Anda di halaman 1dari 10

PSA’ 16

LEMBAR KERJA MAHASISWA


PLANKTON

OLEH

1. REFIDA KHOIRUN HIDAYATI (16030654011)


2. ISMAWATI (16030654014)
3. PUTRI AINUR ROHMAH (16030654065)
4. GANDHA TIRTA BAGUS R. (16030654069)

UNIVERSITAS NEGERI SURABAYA


FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
JURUSAN ILMU PENGETAHUAN
2018
A. Judul
Plankton
B. Pertanyaan Penelitian
1. Bagaimana mengidentifikasi jenis-jenis plankton yang terdapat di
perairan sungai belakang Unesa?
2. Bagaimana menghitung indeks keanekaragaman plankton di perairan
sungai belakang Unesa?
3. Bagaimana menghitung indeks keseragaman plankton di perairan
sungai belakang Unesa?
4. Bagaimana menghitung indeks dominasi plankton di perairan sungai
belakang Unesa?
C. Tujuan
1. Untuk mengidentifikasi jenis-jenis plankton yang terdapat di perairan
sungai belakang Unesa
2. Untuk menghitung indeks keanekaragaman plankton di perairan sungai
belakang Unesa
3. Untuk menghitung indeks keseragaman plankton di perairan sungai
belakang Unesa
4. Untuk menghitung indeks dominasi plankton di perairan sungai
belakang Unesa

D. Dasar Teori
A. Plankton
Plankton merupakan kumpulan dari organisme pelagis yang sangat
mudah hanyut oleh gerakan massa air. Plankton berbeda dengan nekton
(ikan) yang juga merupakan organisme pelagis yang dapat berenang
cukup kuat sehingga dapat melawan gerakan massa air. Plankton juga
memiliki perbedaan dengan bentos yang terdiri dari organisme yang hidup
di dasar perairan (Stewart, 1986). Dalam klasifikasinya, organisme
plankton dapat dibedakan berdasakan:
1. Berdasarkan Fungsi plankton digolongkan menjadi empat golongan
utama, yaitu:
a. Fitoplankton
Fitoplankton atau plankton nabati adalah tumbuhan yang
hidupnya mengapung atau melayang di perairan. Ukurannya sangat
kecil sehingga tidak dapat dilihat oleh mata telanjang. Umumnya
fitoplankton berukuran 2 µm – 200 µm (1 µm = 0,001 mm).
Fitoplankton umumnya berupa individu bersel tunggal (Anonim1,
2010). Fitoplankton mempunyai fungsi penting di perairan karena
bersifat autotrofik, yakni dapat menghasilkan sendiri bahan organik
makanannya. Selain itu, fitoplankton juga mampu melakukan
proses fotosintesis untuk menghasilkan bahan organik karena
mengandung klorofil dan karena kemampuannya ini fitoplankton
disebut sebagai primer producer (Stewart, 1986).
b. Zooplankton
Zooplankton atau plankton hewani adalah hewan yang hidupnya
mengapung atau melayang dalam perairan. Kemampuan
berenangnya sangat terbatas hingga keberadaannya sangat
ditentukan kemana arus membawanya. Zooplankton bersifat
heterotrofik, artinya tidak dapat memproduksi sendiri bahan
organik dari bahan anorganik. Jadi zooplankton lebih berperan
sebagai konsumen (consumer) bahan organik (D. B, Mukayat,
1994). Zooplankton ada pula yang dapat melakukan migrasi
vertikal harian dari lapisan dalam ke permukaan. Hampir semua
hewan yang mampu berenang bebas (nekton) atau yang hidup di
dasar laut (bentos) menjalani awal kehidupannya sebagai
zooplankton yaitu ketika masih berupa telur dan larva (D. B,
Mukayat, 1994).
c. Bakterioplankton
Bakterioplankton merupakan bakteri yang hidup sebagai
plankton. Bakterioplankton mempunyai ciri yang khas, ukurannya
sangat halus (umumnya < 1 µm), tidak mempunyai inti sel dan
umumnya tidak mempunyai klorofil yang dapat berfotosintesis
(Dianthani, 2003). Fungsi utamanya dalam ekosistem laut adalah
sebagai pengurai (decomposer). Semua biota laut yang mati akan
diuraikan oleh bakteri sehingga akan menghasilkan hara seperti
fosfat, nitrat, silikat, dan sebagainya. Hara ini kemudian akan
didaurulangkan dan dimanfaatkan lagi oleh fitoplankton dalam
proses fotosintesis (Dianthani, 2003).
d. Virioplankton
Virioplankton adalah virus yang hidup sebagai plankton.
Virus ini ukurannya sangat kecil (kurang dari 0,2 μm) dan
menjadikan biota lainnya, terutama bakterioplankton dan
fitoplankton, sebagai inang (host). Tanpa inangnya virus ini tak
menunjukkan kegiatan hayati. Virioplankton dapat memecahkan
dan mematikan sel-sel inangnya (Dianthani, 2003).
2. Berdasarkan daur hidupnya plankton dibagi menjadi :
a. Holoplankton
Dalam kelompok ini termasuk plankton yang seluruh daur
hidupnya dijalani sebagai plankton, mulai dari telur, larva, hingga
dewasa. Kebanyakan zooplankton termasuk dalam golongan ini.
Contohnya : kokepod, amfipod, salpa, kaetognat. Fitoplankton
termasuk juga umumnya adalah holoplankton (Anonim1, 2010).
b. Meroplankton
Plankton dari golongan ini berperan sebagai plankton hanya
pada tahap awal dari daur hidup biota tersebut, yaitu pada tahap
sebagai telur dan larva saja. Beranjak dewasa ia akan berubah
menjadi nekton, yaitu hewan yang dapat aktif berenang bebas,
atau sebagai bentos yang hidup menetap atau melekat di dasar
laut. Oleh sebab itu, meroplankton disebut sebagai plankton
sementara (Anonim1, 2010). Meroplankton ini sangat banyak
ragamnya dan umumnya mempunyai bentuk yang sangat berbeda
dari bentuk dewasanya. Larva crustacea seperti udang dan
kepiting mempunyai perkembangan larva yang bertingkat-tingkat
dengan bentuk yang sedikitpun tidak menunjukkan persamaan
dengan bentuk yang dewasa (Anonim1, 2010).
c. Tikoplankton
Tikoplankton sebenarnya bukan plankton yang sejati karena
biota ini dalam keadaan normalnya hidup di dasar laut sebagai
bentos. Namun karena gerak air menyebabkan ia terlepas dari
dasar dan terbawa arus mengembara sementara sebagai plankton
(Anonim1, 2010).
B. Perhitungan Jumlah Plankton
Analisa data untuk magnifikasi rendah melalui proses sebagai
berikut:
1. Mengisi Sedgwick-Rafter (S-R)
Letakkan deg-glass secara diagonal melintang dari S-R dan
masukkan sampel dengan pipet. Hal ini untuk menghindari adanya
gelembung. Dek-glass diputar berlhan hingga S-R penuh dengan air
sampel. Pengisian air sampel tidak boleh melebihi 1 mm karena dapat
menyebabkan perhitungan yang tidak tepat.
2. Menghitung Alur (Strip)
Alur dari S-R merupakan susunan volume air sampel dengan
panjang 50 mm, tinggi 1 mm, dan lebar 2 mm. Jumlah dari alur yang
dihitung adalah ketelitian dan nilai perhitungan organisme per alur.
Adapun perhitungan plankton pada S-R sebagai berikut:
Jumlah Organisme / ml = C x 1000 mm3
L x Dx W x S
Dimana:
C = Jumlah organisme yang ditemukan
L = Panjang alur (S-R) mm
D = Tinggi alur (S-R) mm
W = Lebar alur (S-R) mm
S = Jumlah alur yang dihitung

Untuk menghitung kelimpahan plankton, maka digunakan rumus


Michel (1994) sebagai petunjuk pengolahan data.
n = (a x 1000 ) x c plankton / liter
l
Dimana:
n = Kelimpahan plankton (jumlah plankton/L)
a = Jumlah rata-rata plankton dalam 1 mL
c = mL plankton pekat volume air tersaring
l = Volume sampel air tersaring

3. Perhitungan Indeks Keragaman


Untuk menghitung keanekaragaman, maka digunakan Shannon
Indeks diversity sebagai petunjuk pengolahan data.
H’ = -  ( ni ) ln ( ni )
N N
Dimana:
S = Jumlah seluruh spesies
ni = Jumlah individu/spesies
N = Jumlah Individu keseluruhan
Untuk menghitung keseragaman, digunakan Evennes
Indeks sebagai petunjuk pengolahan data.
Dimana:
S = Jumlah seluruh spesies
H max = Keanekaragaman maksimum
E = Indeks keseragaman
E. Alat dan Bahan
a. Alat
- Jaring plankton nomor 25 1 buah
- Timbang plastic volume 30 liter 1 buah
- Botol plankton kecil volume 15 ml 1 buah
- Pipet tetes 1 buah
- Sedwick rafther 1 buah
- Mikroskop 1 buah
- Gelas benda 1 buah
- Gelas kaca 1 buah
- Buku identifikasi plankton 1 buah
b. Bahan
- Sampel air

F. Prosedur
a. Menentukan lokasi perairan yang akan diambil sampel airnya.
b. Menyiapkan jaring plankton.
c. Mengisi timba plastik volume 30 liter dengan air sampai penuh.
Menuang air yang ada di dalam timba plastik pada jaring plankton.
Mengulangi sampai 5 timba penuh 150 liter.
d. Menyaring sampel air tersebut dengan jaring plankton.
e. Menuangkan air hasil saringan tersebut ke dalam botol plankton.
f. Menetesi dengan larutan formalin 5 % sekitar 1 tetes dan menutupnya.
Menyiapkan uji untuk identifikasi plankton.
g. Selanjutnya sampai di laboratorium, mengidentifikasi plankton dengan
cara menuang sampel air dalam botol ke dalam sedwick rafther
volume 1 ml. Menutup dengan kaca benda dan meletakkan pada meja
benda mikroskop, mengamati dengan mikroskop, melakukan
pengamatan sebanyak 5 kali. Kemudian hasil plankton dikalikan 3
karena volume botol plankton 15 ml. mengidentifikasi plankton
sampai menulis genus. Menulis dalam tabel plankton.
h. Menghitung Indeks keanekaragaman plankton dengan menggunakan
rumus.
5
Ni Ni
 ln
t 1 N N
H = indeks keanekaragaman plankton menurut Shannon-Weaver
Ni= jumlah individu genus ke i
N = jumlah total individu
Kisaran total indeks keanekaragaman plankton dapat diklasifikasikan
sebagai berikut (modifikasi Wilhm dan Dorris (1986) dalam Masson
(1981):
H > 2,3026 : keanekaragaman kecil dan kestabilan
komunitas rendah
2,3026 <H> 6,9078 : keanekaragaman sedang dan kestabilan
komunitas sedang
H<6,9078 : keanekaragaman tinggi dan kestabilan
komunitas tinggi
i. Menghitung Indeks keseragaman (Magurran, 1982) dengan rumus:
H
E 
ln N
Keterangan:
E : indeks keseragaman
H : indeks keanekaragaman
N : jumlah genus A
Indeks keseragaman berkisar antara 0-1. Apabila nilai E pada tiap titik
semakin mendekati 1 sebaran individu antar jenis merata dan jika nilai
F pada tiap titik semakin mendekati 0 sebaran individu antar jenis
tidak merata atau ada jenis tidak merata atau ada jenis tertentu yang
dominan.
j. Menghitung Indeks dominasi plankton dengan rumus:
N .a
D  x100%
N
Keterangan:
D : Indeks dominasi
Ni : Jumlah individu genus ke i
N : Jumlah total individu
Apabila nilai D pada titik semakin mendekati 1 maka terdapat genus
yang mendominasi, dan jika nilai D pada tiap titik semakin mendekati
0 maka tidak ada genus yang mendominasi.

G. Alur

Air Sungai Jaring Plankton

 Diisikan pada timba plastik  Disiapkan


H. Tabel Hasil Percobaan
Tabel 1.1 Hasil pengamatan Jens-jenis Plankton dan perhitungan indeks
keanekaragamannya
No Jenis-jenis Jumlah (Ni/N) Ln (Ni/N) x D%
(Ni/N) Ln
plankton
(Ni/N)

I. Daftar Pustaka
Arinardi, O. H. 1997. Status pengetahuan plankton di Indonesia.
Puslitbang-LIPI. Jakarta.

Hutabarat, S. dan S.M, Evans, 1985. Pengantar Oseanografi. Universitas


Indonesia Press Jakarta.
Nontji, Anugrah. 2005. Laut Nusantara Djambatan. Jakarta.
Nybakken, J. W. 1988. Biologi Laut Suatu Pendekatan Ekologi. Gramedia.
Jakarta
Hutagalung, H. P. 1997. Metode Analisis Air Laut Sedimen dan Biota.
Pusat penelitian dan pengembangan oseanologi. Jakarta: LIPI

Anda mungkin juga menyukai