Disusun Oleh :
Kelompok 7
SAMPUL ............................................................................................................ i
DAFTAR ISI ....................................................................................................... ii
KATA PENGANTAR ........................................................................................ iii
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang ........................................................................................... 1
B. Rumusan Masalah ...................................................................................... 2
C. Tujuan ........................................................................................................ 2
BAB II PEMBAHASAN
A. Wilayah Pengelolaan Perikanan Indonesia (WPP-RI) ............................... 3
B. Alat Tangkap yang Dominan Beroperasi di WPP-RI 714 ........................ 4
C. Spesies Ikan yang Dominan Tertangkap berdasarkan Alat Tangkapnya ... 5
D. Ekobiologi Spesies Ikan yang Tertangkap di Perairan WPP-RI 714 ........ 7
BAB III PENUTUP
A. Kesimpulan ................................................................................................ 10
B. Saran ........................................................................................................... 10
DAFTAR PUSTAKA
ii
KATA PENGANTAR
Dengan menyebut nama Allah SWT yang Maha Pengasih dan Maha Penyanyang.
Kami panjatkan puji syukur kehadirat-Nya yang telah melimpahkan rahmat, hidayah,
serta karunia-NyA kepada kami sehingga kami bisa menyelesaikan makalah yang
dalam pembuatan makalah ini, sehingga memperlancar pembuatan makalah ini dapat
selesai tepat waktu. Terlepas dari segala hal tersebut, Kami sadar sepenuhnya bahwa
masih ada kekurangan baik dari segi susunan kalimat maupun tata bahasanya. Oleh
karenanya kami dengan lapang dada menerima segala saran dan kritik dari pembaca
Penulis
iii
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
ikan yang melimpah, baik ikan air tawar maupun air laut. Sebagai negara kepulauan
terbesar di dunia, Indonesia memiliki wilayah laut yang sangat luas dan memiliki
sumberdaya alam hayati laut yang besar. Indonesia dengan laut Yang begitu besar
memamksimalkan sumber daya yang ada maka perairan indonesia terbagi dalam
meliputi perairan pedalaman, perairan kepulauan, laut territorial, zona tambahan, dan
Perairan Teluk tolo dan laut banda termasuk dalam kesatuan wilayah
pengelolaan perikanan Republik Indonesia 714, perairan laut banda dikelilingi oleh
beberapa laut yaitu laut seram disebelah utara, laut arafura disebelah timur, laut timor
B. Rumusan Masalah
(WPP-RI 714)?
3. Apa saja spesies ikan yang dominan tertangkap berdasarkan alat tangkapnya di
WPP-RI 714?
C. Tujuan
(WPP-RI 714)
714.
WPP-RI 714.
BAB II
PEMBAHASAN
laut Indonesia salah satunya dilakukan dengan penyusunan peta Wilayah Pengelolaan
Perikanan Republik Indonesia (WPP RI). Peta WPP RI mengalami perubahan dan
status administrasi.
morfologi dasar laut, pembagian wilayah perairan berdasarkan IMO dan IHO, serta
Wilayah Pengelolaan Perikanan 714, meliputi perairan Laut Banda dan Teluk
Tolo. Secara administratif, WPP 714 di sebelah utara berbatasan dengan Kab.
Banggai, Prov. Sulawesi Tenggara, Kab. Kepulauan Sula dan Kab. Buru, Prov.
Maluku Utara; di sebelah timur berbatasan dengan Kab. Maluku Tenggara dan Kota
Tual, Prov. Maluku Utara; di sebelah selatan berbatasan dengan Kab. Alor, Prov.
NTT dan Kab. Maluku Tenggara Barat, Prov. Maluku Utara; dan di sebelah barat
4
berbatasan dengan Kab. Flores Timur, Kab. Sikka, Prov. NTT, Kab. Selayar, Prov.
(2016), Laut Banda merupakan laut kontinen yang sempit, memiliki perairan oseanik
(laut dalam) dan terletak d daerah tropis. Letak geografis ini menghasilkan kondisi
menguntungkan bagi habitat ikan. Perikanan yang banyak berkembang di wilayah ini
adalah perikanan pelagis besar seperti tuna dan cakalang. Upaya penangkapan tuna
dan cakalang dilakukan dengan alat tangkap tradisional seperti pancing ulur dan
pancing tonda yang banyak ditemukan di Bandanaira serta Huhate oleh nelayan
Kendari. Selain itu, juga ditemukan pukat cincin cakalang dan tuna. Pengoperasian
pukat cincin mencapai 2.637 unit dan Huhate mencapai 648 unit. Alat tangkap yang
dominan di wilayah ini adalah Gillnet meliputi jairng insang hanyut sebanyak 8.373
5
unit dan jaring insang tetap mencapai 9.107 unit. Status pengusahaan jenis ikan
pelagis kecil dan pelagis besar masih dalam tahapan moderate. Pengusahaan
perikanan pelagis kecil masih dalam skala kecil sedangkan pemanfaatan pelagis
besar tidak berlangsung setiap tahun. Pengembangan lebih lanjut masih bisa
Titik acuan untuk kelestarian sumber daya ikan di WPP 714 adalah upaya
optimal (f opt), yaitu : 3.946 unit purse seine untuk ikan pelagis kecil; 4.293 unit
purse seine untuk ikan pelagis besar; 9.990 unit rawai dasar untuk ikan demersal;
28.650 unit pancing rawai untuk ikan karang; 1.063 unit pukat udang untuk udang
Penaeid; 14.254 unit bubu untuk lobster, 4.380 unit jaring insang untuk kepiting;
14.765 unit bubu untuk rajungan dan 2.042 unit dogol untuk cumi-cumi
Peraian WPP 714 berdasarkan Jenis dan alat tangkanya ialah sebagai berikut :
Penyebaran sumber daya ikan demersal di perairan WPP 714 sangat terbatas,
yaitu sebanyak 57.33 %, kakap merah L. malabaricus 14.67%, kerapu sunu merah,
Gambar 2. Komposisi Jenis Ikan Demersal dan Ikan Karang WPP 714
Jenis ikan pelagis kecil yang tertangkap di WPP 714 didominasi oleh jenis
ikan banyar, layang/malalugis, tembang dan selar dengan persentase komposisi 68%
yang tertangkap dengan alat tangkap pukat cincin. Jenis ikan teri dengan persentase
Jenis ikan pelagis besar selain jenis tuna, cucut, dan pari yang tertangkap di
WPP Laut Banda didominasi oleh jenis ikan tongkol. Ikan tenggiri terdapat dengan
714, diperoleh penilaian kondisi ekosistem WPP 714 pada masing-masing indikator
yaitu habitat 175.00 (sedang), sumberdaya ikan 233.33 (baik), teknis penangkapan
ikan 250.00 (baik), sosial ekonomi 171.42 (sedang) dan kelembagaan 166.67
(sedang). Hasil analisis komposit agregat semua indikator menunjukkan nilai 199.28,
Menurut Suman dkk. (2014), status ekobiologi berdasarkan jenis Ikan yang
1. Ikan karang yang mendominasi hasil tangkapan ikan demersal di Laut Banda
betina dan kondisi ini merupakan suatu indikasi bahwa pembaruan populasi masih
2. Perbandingan kelamin antara ikan pelagis kecil jantan dan betina secara umum
dengan baik. Nilai Lc selalu lebih besar dari nilai Lm, hal ini mengindikasikan
jaring. Dinamika populasi menunjukkan ikan yang dominan berupa layang biru
3. Estimasi beberapa parameter populasi ikan tongkol yaitu laju pertumbuhan, laju
menunjukkan bahwa ikan pelagis besar terutama tongkol berada pada tingkatan
A. Kesimpulan
1. Wilayah Pengelolaan Perikanan 714, meliputi perairan Laut Banda dan Teluk
Tolo.
2. Alat tangkap yang dominan di wilayah ini adalah Gillnet meliputi jairng insang
hanyut sebanyak 8.373 unit dan jaring insang tetap mencapai 9.107 unit.
3. Jenis ikan pelagis kecil yang tertangkap di WPP 714 didominasi oleh jenis ikan
warna flag kuning dengan dinamika populasi ikan pelagis kecil dan ikan pelagis
B. Saran
Menurut kami perlu ada kontrol dan pengawasan yang lebih ketat dalam
kondisi ekosistem dan dinamika populasi di wilayah tersebut yang sudah termasuk
Adam, Lukman. 2016. Kebijakan Pelarangan Penangkapan Ikan Tuna Sirip Kuning:
Analisis Dampak Dan Solusinya. Jurnal Ekonomi & Kebijakan Publik. Vol.
7(2): 215 – 227.
Ecosystem Approach to Fisheries Management (EAFM) (2016). Tabel Analisis
Komposit Indikator Teknik Penangkapan WPP-714. Diakses 26 Februari
2019 : http://www.eafm-indonesia.net/data/penangkapan/714
Suman, A., Hari, E. I., Fayakun, S., Khairul, A. 2016. Potensi Dan Tingkat
Pemanfaatan Sumber Daya Ikan Di Wilayah Pengelolaan Perikanan Negara
Republik Indonesia (WPP NRI) Tahun 2015 Serta Opsi Pengelolaannya.
Jurnal Kebijakanperikanan Indonesia. Vol. 8(2): 97-110.
Suman, A., Wudianto., Bambang, S., Hari, E. I., Badrudin., Khairul, A. 2014. Potensi
dan Tingkat Pemanfaatan Sumberdaya Ikan di Wilayah Pengelolaan
Perikanan Republik Indonesia (WPP RI). Jakarta : Ref Graphika.
Triyono., Aris, W. D., Eko, A., Qishi, A. 2011. Wilayah Pengelolaan Perikanan
Republik Indonesia. Jakarta: Pusat Penelitian dan Pengembangan Sumberdaya
Laut dan Pesisir, Badan Penelitian dan Pengembangan kelautan dan Perikanan
Kementerian Kelautan dan Perikanan.