Anda di halaman 1dari 11

Medical Djogja Scientific Competition 2019

Upaya Preventif dan Kuratif pada Kasus Stunting Anak Indonesia


Pradipta Kurnia Puspitasari
2018, (pradiptakurnia57@gmail.com)

Abstrak
Gizi buruk yang terjadi pada suatu negara sangat berpengaruh terhadap
penduduknya. Terlebih untuk wanita hamil karena gizi buruk akan sangat
berpengaruh terhadap pertumbuhan janin. Stunting atau yang biasa disebut
pertumbuhan kerdil merupakan salah satu manifestasi dari situasi gizi buruk
yang kronis. Stunting biasanya dihadapi oleh beberapa negara yang miskin
dan masih berkembang seperti di Asia Selatan dan Asia Tenggara, salah
satunya Indonesia. Pola stunting terjadi pada 1000 hari pertama kehidupan
anak baik saat pre-natal maupun post-natal yaitu mulai dari peristiwa
pembuahan hingga anak berusia 2 tahun. Stunting menimbulkan berbagai
macam dampak negatif bagi hingga dampak terburuk yaitu kematian.
Literature review ini bertujuan untuk memberikan informasi mengenai
pertumbuhan kerdil ( stunting ) pada anak Indonesia dan bagaimana bentuk
penanggulangannya baik secara preventif maupun secara kuratif. Metode
yang digunakan dalam literature review ini adalah mengumpulkan serta
menganalisis jurnal penelitian terkait pertumbuhan kerdil ( stunting ) pada
anak Indonesia dan penanggulangannya baik secara preventif maupun
secara kuratif. Jurnal penelitian dihimpun dari database googlescholar dan
PubMed dengan menggunakan kata kunci stunting. Terdapat 5 jurnal
penelitian yang digunakan dalam literature review ini terbitan mulai dari
tahun 2015 hingga 2018. Literature review ini bermanfaat bagi masyarakat
guna menginformasikan terkait pertumbuhan kerdil ( stunting ) pada anak
indonesia dan penanggulangannya baik secara preventif maupun secara
kuratif. Masyarakat Indonesia layak mengetahui sejak dini permasalahan
stunting mengingat Indonesia merupakan salah satu negara yang dilanda
permasalahan gizi buruk serta mengetahui penanggulangannya baik
secara preventif maupun secara kuratif untuk menurunkan prevalensi
stunting di Indonesia.
Kata kunci : stunting , preventif, kuratif, Indonesia
Pengantar
dan kurangnya asupan gizi pada bayi.
Balita stunting di masa yang akan
Stunting (kerdil) adalah kondisi datang akan mengalami kesulitan
dimana balita memiliki panjang atau dalam mencapai perkembangan fisik
tinggi badan yang kurang jika dan kognitif yang
dibandingkan dengan umur. Kondisi optimal.Determinasi stunting pada
ini diukur dengan panjang atau tinggi anak dapat menggunakan beberapa
badan yang lebih dari minus dua standar antara lain Z-score baku
standar deviasi median standar National center for Health
pertumbuhan anak dari WHO. Balita Statistic/center for diseases control
stunting termasuk masalah gizi kronik (NCHS/CDC) atau Child Growth
yang disebabkan oleh banyak faktor Standars World Health Organization
seperti kondisi sosial ekonomi, gizi (WHO).[1]
ibu saat hamil, kesakitan pada bayi,

Tabel 1.1 Kategori Dan Ambang Batas Status Gizi Anak Berdasarkan Indeks[1](Kementrian Kesehatan 2010)

Ambang batas
Indeks Kategori status gizi
(Z-Score)
Gizi buruk
Berat Badan menurut <-3 SD
Umur
Giiz kurang -3 SD sampai <-2 SD
(BB/ U)
Gizi baik -2 SD sampai 2 SD
Anak usia 0-60 bulan
Gizi lebih >2 SD
Panjang Badan menurut Sangat pendek <-3 SD
Umur (PB / U) atau Pendek -3 SD sampai <-2 SD
Tinggi Badan menurut Normal -2 SD sampai 2 SD
Uumur (TB / U)
Tinggi >2 SD
Anak usia 0 – 60 bulan
Berat Badan menurut Sangat kurus <-3 SD
Panjang Badan (BB/PB) Kurus -3 SD sampai <-2 SD
atau Normal -2 SD sampai 2 SD
Berat Badan menurut
Tinggi Badan (BB/TB) Gemuk >2 SD
Anak usia 0-60 bulan
Sangat kurus <-3 SD
Indeks Massa Tubuh
Kurus -3 SD sampai <-2 SD
menurut Umur (IMT/U)
Normal -2 SD sampai 2 SD
Anak usia 0-60 bulan
Gemuk >2 SD
Sangat kurus <-3 SD
Indeks Massa Tubuh Kurus -3SD sampai <-2 SD
menurut Umur (IMT/U) Normal -2 SD sampai 1 SD
Anak usia 5 – 18 tahun Gemuk >1 SD sampai 2 SD
Obesitas >2 SD

1
SD : Standar Deviasi
Berat badan menurut umur anak usia 0-60 bulan yang mengalami gizi
buruk, panjang badan menurut umur atau tinggi badan menurut umur anak
usia 0-60 bulan yang mengalami tinggi sangat pendek, berat badan menurut
panjang badan atau berat badan menurut tinggi badan yang sangat kurus
pada anak usia 0-60 bulan , indeks massa tubuh menurut umur anak usia 0-
60 bulan sangat kurus, dan indeks massa tubuh mneurut umur anak usia 5-
18 tahun sangat kurus memiliki ambang batas <-3 SD
Kejadian stunting merupakan seperti obesitas, menurunnya
masalah gizi utama yang dihadapi kesehatan reproduksi, menurunnya
Indonesia. Berdasarkan data kapasitas belajar dan performa yang
Pemantauan Status Gizi (PSG) kurang optimal pada masa sekolah,
selama tiga tahun terakhir, stunting dan produktivitas pada saat bekerja .
[1]
memiliki prevalensi tertinggi
dibandingkan dengan masalah gizi
Di Indonesia masyarakat sering
lainnya seperti gizi kurang, kurus, dan
mengaartikan keturunan merupakan
gemuk. Prevalensi stunting
penyebab dari stunting. Persepsi
mengalami peningkatan dari tahun
masyarakat yang salah ini membuat
2016 yaitu 27,5% menjadi 29,6%
stunting tidak mudah diturunkan serta
pada tahun 2017.Berdasarkan hasil
membutuhkan upaya besar dari
Pemantauan Status Gizi (PSG) tahun
pemerintah dan berbagai sektor
2015, prevalensi balita pendek di
terkait. Hasil studi membuktikan
Indonesia adalah 29%. Angka ini
bahwa pengaruh faktor keturunan
mengalami penurunan pada tahun
hanya berkontribusi sebesar 15%,
2016 menjadi 27,5%. Namun
sementara unsur terbesar adalah
prevalensi balita pendek kembali
terkait masalah malnutrisi, hormon
meningkat menjadi 29,6% pada tahun
pertumbuhan dan timbulnya penyakit
2017. [1]
infeksi berulang. Aspek ini
Stunting sebagai akibat dari gizi teraktualisasi pada anak yang tidak
buruk kronis pada anak menjadi bisa mencapai potensi pertumbuhan
penanda beberapa gangguan liniernya karena kondisi kesehatan
patologis yang terlihat baik dalam yang kurang optimal, nutrisi dan
jangka pendek maupun jangka perawatan yang tidak memadai, serta
panjang. Dalam jangka waktu pendek kerusakan fisik dan kognitif parah
stunting dapat terkait dengan yang tidak dapat diubah bersama
peningkatan morbiditas dan dengan pertumbuhan yang
[2,3]
mortalitas, perkembangan kognitif, terhambat.
motorik, dan verbal pada anak tidak
Nutrisi yang diperoleh sejak bayi
optimal, lenyapnya potensi
lahir tentunya sangat berpengaruh
pertumbuhan fisik dan turunnya
terhadap pertumbuhannya termasuk
perkembangan saraf, sedangkan
risiko terjadinya stunting. Tidak
untuk jangka panjang dapat
dilakukannya inisiasi menyusu dini
mengakibatkanpostur tubuh yang
(IMD), pemberian air susu ibu (ASI)
tidak optimal, meningkatnya risiko
eksklusif, dan dilakukannya proses
penyakit kronis di masa dewasa
penyapihan dini dapat menjadi salah pemberian ASI terus dilanjutkan
satu faktor terjadinya stunting. sebagai zat gizi dan faktor pelindung
Sedangkan dari sisi pemberian penyakit hingga anak mencapai usia
makanan pendamping ASI (MPASI) dua tahun. [3,5]
hal yang harus diperhatikan adalah Seperti terhambatnya perkembangan
kuantitas, kualitas, dan keamanan motorik yang diakibatkan oleh
pangan yang diberikan. Pemberian kurangnya konsumsi makanan yang
MPASI sering diberikan dalam mengandung zat besi, karena
jumlah yang tidak memadai serta pemberian MPASI yang kurang dari
seringkali memiliki kualitas yang enam bulan dan tidak diberikan
lebih rendah dibandingkan dengan secara optimal. MPASI secara
ASI. [4] optimal adalah yang memiliki
kandungan energi, protein, dan
Bahan makanan yang bervariasi dapat mikronutrien seperti seng dan zat
meningkatkan kualitas MPASI besi. [4,5]
sedangkan untuk kuantitas MPASI
berkaitan dengan frekuensi Kondisi sosial ekonomi dan sanitasi
pemberian makanan dalam sehari. tempat tinggal juga erat kaitannya
Kualitas dan kuantitas MPASI secara dengan terjadinya stunting. Kondisi
positif dan berkelanjutan dapat ekonomi berkaitan dengan
mempengaruhi pertumbuhan linear, kemampuan dalam pemenuhan
namun jika hanya meningkatkan asupan yang bergizi dan pelayanan
kuantitas makanan tidak akan efektif kesehatan untuk ibu hamil dan balita.
jika kualitas makanan buruk. Sedangkan sanitasi dan keamanan
Pemberian MPASI yang tepat adalah pangan yang buruk dapat
terpenuhnya persyaratan tepat waktu, meningkatkan risiko terjadinya
adekuat, aman, dan diberikan dengan penyakit infeksi. [1]
cara yang benar. Di samping MPASI,
baik secara preventif maupun kuratif.
Selain itu literature review ini
Material dan Metode diharapkan dapat berguna bagi
perkembangan informasi kesehatan
khususnya stunting agar diciptakan
Indonesia merupakan negara yang teknologi maupun pemecahan
berada di kawasan Asia Tenggara masalah dari stunting ini.
yang juga merupakan salah satu
negara yang menghadapi Metode yang digunakan dalam
permasalahan gizi buruk. Tidak literature review ini adalah metode
sedikit masyarakat Indonesia yang pengumpulan dan analisis jurnal
tidak peduli akan permasalahan penelitian yang berkaitan dengan
stunting. Mereka beranggapan jika stunting dan penanggulangannya baik
stunting aadalah masalah yang biasa secara preventif maupun kuratif yang
karena mereka tidak tahu dampak dibahas dan menjadi kriteria inklusi
berbahaya yang stunting timbulkan. pengambilan sampel dalam
Tujuan dari literature review ini penelitian-penelitian yang memiliki
adalah untuk menginformasikan data yang lengkap. Artikel
kepada masyarakat Indonesia tentang dikumpulkan melalui database
stunting dan cara penanggulangannya Googlescholar dan PubMed dengan
menggunakan kata kunci stunting. diterbitkan dari tahun 2015 sampai
Terdapat 5 artikel yang digunakan 2018.
dalam literature review ini, yang

Hasil dan Pembahasan

Tabel perbandingan isi jurnal yang digunakan dalam literature review

Jurnal 1 Jurnal 2 Jurnal 3 Jurnal 4 Jurnal 5


Peneliti Wahyudi, Permatasari, Nurkomala, Ni’mah, Hawa ,
Rizki., Dewi Fitria, Siti, Khoirun, Nabilla
Surfiani Sri Sumarmi Nuryanto, Siti Siti
Binar Rahayu Fatimah,
Panunggal Nadhiroh R.
Bambang
Wirjatma
di
Judul / Pertumbuh Praktik Faktor Tingkat
topik an dan pemberian yang kecukupa
perkemban mpasi berhubung n vitamin
gan balita (makanan an dengan a, seng
stunting pendamping kejadian dan zat
air susu ibu) Stunting besi serta
pada anak pada balita frekuensi
Stunting Infeksi
dan tidak pada
stunting balita
usia 6-24 stunting
bulan dan non
stunting
Sample seluruh 68 balita 24 subjek Balita usia Sampel
anak usia dengan usia stunting dan 12-59 penelitian
1-5 tahun 24-36 bulan 24 subjek bulan seluruhny
(balita) tidak dengan a 38 balita
yang stunting TB/U dengan 19
mengalami usia 6 – 24 kurang balita
stunting di bulan dari -2 SD stunting
Wilayah dan dan 19
Kerja sampel balita non
Puskesmas kontrol stunting
Simpang adalah yang
Tiga balita usia dipilih
Kabupaten 12-59 dengan
Aceh Besar bulan random
sebanyak dengan sampling.
37 orang TB/U
lebih dari -
2 SD
Waktu Tanggal 8 AgustusSepte Desa Lebak Puskesmas Januari
dan Agustus mber 2017 di Mekar, Tanah Kali hingga
tempat sampai 10 wilayah kerja Kecamatan Kedinding bulan Mei
September Puskesmas Greged, 2017 di
2017 di Jagir Kabupaten wilayah
Wilayah Surabaya. Cirebon kerja
Kerja pada bulan Puskesma
Puskesmas Juni - s Bulak
Simpang Oktober Banteng
Tiga 2017 Surabaya
Kabupaten
Aceh
Besar.
Hasil Pertumbuh Penelitian ini Rerata Hasil Terdapat
dan an balita menunjukkan kecukupan penelitian perbedaan
kesimpu stunting di perbedaan asupan menunjuk yang
lan Wilayah antara balita energi pada kan bahwa signifi
Kerja stunting dan kelompok panjang kan antara
Puskesmas non stunting stunting badan lahir kelompok
Simpang pada panjang adalah yang stunting
Tiga badan lahir (p 70.14±21.9 rendah dan non
Kabupaten = 1% total (OR=4,09 stunting
Aceh 0,03), riwayat kebutuhan, 1; pada
Besar, penyakit sedangkan CI=1,162- variabel
mayoritas infeksi (p = pada 14,397), tingkat
berada 0,01) dan kelompok balita yang kecukupa
pada perkembangan tidak tidak n vitamin
kategori balita (p stunting mendapatk A
kategori = 0,01). Ada adalah an ASI (p=0,002)
sangat perbedaan 106.4±35.2 Eksklusif , seng
pendek yang 6% total (OR=4,64 (p=0,003)
sebanyak signifikan kebutuhan. 3; dan zat
51.4% pada variabel Total subjek CI=1,328- besi
dengan panjang badan pada 16,233), (p=0,030)
perkemban lahir, riwayat kelompok pendapata . Tidak
gan balita penyakit stunting n keluarga ada
pada infeksi dan yang yang perbedaan
kategori perkembangan memiliki rendah riwayat
sesuai antara balita asupan (OR=3,25 ISPA dan
sebanyak stunting dan energi 0; Diare
54.1% dan non stunting kurang CI=1,150- yang
meragukan usia 24-36 sebanyak 9,187), signifi
sebanyak bulan 88.1%, pendidika kan antar
45.9% asupan n ibu yang kelompok
Fungsi energi rendah . Asupan
puskesmas cukup (OR=3,37 vitamin
melalui sebanyak 8; A, seng,
pemberian 9.5%, dan CI=1,246- dan zat
penyuluha asupan 9,157), besi pada
n secara energi dan usia
rutin berlebih pengetahu pertumbu
disertai sebanyak an gizi ibu han perlu
dengan 2.4%, yang ditingkatk
pemberian sedangkan kurang an untuk
leaflet asupan (OR=3,87 mencegah
mengenai energi yang 7; terjadinya
gizi balita rendah, CI=1,410- stunting
dan pola cukup, dan 10,658)
asuh anak berlebih merupaka
yang baik pada n faktor
kepada kelompok yang
orangtua tidak berhubung
terutama stunting an dengan
ibu agar masing- kejadian
dapat masing stunting
memperbai sebanyak pada
ki 33.3%. balita.
pertumbuh Asupan Terdapat
an energi, hubungan
dan gizi protein, besi antara
balita. dan seng panjang
menunjukka badan lahir
n adanya balita,
perbedaan riwayat
antara ASI
kelompok eksklusif,
stunting dan pendapata
tidak n keluarga,
stunting pendidika
(p<0.05). n ibu dan
Terdapat pengetahu
perbedaan an gizi ibu
variasi terhadap
bahan kejadian
MPASI stunting
antara pada
kelompok balita.
stunting dan Perlunya
tidak program
stunting yang
(p=0.008), terintegras
sedangkan i dan
waktu multisekto
pemberian ral untuk
MPASI meningkat
pertama dan kan
frekuensi pendapata
pemberian n keluarga,
MPASI pendidika
tidak n ibu,
menunjukka pengetahu
n adanya an gizi ibu
perbedaan dan
signifikan pemberian
(p>0.05). ASI
Terdapat eksklusif
perbedaan untuk
variasi menguran
bahan gi kejadian
MPASI dan stunting.
rerata
asupan
energi,
protein,
besi, dan
seng pada
praktik
pemberian
MPASI
antara anak
stunting dan
tidak
stunting
usia 6-24
bulan

Stunting merupakan kelainan pada yang dapat diperoleh dari ASI


panjang badan sewaktu lahir, riwayat maupun makanan pendamping ASI
penyakit infeksi, dan perkembangan (MPASI). MPASI pada balita non
yang menyerang balita di usia rata – Stunting lebih bervariasi dan
rata 24 – 36 bulan. Perbedaan variable mempunyai kuantitas yang cukup,
tersebut sangatlah signifikan pada sedangkan pada balita dengan kondisi
balita stunting dan non stunting. Stunting mendapatkan asupan
kelainan ini dapat ditimbulkan karena MPASI yang kurang. Selain gizi yang
beberapa penyebab, salah satunya buruk, pendapatan keluarga,
adalah gizi buruk. Total rerata asupan pendidikan ibu dan pengetahuan gizi
energy pada balita Stunting dan non ibu terhadap kejadian stunting pada
Stunting juga berbeda. Asupan energy balita juga berpengaruh terhadap
pada balita non Stunting lebih banyak balita stunting. Perlunya program
dibandingkan dengan balita Stunting. pemerintah yang terintegrasi dan
Asupan energy ini meliputi asupan multisektoral untuk meningkatkan
protein, vitamin A, zat besi, dan seng pendapatan keluarga, pendidikan ibu,
pengetahuan gizi ibu dan pemberian pemeriksaan kehamilan yang
ASI eksklusif untuk mengurangi diwujudkan dengan buku KIA, ANC
kejadian stunting. terpadu, pemberian tablet Fe dan
asam folat, PMT Ibu hamil, TT ibu
Upaya untuk menanggulangi stunting hamil. Selanjutnya untuk persalinan,
secara preventif dan kuratif harus nifas, dan neonatal diwujudkan
sudah dilaksanakan mengingat dengan Inisiasi Menyusu Dini (IMD),
stunting merupakan penyakit yang imunisasi hepatitis B, dan pemberian
mematikan. Pemerintah dan KB pasca persalinan. Sedangkan
masyarakat dapat bekerja sama untuk untuk bayi disediakan ASI eksklusif,
menanggulangi stunting. imunisasi dasar lengkap, pemberian
Penanggulangan secara preventif makanan, penimbangan, pemberian
dapat dilakukan dengan beberapa kapsul vitamin A, MTBS
cara. Penyuluhan tentang buruknya (Manajemen Terpadu Balita Sakit),
pernikahan muda sangat diperlukan konseling ASI/MP-ASI, pemantauan
untuk menghindari timbulnya pertumbuhan perkembangan, dan
stunting. Pernikahan muda dapat PMT
berpotensi menghasilkan keturunan
stunting karena organ – organ sang Namun tidak dapat kita pungkiri jika
ibu belum sepenuhnya siap untuk kasus stunting ini masih menduduki
melahirkan. Bayi non stunting akan peringkat tinggi walaupun sudah
lahir dari seorang ibu yang memiliki diberlakukan upaya preventif maupuk
keadaan fisik maupun psikis normal kuratif. Penyebabnya ada beberapa.
dan benar-benar siap untuk Diantaranya adalah pemerintah masih
melahirkan seorang anak. Selain itu, melihat kasus gizi buruk dengan
seorang ibu wajib mengetahui pandangan yang sama untuk tiap
bagaimana cara menjaga gizi pada daerah. Padahal sejatinya tidak. Ada
saat pre-natal maupun post-natal. beberapa daerah yang terkena gizi
Karena gizi yang buruk dapat bukuk dikarenakan kemiskinan dan
berpotensi menimbulkan stunting ada beberapa daerah yang terjangkit
pada bayi. Makanan ibu pada saat gizi buruk dikarenakan sumber daya
pre-natal harus dijaga kualitas pangannya yang tidak memadai.
maupun kuantitasnya. Pada saat post- Banyak daerah lain di Indonesia yang
natal pun ibu juga harus memebrikan diberikan intervensi gizi yang sama
ASI ekskusif dengan kualitas dan meski akar masalahnya berbeda.
kuantitas yang benar. Selain ASI, Akibatnya, meski program terus
diperlukan juga MPASI untuk berjalan, akar masalah tidak pernah
menjaga gizi protein, vitamin, zat tersentuh dan teratasi, sehingga
besi, dan seng untuk bayi tetap masalah gizi juga terus muncul.
terpenuhi. Selain itu, pelu untuk
manjaga kebersihan lingkungan dan Selain itu, program program untuk
sanitasi guna menghindarkan masalah stunting juga kurang adanya
keterjangkitan pada infeksi penyakit. evaluasi dan monitoring. Pemerintah
kurang memperhatikan masalah ini
Sedangkan untuk cara kuratif, sehingga stunting juga akan terus
sebenarnya pemerintah sudah menyerang. Selain evaluasi dan
melakukan berbagai macam cara monitoring, program progam stunting
untuk memperbaiki kasus stunting juga kurang dimengerti dan difahami
ini. Beberapa diantaranya adalah oleh masyarakat awam dan tenaga
kesehatan. Sebaiknya, penggunaan seperti penyuluhan dan praktik
media massa sebagai upaya langsung di masyarakat sangat
penanggulangan stunting juga efektif membantu dalam peningkatan
mengingat daerah daerah pelosok kini perbaikan gizi dalam masyarakat.
sudah merasakan fasilitas listrik Terlebih jika pemerintah mengadakan
sehingga mereka dapat mengakses materi pembelajaran gizi dan
informasi stunting dari media kesehatan sebagai materi wajib di
elekronik seperti televisi dan radio. sekolah.
Pemerintah dalam menyediakan Pemerintah perlu menyediakan
sebuah program harus benar-benar anggaran dan dana khusus untuk
direncanakan sesuai dengan permasalahan stunting di Indonesia.
permasalahan yang ada dan Anggaran dan sarana yang memadai
kebutuhan kelompok sasaran. Dalam akan sangat membantu dalam
menyusun program pemerintah harus implementasi dan optimalisasi
memperhatikan faktor-faktor seperti program. Seperti perbaikan sarana
karakteristik budaya setempat, anthropometri akan meningkatkan
kemungkinan penolakan program, akurasi dan presisi hasil pengukuran.
faktor-faktor pendukung dan
penghambat program, serta berbagai
hal lain yang akan sangat Kesimpulan
mempengaruhi implementasi
program nantinya. Dalam
penyusunan ini kita dapat meminta Stunting adalah kelainan pada 1000
pendapat dari tokoh masyarakat hari kehidupan seseorang. Dimulai
setempat, para ahli di bidang tersebut, pada saat peristiwa pembuahan
tenaga kesehatan, maupun dari hingga usia 2 tahun. Stunting
pemerintah setempat. Setelah merupakan kelainan yang berbahaya
penentuan program, pemerintah karena dapat mengakibatkan
seharusnya memperbaiki dan kematian. Dampak – dampak negatif
meningkatkan sistem monitoring baik dalam jangka pendek maupun
evaluasi program tersebut. Untuk jangka panjang yang ditimbulkan dari
menjadikan program yang baik, stunting juga merugikan penderita.
pemerintah harus mempunyai Stunting dapat dikenali dari
dokumen data yang valid dan perbedaan panjang tubuh
berkembang dari tahun ke tahun. dibandingkan dengan menusia
Untuk itu perlu perbaikan sistem normal. Penderita stunting akan
pendokumentasian data untuk mempunyai panjang tubuh yang lebih
meningkatkan program menjadi lebih pendek dibandingkan dengan
efektif dan efisien. manusia normal. Selain panjang
Setiap daerah mempunyai potensi tubuh, juga terdapat penyakit infeksi
sumber daya alam yang berbeda. serta pertumbuhan yang terlambat
Potensi yang bermacam macam inilah pada penderita.
yang dapat digunakan untuk Faktor – faktor yang mempengaruhi
peningkatan gizi masyarakat, dengan stunting sendiri juga beragam. Mulai
mengoptimalkan sarana dan dari faktor keturunan, gizi, sanitasi,
prasarana yang telah tersedia. kebersihan, pemberian ASI maupun
Pengoptimalan sarana dan prasara MPASI. Untuk itu diperlukan
kerjasama yang kuat dari berbagai
sektor pemerintah untuk menangani
kasus stunting di Indonesia, karena Referensi
penyakit stunting di Indonesia
berjalan seiring dengan keadan
buruknya gizi. Banyaknya kasus 1. Wahyudi R, Surfiani.
stunting di Indonesia, tidak membuat Pertumbuhan dan Perkembangan
masyarakat menjadi peduli namun Balita Stunting. JIM FKep.
justru membiarkannya karena mereka 2018;4(1)
menganggap stunting merupakan hal 2. Permatasari D.F, et al. Perbedaan
yang biasa. Padahal sejatinya stunting Panjang Badan Lahir, Riwayat
merupakan kelainan yang mematikan. Penyakit Infeksi,Dan
Masyarakat Indonesia juga kurang Perkembangan Balita Stunting
paham mengenai stunting. Mereka Dan Non Stunting .Jurnal Berkala
hanya mengetahui jika stunting Epidemiologi. 2018;6 (2):182-
merupakan kelaianan yang turun 191
temurun. Mereka belum menyadari 3. Nurkomala S, Nuryanto, Binar
jika stunting dapat ditanggulangi Panunggal. Praktik Pemberian
secara preventif maupun kuratif. Mpasi (Makanan Pendamping Air
Susu Ibu) Pada Anak Stunting dan
Peran pemerintah dan masyarakat Tidak Stunting Usia 6-24 Bulan.
sama sama dapat diandalkan untuk Journal of Nutrition College.
menanggulangi masalah stunting. 2018;7(2)
pemerintah beserta seluruh sector 4. Ni’mah K, Siti Rahayu Nadhiroh.
yang terkait berupaya untuk membuat Faktor yang Berhubungan dengan
program program penanggulangan Kejadian Stunting pada Balita.
stunting yang dapat dimengerti oleh Media Gizi Indonesia.
masyarakat awam dan tenaga 2015;10(1): 13–19
kesehatan sehingga upaya 5. Hawa NSF,R. Bambang
penyuluhan dpaat dilakukan secara Wirjatmadi. Tingkat Kecukupan
efektif dan efisien. Masyarakat juga Vitamin A, Seng dan Zat Besi
ikut andil dalam upaya Serta Frekuensi Infeksi pada
penanggulangan stunting dengan Balita Stunting dan Non Stunting.
saling mengingatkan antar Media Gizi Indonesia.
masyarakat untuk menjaga kebutuhan 2018;13(2):168–175
gizi ibu dan bayi pre-natal maupun
post-natal.

Anda mungkin juga menyukai