Anda di halaman 1dari 22

Laporan Pratikum Fisika Dasar II

Transformator
Dosen Pembimbing: Jumingin, S. Si

Disusun oleh:
Kelompok 2

1. Elsi Aryanti 14222041


2. Gita Lestari 14222053
3. Indah Dewi Mutiara Sari 14222063
4. Leoni Agustina 14222079

Program Studi Pendidikan Biologi


Fakultas Tarbiyah dan Keguruan
Universitas Islam Negeri (UIN) Raden Fatah Palembang
2015
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Didalam kehidupan kita sehari-hari pasti kita akan menjumpai banyak hal
yang membutuhkan tenaga listrik atau PLN. Bahkan banyak diantara kita
yang ketergantungan dengan listrik. Kita juga akan menjumpai salah satu alat
yang disebut trafo. Trafo atau transformator adalah alat yang berfungsi untuk
menaikkan dan menurunkan tegangan AC. AC adalah arus bolak balik. Trafo
juga ada trafo step up dan step down.
Transformator adalah alat untuk itu. Transformator tidak memiliki bagian
yang bergerak, bekerja dengan hukum Faraday tentang induksi, dan tidak
memiliki padanan arus searah yang sederhana. Transformator ideal terdiri
dari dua kumparan dengan jumlah lilitan yang berbeda, melilit disekitar inti
besi. Jika Ns > Np , transformator disebut transformator step-up karena
menaikkan tegangan primer ke tegangan yang lebih tinggi Vs, Demikian pula
jika Ns < Np disebut transformator step-down (Halliday, 2010).
Transformator adalah peralatan listrik yang sangat vital dalam
pendistribusian energi listrik, untuk itu keandalannya harus tetap terjaga agar
proses penyaluran energi listrik berjalan lancar. PT PLN jasa dan produksi
merupakan salah satu yang bergerak dalam bidang jasa perbaikan trafo
distribusi. PLN J & P dalam proses perbaikan banyak tahap, bila diperlukan
perubahan tertentu dilakukan agar trafo lebih kuat dan bertahan lama. Salah
satu dari perbaikan transformator adalah sistem penghilangaan kadar air
setelah selesai dilakukan penggulungan. Alat yang digunakan terdiri dari dua
macam yang pertama sistem ruang heater dan yang kedua sistem injeksi.
Pentingnya transformator dalam kehidupan sehari-hari adalah untuk
mengukur kadar tegangan listrik di rumah agar tidak berlebihan dalam
pemakaian, maka dilakukan praktikum ini yang dapat membantu untuk
memahamikonsep, jenis, dan manfaat transformator. Dalam mengamati
prinsip kerja transformator dibutuhkan aktivitas penentuan kumparan baik
primer maupun sekuder, kuat arus listrik, serta tegangan listrik. Oleh karena
itu dalam praktikum ini akan dilakukan percobaan fisika transformator.
B. Tujuan Praktikum
Adapun tujuan yang akan dicapai setelah melakukan praktikum adalah
1. Mahasiswa memahami konsep, jenis, dan manfaat transformator
2. mahasiswa memahami prinsip kerja transformator
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

A. Syarat-syarat Transmisi Energi


Ketika sebuah rangkaian AC hanya memiliki beban resistif, faktor daya
dalam Persamaan Prata-rata = EmsIrms cos Ф adalah cos 0° = 1 dan ggl rms yang
digunakan Erms sama dengan tegangan rms Vrms pada beban. Dengan
demikian, dengan arus rms Irms dalam beban, energi dipasok dan disipasi pada
laju rata-rata (Halliday, 2010).
Prata-rata = EI = IV
Para insinyur dan ilmuwan menganggap bahwa semua arus dan tegangan
bervariasi waktu ditulis sebagai nilai rms yaitu yang tertulis dalam alat
pengukur. Dalam sistem distribusi daya listrik, sangat diinginkan untuk faktor
keselamatan dan untuk desain alat yang efisien, memiliki tegangan yang
relatif rendah pada bagian akhir pembangkit (pembangkit listrik) dan bagian
akhir penerimaan (rumah atau pabrik). Tidak ada yang menginginkan
pemanggang listrik atau kereta listrik mainan bekerja pada, katakanlah 10 kV.
Di sisi lain, dalam transmisi energi listrik dari pembangkit listrik sampai ke
konsumen kita menginginkan arus praktis yang paling rendah (oleh sebab itu
tegangan praktis yang paling tinggi) untuk meminimalkan rugi-rugi I2R
(sering disebut sebagai rugi-rugi ohm) dalam jalur transmisi (Halliday, 2010).

B. Transformator Ideal
Aturan transmisi mengarah ke ketidakcocokan mendasar antara syarat
untuk transmisi tegangan tinggi yang efisien dan kebutuhan pembangkit dan
kosumsi tegangan rendah yang aman. Kita membutuhkan alat yang dapat kita
gunakan untuk menaikkan (untuk transmisi) dan untuk menurunkan (untuk
penggunaan) tegangan AC dalam rangkaian, dengan menjaga hasil kali arus x
tegangan relatif konstan. Transformator adalah alat untuk itu. Transformator
tidak memiliki bagian yang bergerak, bekerja dengan hukum Faraday tentang
induksi, dan tidak memiliki padanan arus searah yang sederhana.
Transformator ideal terdiri dari dua kumparan dengan jumlah lilitan yang
berbeda, melilit disekitar inti besi. (Kumparan terisolasi dari inti) dalam
penggunaannya, lilitan primer sebanyak Np lilitan, dihubungkan ke generator
arus bolak-balik dengan ggl E pada tiap waktu t diberikan oleh

E= Em sin ωt
Lilitan sekunder sebanyak Ns lilitan, dihubungkan ke resistansi beban R,
tetapi rangkaianya adalah rangkaian terbuka ketika sakelar S terbuka (yang
kita asumsikan saat ini). Dengan demikian, tidak ada arus yang melalui
kumparan sekunder. Kita asumsikan juga untuk transformator ideal bahwa
resistansi pada lilitan primer dan sekunder dapat diabaikan. Transformator
kapasitas tinggi berdesain balik dapat memiliki rugi energi serendah 1%, jadi
asumsi kita masuk akal. Untuk kondisi-kondisi yang diasumsikan, lilitan
primer (atau primer) adalah induktansi murni. Dengan demikian, arus primer
(sangat kecil) yang juga disebut arus magnetisasi Imag, tertinggal dari
tegangan primer sebesar 90°, faktor daya primer (=cos Ф dalam persamaan
Prata-rata = ErmsIrms cos Ф) bernilai nol, jadi tidak ada daya yang dihantarkan dari
generator ke transformator (Halliday, 2010).
Namun demikian, arus primer kecil yang berubah secara sinusoidal ФB di
dalam inti besi. Inti berperan untuk memperkuat fluks dan membawanya ke
lilitan sekunder (atau sekunder). Karena ФB berubah-ubah, fluks ini
menghasilkan ggl Eturn (= DфBIdt) pada tiap lilitan sekunder. Faktanya, ggl
per lilitan Eturn ini bernilai sama pada primer lilitan Np dengan kata lain, VP =
Eturn NP. Demikian pula, pada sekunder tegangan adalah VS = Eturn Ns. Dengan
demikian, kita dapat menulis
𝑉𝑝 𝑉𝑠
Eturn = 𝑁𝑝 = 𝑁𝑠 ,
atau
𝑁𝑠
Vs = Vp 𝑁𝑝 (transformasi tegangan)

Menurut Halliday (2010), jika Ns > Np , transformator disebut


transformator step-up karena menaikkan tegangan primer ke tegangan yang
lebih tinggi Vs, Demikian pula jika Ns < Np disebut transformator step-down.
Beberapa hal yang terjadi ketika kita menutup sakelar S :
1. Arus bolak-balik Is muncul pada rangkaian sekunder, dengan laju disipasi
I2SR (= V2S/R) pada beban resistif.
2. Arus ini menghasilkan fluks magnetiknya sendiri di dalam inti besi, dan
fluks ini menginduksi (dari hukum Faraday dan hukum Lenz) ggl
lawannya di lilitan primer.
3. Namun demikian, tegangan Vp pada primer, tidak dapat berubah akibat ggl
yang berlawanan karena harus selalu sama dengan ggl E yang disediakan
oleh generator, dengan menutup sakelar S tidak akan mengubah hal ini.
4. Untuk mempertahankan Vp, generator sekarang menghasilkan (selain Imag)
arus bolak-balik Ip dalam rangkaian primer, magnitudo dan konstanta fase
dari Ip seperti yang dibutuhkan agar ggl terinduksi oleh Ip dalam primer
tepat saling meniadakan ggl terinduksi oleh IS disana. Karena konstanta
fase Ip tidak 90° seperti pada Imag, arus ini dapat mentransfer energi ke
primer.
Tingkat transfer energi dari generator ke primer sama dengan IpVP. Laju
di mana primer kemudian mentransfer energi ke sekunder (via medan magnet
bolak-balik yang menghubungkan kedua kumparan) adalah IsVS. Karena kita
asumsikan bahwa tidak ada energi yang hilang, konservasi energi
mensyaratkan bahwa,
IpVP = ISVS
𝑁𝑠
Dengan mensubstitusi Vs dari persamaan Vs = Vp 𝑁𝑝, kita peroleh
𝑁𝑝
Is = Ip (transformasi arus)
𝑁𝑠

Persamaan ini menyatakan bahwa arus Is dalam sekunder bisa berbeda


dengan arus Ip dalam primer, bergantung pada rasio lilitan Np/Ns. Arus Ip
muncul dalam rangkaian primer karena beban resistif R dalam rangkaian
sekunder. Untuk mencari Ip, kita substitusi Is = Vs/R ke dalam persamaan Is =
𝑁𝑝 𝑁𝑠
Ip 𝑑𝑎𝑛 kita substitusi Vs dari persamaan Vs = Vp 𝑁𝑝. Kita peroleh
𝑁𝑠
1 𝑁𝑠
Ip = 𝑅 (𝑁𝑝)2 R

Req ini adalah nilai dari beban resistansi seperti “terlihat” oleh generator,
generator menghasilkan arus Ip dan tegangan Vp seolah-olah generator
dihubungkan dengan resistansi Req. Ada fungsi transformator yang lainnya.
Untuk transfer energi maksimum dari alat ggl ke beban resistif, resistansi dari
alat ggl harus sama dengan resistansi beban. Transfromator (diasumsikan
ideal) adalah inti besi yang dililit dengan kumparan primer sebanyak Np
lilitan dan kumparan sekunder Ns lilitan (Halliday, 2010).

C. Daya Hilang pada Transformator


Pemindahan daya dalam suatu transformator dapat berlangsung dengan
efisiensi yang tinggi. Efisiensi pada transformator didefinisikan sebagai
𝑑𝑎𝑦𝑎 𝑘𝑒𝑙𝑢𝑎𝑟𝑎𝑛 𝑑𝑎𝑦𝑎 𝑚𝑎𝑠𝑢𝑘𝑎𝑛−𝑑𝑎𝑦𝑎 ℎ𝑖𝑙𝑎𝑛𝑔
efisiensi = daya guna = = . Efisiensi
𝑑𝑎𝑦𝑎 𝑚𝑎𝑠𝑢𝑘𝑎𝑛 𝑑𝑎𝑦𝑎 𝑚𝑎𝑠𝑢𝑘𝑎𝑛

sebesar 98% tidak susah dicapai pada transformator besar. Daya hilang total
sebesar 2% dari daya masukan ini, terdiri dari daya hilang pada inti
transformator (30% dari daya hilang total) dan daya hilang pada kawat lilitan
(70% dari daya hilang total), yaitu sebagai daya hilang I2R. Walaupun daya
hilang inti transformator ini cukup kecil, yaitu sekitar 1% dari daya masukan,
untuk daya yang besar akan banyak artinya. Pada tahun 1965 penggunaan
energi listrik di Amerika Serikat adalah 1012 kwh, dan diperkirakan daya
hilang pada inti transformator seharga $ 300.000.000,-. Tak heran orang
berusaha memperkecil daya hilang pada inti transformator. Daya hilang pada
inti transformator ada dua macam, yaitu : daya hilang hysteresis, dan daya
hilang oleh arus pusar. Daya hilang histeresis disebabkan oleh karena arus
sinusoidal, hingga dalam kurva B (H), medan H berubah dalam siklus.
Karena inti bersifat feromagnetik, rapat fluk B akan berubah sesuai dengan
kurva histeresis. Daya hilang oleh arus pusar terjadi karena inti bersifat
konduktor, dengan suatu hambatan. Arus pusar yang terjadi mengakibatkan
daya hilang Joule, yaitu I2R pada inti transformator (Sutrisno, 1979).
Kita sering mengubah tegangan listrik AC dari satu harga ke harga yang
lain. Sebagai contoh, tegangan untuk radio transistor atau kalkulator adalah
sekitar 6V-12V DC dan ini memerlukan tegangan AC sebesar itu pula. Akan
tetapi tegangan jala-jala PLN adalah 110 V atau 220 V AC. Untuk merubah
tegangan AC ini dapat digunakan transformator. Tegangan PLN 110 V AC
juga sudah diturunkan dari harga tegangan tinggi sekitar 20.000 V AC.
Transmisi daya listrik dari pembangkit listrik ke kota-kota dilakukan dengan
tegangan tinggi, agar daya tinggi dapat dikirimkan dengan arus yang rendah.
Tegangan tinggi ini diturunkan menjadi 110 V atau 220 V dalam gardu
transformator. Tegangan masukan dipasang pada kumparan (1) yang disebut
kumparan primer. Tegangan keluaran diambil pada kumparan (2) yang
disebut kumparan sekunder. Bila inti transformator dibuat dari bahan magnet
dengan permeabilitas yang tinggi, sebagian besar fluks akan terkumpul pada
inti transformator. Akibtanya fluks yang masuk pada kumparan sekunder
sama dengan fluks pada kumparan primer. Bila pada kumparan sekunder ada
N2 lilitan, gaya gerak listrik imbas 𝜀 2 pada kumparan sekunder adalah
𝑑Ф
𝜀 2 = - N2 𝑑𝑡

Jika n > 1 tegangan sekunder lebih besar daripada tegangan primer.


Transformator semacam ini disebut transformator step-up. Jika n < 1
tegangan sekunder lebih kecil daripada tegangan primer, dan kita mempunyai
transformator step-down (Sutrisno, 1979).
Transformator adalah peralatan yang digunakan untuk menaikkan atau
menurunkan tegangan dalam suatu rangkaian arus bolak-balik. Transformator
terdiri dari kumparan primer dan sekunder yang digulung pada inti besi yang
sama. Suatu arus bolak-balik dalam satu kumparan menghasilkan fluks
magnet yang terus berubah melalui intinya. Perubahan fluks ini menginduksi
ggl bolak-balik dalam kumparan yang lain. Efisiensi transformator biasanya
sangat tinggi. Jadi, kita seringkali dapat mengabaikan kehilangan daya dan
menulis daya dalam primer = daya dalam sekunder
V1I1 = V2I2
Rasio tegangan sama dengan rasio jumlah putaran pada dua kumparan
tersebut, rasio arus berbanding terbalik dengan jumlah putaran (Bueche,
2006).
𝑉1 𝑵𝟏 𝐼1 𝑁2
= 𝑵𝟐 atau 𝐼2 = 𝑁1
𝑉2
BAB III
METODOLOGI PRATIKUM

3.1 Waktu dan Tempat


Praktikum Fisika Dasar II tentang Transformator dilaksanakan pada hari
Sabtu, 25 April 2015 pada pukul 10.30-12.30 WIB di Laboratorium Fisika
Fakultas Tarbiyah dan Keguruan Universitas Islam Negeri (UIN) Raden
Fatah Palembang.

3.2 Alat
Alat yang dipergunakan dalam praktikum ini adalah
1. Multimeter berfungsi mengukur tegangan listrik, arus listrik, hambatan,
dan tahanan (resistansi)
2. Kumparan 1000 lilitan berfungsi untuk menyimpan energi listrik dan
menghambat arus AC
3. Kumparan 500 lilitan berfungsi untuk menyimpan energi listrik dan
menghambat arus AC
4. Kumparan 250 lilitan berfungsi untuk menyimpan energi listrik dan
menghambat arus AC
5. Resistor berfungsi untuk mengukur hambatan
6. Catu daya berfungsi sebagai tenaga listrik dan sumber daya listrik
7. Papan rangkaian berfungsi sebagai tempat melekatnya resistor,
jembatan penghubung, kumparan, dan inti besi
8. Kabel penghubung berfungsi untuk menghubungkan catu daya dengan
papan rangkaian
9. Jembatan penghubung berfungsi untuk menghubungkan aliran arus listrik
10. Inti besi berfungsi sebagai tempat melekatnya kumparan

3.3 Cara Kerja


1. Bacalah basmalah terlebih dahulu
2. Persiapkan semua peralatan yang dibutuhkan (konsultasi dengan dosen
pengasuh atau asisten)
3. Susun rangkaian
A

4. Berikan tegangan masukan pada kumparan primer 3 volt AC


5. Ukur beda potensial pada ujung-ujung resistor dengan multimeter
6. Ukur kuat arus yang mengalir pada kumparan primer dan kumparan
sekunder
7. Ulangi langkah-langkah ditas untuk tegangan masukan 6, 9, dan 12 volt
AC
8. Tukar posisi kumparan primer dan kumparan sekundernya, kemudian
lakukan lamgkah-langkah seperti diatas
Tabel hasil pengamatan
Vp Np Ns Vs Ip (A) Is η
(volt)
3
6
9
12
9. Ucapkan hamdalah
BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN

A. Hasil
Tabel 1. Kumparan Np = 250, Ns = 1000
Vp (volt) Np Ns Vs (volt) Ip (A) Is (A) 𝜂 (%)
3 250 1000 4.2 3 2 93.3
6 250 1000 10 6.2 21 564.5
9 250 1000 16 10 31 551.1
12 250 1000 21 12.5 39 546
∑𝜂= 1754.9

𝑉𝑠. 𝐼𝑠 4.2𝑥2
𝜂= 𝑥100% = 𝑥100% = 93.3%
𝑉𝑝. 𝐼𝑝 3𝑥3

𝑉𝑠. 𝐼𝑠 10𝑥21
𝜂= 𝑥100% = 𝑥100% = 564.5 %
𝑉𝑝. 𝐼𝑝 6𝑥6.2

𝑉𝑠. 𝐼𝑠 16𝑥31
𝜂= 𝑥100% = 𝑥100% = 551.1 %
𝑉𝑝. 𝐼𝑝 9𝑥10

𝑉𝑠. 𝐼𝑠 21𝑥39
𝜂= 𝑥100% = 𝑥100% = 546 %
𝑉𝑝. 𝐼𝑝 12𝑥12.5

∑η 1754.9
∑η̅ = n
=
4
= 438.7 %
Tabel 2. Kumparan Np = 1000, Ns = 250
Vp (volt) Np Ns Vs (volt) Ip (A) Is (A) η (%)
3 1000 250 0.2 3.3 0,6 1.2
6 1000 250 1 6.2 1 2.6
9 1000 250 1.8 9 1.8 4
12 1000 250 2,4 14 2.6 3.7
∑ η= 11.5

𝑉𝑠. 𝐼𝑠 0.2𝑥0.6
𝜂= 𝑥100% = 𝑥100% = 1.2 %
𝑉𝑝. 𝐼𝑝 3𝑥3.2

𝑉𝑠. 𝐼𝑠 1𝑥1
𝜂= 𝑥100% = 𝑥100% = 2.6 %
𝑉𝑝. 𝐼𝑝 6𝑥6.2

𝑉𝑠. 𝐼𝑠 1.8𝑥1.8
𝜂= 𝑥100% = 𝑥100% = 4 %
𝑉𝑝. 𝐼𝑝 9𝑥9

𝑉𝑠. 𝐼𝑠 2.4𝑥2.6
𝜂= 𝑥100% = 𝑥100% = 3.7 %
𝑉𝑝. 𝐼𝑝 12𝑥14

∑η 11.5
∑η̅ = = = 2.8 %
n 4

Tabel 3. Kumparan Np = 500, Ns = 1000


Vp (volt) Np Ns Vs (volt) Ip (A) Is (A) 𝜂 (%)
3 500 1000 2.8 3 5.2 161.7
6 500 1000 5.8 6.2 11 171.5
9 500 1000 8 9 15 148.1
12 500 1000 12 13 17 130.7
∑η= 612

𝑉𝑠. 𝐼𝑠 2.8𝑥5.2
𝜂= 𝑥100% = 𝑥100% = 161.7 %
𝑉𝑝. 𝐼𝑝 3𝑥3
𝑉𝑠. 𝐼𝑠 5.8𝑥11
𝜂= 𝑥100% = 𝑥100% = 171.5 %
𝑉𝑝. 𝐼𝑝 6𝑥6.2

𝑉𝑠. 𝐼𝑠 8𝑥15
𝜂= 𝑥100% = 𝑥100% = 148.1 %
𝑉𝑝. 𝐼𝑝 9𝑥9

𝑉𝑠. 𝐼𝑠 12𝑥17
𝜂= 𝑥100% = 𝑥100% = 130.7 %
𝑉𝑝. 𝐼𝑝 12𝑥13

∑η 612
∑η̅ = n
=
4
= 153 %

Tabel 4. Kumparan Np = 1000, Ns = 500


Vp (volt) Np Ns Vs (volt) Ip (A) Is (A) 𝜂 (%)
3 1000 500 0.8 3.2 1 8.3
6 1000 500 2.2 6.2 2.6 15.3
9 1000 500 3.4 9 4.2 17.6
12 1000 500 4.4 13 6.6 19.4
∑η= 60.6

𝑉𝑠. 𝐼𝑠 0.8𝑥1
𝜂= 𝑥100% = 𝑥100% = 8.3 %
𝑉𝑝. 𝐼𝑝 3𝑥3.2

𝑉𝑠. 𝐼𝑠 2.2𝑥2.6
𝜂= 𝑥100% = 𝑥100% = 15.3 %
𝑉𝑝. 𝐼𝑝 6𝑥6.2

𝑉𝑠. 𝐼𝑠 3.4𝑥4.2
𝜂= 𝑥100% = 𝑥100% = 17.6%
𝑉𝑝. 𝐼𝑝 9𝑥9

𝑉𝑠. 𝐼𝑠 4.6𝑥6.6
𝜂= 𝑥100% = 𝑥100% = 19.4 %
𝑉𝑝. 𝐼𝑝 12𝑥13
∑η 60.6
∑η̅ = = = 15.1 %
n 4

Berdasarkan teori maka harga Vs


Untuk Np = 250, Ns = 1000
𝑉𝑝.𝑁𝑠 3𝑥1000
4. 𝑉𝑠 = = = 12 𝑉𝑜𝑙𝑡
𝑁𝑝 250
𝑉𝑝.𝑁𝑠 6𝑥1000
5. 𝑉𝑠 = = = 24 𝑉𝑜𝑙𝑡
𝑁𝑝 250
𝑉𝑝.𝑁𝑠 9𝑥1000
6. 𝑉𝑠 = = = 36 𝑉𝑜𝑙𝑡
𝑁𝑝 250
𝑉𝑝.𝑁𝑠 12𝑥1000
7. 𝑉𝑠 = = = 48 𝑉𝑜𝑙𝑡
𝑁𝑝 250

Untuk Np = 1000, Ns = 250


𝑉𝑝.𝑁𝑠 3𝑥250
1. 𝑉𝑠 = = = 0.75 𝑉𝑜𝑙𝑡
𝑁𝑝 1000
𝑉𝑝.𝑁𝑠 6𝑥250
2. 𝑉𝑠 = = = 1.5 𝑉𝑜𝑙𝑡
𝑁𝑝 1000
𝑉𝑝.𝑁𝑠 9𝑥250
3. 𝑉𝑠 = = = 2.25 𝑉𝑜𝑙𝑡
𝑁𝑝 1000
𝑉𝑝.𝑁𝑠 12𝑥250
4. 𝑉𝑠 = = = 3 𝑉𝑜𝑙𝑡
𝑁𝑝 1000

Untuk Np = 500, Ns = 1000


𝑉𝑝.𝑁𝑠 3𝑥1000
1. 𝑉𝑠 = = = 6 𝑉𝑜𝑙𝑡
𝑁𝑝 500
𝑉𝑝.𝑁𝑠 6𝑥1000
2. 𝑉𝑠 = = = 12 𝑉𝑜𝑙𝑡
𝑁𝑝 500
𝑉𝑝.𝑁𝑠 9𝑥1000
3. 𝑉𝑠 = = = 18 𝑉𝑜𝑙𝑡
𝑁𝑝 500
𝑉𝑝.𝑁𝑠 12𝑥1000
4. 𝑉𝑠 = = = 24 𝑉𝑜𝑙𝑡
𝑁𝑝 500

Untuk Np = 1000, Ns = 500


𝑉𝑝.𝑁𝑠 3𝑥500
1. 𝑉𝑠 = = = 1.5 𝑉𝑜𝑙𝑡
𝑁𝑝 1000
𝑉𝑝.𝑁𝑠 6𝑥500
2. 𝑉𝑠 = = = 12 𝑉𝑜𝑙𝑡
𝑁𝑝 1000
𝑉𝑝.𝑁𝑠 9𝑥500
3. 𝑉𝑠 = = = 4.5 𝑉𝑜𝑙𝑡
𝑁𝑝 1000
𝑉𝑝.𝑁𝑠 12𝑥500
4. 𝑉𝑠 = = = 6 𝑉𝑜𝑙𝑡
𝑁𝑝 1000

Berdasarkan teori maka harga Is


Untuk Np = 250, Ns = 1000
𝐼𝑝.𝑁𝑝 3𝑥250
1. 𝐼𝑠 = = = 0.75 𝑉𝑜𝑙𝑡
𝑁𝑠 1000
𝐼𝑝.𝑁𝑝 6.2𝑥250
2. 𝐼𝑠 = = = 1.55 𝑉𝑜𝑙𝑡
𝑁𝑠 1000
𝐼𝑝.𝑁𝑝 10𝑥250
3. 𝐼𝑠 = = = 2.5 𝑉𝑜𝑙𝑡
𝑁𝑠 1000
𝐼𝑝.𝑁𝑝 12.5𝑥250
4. 𝐼𝑠 = = = 3.125 𝑉𝑜𝑙𝑡
𝑁𝑠 1000

Untuk Np = 1000, Ns = 250


𝐼𝑝.𝑁𝑝 3.2𝑥1000
1. 𝐼𝑠 = = = 12.8 𝑉𝑜𝑙𝑡
𝑁𝑠 250
𝐼𝑝.𝑁𝑝 6.2𝑥1000
2. 𝐼𝑠 = = = 26.4 𝑉𝑜𝑙𝑡
𝑁𝑠 250
𝐼𝑝.𝑁𝑝 9𝑥1000
3. 𝐼𝑠 = = = 36 𝑉𝑜𝑙𝑡
𝑁𝑠 250
𝐼𝑝.𝑁𝑝 14𝑥1000
4. 𝐼𝑠 = = = 56 𝑉𝑜𝑙𝑡
𝑁𝑠 250

Untuk Np = 500, Ns = 1000


𝐼𝑝.𝑁𝑝 3𝑥500
1. 𝐼𝑠 = = = 1.5 𝑉𝑜𝑙𝑡
𝑁𝑠 1000
𝐼𝑝.𝑁𝑝 6.2𝑥500
2. 𝐼𝑠 = = = 3.1 𝑉𝑜𝑙𝑡
𝑁𝑠 1000
𝐼𝑝.𝑁𝑝 9𝑥500
3. 𝐼𝑠 = = = 4.5 𝑉𝑜𝑙𝑡
𝑁𝑠 1000
𝐼𝑝.𝑁𝑝 13𝑥500
4. 𝐼𝑠 = = = 6.5 𝑉𝑜𝑙𝑡
𝑁𝑠 1000

Untuk Np = 1000, Ns = 500


𝐼𝑝.𝑁𝑝 3.2𝑥1000
1. 𝐼𝑠 = = = 6.4 𝑉𝑜𝑙𝑡
𝑁𝑠 500
𝐼𝑝.𝑁𝑝 6.2𝑥1000
2. 𝐼𝑠 = = = 12.4 𝑉𝑜𝑙𝑡
𝑁𝑠 500
𝐼𝑝.𝑁𝑝 9𝑥1000
3. 𝐼𝑠 = = = 18 𝑉𝑜𝑙𝑡
𝑁𝑠 500
𝐼𝑝.𝑁𝑝 13𝑥1000
4. 𝐼𝑠 = = = 16 𝑉𝑜𝑙𝑡
𝑁𝑠 500
B. Pembahasan
Pada praktikum ini kita menentukan banyak lilitan pada kumparan primer
(Np), banyak lilitan pada kumparan sekunder (Ns), tegangan sekunder (Vs),
tegangan primer (Vp), arus sekunder (Is), arus primer (Ip), dan efisiensi
transformator (𝜂). Antara hasil praktikum dan teori berbeda satu sama lain.
𝑠𝑘𝑎𝑙𝑎 𝑦𝑎𝑛𝑔 𝑑𝑖𝑡𝑢𝑛𝑗𝑢𝑘−1
Dengan rumus mencari Vs, Ip, dan Is = x batas waktu
𝑠𝑘𝑎𝑙𝑎 𝑚𝑎𝑘𝑠𝑖𝑚𝑢𝑚
𝑉𝑠.𝐼𝑠
dan 𝜂 = 𝑉𝑝.𝐼𝑝 𝑥100%

Pada tabel 1. banyak lilitan pada kumparan primer 250 volt, banyak
lilitan pada kumparan sekunder 1000 volt, tegangan sekunder 4.2 volt,
tegangan primer 3 volt, arus sekunder 2 A, arus primer 3 A, dan efisiensi
transformator ( 𝜂 ) 8.4 %. Banyak lilitan pada kumparan primer 250 volt,
banyak lilitan pada kumparan sekunder 1000 volt, tegangan sekunder 4.2 volt,
tegangan primer 6 volt, arus sekunder 21 A, arus primer 6.2 A, dan efisiensi
transformator (𝜂) 2170 %. Hasil ini termasuk ke dalam transformator step up
dimana Np = 250 lebih kecil dari pada Ns = 1000, dan Vs = 4.2 volt lebih
besar daripada Vp =3 volt.
Dari tabel 2 hasil penelitian diatas diketahui bahwa banyak lilitan pada
kumparan primer 1000 volt, banyak lilitan pada kumparan sekunder 250 volt,
tegangan sekunder 0.2 volt, tegangan primer 3 volt, arus sekunder 0.6 A, arus
primer 3.2 A, dan efisiensi transformator (𝜂) 12.8 %. Banyak lilitan pada
kumparan primer 1000 volt, banyak lilitan pada kumparan sekunder 250 volt,
tegangan sekunder 1 volt, tegangan primer 6 volt, arus sekunder 1 A, arus
primer 6.2 A, dan efisiensi transformator (𝜂 ) 103.3 %. Hasil tabel 2 ini
termasuk ke dalam transformator step down dimana jumlah lilitan pada
kumparan primer lebih besar daripada jumlah lilitan pada kumparan
sekunder. Dan tegangan sekunder lebih kecil daripada tegangan primer. Np
=1000 >Ns = 250, dan Vs = 0.2 volt < Vp = 3 volt.
Dari tabel 3 hasil penelitian diatas diketahui banyak lilitan pada
kumparan primer 500 volt, banyak lilitan pada kumparan sekunder 1000 volt,
tegangan sekunder 2.8 volt, tegangan primer 3 volt, arus sekunder 5.2 A, arus
primer 3 A, dan efisiensi transformator (𝜂) 1.456 %. Banyak lilitan pada
kumparan primer 500 volt, banyak lilitan pada kumparan sekunder 1000 volt,
tegangan sekunder 5.8 volt, tegangan primer 6 volt, arus sekunder 11 A, arus
primer 6.2 A, dan efisiensi transformator ( 𝜂 ) 6.592 %. Hasil tabel 3 ini
seharusnya termasuk ke dalam transformator step up dimana jumlah lilitan
pada kumparan primer lebih kecil daripada jumlah lilitan pada kumparan
sekunder. Dan tegangan sekunder lebih besar daripada tegangan primer.
Tetapi terjadi kesalahan saat praktikum yaitu saat mata melihat alat praktikum
dan tidak sesuai dengan konsep transformator. Sehingga Np = 500 > Ns =
1000, Vs = 2.8 volt < Vp =3 volt, dan merupakan transformator step down.
Dari tabel 4 hasil penelitian diatas diketahui banyak lilitan pada
kumparan primer 1000 volt, banyak lilitan pada kumparan sekunder 500 volt,
tegangan sekunder 0.8 volt, tegangan primer 3 volt, arus sekunder 1 A, arus
primer 3.2 A, dan efisiensi transformator (𝜂) 85.3 %. Banyak lilitan pada
kumparan primer 1000 volt, banyak lilitan pada kumparan sekunder 500 volt,
tegangan sekunder 2.2 volt, tegangan primer 6 volt, arus sekunder 2.6 A, arus
primer 6.2 A, dan efisiensi transformator ( 𝜂 ) 591 %. Hasil tabel 4 ini
termasuk ke dalam transformator step down dimana jumlah lilitan pada
kumparan primer lebih besar daripada jumlah lilitan pada kumparan
sekunder. Dan tegangan sekunder lebih kecil daripada tegangan primer. Np
=1000 >Ns = 500, dan Vs = 0.8 volt < Vp = 3 volt.
Jika Np lebih kecil daripada Ns maka Vs lebih besar daripada Vp maka
termasuk kedalam transformator step up tetapi jika Jika Np lebih besar
daripada Ns maka Vs lebih kecil daripada Vp maka termasuk kedalam
transformator step down. Hasil penelitian di tabel 1 dan tabel 3 Np lebih kecil
daripada Ns maka termasuk ke dalam transformator step up, tetapi hasil tabel
3 tidak sesuai dengan teori transformator step up. Hal ini dikarenkan Vs lebih
kecil daripada Vp. Hasil penelitian di tabel 2 dan tabel 4 Np lebih besar
daripada Ns maka termasuk ke dalam transformator step down. Hasil Vs
lebih kecil daripada Vp. Hasil berdasarkan teori sesuai dengan konsep
transformator dan tidak terjadi penyimpangan.
Jika Ns > Np , transformator disebut transformator step-up karena
menaikkan tegangan primer ke tegangan yang lebih tinggi Vs, Demikian pula
jika Ns < Np disebut transformator step-down (Halliday, 2010).
Jika n > 1 tegangan sekunder lebih besar daripada tegangan primer.
Transformator semacam ini disebut transformator step-up. Jika n < 1
tegangan sekunder lebih kecil daripada tegangan primer, dan kita mempunyai
transformator step-down (Sutrisno, 1979).
BAB V

PENUTUP

5.1 Kesimpulan
Dari hasil percobaan yang telah dilakukan dapat disimpulkan, sebagai
berikut
1. Bahwa hasil penelitian berdasarkan praktikum terdapat beberapa ketidak
sesuaian dengan konsep transformator.
2. Berdasarkan perhitungan teori sesuai dengan konsep trasnformator.
3. Transformator step up adalah transformator yang berfungsi menaikkan
tegangan AC dan Np lebih kecil daripada Ns maka Vs lebih besar
daripada Vp.
4. Transformator step down adalah transformator yang berfungsi
menurunkan tegangan AC dan Np lebih besar daripada Ns maka Vs lebih
kecil daripada Vp.

5.2 Saran
1. Sebelum melakukan percobaan disarankan untuk memahami dahulu
konsep, jenis, dan manfaat transformator agar praktikum berjalan dengan
lancar dan mudah dipahami.
2. Lakukan pengukuran dengan teliti dan tepat agar mendapatkan hasil yang
maksimal.
Soal Evaluasi

1. Jelaskan prinsip kerja dari transformator?


2. Sebuah transformator dengan perbandingan jumlah lilitan primer dan
jumlah lilitan sekunder 4:3. Jika diberikan tegangan masukan 120 volt dan
kuat arus yang mengalir pada kumparan sekunder 2A, tentukan besar
efisiensi trasnformator tersebut?
Jawaban
1. Transformator bekerja berdasarkan prinsip induksi elektromagnetik
(hukum faraday). Transformator terdiri dari kumparan primer, kumparan
sekunder, dan inti besi. Kumparan primer adalah kumparan yang
dihubungkan dengan sumber tegangan. Sedangkan kumparan sekunder
adalah kumparan yang dihubungkan dengan hambatan atau beban.
Transformator yang digunakan untuk menaikkan tegangan AC adalah
transformator step up. Dan yang menurunkan tegangan AC adalah
transformator step down.

2. Dik: Np=4
Ns=3
Vp=Vs=120 volt
Is=2A
Dit: 𝜂?
Jawab:
𝐼𝑝. 𝑁𝑝
𝐼𝑠 =
𝑁𝑠
𝐼𝑝. 4
2=
3
2𝑥3
Ip = =1.5 volt
4
𝑉𝑠. 𝐼𝑠 120𝑥2
𝜂= 𝑥100% = 𝑥100% = 133.3 %
𝑉𝑝. 𝐼𝑝 120𝑥1.5

DAFTAR PUSTAKA

Bueche, Frederick J dan Hecht, Eugene. 2006. Fisika Universitas Edisi


Kesepuluh. Jakarta : Erlangga.

Sutrisno. 1979. Fisika Dasar: Listrik, Magnet dan Termofisika. Bandung : ITB.

Halliday, David dkk. 2010. Fisika Dasar Edisi Ketujuh. Jilid 2. Jakarta : Erlangga.
Lampiran

Gambar 1. Catu Daya Gambar 2. Papan Rangkaian


(Sumber: Doc. Sari, 2015) (Sumber: Doc. Sari, 2015)

Gambar 3. Inti besi dan kumparan Gambar 4. Jembatan Penghubung


(Sumber: Doc. Sari, 2015) (Sumber: Doc. Sari, 2015)

Gambar 5. Kabel Penghubung Gambar 6. Kumparan


(Sumber: Doc. Sari, 2015) (Sumber: Doc. Sari, 2015)
Gambar 7. Resistor
(Sumber: Doc. Sari, 2015)

Anda mungkin juga menyukai