Anda di halaman 1dari 38

4.3.9.

Kondisi dan Analisis Perekonomian


4.9.3.1. Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) Provinsi Jawa Tengah

Perkembangan PDRB Provinsi Jawa Tengah,Atas Dasar Harga Konstan 2010, Menurut Lapangan Usaha
2012-2016 (dalam milyar) cendrung mengalami peningkatan secara kuantitatif. Pada tahun 2012 jumlah
PDRB Menurut Lapangan usaha, atas dasar harga konstan 2010, adalah sebesar 691.343 Milyar,
mengalami kenaikan sampai tahun 2016 menjadi 849.383 milyar (lihat table 1.) Adapun konstribusi dari
setiap sektor

Tabel 53 : PDRB Provinsi Jawa Tengah Atas Dasar Harga Konstan 2012-2016 (milyar rupiah)

KATEGORI LAPANGAN USAHA 2012 2013 2014 2015* 2016**

A Pertanian, Kehutanan, dan Perikanan 106,536.70 108,832.11 107,793.38 113,826.30 116,250.93


B Pertambangan dan Penggalian 13,745.87 14,594.16 15,566.65 16,040.77 19,044.52
C Industri Pengolahan 241,528.86 254,694.12 271,526.77 284,575.77 296,227.40
D Pengadaan Listrik dan Gas 751.16 813.60 866.49 887.58 954.81
E Pengadaan Air, Pengelolaan Sampah, Limbah dan Daur Ulang 547.79 549.04 567.98 577.26 589.81
F Konstruksi 70,034.62 73,465.92 76,681.88 81,286.11 86,875.27
G Perdagangan Besar dan Eceran; Reparasi Mobil dan Sepeda Motor 101,058.61 105,825.31 110,899.19 115,299.09 121,181.12
H Transportasi dan Pergudangan 20,818.47 22,760.15 24,868.28 26,807.88 28,592.17
I Penyediaan Akomodasi dan Makan Minum 20,871.60 21,812.57 23,471.64 25,064.28 26,668.74
J Informasi dan Komunikasi 24,690.22 26,663.58 30,130.16 33,001.27 35,742.56
K Jasa Keuangan dan Asuransi 18,588.74 19,311.45 20,106.85 21,719.19 23,820.51
L Real Estate 11,934.42 12,853.22 13,776.86 14,822.30 15,829.48
M,N Jasa Perusahaan 2,087.13 2,340.12 2,526.62 2,741.14 3,032.33
O Administrasi Pemerintahan, Pertahanan dan Jaminan Sosial Wajib 20,373.58 20,912.83 21,075.65 22,194.69 22,720.44
P Jasa Pendidikan 22,760.88 24,930.59 27,266.22 29,324.08 31,563.64
Q Jasa Kesehatan dan Kegiatan Sosial 4,959.38 5,312.61 5,916.71 6,307.62 6,929.50
R,S,T,U Jasa lainnya 10,055.07 10,983.73 11,917.82 12,300.03 13,360.35

PRODUK DOMESTIK REGIONAL BRUTO 691,343.12 726,655.12 764,959.15 806,775.36 849,383.56

Sumber: Jawa Tengah Dalam Angka 2017

Grafik 1 : PDRB Provinsi Jawa Tengah 2012-2016


Grafik 2: Pertumbuhan Ekonomi Provinsi Jawa Tengah 2012-2016

Pertumb PDRB Prov Jawa Tengah


5.50

5.40

5.30
Persentase

5.20

5.10

5.00

4.90
2013 2014 2015 2016
Pertumb PDRB 5.11 5.27 5.47 5.28
Perkembangan Investasi di Provinsi Jawa Tengah

Salah satu sumber pembiayaan atas fasilitas sarana dan prasarana yang terdapat di Provinsi Jawa
Tengah, adalah dengan menggairahkan dan mengundang Investor baik dari Dalam maupun dari
Dalam Negeri Sendiri. Selama kurun waktu 2012-2018 (triwulan I) perkembangan Investasi terus
mengalami peningkatn secara kuantitatif, hal ini menunjukkan indikasi bahwa Proses Perijinan
atas Investasi yang dilakukan Pemerintah Provinsi Jawa Tegah cukup transparent dan mudah,
dengan tetap memperhatikan peraturan yang berlaku.

PERKEMBANGAN INVESTASI DI JAWA TENGAH TAHUN 2012-2018 (Tw 1)


2012 2013
Provinsi Jawa Tengah
Proyek US$ Ribu Rp Juta Rp Triliun Proyek US$ Ribu Rp Juta Rp Triliun
Target 540.627,53 4.865.647,78 4,87 1.815.352,08 17.159.538,10 17,16
PMA 127 241.512,60 2.173.613,40 2,17 148 464.299,60 4.388.772,17 4,39
Realisasi PMDN 124 644.123,14 5.797.108,30 5,80 145 1.332.314,82 12.593.649,00 12,59
Total 251 885.635,74 7.970.721,70 7,97 293 1.796.614,42 16.982.421,17 16,98
Capaian 164% 164% 164% 99% 99% 99%
2014 2015
Provinsi Jawa Tengah
Proyek US$ Ribu Rp Juta Rp Triliun Proyek US$ Ribu Rp Juta Rp Triliun
Target 2.146.523,61 23.100.000,00 23,10 1.920.000,25 24.000.000,00 24,00
PMA 224 463.360,60 4.986.495,28 4,99 608 850.400,00 10.629.970,00 10,63
Realisasi PMDN 183 1.263.901,32 13.601.583,60 13,60 873 1.232.857,17 15.410.714,60 15,41
Total 407 1.727.261,92 18.588.078,88 18,59 1,481 2.083.257,17 26.040.684,60 26,04
Capaian 80% 80% 80% 109% 109% 109%

2016 2017
Provinsi Jawa Tengah
Proyek US$ Ribu Rp Juta Rp Triliun Proyek US$ Ribu Rp Juta Rp Triliun
Target 2.040.740,74 27.550.000,00 27,55 3.123.595,50 41.700.000,00 41,70
PMA 1,060 1.030.795,90 14.113.020,20 14,11 955 2.372.522,50 31.673.175,38 31,67
Realisasi PMDN 1,008 1.805.064,84 24.070.352,60 24,07 1,403 1.488.090,82 19.866.012,50 19,87
Total 2,068 2.835.860,74 38.183.372,80 38,18 2,358 3.860.613,32 51.539.187,88 51,54
Capaian 139% 139% 139% 124% 124% 124%
2018 (Triwulan 1)
Provinsi Jawa Tengah
Proyek US$ Ribu Rp Juta Rp Triliun
Target 3.518.656,72 47.150.000,00 47,15
PMA 158 437.243,80 5.859.065,19 5,86
Realisasi PMDN 402 764.949,87 10.250.325,20 10,25
Total 560 1.202.193,67 16.109.390,39 16,11
Capaian 34% 34% 34%
Sumber: Badan Penanaman Modal Daerah Prov Jawa Tegah 2018

Pengembangan Perhotelan dan Jasa Akomodasi Lainnya

Salah satu upaya peningkatan pembangunan perekonomian di suatu negara adalah dengan
meningkatkan pendapatan domestiknya. Peningkatan pendapatan domestik salah satunya
dilakukan melalui peningkatan industri kreatif dan kepariwisataan. Pengembangan kepariwisataan
saat ini makin penting karena tidak semata‐mata hanya meningkatkan penerimaan devisa, tetapi
juga memperluas kesempatan kerja dan kesempatan berusaha, sehingga mampu mendorong
kegiatan sektor ekonomi lainnya seperti sektor angkutan dan industri kerajinan kecil/rumah
tangga, termasuk juga akomodasi/ perhotelan.
Pemerintah bekerjasama dengan pihak‐pihak terkait terus berupaya meningkatkan peranan sektor
pariwisata dan industri kreatif dengan mengeluarkan berbagai kebijakan di bidang pariwisata dan
berusaha mendorong pihak swasta agar berperan aktif dalam pembangunan kepariwisataan.
Dalam upaya memenuhi kebutuhan informasi mengenai kepariwisataan khususnya perhotelan,
Badan Pusat Statistik (BPS) melakukan pengumpulan data statistik hotel dan akomodasi lainnya
yang dilakukan secara rutin setiap tahun guna menghimpun informasi mengenai perhotelan.
Nama dan alamat hotel diperoleh dari hasil pendataan lapangan terhadap seluruh
perusahaan/usaha akomodasi.
Berdasarkan Permen Budpar No PM.86/HK.501/MKP/2010 tentang tata cara pendaftaran
usaha penyediaan akomodasi, jenis usaha akomodasi meliputi: Hotel (bintang dan non bintang),
bumi perkemahan, persinggahan karavan, vila, pondok wisata dan akomodasi lainnya. Kriteria
(klasifikasi) hotel bintang dan non bintang berdasarkan Kepmen Budpar No
KM.3/HK.001/MKP.02 dilakukan oleh lembaga yang dibentuk oleh pemerintah beranggotakan
pihak swasta seperti PHRI dan pemerintah seperti Pemda

Konsep dan Definisi

Konsep dan Definisi Akomodasi dibedakan atas dua golongan besar yaitu hotel berbintang dan usaha
akomodasi lainnya. Usaha akomodasi lainnya mencakup usaha hotel melati, penginapan remaja (youth
hostel), pondok wisata (home stay), perkemahan, dan jasa akomodasi lainnya. Klasifikasi hotel, baik
hotel berbintang maupun hotel melati dilakukan oleh Dewan Pimpinan Daerah (DPD) PHRI Jawa Tengah.

Berikut adalah konsep dan definisi yang digunakan dalam publikasi ini :

Usaha adalah suatu kegiatan ekonomi yang bertujuan menghasilkan barang/jasa untuk diperjual‐belikan
atau ditukar dengan barang lain, dan ada seorang atau lebih yang bertanggungjawab/menanggung
resiko.

Perusahaan adalah setiap bentuk usaha yang menjalankan jenis usaha yang bersifat tetap, terus
menerus, yang didirikan, bekerja dan berkedudukan dalam wilayah Indonesia, untuk tujuan
memperoleh keuntungan dan atau laba.

Usaha Akomodasi: suatu usaha yang menggunakan suatu bangunan atau sebagian bangunan yang
disediakan secara khusus, dan setiap orang dapat menginap, makan, serta memperoleh pelayanan dan
fasilitas lainnya dengan pembayaran secara harian.

Hotel Berbintang: usaha yang menggunakan suatu bangunan atau sebagian bangunan yang disediakan
secara khusus, dan setiap orang dapat menginap, makan, serta memperoleh pelayanan dan fasilitas
lainnya dengan pembayaran dan telah memenuhi persyaratan sebagai hotel berbintang seperti yang
telah ditentukan oleh Dinas Pariwisata Daerah (Diparda). Ciri khusus dari hotel adalah mempunyai
restoran baik dikelola langsung oleh manajemen hotel maupun oleh pihak lain. Persyaratan/kriteria
sebagai hotel berbintang sesuai ketentuan/persyaratan dari Dinas Pariwisata Daerah antara lain
meliputi:

a. Persyaratan fisik, seperti lokasi hotel, kondisi bangunan.

b. Bentuk pelayanan yang diberikan (service).

c. Kualifikasi tenaga kerja seperti pendidikan dan kesejahteraan karyawan.

d. Fasilitas olahraga dan rekreasi lainnya yang tersedia, seperti lapangan tenis, kolam renang dan
diskotik.

Hotel Non Bintang: usaha yang menggunakan suatu bangunan atau sebagian bangunan yang disediakan
secara khusus, dimana setiap orang dapat menginap, makan, serta memperoleh pelayanan dan fasilitas
lainnya dengan pembayaran dan belum memenuhi persyaratan sebagai hotel berbintang tetapi telah
memenuhi kriteria sebagai hotel melati yang dikeluarkan oleh Dinas Pariwisata Daerah.

Penginapan Remaja (Youth Hostel): usaha penyediaan jasa pelayanan penginapan bagi remaja sebagai
akomodasi dalam rangka kegiatan pariwisata dengan tujuan untuk rekreasi, memperluas
pengetahuan/pengalaman dan perjalanan.

Pondok Wisata (Home Stay): usaha penyediaan jasa pelayanan penginapan bagi umum dengan
pembayaran harian, yang dilakukan perseorangan dengan menggunakan sebagian dari tempat
tinggalnya.

Jasa akomodasi lainnya: usaha penyediaan jasa pelayanan penginapan yang tidak termasuk salah satu
diatas misalnya bumi perkemahan, persinggahan karavan, motel.

Fasilitas Hotel adalah segala sarana dan prasarana yang dapat mempermudah upaya dan memperlancar
kerja dan pelayanan tamu hotel.

Jumlah perusahaan/usaha jasa akomodasi yang ada di Provinsi Jawa Tengah Tahun 2016 tercatat
sebanyak 1.627 perusahaan/usaha jasa akomodasi yang tersebar di 35 kabupaten/kota. Dari 1.627
perusahaan/usaha jasa akomodasi yang ada, sebanyak 240 perusahaan/usaha jasa akomodasi
merupakan hotel berbintang dan 1.387 perusahaan/usaha jasa akomodasi merupakan hotel non
bintang/usaha akomodasi lainnya. Hotel berbintang tersebar di 28 kabupaten/kota sedangkan hotel
non bintang yang meliputi hotel melati, penginapan remaja (youth hostel), pondok wisata (home
stay), dan jasa akomodasi lainnya tersebar di seluruh kabupaten/kota Provinsi Jawa Tengah..

Sepanjang periode tahun 2011-2016 jumlah hotel bintang terus mengalami kenaikan, kenaikan tertinggi terjadi pada
tahun 2016 baik hotel bintang dan non bintang. Hotel bintang pada tahun 2016 bertambah 36 dan non bintang
bertambah 58 hotel. Bertambahnya hotel bintang di Jawa Tengah dapat dapat menunjang sektor pariwisata yang ada,
sehingga dapat berdampak pada bertumbuhnya perekonomian daerah.
Tabel : Jumlah Usaha Akomodasi Menurut Klasifikasi Hotel Bintang Di Provinsi Jawa Tengah 2011-2016

Jumlah Hotel
Klasifikasi
2011 2012 2013 2014 2015 2016
(1) (2) (3) (4) (5) (6) (7)
Bintang 5 7 7 10 9 9 9
Bintang 4 14 15 20 22 27 34
Bintang 3 37 38 42 50 60 83
Bintang 2 23 32 37 44 50 56
Bintang 1 50 47 57 61 58 58
Bintang 131 139 166 186 204 240
Non Bintang 1 237 1 302 1 297 1 342 1 329 1 387
Jumlah Hotel 1 368 1 441 1 463 1 528 1 533 1 627
JUMLAH 61 44 50 22 9 186 1 016 326 15
2
8

Perbandingan jumlah usaha akomodasi hotel bintang dan non bintang dan jumlah kamar dan
tempat tidur di Jawa Tengah periode 2010-2016 disajikan pada Tabel 2.

Tabel 2. Jumlah Kamar dan Tempat Tidur Usaha Akomodasi di Jawa Tengah Periode 2010-2016

Hotel Tempat
Tahun Kamar
Bintang Non Bintang Jumlah Tidur
(1) (2) (3) (4) (5) (6)
2016 240 1 387 1 627 43 402 65 204
2015 204 1 329 1 533 39 313 59 046
2014 186 1 342 1 528 38 818 59 467
2013 166 1 297 1 463 35 217 56 266
2012 139 1 302 1 441 33 134 54 092
2011 131 1 237 1 368 30 738 50 757
2010 119 1 225 1 344 28 621 45 358

Perkembangan hotel bintang dan non bintang selama periode 2010-2016 di Provinsi Jawa Tengah terus
mengalami peningkatan, Peningkatan cukup signifikan terjadi pada tahun 2016. Pada Gambar 1 terlihat
bahwa hotel bintang pada tahun 2016 bertambah jumlahnya, dari 204 hotel, tahun 2015 menjadi 240 hotel,
atau bertambah 36 unit hotel atau meningkat sebesar 17,64 persen. Hal ini antara lain disebabkan adanya
perubahan status dari hotel non bintang menjadi berbintang serta dibangunnya hotel-hotel berbintang yang
baru.

Kunjungan Wisata
Selama tahun 2015 jumlah kunjungan Wisatawan Nusantara yang berkunjung ke Provinsi Jawa
Tengah berjumlah 31.324.203 orang, sedangkan untuk Kabupaten Semarang kunjungan
wisatawan nusantara sebesar 2.111.020 orang atau sebesar 6.716 persen seperti di table di bawah
ini
No Kabupaten/Kota Pebruari April Juni Agustus Oktober Desember Jumlah
Januari Maret Mei Juli September November
1 Banjarnegara 65,163 50,009 59,020 60,047 85,908 70,567 141,928 74,331 69,942 59,174 53,481 86,646 876,216
2 Banyumas 177,568 119,410 92,992 185,187 233,153 101,731 339,678 98,039 119,099 97,502 115,066 195,292 1,874,717
3 Batang 33,060 14,806 26,992 17,490 41,447 71,413 58,012 55,831 27,676 30,160 37,473 37,843 452,203
4 Blora 9,505 10,134 8,798 9,068 10,938 2,690 26,180 11,902 3,829 4,790 4,395 5,495 107,724
5 Boyolali 33,687 20,258 27,529 20,847 27,674 36,526 50,553 18,981 26,708 29,614 11,634 14,667 318,678
6 Brebes 43,884 29,183 26,260 23,149 23,532 19,516 75,671 52,322 32,440 29,427 25,338 32,380 413,102
7 Cilacap 875 980 1,701 609 1,184 780 9,349 4,459 6,824 1,455 946 1,677 30,839
8 Demak 93,556 68,541 75,680 118,323 254,184 100,862 56,393 98,787 82,775 165,031 154,871 185,553 1,454,556
9 Grobogan 203 158 233 124 155 18,271 28,250 18,292 19,154 23,537 20,335 26,439 155,151
10 Jepara 87,457 52,504 62,374 195,320 69,124 126,765 363,505 121,723 111,314 143,188 132,482 171,118 1,636,874
11 Magelang 351,782 202,062 235,163 242,996 555,540 293,692 432,851 237,391 171,371 344,203 237,965 669,407 3,974,423
12 Pekalongan 34,800 18,534 26,054 23,678 31,529 19,422 69,065 38,688 27,751 29,957 24,872 34,661 379,011
13 Semarang 82,995 584,777 104,460 94,980 140,442 105,349 142,968 153,168 138,902 163,936 171,905 227,138 2,111,020
14 Tegal 68,505 26,986 34,914 35,996 61,241 43,426 202,420 62,103 51,976 54,512 50,838 112,733 805,650
15 Karanganyar 93,474 41,414 52,622 50,316 78,154 80,009 93,158 62,887 59,772 85,199 55,246 117,650 869,901
16 Kebumen 109,040 49,855 55,650 48,047 77,709 70,235 372,526 69,498 57,623 52,161 45,529 109,263 1,117,136
17 Kendal 26,079 13,126 16,684 14,782 19,933 11,677 62,167 13,042 11,822 10,520 10,375 14,049 224,256
18 Klaten 21,332 13,640 15,209 18,833 30,668 24,872 83,297 19,191 18,507 24,141 24,492 25,610 319,792
19 Kota Magelang 91,184 51,545 72,492 89,746 125,451 78,136 90,676 74,002 62,938 72,422 58,530 114,827 981,949

20 Kota Pekalongan 25,574 18,804 20,877 18,369 244 3,256 30,011 18,744 17,620 17,054 17,244 18,733 206,530
21 Kota Semarang 208,557 136,693 169,878 180,979 306,830 222,508 355,916 196,157 196,797 178,974 206,472 360,826 2,828,464
22 Kota Tegal 60,536 55,508 42,006 38,566 48,533 31,379 71,234 34,315 30,017 37,317 42,468 39,283 531,162
23 Kudus 55,007 32,230 38,022 48,297 88,038 52,702 34,667 42,646 36,246 64,954 65,306 72,676 630,791
24 Pati 65,842 58,212 60,821 62,210 75,782 59,931 77,689 64,271 65,228 372,189 67,327 58,839 1,088,341
25 Pemalang 41,787 6,672 14,573 9,335 20,016 16,122 86,646 10,485 9,825 15,553 9,303 30,683 271,000
26 Purbalingga 108,007 80,351 98,381 128,901 158,252 117,467 167,109 76,038 83,676 99,283 90,196 156,529 1,364,190
27 Purworejo 43,166 20,120 39,892 28,200 34,453 32,789 91,404 26,588 27,535 21,882 28,488 53,263 447,780
28 Rembang 74,523 49,237 56,589 52,569 59,060 132,019 146,839 21,159 19,405 23,033 14,417 26,497 675,347
29 Salatiga 7,253 6,728 6,753 7,563 8,035 6,173 6,705 8,225 8,230 5,335 7,625 8,214 86,839
30 Sragen 9,107 22,664 9,518 8,422 47,024 22,398 50,550 24,160 26,352 41,274 29,555 40,017 331,041
31 Sukoharjo 4,485 3,558 4,364 3,234 3,698 4,922 6,056 4,499 4,279 5,300 5,886 405 50,686
32 Kota Surakarta 225,014 183,312 199,472 203,107 267,661 184,575 277,715 245,520 286,412 284,605 287,077 297,635 2,942,105
33 Temanggung 31,653 21,396 31,588 25,569 5,487 33,197 42,587 22,773 26,161 31,693 22,903 36,090 331,097
34 Wonogiri 50,211 14,904 21,521 19,012 28,591 27,202 105,943 18,937 15,705 20,726 16,835 31,887 371,474
35 Wonosobo 76,212 43,252 51,666 42,252 87,122 49,396 203,526 104,522 80,654 67,306 68,819 297,308 1,172,035
Tahun 2015 2,511,083 2,121,563 1,860,748 2,126,123 3,106,792 2,271,975 4,453,244 2,203,676 2,034,565 2,707,407 2,215,694 3,711,333 31,432,080

2014 2,220,932 1,256,939 1,803,549 2,168,187 2,878,453 3,076,039 2,128,367 4,010,876 1,982,698 2,309,246 2,717,802 3,299,007 29,852,095
2013 2,089,536 1,305,302 1,694,578 1,722,882 2,843,750 3,030,319 1,727,977 4,370,196 3,783,580 1,901,063 2,124,241 2,837,185 29,430,609
2012 2,021,226 1,221,521 1,528,443 1,730,318 2,420,054 2,655,380 2,018,730 3,570,606 1,959,064 1,679,920 1,617,086 2,817,659 25,240,007
TW I TW II TW III TW IV
Prov Jateng 6,493,394 7,504,890 8,691,485 8,634,434 31,324,203
Kota Semarang 515,128 710,317 748,870 746,272 2,720,587
Kab Semarang 772,232 340,771 435,038 562,979 2,111,020
Sumber: Dinas Pariwisata, Pemuda dan Olahraga Provinsi Jawa Tengah, 2016

Untuk kunjungan Wisatawan Mancanegara selama Tahun 2015, berjumlah 375.166 orang yang
berkunjung ke Provinsi Jawa Tengah; Untuk kunjungan Wisatawan Asing yang berkunjung ke
Kabupaten Semarang berjumlah 3.381 orang atau sekitar 0.901 persen dati total kunjungan wisata
mancanegara
No Kabupaten/Kota Pebruari April Juni Agustus Oktober Desember Total
Januari Maret Mei Juli September November
1 Banjarnegara 343 424 490 455 1,488 567 535 989 1,151 635 418 380 7,875
2 Banyumas 13 10 11 34 51 8 13 76 56 48 25 15 360
3 Batang - - - - - - - - - - - - -
4 Blora - - - - - - - - - - - - -
5 Boyolali - - - - - - - - - - - - -
6 Brebes - - - - - - - - - - - - -
7 Cilacap - - - - - - - - - - - - -
8 Demak 71 5 14 1 38 11 7 115 65 36 39 37 439
9 Grobogan - - - - - - - - - - - - -
10 Jepara 849 950 1,390 2,252 1,210 1,125 2,787 1,247 1,399 2,535 2,768 2,602 21,114
11 Magelang 18,375 18,896 19,330 17,952 22,405 20,996 35,069 46,134 30,617 18,035 17,990 20,344 286,143
12 Pekalongan - - 6 - - - - 2 - - - - 8

13 Semarang 230 108 357 211 168 104 231 410 307 289 356 610 3,381
14 Tegal 12 10 8 8 4 2 10 2 5 8 7 25 101
15 Karanganyar 466 590 543 620 674 608 531 1,554 693 784 2,469 543 10,075

16 Kebumen - - - - - - - - - - - - -
17 Kendal - - - - - - - - - - - - -
18 Klaten 100 110 150 68 103 116 143 78 85 102 70 122 1,247
19 Kota Magelang 596 110 110 19 453 358 338 534 377 186 202 467 3,750

20 Kota Pekalongan 4 1 4 1 1 3 1 8 6 - 16 2 47

21 Kota Semarang 1,198 1,302 1,059 802 1,234 1,163 1,531 1,243 1,461 1,136 1,354 2,050 15,533

22 Kota Tegal - - - - - - - - - - - - -
23 Kudus - 10 2 - 5 - - - - - - - 17
24 Pati 11 - - - - - - - 4 - - - 15
25 Pemalang - - - - - - - - - - - - -
26 Purbalingga 31 10 28 17 8 - - 6 23 - 5 23 151

27 Purworejo - - - - - - - - - - - - -
28 Rembang - - - - - - - - 5 1 1 - 7
29 Salatiga 20 10 10 - 35 10 45 45 - 35 35 43 288
30 Sragen 2,969 12 - - 15 7 1 19 1 7 - 194 3,225
31 Sukoharjo - - - - - - - - - - - - -
32 Kota Surakarta 806 1,794 1,121 1,251 1,168 1,116 1,609 1,701 1,803 1,664 1,260 1,008 16,301

33 Temanggung 2 - 9 2 - 3 4 - - - - - 20

34 Wonogiri 6 4 3 - - - - - - - - - 13
35 Wonosobo 326 342 353 403 537 406 478 885 382 485 213 246 5,056
Tahun 2015 26,428 24,698 24,998 24,096 29,597 26,603 43,333 55,048 38,440 25,986 27,228 28,711 375,166

2014 26,249 18,977 26,073 31,335 34,703 33,097 42,615 61,718 44,998 36,894 30,677 32,248 419,584
2013 24,740 21,951 25,102 25,429 30,360 30,302 40,429 52,826 39,396 35,229 29,296 33,083 388,143
2012 20,667 19,176 22,351 27,443 26,489 27,995 40,835 41,665 41,760 40,417 25,598 28,754 363,150

TW I TW II TW III TW IV
Prov Jateng 76,124 80,296 136,821 81,925 375,166
Kota Semarang 3,559 3,199 4,235 4,540 15,533
Kab Semarang 695 483 948 1,255 3,381
Sumber: Dinas Pariwisata, Pemuda dan Olahraga Provinsi Jawa Tengah, 2016

Sedangkan pada tahun 2016, jumlah kunjungan Wisatawan Nusantara yang berkunjung ke
Provinsi Jawa Tengah adalah sebanyak 36.899.776 orang, untuk Kabupaten Semarang jumlah
wisatawan nusantara yang berkunjung berjumlah 2.228.500 orang atau memberikan konstribusi
sebesar 6.039 persen, dengan masa kunjungan terbesar di triwulan III dan ke IV, saat liburan
sekolah atau Hari Raya dan Pergantian Tahun, seperti table dibawah ini;
No Kabupaten/Kota Pebruari April Juni Agustus September Oktober November Desember Jumlah
Januari Maret Mei Juli

1 Banjarnegara 111,014 65,615 90,291 77,611 146,676 42,377 182,434 53,031 70,181 64,230 71,869 117,253 1,092,582
2 Banyumas 241,583 136,273 137,182 125,471 192,661 67,279 203,527 140,474 97,679 113,928 72,265 166,354 1,694,676
3 Batang 33,544 - 24,839 56,907 53,927 42,830 96,499 53,034 25,846 36,259 26,844 558,103 1,008,632
4 Blora 14,703 15,341 15,301 14,119 13,847 13,029 36,248 15,547 17,068 17,677 17,110 39,833 229,823
5 Boyolali 48,008 36,862 47,986 29,345 62,596 34,717 79,758 49,623 37,960 46,564 52,650 65,978 592,047
6 Brebes 53,983 29,769 22,574 22,161 21,828 38,967 74,718 22,477 26,569 20,716 18,737 124,896 477,395
7 Cilacap 25,332 35,470 19,379 22,147 38,410 11,895 164,202 54,051 26,213 48,957 22,383 56,512 524,951
8 Demak 109,750 71,194 92,571 175,616 294,787 13,416 107,625 78,047 66,562 183,957 107,002 226,182 1,526,709
9 Grobogan 42,577 30,978 59,565 27,325 34,328 15,185 75,806 26,900 36,049 32,158 26,638 40,570 448,079
10 Jepara 97,037 75,643 78,890 132,512 180,300 108,617 388,162 112,015 121,077 154,882 111,924 192,179 1,753,238
11 Magelang 384,979 267,514 266,830 279,939 477,248 271,227 571,881 231,535 222,424 288,184 275,389 763,840 4,300,990
12 Pekalongan 42,795 19,995 29,757 24,061 32,315 11,569 86,199 21,809 24,911 21,979 19,775 36,313 371,478

13 Semarang 174,950 118,937 121,904 248,029 232,973 115,544 320,095 162,841 181,054 193,629 129,417 229,127 2,228,500
14 Tegal 759 886 989 42,561 74,600 45,224 213,269 16,375 64,012 63,901 57,515 104,147 684,238
15 Karanganyar 140,526 72,187 109,298 73,898 122,627 51,167 225,429 67,465 109,432 116,538 102,880 161,192 1,352,639

16 Kebumen 130,561 62,758 51,061 37,118 104,711 26,844 362,193 19,044 61,648 37,118 44,244 106,568 1,043,868
17 Kendal 19,037 19,563 10,269 9,371 11,598 4,183 37,940 7,670 10,244 12,134 8,856 13,241 164,106
18 Klaten 239,010 163,112 171,724 196,495 233,220 68,327 151,732 45,652 16,632 29,737 - - 1,315,641
19 Kota Magelang 63,170 44,619 65,316 70,613 177,231 35,750 100,948 84,802 70,541 84,619 55,408 96,693 949,710
20 Kota Pekalongan 39,971 24,965 28,776 32,385 31,046 17,798 64,069 22,377 15,439 27,562 16,778 225,295 546,461

21 Kota Semarang 178,301 134,438 132,451 110,275 265,804 93,757 186,877 570,433 75,641 305,746 352,767 616,951 3,023,441
22 Kota Tegal 57,113 31,934 35,289 79,284 48,840 23,704 74,449 37,310 40,121 49,233 35,209 47,183 559,669
23 Kudus 66,665 56,694 69,283 68,849 73,985 23,614 144,227 69,001 64,118 68,080 70,535 75,363 850,414
24 Pati 66,529 61,806 69,711 80,223 86,838 55,246 99,604 59,566 72,033 392,079 84,807 118,667 1,247,109
25 Pemalang 29,157 25,350 35,517 - 42,350 - 118,731 21,946 32,574 27,300 31,246 58,977 423,148
26 Purbalingga 156,053 118,802 137,421 6,873 90,505 43,651 249,547 71,258 116,364 103,719 87,549 195,384 1,377,126
27 Purworejo 64,067 33,277 30,623 32,561 52,583 - 173,397 53,252 89,543 159,845 161,893 106,990 958,031
28 Rembang 107,170 63,062 28,808 86,604 111,898 59,600 256,941 71,567 90,001 100,585 112,964 133,248 1,222,448
29 Salatiga 11,706 9,008 8,123 6,947 9,116 6,605 8,996 7,536 1,348 1,573 2,716 630 74,304
30 Sragen 72,354 40,645 59,594 44,912 48,811 12,687 45,113 18,915 - 29,534 27,982 50,777 451,324
31 Sukoharjo 4,410 4,791 3,959 4,172 4,768 2,958 5,916 4,891 4,452 7,386 3,817 1,547 53,067
32 Kota Surakarta 243,852 205,575 216,095 245,180 53,384 8,982 336,009 227,960 47,901 298,513 283,763 322,207 2,489,421
33 Temanggung 41,438 26,830 31,052 36,213 43,372 33,530 69,622 18,082 25,889 28,395 21,292 40,923 416,638
34 Wonogiri 52,886 16,964 16,792 17,238 32,991 12,203 120,614 21,707 19,492 31,323 27,808 50,066 420,084
35 Wonosobo 2,125 48,271 49,530 42,862 94,339 28,106 272,336 94,312 80,413 68,898 56,779 189,818 1,027,789
Tahun 2016 3,167,115 2,169,128 2,368,750 2,559,877 3,596,513 1,440,588 5,705,113 2,632,505 2,061,431 3,266,938 2,598,811 5,333,007 36,899,776
2015 2,511,083 2,121,563 1,860,748 2,126,123 3,106,792 2,271,975 4,453,244 2,203,676 2,034,565 2,707,407 2,215,694 3,711,333 31,432,080
2014 2,220,932 1,256,939 1,803,549 2,168,187 2,878,453 3,076,039 2,128,367 4,010,876 1,982,698 2,309,246 2,717,802 3,299,007 29,852,095
2013 2,089,536 1,305,302 1,694,578 1,722,882 2,843,750 3,030,319 1,727,977 4,370,196 3,783,580 1,901,063 2,124,241 2,837,185 29,430,609
2012 2,021,226 1,221,521 1,528,443 1,730,318 2,420,054 2,655,380 2,018,730 3,570,606 1,959,064 1,679,920 1,617,086 2,817,659 25,240,007
TW I TW II TW III TW IV
Prov Jateng 7,704,993 7,596,978 10,399,049 11,198,756 36,899,776
Kota Semarang 445,190 469,836 832,951 1,275,464 3,023,441
Kab Semarang 415,791 596,546 663,990 552,173 2,228,500

Sumber: Dinas Pariwisata, Pemuda dan Olahraga Provinsi Jawa Tengah, 2017

Untuk kunjungan Wisatawan Mancanegara selama Tahun 2016, berjumlah 578.924 orang yang
berkunjung ke Provinsi Jawa Tengah; Untuk kunjungan Wisatawan Asing yang berkunjung ke
Kabupaten Semarang berjumlah 29.443 orang atau sekitar 5.084 persen dati total kunjungan
wisata mancanegara.
No Kabupaten/Kota Pebruari April Juni Agustus Oktober Desember Total
Januari Maret Mei Juli September November
1 Banjarnegara 426 312 306 252 455 454 889 952 733 494 263 191 5,727
2 Banyumas 56 21 27 49 49 33 78 30 30 56 10 - 439
3 Batang - - - - - - - - - - - - -
4 Blora - - - - 946 - - - - - - - 946
5 Boyolali - - - - - - - - - - - - -
6 Brebes - - - - - - - - - - - - -
7 Cilacap - - - - - - - - - - - - -
8 Demak 15 44 118 75 18 5 54 41 33 75 31 62 571
9 Grobogan - - - - - - - - - - - - -
10 Jepara 1,291 1,064 1,111 1,611 1,350 1,642 2,493 1,354 1,767 2,537 2,885 2,252 21,357
11 Magelang 17,212 18,983 17,647 19,918 21,472 22,008 37,920 46,713 32,217 27,618 23,847 22,730 308,285
12 Pekalongan 5 - 5 - 2 - 3 2 - - - 5 22

13 Semarang 381 807 528 787 343 268 8,939 7,069 1,901 2,482 3,264 2,664 29,433
14 Tegal - 80 - - 100 - 489 - 83 - - 312 1,064
15 Karanganyar 306 282 348 310 643 366 1,043 1,328 386 344 244 264 5,864
16 Kebumen - - - - - - - - - - - - -
17 Kendal - - - - - - - - - - - - -
18 Klaten 10,189 13,518 12,828 14,671 14,245 1,152 456 600 409 583 - - 68,651
19 Kota Magelang 530 275 388 368 506 309 334 346 421 350 268 57 4,152

20 Kota Pekalongan 40 13 28 17 26 12 28 49 10 5 16 15 259


21 Kota Semarang 10,467 8,245 8,479 7,959 12,511 5,589 17,343 9,596 9,811 2,946 3,508 5,302 101,756

22 Kota Tegal - - - - - - - - - - - - -
23 Kudus 6 3 3 5 4 - 18 - - - 2 - 41
24 Pati - - - 4 2 1 - - - - - - 7
25 Pemalang - - - - - - - - - - - - -
26 Purbalingga 14 3 - - - 5 12 11 2 - - 5 52
27 Purworejo - - - - - - - - - 3 35 - 38
28 Rembang - - 7,130 7 - - - - - - - - 7,137
29 Salatiga - 4 6 17 2 10 - - - - - - 39
30 Sragen 99 96 156 78 - - - - - 67 135 - 631
31 Sukoharjo - - - - - - - - - - - - -
32 Kota Surakarta 772 895 727 923 6,430 212 2,061 2,111 2,365 1,272 1,008 888 19,664
33 Temanggung 9 109 83 175 - - - - - - 11 6 393

34 Wonogiri 120 - - - - - - - - - - - 120


35 Wonosobo - 233 125 153 980 785 - - - - - - 2,276
Tahun 2016 41,938 44,987 50,043 47,379 60,084 32,851 72,160 70,202 50,168 38,832 35,527 34,753 578,924

2015 26,428 24,698 24,998 24,096 29,597 26,603 43,333 55,048 38,440 25,986 27,228 28,711 375,166
2014 26,249 18,977 26,073 31,335 34,703 33,097 42,615 61,718 44,998 36,894 30,677 32,248 419,584
2013 24,740 21,951 25,102 25,429 30,360 30,302 40,429 52,826 39,396 35,229 29,296 33,083 388,143
2012 20,667 19,176 22,351 27,443 26,489 27,995 40,835 41,665 41,760 40,417 25,598 28,754 363,150

TW I TW II TW III TW IV
Prov Jateng 136,968 140,314 192,530 109,112 578,924
Kota Semarang 27,191 26,059 36,750 11,756 101,756
Kab Semarang 1,716 1,398 17,909 8,410 29,433
Sumber: Dinas Pariwisata, Pemuda dan Olahraga Provinsi Jawa Tengah, 2017

PDRB Kab Semarang, Atas Dasar Harga Konstan 2010, Menurut Lapangan Usaha 2012-2016
(dalam milyar)
Lapangan Usaha 2012 2013 2014 2015 2016
A. Pertanian, Kehutanan, dan Perikanan 3,026.52 3,080.14 3,121.86 3,271.96 3,413.32
B. Pertambangan dan Penggalian 61.78 62.94 64.23 65.77 68.64
C. Industri Pengolahan 9,361.20 10,017.55 10,704.60 11,315.87 11,851.52
D. Listrik & Gas 32.13 34.78 36.30 37.16 39.18
E. Air, Pengelolaan Sampah, Limbah 21.73 21.91 22.32 22.77 23.53
F. Bangunan 3,196.64 3,435.22 3,633.97 3,773.72 3,922.26
G. Perdagangan Besar dan Eceran, Rparasi Mobil 2,942.07 3,087.82 3,182.06 3,346.97 3,538.47
H. Transportasi dan Pergudangan 503.60 543.77 590.70 627.64 661.79
I. Akomodasi dan Makan Minum 752.98 777.14 824.38 879.12 944.98
J. Informasi dan Komunikasi 841.54 911.01 1,046.30 1,123.12 1,214.60
K. Jasa Keuangan dan Asuransi 801.32 847.74 893.72 963.90 1,040.51
L. Real Estate 751.08 801.52 861.46 919.52 978.68
M,N. Jasa Perusahaan 97.61 110.12 119.59 129.16 137.82
Administrasi Pemerintah,Pertahanan dan
O.
Jaminan 749.67 767.17 772.88 815.55 857.35
P. Jasa Pendidikan 735.84 795.57 885.29 952.50 1,037.14
Q. Jasa Kesehatan dan Kegiatan Sosial 156.27 164.54 179.60 192.07 207.63
R,S,T,U Jasa Lainnya 274.74 299.18 324.85 332.90 348.97
PDRB 24,306.72 25,758.12 27,264.11 28,769.70 30,286.39
Sumber: PDRB Kab/Kota Prov Jawa Tengah, 2018
1.3.9.1. Pendapatan Perkapita
Perkembangan Pendapatan perkapita adalah total PDRB Provinsi Jawa Tengah di bagi dengan jumlah
penduduk pada pertengahan tahun, secara rata-rata untuk provinsi Jawa Tengah selama tahun 2012-2016
mengalami peningkatan secara kuantitatif. Pada tahun 2012 jumlah pendapatan perkapita mencapai
20.950 juta/orang dalam 1 tahun periode, menjadi 24.968 juta/orang pada tahun 2016, namun
pertumbuhannya mengalami kenaikan kemudian menurun di tahun 2016, karena jumlah penduduk yang
semakin meningkat. Pertumbuhan pendapatan perkapita penduduk pada tahun 2013 mengalami kenaikan
sebesar 4.27 persen, terus sampai pada tahun 2015, menjadi 4.68 persen, tapi pada tahun 2016
mengalami pertumbuhan yang melambat menjadi 4.52 persen. Tabel Pendapatan perkapita dan laju
pertumbuhan dapat dilihat dibawah ini;
Tabel 54: Pendapatan Perkapita Provinsi Jawa Tengah 2012-2016
Penduduk 32,998,692 33,264,339 33,522,663 33,774,141 34,019,095
PDRB/Kapita (dalam jutaan) 20.950622 21.844869 22.819164 23.887369 24.967847
Persentase growth income percapita 4.27 4.46 4.68 4.52

Sementara Pendapatan perkapita adalah total PDRB Kbupaten Semarang di bagi dengan jumlah
penduduk pada pertengahan tahun, secara rata-rata untuk Kabupaten Semarang selama tahun 2012-2016
mengalami peningkatan secara kuantitatif. Pada tahun 2012 jumlah pendapatan perkapita mencapai 25.307
juta/orang dalam 1 tahun periode, menjadi 29.862 juta/orang pada tahun 2016, namun pertumbuhannya
mengalami penurunan di tahun 2014-2016, karena jumlah penduduk yang semakin meningkat.
Pertumbuhan pendapatan perkapita penduduk pada tahun 2013 mengalami kenaikan sebesar 4.49 persen,
terus sampai pada tahun 2015, menjadi 4.11 persen, tapi pada tahun 2016 mengalami pertumbuhan yang
melambat menjadi 3.89 persen. Tabel Pendapatan perkapita dan laju pertumbuhan dapat dilihat dibawah ini

Tabel 54: Pendapatan Perkapita Kabupaten Semarang 2012-2016


Jumlah Penduduk 960,477 974,092 987,570 1,000,922 1,014,198
PDRB/Kapita (dalam jutaan) 25.30693 26.44321 27.60727 28.74320 29.86240
Growth/annual 4.49 4.40 4.11 3.89

Pendapatan perkapita adalah total PDRB Kabupaten Boyolali di bagi dengan jumlah penduduk pada
pertengahan tahun, secara rata-rata untuk Kabupaten Boyolali selama tahun 2012-2016 mengalami
peningkatan secara kuantitatif. Pada tahun 2012 jumlah pendapatan perkapita mencapai 16.257 juta/orang
dalam 1 tahun periode, menjadi 19.724 juta/orang pada tahun 2016, namun pertumbuhannya mengalami
fluktuatif sampai dengan di tahun 2016, karena jumlah penduduk yang semakin meningkat. Pertumbuhan
pendapatan perkapita penduduk pada tahun 2013 mengalami kenaikan sebesar 5.13 persen, kemudian
menurun di tahun 2014 dan meningkat di tahun 2015 serta menurun di tahun 2016 menjadi 4.66 persen.
Tabel Pendapatan perkapita dan laju pertumbuhan dapat dilihat dibawah ini;

Tabel 54: Pendapatan Perkapita Kabupaten Boyolali 2012-2016


Penduduk 945,511 951,809 957,913 963,690 969,325
PDRB/Kapita (dalam jutaan) 16.256786 17.090109 17.901772 18.845251 19.723787
Growth/Annual 5.13 4.75 5.27 4.66

Pendapatan perkapita adalah total PDRB Kabupaten Grobogan di bagi dengan jumlah penduduk pada
pertengahan tahun, secara rata-rata untuk Kabupaten Grobogan selama tahun 2012-2016 mengalami
peningkatan secara kuantitatif. Pada tahun 2012 jumlah pendapatan perkapita mencapai 16.10.421
juta/orang dalam 1 tahun periode, menjadi 12.275 juta/orang pada tahun 2016, namun pertumbuhannya
mengalami fluktuatif sampai dengan di tahun 2016, karena jumlah penduduk yang semakin meningkat.
Pertumbuhan pendapatan perkapita penduduk pada tahun 2013 mengalami pertumbuhan sebesar 3.93
persen, kemudian menurun di tahun 2014 dan meningkat di tahun 2015 serta menurun di tahun 2016
menjadi 3.92 persen. Tabel Pendapatan perkapita dan laju pertumbuhan dapat dilihat dibawah ini;

Tabel 54: Pendapatan Perkapita Kabupaten Grobogan 2012-2016


Penduduk 1,328,183 1,336,317 1,343,985 1,351,429 1,358,404
PDRB/Kapita 10.4217943 10.8317937 11.2088081 11.8116527 12.2751553
Growth/Annual 3.93 3.48 5.38 3.92

Pendapatan perkapita adalah total PDRB Kota Semarangi di bagi dengan jumlah penduduk pada
pertengahan tahun, secara rata-rata untuk Kota Semarang selama tahun 2012-2016 mengalami
peningkatan secara kuantitatif. Pada tahun 2012 jumlah pendapatan perkapita mencapai 54.469 juta/orang
dalam 1 tahun periode, menjadi 66.682 juta/orang pada tahun 2016, namun pertumbuhannya mengalami
fluktuatif sampai dengan di tahun 2016, karena jumlah penduduk yang semakin meningkat. Pertumbuhan
pendapatan perkapita penduduk pada tahun 2013 mengalami pertumbuhan sebesar 4.45 persen, kemudian
menurun di tahun 2014 dan meningkat di tahun 2015 serta menurun di tahun 2016 menjadi 3.98 persen.
Tabel Pendapatan perkapita dan laju pertumbuhan dapat dilihat dibawah ini;

Tabel 54: Pendapatan Perkapita Kota Semarang 2012-2016


Penduduk 1,616,494 1,644,374 1,672,994 1,701,114 1,729,083
PDRB/Kapita (jutaan rupiah) 56.4691363 58.9801469 61.6319425 64.1277774 66.6817035
Growth/Annual 4.45 4.50 4.05 3.98
Produk Domestik Regional Bruto Atas Dasar Harga Konstan 2010,
Menurut Lapangan Usaha di Kabupaten Boyolali, 2012-2016 (milyar rupiah)
Lapangan Usaha 2012 2013 2014 2015 2016

A. Pertanian, Kehutanan, dan Perikanan 3,771.71 3,846.26 3,840.29 4,053.72 4,224.69


B. Pertambangan dan Penggalian 622.12 656.81 696.72 710.93 706.60
C. Insdutri Pengolahan 4,066.23 4,482.52 4,858.26 5,180.68 5,439.03

D. Listrik & Gas 3.64 3.96 4.00 4.29 4.55


E. Air, Pengelolaan Sampah, Limbah 10.99 10.94 11.22 11.34 11.54
F. Bangunan/Konstruksi 1,012.23 1,049.62 1,098.59 1,167.37 1,254.48
Perdagangan Besar dan Eceran, Reparasi
G. 2,286.53 2,384.57 2,478.01 2,567.85 2,677.64
Mobil & Sepada Motor
H. Transportasi dan Pergudangan 651.09 710.86 777.72 838.21 895.33
I. Akomodasi dan Makan Minum 434.00 442.78 477.50 513.04 543.84
J. Informasi dan Komunikasi 407.82 443.15 511.96 564.54 617.98
K. Jasa Keuangan dan Asuransi 344.28 358.42 371.59 398.16 434.02
L. Real Estate 181.83 193.86 209.73 228.43 247.97

M,N. Jasa Perusahaan 46.63 53.04 57.39 62.62 68.04


Administrasi Pemerintah,Pertahanan dan
O. 453.01 461.50 460.75 482.68 493.78
Jaminan
P. Jasa Pendidikan 689.66 747.43 833.67 895.95 981.10
Q. Jasa Kesehatan dan Kegiatan Sosial 125.36 133.40 150.30 161.30 177.42
R,S,T,U Jasa Lainnya 263.84 287.40 310.64 319.87 340.75
PDRB 15,370.97 16,266.52 17,148.34 18,160.98 19,118.76
Sumber: PDRB Kab/Kota di Jawa Tengah, 2018
Produk Domestik Regional Bruto Atas Dasar Harga Konstan 2010, Menurut Lapangan Usaha di Kab Grobogan, 2012-2016
(dalam milyar rupiah)

Lapangan Usaha 2012 2013 2014 2015 2016

A. Pertanian, Kehutanan, dan Perikanan 4,420.86 4,499.34 4,450.90 4,821.98 4,934.94


B. Pertambangan dan Penggalian 154.98 167.38 175.80 177.66 181.65
C. Insdutri Pengolahan 1,431.37 1,542.86 1,704.38 1,788.55 1,878.58
D. Listrik & Gas 13.60 14.81 15.76 16.27 17.11
E. Air, Pengelolaan Sampah, Limbah 6.88 7.03 7.36 7.49 7.60
F. Bangunan 755.16 804.91 845.72 884.92 934.38
Perdagangan Besar dan Eceran, Rparasi
G.
Mobil 3,006.95 3,141.79 3,279.56 3,391.38 3,554.13
H. Transportasi dan Pergudangan 660.22 709.69 764.29 813.08 874.14
I. Akomodasi dan Makan Minum 615.01 626.62 666.96 710.33 741.85
J. Informasi dan Komunikasi 348.21 375.22 413.47 449.96 480.75
K. Jasa Keuangan dan Asuransi 504.47 536.72 575.85 617.90 666.40
L. Real Estate 309.37 337.60 357.19 379.16 401.66
M,N. Jasa Perusahaan 32.35 34.69 36.73 39.74 42.44
Administrasi Pemerintah,Pertahanan
O.
dan Jaminan 507.62 522.63 528.58 554.73 570.85
P. Jasa Pendidikan 572.65 618.42 667.21 712.16 752.99
Q. Jasa Kesehatan dan Kegiatan Sosial 130.24 135.03 142.44 151.37 160.25
R,S,T,U Jasa Lainnya 372.11 399.97 432.27 445.93 474.90
PDRB 13,842.05 14,474.71 15,064.47 15,962.61 16,674.62
Sumber: PDRB Kab/Kota Prov Jawa Tengah, 2018
Produk Domestik Regional Bruto Atas Dasar Harga Konstan 2010, Menurut Lapangan Usaha di Kota Semarang (milyar rupiah), 2012-2016
Lapangan Usaha 2012 2013 2014 2015 2016
A. Pertanian, Kehutanan, dan Perikanan 919.39 958.83 984.82 1,041.93 1,079.01
B. Pertambangan dan Penggalian 173.03 179.40 181.45 183.86 183.04
C. Industri Pengolahan 23,700.81 25,647.85 27,431.69 28,700.57 29,774.29
D. Listrik & Gas 114.15 123.48 131.77 134.71 145.19
E. Air, Pengelolaan Sampah, Limbah 99.15 99.28 102.77 104.15 107.00
F. Bangunan 24,467.35 25,695.37 26,845.87 28,462.91 30,196.84
G. Perdagangan Besar dan Eceran, Rparasi Mobil 14,404.60 14,967.11 15,684.78 16,370.90 17,264.31
H. Transportasi dan Pergudangan 3,099.05 3,411.48 3,757.98 3,945.35 4,198.86
I. Akomodasi dan Makan Minum 2,866.79 3,047.91 3,281.19 3,485.87 3,702.33
J. Informasi dan Komunikasi 7,826.30 8,413.22 9,422.90 10,341.28 11,206.44
K. Jasa Keuangan dan Asuransi 3,809.63 3,978.33 4,147.37 4,462.46 4,868.49
L. Real Estate 2,640.25 2,843.51 3,050.69 3,285.25 3,513.59
M,N. Jasa Perusahaan 497.32 553.71 598.09 648.83 714.99
Administrasi Pemerintah,Pertahanan dan
O.
Jaminan 3,117.27 3,202.26 3,246.38 3,422.19 3,505.47
P. Jasa Pendidikan 1,946.15 2,126.23 2,339.22 2,510.83 2,697.31
Q. Jasa Kesehatan dan Kegiatan Sosial 597.81 641.18 712.98 758.57 820.06
R,S,T,U Jasa Lainnya 1,002.97 1,096.27 1,189.92 1,229.00 1,320.98
PDRB 91,282.02 96,985.42 103,109.87 109,088.66 115,298.20
Sumber: PDRB Kab/Kota Prov Jawa Tengah, 2018
1.3.9.2. Location Quotient Analysis (LQ)
Analisis ini digunakan untuk mengetahui sejauh mana tingkat spesialisasi sektor-sektor ekonomi di suatu
daerah atau sektor-sektor apa saja yang merupakan sektor basis atau leading sektor. Pada dasarnya
teknik ini menyajikan perbandingan relatif antara kemampuan suatu sektor di daerah yang diselidiki dengan
kemampuan sektor yang sama pada daerah yang menjadi acuan. Satuan yang digunakan sebagai ukuran
untuk menghasilkan koefisien LQ tersebut nantinya dapat berupa jumlah tenaga kerja per-sektor ekonomi,
jumlah produksi atau satuan lain yang dapat digunakan sebagai kriteria.

Dimana :
Si = Jumlah buruh sektor kegiatan ekonomi i di daerah yang diselidiki
S = Jumlah buruh seluruh sektor kegiatan ekonomi di daerah yang diselidiki
Ni = Jumlah sektor kegiatan ekonomi i di daerah acuan yang lebih luas, di mana daerah yang di
selidiki menjadi bagiannya
N = Jumlah seluruh buruh di daerah acuan yang lebih luas

Itu jika menggunakan data buruh atau tenaga kerja. Demikian pula jika menggunakan data lain, seperti
PDRB.

Dari perhitungan Location Quotient (LQ) suatu sektor, kriteria umum yang dihasilkan adalah :
Jika LQ > 1, disebut sektor basis, yaitu sektor yang tingkat spesialisasinya lebih tinggi dari pada
tingkat wilayah acuan
Jika LQ < 1, disebut sektor non-basis, yaitu sektor yang tingkat spesialisasinya lebih rendah dari
pada tingkat wilayah acuan
Jika LQ = 1, maka tingkat spesialisasi daerah sama dengan tingkat wilayah acuan.

Asumsi metoda LQ ini adalah penduduk di wilayah yang bersangkutan mempunyai pola permintaan
wilayah sama dengan pola permintaan wilayah acuan. Asumsi lainnya adalah permintaan wilayah akan
suatu barang akan dipenuhi terlebih dahulu oleh produksi wilayah, kekurangannya diimpor dari wilayah
lain.

Keunggulan Analisis LQ:


Location Quotient merupakan suatu alat analisa yang digunakan dengan mudah dan cepat. LQ dapat
digunakan sebagai alat analisis awal untuk suatu daerah, yang kemudian dapat dilanjutkan dengan alat
analisis lainnya. Karena demikian sederhananya, LQ dapat dihitung berulang kali untuk setiap perubahan
spesialisasi dengan menggunakan berbagai peubah acuan dan periode waktu. Perubahan tingkat
spesialisasi dari tiap sektor dapat pula diketahui dengan membandingkan LQ dari tahun ke tahun
Analisa Location Quotient (LQ) Antara Prov Jawa Tengah dan Kab Semarang Periode 2012-2016
Lapangan Usaha 2012 2013 2014 2015 2016 LQ
A. Pertanian, Kehutanan, dan Perikanan 1.24 1.25 1.23 1.24 1.21 Basis
B. Pertambangan dan Penggalian 7.82 8.22 8.64 8.70 9.89 Basis
C. Industri Pengolahan 0.91 0.90 0.90 0.90 0.89 Non Basis
D. Listrik & Gas 0.82 0.83 0.85 0.85 0.87 Non Basis
E. Air, Pengelolaan Sampah, Limbah 0.89 0.89 0.91 0.90 0.89 Non Basis
F. Bangunan 0.77 0.76 0.75 0.77 0.79 Non Basis
G. Perdagangan Besar dan Eceran, Rparasi Mobil 1.21 1.21 1.24 1.23 1.22 Basis
H. Transportasi dan Pergudangan 1.45 1.48 1.50 1.52 1.54 Basis
I. Akomodasi dan Makan Minum 0.97 0.99 1.01 1.02 1.01 Basis
J. Informasi dan Komunikasi 1.03 1.04 1.03 1.05 1.05 Basis
K. Jasa Keuangan dan Asuransi 0.82 0.81 0.80 0.80 0.82 Non Basis
L. Real Estate 0.56 0.57 0.57 0.57 0.58 Non Basis
M,N. Jasa Perusahaan 0.75 0.75 0.75 0.76 0.78 Non Basis
Administrasi Pemerintah,Pertahanan dan
O.
Jaminan 0.96 0.97 0.97 0.97 0.94 Non Basis
P. Jasa Pendidikan 1.09 1.11 1.10 1.10 1.09 Basis
Q. Jasa Kesehatan dan Kegiatan Sosial 1.12 1.14 1.17 1.17 1.19 Basis
R,S,T,U Jasa Lainnya 1.29 1.30 1.31 1.32 1.37 Basis

Pada table di atas menggambarkan bahwa Sektor Lapangan Usaha menjadi Basis dari Kabupaten
Semarang, jika di bandingkan dengan Provinsi Jawa Tengah adalah
Sektor Primer, yang terdiri dari Sektor Pertanian, Kehutanan dan Perikanan; Pertambangan dan
Penggalian di mana Nilai LQ > 1, sehingga Sektor tersebut memiliki spesialisasi yang lebih tinggi
dibangingkan Wilayah Acuannya, yaitu Provinsi Jawa Tengah, namun Konstribusi cendrung
menurun dalam 5 (lima) tahun terakhir in untuk pertanian, Kehutanan dan Perikanan, sedangkan
untuk pertambangan dan penggalian cendrung mengalami kenaikan;
Sektor Tertier, yang terdiri dari Sektor Perdagangangan Besar dan Eceran, Reparasi Mobil;
Transportasi dan Pergudangan ; Akomodasi dan Makan Minum; Informasi dan Komunikasi; Jasa
Pendidikan; Kesehatan dan Kegiatan Sosial serta serta Jasa Lainnya, di mana Nilai LQ > 1,
sehingga sector tersebut memiliki spesialisasi yang lebih tinggi jika dibandingkan dengan Prov
Jawa Tengah
Analisa Location Quotient (LQ) Antara Prov Jawa Tengah dan Kab Boyolali Periode 2012-2016

Lapangan Usaha 2012 2013 2014 2015 2016 LQ

A. Pertanian, Kehutanan, dan Perikanan 0.63 0.63 0.63 0.63 0.62 Non Basis
B. Pertambangan dan Penggalian 0.49 0.50 0.50 0.51 0.61 Non Basis
C. Insdutri Pengolahan 1.32 1.27 1.25 1.24 1.23 Basis
D. Listrik & Gas 4.59 4.60 4.86 4.66 4.72 Basis
E. Air, Pengelolaan Sampah, Limbah 1.11 1.12 1.13 1.15 1.15 Basis
F. Bangunan/Konstruksi
1.54 1.57 1.56 1.57 1.56 Basis
Perdagangan Besar dan Eceran, Reparasi
G.
Mobil & Sepada Motor 0.98 0.99 1.00 1.01 1.02 Basis
H. Transportasi dan Pergudangan 0.71 0.72 0.72 0.72 0.72 Non Basis
I. Akomodasi dan Makan Minum 1.07 1.10 1.10 1.10 1.10 Basis
J. Informasi dan Komunikasi 1.35 1.35 1.32 1.32 1.30 Basis
K. Jasa Keuangan dan Asuransi 1.20 1.21 1.21 1.23 1.24 Basis
L. Real Estate 1.46 1.48 1.47 1.46 1.44 Basis
M,N. Jasa Perusahaan
1.00 0.99 0.99 0.99 1.00 Basis
Administrasi Pemerintah,Pertahanan dan
O.
Jaminan 1.00 1.01 1.03 1.04 1.04 Basis
P. Jasa Pendidikan 0.73 0.75 0.73 0.74 0.72 Non Basis
Q. Jasa Kesehatan dan Kegiatan Sosial 0.88 0.89 0.88 0.88 0.88 Non Basis
R,S,T,U Jasa Lainnya 0.85 0.86 0.86 0.87 0.88 Non Basis

Pada table di atas menggambarkan bahwa Sektor Lapangan Usaha menjadi Basis dari Kabupaten
Boyolali, jika di bandingkan dengan Provinsi Jawa Tengah adalah
Sektor Primer, yang terdiri dari Sektor Pertanian, Kehutanan dan Perikanan; Pertambangan dan
Penggalian di mana Nilai LQ < 1, sehingga Sektor tersebut memiliki spesialisasi yang lebih rendah
dibandingkan Wilayah Acuannya, yaitu Provinsi Jawa Tengah, namun Konstribusi cendrung
menurun dalam 5 (lima) tahun terakhir ini untuk , sedangkan untuk pertambangan dan penggalian
cendrung mengalami kenaikan;
Sektor Tertier, yang terdiri dari Sektor Perdagangangan Besar dan Eceran, Reparasi Mobil;
Transportasi dan Pergudangan ; Akomodasi dan Makan Minum; Informasi dan Komunikasi; Jasa
Pendidikan; Kesehatan dan Kegiatan Sosial serta serta Jasa Lainnya, di mana Nilai LQ > 1,
sehingga sector tersebut memiliki spesialisasi yang lebih tinggi jika dibandingkan dengan Prov
Jawa Tengah
Analisa Location Quotient (LQ) Antara Prov Jawa Tengah dan Kab Grobogan Periode 2012-2016

Lapangan Usaha 2012 2013 2014 2015 2016 LQ

A. Pertanian, Kehutanan, dan Perikanan 0.48 0.48 0.48 0.47 0.46 Non Basis
B. Pertambangan dan Penggalian 1.78 1.74 1.74 1.79 2.06 Basis
C. Insdutri Pengolahan 3.38 3.29 3.14 3.15 3.10 Basis
D. Listrik & Gas 1.11 1.09 1.08 1.08 1.10 Basis
E. Air, Pengelolaan Sampah, Limbah 1.59 1.56 1.52 1.52 1.52 Basis
F. Bangunan 1.86 1.82 1.79 1.82 1.83 Basis
Perdagangan Besar dan Eceran, Rparasi
G.
Mobil 0.67 0.67 0.67 0.67 0.67 Non Basis
H. Transportasi dan Pergudangan 0.63 0.64 0.64 0.65 0.64 Non Basis
I. Akomodasi dan Makan Minum 0.68 0.69 0.69 0.70 0.71 Non Basis
J. Informasi dan Komunikasi 1.42 1.42 1.44 1.45 1.46 Basis
K. Jasa Keuangan dan Asuransi 0.74 0.72 0.69 0.70 0.70 Non Basis
L. Real Estate 0.77 0.76 0.76 0.77 0.77 Non Basis
M,N. Jasa Perusahaan 1.29 1.34 1.35 1.36 1.40 Basis
Administrasi Pemerintah,Pertahanan
O.
dan Jaminan 0.80 0.80 0.79 0.79 0.78 Non Basis
P. Jasa Pendidikan 0.80 0.80 0.80 0.81 0.82 Non Basis
Q. Jasa Kesehatan dan Kegiatan Sosial 0.76 0.78 0.82 0.82 0.85 Non Basis
R,S,T,U Jasa Lainnya 0.54 0.55 0.54 0.55 0.55 Non Basis

Sektor Primer, yang terdiri dari Sektor Pertanian, Kehutanan dan Perikanan, di mana Nilai LQ <1,
artinya Sektor tersebut memiliki specialisasi yang lebih rendah dari Sektor yang menjadi acuannya
di Prov Jawa Tengah - Pertambangan dan Penggalian di mana Nilai LQ < 1, sehingga Sektor
tersebut memiliki spesialisasi yang lebih rendah dibandingkan Wilayah Acuannya, yaitu Provinsi
Jawa Tengah, namun Konstribusi cendrung meningkat dalam 5 (lima) tahun terakhir ini
Sektor Skunder yang meliputi Industri Pengolahan; Listrik & Gas; Air, Pengelolaan Sampah,
Limbah serta Sektor Banguan memiliki Nilai LQ > 1, ini menunjukan bahwa Sektor tersebut
memiliki specialisasi yang dapat memenuhi kebutuhan Lokal Wilayahnya dan dapat di ekspor ke
Wilayah Acuan di Provinsi Jawa Tengah
Sektor Tertier, yang terdiri dari Sektor Perdagangangan Besar dan Eceran, Reparasi Mobil;
Transportasi dan Pergudangan ; Akomodasi dan Makan Minum; ; Jasa Pendidikan; Kesehatan dan
Kegiatan Sosial serta serta Jasa Lainnya, di mana Nilai LQ < 1, sehingga sector tersebut memiliki
spesialisasi yang lebih rendahi jika dibandingkan dengan Prov Jawa Tengah.
Sementara Sektor Informasi dan Komunikas; Jasa Perusahaan Memiliki Nilai LQ > 1, sector
tersebut memiliki spesialisasi yang mampu memenuhi kebutuhan local dan dapat di ekspor ke
Wilayah Acuan di Provinsi Jawa Tengah

Analisa Location Quotient (LQ) Antara Prov Jawa Tengah dan Kota Semarang Periode 2012-2016
Lapangan Usaha 2012 2013 2014 2015 2016 LQ
A. Pertanian, Kehutanan, dan Perikanan 15.30 15.15 14.75 14.77 14.62 Basis
B. Pertambangan dan Penggalian 10.49 10.86 11.56 11.80 14.12 Basis
C. Industri Pengolahan 1.35 1.33 1.33 1.34 1.35 Basis
D. Listrik & Gas 0.87 0.88 0.89 0.89 0.89 Non Basis
E. Air, Pengelolaan Sampah, Limbah 0.73 0.74 0.74 0.75 0.75 Non Basis
F. Bangunan 0.38 0.38 0.39 0.39 0.39 Non Basis
G. Perdagangan Besar dan Eceran, Rparasi Mobil 0.93 0.94 0.95 0.95 0.95 Non Basis
H. Transportasi dan Pergudangan 0.89 0.89 0.89 0.92 0.92 Non Basis
I. Akomodasi dan Makan Minum 0.96 0.96 0.96 0.97 0.98 Non Basis
J. Informasi dan Komunikasi 0.42 0.42 0.43 0.43 0.43 Non Basis
K. Jasa Keuangan dan Asuransi 0.64 0.65 0.65 0.66 0.66 Non Basis
L. Real Estate 0.60 0.60 0.61 0.61 0.61 Non Basis
M,N. Jasa Perusahaan 0.55 0.56 0.57 0.57 0.58 Non Basis
Administrasi Pemerintah,Pertahanan dan
O.
Jaminan 0.86 0.87 0.88 0.88 0.88 Non Basis
P. Jasa Pendidikan 1.54 1.56 1.57 1.58 1.59 Basis
Q. Jasa Kesehatan dan Kegiatan Sosial 1.10 1.11 1.12 1.12 1.15 Basis
R,S,T,U Jasa Lainnya 1.32 1.34 1.35 1.35 1.37 Basis

Sektor Primer, yang terdiri dari Sektor Pertanian, Kehutanan dan Perikanan; Pertambangan dan
Penggalian, di mana Nilai LQ <1, artinya Sektor tersebut memiliki specialisasi yang lebih tinggi dari
Sektor yang menjadi acuannya di Prov Jawa Tengah - namun Konstribusi cendrung berfluktuasi
can ada kecendrungan menurunt dalam 5 (lima) tahun terakhir ini, kecuali sector Pertambangan
dan Penggalian
Sektor Skunder yang meliputi Industri Pengolahan; Listrik & Gas; Air, Pengelolaan Sampah,
Limbah serta Sektor Banguan memiliki Nilai LQ < 1, ini menunjukan bahwa Sektor tersebut
memiliki specialisasi yang lebih rendah dari Wilayah Acuan di Provinsi Jawa Tengah
Sektor Tertier, yang terdiri dari Sektor Jasa Pendidikan; Jasa Kesehatan dan Kegiatan Sosial serta
Jasa Lainnya , di mana Nilai LQ < 1, sehingga sector tersebut memiliki spesialisasi yang lebih
tinggi jika dibandingkan dengan Prov Jawa Tengah.
Analisis shift share

Analisis Shift-share merupakan suatu analisis dengan metode yang sederhana dan sering dilakukan oleh
praktisi dan pembuat keputusan baik lokal maupun regional di seluruh dunia untuk menetapkan target
industri/sektor dan menganalisis dampak ekonomi. Analisis Shiftshare memungkinkan pelaku analisis
untuk dapat mengidentifikasi keunggulan daerahnya dan menganalisis industri/sektor yang menjadi dasar
perekonomian daerah.

Analisis Shift-share juga merupakan suatu analisis yang dilakukan untuk mengetahui perubahan dan
pergeseran sektor atau industri pada perekonomian regional maupun lokal. Analisis Shift-share
menggambarkan kinerja sektor-sektor di suatu wilayah dibandingkan dengan perekonomian nasional. Bila
suatu daerah memperoleh kemajuan sesuai dengan kedudukannya dalam perekonomian nasional, maka
akan dapat ditemukan adanya shift (pergeseran) hasil pembangunan perekonomian daerah. Selain itu, laju
pertumbuhan sektorsektor di suatu wilayah akan dibandingkan dengan laju pertumbuhan perekonomian
nasional beserta sektor-sektornya. Kemudian dilakukan analisis terhadap penyimpangan yang terjadi
sebagai hasil dari perbandingan tersebut. Bila penyimpangan itu positif, hal itu disebut keunggulan
kompetitif dari suatu sektor dalam wilayah tersebut (Soepono, 1993:44)

Analisis Shift-share dikembangkan oleh Daniel B. Creamer (1943). Analisis ini digunakan untuk
menganalisis perubahan ekonomi (misalnya pertumbuhan atau perlambatan pertumbuhan) suatu variabel
regional sektor/industri dalam suatu daerah. Variabel atau data yang dapat digunakan dalam analisis
adalah tenaga kerja atau kesempatan kerja, nilai tambah, pendapatan, Pendapatan Regional Domestik
Bruto (PDRB), jumlah penduduk, dan variabel lain dalam kurun waktu tertentu.

Dalam analisis Shift-share, perubahan ekonomi ditentukan oleh tiga komponen sebagai berikut.

1. pertumbuhan ekonomi nasional (national growth)

2. bauran industri (industry mix)

3. regional share

Pengaruh Bauran Industri disebut proportional shift atau bauran komposisi. Analisis proportional shift
dilakukan dengan membandingkan suatu sektor sebagai bagian dari perekonomian daerah dengan sektor
tersebut sebagai bagian dari perekonomian nasional. Komponen ini menunjukkan apakah aktivitas
ekonomi pada sektor tersebut tumbuh lebih cepat atau lebih lambat dibandingkan pertumbuhan aktivitas
ekonomi secara nasional.

Pengaruh bauran industri akan positif apabila pertumbuhan variabel regional suatu sector lebih besar
daripada pertumbuhan variabel regional total sektor di tingkat nasional. Sebaliknya bauran industri akan
negatif apabila pertumbuhan variabel regional suatu sector lebih kecil dibandingkan pertumbuhan variabel
tersebut di tingkat nasional. Nilai positif atau negatif tersebut akan menunjukkan tingkat spesialisasi suatu
sektor, yaitu tumbuh lebih cepat atau lebih lambat terhadap perekonomian nasional. Jadi, suatu daerah
yang memiliki lebih banyak sektor-sektor yang tumbuh lebih cepat secara nasional akan memiliki pengaruh
bauran industri yang positif. Demikian juga sebaliknya, suatu daerah yang memiliki lebih banyak sektor-
sektor yang tumbuh lebih lambat secara nasional akan memiliki pengaruh bauran industri yang negatif.

Perbandingan PDRB Prov Jawa Tengah dengan Kab Semarang, Atas Dasar Harga Konstan, 2010,
Menurut Lapangan Usaha – Periode 2012 dan 2016 (milyar rupiah)
Provinsi Jawa Tengah Kab. Semarang
Atas Dasar Harga Konstan Atas Dasar Harga Konstan
No Sektor/Industri (Milyar Rupiah) Perubahan (Milyar Rupiah) Perubahan
2012 2016 Absolut Persen 2012 2016 Absolut Persen
1 2 3 4 1 2 3 4
1 Pertanian, Kehutanan, dan Perikanan 106,536.70 116,250.93 9,714.23 9.118198828 3026.52 3413.32 386.8 12.780355
2 Pertambangan dan Penggalian 13,745.87 19044.52487 5,298.65 38.54720659 61.78 68.64 6.86 11.10391713
3 Industri Pengolahan 241,528.86 296,227.40 54,698.54 22.64679399 9361.2 11851.52 2490.32 26.60257232
4 Pengadaan Listrik dan Gas 751.16 954.8061 203.65 27.11084975 32.13 39.18 7.05 21.94211018
5 Pengadaan Air, Pengelolaan Sampah, Limbah dan Daur Ulang 547.79 589.81 42.01 7.668986411 21.73 23.53 1.8 8.283479061
6 Konstruksi 70,034.62 86,875.27 16,840.65 24.04617132 3196.64 3922.25801 725.61801 22.69939718
7 Perdagangan Besar dan Eceran; Reparasi Mobil dan Sepeda Motor 101,058.61 121,181.12 20,122.52 19.91172792 2942.07 3538.47 596.4 20.27144154
8 Transportasi dan Pergudangan 20,818.47 28592.16682 7,773.70 37.34039389 503.6 661.79 158.19 31.41183479
9 Penyediaan Akomodasi dan Makan Minum 20,871.60 26,668.74 5,797.13 27.77521073 752.98 944.98 192 25.49868522
10 Informasi dan Komunikasi 24,690.22 35,742.56 11,052.34 44.76402788 841.54 1214.6 373.06 44.33063194
11 Jasa Keuangan dan Asuransi 18,588.74 23,820.51 5,231.78 28.14486402 801.32 1040.51 239.19 29.84949833
12 Real Estate 11,934.42 15,829.48 3,895.05 32.63714289 751.08 978.68 227.6 30.3030303
13 Jasa Perusahaan 2,087.13 3,032.33 945.20 45.28704666 97.61 137.82 40.21 41.19454974
14 Administrasi Pemerintahan, Pertahanan dan Jaminan Sosial Wajib 20,373.58 22,720.44 2,346.86 11.51915231 749.67 857.35 107.68 14.36365334
15 Jasa Pendidikan 22,760.88 31,563.64 8,802.75 38.67491153 735.84 1037.14 301.3 40.94640139
16 Jasa Kesehatan dan Kegiatan Sosial 4,959.38 6,929.50 1,970.12 39.72515891 156.27 207.63 51.36 32.86619313
17 Jasa lainnya 10,055.07 13,360.35 3,305.28 32.8717534 274.74 348.97 74.23 27.01827182

Total 691,343.12 849,383.56 158,040.45 22.86 24,306.72 30,286.39 5,979.67 24.60


Sumber: BPS Prov Jawa Tengah, 2013-2017, diolah

Analisis Shift-Share Klasik Untuk KabSemarang, 2012-2016 (milyar rupiah)

Komponen Komponen Komponen PDRB


Pertumbuhan Bauran Keunggulan
No Sektor/Industri Kabupaten Industri Kompetitif
(Nij) (Mij) (Cij) (Dij)
(Rp milyar)
1 Pertanian, Kehutanan, dan Perikanan 692 (416) 111 387
2 Pertambangan dan Penggalian 14 10 (17) 7
3 Industri Pengolahan 2,140 (20) 370 2,490
4 Pengadaan Listrik dan Gas 7 1 (2) 7
5 Pengadaan Air, Pengelolaan Sampah, Limbah dan Daur Ulang 5 (3) 0 2
6 Konstruksi 731 38 (43) 726
7 Perdagangan Besar dan Eceran; Reparasi Mobil dan Sepeda Motor 673 (87) 11 596
8 Transportasi dan Pergudangan 115 73 (30) 158
9 Penyediaan Akomodasi dan Makan Minum 172 37 (17) 192
10 Informasi dan Komunikasi 192 184 (4) 373
11 Jasa Keuangan dan Asuransi 183 42 14 239
12 Real Estate 172 73 (18) 228
13 Jasa Perusahaan 22 22 (4) 40
14 Administrasi Pemerintahan, Pertahanan dan Jaminan Sosial Wajib 171 (85) 21 108
15 Jasa Pendidikan 168 116 17 301
16 Jasa Kesehatan dan Kegiatan Sosial 36 26 (11) 51
17 Jasa lainnya 63 28 (16) 74

Total 5,556.50 40.25 382.92 5,979.67


92.92% 0.67% 6.40% 100%

Sumber: Data diolah, 2018


Hasil analisis Shift Share menunjukkan bahwa selama tahun 2012-2016, nilai PDRB sector Kab
Semarang telah mengalami perubahan atau perkembangan. Nilai PDRB tersebut tumbuh sebesar
5.979 milyar rupiah atau sebesar 24.6 %, sedangkan Perekonomian Provinsi Jawa Tengah tumbuh
sebesar 158.040 milyar rupiah atau sebesar 22.86%
Menurut perhitungan komponen pertumbuhan provinsi telah mempengaruhi pertumbuhan Kab
Semarang sebesar 5.556,5 milyar rupiah atau sebesar 92.92%, Namun Sebenarya perkembangan
PDRB Kab Semarang hanya sebesar 5.979,67 milyar rupiah. Hal ini dikarenakan masih adanya
dua komponen lain yang memberikan pengaruh yaitu Bauran Industri dan Keunggulan Kompetitif.
Komponen Bauran Industri menyatakan besar perubahan perekonomian wilayah akibat adanya
bauran industry. Hasil Analisis tersebut menunjukkan bahwa bauran industry memberikan
pengaruh yang negative 40,25 milyar rupiah atau 0.67%. Nilai POSITIF mengindikasikan bahwa
komposisi sector pada PDRB Kab Semarang Cendrung mengarah pada perekonomian yang akan
tumbuh relative LEBIH CEPAT
Perhitungan komponen Keunggulan kompetitif menghasilkan nilai keunggulan kompetitif sebesar
382,92 milyar rupiah atau sebesar 6.40%, hal ini mengindikasikan bahwa keunggulan kompotitif
yang dihasilkan akan meningkatkan perkembangan perekenonomian Kab Semarang, terutama
sector Pertanian, kehutanan dan perikanan; Pertambangan dan Penggalian; Pengadaan air,
Pengelolaan Sampah, Limbah dan Daur Ulang

Kondisi Pariwisata Kabupaten Semarang

Pariwisata merupakan sektor unggulan dan memegang peranan penting dalam


pembangunan di Indonesia. Pariwisata di samping merupakan sektor penggerak perekonomian
juga sebagai wahana untuk mengurangi pengangguran dan menciptakan lapangan tenaga kerja.
Hal ini sesuai dengan pernyataan Schumacher (2007) : “Tourism is the leading and the single
largest industry in the world of today. This sector has been recognized as one of the main
important service industries in the world” (Bhuiyan et.all. : 2013). Pemerintah Republik
Indonesia telah menerbitkan UU No 10 Tahun 2009 Tentang Kepariwisataan. Di dalam undang-
undang tersebut dikatakan bahwa : “Kepariwisataan merupakan bagian integral dari pembangunan
nasional yang dilakukan secara sistematis, terencana, terpadu, berkelanjutan, dan bertanggung
jawab dengan tetap memberikan perlindungan terhadap nilai-nilai agama, budaya yang hidup
dalam masyarakat, kelestarian dan mutu lingkungan hidup, serta kepentingan nasional”.
Kebijakan pengembangan pariwisata harus dipandang sebagai bagian integral
pembangunan nasional dan tidak boleh merusak tatanan budaya lokal maupun kelestarian dan
mutu lingkungan hidup. Liu &Wall (2006) mengatakan : “Tourism is a potential matter in social,
environmental and economic levels of many government agendas. Government sees tourism as a
tool of development giving priority to protect the environments and traditions with minimum
negative impacts” (Bhuiyan et. All :2013). Dalam rangka pelaksanaan undang-undang
pemerintah telah menyusun PP No.50 Tahun 2011 Tentang Rencana Induk Pembangunan
Kepariwisataan Nasional Tahun 2010 – 2025. PP No 50 Tahun 2011 menyebutkan :
―Kepariwisataan adalah keseluruhan kegiatan yang terkait dengan pariwisata dan bersifat
multidimensi serta multidisiplin yang muncul sebagai wujud kebutuhan setiap orang dan negara
serta interaksi antara wisatawan dan masyarakat setempat, sesama wisatawan, pemerintah,
pemerintah daerah, dan pengusaha.
Berdasarkan UU No 10 Tahun 2009 dan PP No 50 Tahun 2011, Provinsi Jawa Tengah
telah menyusun Perda No 10 Tahun 2012 Tentang Rencana Induk Pengembangan Kepariwisataan
Provinsi Jawa Tengah dan Peraturan Gubernur No 6 Tahun 2015 Tentang Petunjuk Pelaksanaan
Peraturan Daerah Provinsi Jawa Tengah No 10 Tahun 2012 Tentang Rencana Induk
Pengembangan Kepariwisataan Provinsi Jawa Tengah Tahun 2012 – 2027.
Pembangunan kepariwisataan Kabupaten Semarang berdasarkan pada Peraturan Bupati
No 111 tahun 2011 Tentang Rencana Induk Pembangunan Kepariwisataan Daerah Kabupaten
Semarang Tahun 2010 – 2030. Sebagai sebuah sistem pariwisata bersifat multidimensi dan
melibatkan interaksi stakeholders. Sebagai sebuah system pariwisata mengandung empat elemen
seperti dikatakan Christie Mill & Morrison (1985) “the system in tourism has four parts, which
are marketed, travel, destination and marketing, and to them, the system is considered as a
spider’s web in which all parts will vibrate if have a part of it is touched “ (Annuar, et all : 2012).
Destinasi pariwisata perlu lebih dikembangkan agar dapat memberikan kontribusi yang lebih
besar bagi Pendapatan Asli Daerah, peningkatan kesejahteraan masyarakat dan kelestarian
lingkungan. Diperlukan inovasi dalam pengembangan destinasi wisata. Seperti halnya penegasan
Eva Sørensen & Jacob Torfing (2012) berikut : “Innovation helps private companies to cut costs,
improve their products and open new markets. Failure to innovate is often fatal as private firms
will gradually loose their competitive edge and face shrinking market shares and profits, before
they eventually close down (Eva Sørensen & Jacob Torfing: 2012)”. Inovasi tidak hanya
diperlukan pada sektor swasta, tetapi sektor publik pun sangat memerlukan inovasi. Schumpeter,
(1934, 1946 ) mengemukakan sebagai berikut : It is common knowledge that innovation is the key
to success for private businesses. Banyak kalangan yang skeptis pada kemampuan inovasi pada
sektor publik yang selama ini terkenal lamban dan penuh aturan. Sikap skeptis ini juga
dikemukakan oleh Eva Dorensen dan Jacob Torfing (2012) sebagai berikut :
When it comes to the public sector there is a lot of skepticism with regard to the capacity
for innovating public policies, organizations and services. Many people, and especially a good
deal of those employed in the private sector, consider the public sector as a slow-moving
bureaucracy characterized by red tape, inertia and stalemate. Indeed, pointing out the lack of
dynamism and adaptive change in the public sector was a key part of the neo-liberalist bashing of
the public sector in the 1980s.
Kabupaten Semarang memiliki potensi unggulan terutama di bidang industri, pertanian
dan pariwisata (INTANPARI). Hal ini tidak terlepas dari posisi geografis Kabupaten Semarang
yang mempunyai letak strategis Yogyakarta- Solo-Semarang (Joglosemar) dan potensi serta
kekayaan alam yang tidak dimiliki oleh daerah lain sebagai modal yang harus dikelola dengan
seoptimal mungkin. Sebagai daerah penyangga Ibu Kota Provinsi Jawa Tengah, Kabupaten
Semarang mempunyai peluang untuk mengembangkan segala potensi yang dimiliki, khususnya
di bidang pariwisata.
Obyek wisata Kabupaten Semarang tersebar di 12 kecamatan, meliputi wisata alam,
wisata budaya/religi, wisata air, wisata industri, wisata rekreasi dan restoran, wisata nostalgia
Jawa Tengah dan desa wisata. Persebaran fasilitas akomodasi yang ada di Kabupaten Semarang
saat ini baru terkonsentrasi di beberapa kawasan saja seperti di Ungaran Barat, Bandungan,
Bawen, Ambarawa dan Getasan khususnya di kawasan Kopeng. Sektor pariwisata yang diwakili
oleh berkembangnya lapangan usaha di bidang perdagangan, hotel dan restoran, selain mampu
menjadi penyumbang kedua terbesar bagi perekonomian daerah juga merupakan bentuk realita
bahwa potensi kepariwisataan Kabupaten Semarang menawarkan sebuah peluang untuk segera
dijadikan sektor tulang punggung dalam pembangunan daerah pada khususnya dan pembangunan
nasional pada umumnya dengan limpahan sumber dayanya yang masih teramat besar.
Sektor pariwisata merupakan penyumbang ketiga terbesar dalam Pendapatan Asli Daerah
(PAD) Kabupaten Semarang. Terdapat puluhan potensi pariwisata yang dapat dikembangkan,
namun keterbatasan dana hanya beberapa obyek wisata yang dapat dikembangkan. Sampai saat
ini Pemerintah Kabupaten Semarang hanya mengelola empat obyek wisata yaitu kawasan Candi
Gedongsongo, kawasan Pemandian Muncul, kawasan Umbul Senjoyo dan kawasan Bukit
Cinta/Bukit Brawijaya. Obyek wisata yang lain dikelola oleh swasta maupun pemerintah desa.
Permasalahan pembangunan pariwisata di Kabupaten Semarang antara lain rendahnya
daya saing objek wisata, rendahnya kualitas produk wisata, baik obyek wisata, penginapan,
restoran, transportasi, pelayanan yang tidak prima (AMENITAS – AKSESIBILITAS –
ATRAKSI). Adapun masalah dalam pengembangan destinasi pariwisata adalah rendahnya
kualitas dan kuantitas sumber daya manusia kepariwisataan, lemahnya pemberdayaan masyarakat
sekitar objek wisata dan lemahnyapemberdayaan kelompok sadar wisata serta lemahnya
koordinasi, sinkronisasi dan sinergi yang baik antara pemerintah daerah, pelaku bisnis pariwisata
dan masyarakat di sekitar obyek wisata serta lembaga publikasi/informasi pariwisata, dan belum
optimalnya pola kemitraan kepariwisataan di Kabupaten Semarang (Perda No 7 Tahun 2011
Tentang Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah/RPJMD Kabupaten Semarang Tahun
2010-2015).
Kebijakan pengembangan pariwisata telah tertuang dalam Peraturan Bupati No 111 Tahun
2011 Tentang Rencana Induk Pembangunan Kepariwisataan Daerah (Ripparda Kabupaten
Semarang Tahun 2010 – 2030). Visi pembangunan pariwisata yang tercantum dalam Ripparda
adalah ―Terwujudnya Kabupaten Semarang sebagai daerah tujuan wisata regional, nasional dan
internasional, yang maju, dinamis dan handal, melalui pemanfaatan potensi pariwisata dengan
tetap memperhatikan konsep pelestarian menuju kemandirian dan kesejahteraan masyarakat.
Pariwisata merupakan salah satu program prioritas dalam rencana pembangunan
Kabupaten Semarang. Produk pariwisata yang berkualitas dan terintegrasi merupakan daya tarik
bagi wisatawan. Wisatawan dengan mudah dapat mengetahui informasi produk pariwisata,
sehingga dapat merencanakan destinasi pariwisata yang akan dituju. Pelayanan kepada
wisatawan harus ditingkatkan secara terus menerus sesuai dengan perkembangan teknologi dan
harapan/keinginan wisatawan. Keterlibatan masyarakat juga harus ditingkatkan sehingga dapat
membantu pemerintah dalam menangkap peluang di bidang pariwisata. Kerjasama yang harmonis
dan sinergis antar stakeholders perlu digalang dengan memanfaatkan perkembangan teknologi
yang pada gilirannya dapat meningkatkan Pendapatan Asli Daerah dan kesejahteraan masyarakat.\
Potensi pariwisata beragam yang meliputi : wisata air, sungai, gunung, hutan, candi,
kepurbakalaan dan perjuangan seharusnya dapat memberikan kontribusi baik terhadap
Pendapatan Asli Daerah dan kesejahteraan masyarakat. Pemerintah Kabupaten Semarang
hendaknya dapat membuat terobosan dan inovasi baru dalam peningkatan kualitas produk
pariwisata yang tersebar di berbagai kawasan. Kebijakan pariwisata telah tertuang dalam
Ripparda yang berlaku selama 20 tahun dan akan dilakukan evaluasi setiap 5 tahun sekali.
Kebijakan pembangunan kepariwisataan daerah meliputi : pembangunan destinasi wisata,
pemasaran, industry dan kelembagaan kepariwisataan. Dalam penelitian ini akan hanya akan
dibahas kebijakan destinasi pariwisata daerah.
Kebijakan pengembangan destinasi pariwisata di Kabupaten Semarang dilakukan secara
bertahap yang disesuaikan dengan Ripparda tahun 2010 – 2030. Pengembangan destinasi
pariwisata daerah dalam penelitian ini berupa obyek wisata yang dikelola oleh pemerintah daerah.
Pengembangan obyek wisata ini diharapkan akan dapat menjadi daya ungkit bagi pengembangan
suatu kawasan destinasi pariwisata. Obyek wisata yang dikelola oleh Pemerintah Kabupaten
Semarang meliputi kawasan Candi Gedongsongo, Pemandian Muncul, kawasan Bukit Cinta/Bukit
Brawijaya dan Palagan Ambarawa.
Kebijakan destinasi pariwisata Kabupaten Semarang meliputi perwilayahan destinasi
pariwisata daerah, pembangunan daya tarik wisata, pembangunan aksesibilitas pariwisata,
pengembangan usaha pariwisata, pembangunan prasarana umum, fasilitas umum dan fasilitas
pariwisata, pemberdayaan masyarakat melalui kepariwisataan dan pengembangan investasi di
bidang pariwisata. Kebijakan destinasi pariwisata Kabupaten Semarang selaras dengan pendapat
Cooper et all (Sunaryo:2013), Buhalis (Yoon:2002).
Komitmen dan peran pemerintah daerah dalam pengembangan obyek wisata sangat
strategis. Sebagai wujud komitmen Pemerintah Kabupaten Semarang telah memasukkan sektor
pariwisata dalam program prioritas. Artinya Pemerintah Kabupaten Semarang mengalokasikan
dana yang lebih besar dalam program ‗Intanpari yaitu : Industri – Pertanian – Pariwisata‘. Hal ini
sesuai dengan arahan pemerintah pusat (Kementerian Keuangan) bahwa pemerintah akan
menerapkan prinsip uang mengikuti program kerja (money follow program) agar dana yang
tersedia dapat dialokasikan kepada unit atau bagian yang memiliki program prioritas, terutama
yang sesuai dengan kebijakan nasional. Kawasan Gedongsongo–Rawa Pening dan sekitarnya
merupakan Kawasan Pengembangan Pariwisata Nasional / KPPN (Lampiran 2 UU No 10 Tahun
2009).
Pemerintah Kabupaten Semarang bertekad untuk menjadikan sektor pariwisata menjadi
salah satu daya ungkit bagi sektor lain dalam pelaksanaan pembangunan. Peran pemerintah
daerah dalam pengembangan pariwisata antara lain : Land use planning, Community development,
Education, training and employment (Anuar, Aris Ahmad Nazrin, et all:2012, Brokaj:2014).
Pengembangan destinasi obyek wisata yang dikelola oleh Pemerintah Kabupaten
Semarang khususnya di kawasan Gedongsongo dilakukan dengan melakukan kerjasama dengan
beberapa instansi yaitu : Pemerintah Daerah Kabupaten Semarang, Perhutani dan BPCB (Balai
Pelestarian Cagar Budaya). Koordinasi antar ketiga institusi tersebut berjalan baik. Peran
pemerintah daerah sangat strategis dalam pengembangan destinasi pariwisata seperti yang
disampaikan Brokaj (2014) bahwa __”that the role of local government is that of driving the
sustainable development agenda within the destination sustainable development agenda__”
Pemerintah daerah melalui DPU membuat jalan masuk dan juga gedung parkir,
Disporapar mengembangkan kawasan wisata berikut rumah souvenir dengan mengajak UMKM
(dibawah pembinaan Disperindag) untuk membuat cendera mata/merchandise. Selain itu
pemberdayaan masyarakat juga dilakukan dengan melakukan pembinaan desa wisata. Ada
beberapa desa wisata yang berada atau berdekatan dengan kawasan Candi Gedongsongo seperti :
Desa Keseneng dan Desa Kemawi. Pemerintah Kabupaten Semarang mendapatkan bantuan dari
pemerintah pusat untuk pengembangan kawasan Candi Gedongsongo. Bantuan ini dipergunakan
untuk pelebaran jalan masuk, penataan landscape senilai 1,4 milyar rupiah.
Guna mengembangkan dan mempercantik kawasan Pemandian Muncul, Pemerintah
Kabupaten Semarang berusaha mengemas obyek ini menjadi lebih menarik dengan memadukan
kondisi alam yang menunjang. Pemandian Muncul direncanakan akan dikembangkan menjadi
waterboom, dilengkapi dengan kolam renang berstandar internasional. Sumber air dari alam juga
yang kemudian membuat air ini sangat bersih sehingga dasar kolam dapat terlihat jelas. Dalam
kawasan ini juga akan dilengkapi dengan warung kuliner yang menyajikan makanan yang
menggugah selera. Pemerintah Kabupaten Semarang berencana mengembangkan kawasan ini
seperti kawasan destinasi wisata seperti Taman Sri Baduga di Situ Buleud (permainan air mancur
unik) Purwakarta atau bahkan akan dibuat Wings of Time di Singapura (permainan laser).
Konsep pengembangan kawasan Umbul Senjoyo dilakukan dengan melakukan konservasi
resapan mata air, diikuti dengan pengembangan obyek wisata alam, religious dan wisata tirta.
Berdasarkan konsep tersebut akan dilakukan penataan kolam wisata air dilengkapi dengan
fasilitas penunjang lain, seperti : dermaga perahu, kolam rekreasi, kolam ritual dengan pendopo,
panggung di atas air , sitting group dan restaurant.
Pengembangan kawasan Bukit Cinta/ Bukit Brawijaya akan dilengkapi dengan permainan
laser. Pemerintah Kabupaten Semarang berencana mengembangkan kawasan ini seperti kawasan
destinasi wisata taman Sri Baduga di Situ Buleud (permainan air mancur unik) Purwakarta atau
bahkan akan dibuat Wings of time di Singapura (permainan laser).
Pengembangan destinasi pariwisata daerah di Kabupaten Semarang belum optimal karena
beberapa hambatan, diantaranya :
Obyek destinasi pariwisata memerlukan beberapa persyaratan untuk dapat dikunjungi
wisatawan, diantaranya kualitas obyek yang bagus dan akses yang mudah serta
infratsruktur yang memadai. Infrastruktur sebagai penunjang belum sepenuhnya memadai,
walaupun pada tahun ini sudah dimulai perbaikan, seperti yang dilakukan di kawasan
Candi Gedongsongo.
Keterbatasan kualitas sumber daya pelaksana kepariwisataan yang belum memadai,
sebagian besar belum dapat memberikan pelayanan secara optimal, karena hal ini menjadi
prasyarat penting dalam era persaingan bebas di kawasan ASEAN (MEA), masyarakat,
sehingga slogan ”Surganya Jawa Tengah” akan terwujud‖.
Peran serta masyarakat belum optimal di dalam lingkungan kawasan destinasi pariwisata.
Masyarakat belum sepenuhnya dapat berperan sebagai tuan rumah yang baik dalam
menerima kedatangan wisatawan. Kesadaran masyarakat yang tumbuh dan berkembang
dalam menerima dan melayani wisatawan dengan baik diharapkan akan dapat membawa
dampak yang positif bagi perekonomian dan kesejahteraan masyarakat

Analisa SWOT Pemilihan Destinasi Wisata Bukit Cinta

Menurut Yoeti (2010 : 135) memaparkan bagaimana analisis SWOT dalam sekenario pengembangan
pariwisata adalah sebagai berikut :
 Kekuatan (strength), mengetahui kekuatan pariwisata suatu wilayah,maka akan dapat
dikembangkan sehingga mampu bertahan dalam pasar dan mampu bersaing untuk
pengembangan selanjutnya. Dalam hal ini, kekuatan dapat dimanfaatkan secara maksimal
untuk meraih peluang.
 Kelemahan (weaknes), segala faktor yang tidak menguntungkan atau merugikan bagi sektor
pariwisata. Pada umumnya, kelemahan-kelemahan yang dapat didentifikasi adalah kurangnya
promosi, jeleknya pelayanan, kurang profesionalnya pelaksana pariwisata di lapangan,
terbatasnya kendaraan umum ke obyek wisata.
 Kesempatan (opportunity), semua kesempatan yang ada sebagai akibat kebijakan pemerintah,
peraturan yang berlaku, atau kondisi perekonomian
 Ancaman (Threats), ancaman dapat berupa hal-hal yang dapat mendatangkan kerugian bagi
pariwisata, seperti peraturan yang tidak memberikan kemudahan dalam berusaha, dan
rusaknya lingkungan.

Kekuatan

Lingkungan IFAS
Internal
Kelemahan

Matrik
Objek
SWOT
Wisata Strategi Pengembangan
Diagram
Bukit Cinta
SWOT
Peluang

Lingkungan
Eksternal EFAS

Ancaman

Hasil Perbandingan Untuk Faktor Internal Kawasan Wisata Bukit Cinta dengan Wisata Sekitarnya
No Unsur – Unsur Faktor Nilai Kekuatan/Kelemahan
1 Fasilitas yang ditawarkan 2 Kelemahan
2 Akses Menuju Kawasan Wisata 2 Kelemahan
3 Fasilitas Umum 3 Kekuatan
4 Keamanan di Kawasan Wisata 1 Kelemahan
5 Promosi kawasan wisata 1 Kelemahan
6 Kebersihan Kawasan Wisata 3 Kekuatan
7 Spot Wisata Yang Beranekaragam 4 Kekuatan
8 lokasi yang strategis 2 Kelemahan
9 Harga Yang Terjangkau 3 Kekuatan

Hasil Perbandingan Untuk Faktor Ekternal Kawasan Wisata Bukit Cinta dengan Kawasan Wisata
sekitarnya

No Unsur – Unsur Faktor Nilai Peluang/Ancaman

1 Terdapat Banyak pesaing 1 Ancaman


2 Destinasi pesaing lebih menarik 2 Ancaman
3 Dukungan Pemerintah setempat 4 Peluang
4 Peraturan penunjang 3 Peluang
5 Sarana san prasarana 3 Peluang
6 Ragam kebudayaan 3 Peluang
7 Akses Transportasi 1 Ancaman
8 Iklim Investasi 4 Peluang
9 Objek wisata terbatas 1 Ancaman
10 Kondisi Geografis 2 Ancaman

A. Faktor Internal kawasan wisata Bukit Cinta

a. Kekuatan (strength), Fasilitas Umum, Kebersihan Kawasan Wisata, Spot Wisata Yang
Beranekaragam, Harga Yang Terjangkau, Pelayanan yang memuaskan
b. Kelemahan (weakness), Fasilitas yang ditawarkan, Akses Menuju Kawasan Wisata,
Keamanan di Kawasan Wisata, Promosi kawasan wisata, lokasi yang strategi.

B. Faktor Ekstrenal Kawasan Wisata Bukit Cinta

a. Peluang (Opportunity), Dukungan Pemerintah Daerah, Peraturan, serta Pengembangan


Sarana Prasarana
b. Ancaman (Threath), terdapat Banyak Pesaing, Akses Transportasi, Kondisi Geografis
Analisa Faktor Internal dam Eksternal Menggunakan IFAS dan EFAS

Internal Factor Analysis Summary (IFAS)

Faktor-Faktor Strategi Internal Bobot Rating Nilai Skor


Strengths (S)
1. Fasilitas Umum 0,10 3 0,30
2. Kebersihan Kawasan Wisata 0,10 3 0,30
3. Spot Wisata Yang Beranekaragam 0,05 4 0,20
4. Harga Yang Terjangkau 0,05 3 0,15
5. Pelayanan yang memuaskan 0,05 3 0,15
Sub Total 0,35 1,10
Weaknesses (W)
1. Fasilitas yang ditawarkan 0,06 2 0,12
2. Akses Menuju Kawasan Wisata 0,10 2 0,20
3. Keamanan di Kawasan Wisata 0,10 1 0,20
4. Promosi kawasan wisata 0,02 1 0,02
5. lokasi yang strategis 0,04 2 0,08
Sub Total 0,32 0,62
Total 1,00 1,72

Eksternal Factor Analysis Summary (EFAS)

Faktor-Faktor Strategi Eksternal Bobot Rating Nilai Skor


Opportunities (O)
1. Dukungan Pemerintah setempat
2. Peraturan penunjang 0,10 4 0,40
3. Sarana dan prasarana 0,06 3 0,18
4. Ragam kebudayaan 0,10 3 0,30
5. Iklim Investasi 0,05 3 0,15
0,08 4 0,32
Sub Total 0,39 1,35
Threath (T)
1. Terdapat Banyak pesaing
2. Destinasi pesaing lebih menarik 0,05 1 0,05
3. Akses Transportasi 0,05 2 0,10
4. Objek wisata terbatas 0,15 1 0,15
5. Kondisi Geografis 0,15 1 0,15
0,10 2 0,20

Sub Total 0,50 0,65


Total 1,00 2,00
Sehingga Kombinasi Matrik SWOT atas analisa Internal dan Eksternal adalah sebagai berikut;

IFAS
Strength (S) Weakness (W)
EFAS
Strategi (SO) Strategi (WO)
Opportunity (O) = 1,10 + 1,35 = 0,62 + 1,35
= 2,45 = 1,97
Strategi (ST) Strategi (WT)
Threat (T) = 1,10 + 0,65 = 0,62 + 0,65
= 1,75 = 1,27

Maka Kombinasi Strategi Matriks SWOT Kawasan Wisata Bukit Cinta

Strength (S) Weakness (W)


Faktor Internal
1. Fasilitas Umum 1. Fasilitas yang ditawarkan
2. Kebersihan Kawasan 2. Akses Menuju Kawasan Wisata
Wisata 3. Keamanan di Kawasan Wisata
3. Spot Wisata Yang 4. Promosi kawasan wisata
Beranekaragam 5. lokasi yang strategis
4. Harga Yang Terjangkau
Faktor Eksternal 5. Pelayanan yang
memuaskan

Opportunity (O) Strategi SO Strategi WO


1. Dukungan Pemerintah 1. Memanfaatkan dukungan 1. Menambah fasilitas yang disediakan
setempat pemerintah dalam menunjang 2. Mengatasi kelemahan sulitnya akses
2. Peraturan penunjang perlengkapan fasilitas umum menuju kawasan wisata dengan
3. Sarana dan prasarana 2. Meningkatkan tingkat dukungan dari pemerintah
4. Ragam kebudayaan kebersihan melalui peraturan 3. Menambah keamanan dengan
5. Iklim Investasi yang dikeluarkan dikeluarkanya berbagai peraturan
3. Menambah jumlah sarana dan 4. Meningkatkan promosi sehingga dapat
prasarana kawasan wisata meningkatkan investor yang hendak
4. Melakukan strategi penentuan datang
harga dan pelayanan yang
tepat sehingga memunculkan
iklim investasi yang tinggi

Threat (T) Strategi ST Strategi WT

1. Terdapat Banyak 1. Memperlengkap fasilitas 1. Melakukan inovasi sehingga dapat lebih


pesaing umum sehinggga dapat unggul dari pesaing
2. Destinasi pesaing lebih unggul dalam bersaing 2. Melakukan usaha dalam meningkatkan
menarik dengan kawasan wisata lain keamanan dan promosi sehingga
3. Akses Transportasi 2. Selalu menjaga kebersihan wisatawan merasa mempunyai jaminan
4. Objek wisata terbatas sehingga kawasan wisata akan keamananya, serta tertarik untuk
5. Kondisi Geografis. Bukit Cinta lebih bersih berkunjung ke kawasan wisata Bukit
dibandingkan pesaing Cinta.
3. Menyesuaikan kondisi akses
transportasi dengan keadaan
geografis kawasan wisata
Bukit Cinta

Implementasi Strategis

Memanfaatkan dukungan Pemerintah setempat dalam menunjang perlengkapan fasilitas


umum, Strategis ini membutuhkan kerjasama yang baik antara pemerintah daerah,
provinsi dan pusat serta stakeholder swasta yang berminat untuk saling membantu dalam
penyediaan fasilitas umum sehingga pengunjung merasa puas atas fasilitas yang tersedia
Meningkatkan Kebersihan Kawasan dengan Peraturan yang ada, kaitan dengan tata tertib
kebersihan dengan melibatkan kelompok masyarakat setempat
Menambah jumlah sarana dan prasarana kawasan, sehingga kawasan wisata menjadi
menarik untuk dikunjungi oleh para wisatawan baik local maupun internasional.
Melakukan Strategi penentuan harga dan pelayan yang tepat, sehingga akan memunculkan iklim
investasi yang tinggi, karena hal ini menjadi salah satu daya tarik terutama untuk wisatawan local, dan
menimilisasi terjadinya pungutan liar, serta terus meningkatkan pelayan yang prima

Anda mungkin juga menyukai