsumsi tablet penambah darah (zat anti anemia).
f. Aktivitas harian tidak perlu diubah kecuali bila ada aktivitas fisik
yang berlebihan misalnya olahraga berat, terutama pada siswi
sekolah perlu dipertimbangkan.
B. Proses Kehamilan
Pada waktu berhubungan seksual, 2 – 3 juta sperma akan masuk ke dalam
rahim dan bergerak menuju saluran telur. Jika berhubungan seksual
dilakukan pada masa subur, maka sperma akan bertemu dengan sel telur
sehingga terjadi pembuahan. Hanya satu sperma yang berhasil membuahi
sel telur. Apabila sudah ada satu sperma yang masuk, maka dinding sel telur
akan berubah kandungan zatnya, yang mengakibatkan sperma tidak dapat
masuk. Perjalanan hasil pembuahan dari saluran telur menuju rahim, kira-
kira 7 hari, yang disebut fertilisasi. Sel telur yang dibuahi kemudian
menempel pada lapisan dinding rahim dan berkembang menjadi janin.
C. Tanda-Tanda Kehamilan
1. Tanda Tidak Pasti
a. Tidak datang haid
b. Pusing dan muntah pada pagi hari
c. Buah dada membesar
39
d. Daerah sekitar puting susu menjadi agak gelap
e. Perut membesar
2. Tanda Pasti
a. Tes urin positif
b. Pemeriksaan USG
c. Ibu merasakan gerakan bayi
d. Teraba bagian bayi
e. Terdengar denyut jantung janin
E. Perawatan Kehamilan
1. Melakukan pemeriksaan kehamilan ke dokter/bidan secara rutin atau
paling sedikit 4 kali selama kehamilan :
a. Satu kali pada usia kehamilan 1 – 3 bulan (Trimester I)
b. Satu kali pada usia kehamilan 4 – 6 bulan (Trimester II)
c. Dua kali pada usia kehamilan 7 – 9 bulan (Trimester III)
2. Menjaga kebersihan diri dan lingkungan.
3. Cukup istirahat dan tidak bekerja terlalu berat.
4. Makan yang cukup sesuai kebutuhan gizi pada saat hamil.
5. Penambahan berat badan 9 – 11 kg.
6. Merawat payudara (membersihkan puting susu, mengurut payudara).
7. Minum tablet tambah darah.
8. Imunisasi Tetanus Toxoid (TT).
F. Persalinan
40
Persalinan adalah proses keluarnya janin dari rahim ibu. Adapun persiapan
yang perlu dilakukan, antara lain:
1. Memilih tenaga kesehatan yang akan menolong persalinan
2. Menyediakan perlengkapan untuk kelahiran bayi
3. Mempersiapkan transportasi ke tempat persalinan
4. Menyediakan biaya persalinan
5. Mengetahui tanda-tanda akan melahirkan seperti:
a. Terjadinya kontraksi
b. Keluarnya cairan lendir bercampur darah
c. Ketuban pecah mengeluarkan air ketuban
G. Pasca Persalinan
Perawatan yang perlu dilakukan setelah melahirkan, antara lain :
1. Melakukan perawatan tali pusat bayi dengan
kasa bersih sampai tali pusat lepas.
2. Memeriksakan kesehatan ibu dan bayi 2 kali
dalam bulan pertama sesudah melahirkan.
3. Memberikan imunisasi kepada bayi.
4. Memberikan ASI Eksklusif.
5. Minum kapsul Vitamin A
6. Melaporkan kelahiran kepada kader.
7. Menggunakan alat kontrasepsi.
41
3. Dampak KTD pada remaja
Kehamilan pada remaja dapat menimbulkan masalah bagi remaja itu
sendiri, keluarga maupun lingkungan sosial. Kehamilan tidak diinginkan
pada remaja dapat memiliki beberapa dampak, yaitu:
a. Dampak fisik, antara lain status kesehatan fisik rendah,
perdarahan, komplikasi dan kehamilan yang bermasalah;
b. Dampak psikologis, antara lain tidak percaya diri, stres, malu;
c. Dampak sosial, antara lain prestasi sekolah rendah atau drop
out dari sekolah, penolakan atau pengusiran oleh keluarga, dikucilkan
oleh masyarakat, tingkat ketergantungan keuangan yang tinggi
bahkan kemiskinan;
d. Dampak bagi anak yang dilahirkan, anak yang dilahirkan oleh
ibu di usia remaja akan mengalami status kesehatan yang rendah,
keterlambatan perkembangan intelektualitas dan masalah sosial
lainnya.
B. Aborsi
1. Pengertian
Aborsi adalah berakhirnya atau gugurnya kehamilan sebelum kandungan
mencapai usia 20 minggu, yaitu sebelum janin dapat hidup di luar
kandungan secara mandiri. Tindakan aborsi mengandung risiko yang
cukup tinggi, apabila dilakukan tidak sesuai standar profesi medis.
Kehamilan yang disebabkan oleh hubungan seksual pranikah dapat
menyebabkan aborsi spontan atau aborsi buatan pada remaja. Tindakan
aborsi mengandung risiko yang cukup tinggi, apabila dilakukan tidak
sesuai standar profesi medis, misalnya dengan cara :
a. Penggunaan ramuan yang membuat panas rahim seperti
nanas muda yang dicampur dengan merica atau obat-obatan yang
keras lainnya.
b. Manipulasi fisik, seperti melakukan pijatan pada rahim agar
janin terlepas dari rahim.
c. Menggunakan alat bantu tradisional yang tidak steril (misalnya
ujung bambu yang diruncingkan) yang dapat mengakibatkan infeksi
pada rahim.
2. Dampak Aborsi
42
Aborsi sangat berbahaya bagi kesehatan dan keselamatan remaja,
karena memiliki beberapa dampak, yaitu:
a. Dampak fisik, aborsi yang dilakukan secara sembarangan atau
oleh tenaga tidak terlatih dapat menyebabkan berbagai komplikasi
medis atau bahkan kematian. Beberapa dampak fisik dari tindakan
aborsi tidak aman antara lain: perdarahan yang terus menerus, infeksi
alat reproduksi karena kuretasi yang tidak steril, risiko rupture uterus
akibat kuretasi atau fistula genitalis traumatis yaitu terbentuknya suatu
saluran antara genital dan saluran kencing atau anus;
b. Dampak psikologis, seperti perasaan berdosa/bersalah;
c. Dampak sosial, seperti dikucilkan oleh masyarakat, teman dan
keluarga.
3. Alasan Remaja Melakukan Aborsi
a. Ingin terus melanjutkan sekolah atau kuliah.
b. Takut pada kemarahan orangtua.
c. Belum siap secara mental dan ekonomi untuk menikah dan
mempunyai anak.
d. Malu pada lingkungan sosial bila ketahuan hamil sebelum
nikah.
e. Tidak menyukai teman yang menghamili. Hubungan seks
terjadi karena tidak disengaja.
f. Ingin terus bekerja.
g. Tidak tahu status anak nantinya karena kehamilan terjadi akibat
perkosaan.
43
IMS menyebabkan infeksi alat reproduksi yang harus dianggap serius.
Bila tidak diobati secara tepat, infeksi dapat menjalar dan menyebabkan
penderitaan, sakit berkepanjangan, kemandulan dan kematian. Buat
remaja perempuan perlu disadari bahwa risiko untuk terkena IMS lebih
besar daripada laki-laki sebab alat reproduksi perempuan lebih rentan.
Dan seringkali berakibat lebih parah karena gejala awal tidak segera
dikenali, sedangkan penyakit berlanjut ke tahap lebih parah. Misalnya
keputihan yang lebih disebabkan oleh kuman atau bakteri yang masuk ke
vagina, akibat pemeliharaan kebersihan yang buruk.
3. Kelompok risiko tinggi terkena IMS
Pada dasarnya setiap orang yang sudah aktif secara seksual dapat
tertular IMS. Khususnya orang-orang yang memiliki perilaku sebagai
berikut:
a. Orang yang suka berganti-ganti pasangan seksual
b. Orang yang punya satu pasangan seksual, tetapi pasangan
seksualnya suka berganti-ganti pasangan seksual.
4. Faktor penyebab tingginya jumlah pengidap IMS pada remaja, antara
lain:
a. Semakin terbukanya akses informasi mengenai seksualitas
termasuk pornografi dari media atau internet yang mempermudah
remaja untuk mengakses dan memanfaatkannya secara tidak benar.
b. Tingkat permisifitas (serba boleh) dari hubungan antara laki-laki
dengan perempuan yang cenderung melonggar.
c. Perasaan bahwa dirinya tidak mungkin terjangkit penyakit
apapun.
d. Kebutuhan untuk mencoba pengalaman baru.
e. Nilai-nilai cinta atau hubungan lawan jenis yang cenderung
disalahgunakan.
f. Kurangnya pemahaman remaja akan akibat dari perilaku seks
bebas yang dilakukannya.
g. Semakin banyaknya tempat pelacuran baik yang terlokalisir
ataupun tidak.
44
h. Kontrol keluarga dan masyarakat yang cenderung semakin
rendah.
i. Mitos-mitos yang berkembang di masyarakat tentang perilaku
seksual dan dampaknya. Tidak sedikit masyarakat yang masih belum
bisa menerima kehadiran pendidikan seks bagi keluarga. Sehingga
anak remaja cenderung untuk mencari informasi kepada teman atau
media yang justru tidak mendidik.
5. Jenis, Penyebab dan Gejala IMS
a. Gonorrhea (GO/Kencing nanah)
Penyebab : Bakteri Neisseria Gonorhea
Masa inkubasi :
2-10 hari setelah kuman masuk ke tubuh
Gejala pada pria :
1) Dari uretra (lubang kencing) keluar cairan berwarna putih,
kuning kehijauan, rasa gatal, panas dan nyeri.
2) Mulut lubang kencing bengkak dan agak merah.
Gejala pada perempuan :
1) Keputihan (cairan vagina), kental, berwarna kekuningan
2) Rasa nyeri di rongga panggul
3) Rasa sakit waktu haid
Akibat :
1) Penyakit radang panggul, yang dapat menyebabkan
kemandulan
2) Kemandulan
3) Infeksi mata pada bayi yang dilahirkan
4) Memudahkan penularan HIV
5) Bayi prematur, cacat dan bayi lahir mati
b. Sifilis (Raja Singa)
Penyebab : Bakteri Treponema Pallidum
Masa inkubasi :
2-6 minggu, kadang-kadang sampai 3 bulan sesudah kuman masuk
ke tubuh melalui hubungan seksual
Gejala :
45
1) Luka pada kemaluan tanpa rasa nyeri, biasanya tunggal
2) Bintil/bercak merah di tubuh, tanpa gejala klinis yang jelas
3) Kelainan syaraf, pembuluh darah dan kulit
Akibat :
1) Jika tidak diobati dapat menyebabkan kerusakan berat pada
otak dan jantung
2) Selama masa kehamilan dapat ditularkan pada bayi dalam
kandungan dan dapat menyebabkan keguguran dan lahir cacat
3) Memudahkan penularan HIV
c. Herpes Genitalis
Penyebab : Virus Herpes Simplex
Masa inkubasi :
4-7 hari setelah virus masuk ke tubuh, dimulai dengan rasa terbakar
atau rasa kesemutan pada tempat virus masuk.
Gejala :
Bintil-bintil berkelompok seperti anggur yang sangat nyeri pada
kemaluan. Kemudian pecah dan meninggalkan luka yang kering
berkerak, lalu hilang sendiri. Dapat kambuh lagi seperti di atas namun
tidak senyeri pada tahap awal, biasanya hilang timbul dan menetap
seumur hidup.
Akibat :
1) Rasa nyeri berasal dari syaraf
2) Dapat ditularkan kepada bayi pada waktu lahir
3) Dapat menimbulkan infeksi baru, penularan pada bayi dan
menyebabkan bayi lahir muda, cacat dan bayi lahir mati
4) Memudahkan penularan HIV
5) Kanker leher rahim
d. Trikomonas Vaginalis
Penyebab : Protozoa Trikomonas Vaginalis
Masa inkubasi :
3-28 hari setelah kuman masuk ke tubuh
46
Gejala :
1) Cairan vagina (keputihan encer, berwarna kuning kehijauan,
berbusa dan berbau busuk
2) Bibir kemaluan agak bengkak, kemerahan, gatal, berbusa dan
terasa tidak nyaman
Akibat :
1) Kulit seputar bibir kemaluan lecet
2) Dapat menyebabkan bayi prematur
3) Memudahkan penularan HIV
e. Chancroid
Penyebab : Bakteri Haemophilus Ducreyi
Gejala :
1) Luka yang sangat nyeri, tapa radang yang jelas
2) Benjolan di lipatan paha yang sangat sakit dan mudah pecah,
meninggalkan ulkus (luka) yang dalam
Akibat :
1) Luka infeksi mengakibatkan kematian jaringan di sekitarnya
2) Memudahkan penularan HIV
f. Klamidia
Penyebab : Chlamidia Trachomatis
Gejala :
1) Keluar cairan dari vagina atau keputihan encer dan berwarna
putih kekuningan
2) Terasa nyeri di rongga panggul
3) Perdarahan setelah hubungan seksual
Akibat :
1) Penyakit radang panggul, yang dapat menyebabkan
kemandulan
2) Kehamilan di luar kandungan (ektopik)
3) Nyeri kronis di rongga panggul
4) Infeksi mata berat
5) Infeksi paru-paru pada bayi baru lahir
6) Memudahkan penularan HIV
47
g. Condiloma Akuminata (Jengger Ayam)
Penyebab : Virus Human Papilloma
Masa Inkubasi :
2-3 bulan setelah kuman masuk ke tubuh
Gejala :
1) Terdapat satu atau beberapa kutil di sekitar daerah kemaluan
2) Kutil (lesi) dapat membesar
Akibat :
Menimbulkan kanker mulut rahim
h. Candidiasis (Jamur)
Penyebab : Jamur Candida Albicans
Gejala :
1) Keputihan yang menyerupai putih susu disertai lecet
2) Rasa gatal dan iritasi di daerah bibir kemaluan dan bau khas
Akibat :
1) Memudahkan penularan HIV
2) Dapat menyerang pria
i. Kutu Pubis
Penyebab : Kutu pada daerah kemaluan
Gejala :
1) Hidup di rambut kecuali rambut kepala
2) Gatal-gatal dengan adanya kutu dirambut kemaluan dan ketiak
3) Kadang-kadang di alis dan bulu mata
j. Hepatitis B
Penyebab : Virus Hepatitis B
Gejala :
1) Kuning pada mata dan kulit
2) Hati membesar
3) Cepat lesu dan lemah
4) Gangguan pada perut
Akibat :
Kanker Hati
k. HIV dan AIDS
Penjelasan detail tentang pengertian, penularan, pencegahan, cara
48
mengetahui, pengobatan, stigma HIV dan AIDS dapat dilihat pada
bahan pembelajaran HIV dan AIDS.
6. Pencegahan
Mengingat sebagian besar penularannya melalui hubungan seksual,
maka cara pencegahan yang paling efektif adalah :
a. Menghindari melakukan hubungan seksual sebelum menikah
b. Melakukan kegiatan-kegiatan positif, agar tidak terlintas untuk
melakukan hubungan seksual
c. Mencari informasi yang benar sebanyak mungkin tentang risiko
tertular IMS
d. Meningkatkan ketahanan moral melalui pendidikan agama
e. Mendiskusikan dengan orang tua, guru atau teman mengenai
hal-hal yang berkaitan dengan perilaku seksual, jangan malu untuk
bertanya
f. Menolak ajakan pasangan yang meminta untuk melakukan
hubungan seksual
g. Bersikap waspada
7. Pengobatan
Pengobatan IMS tidak dapat dilakukan sendiri. Hal-hal yang perlu
dilakukan antara lain:
a. Konsultasi kepada dokter
b. Minum obat sesuai anjuran dokter
c. Pasangan seksual diajak serta berobat untuk menghindari
penularan berulang
8. Anjuran untuk membantu teman yang terkena IMS
a. Anjurkan untuk segera memeriksakan diri ke dokter atau
petugas kesehatan, bila perlu diantarkan
b. Anjurkan untuk jangan malu menyampaikan keluhan-keluhan
kepada dokter atau petugas kesehatan
c. Anjurkan untuk mematuhi aturan pengobatan sesuai petunjuk
dokter/petugas kesehatan
d. Anjurkan untuk tidak melakukan hubungan seksual pra nikah
e. Anjurkan agar pasangan seksual temanmu sebaiknya juga
diperiksa oleh dokter atau petugas kesehatan
49
f. Beritahukan tentang akibat-akibat IMS yang berbahaya bagi
kesehatan reproduksi
g. Beritahukan untuk menghindari mengobati diri sendiri
9. Mitos Seputar IMS
a. Minum antibiotik dapat mencegah IMS
Antibiotik tidak menjamin dapat mencegah IMS. Karena penggunaan
antibiotik harus sesuai dengan petunjuk dokter. Karena penyebab IMS
bukan hanya bakteri tapi juga virus.
b. Mencuci alat kelamin
Tidak ada sabun atau desinfektan apapun yang dapat mencegah IMS,
bahkan penggunaan sabun pada vagina akan mempertinggi risiko
terkena keputihan akibat dari berkurangnya kadar keasaman dari
permukaan vagina yang berfungsi untuk membunuh kuman-kuman
yang ada.
c. Penularan melalui kamar mandi/WC
Kuman IMS tidak dapat bertahan cukup lama di luar tubuh, sehingga
tidak akan menulari orang lain selain melalui cairan sperma, vagina
dan darah, atau adanya perlukaan.
B. Pelaksanaan
Masing-masing kelompok memperagakan praktik penyuluhan dan konseling
C. Evaluasi
1. Cara memberikan penyuluhan dan konseling
2. Sikap penyuluh dan konselor
3. Penguasaan materi penyuluh dan konselor
Bahan Pembelajaran 4 :
(Pengelola, Pendidik Sebaya, Konselor Sebaya)
Secara resmi kasus AIDS pertama di Indonesia yang dilaporkan adalah pada
seorang turis asing di Bali pada tahun 1987. Walaupun sebelumnya sudah ada
berita tidak resmi bahwa sedikitnya ada tiga kasus AIDS di Jakarta pada tahun
1983 tetapi karena tidak tercatat di Indonesia maka kasus pertama di Indonesia
disepakati pada tahun 1987.
II. Tujuan
A. Tujuan Pembelajaran Umum (TPU):
Setelah mempelajari materi ini, peserta diharapkan dapat memahami tentang
HIV dan AIDS dalam lingkup Kesehatan Reproduksi Remaja.
51
B. Fase 2 (3-10 tahun)
Pada fase ini, pengidap HIV belum menunjukkan gejala (tampak sehat) dan
dapat beraktifitas seperti biasa.
C. Fase 3 (AIDS)
Pada fase ini sudah terjadi penurunan kekebalan tubuh, artinya HIV sudah
berubah menjadi AIDS. Timbul infeksi oportunistik yaitu infeksi yang tidak
berbahaya bagi orang yang memiliki sistem kekebalan tubuh normal, namun
berakibat fatal bagi orang yang mengidap HIV. Misalnya: Sarkoma Kaposi
dan Pneumonia Pneumocystis carinii.
Tanda-tanda AIDS antara lain:
1. Penurunan 10% berat badan dalam waktu 1 bulan tanpa sebab yang
jelas.
2. Diare lebih dari 1 bulan tanpa sebab yang jelas.
3. Demam berkepanjangan lebih dari 1 bulan.
4. Batuk yang tidak sembuh-sembuh.
5. Kulit gatal di seluruh tubuh.
6. infeksi jamur kandida pada mulut, lidah atau tenggorokan.
7. Pembengkakan kelenjar getah bening di leher, ketiak atau
selangkangan.
B. Cara Penularan
1. Melalui transfusi darah atau produk darah
2. Transplantasi organ atau jaringan tubuh
3. Pemakaian jarum suntik yang sudah tercemar HIV secara bergantian,
misalnya jarum suntik di antara pengguna narkotika
4. Pemakaian jarum suntik/alat tajam yang memungkinkan terjadinya
luka, secara bergantian tanpa disterilkan, misalnya jarum tato, jarum
tindik, peralatan pencet jerawat.
5. Hubungan seks tidak aman, yang memungkinkan tercampurnya
cairan sperma dengan cairan vagina (pada seks vaginal) ; atau cairan
52
sperma dengan darah (pada seks anal)-tanpa penghalang (dalam hal ini
kondom)
6. Ibu hamil yang terinfeksi HIV pada bayi yang dikandungnya.
a. Antenatal yaitu saat bayi masih berada didalam rahim, melalui
plasenta.
b. Intranatal yaitu saat proses persalinan, bayi terpapar darah ibu
atau cairan vagina.
c. Postnatal yaitu setelah proses persalinan, melalui air susu ibu.
Semua orang tanpa kecuali dapat tertular HIV, apabila perilaku sehari-harinya
berisiko tinggi terpapar HIV, oleh karena itu yang perlu dilakukan :
53
Bagi Remaja :
1. Mencari informasi yang lengkap dan benar berkaitan dengan
HIV/AIDS.
2. Tidak melakukan hubungan seks sebelum menikah.
3. Mendiskusikan secara terbuka permasalahan seksualitas remaja
kepada orang tua, guru, teman atau orang yang memiliki pengetahuan
terhadap isu.
4. Menghindari penggunaan obat-obatan terlarang, jarum suntik, tattoo
dan tindik.
5. Tidak melakukan kontak langsung percampuran darah dengan orang
terpapar HIV .
6. Menghindari perilaku tidak sehat dan tidak bertanggung jawab.
54
Tes ELISA merupakan uji serologis yang digunakan untuk menganalisis
adanya interaksi antigen dengan antibodi di dalam suatu sampel dengan
menggunakan enzim.
Kelebihannya memiliki teknik pengerjaan relatif sederhana, ekonomis,
dan memiliki sensitivitas yang tinggi, artinya persentase pengidap HIV
yang memberikan hasil negatif palsu sangat kecil. Sedangkan
spesifisitasnya adalah antara 99,7%-99,9%, artinya 0,1% - 0,3% dari
semua orang yang tidak berantibodi HIV akan dites positif untuk antibodi
tersebut.
Kelemahannya adalah terjadi hasil positif palsu karena adanya reaksi
silang antara antigen yang satu dengan antigen lain. Untuk itu hasil Elisa
positif perlu diperiksa ulang (dikonfirmasi) dengan metode Western Blot
yang mempunyai spesifisitas yang lebih tinggi. Hasil berupa negatif palsu
dapat terjadi apabila uji ini dilakukan pada window period, yaitu waktu
pembentukan antibodi terhadap suatu virus baru dimulai sehingga jumlah
antibodi tersebut masih sedikit dan kemungkinan tidak dapat terdeteksi.
2. Western Blot
Tes Western Blot merupakan sebuah metode untuk mendeteksi protein
pada sampel jaringan. Sampel yang positif pada tes ELISA dapat
dikonfirmasi dengan tes Western Blot.
55
melakukan tes atau tidak, serta mempersiapkan dirinya bila hasilnya nanti
positif.
Tes darah Elisa
a. Hasil tes Elisa (-) kembali ke konseling, penataan perilaku seks
yang aman (ingat periode jendela). Pemeriksaan diulang kembali
dalam waktu 3-6 bulan berikutnya.
b. Hasil tes Elisa (+) konfirmasikan dengan Western Blot
Tes Western Blot
a. Hasil tes Western Blot (+) laporkan ke dinas kesehatan (dalam
keadaan tanpa nama). Lakukan post konseling dan pendampingan
(menghindari emosi putus asa keinginan untuk bunuh diri).
b. Hasil tes Western Blot (-) sama dengan Tes Elisa (-)
56
Obat ini digunakan untuk mengobati infeksi oportunistik. Contohnya :
Kotrimoksazol dosis tinggi untuk mengatasi Pneumonia Pneumocystis
carinii dan radioterapi pada Sarkoma Kaposi.
B. Oleh Masyarakat
1. Masyarakat peduli dengan penanggulangan epidemi AIDS
2. Masyarakat mendukung ODHA untuk melawan diskriminasi
3. Masyarakat peduli terhadap ODHA yang sering mendapatkan
penolakan dari orang lain.
58
Bahan Pembelajaran 4 :
(Pengelola, Pendidik Sebaya, Konselor Sebaya)
I. Konsep NAPZA
59
NAPZA adalah singkatan dari Narkotika, Alkohol, Psikotropika dan Zat Adiktif
lainnya. Kata lain yang sering dipakai adalah Narkoba (Narkotika, Psikotropika
dan Bahan-bahan berbahaya lainnya). NAPZA adalah zat-zat kimiawi yang
dimasukkan ke dalam tubuh manusia, baik secara oral (melalui mulut), dihirup
(melalui hidung) dan disuntik.
II. Tujuan
A. Tujuan Pembelajaran Umum (TPU):
Setelah mempelajari materi ini, peserta diharapkan dapat memahami tentang
Napza dalam lingkup Kesehatan Reproduksi Remaja.
2. Golongan Narkotika
Menurut UU No. 22 Tahun 1997 tentang Narkotika, menjelaskan bahwa
Narkotika dibedakan dalam 3 golongan sebagai berikut :
a. Narkotika golongan I : Narkotika yang hanya dapat digunakan
untuk tujuan pengembangan ilmu pengetahuan dan tidak digunakan
dalam terapi, serta mempunyai potensi sangat tinggi mengakibatkan
ketergantungan. Contoh : morfin, opium, heroin, kokain dan ganja.
b. Narkotika golongan II : Narkotika yang berkhasiat untuk
pengobatan, digunakan dalam terapi dan/atau untuk tujuan
pengembangan ilmu pengetahuan serta mempunyai potensi tinggi
mengakibatkan ketergantungan. Contoh : benzetidin, betametadol,
petidin, turunan/garam dalam golongan tersebut.
60
c. Narkotika golongan III : Narkotika yang berkhasiat untuk
pengobatan dan banyak digunakan dalam terapi dan atau tujuan
pengembangan ilmu pengetahuan serta mempunyai potensi ringan
mengakibatkan ketergantungan. Contoh : kodein, metadon, naltrexon,
garam-garam narkotika dalam golongan tersebut.
B. Alkohol
Alkohol zat aktif dalam berbagai minuman keras, mengandung etanol yang
berfungsi menekan syaraf pusat.
C. Psikotropika
1. Pengertian
PSIKOTROPIKA adalah zat-zat dalam berbagai bentuk pil dan obat yang
mempengaruhi kesadaran karena sasaran obat tersebut adalah pusat-
pusat tertentu di sistem syaraf pusat (otak dan sumsum tulang belakang).
Sementara PSIKOAKTIVA adalah istilah yang secara umum digunakan
untuk menyebut semua zat yang mempunyai komposisi kimiawi
berpengaruh pada otak sehingga menimbulkan perubahan perilaku,
perasaan, pikiran, persepsi dan kesadaran.
2. Golongan Psikotropika
Menurut UU No. 5 Tahun 1997 tentang Psikotropika, menjelaskan bahwa
Psikotropika dapat dibedakan dalam 4 golongan sebagai berikut :
a. Psikotropika golongan I : Psikotropika yang hanya dapat
digunakan untuk tujuan ilmu pengetahuan dan tidak digunakan dalam
terapi, serta mempunyai potensi amat kuat mengakibatkan sindrom
ketergantungan Contoh : Lisergid (LSD), Tenosiklidina, Ekstasi.
b. Psikotropika golongan II : Psikotropika yang berkhasiat untuk
pengobatan dan dapat digunakan dalam terapi dan atau untuk tujuan
ilmu pengetahuan serta mempunyai potensi kuat mengakibatkan
sindrom ketergantungan. Contoh : Amfetamina, Fensiklidina,
Metakualon, Metilfenidat (ritalin), Sekobarbital.
c. Psikotropika golongan III : Psikotropika yang berkhasiat
untuk pengobatan dan banyak digunakan dalam terapi dan atau untuk
61
tujuan ilmu pengetahuan serta mempunyai potensi sedang
mengakibatkan sindrom ketergantungan. Contoh : Pentobarbital,
Pentazosina dan Flunitrazepam.
d. Psikotropika golongan IV : Psikotropika yang berkhasiat
untuk pengobatan dan sangat luas digunakan dalam terapi dan atau
untuk tujuan ilmu pengetahuan serta mempunyai potensi ringan
mengakibatkan sindrom ketergantungan. Contoh: Alprazolam,
Bromazepam, Diazepam, Fenobarbital, Klobazam, Klonazepam,
Klordiazepoksida, Nitrazepam (BK/Koplo, DUM, MG).
D. Zat Adiktif
Zat Adiktif lainnya yaitu zat-zat yang mengakibatkan ketergantungan seperti
zat-zat solvent termasuk inhalansia (aseton, thinner cat, lem). Zat-zat
tersebut sangat berbahaya karena bisa mematikan sel-sel otak. Zat adiktif
juga termasuk nikotin (tembakau) dan kafein (kopi).
62
2. Pemakai sosial/rekreasi
Biasanya untuk bersenang-senang, pada saat rekreasi atau santai,
umumnya dilakukan dalam kelompok.
3. Pemakai Situasional
Biasanya untuk menghilangkan perasaan stress dan depresi
(ketegangan, kesedihan, kekecewaan).
4. Pemakai Ketergantungan
C. Faktor penyebab
Faktor penyebab remaja rentan terhadap penyalahgunaan NAPZA
dipengaruhi oleh faktor internal dan eksternal.
1. Faktor Internal
Faktor internal dapat dipengaruhi oleh kepribadian dan kondisi kejiwaan
yang labil pada seseorang.
Faktor internal penyebab penyalahgunaan NAPZA antara lain:
a. Lemahnya kepribadian
Kesulitan remaja mengembangkan kepribadian dapat menghambat
proses sosialisasi. Manifestasi lemahnya kepribadian ini
menyebabkan timbulnya tingkat emosional yang labil, sehingga sifat
toleransi stres pun rendah.
63
b. Kurang percaya diri, gangguan emosi, mudah menyerah dan
kurang memiliki daya juang dalam mengatasi masalah.
c. Perkembangan emosi yang tidak stabil dalam menghadapi
tekanan atau masalah dapat menyebabkan remaja berperilaku
menyimpang.
d. Tidak mampu menyesuaikan diri dengan lingkungan sosial
yang permisif (daya adaptasi rendah).
2. Eksternal
Faktor eksternal sangat dipengaruhi oleh lingkungan pergaulan
disekitarnya.
Faktor eksternal penyebab penyalahgunan NAPZA antara lain:
a. Situasi permisif yang memungkinkan seseorang untuk
menggunakan NAPZA di waktu luang (seperti tempat rekreasi,
diskotik, pesta ulang tahun, dll).
b. Lingkungan pergaulan yang bebas.
c. Keinginan untuk mengikuti trend atau gaya.
d. Keinginan untuk diterima oleh kelompok dan solidaritas
kelompok.
e. Pengaruh media (cetak dan elektronik).
3. Zat dalam Napza
Ketika seseorang sudah terbiasa menggunakan NAPZA, secara fisik dan
psikologis orang tersebut tidak dapat lagi hidup normal, karena tingkat
ketergantungan orang tersebut terhadap zat dalam NAPZA sangat tinggi.
Secara fisik, ia akan merasa kesakitan dan tidak nyaman secara terus-
menerus, bila tidak menggunakan NAPZA. Kesakitan dan penderitaannya
hanya akan hilang ketika ia menggunakan NAPZA.
Secara psikologis, ia membutuhkan rasa nyaman yang biasa dirasakan
ketika zat-zat tersebut bereaksi dalam tubuhnya. Zat-zat yang
memberikan "kenyamanan" bagi pengguna, mendorong terjadinya
pemakaian berulang-ulang dan berkepanjangan yang akhirnya
menyebabkan ketergantungan.
64
Penyalahgunaan NAPZA akan mengakibatkan komplikasi pada seluruh
organ tubuh atau bahkan kematian, yaitu :
a. Gangguan pada sistim syaraf (neurologis) seperti kejang-
kejang, halusinasi, gangguan kesadaran, kerusakan syaraf tepi.
b. Gangguan pada jantung dan pembuluh darah (kardiovaskuler)
seperti infeksi akut otot jantung, ganguan peredaran darah.
c. Gangguan pada kulit (dermatologis) seperti : pernanahan,
bekas suntikan, alergi.
d. Gangguan pada paru-paru seperti : penekanan fungsi
pernapasan, kesukaran bernafas, pengerasan jaringan paru-paru,
pengumpulan benda asing yang terhirup.
e. Gangguan pada darah : pembentukan sel darah terganggu.
f. Gangguan pencernaan (gastrointestinal) : mencret, radang
lambung dan kelenjar ludah perut, hepatitis, perlemakan hati,
pengerasan dan pengecilan hati.
g. Gangguan sistim reproduksi seperti gangguan fungsi seksual
(mandul, impotensi), menstruasi yang tidak teratur dan cacat pada
janin.
h. Gangguan pada otot dan tulang seperti peradangan otot akut
dan penurunan fungsi otot (akibat alkohol).
i. Terinfeksi virus Hepatitis B serta HIV akibat pemakaian jarum
suntik berganti-gantian.
2. Psikologis
Dampak secara psikologis atau kejiwaan yang sering dialami oleh
pengguna NAPZA antara lain: paranoid, gelisah, hiperaktif, curiga,
agresif, emosional, introvert, anoreksia dan insomnia.
3. Sosial Ekonomi
Dampak secara sosial ekonomi bagi pengguna NAPZA antara lain :
a. Keluarga
Suasana nyaman dan tentram terganggu, keluarga resah dan malu
karena barang berharga sering hilang, anak menjadi sering
berbohong, mencuri, menipu bersikap kasar dan acuh tak acuh
terhadap urusan keluarga.
b. Sekolah
65
Napza merusak disiplin dan motivasi dalam proses belajar mengajar
di sekolah. Hal tersebut ditunjukkan dengan penurunan prestasi
belajar, lebih banyak membolos dan menciptakan iklim acuh tak acuh
di lingkungannya.
c. Tempat Tinggal dan Masyarakat
Lingkungan tempat tinggal atau masyarakat yang rawan terhadap
penyalahgunaan napza dan tidak memiliki daya tahan, akibatnya akan
mengganggu ketertiban dan keamanan dilingkungannya.
B. Pelaksanaan
Masing-masing kelompok memperagakan praktik penyuluhan dan konseling
C. Evaluasi
1. Cara memberikan penyuluhan dan konseling
2. Sikap penyuluh dan konselor
3. Penguasaan materi penyuluh dan konselor
66
Bahan Pembelajaran 5:
(Pengelola, Pendidik Sebaya dan Konselor Sebaya)
Keterampilan Hidup
(Life Skills)
II. Tujuan
A. Tujuan Pembelajaran Umum
Meningkatkan pengetahuan, sikap, dan perilaku remaja tentang
Keterampilan Hidup untuk dipraktikkan agar bisa tumbuh dan berkembang
secara optimal, serta dapat digunakan dalam mengatasi risiko TRIAD KRR,
mempersiapkan kehidupan berkeluarga, dan tantangan hidup lainnya dalam
rangka mewujudkan Generasi Berencana.
68
Protein dibutuhkan berkisar antara 20-50% dari total kalori yang
diperoleh dari kacang kedelai, kacang tanah, ikan laut dan tawar,
daging ayam tanpa kulit, daging sapi dan kerbau.
c. Lemak
Lemak dianjurkan tak lebih dari 25% dari total kalori yang meliputi
lemak hewani dan nabati, misalnya minyak goreng, mentega, alpukat,
kelapa, dsb.
d. Vitamin
Vitamin dapat diperoleh dari buah-buahan dan sayur-sayuran
berwarna kurang lebih 10% untuk tubuh
e. Mineral
Mineral dapat diperoleh dari buah-buahan yang banyak mengandung
air dan serat sebanyak 10%
f. Air
Air dibutuhkan hingga 50% dari konsumsi tubuh. Air dapat diperoleh
dari buah-buahan atau masakan berkuah selain air putih sebanyak
1,5 – 2 liter.
Disamping menjaga pola makan, remaja juga diharapkan dapat menjaga
kondisi tubuhnya agar tetap bugar dan fit melalui kegiatan olah raga yang
mudah dan murah, seperti jalan, lari, voli, renang, basket dan lain-lain.
Manfaat olah raga bagi tubuh, berguna untuk menyehatkan diri, baik
jasmani dan rohani.
4. Keterampilan mengelola tidur
Perbaikan jaringan-jaringan sel yang rusak dalam tubuh umumnya
dilakukan dikala istirahat/tidur. Maka apabila kita sering kurang tidur atau
tidak memiliki kualitas tidur yang baik, cepat atau lambat akan
mengganggu stabilitas daya tahan tubuh kita dan memacu munculnya
penyakit. Seorang remaja yang sering kurang tidur, maka tidak akan
bersemangat dalam menjalankan aktifitasnya dan tidak berkonsentrasi
dalam menerima pelajaran di sekolah. Kualitas fisik, mental dan
emosional bisa sangat dipengaruhi oleh baik/tidaknya kualitas tidur
seseorang.
B. Keterampilan Mental
1. Keterampilan mempercayai dan menghargai diri
69
Percaya diri diartikan sebagai kemampuan seseorang dalam melakukan
evaluasi terhadap dirinya sendiri, serta dapat mengukur suatu perbuatan
dari segi baik atau buruknya. Dengan kepercayaan diri dan penghargaan
terhadap diri sendiri, remaja diharapkan dapat menilai apakah aktifitas
yang dilakukan bermanfaat untuk dirinya dan lingkungannya atau bahkan
sebaliknya akan merugikan orang lain dan dirinya.
2. Keterampilan berpikir positif
Berpikir positif adalah sebuah keterampilan untuk dapat melihat sisi
positif mengenai suatu hal, peristiwa, kejadian atau pengalaman. Remaja
perlu mengembangkan kemampuan dan keterampilan berpikir positif
untuk membantu dirinya dan meringankan bebannya dalam menghadapi
tantangan dan masalah dalam kehidupan sehari-hari.
3. Keterampilan mengelola stres
Mengelola stres bukan sekedar mengurangi stres, tetapi juga mengelola
situasi yang menyebabkan stres. Mengelola stres berarti menemukan
jenis, cara, dan waktu stress yang tepat sesuai dengan ciri khas individu,
prioritas, dan situasi hidupnya untuk mencapai kinerja dan kepuasan
maksimal.
4. Keterampilan mengambil keputusan dan memecahkan masalah
Pengambilan keputusan adalah sebuah keterampilan yang membantu
remaja untuk menghadapi berbagai keputusan dalam hidup secara
konstruktif. Keterampilan ini dapat dipelajari dan dipraktikkan. Ada 3
langkah sederhana untuk belajar mengambil keputusan secara efektif
yaitu :
1. Jelaskan atau identifikasi dengan jelas keputusan apa yang
harus diambil atau masalah yang harus dipecahkan.
2. Pertimbangkan pilihan-pilihan yang ada dan apa yang akan
terjadi pada setiap pilihan.
3. Pilihlah pilihan yang paling baik.
C. Keterampilan Emosional
1. Keterampilan bersikap tegas (asertif)
Asertif adalah sebuah sikap atau perilaku untuk mengekspresikan diri
secara tegas kepada pihak lain tanpa harus menyakiti pihak lain ataupun
merendahkan diri di hadapan pihak lain. Sikap tegas membuat seseorang
mampu menyatakan pikiran, perasaan dan nilai-nilai mengenai sesuatu
secara terbuka dan langsung, dengan tetap menghormati perasaan dan
nilai-nilai pihak lain.
70
Sikap asertif untuk kelompok remaja sangat diperlukan dalam
menghadapi tekanan remaja sebaya. Tekanan itu berkaitan dengan
ajakan untuk terlibat ke dalam risiko Triad KRR. Berikut ini adalah cara
asertif untuk menolak ajakan tersebut, diantaranya :
Teknik Contoh
Berkata ”TIDAK” ”Tidak” atau ”Tidak, terima kasih”
Katakan terus terang, apa ”Tidak, terima kasih, saya tidak
adanya merokok” atau ”tidak mau
mencobanya”
Beri alasan ”Tidak, terima kasih. Saya tergesa-
gesa nih, saya harus pergi”
Kesan gagah ”Tidak sekarang. Mungkin lain kali”
Mengubah topik pembicaraan Katakan ”tidak” dan langsung
merubah arah pembicaraan : ”tidak,
terima kasih. Kamu liat pertandingan
semalam?”
Mengulang kata Tidak Ulangi kata ”tidak” berulang-ulang
atau bervariasi :
”tidak”
”tidak, terima kasih”
”tidak, saya tidak tertarik”
Pergi / berlalu Katakan ”tidak” dan langsung pergi
Angkat bahu Acuhkan atau tidak mempedulikan
Menghindari situasi Jauhkan diri dari setiap situasi dimana
ada kemungkinan kamu mendapat
tekanan dari kelompok untuk merokok
atau menggunakan narkoba
72
lain, dengan tujuan untuk mengetahui apakah yang kita dengar
adalah benar, seperti ungkapan di bawah ini :
“Jika saya tidak salah mengerti,.........”
“Jadi menurut anda bahwa ...............”
“Sepertinya anda mengatakan bahwa .........”
5) Kemampuan melakukan pengulangan makna (Focusing Skills):
Kemampuan ini mempunyai ciri yaitu sopan meminta orang lain
untuk bicara lebih fokus pada masalah utamanya, seperti ucapan
berikut ini :
“Saya mengerti bahwa semua masalah ini menjadi
perhatian anda, tetapi apakah diantara masalah tersebut ada
yang secara khusus bisa kita selesaikan bersama?”
“Dari semua apa yang anda katakan, masalah mana
yang paling anda risaukan?
73
Mendiagnosis : “Anda tidak sunguh-sungguh dengan
masalah ini”
Memuja untuk memanipulasi : “Dengan sedikit usaha
lagi, anda dapat mengerjakan dengan baik”
2) Mengirim solusi: yaitu memotong pembicaraan sebelum
pembicara selesai. Hal ini juga akan mendorong ketergantungan
orang lain pada kita dalam memecahkan masalah dan menolak
adanya kesempatan untuk mempraktikkan pengambilan
keputusan. Tipe komunikasi seperti ini akan menunjukkan kepada
mereka bahwa perasaan, nilai-nilai dan masalah mereka adalah
tidak penting. Contoh:
Memerintah : “Kamu akan belajar dua jam tiap malam”
Menakut-nakuti : “Jika kamu tidak melakukan ini,......”
Moralis : “Kamu harus lakukan ini, ....”
Pertanyaan berlebih : “kamu akan kemana? Apa yang
akan kamu lakukan? Dengan siapa kamu pergi?”
Mengakhiri kalimat-kalimat yang akan diucapkan
pembicara.
3) Mengabaikan perhatian orang lain: Perasaan dan perhatian
individu tidak diperhitungkan.
Contoh:
Menasehati : “Akan baik bagimu jika kamu ....”
Mengalihkan pembicaraan : “Olahraga apa yang kamu
lakukan sekarang?”
Argumentasi logis : “Satu-satunya jalan untuk
meningkatkan nilaimu adalah dengan belajar lebih giat”
Meyakinkan : “Semua akan selesai”
Menolak/Tidak setuju : “Ya, tetapi .....”
D. Keterampilan Spiritual
1. Keterampilan Memahami Kehidupan Spiritual
Spiritualitas adalah unsur kehidupan manusia yang langsung diberikan
dan berasal dari Tuhan. Keterampilan memahami spiritualitas adalah
kemampuan memahami bahwa semua kegiatan jasmani, pikiran dan
74
emosi manusia yang digerakan atas dasar suara hati nurani dan
diarahkan untuk memperoleh keridhoan Tuhan Penciptanya.
2. Keterampilan Menyadari Kehidupan Spiritual
Kemampuan spiritual itu akan terlihat pada perkembangan kesadaran
dan pemahaman manusia terhadap diri, orang lain, dan alam, yang
berujung pada peningkatan kesadaran dan pemahaman akan kebesaran
Penciptanya. Artinya, Spiritualitas muncul pada konteks hubungan
manusia dengan dirinya, orang lain, alam dan Penciptanya.
3. Keterampilan Melaksanakan Kehidupan Spiritual
Makna umum dari kegiatan spiritual adalah semua kegiatan baik
jasmani, pikiran, dan emosi yang dilaksanakan atas dorongan suara hati
nurani untuk mendapatkan keridhoan Ilahi. Keterampilan spiritual dalam
sembahyang terletak pada kemampuan meresapi makna dari setiap
ucapan yang dibaca dalam sembahyang.
75
1. Tipe Keterampilan Menghadapi Kesulitan
Kemampuan orang dalam menghadapi hambatan, masalah, dan
tantangan dapat dibagi menjadi tiga yaitu :
a) Tipe cepat menyerah (Quitters)
Tipe cepat menyerah adalah orang yang apabila menghadapi
kesulitan langkah pertama yang diambil adalah menghindari, memilih
untuk keluar, mundur, dan berusaha berhenti terkait dengan kesulitan
dan tantangan itu. Mereka ini disebut Quiters atau orang yang cepat
menyerah dan berupaya secepatnya berhenti terkait dengan
tantangan dan tanpa penyelesaian. Hal ini secara tidak langsung
menutup segala peluang dan kesempatan dalam kehidupan. Quitters
tidak mempunyai kemampuan menghadapi kesulitan dan tantangan
hidup.
b) Tipe Cepat Istirahat (Campers)
Tipe Cepat Istirahat adalah tipe orang yang apabila menghadapi
kesulitan dan tantangan hidup mencoba mengatasinya, namun
dengan kesulitan yang semakin besar cepat mengambil tindakan
untuk berhenti dari usahanya. Tipe ini, sudah mencoba untuk maju
menghadapi kesulitan, namun tidak seberapa jauh mereka berkata,
“sejauh ini sajalah kemampuan saya. Karena berbagai alasan,
mereka berhenti berjuang dan mencari kondisi yang aman terhindar
dari kesulitan, hambatan dan tantangan hidup lebih lanjut.
c) Tipe Terus Mendaki (Climbers)
Tipe Terus Mendaki adalah sebutan untuk orang yang dalam
pendakiannya menghadapi tantangan hidup tidak pernah menyerah.
Pendakian terus dilakukan dengan semangat yang tinggi dan strategi
yang cerdas. Mereka memilih untuk terus bertahan dan berjuang
menghadapi kesulitan dalam kehidupannya. Climbers adalah pemikir
yang selalu memikirkan kemungkinan-kemungkinan, dan tidak pernah
membiarkan umur, jenis kelamin, ras, cacat fisik dan mental, atau
hambatan lainnya menghalangi upaya pencapaian tujuan.
76
Keterampilan menghadapi kesulitan terdiri dari 4 dimensi yang masing-
masing merupakan bagian dari sikap seseorang dalam menghadapi
kesulitan. Keempat dimensi tersebut adalah sebagai berikut:
a) C = Control (kendali)
Dimensi ini menggambarkan seberapa banyak kendali yang
dirasakan seseorang terhadap suatu peristiwa yang menimbulkan
kesulitan dan tantangan hidup. Mereka yang meyakini bahwa dirinya
memiliki kendali yang rendah cenderung berpikir :
Kesulitan ini di luar jangkauan saya!
Tidak ada yang bisa saya lakukan sama sekali
menghadapi kesulitan ini
Saya tidak mungkin mengatasi kesulitan ini
Sementara mereka yang meyakini bahwa dirinya memiliki kendali
tinggi cenderung berpikir :
Wow! Ini sulit! Tapi saya pernah menghadapi yang lebih
sulit lagi
Selalu ada jalan mengatasi kesulitan ini
Pasti ada cara yang bisa saya lakukan untuk mengatasi
kesulitan ini
Saya harus mencari jalan lain.....
b) O2 = Origin dan Ownership (sebab masalah dan
Pengakuan)
O2 mempertanyakan dua hal yaitu: Siapa atau apa yang menjadi
sebab terjadinya kesulitan? dan sampai sejauh mana saya
mengakui akibat-akibat kesulitan itu? Orang yang keterampilan
menghadapi kesulitannya rendah cenderung menempatkan rasa
bersalah pada peristiwa yang terjadi atau melihat dirinya sendiri
sebagai satu-satunya penyebab kesulitan tersebut.
Orang yang keterampilan menghadapi kesulitannya rendah
cenderung berpikir :
Ini semua kesalahan saya
Saya memang bodoh sekali
Saya sudah mengacaukan semuanya !
Saya memang orang yang gagal !
Orang yang keterampilan menghadapi kesulitannya baik cenderung
berpikir :
Ada sejumlah faktor yang berperan
Waktunya tidak tepat
Setelah mempertimbangkan segala sesuatunya, saya tahu ada
cara untuk menyelesaikan pekerjaan saya dengan lebih baik, dan
77
saya akan menerapkannya bila lain waktu saya berada dalam
situasi seperti ini lagi.
c) R = Reach (jangkauan)
Dimensi ini mempertanyakan sejauh manakah kesulitan akan
menjangkau bagian-bagian lain dari kehidupan seseorang?
Membatasi jangkauan kesulitan memungkinkan seseorang untuk
berpikir jernih dan mengambil tindakan. Membiarkan jangkauan
kesulitan memasuki satu atau lebih wilayah kehidupan, akan
menghabiskan kekuatan sehingga tidak mampu menghadapi
kesulitan.
d) E = Endurance (Daya Tahan)
Dimensi ini mempertanyakan dua hal yang berkaitan : Seberapa
lamakah kesulitan akan berlangsung dan seberapa lamakah
penyebab kesulitan itu akan berlangsung.
Orang yang memiliki respon daya tahan rendah cenderung berpikir :
Ini selalu terjadi
Segala sesuatunya tidak akan pernah membaik
Tidak ada orang yang mau menikahi saya
Saya memang pemalas
78
menerpa. Seseorang dapat mengetahui adanya kesulitan jauh
sebelum kesulitan itu menjadi bencana. Sekali seseorang
memprogram otaknya, dengan membuatnya selalu waspada,
maka setiap menghadapi kesulitan akan dengan cepat
meresponnya.
b) Bunyikan alarm
Teknik lain yang dapat digunakan untuk mendeteksi kesulitan
adalah dengan membunyikan alarm dalam diri kita, semakin
keras, semakin besar, dan semakin intens bunyi akan semakin
kuat bekas yang ditimbulkan di otak. Sehingga kita akan
bertindak untuk mengatasi masalah tersebut.
c) Kenali CO2RE
Setelah secara sadar bisa mendeteksi kesulitan, langkah
berikutnya adalah segera mengukur bagaimana respon anda
terhadap kesulitan. Evaluasilah diri anda, dari empat dimensi di
atas, apa yang menjadi kelebihan dan kekurangan kita.
2) E = Explore. Jajakilah asal usul pengakuan anda atas
akibatnya.
Seseorang betul-betul belajar dari kesulitan dan mengasah strategi
masa depannya. Misalnya dengan menerima rasa bersalah
dengan bertanggung jawab untuk melakukan sesuatu guna
menangani dan memperbaiki atau menyelesaikan situasi yang
ditimbulkan oleh kesulitan meskipun diri sendiri bukan
penyebabnya. Mengakui akibatnya tidak berarti harus menerima
rasa bersalah yang tidak perlu sebagai penyebab peristiwa itu.
3) A = Analyze. Analisislah bukti-buktinya
Menganalisis bukti mencakup proses bertanya yang sederhana,
dimana seseorang memeriksa, mempertanyakan dan mengalihkan
kesulitan menjadi konstruktif.
4) D = Do. Lakukan sesuatu.
Keterampilan ini berkaitan dengan tindakan yang bisa dilakukan
untuk mengendalikan kesulitan, serta membatasi waktu
berlangsungnya kesulitan. Masalah yang sering timbul dalam
menyelesaikan kesulitan adalah orang yang tertimpa kesulitan
tidak siap untuk bertindak. Untuk itu perlu dilatih kemampuan
untuk berani mengambil tindakan agar kesulitan segera selesai,
tidak melebar kemana-mana dan tidak berlangsung lama.
79
b. Keterampilan STOPPERS
Keterampilan STOPPERS dapat dilatih melalui dua keterampilan yaitu:
Perintang: dirancang untuk membantu seseorang menginterupsi dengan
cepat respon destruktif dan mempunyai kemampuan untuk mengubah
keadaan emosional maupun fisiknya. Perintang ini dapat dilakukan
melalui 5 cara yaitu :
1) Gebrakan telapak tangan ke permukaan benda yang keras
sambil berteriak “STOP!”
Ketika dalam kondisi panik, dan tidak bisa berpikir, pukulkanlah
tangan ke benda dihadapan seperti meja, dinding, dashboard mobil
sambil berteriak STOP!!. Dengan demikian kepanikan terhenti dan
setelah kembali ke kesadaran bisa memikirkan langkah-langkah apa
yang bisa dilakukan untuk menyelesaikan dan menghentikan
kesulitan.
2) Pusatkan perhatian pada benda yang tidak ada hubungannya
Ketika pikiran berkecamuk coba ambil atau perhatikan suatu barang
yang tidak ada hubungannya. Misalnya peganglah pensil, otak-atik
pensil tersebut, warnanya apa, bentuknya bagaimana. Sesaat
perhatian akan fokus terhadap pensil tersebut. Ketika kembali kepada
kesadaran pikiran sudah tidak terlalu pusing dengan kesulitan,
sehingga lebih tenang untuk memikirkan langkah apa yang akan
dilakukan dalam menyelesaikan kesulitan.
3) Masukkan sebuah karet gelang di pergelangan tangan dan
jepretkan karet itu ke pergelangan tangan
Simpanlah karet gelang di pergelangan tangan. Ketika mencoba untuk
fokus terhadap permasalahan, jepretkanlah karet tersebut ke
pergelangan tangan. Sehingga sesaat akan membuat terkejut dan
memutuskan pikiran-pikiran lain yang mengganggu. Lalu akan
terfokus terhadap kesulitan yang dihadapi dan memikirkan langkah-
langkah yang diperlukan dalam penyelesaiannya. Kebiasaan
menjepretkan karet ini biasanya dilakukan oleh atlet basket. Ketika
akan memasukan bola mereka menjepretkan karet di pergelangan
tanggannya sehingga fokus terhadap lemparan bola tidak terganggu
oleh pikiran-pikiran lain.
4) Sibukkan diri dengan kegiatan yang tidak ada kaitannya
80
Ketika sedang ada kesulitan, orang cenderung akan diam dan
melamun. Semakin memikirkan kesulitan, semakin merasa ruwet
dengan permasalahannya. Agar tidak berkutat dengan masalah yang
semakin pelik, maka ikutlah dalam suatu aktifitas yang tidak ada
kaitannya dengan kesulitan yang dihadapi. Setelah selesai melakukan
aktifitas yang tidak ada kaitannya ini, emosi akan mereda, sehingga
cenderung lebih tenang dan mampu berpikir lebih jernih.
5) Ubahlah kondisi dengan berolah raga
Olah raga dapat dijadikan sebagai sarana untuk melepaskan beban
pikiran. Misalnya ketika bermain tenis, saat memukul bola seseorang
bisa berteriak seolah-olah melepaskan segala beban yang ada di
pikiran.
81
Bahan Pembelajaran 6 :
(Pengelola dan Pendidik Sebaya)
I. Tujuan
A. Tujuan Pembelajaran Umum
Setelah mempelajari materi ini, peserta diharapkan dapat memahami tentang
mekanisme pengelolaan PIK Remaja/Mahasiswa.
82
Untuk meningkatkan akses dan kualitas pelayanan PIK Remaja/Mahasiswa bisa
tercapai, maka pembentukan dan pengembangan PIK Remaja/Mahasiswa
diarahkan sebagai berikut :
A. Menjadikan PIK Remaja/Mahasiswa yang dibentuk dan
dikembangkan dari, oleh dan untuk remaja/mahasiswa.
B. Menjadikan PIK Remaja/Mahasiswa sebagai sumber informasi
program PKBR memperjelas pengetahuan, sikap dan keterampilan
remaja/mahasiswa dalam mewujudkan Generasi Berencana (GenRe).
C. Menjadikan PIK Remaja/Mahasiswa sebagai wadah untuk
mengintegrasikan upaya peningkatan assets, pengembangan resources dan
pelayanan second chance.
D. Menjadikan seluruh kegiatan PIK Remaja/Mahasiswa yang ramah
remaja (adolescents friendly)
E. Mempersiapkan pengelola/kader baik sebagai Pendidik Sebaya (PS)
maupun Konselor Sebaya (KS) untuk pengganti pengelola, PS dan KS yang
akan berakhir masa baktinya.
83
a. Pembuat kebijakan dilingkungannya (Lurah/Kades,
TOGA/TOMA, Puskesmas/Pustu, Kepala Sekolah, Dekan, Direktur
Akademi, dll)
b. Mitra Kerja (PKBI, Organisasi Kepemudaan, Organisasi
Keagamaan, Organisasi Kemasyarakatan, Organisasi Kemahasiswaan
dan Kesiswaan)
B. Tahap Tegak
1. Materi dan isi pesan yang diberikan :
a. 8 Fungsi Keluarga
b. Pendewasaan Usia Perkawinan
c. TRIAD KRR
d. Keterampilan hidup (Life Skills)
e. Keterampilan advokasi dan KIE
2. Kegiatan yang dilakukan :
a. Lokasi di dalam dan di luar PIK Remaja/Mahasiswa.
b. Bentuk aktifitas bersifat penyadaran (KIE) di dalam PIK dan di
luar PIK (Sosialisasi, dialog interaktif melalui radio dan TV,
penyuluhan dan pembinaan, seminar, roadshow ke sekolah, pameran,
pentas seni, pemberian informasi melalui event strategis yang
berkaitan dengan remaja).
c. Melakukan Konseling
d. Menggunakan media cetak dan elektronik
e. Melakukan pencatatan dan pelaporan
f. Melakukan advokasi dan KIE untuk mengembangkan jaringan
pelayanan
g. Melakukan kegiatan-kegiatan yang dapat menarik minat remaja
untuk datang ke PIK Remaja/Mahasiswa (pelatihan penyiapan karir,
jambore remaja, pentas seni, lintas alam/outbond, bedah buku, bedah
film, bimbingan belajar siswa, pendampingan kepada remaja
bermasalah, pendataan jumlah korban narkoba, studi banding,
kegiatan ekonomi produktif, kegiatan olahraga dan kesenian, lomba-
lomba, diskusi, buka puasa bersama, bercocok tanam, beternak dsb)
3. Sarana dan prasarana
a. Ada Ruang Sekretariat dan Ruang Konseling
b. Memiliki papan nama dengan ukuran minimal 60x90 cm
c. Struktur pengurus minimal terdiri dari: Pembina, Ketua, Sekretaris,
Bendahara, Seksi Program dan Kegiatan, Anggota (PS, KS,
Volunteer)
d. 4 orang Pendidik Sebaya yang sudah dilatih
84
e. 2 orang Konselor Sebaya yang sudah dilatih
f. Lokasi mudah di akses dan disukai oleh remaja
4. Jaringan
a. Pembuat Kebijakan dilingkungannya (Lurah/Kades,
TOGA/TOMA, Puskesmas/Pustu, Kepala Sekolah, Dekan, Direktur
Akademi, Psikolog/Psikiater, Dokter dan Paramedis, dll)
b. Mitra Kerja (PKBI, Organisasi Kepemudaan, Organisasi
Keagamaan, Organisasi Kemasyarakatan, Organisasi
Kemahasiswaan dan Kesiswaan)
C. Tahap Tegar
1. Materi dan isi pesan yang diberikan :
a. 8 Fungsi Keluarga
b. Pendewasaan Usia Perkawinan
c. TRIAD KRR
d. Keterampilan hidup (Life Skills)
e. Keterampilan advokasi dan KIE
f. Pengembangan materi sesuai kebutuhan PIK
Remaja/Mahasiswa
2. Kegiatan yang dilakukan :
a. Lokasi di dalam dan di luar PIK Remaja/Mahasiswa
b. Bentuk aktifitas bersifat penyadaran (KIE) di dalam dan di luar
PIK (Sosialisasi, dialog interaktif melalui radio dan TV, penyuluhan
dan pembinaan, seminar, roadshow ke sekolah, pameran, pentas
seni, pemberian informasi melalui event strategis yang berkaitan
dengan remaja).
c. Melakukan Konseling
d. Menggunakan media cetak dan elektronik
e. Melakukan pencatatan dan pelaporan
f. Melakukan advokasi dan KIE untuk mengembangkan jaringan
pelayanan
g. Melakukan kegiatan-kegiatan yang dapat menarik minat remaja
untuk datang ke PIK Remaja/Mahasiswa (pelatihan penyiapan karir,
jambore remaja, pentas seni, lintas alam/outbond, bedah buku, bedah
film, bimbingan belajar siswa, pendampingan kepada remaja
bermasalah, pendataan jumlah korban narkoba, studi banding,
kegiatan ekonomi produktif, kegiatan olahraga dan kesenian, lomba-
lomba, diskusi, buka puasa bersama, bercocok tanam, beternak dsb).
85
h. Melakukan pelayanan lain sesuai kebutuhan remaja
(pemeriksaan gigi, konsultasi kecantikan, konsultasi gizi).
i. Mampu mengakses jaringan internet.
j. Melibatkan jaringan untuk melakukan pelayanan kesehatan dasar.
3. Sarana dan prasarana
a. Ada Ruang Sekretariat, Ruang Konseling dan Ruang
Pertemuan
b. Memiliki papan nama dengan ukuran minimal 60x90 cm
c. Struktur pengurus minimal terdiri dari: Pembina, Ketua, Sekretaris,
Bendahara, Seksi Program dan Kegiatan, Anggota (PS, KS,
Volunteer)
d. 4 orang Pendidik Sebaya yang sudah dilatih
e. 4 orang Konselor Sebaya yang sudah dilatih
f. Lokasi mudah di akses dan disukai oleh remaja
g. Memiliki hotline/sms konseling
h. Memiliki perpustakaan
i. Memiliki sarana dan prasarana jaringan internet
4. Jaringan
a. Pembuat Kebijakan dilingkungannya (Lurah/Kades,
TOGA/TOMA, Puskesmas/Pustu, Kepala Sekolah, Dekan, Direktur
Akademi, Psikolog/Psikiater, Dokter dan Paramedis, dll)
b. Mitra Kerja (PKBI, Organisasi Kepemudaan, Organisasi
Keagamaan, Organisasi Kemasyarakatan, Organisasi
Kemahasiswaan dan Kesiswaan)
c. Memiliki organisasi Induk Pembina PIK Remaja/Mahasiswa
B. Tahap Tegak
1. Melatih 4 orang menjadi Pendidik Sebaya
86
2. 2 orang Pendidik Sebaya dilatih menjadi 2 orang Konselor
Sebaya
3. Menyusun program dan kegiatan di dalam dan di luar PIK
Remaja/Mahasiswa
4. Aktif dalam kegiatan advokasi dan KIE
5. Melakukan koordinasi dengan mitra kerja terkait.
C. Tahap Tegar
1. Melatih 4 orang menjadi Pendidik Sebaya
2. 4 orang Pendidik Sebaya dilatih menjadi 4 orang Konselor
Sebaya
3. Menyusun program dan kegiatan di dalam dan di luar PIK
Remaja/Mahasiswa
4. Aktif dalam kegiatan advokasi dan KIE
5. Melakukan koordinasi dengan mitra kerja terkait termasuk media
massa.
6. Mengembangkan kegiatan sesuai dengan karakteristik, dinamika dan
kebutuhan remaja/mahasiswa
7. Sudah melakukan rujukan sesuai dengan masalah remaja.
VV
V. Kemitraan
A. Pengertian
Kemitraan adalah hubungan (kerjasama) antara dua pihak atau lebih,
berdasarkan kesetaraan, keterbukaan dan saling menguntungkan
(memberikan manfaat).
B. Prinsip-prinsip Kemitraan
1. Memahami kedudukan, tugas dan fungsi (kaitan dengan struktur);
2. Memahami kemampuan masing-masing pihak (kapasitas unit/
organisasi);
3. Menjalin berkomunikasi secara proaktif.
4. Terbuka, dalam arti tidak ada hal-hal yang ditutupi.
5. Saling mendorong/mendukung kegiatan.
87
A. Identifikasi Tempat-tempat Pelayanan Rujukan Masalah Program
PKBR
1. Identifikasi potensi tempat-tempat pelayanan rujukan masalah
program PKBR
Setiap daerah memiliki potensi tempat pelayanan rujukan yang berbeda-
beda, baik dari sisi jumlah maupun jenis pelayanan yang diberikan. Oleh
karena itu setiap konselor sebaya harus memiliki peta potensi tempat
pelayanan rujukan yang berkenaan dengan pelayanan lanjutan program
PKBR, baik untuk rujukan medis maupun non-medis. Contoh tempat
pelayanan rujukan program PKBR: RSUD, PUSKESMAS, Pusat
Rehabilitasi, Rumah Singgah (Shelter), Biro Konsultasi Psikologis, Pusat
Pelayanan Terpadu milik POLRI (Ruang Pelayanan Khusus/RPK Anak,
Remaja dan Wanita).
2. Identifikasi jejaring kerja dengan tempat-tempat pelayanan
rujukan
Apabila konselor sebaya sudah memiliki peta potensi tempat pelayanan
rujukan di daerahnya, maka yang perlu diketahui adalah apakah tempat-
tempat pelayanan rujukan potensial tersebut sudah menjalin kerjasama
atau membentuk jejaring kerja guna memberikan pelayanan yang
komprehensif kepada remaja yang memerlukan. Dalam hal ini perlu
dicermati pula bentuk kerjasama yang disepakati, karena akan sangat
terkait dengan mekanisme rujukan dan sistem pembiayaannya. Namun,
apabila belum ada kerjasama maka perlu dirintis, misalnya oleh konselor
sebaya atau oleh pihak lain yang bertanggung jawab terhadap
keberadaan konselor sebaya.
88
2. Konselor juga dapat menanyakan apakah klien bermaksud mendapat
pelayanan lanjutan. Misalnya dalam kasus klien yang ragu apakah ia
terinfeksi HIV, kemungkinan klien ingin menjalani test darah untuk
memastikan adanya infeksi.
3. Setelah itu lakukan langkah-langkah yang dapat membantu proses
rujukan seperti: Tanyakan kesediaan klien untuk dirujuk. Untuk itu perlu
adanya kesepakatan antara klien dan konselor tentang pelayanan
lanjutan yang dibutuhkan dan kemana tempat pelayanan rujukan yang
dituju. Konselor juga menanyakan apakah ada kehendak/pilihan klien
terhadap tempat pelayanan rujukan tertentu, tenaga yang akan melayani
(misalnya: laki-laki atau perempuan), jam pelayanan, dsb.
90
4) RSU Dr. Karjadi, Jl. Dr. Sutomo No. 16, Semarang, Jawa
Tengah. Telp. (024) 413476.
5) RSU Sanglah, Jl. Diponegoro, Denpasar, Bali. Telp. (0301)
224556.
6) RSU Dr. M. Djamil, Jl. Perintis Kemerdekaan, Padang
Sumatera Barat. Telp. (0751)21688.
7) RSU Pringadi, Jl. Prof. M. Yamin, SH. No. 47, Medan,
Sumatera Utara.
8) RSU Palembang, Jl. Jend. Sudirman Km. 3,5, Palembang,
Sumatera Selatan
9) RSU Manado, Jl. Yos Sudarso, manado, Sulawesi Utara
10) RSU Dr. Wahidin Sudiro Husodo, Jl. Perintis Kemerdekaan,
Makasar, Sulawesi Selatan.
f. Panti Sosial Parmadi Putra Insyaf, Jl. Willem Iskandar No. 37, Medan,
Sumatera Utara
g. Panti Sosial Parmadi Putra Khusnul Khotimah, Jl. Babakan Pocis
Serpong, Tanggerang, Banten
h. Panti Sosial Parmadi Putra Galih Pakuan , Jl. H. Miing No. 71 Putat
Nutug, Parung, Bogor, Jawa Barat.
i. Panti Sosial Parmadi Binangkit , Lembang (Khusus wanita), Jl. Raya
Maribaya No. 23, Lemabang, Bandung, Jawa Barat.
j. Panti Sosial Parmadi Mandi , Jl. Amposari II/4, Kel. Sendang Guwo,
Semarang Timur, Jawa Tengah.
k. Panti Sosial Permadi Putra Teratai , Jl. Balongsari Dalam No. 1,
Surabaya, Jawa Timur.
91
l. Rumwatik Parmadi Siwi, Polda Metro Jaya, Jl. MT. Haryono No.11,
Cawang, Jakarta Timur. Telp. (021) 8092713.
m. Wisma Adiksi, Jl. Jati Indah 1/23, Pangkalan Jati, Pondok Labu,
Jakarta Selatan 16514.
n. Yayasan Titihan Respati, Jl. Hang Lekir 11/16, Kebayoran Baru,
Jakarta Selatan.
o. Terapi dan Rehabilitasi Pasien NAPZA ala Prof. Dadang Hawari, Jl.
Tebet Mas Indah Blok E/5, Jakarta Selatan.
p. Yayasan Kasih Mulia, Jl. Camar Indah I Blok DD 10 Ruko Pantai
Indah Kapuk, Pluit, Jakarta Utara
q. Pesantren Inabah IV, Jl. Sindanglaya No. 8, Tasik Malaya Jawa Barat
r. Rumah Kemang, Jl. Kemang 1/8, Jakarta Selatan
s. Yayasan Insan Pengasih/Drop in center, Jl. Daksa IV/69, Kebayoran
Baru, Jakarta Selatan
t. Yayasan Putra Sesana Bali, Telp. (0361) 462306.
u. Program Rehabilitasi Sekolah Tinggi Theologia BKWI Yogyakarta, Jl.
HOS Cokroaminoto Yogyakarta
v. Pesantren Inabah Tamban d/a RS Tamban, Barito Kuala, Kalimantan
Selatan.
w. Panti Rehabilitasi Soteiria, Jl. Padang Bulan Medan, Sumatera Utara.
Tlp. (61) 82201173.
92
Bahan Pembelajaran 7:
(Pendidik Sebaya)
Pendidik Sebaya
I. Pendahuluan
Remaja/mahasiswa merasa lebih nyaman untuk bertanya tentang hal-hal yang
sensitif seperti seksualitas, HIV dan AIDS serta napza pada teman sebayanya.
Dengan memanfaatkan bahan pembelajaran ini, diharapkan Pendidik Sebaya
mampu menyebarkan informasi secara kreatif sehingga dapat menarik perhatian
dan minat teman-teman sebayanya.
93
mendalam, para Pendidik Sebaya dapat meningkatkan kemampuannya dalam
kelompok besar (+ 50 orang) untuk kegiatan ceramah.
II. Tujuan
A. Tujuan Pembelajaran Umum
Meningkatkan pemahaman tentang Pendidik Sebaya
94
3. Pesan-pesan sensitif dapat disampaikan secara lebih terbuka dan
santai.
4. Syarat-syarat Pendidik Sebaya
a. Aktif dalam kegiatan sosial di lingkungan remaja/mahasiswa;
b. Berminat menyebarluaskan informasi program PKBR;
c. Memiliki ciri-ciri kepribadian, antara lain: ramah, lancar dalam
mengemukakan pendapat, luwes dalam pergaulan, berinisiatif dan
kreatif, tidak mudah tersinggung, terbuka untuk hal-hal baru, mau belajar
serta senang menolong;
5. Uraian Tugas Pendidik Sebaya
a. Menyampaikan informasi substansi program PKBR
b. Melaksanakan advokasi dan KIE tentang PIK Remaja/Mahasiswa
c. Melakukan kegiatan-kegiatan yang menarik minat remaja untuk
datang ke PIK Remaja/Mahasiswa
d. Melakukan pencatatan dan pelaporan
6. Pengetahuan yang perlu dimiliki Pendidik Sebaya
a. Pengetahuan tentang program PKBR yang didalamnya
memiliki subtansi : 8 fungsi keluarga, Pendewasaan Usia Perkawinan,
TRIAD KRR (Seksualitas, HIV dan AIDS, NAPZA), Life Skills.
b. Pengetahuan umum mengenai hukum, agama, dan isu terkini
lainnya.
7. Keterampilan yang perlu dimiliki Pendidik Sebaya adalah keterampilan
komunikasi interpersonal yang bercirikan:
a. Komunikasi dua arah
Komunikasi dua arah memungkinkan kedua belah pihak sama-sama
berkesempatan untuk mengajukan pertanyaan, pendapat dan
perasaan.
b. Komunikasi Verbal dan Non-Verbal.
Komunikasi verbal adalah bentuk komunikasi dengan menggunakan
kata-kata.
Pendidik Sebaya hendaknya:
Menggunakan kata-kata yang sederhana dan mudah dipahami
kelompok.
Menghindari istilah yang sulit dimengerti.
Menghindari kata-kata yang bisa menyinggung perasaan orang
lain.
95
Komunikasi non-verbal adalah komunikasi yang tampil dalam bentuk
nada suara, ekspresi wajah-wajah dan gerakan anggota tubuh tertentu,
seperti kontak mata dengan lawan bicara, menggunakan nada suara
yang ramah dan bersahabat.
c. Cara Bertanya :
Ada dua macam cara bertanya, yaitu pertanyaan tertutup dan
pertanyaan terbuka.
Pertanyaan Tertutup :
pertanyaan yang memerlukan jawaban yang singkat. Bisa
dijawab dengan”Ya “ dan “Tidak .”
Biasanya digunakan di awal pembicaraan untuk menggali
informasi dasar.
Tidak memberi kesempatan peserta untuk menjelaskan
perasaan/pendapatnya.
Contoh:
1. “Berapa usiamu?”
2. “Apakah kamu pernah mengikuti kegiatan semacam ini?”
Pertanyaan Terbuka :
Mampu mendorong orang untuk mengekspresikan perasaan
dan pikiran.
Bisa memancing jawaban yang panjang.
Memungkinkan lawan bicara untuk mengungkapkan diri apa
adanya.
Contoh :
1. “Apa yang kau ketahui tentang IMS?”
2. “Bagaimana rasanya waktu mengalami haid pertama?”
d. Mendengar efektif
Dalam melaksanakan pendidikan sebaya, mendengar efektif dapat
dilakukan dengan cara:
Menunjukkan minat mendengar
Memandang lawan bicara
Tidak memotong pembicaraan
Menunjukkan perhatian dengan cara bertanya
Mendorong teman sebaya untuk terus bicara, baik dengan
komentar kecil (misal: mm..., ya...), atau ekspresi wajah tertentu
(misalnya menganggukkan kepala).
96
V. Persiapan Penyuluhan oleh Pendidik Sebaya
Persiapan yang harus dilakukan oleh Pendidik Sebaya sebelum melakukan
penyuluhan:
1. Membaca kembali topik yang akan disajikan, baik dari buku panduan
yang telah dimiliki maupun bacaan lainnya;
2. Menyiapkan alat bantu sesuai topik yang akan dibicarakan, misalnya
alat peraga, contoh-contoh kasus, kliping koran, dan lain-lain
3. Tempat pendidikan sebaya dapat dilakukan dimana saja asalkan
nyaman buat Pendidik Sebaya dan kelompoknya. Kegiatan tidak harus
dilakukan di ruangan khusus. Bisa dilakukan di teras masjid, di bawah pohon
yang rindang, diruang kelas yang sedang tidak dipakai, di aula gereja, dan
sebagainya. Tempat pendidikan sebaya sebaiknya tidak ada orang lalu-
lalang dan jauh dari kebisingan sehingga diskusi bisa berlangsung tanpa
gangguan.
97
menyampaikan informasi dan memandu diskusi. Selain itu mereka juga bisa
saling memberikan umpan balik selama menjadi pemandu.
6. Pendidik Sebaya memulai acara dengan menyampaikan materi
selama tidak lebih dari setengah jam, waktu selebihnya digunakan untuk
diskusi dan menampung pertanyaan.
7. Bila ada pertanyaan yang tidak bisa dijawab, jawaban bisa ditunda
untuk ditanyakan kepada mereka yang lebih ahli, bisa dokter/paramedis,
tokoh masyarakat atau tokoh agama, dan lain-lain.
8. Topik-topik yang perlu dibahas antara lain:
a. 8 fungsi keluarga
b. Pendewasaan Usia Perkawinan
c. Triad KRR
d. Life Skills
98
a. Meskipun jumlah peserta banyak, jika ruangan memungkinkan atur
kursi/tempat duduk yang memudahkan interaksi antara pendidik dan
peserta.
b. Hindari bentuk susunan tempat duduk berderet kebelakang seperti di
kelas/sekolah. Idealnya kursi tersusun membentuk huruf “U “.
3. Alat Bantu
a. Pastikan ketersediaan fasilitas alat bantu, misalnya: LCD, laptop,
pengeras suara (microphone), jaringan listrik, dan sebagainya.
Perhatikan apakah alat-alat tersebut dapat berfungsi dengan baik.
b. Pastikan bahwa alat bantu (termasuk gambar) yang digunakan dapat
dilihat oleh semua peserta dengan mudah.
c. Jika menggunakan lembar transparan, perhatikan jumlah baris kalimat
dalam setiap tampilan tidak lebih dari 7 baris ke bawah.
d. Jika menggunakan tulisan tangan, gunakan huruf besar yang jelas
agar mudah terbaca.
4. Tiba di tempat penyuluhan lebih awal (+ 15-30 menit) untuk
memeriksa fasilitas alat bantu.
Pada saat penyuluhan, seorang Pendidik Sebaya harus memperhatikan hal-
hal sebagai berikut:
a. Perkenalkan diri sebelum memulai penyuluhan.
b. Secara singkat, jelaskan tujuan dari topik yang akan disampaikan.
c. Sampaikan informasi secara menarik, berbicara singkat dan mudah
dimengerti. Sisipkan humor-humor segar.
d. Pastikan suara dapat didengar dengan jelas oleh seluruh peserta.
Hindari nada suara yang datar. Jangan bicara terlalu cepat.
e. Kemukakan hal-hal yang penting terlebih dahulu.
f. Tekankan hal-hal yang perlu diingat.
g. Hindari istilah tehnis medis atau istilah asing, misalnya: discharge,
ovum, dan lain-lain.
h. Pada awal penyampaian dan setiap pergantian topik, jangan lupa gali
pengetahuan peserta dengan cara memberikan 1 – 2 pertanyaan terkait.
Hal ini dimaksudkan untuk menghindari terjadinya komunikasi satu arah.
99
4. Kreatif mencari alat bantu untuk menghidupkan suasana
pembelajaran.
5. Terbuka akan kritik dari peserta
6. Pendidik Sebaya harus melakukan hal-hal berikut:
a. Membuat persiapan sebelum kegiatan pembelajaran;
b. Menguasai materi;
c. Melibatkan semua peserta dalam kegiatan pembelajaran;
d. Menggunakan alat bantu;
e. Berbicara dengan jelas dan lantang;
f. Memancing pertanyaan dari peserta pertemuan;
g. Mengatur waktu dengan cermat;
h. Duduk dalam lingkaran agar bisa memandang satu sama lain;
i. Menjaga kontak mata dalam bicara;
j. Memperhatikan bahasa tubuh peserta;
k. Periksa apakah informasi sudah dimengerti peserta;
l. Bersikap sabar tapi percaya diri.
7. Pendidik Sebaya jangan melakukan hal-hal berikut:
a. Membelakangi peserta;
b. Meremehkan komentar dan pendapat peserta;
c. Membaca materi-materi, sebaiknya materi sudah dipahami;
d. Berbicara dengan nada keras kepada peserta;
e. Menggurui;
f. Hanya melihat pada satu atau dua peserta saja, sebaiknya
memandang kepada keseluruhan secara bergantian;
g. Menghakimi.
100
B. Contoh 2 : Remaja dan Perkembangannya
1. Ajak peserta untuk mengingat kembali masa ketika mereka memasuki
masa akil baligh. Tanyakan kepada mereka tanda-tanda dan perubahan
apa yang mereka rasakan, baik fisik maupun perasaan. Bahas pula
mengenai isu-isu yang terkait, misalnya mengenai mimpi basah dan
masturbasi pada remaja laki-laki, serta menstruasi pada remaja
perempuan. Tanyakan pengalaman dan penghayatan peserta ketika
mengalami perubahan dan berbagai tanda tadi. Tekankan kepada peserta
bahwa semua hal tersebut wajar terjadi pada seorang remaja.
2. Berikan kesempatan kepada peserta untuk bertanya dan
mendiskusikan pengalaman-pengalamannya.
103
masing. Setelah 10 menit, minta salah seorang wakil setiap kelompok
untuk mempresentasikan hasil diskusi mereka.
2. Lengkapi jawaban hasil diskusi kelompok dengan menjelaskan dan
menayangkan lembar transparan berisi mengenai macam-macam IMS,
gejala, masa inkubasi, efeknya dan cara pengobatan. Gunakan pula
rujukan dari Panduan Kesehatan Reproduksi. Berikan kesempatan
kepada peserta untuk bertanya dan mengemukakan pendapatnya.
104
Bahan Pembelajaran 8:
(Konselor Sebaya)
Konselor Sebaya
B. Tujuan
Tujuan konseling adalah membantu klien melihat permasalahannya supaya
lebih jelas sehingga klien dapat memilih sendiri jalan keluarnya. Konseling
berbeda dengan pemberian nasehat. Konseling berpedoman pada
pandangan bahwa pengambilan keputusan adalah tanggung jawab klien.
Seorang konselor bukan yang mengatur, mengkritik atau membuat
keputusan yang kemungkinan tidak diterapkan oleh klien setelah pertemuan
konseling selesai. la menjadi mitra/rekan dari klien, tetapi klien lah yang
paling tahu masalahnya sehingga dialah pembuat keputusan.
II. Tujuan
A. Tujuan Pembelajaran Umum
Meningkatkan pemahaman tentang konseling
B. Tujuan Pembelajaran Khusus
Setelah mempelajari modul ini peserta diharapkan dapat :
1. Menjelaskan pengertian konseling
2. Menjelaskan tujuan konseling
3. Menjelaskan keterampilan-keterampilan yang harus dimiliki oleh
seorang Konselor Sebaya
4. Menjelaskan langkah-langkah dalam proses konseling
106
3. NAPZA
I. Memiliki ketrampilan dalam :
1. Menciptakan suasana yang aman, nyaman dan menimbulkan
rasa percaya klien terhadap konselor
2. Melakukan komunikasi interpersonal, yaitu hubungan timbal
balik yang bercirikan :
a. Komunikasi dua arah
b. Memperhatikan aspek verbal dan non verbal
c. Mendengar secara aktif
d. Penggunaan pertanyaan untuk menggali informasi, perasaan
dan pikiran.
e. Membantu klien dalam pengambilan keputusan.
107
4. Mendengar aktif yaitu dengan memberikan umpan balik atau
merefleksikan isi ucapan dan perasaan klien.
C. Keterampilan Bertanya
1. Pertanyaan Tertutup
Menghasilkan jawaban “ya” atau “tidak”.
2. Pertanyaan Terbuka
a. Jenis pertanyaan memakai kata “Bagaimana” atau “apa”
b. Memberikan kebebasan kepada klien dalam menjawab secara
aktif.
Pertanyaan terbuka merupakan cara yang efektif untuk menggali
informasi
108
B. Nyaman
C. Tidak bising
D. Tenang
Bahan Pembelajaran 9 :
(Pengelola, Pendidik Sebaya)
109
I. Konsep Dasar Advokasi dan KIE
A. Pengertian
Advokasi menurut almarhum Mansour Faqih (2000) adalah media atau cara
yang digunakan dalam rangka mencapai suatu tujuan tertentu. Advokasi
lebih merupakan suatu usaha sistematis dan terorganisir untuk
mempengaruhi dan mendesakkan terjadinya perubahan dalam kebijakan
publik secara bertahap maju.
B. Tujuan
1. Advokasi
110
Tujuan advokasi adalah mendukung dan mempromosikan suatu
masalah/isu dan mencoba untuk mendapatkan dukungan dari pihak lain
dalam rangka perubahan.
2. KIE
Tujuan KIE adalah mengubah sikap mental, kepercayaan nilai-nilai dan
perilaku individu serta kelompok masyarakat.
C. Sasaran
1. Advokasi
a. Pembuat kebijakan publik
b. Pembuat opini publik
c. Mitra kerja
d. Penentang
2. KIE
a. Individu
b. Keluarga
c. Masyarakat
II. TUJUAN
A. Tujuan Pembelajaran Umum
Meningkatkan pengetahuan, sikap dan keterampilan peserta dalam
pengelolaan kegiatan Advokasi dan KIE program PKBR
B. Tujuan Pembelajaran Khusus
Setelah melakukan pelatihan, peserta diharapkan dapat:
1. Memahami tentang pengertian, tujuan advokasi dan KIE
program PKBR
2. Menjelaskan tentang langkah-langkah advokasi dan KIE
program PKBR
3. Menjelaskan tentang teknik-teknik advokasi dan KIE program
PKBR
ADVOKASI KIE
Dilihat dari Tujuan : Dilihat dari Tujuan :
Secara aktif mendukung dan Mengubah sikap mental,
mempromosikan suatu masalah/isu dan kepercayaan nilai-nilai dan perilaku
mencoba untuk mendapatkan dukungan individu serta kelompok masyarakat.
dari pihak lain dalam rangka perubahan
kebijakan, program dan perundang-
undangan.
Sasaran : Sasaran :
Penentu kebijakan/pembuat keputusan, dan Individu, keluarga, dan masyarakat.
pembuat peraturan (perundang-undangan).
Hasil Advokasi :
Dukungan dan perubahan peraturan Hasil KIE :
perundang-undangan, kebijakan serta 1. Meningkatkan pengetahuan
program. dan keterampilan individu,
keluarga dan masyarakat.
2. Perubahan sikap dan perilaku
individu, keluarga dan
masyarakat.
113
Suatu proses KIE timbal balik secara langsung antara petugas KIE
dengan individu sasaran program PKBR.
2. KIE Kelompok
Suatu proses KIE timbal balik secara langsung antara petugas KIE
dengan kelompok (2-15 orang)
3. KIE Massa
Suatu proses KIE tentang program PKBR yang dapat dilakukan secara
langsung maupun tidak langsung kepada masyarakat dalam jumlah
yang besar.
1. Pengamatan langsung
2. Interview (wawancara)
3. Focus Group Discussion (diskusi kelompok terfokus)
4. Survei
5. Analisis data sekunder
1. Tujuan Advokasi
Tahap awal yang perlu dilakukan dengan memperhatikan kaidah
SMART
S = Spesific (khusus)
M = Measurable (dapat diukur)
A = Appropriate (dapat dikerjakan)
R = Realistic (realistis)
T = Time Bound (mempunyai batas waktu yang jelas)
2. Tujuan KIE
Ditetapkan dengan melihat adanya pengetahuan, sikap dan perilaku
yang dicapai dalam kurun waktu tertentu.
115
d. Pengembangan pesan dapat dilakukan dengan menggunakan
pendekatan SEE-A (S = Statement; E = Evidence; E = Example dan
A = Action).
1. Teknik Advokasi
a. Lobi
b. Petisi
c. Debat
d. Negosiasi
e. Presentasi
f. Penggunaan media massa
2. Teknik KIE
a. KIE Individu
b. KIE Kelompok
c. KIE Massa
1. StrategiAdvokasi
Salah satu unsur utama dan penting dilakukan adalah dengan
mengangkat isu strategis/isu prioritas. Memilih isu prioritas program
dilakukan dengan mempertimbangkan :
2. Strategi KIE
116
Memperhatikan jenis, teknik dan media KIE yang akan digunakan.
Perpaduan yang tepat antara jenis, teknik dan media KIE akan sangat
menentukan keberhasilan KIE.
117
DAFTAR PUSTAKA
118
15. Sugiri Syarief. Menggapai Keluarga Berkualitas dan Sakinah. Jakarta,
2007.
16. USAID. Alat Kelamin dan Semua yang Perlu Kita Ketahui tentang
Penyakit Menular Seksual.
17. Widyantoro, Ninuk. Abortion Counselling in Vietnam. NY: AVSC, 1998.
119