Anda di halaman 1dari 6

KH.

ABDURRAHMAN WAHID

Seorang pemimpin yang baik adalah pemimpin yang memenuhi kriteria sebagai
berikut :
1. Memili Rasa tanggung jawab
2. Memiliki Harapan yang Positif
3. Memiliki Konsep yang Baik dalam memimpin
4. Memiliki Pengaruh yang positif sebagai seorang pemimpin
5. Menggunakan kebijakan dengan baik
6. Dapat berkomunikasi dengan baik
7. Memiliki Perencanaan yang matang
8. Inisiatif dan Inovatif
9. Berprilaku Adil dan tidak diskriminatif

Semua kriteria diatas sangat melekat pada tokoh yang yang satu ini. Presiden
RI ke-4, KH. Abdurrahman Wahid atau yang akrab dipanggil Gus Dur. Lahir pada 7
september 1940. nama lengkap beliau adalah Abdurrahman ad-Dakhil yang berarti
“sang penakluk”. Belakangan, kata “Addakhil” tidak cukup dan diganti nama “Wakhid”
Abdurrahman Wahid, dan kemudian lebih dikenal dengan panggilan Gus Dur. Riwayat
pendidikan yang pernah beliau tempuh antara lain sbagai berikut :
 Pesantren Tambak Beras, Jombang (1959-1963)
 Departemen Studi Islam dan Arab Tingkat Tinggi, Universitas Al-Azhar, Kairo,
Mesir (1964-1966)
 Fakultas Surat-surat Universitas Bagdad (1966-1970)
Gus Dur Sebagai Presiden RI
Pada 20 Oktober 1999, Abdurrahman Wahid terpilih sebagai Presiden
Indonesia ke-4 dengan 373 suara, sedangkan Megawati hanya meraih 313 suara. Gus
Dur berhasil membuktikan bahwa kaum santri yang cenderung tradisional dan
sederhana bisa menjadi pemimpim negri.
Dalam menjalankan kepemimpinannya gus Dur sangat menjunjung tinggi
persamaan, pluralisme, dan Hak Asasi Manusia. Selain berani membela hak kaum
minoritas etnis Tionghoa, Gus Dur juga merupakan pemimpin tertinggi indonesia
pertama yang menyatakan permintaan maaf kepada keluarga PKI yang mati dan
disiksa (antara 500.000 hingga 800.000 jiwa) dalam gerakan pembersihan PKI oleh
orde baru. Gus Dur juga berhasil menghapus cap PKI pada KTP. Dalam hal ini, Gus
Dur memang seorang tokoh pahlawan anti diskriminasi, hal tersebut juga disampaikan
Gus Dur pada acara kick Andy “bahwa tugas mengucilkan PKI bukan tugas negara,
apa artinya pemisahan agama dan negara kalau semua hal diurusi negara” dalam hal
ini Gus Dur tampak menempatkan dirinya sebagai orang tertinggi di negeri ini yang
melihat sesuatu secara utuh yang berlandaskan pancasila. Beliau menjadi inspirator
pemuka agama-agama untuk melihat kemajemukan suku, agama, dan ras di Indonesia
sebagai bagian dari kekayaan bangsa yang harus dipelihara dan disatukan sebagai
kekuatan pembangunan bangsa yang besar.

Pemikiran Politik Gusdur


Bagi Gus Dur, yang profan diprofankan, yang sakral disakralkan, tidak
dicampur-adukkan secara a-rasional dan a-histories. Itulah sebabnya Gus Dur lebih
mencita-citakan “Republik Bumi” yang dipertahankan sampai ke sorga, daripada
“Kerajaan Tuhan” di bumi. Gus Dur kemudian tidak menginginkan idealisasi negara
dari perspektif Islam, melainkan lebih menekankan aspek praktis dan substansial dari
negara itu sendiri, dalam perspektif Islam. Dalam hal ini, mekanisme demokrasi
kemudian menjadi kaidah konstitutif yang mutlak. Sehingga ketika ada tuntutan
penerapan syari’ah Islam pada level hukum nasional, maka harus dikembalikan kepada
UUD 1945, yang didalamnya menyerahkan segala pengaturan ketata-negaraan kepada
kedaulatan rakyat melalui perwakilannya

Karkteristik Kepemimpinan Gus Dur


Gus Dur telah mengajarkan bangsa Indonesia mengenai banyak hal terkait
mulai hubungan agama (Islam) dengan negara, toleransi antarumat beragama hingga
persamaan hak sebagai warga negara. Selain itu, Gus Dur juga mengajarkan
pentingnya menghargai perbedaan pendapat, menghilangkan diskriminasi berdasarkan
ras dan agama serta mewujudkan kemandirian bangsa dalam arti luas. Beberapa
karakteristik dan gaya kepemimpinan yang patut diteladani dari seorang Gus Dur
antara lain:

1. Rendah Hati
Gus Dur adalah seorang keturunan darah biru (ningrat). Ayahnya, KH. Wahid
Hasyim adalah putera KH. Hasyim Asy’ari, pendiri Ormas NU dan Pesantren Tebu
Ireng Jombang. Namun, Gus Dur tidak pernah sombong dengan hal itu. Karakternya
sebagai pemimpin yang rendah hati sudah terbentuk sejak ia masuk Pesantren
Tambakberas, Jombang tahun 1956. Bersama santri-santri lainnnya, ia mengalami hal
yang sama dalam proses belajar, tidak ada perbedaan. Hal itulah yang Gus Dur bawa
kemanapun dan mudah diterima oleh siapa saja. Pemimpin yang memimpin dengan
kerendahan hati, mulia perjuangannya.
2. Kesederhanaan
hanya Gus Dur mengubah gaya formal dan kekakuan Istana Negara menjadi
“istana rakyat”. Wartawan maupun masyarakat mendapatkan akses mudah, hubungan
mencair dan penuh goyonan. Nuansa kesederhanaan semasa di pesantren seakan
pindah ke Istana Negara. Gaya berpakaian Gus Dur juga sangat sederhana cukup
kopiah dan pakaian sederhana. Bahkan ketika Gus Dur digulingkan kekuasaannya
secara inkonstitusional oleh DPR-RI tahun 2001, Gus Dur meninggalkan Istana Negara
hanya menggunakan kaos, celana pendek dan sandal. Inilah gaya kepemimpinan Gus
Dur, sederhana namun bersahaja dan bijaksana. Memimpin dalam kesederhanaan
adalah hal biasa namun kaya makna
3. Humanis
Dengan gayanya yang humanis, Gus Dur tahu apa yang menjadi kebutuhan
masyarakat . Gus Dur berbicara di Masjid, Gereja dan tempat-tempat ibadah lainnya,
bukan atas nama agama, tetapi atas dasar prinsip kemanusiaan , bahwa manusia
diciptakan untuk saling menghargai dan melindungi satu dengan yang lainnya.
4. Humoris
Guyonan-guyonan sikap humoris Gus Dur sarat makna dan mengandung nilai-
nilai kritik serta edukatif. Mungkin inilah cara Gus Dur menyampaikan sebuah pesan
dalam bentuk guyonan-guyonannya
5. Visioner
Gus Dur memiliki karakter visioner dan berani melakukan terobosan. Mungkin
sebagian orang mengatakan kebijakan dan keputusan Gus Dur kadangkala
kontroversial. Namun Gus Dur, dapat mempertanggungjawabkan dan ia sudah
memperhitungkan untuk jangka panjang. Terobosan-terobosan oleh Gus Dur
mengandung nilai kostrukstif, demokrasi, penegakkan hak asasi manusia dan
perdamaian.
6. Sabar dan Memaafkan
Dalam era kepemimpinan Gus Dur sebagai Presiden Indonesia, banyak cacian,
fitnah, teror dan sebagainya. Namun sepanjang kepemimpinannya itulah Gus Dur tetap
memperlihatkan kesabaran dan jiwa pemaafnya. ia diisukan sebagai agen Zionis Israel
karena idenya membuka hubungan diplomatik dengan Israel serta turut mengambil
bagian dalam Yayasan Simon Perez. Penganut paham sekularisme barat, tidak berpihak
kepada kaum Muslim dan dianggap melecehkan Al-Qur’an. Namun sampai saat ini
tidak pernah ditemukan kebenaran akan tuduhan-tuduhan itu. Kesabaran dan jiwa
pemaaf Gus Dur dengan sendirinya melenyapkan fitnahan dan tuduhan-tuduhan yang
dialamatkan kepadanya.
7. Bukan pemimpin transaksional
Kabinet persatuan nasional pertama banyak dihasilkan dari kompromi-
kompromi politik yang kemudian disingkirkan satu persatu oleh Gus Dur, bahkan pada
akhir kepemimpinan Gus Dur hamper 75% Departemen (sekarang kementrian)
merupakan orang-orang dari kalangan professional. Ketika hari-hari menjelang
lengsernya beliau sekelompok orang dari kalangan partai politik di DPR yang berjanji
akan mempertahankan posisi presiden dengan syarat, presiden harus mengganti
komposisi kabinet persatuan nasional dengan komposisi yang mereka tentukan namun
Presiden menolak dengan lantang beliau menjawab “lebih baik lengser daripada harus
menjual konstitusi, pancasila dan konstitusi bukan tempat untuk jual beli jabatan” ujar
presiden. (sumber: Mahfud MD, ketika pidato di haul Gus Dur tahun 2012, beliau juga
bersama presiden ketika bertemu orang-orang parpol di DPR).
8. Inspiratif
Gus Dur meupakan seorang pemimpin yang inspiratif senantiasa memiliki
gagasan-gagasan brilian, kreatif, inovatif yang mampu mencari jalan keluar bagi semua
permasalahan bangsa.

Pencapaian Gus Dur


Diantaranya penghargaan yang pernah diraih oleh Gus Dus antara lain
sebagai berikut :
 Tokoh 1990, Majalah Editor, tahun 1990 Ramon Magsaysay Award for
Community Leadership, Ramon Magsaysay Award Foundation, Philipina,
tahun 1991
 Islamic Missionary Award from the Government of Egypt, tahun 1991
 Penghargaan Bina Ekatama, PKBI, tahun 1994
 Man Of The Year 1998, Majalah berita independent (REM), tahun 1998
 Honorary Degree in Public Administration and Policy Issues from the
University of Twente, tahun 2000
 Gelar Doktor Kehormatan dari Universitas Jawaharlal Nehru, tahun 2000
 Doctor Honoris Causa dalam bidang Philosophy In Law dari Universitas
Thammasat Thaprachan Bangkok, Thailand, Mei 2000
 Doctor Honoris Causa dari Universitas Paris I (Panthéon-Sorbonne) pada
bidang ilmu hukum dan politik, ilmu ekonomi dan manajemen, dan ilmu
humaniora, tahun 2000
 Penghargaan Kepemimpinan Global (The Global Leadership Award) dari
Columbia University, September 2000
 Doctor Honoris Causa dari Asian Institute of Technology, Thailand, tahun
2000
 Ambassador for Peace, salah satu badan PBB, tahun 2001
 Doctor Honoris Causa dari Universitas Sokka, Jepang, tahun 2002
 Doctor Honoris Causa bidang hukum dari Konkuk University, Seoul Korea
Selatan, 21 Maret 2003.

Beberapa uraian diataslah yang menjadikan sosok Gusdur menjadi seorang


pemimpin panutan banyak orang, baik dari segi kepribadian beliau, dari cara beliau
memimpin suatu Negara, cara beliau berpikir, dan pencapaian-pencapaian yang beliau
raih. Selain itu sisi humoris beliau juga yang membuat beliau selalu di cintai oleh rakyat
Indonesia.

REFRENSI :
Barton, G. 2008. Biografi Gus Dur The Authorized Biography of Abdurrahman
Wahid. Yogyakarta. LKIS Yogyakarta
Rosyada, I, T. 2017. Karakter Kepemimpinan Abdurrahman Wahid Ad-Dakhil
(Gus Dur). Banyuwangi. PCNU Banyuwangi
http://yudhapranata29.blogspot.com/ diakses pada 23 Februari 2019

Anda mungkin juga menyukai