Anda di halaman 1dari 11

ZONASI POSTUMA, 1971

Kelompok 2

Disusun Oleh:

Rachmad Padli (111.160.143)

Elisabet Magdalena (111.170.002)

Yesica Harnisiah (111.170.004)

Irza Elva Ramadhani (111.170.005)

PROGRAM STUDI TEKNIK GEOLOGI

FAKULTAS TEKNOLOGI MINERAL

UNIVERSITAS PEMBANGUNAN NASIONAL “VETERAN”

YOGYAKARTA

2019
A. Kata Pengantar

Pengunaan foraminifera planktonik sebagai fosil indeks adalah hal yang dapat diterima.
Kelimpahan foraminifera planktonik pada lingkungan laut, dan memiliki jarak stratigrafi yang
pendek dari sekian banyak spesies, hal ini menyebabkan foraminifera dari kelompok ini
menjadi sebuah petunjuk yang paling cocok dan terpercaya dalam analisa biostratigrafi.
Foraminifera planktonik dalam pengunaannya yang praktis dalam biostratigrafi, awal
pemunculannya terjadi pada kretasius awal. Kemudian berlanjut pada skala global, dan
penggantian spesies yang cepat hingga recent.

Dalam kurun waktu 20 tahun terakhir lonjakan publikasi yang terus meningkat muncul
pada foraminifera planktonik. Banyak diantara spesies baru dan sub-spesies telah dideskripsi,
banyak yang telah terbukti untuk menjadi fosil indeks. Jumlah dari variasi klasifikasi pada
supra-specific level juga telah diusulkan pada tahun sekarang. Peragaan ini masih tidak
disetujui secara hubungan genetik dan phylogenetik dari foraminifera planktonik. Selanjutnya,
penulis pada umumnya tidak memgang cara pandang yang sama untuk mendefinisikan suatu
spesies. Beragam perlakuan pada grup foraminifera pada stratigrafi terikat sehingga
menyebabkan kebingungan. Hasil tersebut menyebabkan ketidakmungkinan pada seorang
paleontologist untuk mempertanyakan seluruh publikasi data sesuai manfaat, tugas yang, di
samping itu, tidak diberikan lebih mudah oleh mereka yang didistribusikan melalui sejumlah
besar publikasi yang tersebar. Pada 1960, diputuskan untuk menyusun panduan yang dapat
menyediakan definisi spesies secara jelas untuk memungkinkan operasional seorang
paleontologist dari Royal Dutch/Shell Group untuk mengefektifkan penggunaan dari
foraminifera planktonik dalam observasi yang lebih tepat dan menyeragamkan hasil stratigrafi.
Lembaga yang memberikan persetujuan untuk mempublikasikan pekerjaan ini adalah Bataafse
Internationale Petroleum Maatschaappij N.V.

Publikasi tersebut harus menyebutkan tidak ada klasifikasi yang sama. Banyak klasifikasi
sudah dipublikasikan dan terbuka pandangan baru oleh SEM dan berharap penemuan baru
dalam waktu dekat. Namun prinsip-prinsip yang dikemukakan dalam publikasi luar biasa dari
Bolli telah banyak diadopsi. Pengunaan nama subspesifik telah ditinggalkan untuk menyatukan
pemahaman antara paleontologis dengan seorang geologis. Pada prinsipnya , hal ini dilakukan
adalah untuk determinasi umur dari planktonik.

Perhatian khusus harus diletakan pada ilustrasi spesies. Foraminifera planktonik berlimpah
pada batuan carbonat, dimana hanya dapat dipelajari melalui sayatan tipis. Untuk alasan ini,
model dari sayatan axial dari tiap spesies harus tersedia. Tambahan, pada sayatan tipis dari
hard rock menunjukkan tipe himpunan plankton termasuk dimana mereka berguna.

Harus diasdari bahwa distribusi foraminifera plantonik dikontrol oleh 7 faktor, salah satu
faktor paling penting adalah pengaruh iklim. Zonasi foraminifera, terdiri dari 48 zona,
diusulkan dalam panduan ini adalah satu-satunya data valid bagi lingkungan tropis dan sub
tropis.

B. Dasar Penyusunan Zonasi

Postuma membagi zonasinya berdasarkan keterdapatan fosil foraminifera planktonik.


Selain berdasarkan keterdapatan fosil foraminifera planktonik, Postuma membagi zonasinya
berdasarkan zonasi dari Blow (1969), dimana Postuma mengembangkan zonasi Blow yang
sebelumnya sudah ada.
C. Tabel Zonasi Postuma (1971)
Spesies penciri
D. Korelasi Zonasi Postuma (1971) dengan Zonasi Blow (1969)
E. Kesimpulan
DAFTAR PUSTAKA

Mochammad Rosyid Ridlo. 2014.


https://www.academia.edu/10209169/mikropaleontologi

Anda mungkin juga menyukai