Abstrak
Gizi buruk yang terjadi pada suatu negara sangat berpengaruh terhadap
penduduknya. Terlebih untuk wanita hamil karena gizi buruk akan sangat
berpengaruh terhadap pertumbuhan janin. Stunting atau yang biasa disebut
pertumbuhan kerdil merupakan salah satu manifestasi dari situasi gizi buruk
yang kronis. Stunting biasanya dihadapi oleh beberapa negara yang miskin
dan masih berkembang seperti di Asia Selatan dan Asia Tenggara, salah
satunya Indonesia. Pola stunting terjadi pada 1000 hari pertama kehidupan
anak baik saat pre-natal maupun post-natal yaitu mulai dari peristiwa
pembuahan hingga anak berusia 2 tahun. Stunting menimbulkan berbagai
macam dampak negatif bagi hingga dampak terburuk yaitu kematian.
Literature review ini bertujuan untuk memberikan informasi mengenai
pertumbuhan kerdil ( stunting ) pada anak Indonesia dan bagaimana bentuk
penanggulangannya baik secara preventif maupun secara kuratif. Metode
yang digunakan dalam literature review ini adalah mengumpulkan serta
menganalisis jurnal penelitian terkait pertumbuhan kerdil ( stunting ) pada
anak Indonesia dan penanggulangannya baik secara preventif maupun
secara kuratif. Jurnal penelitian dihimpun dari database googlescholar dan
PubMed dengan menggunakan kata kunci stunting. Terdapat 5 jurnal
penelitian yang digunakan dalam literature review ini terbitan mulai dari
tahun 2015 hingga 2018. Literature review ini bermanfaat bagi masyarakat
guna menginformasikan terkait pertumbuhan kerdil ( stunting ) pada anak
indonesia dan penanggulangannya baik secara preventif maupun secara
kuratif. Masyarakat Indonesia layak mengetahui sejak dini permasalahan
stunting mengingat Indonesia merupakan salah satu negara yang dilanda
permasalahan gizi buruk serta mengetahui penanggulangannya baik
secara preventif maupun secara kuratif untuk menurunkan prevalensi
stunting di Indonesia.
Kata kunci : stunting , preventif, kuratif, Indonesia
Pengantar
dan kurangnya asupan gizi pada bayi.
Balita stunting di masa yang akan
Stunting (kerdil) adalah kondisi datang akan mengalami kesulitan
dimana balita memiliki panjang atau dalam mencapai perkembangan fisik
tinggi badan yang kurang jika dan kognitif yang
dibandingkan dengan umur. Kondisi optimal.Determinasi stunting pada
ini diukur dengan panjang atau tinggi anak dapat menggunakan beberapa
badan yang lebih dari minus dua standar antara lain Z-score baku
standar deviasi median standar National center for Health
pertumbuhan anak dari WHO. Balita Statistic/center for diseases control
stunting termasuk masalah gizi kronik (NCHS/CDC) atau Child Growth
yang disebabkan oleh banyak faktor Standars World Health Organization
seperti kondisi sosial ekonomi, gizi (WHO).[1]
ibu saat hamil, kesakitan pada bayi,
Tabel 1.1 Kategori Dan Ambang Batas Status Gizi Anak Berdasarkan Indeks[1](Kementrian Kesehatan 2010)
Ambang batas
Indeks Kategori status gizi
(Z-Score)
Gizi buruk
Berat Badan menurut <-3 SD
Umur
Giiz kurang -3 SD sampai <-2 SD
(BB/ U)
Gizi baik -2 SD sampai 2 SD
Anak usia 0-60 bulan
Gizi lebih >2 SD
Panjang Badan menurut Sangat pendek <-3 SD
Umur (PB / U) atau Pendek -3 SD sampai <-2 SD
Tinggi Badan menurut Normal -2 SD sampai 2 SD
Uumur (TB / U)
Tinggi >2 SD
Anak usia 0 – 60 bulan
Berat Badan menurut Sangat kurus <-3 SD
Panjang Badan (BB/PB) Kurus -3 SD sampai <-2 SD
atau Normal -2 SD sampai 2 SD
Berat Badan menurut
Tinggi Badan (BB/TB) Gemuk >2 SD
Anak usia 0-60 bulan
Sangat kurus <-3 SD
Indeks Massa Tubuh
Kurus -3 SD sampai <-2 SD
menurut Umur (IMT/U)
Normal -2 SD sampai 2 SD
Anak usia 0-60 bulan
Gemuk >2 SD
Sangat kurus <-3 SD
Indeks Massa Tubuh Kurus -3SD sampai <-2 SD
menurut Umur (IMT/U) Normal -2 SD sampai 1 SD
Anak usia 5 – 18 tahun Gemuk >1 SD sampai 2 SD
Obesitas >2 SD
1
SD : Standar Deviasi
Berat badan menurut umur anak usia 0-60 bulan yang mengalami gizi
buruk, panjang badan menurut umur atau tinggi badan menurut umur anak
usia 0-60 bulan yang mengalami tinggi sangat pendek, berat badan menurut
panjang badan atau berat badan menurut tinggi badan yang sangat kurus
pada anak usia 0-60 bulan , indeks massa tubuh menurut umur anak usia 0-
60 bulan sangat kurus, dan indeks massa tubuh mneurut umur anak usia 5-
18 tahun sangat kurus memiliki ambang batas <-3 SD
Kejadian stunting merupakan seperti obesitas, menurunnya
masalah gizi utama yang dihadapi kesehatan reproduksi, menurunnya
Indonesia. Berdasarkan data kapasitas belajar dan performa yang
Pemantauan Status Gizi (PSG) kurang optimal pada masa sekolah,
selama tiga tahun terakhir, stunting dan produktivitas pada saat bekerja .
[1]
memiliki prevalensi tertinggi
dibandingkan dengan masalah gizi
Di Indonesia masyarakat sering
lainnya seperti gizi kurang, kurus, dan
mengaartikan keturunan merupakan
gemuk. Prevalensi stunting
penyebab dari stunting. Persepsi
mengalami peningkatan dari tahun
masyarakat yang salah ini membuat
2016 yaitu 27,5% menjadi 29,6%
stunting tidak mudah diturunkan serta
pada tahun 2017.Berdasarkan hasil
membutuhkan upaya besar dari
Pemantauan Status Gizi (PSG) tahun
pemerintah dan berbagai sektor
2015, prevalensi balita pendek di
terkait. Hasil studi membuktikan
Indonesia adalah 29%. Angka ini
bahwa pengaruh faktor keturunan
mengalami penurunan pada tahun
hanya berkontribusi sebesar 15%,
2016 menjadi 27,5%. Namun
sementara unsur terbesar adalah
prevalensi balita pendek kembali
terkait masalah malnutrisi, hormon
meningkat menjadi 29,6% pada tahun
pertumbuhan dan timbulnya penyakit
2017. [1]
infeksi berulang. Aspek ini
Stunting sebagai akibat dari gizi teraktualisasi pada anak yang tidak
buruk kronis pada anak menjadi bisa mencapai potensi pertumbuhan
penanda beberapa gangguan liniernya karena kondisi kesehatan
patologis yang terlihat baik dalam yang kurang optimal, nutrisi dan
jangka pendek maupun jangka perawatan yang tidak memadai, serta
panjang. Dalam jangka waktu pendek kerusakan fisik dan kognitif parah
stunting dapat terkait dengan yang tidak dapat diubah bersama
peningkatan morbiditas dan dengan pertumbuhan yang
[2,3]
mortalitas, perkembangan kognitif, terhambat.
motorik, dan verbal pada anak tidak
Nutrisi yang diperoleh sejak bayi
optimal, lenyapnya potensi
lahir tentunya sangat berpengaruh
pertumbuhan fisik dan turunnya
terhadap pertumbuhannya termasuk
perkembangan saraf, sedangkan
risiko terjadinya stunting. Tidak
untuk jangka panjang dapat
dilakukannya inisiasi menyusu dini
mengakibatkanpostur tubuh yang
(IMD), pemberian air susu ibu (ASI)
tidak optimal, meningkatnya risiko
eksklusif, dan dilakukannya proses
penyakit kronis di masa dewasa
penyapihan dini dapat menjadi salah pemberian ASI terus dilanjutkan
satu faktor terjadinya stunting. sebagai zat gizi dan faktor pelindung
Sedangkan dari sisi pemberian penyakit hingga anak mencapai usia
makanan pendamping ASI (MPASI) dua tahun. [3,5]
hal yang harus diperhatikan adalah Seperti terhambatnya perkembangan
kuantitas, kualitas, dan keamanan motorik yang diakibatkan oleh
pangan yang diberikan. Pemberian kurangnya konsumsi makanan yang
MPASI sering diberikan dalam mengandung zat besi, karena
jumlah yang tidak memadai serta pemberian MPASI yang kurang dari
seringkali memiliki kualitas yang enam bulan dan tidak diberikan
lebih rendah dibandingkan dengan secara optimal. MPASI secara
ASI. [4] optimal adalah yang memiliki
kandungan energi, protein, dan
Bahan makanan yang bervariasi dapat mikronutrien seperti seng dan zat
meningkatkan kualitas MPASI besi. [4,5]
sedangkan untuk kuantitas MPASI
berkaitan dengan frekuensi Kondisi sosial ekonomi dan sanitasi
pemberian makanan dalam sehari. tempat tinggal juga erat kaitannya
Kualitas dan kuantitas MPASI secara dengan terjadinya stunting. Kondisi
positif dan berkelanjutan dapat ekonomi berkaitan dengan
mempengaruhi pertumbuhan linear, kemampuan dalam pemenuhan
namun jika hanya meningkatkan asupan yang bergizi dan pelayanan
kuantitas makanan tidak akan efektif kesehatan untuk ibu hamil dan balita.
jika kualitas makanan buruk. Sedangkan sanitasi dan keamanan
Pemberian MPASI yang tepat adalah pangan yang buruk dapat
terpenuhnya persyaratan tepat waktu, meningkatkan risiko terjadinya
adekuat, aman, dan diberikan dengan penyakit infeksi. [1]
cara yang benar. Di samping MPASI,
baik secara preventif maupun kuratif.
Selain itu literature review ini
Material dan Metode diharapkan dapat berguna bagi
perkembangan informasi kesehatan
khususnya stunting agar diciptakan
Indonesia merupakan negara yang teknologi maupun pemecahan
berada di kawasan Asia Tenggara masalah dari stunting ini.
yang juga merupakan salah satu
negara yang menghadapi Metode yang digunakan dalam
permasalahan gizi buruk. Tidak literature review ini adalah metode
sedikit masyarakat Indonesia yang pengumpulan dan analisis jurnal
tidak peduli akan permasalahan penelitian yang berkaitan dengan
stunting. Mereka beranggapan jika stunting dan penanggulangannya baik
stunting aadalah masalah yang biasa secara preventif maupun kuratif yang
karena mereka tidak tahu dampak dibahas dan menjadi kriteria inklusi
berbahaya yang stunting timbulkan. pengambilan sampel dalam
Tujuan dari literature review ini penelitian-penelitian yang memiliki
adalah untuk menginformasikan data yang lengkap. Artikel
kepada masyarakat Indonesia tentang dikumpulkan melalui database
stunting dan cara penanggulangannya Googlescholar dan PubMed dengan
menggunakan kata kunci stunting. diterbitkan dari tahun 2015 sampai
Terdapat 5 artikel yang digunakan 2018.
dalam literature review ini, yang