Anda di halaman 1dari 14

BAB I

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang


Kemajuan pengetahuan dan teknologi terutama ilmu kesehatan,
promosi kesehatan, pencegahan penyakit dan pelayanan kesehatan
mengakibatkan meningkatnya usia harapan hidup. Usia harapan hidup
dan lansia yang meningkat mencerminkan perbaikan kesehatan, namun
hal ini menjadi tantangan di masa mendatang karena menimbulkan
berbagai masalah kesehatan dan ekonomi. Salah satu tantangan yang akan
dihadapi adalah ancaman triple burden, yaitu jumlah kelahiran bayi yang
masih tinggi, didominasi penduduk muda dan jumlah lansia yang terus
meningkat (Depkes RI, 2015)
Peningkatan proporsi jumlah lansia perlu mendapatkan perhatian
karena kelompok lansia merupakan kelompok beresiko tinggi yang
mengalami masalah kesehatan yang diakibatkan oleh proses menua.
Proses menua merupakan proses yang terus berkelanjutan secara alamiah
dimulai sejak manusia lahir sampai tua. Usia lanjut terbagi menjadi 4
kelompok yaitu usia pertengahan (middle age) antara usia 45 -59 tahun,
lanjut usia (elderly) berusia antara 60 – 70 tahun, lanjut usia tua (old) usia
75 – 90 tahun dan usia sangat (very old) di atas 90 tahun. Pada usia lansia
biasanya seseorang akan mengalami kehilangan jaringan otot, susunan
syaraf dan jaringan lain sehingga tubuh akan mati sedikit demi sedikit.
Secara individu pengaruh proses menua dapat menimbulkan berbagai
masalah ekonomi, sosial, mental maupun fisik. Dari aspek perubahan
kondisi fisik pada lansia diantaranya adalah menurunya kemampuan
musculoskeletal ke arah yang lebih buruk.
Lansia adalah orang yang beresiko tingi terhadap penyakit
degeneratif seperti penyakit hipertensi, stroke, PPOK, DM, kanker,
penyakit jantung, penyakit ginjal dan penyakit sendi (Riskesdas, 2013).
Berdasarkan 10 penyakit terbesar lansia, salah satu penyakit yang sering
dialami oleh lansia adalah rematik (Azizah, 2011).
Rematik merupakan penyakit degenerative sendi yang disebabkan
oleh beberapa faktor antara lain reaksi alergi, infeksi, genetik dan arena
proses penuaan sehingga tulang mulai kehilangan kartilago (jaringan
tulang rawan) yang berfungsi sebagai bantalan antara tulang dan sendi
yang kemudian semakin tipis sehingga menimbulkan rasa nyeri pada
sendi akibat adanya inflamasi ringan yang timbul karena adanya gesekan-
gesekan tulang penyusun sendi (Sridordhor, 2003 dalam Hartatilase,
2015).
Kawasan Asia Tenggara populasi lansia sebesar 14,2 juta jiwa dan
pada tahun 2020 diperkirakan jumlah lansia mencapai 28,8 juta jiwa
(Virda Eny, 2015). Hal ini didukung oleh penelitian dari Qing, Y.Z., 2008
prevalensi nyeri rheumatoid arthritisdi beberapa Negara Asean adalah,
Bangladesh 26.3%, India 18.2%, Indonesia 31.3%, Filipina 16.3% dan
Vietnam 14.9%. Berdasarkan hasil Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas)
Indonesia tahun 2015, jumalah penderita rheumatoid arthritis di
Indonesia berjumlah 30.3% yang menunjukkan bahwa kecenderungan
prevalensi rheumatoid arthritis di Indonesia dari tahun 2007 sampai 2015
pada usia lebih dari 15 tahun terdapat 30.3%. Sedangkan di Bali
menempati peringkat ke 4 dari 33 provisi di Indonesia, penderita
rheumatoid arthritisyaitu terdapat 32.66%. Hasil wawancara dengan ibu
CI penyakit terbanyak pada lansia diantaranya rheumatoid arthritis,
hipertensi dan diabetes mellitus. Hasil wawancara bersama 34 orang
lansia yang berada di daerah Br. Batu Lumbang, Desa Bedulu, Blahbatuh,
Gianyar sebagian besar mengalami keluhan yang sama yaitu nyeri sendi
sekitar 82% atau 28 orang.
Salah satu masalah yang sering dialami lansia di rumah adalah
tidak terpenuhinya rasa nyaman sebagai respon terhadap penyakit.
International Assosiation for the Study Of Pain mendeskripsikan nyeri
sebagai respon tidak menyenagkan dan pengalaman emosional yang
timbul akibat kerusakan jaringan (Erwati, 2010). Nyeri rheumatoid
arthritis yang timbul sebagai akibat adanya kerusakan jaringan tulang
rawan pada daerah sendi merupakan masalah utama musculoskeletal
khususnya pada lanjut usia. Pada penderita rheumatoid arthritis dapat
dilihat dari kategori dalam skala nyeri baurbanis yaitu jika penderita
rheumatoid arthritis merasakan nyeri diantara 1 – 3 maka dikatakan
mengalami nyeri ringan, sedangkan jika nyeri berada pada rentang 4 – 7
maka dikatakan nyeri sedang dan jika nyeri berada pada rentang 8 – 10
maka dikatakan nyeri hebat (Potter dan Perry, 2010).
Pada umumnya, masyarakat kurang peduli akan bahaya penyakit
rheumatoid arthritis padahal dalam waktu singkat, tepatnya kurang dari
tiga tahun, rheumatoid arthritis dapat mengakibatkan kecacatan serius
pada persendian yang terserang. Kecenderungan umum yang dilakukan
masyarakat bila mengalami gejala pegal, linu, nyeri dan kaku pada sendi
atau otot yang besar kemungkinan adalah gejala awal rheumatoid
arthritisyang mengambil langkah praktis, yaitu membeli obat penawar
pegal, linu dan nyeri yang dijual bebas di warung-warung terdekat.
Padahal obat penawar tersebut belum tentu cocok dan aman untuk
digunakan. Terlebih, karena penyebab dari gejala pegal, linu dan nyeri
tersebut belum diketahui dengan pasti (Junaidi, 2012).
Upaya yang selama ini dilakukan lansia untuk mengurangi rasa
nyeri adalah, mandi air hangat, membeli obat nyeri tulang dan sendi,
balsam, koyo, pijat dan istirahat yang cukup. Masih banyak lanjut usia
yang masih mengeluh nyeri dan tidak ada perubahan nyeri yang dirasakan
lansia. Besarnya masalah rheumatoid arthritis dan dampak yang
ditimbulkan, perlu dilakukan berbagai tindakan positif. Tanpa
pengobatan, umumnya gejala artritis tidak bisa hilang. Penatalaksanaan
pada penyakit artritis dapat dicegah dengan terapi farmakologi meliputi
pemberian analgetik, anti inflamasi, disease modifying anti rheumatid
drugs, relaksan otot, operasi dan terapi komplementer. Dengan obat-obat
yang ada pun, seringkali keluhan rematik hanya hilang sementara.
Keadaan seperti inilah yang menyebabkan penderita mencari alternative
pengobatan lain, seperti non farmakologi. Salah satu terapi non
farmakologi dengan menggunakan senam rematik (Dalimartha, 2009).
Senam rematik merupakan senam yang berfokus dalam
mempertahankan rentang gerak sendi secara maksimal. Tujuan dari
senam rematik ini adalah mengurangi nyeri sendi dalam menjaga
kesehatan jasmani penderita rematik. Keuntungan lain dari senam rematik
yaitu badan menjadi lebih lentur, otot tetap kencang, melancarkan
peredaran darah, menjaga kadar lemak darah dalam bartas normal, tidak
mudah cedera, dan kecepatan reaksi sel tubuh menjadi lebih baik
(Heri, 2014).
Sehubungan dengan permasalahan di atas maka kami tertarik untuk
memberikan Terapi Aktifitas Kelompok (TAK) tentang rematik yang
berguna untuk menambah pengetahuan dan kebugaran lansia agar dapat
diterapkan dalam kehidupan sehari-hari.

1.2. Tujuan
1.2.1. Tujuan Umum
Menurunkan resiko kejadian rheumatoid arthritis pada lansia di
Banjar Batu Lumbang, Bedulu Wilayah Kerja Puskesmas II
Blahbatuh.

1.2.2. Tujuan Khusus


1.2.2.1. Meningkatkan pengetahuan tentang penyakit rheumatoid
arthritis pada lansia meliputi : definisi, penyebab, tanda
gejala komplikasi dan perawatan di rumah
1.2.2.2. Mendeteksi resiko rheumatoid arthritis pada lansia
1.2.2.3. Mensimulasikan senam rematik sebagai penatalaksanaan
pencegahan di rumah.
1.3. Manfaat
1.3.1. Meningkatkan pengetahuan lansia mengenai penyakit rheumatoid
arthritis meliputi : definisi, penyebab, tanda gejala, komplikasi dan
perawatan di rumah
1.3.2. Sebagai deteksi awal untuk menjaring lansia dengan resuko
penyakit rheumatoid arthritis
1.3.3. Lansia dapat mengaplikasikan senam rematik dirumah atau
dikomunitas lansia (banjar)
1.3.4. Menurunkan rasa nyeri dan melancarkan sirkulasi darah lansia
1.3.5. Sebagai refrensi bagi puskesmas agar senam rematik dapat
dijadikan program rutin dalam rangka meningkatkan pengetahuan
lansia dalam menurunkan angka nyeri sendi pada lansia yang
menderita rheumatoid arthritis
1.3.6. Dapat dijadikan sebagai salah satu terapi komplementer yang bisa
diaplikasikan kepada lansia yang menderita rheumatoid
arthritisatau yang beresiko untuk menurunkan angka kejadian
rheumatoid arthritis pada lansia.
BAB II

ANALISIS SITUASI

2.1. Data Pengkajian


Desa Bedulu merupakan salah satu desa yang terletak di kecamatan
Blahbatuh Gianyar. Desa ini dapat ditempuh dengan jarak 27 km dari pusat
kota Denpasar dengan perkiraan waktu sekitar 45 menit dan cukup dekat
dengan Desa Wisata Ubud. Sebagaimana umumnya desa-desa yang ada di
Bali, Banjar-banjar di Desa Wisata Bedulu seperti : Banjar Marga Bingung,
Tengah, Goa, Batu Lumbang, Lebah, Pekandelan, Taman, Mas, Wanaya, dan
Tegallinggah. Desa ini terkenal sebagai desa wisata yang tidak hanya kaya
dengan budaya tapi juga dikelilingi oleh beberapa obyek wisata yang
terkenal. Salah satunya adalah obyek wisata Goa Gajah.
Banjar Batu Lumbang merupakan salah satu banjar yang terletak di
Desa Bedulu. Lokasi Banjar Batu Lumbang tepat berada di sebelah Pura
Ulun Sari Desa Bedulu. Dari hasil wawancara dengan kelian Banjar Batu
Lumbang didapatkan data jumlah KK di banjar Batu Lumbang yaitu
sebanyak 116 KK dengan jumlah lansia kurang lebih sebanyak 34 lansia
dengan jumlah kelompok lansia berusia 60-74 tahun sebanyak 15 orang dan
kelompok lansia yang berusia 75-90 tahun sebanyak 19 orang. Sebagian
besar lansia di Banjar Batu Lumbang mengalami penyakit Rematik yaitu
sebanyak 28 orang. Tingginya angka rheumatoid arthritis di Banjar Batu
Lumbang disebabkan oleh gaya hidup yang kurang beraktifitas dan pola
makan yang kurang sehat. Banjar Batu Lumbang belum memiliki program
khusus lansia seperti posyandu lansia. Kedatangan mahasiswa untuk
melakukan praktik keperawatan gerontik di Banjar Batu Lumbang disambut
hangat oleh kelian banjar dan diharapkan mampu memperbaiki kualitas
kesehatan lansia.
Dari hasil wawancara dan survey yang dilakukan di wilayah Banjar
Batu Lumbang pada tanggal 04 Maret 2019 pada beberapa lansia ditemukan
banyak yang mengalami rheumatoid arthritis. Sebagian lansia menganggap
penyakit yang mereka derita merupakan penyakit yang ringan dan tidak perlu
penanganan yang serius, sehingga strategi intervensi yang diberikan untuk
mengatasi masalah kesehatan lansia adalah dengan mengadakan terapi
komplementer.
BAB III

RANCANGAN PERENCANAAN PROGRAM

3.1. Identitas Program


Penyakit rematik pada lansia merupakan suatu hal yang umum terjadi.
Rematik pada lansia sudah menjadi penyakit langganan atau penyakit yang
sering dirasakan oleh para orang yang sudah lanjut usia atau berumur 60
tahun ke atas. Praktek keperawatan stase gerontik di Banjar Batu Lumbang
Bedulu mengangkat program dengan tema “Peduli Lansia”. Terdapat 3
kegiatan dalam program ini diantaranya penyuluhan, screening kesehatan dan
terapi senam rematik. Penyuluhan yang dilakukan dengan tema “Penanganan
Rematik Dengan Pemanfaatan Toga”. Tujuan dari program ini adalah
meningkatkan pengetahuan lansia tentang rematik, memanfaatkan tanaman
obat keluarga sebagai pengobatan rematik.
Teknik kegiatan yang akan dilakukan adalah lansia akan dikumpulkan
menjadi satu di Balai Banjar Batu Lumbang pada Sabtu, 09 Maret 2019 pukul
09.00 wita. Kegiatan diawali dengan pendaftaran lansia, terapi senam
rematik, screening kesehatan, penyuluhan dan demonstrasi kompres hangat
jahe dan parem jahe.

3.2. Tujuan Program


3.2.1. Tujuan Umum
Meningkatkan derajat kesehatan dan kualiatas hidup lansia terutama
kemandirian dalam pemenuhan ADL (Activity Daily Living)
3.2.2. Tujuan Khusus
3.2.2.1. Meningkatkan pengetahuan lasia tentang rematik
3.2.2.2. Memanfaatkan tanaman obat keluarga untuk pengobatan rematik
3.2.2.3. Lansia mampu melakukan senam rematik untuk mengurangi nyeri
pada penderita rematik
3.3. Aktivitas atau Kegiatan Pelaksanaan Program
Kegiatan yang akan dilaksanaan pada kelompok lansia Banjar Batu
Lumbang diantaranya :
1. Melakukan Screening Kesehatan
Screening kesehatan merupakan kegiatan untuk mendeteksi sedini
mungkin adanya penyakit-penyakit (bila ada), baik yang sudah dirasakan
(sudah memperlihatkan gejala-gejala) maupun yang belum dengan tujuan
untuk mengetahui kondisi kesehatan secara berkala. Proses screening
kesehatan menggunakan 4 meja dimana meja 1 : pendaftaran, meja 2 :
pemeriksaan berat badan, tinggi badan, dan lingkar perut, meja 3 :
pemeriksaan tekanan darah,gula darah, dan asam urat, meja 4 : edukasi
kesehatan.
2. Melakukan Penyuluhan Kesehatan
Penyuluhan kesehatan merupakan kegiatan penambahan pengetahuan
yang di peruntukan bagi masyarakat melalui penyebaran pesan. Tujuan
kegiatan penyuluhan kesehatan yaitu untuk mencapai tujuan hidup sehat
dengan cara mempengaruhi perilaku masyarakat baik itu secara individu
ataupun kelompok dengan penyampaian pesan. Proses penyuluhan
dimana peserta diberikan materi tentang pengertian rematik, penyebab
rematik, dan pengobatan rematik. Peserta akan diberikan leaflet untuk
mempermudah penyampaian informasi.
3. Melakukan Implementasi pemberian terapi komplementer senam rematik
Senam rematik adalah salah satu metode yang praktis dan efektif dalam
memelihara kesehatan tubuh. Gerakan yang terkandung dalam senam
rematik adalah gerakan yang sangat efektif, efisien dan logis karena
rangkaian gerakan dilakukan secara teratur dan terorgranisasi bagi
penderita rematik (Wahyudi, 2008). Program senam senam rematik
merupakan jeis program kegiatan berfungsi mengatasi keluhan yang
biasa muncul pada penyakitan rematik, misalnya kekakuan sendi dan
nyeri sendi, kelemehan dan ketegangan otot. Senam rematikdirancang
untuk memberikan solusi guna mencegah, meringankan gelaja rematik
serta sebagai terapi tambahan dalam menghadapi permasalahan
kesehatan mengenai rematik yang dialami lansia di banjar Batu
Lumbang, Desa Bedulu, Blahbatuh Gianyar.
Serangkaian gerakan senam rematik mencakup beberapa
kompenen gerakan, yaitu gerakan menjaga postur tubuh, peregangan
otot, latihan luas gerakan sendi, penguatan otot, penguatan kerja jantung
dan paru-paru, latihan keseimbanagan, koordinasi, serta ketahanan otot.
Senam rematik ini berfokus pada gerakan sendi sambil meregangkan dan
menguatan otot yang membantu sendi untuk menopang tubuh
(Wahyuni,2008).
Senam rematik dapat dilakukan dalam posisi apapun, baik berdiri
maupun duduk. Jika sendi-sendi besar seperti besar seperti sendi
panggung atau sendi lutut tubuh tak cukup kuat menahan berat badan,
senam dapat dilakukan dengan posisi duduk. Senam rematik dapat
dilakukan secara rutin, 3-5 kali dalam seminggu dengan durasi 30-60
menit.
Tahap-tahap senam rematik (Dinkes Lombok Timur, 2016) :
a. Gerakan diawali dengan gerakan menggenggam pada jari-jari
tangan
b. Gerakan melebarkan jari-jari tangan
c. Gerakan membuka jari-jari tangan perlahan-lahan
d. Gerakan menekuk tangan ke atas dan kebawah
e. Gerakan mendekatkan telapak tangan ke arah dada dan mejauhkan
f. Gerakan membolak-balikkan telapak tangan
g. Gerakan menekuk siku ke arah dalam dan keluar
h. Gerakan mengangkat kedua tangan ke atas secara bersama-sama
i. Gerakan rotasi kedua tangan ke arah dalam dan ke arah luar
j. Gerakan mengangkat kedua bahu
k. Gerakan memutar bahu ke arah dalam dan ke arah luar
l. Gerakan menyerongkan badan ke kanan dan kiri
m. Gerakan menoleh bersamaan dengan badan ke arah kanan dan kiri
n. Gerakan membusungkan dada
o. Gerakan mebungkukkan dada
p. Gerakan jari-jari kaki dengan mengarahkan kaki ke depan dan ke
belakang
q. Luruskan kaki kanan, lakukan gerakan menekuk telapak kaki
kanan ke arah depan dan belakang, begitu juga sebaliknya
r. Bentuk kaki seperti segitiga lalu lakukan gerakan menggeser
telapak kaki ke arah dalam dan ke arah luar
s. Luruskan kaki kanan, lakukan gerakan memutarkan telapak kaki
kanan perlahan-lahan, begitu juga sebaliknya
t. Luruskan kaki kanan lalu lakukan gerakan tarikan kaki kanan ke
atas, begitu juga sebaliknya
3.4. Rencana Strategi Implementasi Aktivitas

Tabel 3
Rencana Strategi Projek Inovasi “Peduli Lansia”
Sumber Daya
No Kegiatan Tujuan Penanggung Tanggal dan
Alokasi Dana Media
Jawab Tempat
1. Pemberian  Mengurangi Mahasiswa Hari : Sabtu, 09 Swadaya mahasiswa Video/gambar, LCD,
terapi senam keluhan nyeri yang Maret 2019 Laptop, proyektor,
rematik dirasakan oleh Pukul : 09.00 wita Sound system,
lansia, Tempat : Banjar microfone, speaker
Batu Lambung,
 Menjaga kesehatan
Desa Bedulu
jasmani lansia agar
menjadi lebih sehat
dan bugar

2. Penyuluhan Tujuan kegiatan Mahasiswa Hari : Sabtu, 09 Swadaya mahasiswa Leaflet, materi ppt,
kesehatan penyuluhan Maret 2019 laptop, LCD,
kesehatanya itu untuk Pukul : 09.00 wita Proyektor,
mencapai tujuan hidup Tempat : Banjar Microfone, Speaker
sehat dengan cara Batu Lumbang,
mempengaruhi prilaku Desa Bedulu
masyarakat baik itu
secara individu atau
pun kelompok dengan
menyampaikan pesan.
3. Screening Screening kesehatan Mahasiswa Hari : Sabtu, 09 Swadaya mahasiswa Nomor antrian,
Kesehatan bertujuan untuk Maret 2019 absensi pendaftaran,
mengetahui kondisi Pukul : 09.00 wita list hasil
kesehatan secara Tempat : Banjar pemeriksaan
berkala. Batu Lumbang, Spignomanometer,
Desa Bedulu stetoskop, alat tes
gula darah, stik gula
darah, lancet darah,
alkohol swab,
handscoon, tempat
jarum dan sampah
3.5. Rancangan Anggaran Program
1. Rencana Anggaran Biaya
No Nama Barang Jumlah Satuan Harga Total
1 Pengadaan 35 Lembar Rp. 2000 Rp. 70.000
leaflet
2 Stik dan 1 Set - Rp. 200.000
Lancet GDS
3 Konsumsi 50 Buah Rp. 5000 Rp. 250.000
7 Canang + 1 Set Rp. 50.000 Rp. 50.000
rarapan
TOTAL Rp. 570.000

2. Rencana Persiapan Alat


No Nama Barang Jumlah Satuan
1 Laptop 1 Buah
2 LCD 1 Buah
3 Proyektor 1 Buah
4 Kursi 8 Buah
5 Meja 4 Buah
6 Cuk roll 3 Buah
7 Speaker 1 Buah

Anda mungkin juga menyukai