DI SUSUN OLEH :
Puji Syukur kami ucapkan kepada Tuhan Yang Maha Esa atas limpahan rahmat dan karunia-Nya
kepada kita semua, sehingga kami dapat menyelesaikan tugas makalah ini.Ucapan terima kasih
kami sampaikan kepada dosen yang telah memberikan bimbingannya kepada kami dan kepada
semua pihak yang telah membantu kami dalam menyusun makalah ini.
Kami menyadari dalam penyusunan makalah ini masih banyak terdapat kekurangan,
kelemahan, dan keterbatasan.Oleh karena itu kami mengharapkan sumbangan pikiran, saran,
dan kritikan yang konstruktif demi kesempurnaan penyusunan makalah selanjutnya.Semoga
dengan makalah yang sederhana ini dapat memenuhi harapan kita semua dan memberikan
manfaat bagi pembaca, sehingga dapat menambah ilmu pengetahuan.Terima kasih.
Penyusun
DAFTAR ISI
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Oleh karenanya sebelum melakukan pemeriksaan fisik seorang perawat terlebih dahulu harus
mengetahui tentang anatomi dan fisiologi sistem muskuloskeletal dan integrasinya dengan
sistem neurologi dan intergumen.Adapun tehnik-tehnik utama yang di gunakan dalam
pemeriksaan sistem muskuloskeletal adalah inspeksi dan palpasi.
Pengkajian perlu dilakukan secara sistematis, teliti,dan terarah. Data yang dikumpulkan
meliputi data subjektif dan objektif dengan cara melakukan anamnesis, pemeriksaan fisik, dan
pemeriksaan diagnostik
B. Tujuan Umum
2.Untuk mengetahui adanya mobilitas, kekuatan atau adanya ganguan pada bagian tertentu
BAB II
PEMBAHASAN
Perawat menggunakan riwayat kesehatan dan pemeriksaan fisik untuk memperoleh data
tentang pola pergerakan yang biasa dilakukan seorang. Data tersebut dikoordinasikan dengan
riwayat perkembangan dan informasi tentang latar belakang sosial dan psikososial pasien.
Riwayat kesehatan meliputi informasi tentang aktivitas hidup sehari-hari, pola ambulasi, alat
bantu yang digunakan (misal; kursi roda, tongkat, walker), dan nyeri (jika ada nyei tetapkan
lokasi, lama, dan faktor pencetus) kram atau kelemahan.
Pengkajian perlu dilakukan secara sistematis, teliti,dan terarah. Data yang dikumpulkan
meliputi data subjektif dan objektif dengan cara melakukan anamnesis, pemeriksaan fisik, dan
pemeriksaan diagnostik.
B. Anamnesis
1. data subjektif
a. Data demografi. Data ini meliputi nama, umur, jenis kelamin, tempat tinggal, jenis
transportasi yang digunakan, dan orang yang terdekat dengan klien.
c. Riwayat sosial. Data ini meliputi pendidikan dan pekerjaan. Seseorang yang terpapar
terus-menerus dengan agens tertentu dalam pekerjaannya, status kesehatannya dapat
dipengaruhi.
e. Riwayat diet (nutrisi). Identifikasi adanya kelebihan berat badan karena kondisi ini dapat
mengakibatkan stres pada sendi penyangga tubuh dan prdisposisi terjadinya instabilitas
legamen khususnya pada punggung bagian bawah. Kurangnya asupan kalsium dapat
menimbulkan fraktur karena adanya dekalsifikasi. Bagaimana menu makanan sehari-hari dan
konsumsi vitamin A, D, kalsium serta protein yang merupakan zat untuk menjaga kondisi
muskuloskeletal.
f. Aktivas kegiatan sehari-hari. Identifikasi pekerjaan pasien dan aktivitas sehari-hari.
Kebiasaan membewa benda-benda berat yang dapat menimbulkan regangan otot dan trauma
lainnya. Perlu dikaji pula aktivitas hidup sehari-hari, saat ambulasi apakah nyeri pada sendi,
apakah menggunakan alat bantu (kursi roda, tongkat, walker)
g. Riwayat kesehatan masa lalu. Data tentang adanya efek langsung atau tidak langsung
terhadap muskuloskeletal, misalnya riwayat trauma atau kerusakan tulang rawan, riwayat
artritis, dan osteomielitis.
h. Riwayat kesehatan sekarang. Sejak kapan timbul keluhan, apakah ada riwayat trauma.
Timbulnya gejala mendadak atau perlahan. Timbul untuk pertama kalinya atau berulang. Kaji
klien untuk mengungkapkan alasan klien memeriksakan diri atau mengunjungi fasilitas
kesehatan. Keluhan utama pasien dengan gangguan muskuloskeletal meliputi :
i. Nyeri. Identifikasi lokasi nyeri. Nyeri biasanya berkaitan dengan pembuluh darah, sendi,
fasia, atau periosteum. Tentukan kualitas nyeri apakah sakit yang menusuk atau
berdenyut.Nyeri berdenyut biasanya berkaitan dengan tulang dan sakit berkaitan dengan otot,
sedangkan nyeri yang menusuk berkaitan dengan fraktur atau infeksi tulang. Identifikasi
apakah nyeri timbul setelah diberi aktivitas/gerakan. Nyeri saat bergerak merupakan satu
tanda masalah persendian. Degenerasi panggul menimbulkan nyeri selama badan bertumpu
pada sendi tersebut. Degenerasi pada lutut menimbulkan nyeri selama dan setelah berjalan.
Nyeri pada osteoartritis makin meningkat pada suhu dingin. Tanyakan kapan nyeri makin
meningkat, apakah pagi atau malam hari. Tanyakan apakah nyeri hilang saat istirahat. Apakah
nyerinya dapat diatasi dengan obat tertentu.
1) Kekuatan sendi. Tanyankan sendi mana yang mengalami kekakuan, lamanya kekuan
tersebut, dan apakah selalu terjadi remisi kekakuan beberapa kali sehari. Pada penyakit
degenerasi sendi sering terjadi kekakuan yang meningkat pada pagi hari setelah bangun tidur
(inaktivitas).
2) Bengkak. tanyakan berapa lama terjadi pembengkakan, apakah juga disertai nyeri, karena
bengkak dan nyeri sering menyertai sedera pada otot. Penyakit degenerasi sendi sering kali
tidak timbul bengkak pada awal serangan, tetapi muncul setelah beberapa minggu terjadi
nyeri.
3) Deformitas dan imobilitas. Tanyakan kapan terjadinya, apakah tiba-tiba atau bertahap,
apakah menimbulkan keterbatasan gerak. Apakah semakin memburuk dengan aktivitas,
apakah klien menggunakan alat bantu ( kruk, tongkat, dll)
4) Perubahan sensori. Tanyakan apakah ada penurunan rasa pada bagian tubuh tertentu.
Apakah menurunnya rasa atau sensasi tersebut berkaitan dengan nyeri. Penekanan pada saraf
dan pembuluh darah akibat bengkaka, tumor atau fraktur dapak menyebabkan menurunnya
sensasi.
2. data obyektif
B. Pemeriksaan Fisik
Pemeriksaan fisik harus dilakukan secara sistematis untuk menghindari kesalahan. Pengkajian
keperawatan merupakan evaluasi fungsional. Teknik inspeksi dan palpasi dilakukan untuk
mengevaluasi integritas tulang, postur tubuh, fungsi sendi, kekuatan otot, cara berjalan, dan
kemampuan pasien melakukan aktivitas hidup sehari-hari.
Skelet tubuh dapat dikaji dengan adanya deformitas dan kesejajaran.Pertumbuhan tulang yang
abnormal akibat tumor tulang dapat dijumpai.Pemendekan ekstremitas, amputasi dan bagian
tubuh yang tidan sejajar dalam kondisi anatomis harus dicatat.Angulasi abnormal pada tulang
panjang atau gerakan pada titik selain sendi menunjukkan pataha tulang. Biasanya terjadi
krepitus (suara berderik ) pada titik gerakan abnormal. Gerakan fragmen tulang harus
diminimalkan untuk mencegah cedera lebih lanjut. (Smeltzer, 2002)
Priharjo (1996) mengatakan pengkajian tulang di antaranya amato kenormalan susunan tulang
dan kaji adanya deformitas, lakukan palpasi untuk mengetahui adanya edema atau nyeri
tekan, dan amati keadaan tulang untuk mengetahui adanya pembengkakan.
Kurvatura normal tulang belakang konveks pada bagian dada dan konkaf pada sepanjang leher
dan pinggang. Deformitas tulang belakang yang sering terjadi meliputi : scoliosis (deviasi
kurvatura lateral tulang belakang), kifosis (kenaikan kurvatura lateral tulang belakang bagian
dada), lordosis ( membebek, kurvatura tulang belakang bagian pinggang yang berlebihan).
Kifosis terjadi pada pasien osteoporosis pada pasien neuromuscular.
Skoliosis terjadi congenital, idiopatrik (tidak diketahui penyebabnya) atau akibat kerusakan
otot paraspinal misalnya pada poliomyelitis. Lordosis dijumpai pada penderita kehamilan
karena menyesuaikan postur tubuhnya akibat perubahan pusat gaya beratnya.
3. Pengkajian Persendian
Sistem persendian dievaluasi dengan memeriksa luas gerakan, deformitas, stabilitas dan
benjolan.Luas gerakan dievaluasi secara aktif (sendi digerakkan oleh otot sekitar sendi dan
pasif dengan sendi digerakkan oleh pemeriksa). Luas gerakan normal sendi-sendi besar
menurut American Academy of Orthopedic Surgeons diukur dengan goniometer (busur derajat
yang dirancang khusus untuk mengevaluasi gerakan sendi). Bila suatu sendi di ekstensi
maksimal namun terdapat sisa fleksi, dikatakan bahwa luas gerakan terbatas.Yang disebabkan
karena deformitas skeletal, patologi sendi atau kontraktur otot dan tendo disekitarnya.Pada
lansia penurunan keterbatasan gerakan yang disebabkan patologi degeneratif sendi dapat
berakibat menurunnya kemampuan melakukan aktivitas sehari-hari.Inspeksi persendian dan
bandingkan secara bilateral.Harusnya didapat kesimetrisan tanpa kemerahan, pembengkakan,
pembesaran / deformitas.Palpasi sendi dan tulang untuk mengetahui edema dan
tenderness.Palpasi sendi selama gerakan untuk mengetahui adanya krepitasi. Sendi harusnya
terasa lembut saat bergerak dan tidak ada nodul.
Deformitas sendi disebabakan oleh kontraktur (pemendekan struktur sekitar sendi), subluksasi
(lepasnya sebagian permukaan sendi atau distrupsi struktur sekitar sendi, dislokasi (lepasnya
permukaan sendi). Kelemahan atau putusnya struktur penyangga sendi dapat menakibatkan
sendi terlalu lemah untuk berfungsi normal, sehinga memerlukan alat penyokong eksternal (
misalnya brace).
Jika sendi terasa nyeri periksa adanya kelebihan cairan pada kapsulnya (efusi), pembengkakan,
dan peningkatan suhu, yang mencerminkan inflamasi aktif. Kita dapat mencurigai adanya
effuse jika sendi mebengkak,ukurannya dan tonjolan tulangnya samar. Tempat tersering
terjadi efusi adalah lutut. Bila hanya ada sedikit cairan pada rongga sendi di bawah tempurung
lutut dapat diketahui dengan maneuver : aspek lateral dan medial lutut dalam dalam keadaan
ekstensi dapat diurut dengan kuat kearah bawah. Gerakan tersebut akan menggerakkan cairan
kearah bawah. Begitu ada tekanan dari sisi lateral dan medial pemeriksa akan melihat benjolan
disisi lain dibawah tempurung lutut.
Sistem otot dikaji dengan memperhatikan kemampuan merubah posisi, kekuatan otot dan
koordinasikan ukuran otot serta ukuran masing-masing otot.Kelemahan otot menunjukkan
polineuropati, gangguan elektrolit (kalsium dan kalium), miastenia grafis, poliomyelitis, distrofi
otot. Dengan palpasi otot saat ekstremitas relaks digerakkan secara pasif akan terasa tonus
otot. Mengkaji kekuatan otot dilakukan dengan palpasi otot dan ekstremitas yang digerakkan
secara pasif dan rasakan tonus otot.
Catatan : Evaluasi kekuatan kelompok otot dari kepala ke kaki dimasukkan dalam pengkajian
rentang gerak. Teknik – teknik untuk tes skrining kekuatan otot adalah sebagai berikut :
Teknik bisepsi
Teknik triseps
( Priguna S, 1980 )
Nilai
Paralisis ( 0)
Rentang gerak aktif melawan gravitasi sendiri atau melawan tahanan ringan
Normal ( 5 )
b. Mandibular
c. Leher
R.O.M:
Ekstensi-hiperekstensi
Rotasi
d. Bahu
e. Klavikula
Simetris Tonjolan tuberositas Humerus
f. Skapula
Tinggi sama ?
Palpasi dengan jari untuk melihat batas tulang, krepitasi ?kelembutan otot ? Simetri ?
g. Siku
Ekstensi, periksa sendi dari kemerahan dan pembengkakan, perubahan bentuk sendi & otot
Palpasi siku adanya cairan, pembesaran kelenjar Supra Condylar , nodulus rematoid.
supinasi& pronasi
h. Pergelangan Tangan
Simetris, bentuk.
Lakukan fleksi tahan selam 1 menit, bila timbul rasa kebas / kesemutan / paraesthesia
permukaan tangan terutama 3 jari pertama dan separoh dari jari ke 4 (tanda Phalen)
merupakan tanda
Inspeksi bentuk Spinal Columna dari belakang dan samping ( Skoliosis, Lordosis)
Membungkuk sejauh mungkin untuk melihat otot samping kanan-kiri Spina ( normal
:sama )
j. Pinggul
Angkat tungkai bawah sampai terasa sakit kemudian dorsofleksi telapak kaki (normal 50
derajat, tidak ada nyeri)
k. Paha
Lingkar paha bandingkan secara bilateral ( normal kaki dominant > 1cm )
l. Lutut
Periksa kekuatan otot dengan tekan lutut, klien berusaha untuk mengangkat
Bila perlu meloncat dengan satu kaki ( bila sukses fungsi motorik kaki dan cerebellum
serta position sense baik )
Amati postur, cara menelapakan kaki, keseimbangan ( jalan lurus satu garis ), ayunan
lengan, irama langkah, jarak langkah ( n=37,5 cm )
Bila berputar muka & kepala berputar terlebih dahulu dari bagian lain
a. Inspeksi
• Simetris pada bagian – bagian tubuh, sedikit asimetris mungkin bukan patologis yang berarti.
2) Kesejajaran ekstremitas
• Ekstremitas sejajar dengan kontur, simetris dan sudut yang sama secara bilateral,
ekstremitas tampak panjang karena ukuran batang tubuh telah membatasi.
• Kerusakan dapat ditemukan dekat sendi yang terbatas geraknya, saluran di dasar interkapal,
penampilan ekstremitas keseluruhan adalah lonjong dengan sisi datar pada posisi inferior dan
posterior bila ekstremitas pada posisi horizontal asimetris 1cm atau kurang. Penyimpangan :
hipertrofi atau atrofi nyata.
b.Palpasi
13) Palpasi tulang, sendi, dan otot mengenai pembengkaan, nyeri tekan, perubahan suhu lokal
dan krepitasi.
14) Normal : tidak ada pembengkaan dan nyeri tekan tergantung riwayat. Suhu secara umum
sama keseluruhan tidak ada krepitasi.
16) Catatan : Bila bengkak fluktuan, ini karena cairan, bila padat ini karena penebalan atau
pembesaran.
Uji Diagnostik
1. Sinar – X
Menggambarkan kepadatan tulang, tekstur, erosi dan perubahan hubungan tulang. Sinar-X
multipel diperlukan untuk pengkajian paripurna struktur yang sedang diperiksa. Sinar-X korteks
tulang dapat menunjukkan adanya pelebaran, penyempitan dan tanda iregularitas. Sinar – X
sendi dapat menunjukkan adanya cairan, iregularitas, penyempitan, dan perubahan struktur
sendi
Menunjukkan rincian bidang tertentu dan dapat memperlihatkan tumor jaringan lunak atau
cedera ligamen atau tendon. CT Scan digunakan untuk mengindentifikasi lokasi dan
panjangnya patah tulang di daerah yang sulit dievaluasi, seperti asetabulum. Pemeriksaan
dilakukan bisa dengan atau tanpa kontras dan berlangsung sekitar satu jam.
3. MRI (Magnetic Resonance Imaging)
Teknik pencitraan khusus, non invasif yang menggunakan medan magnet, gelombang radio,
dan komputer untuk memperlihatkan abnormalitas, misal tumor atau penyempitan jaringan
lunak. Klien yang mengenakan implant logam atau pacemaker tidak bisa menjalani
pemeriksaan ini. Perhiasaan harus dilepas, klien yang klaustrofobia biasanya tidak mampu
menghadapi ruangan tertutup tanpa penenang
Pemeriksaan Penunjang
Pemeriksaan
Indikasi
Urinalisis
Protein
Darah
Amiloid sekunder pada artritis reumatoid dan atropati kronik lain, efek sanping obat misalnya
mikorisin , penisilinamin. Penyakit glomerulus, misalnya LES, vaskulitis.
Hematologi
Anemia pada artritis inflamasi, kehilangan darah pasca trauma neutrofilia pada sepsis dan
inflamasi yang sangat akut, misalnya gout akut leukemia pada LES, sindrom felty dan efek
samping terapi obat anti reumatik.
Biokimia
Kalsium
Alkalin fosfatase
Angiotensin-corverting enzym
↑ gangguan ginjal, misalnya amiloid sekunder pada artritis reumatoid atau efek samping obat.
↑ Pada sarkoidosis
PENUTUP
A. Kesimpulan
Pemeriksaan fisik harus dilakukan secara sistematis untuk menghindari kesalahan. Pengkajian
keperawatan merupakan evaluasi fungsional. Teknik inspeksi dan palpasi dilakukan untuk
mengevaluasi integritas tulang, postur tubuh, fungsi sendi, kekuatan otot, cara berjalan, dan
kemampuan pasien melakukan aktivitas hidup sehari-hari.
B. Saran
Saat melakukan pengkajian musculoskeletal harus secara sistematis teliti dan terarah
Saat akan melakukan pemeriksaan fisik terlebih dahulu harus mengetahui tentang anatomi
dan fisiologi sistem muskuloskeletal dan integrasinya dengan sistem neurologi dan intergumen
DAFTAR PUSTAKA
Carpenito, Linda Jual. (1995). Rencana Asuhan & Dokumentasi Keperawatan (terjemahan). PT
EGC. Jakarta.
(Lukman, Ningsih Nurna. 2009. Asuhan Keperawatan pada Klien dengan Gangguan Sistem
Muskuloskeletal. Jakarta : Salemba Medika)