Oleh :
Kelompok 1
Nurul rahma dani : 201601082
Reza Tri Payana : 201601087
Umi kalsum : 201601093
Stevi Elen : 201601091
Aldianti : 201601099
Alprida : 201601100
Imelda : 201601111
Indah Damayanti A : 201601112
Jihan Pratiwi W : 201601115
Moh. Rizki Lahusen : 201601120
Ni Putu Dita M : 201601122
Nopdin Kamai : 201601123
Rofiatul Hikmah : 201601132
A. Latar Belakang
Kesehatan jiwa masih menjadi persoalan serius di Indonesia. Data Riset
Kesehatan Dasar 2013 mencatat Prevalensi gangguan jiwa berat di Indonesia
mencapai 1,7 per mil. Artinya, 1-2 orang dari 1.000 penduduk di Indonesia
mengalami gangguan jiwa berat. Hal ini diperburuk dengan minimnya pelayanan
dan fasilitas kesehatan jiwa di berbagai daerah Indonesia sehingga banyak
penderita gangguan kesehatan mental yang belum tertangani dengan baik.
Semakin pesatnya usaha pembangunan, modernisasi dan industrialisasi di
sebuah negara mengakibatkan semakin kompleknya masyarakat, maka banyak
muncul masalah-masalah sosial dan gangguan atau disorder mental di kota-kota
besar. Makin banyaklah warga masyarakat yang tidak mampu melakukan
penyesuaian diri dengan cepat terhadap macam-macam perubahan sosial. Mereka
itu mengalami banyak frustasi, konflik-konflik terbuka atau eksternal dan
internal,ketegangan batin dan menderita gangguan mental.
Seseorang yang memiliki kesehatan mental yang baik sekalipun tidak dari
kecemasan dan perasaan bersalah. Mereka tetap mengalami kecemasan dan
perasan berasalah tetapi tidak dikuasai oleh kecemasan dan perasaan bersalah itu.
Mereka sanggup menghadapi masalah masalah biasa dengan penuh keyakinan diri
dan dapat memecahkan masalah masalah tersebut tanpa adanya gangguan yang
hebat pada struktur dirinya. Dengan kata lain, meskipun ia tidak bebas dari
konflik dan emosinya tidak selalu stabil, namun ia dapat mempertahankan harga
dirinya. Keadaan yang demikian justru berkebalikan dengan apa yang terjadi pada
orang yang mengalami kesehatan mental yang buruk.
B. Rumusan Masalah
1. Untuk mengetahui pengertian gangguan mental
2. Untuk mengetahui faktor-faktor yang menyebabkan gangguan mental.
3. Untuk mengetahui klasifikasi dari gangguan mental.
4. Untuk mengetahui bagaimana penganan serta pencegahan dari gannguan
mental
C. Tujuan
1. Mengetahui pengertian gangguan mental.
2. Mengetahui faktor-faktor yang menyebabkan gangguan mental.
3. Mengetahui klasifikasi dari gangguan mental.
4. Mengetahui bagaimana penganan serta pencegahan dari gannguan mental
BAB II
PEMBAHASAN
A. Pengertian
Gangguan mental dimaknakan sebagai tidak adanya atau kekurangannya
dalam hal kesehatan mental. Pengertian ini sejalan dengan yang dikemukakan
oleh Kaplan dan Sadock, 1994 yang menyatakan gangguan mental itu “as any
significant deviation from an ideal state of positive mental health” artinya
penyimpangan dari keadaan ideal dari suatu kesehatan mental merupakan indikasi
adanya gangguan mental. Pengertian lain gangguan mental dimaknakan sebagai
adanya penyimpangan dari norma-norma perilaku, yang mencakup pikiran,
perasaan, dan tindakan. Gangguan mental atau penyakit kejiwaan adalah pola
psikologis atau perilaku yang pada umumnya terkait dengan stres atau kelainan
mental yang tidak dianggap sebagai bagian dari perkembangan normal manusia.
Gangguan mental adalah gangguan dalam cara berpikir (cognitive),
kemauan (volition),emosi (affective), tindakan (psychomotor) (Yosep, 2007).
Gangguan mental menurut Depkes RI (2000) adalah suatu perubahan pada
fungsi jiwa yang menyebabkan adanya gangguan pada fungsi jiwa, yang
menimbulkan penderitaan pada individu dan atau hambatan dalam melaksanakan
peran sosial.
Menurut Townsend (1996) gangguan mental adalah respon maladaptive
terhadap stressor dari lingkungan dalam/luar ditunjukkan dengan pikiran,
perasaan, dan tingkah laku yang tidak sesuai dengan norma lokal dan kultural dan
mengganggu fungsi sosial, kerja, dan fisik individu.
B. Epidemiologi
Data WHO (2006) mengungkapkan bahwa 26 juta penduduk Indonesia
mengalami gangguan jiwa, dimana panik dan cemas adalah gejala paling ringan
(Maramis, 2006). Empat jenis penyakit langsung yang dapat ditimbulkan yaitu
depresi, penggunaan alkohol, gangguan bipolar, dan skizofrenia (Irmansyah,
2008). Untuk tahun 2008 diperkirakan terjadi peningkatan morbiditas gangguan
jiwa sekitar 50 juta atau 25 persen dari 220 juta penduduk Indonesia yang
mengalami gangguan jiwa. Artinya, satu dari empat penduduk Indonesia
mengidap penyakit jiwa dari tingkat paling ringan sampai berat (Hawari, 2008).
Data di atas menunjukkan bahwa peningkatan morbiditas gangguan jiwa di
Indonesia menunjukkan penyebab yang sama dengan morbiditas dunia dimana
depresi menjadi salah satu penyebab yang harus diwaspadai sebagai pemicu awal
terjadinya gangguan jiwa yang lebih berat.
C. Etiologi
Ada beberapa faktor yang menyebabkan terjadinya penyakit mental, diantaranya:
1. Faktor genetik (keturunan): di dalam keluarga yang mempunyai sejarah
penyakit mental berisiko lebih tinggi dibanding populasi yang tidak ada sejarah
penyakit mental.
2. Gangguan bahan kimia dalam otak: bila bahan kimia dalam otak yang dikenali
sebagai neurotransmitter tidak berfungsi dengan baik gejala penyakit mental
akan muncul. Sebagai contohnya:
a. Schizophrenia: Penghasilan dopamin secara berlebihan.
b. Kemurungan: Paras serotonin terlalu rendah.
c. Mania: Paras serotonin meningkat secara melampau.
d. Kebimbangan: terdapat gangguan di dalam pengeluaran dan fungsi
noradrenalin.
3. Serangan virus: dalam penelitian ada penyakit akibat virus telah dikaitkan
dengan kemunculan penyakit mental.
4. Sejarah hidup yang getir. Misalnya kehilangan orang tua semasa kecil, terlalu
banyak ejekan dari teman-teman, dibully secara keterlaluan, dll.
5. Keadaan sosio-ekonomi yang rendah: Faktor kemiskinan, dll.
E. Klasifikasi
DSM, pada tahun 1994 telah diterbitkan edisi keempat, sebagai penyempurnaan
dari klasifikasi gangguan mental pada edisi sebelumnya. Klasifikasi gangguan
mental menurut DSM IV adalah sebagai berikut (APA, 1994).
1. Gangguan yang biasanya ddiagnosis pertama kali pada masa bayi, masa kanak-kanak, atau
masa remaja Retardasi Mental
2. Delirium, Demensia, Amnestik dan Gangguan Kognitif lainnya
3. Gangguan yang Berhubungan dengan Penggunaan Zat (alhokol, kafein, kokain, dll)
4. Skizofrenia dan gangguan psikotik lain
5. Gangguan mood (perasaan), Depresif dan Bipolar
6. Gangguan Somatoform
7. Gangguan kecemasan
8. Gangguan Buatan (factitous)
9. Gangguan Dissosiatif
10. Gangguan Seksual dan Identitas Gender
11. Gangguan makan, dan tidur
12. Gangguan Kepribadian (paranoid, skizotipal, schizoid, antisosial, narsisistik, dll)
F. Penanganan
1. Psikofarmakologi
Penanganan penderita gangguan jiwa dengan cara ini adalah dengan
memberikan terapi obat-obatan yang akan ditujukan pada gangguan fungsi
neuro-transmitter sehingga gejala-gejala klinis tadi dapat dihilangkan. Terapi
obat diberikan dalam jangka waktu relatif lama, berbulan bahkan bertahun.
2. Psikoterapi
Terapi kejiwaan yang harus diberikan apabila penderita telah diberikan terapi
psikofarmaka dan telah mencapai tahapan di mana kemampuan menilai
realitas sudah kembali pulih dan pemahaman diri sudah baik. Psikoterapi ini
bermacam-macam bentuknya antara lain psikoterapi suportif dimaksudkan
untuk memberikan dorongan, semangat dan motivasi agar penderita tidak
merasa putus asa dan semangat juangnya.
Psikoterapi Re-eduktif dimaksudkan untuk memberikan pendidikan
ulang yang maksudnya memperbaiki kesalahan pendidikan di waktu lalu,
psikoterapi rekonstruktif dimaksudkan untuk memperbaiki kembali
kepribadian yang telah mengalami keretakan menjadi kepribadian utuh
seperti semula sebelum sakit, psikologi kognitif, dimaksudkan untuk
memulihkan kembali fungsi kognitif (daya pikir dan daya ingat) rasional
sehingga penderita mampu membedakan nilai- nilai moral etika. Psikoterapi
perilaku dimaksudkan untuk memulihkan gangguan perilaku yang terganggu
menjadi perilaku yang mampu menyesuaikan diri, psikoterapi keluarga
dimaksudkan untuk memulihkan penderita dan keluarganya (Maramis, 1990)
3. Terapi Psikososial
Dengan terapi ini dimaksudkan penderita agar mampu kembali beradaptasi
dengan lingkungan sosialnya dan mampu merawat diri, mampu mandiri tidak
tergantung pada orang lain sehingga tidak menjadi beban keluarga. Penderita
selama menjalani terapi psikososial ini hendaknya masih tetap mengkonsumsi
obat psikofarmaka( Hawari, 2007).
4. Terapi Psikoreligius
Terapi keagamaan ini berupa kegiatan ritual keagamaan seperti sembahyang,
berdoa, mamanjatkan puji-pujian kepada Tuhan, ceramah keagamaan, kajian
kitab suci. Menurut Ramachandran dalam Yosep( 2007), telah mengatakan
serangkaian penenelitian terhadap pasien pasca epilepsi sebagian besar
mengungkapkan pengalaman spiritualnya sehingga semua yang dirasa
menjadi sirna dan menemukan kebenaran tertinggi yang tidak dialami pikiran
biasa merasa berdekatan dengan cahaya illahi.
5. Rehabilitasi
Program rehabilitasi penting dilakukan sebagi persiapan penempatan kembali
kekeluarga dan masyarakat. Program ini biasanya dilakukan di lembaga
(institusi) rehabilitasi misalnya di suatu rumah sakit jiwa. Dalam program
rehabilitasi dilakukan berbagai kegiatan antara lain; dengan terapi kelompok
yang bertujuan membebaskan penderita dari stress dan dapat membantu agar
dapat mengerti jelas sebab dari kesukaran dan membantu terbentuknya
mekanisme pembelaan yang lebih baik dan dapt diterima oleh keluarga dan
masyarakat, menjalankan ibadah keagamaan bersama, kegiatan kesenian,
terapi fisik berupa olah raga, keterampilan, berbagai macam kursus, bercocok
tanam, rekreasi (Maramis, 1990). Pada umumnya program rehabilitasi ini
berlangsung antara 3-6 bulan.
G. Pencegahan
BAB III
ASUHAN KEPERAWATAN
A. Pengkajian
1. Identitas
Nama
Umur
Jenis Kelamin
Agama
Status Perkawinan
Pendidikan
Pekerjaan
2. Riwayat Kesehatan
a. Keluhan Utama
b. Riwayat Penyakit Sekarang
c. Riwayat Penyakit Dahulu
d. Riwayat Penyakit Keluarga
3 . Pola Pemenuhan Kesehatan
a . Aktivitas/kesehatan
b. Makanan/cairan
c. Konsep diri
- Citra tubuh
- Identitas
- Peran
- Ideal diri
- Harga diri
d. Hubungan social
- Orang terdekat
e. Peran serta dalam masyarakat
f. Hambatan dalam berhubungan dengan orang lain
4. Pemeriksaan Fisik
Keadaan umum
Tingkat kesadaran
GCS
Tanda-tanda vital :
Tekanan Darah
Nadi
Respirasi Rate
Suhu
BB
TB
a. Kepala
b. Mata-Telinga-Hidung
c. Leher
d. Dada
e. Sistem pencernaan
f. Sistem Genitourinaria
g. Ekstremitas atas dan bawah
B. Diagnosa Keperawatan
1. Gangguan komunikasi verbal berhubungan dengan keadaan emosi yang tidak stabil
Intervensi :
b. Ajarkan cara mengontrol emosi kepada klien agar emosi klien tetap stabil
Intervensi :
Intervensi :
4. Resiko mencederai diri dan orang lain dan lingkungan berhubungan dengan
ketidakmampuan mengontrol emosi
Intervensi :
PENUTUP
A. Kesimpulan
Gangguan mental dimaknakan sebagai adanya penyimpangan dari norma-norma
perilaku, yang mencakup pikiran, perasaan, dan tindakan. Gangguan mental atau penyakit
kejiwaan adalah pola psikologis atau perilaku yang pada umumnya terkait dengan stres
atau kelainan mental yang tidak dianggap sebagai bagian dari perkembangan normal
manusia. 26 juta penduduk Indonesia mengalami gangguan jiwa, dimana panik dan
cemas adalah gejala paling ringan. Empat jenis penyakit langsung yang dapat
ditimbulkan yaitu depresi, penggunaan alkohol, gangguan bipolar, dan skizofrenia.
Penanganan pada gangguan mental dengan farmakologi, psikoterapi, psikoreligius, dan
rehabilitasi.
B. Saran
Kesehatan jiwa masih menjadi persoalan serius di Indonesia. Hal ini diperburuk
dengan minimnya pelayanan dan fasilitas kesehatan jiwa di berbagai daerah Indonesia
sehingga banyak penderita gangguan kesehatan mental yang belum tertangani dengan
baik. Saran sebagai tenaga kesehatan harus lebih memeperhatikan masalah kesehatan
jiwa, dan bagi pemerintah lebih memperbanyak fasilitas kesehatan bagi seseorang dengan
gangguan mental.
DAFTAR PUSTAKA
Perry and Potter. 2005. Buku Ajar Fundamental Keperawatan : konsep, proses, dan praktik
/ Patricia A. Potter, Anne Griffin Perry ; alih bahsa, Yasmin Asih [ et all]; editor edisi
bahasa Indonesia, Devi Yulianti, Monica Ester.— Ed.4.—Jakarta : EGC
Renata Komalasari, Alfrina Hany; Editor edisi bahasa Indonesia, Pemilih Eko Karyuni, Jakarta:
EGC.
Stuart Gail W dan Sandra J. Sundeen. 1995. Buku Saku. Keperawatan Jiwa. Edisi 3. Jakarta:
EGC. Buku Kedokteran.
Sundari, Siti. 2005. Kesehatan Mental dalam Kehidupan. Jakarta : PT. Rineka Cipta.
Videbeck, Sheila L. 2008. Buku Ajar Keperawatan Jiwa. Alih bahasa ,
Yosep, Iyus. 2007. Keperawatan Jiwa. Editor: Aep Gunarsa. Bandung. PT. Refika Aditama.