Anda di halaman 1dari 21

LAPORAN PENDAHULUAN

HIPERTENSI

DISUSUN OLEH :

Pradika Ari Wibowo

G0A016036

FAKULTAS ILMU KEPERAWATAN DAN KESEHATAN


UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SEMARANG

1
A. Landasan Teori
1. Pengertian Hipertensi
Hipertensi didefinisikan sebagai suatu keadaan dimana seseorang
mengalami peningkatan tekanan darah di atas normal yang ditunjukkan oleh
angka sistolik dan angka diastolik pada pemeriksaan tensi darah
menggunakan alat pengukur tekanan darah baik berupa cuff air raksa
(sphygmomanometer) ataupun alat digital lainnya (Situmorang, 2015).
Hipertensi adalah peningkatan tekanan darah lebih dari normal. Menurut
WHO (World Of Health Organitation), dianggap normal bila tekanan darah
kurang dari 135/85 mmHg, dikatakan hipertensi bila lebih dari 140/90
mmHg, dan di antara tersebut digolongkan normal tinggi (Herwati dan
sartika. 2012).

2. Etiologi Hipertensi
Berdasarkan penyebab hipertensi dapat dikelompokkan dalam dua
kategori besar, yaitu hipertensi esensial (primer) dan hipertensi sekunder
a. Hipertensi primer
Hipertensi primer adalah suatu kondisi dimana terjadinya tekanan darah
sebagai akibat dari gaya hidup individu dan faktor lingkungan (Herwati
dan sartika 2012). Palmer (2007) mengatakan hipertensi primer merupakan
tipe yang terjadi sekitar 95% pada sebahagian besar kasus tekanan darah
tinggi. Hipertensi esensial (primer) biasanya dikaitkan dengan kombinasi
faktor gaya hidup seperti kurang bergerak (inaktivitas) dan pola makan.

b. Hipertensi sekunder
Hipertensi sekunder adalah hipertensi yang disebabkan akibat dari adanya
penyakit lain, Sutangi dan Winantri tahun 2013mengatakan bahwa
hipertensi sekunder lebih jarang terjadi hanya sekitar 5%, hipertensi
sekunder disebabkan oleh kondisi medis lain misalnya penyakit jantung
atau reaksi terhadap obat - obatan tertentu.
c. Etiologi Hipertensi pada Lansia

2
1) Elastisitas dinding aorta menurun
2) Katub jantung menebal dan menjadi kaku
3) Kemampuan jantung dalam memompa darah menurun. 1% setiap
tahun sesudah umur 20 tahun kemampuan jantung menurun.
4) Kehilangan elasitisitas pembuluh darah
5) Meningkatnya resistensi pembuluh darah perifer
3. Tanda dan Gejala Hipertensi
Tanda dan gejala pada penderita hipertensi adalah :
a. Penglihatan Kabur
b. Peningkatan tekanan darah >140/90 mmHg
c. Nyeri pada kepala
d. Rasa berat di tengkuk
e. Sukar tidur
f. Lemah dan lelah
g. Telinga berdengung
h. Epistaksis
i. Lemah dan lelah
j. Muka pucat
k. Suhu tubuh rendah
4. Patofisiologi
Hipertensi terjadi melalui terbentuknya angiotensin II dari angiotensin I
oleh angiotensin-converting enzyme (ACE). ACE memegang peranan
fisiologi penting dalam mengatur tekanan darah. Darah mengandung
angiotensinogen yang diproduksi di hati. Selanjutnya oleh hormon renin
(diproduksi oleh ginjal) akan diubah menjadi angiotensin I menjadi
angiotensin II inilah yang memegang pernanan kunci dalam menaikkan
tekanan darah melalui dua aksi utama (Herwati dan sartika 2012)
Pertama, dengan meningkatkan sekresi hormon antidiuretik (ADH) dan
rasa haus. ADH diproduksi di hipotalamus (kelenjar pituitari) dan bekerja
pada ginjal untuk mengatur osmolalitas dan volume urine. Meningkatnya
ADH, menyebabkan urin yang diekskresikan ke luar tubuh sangat sedikit
(antidiuresis), sehingga menjadi pekat dan tinggi osmolalitasnya. Untuk

3
mengencerkannya, volume cairan ekstra seluler akan ditingkatkan dengan
cara menarik cairan dari bagian tubuh intraseluler. Kemudian terjadi
peningkatan volume darah, sehingga tekanan darah akan meningkat. (Martuti,
2009)
Kedua, dengan menstimulasi sekresi aldosteron (hormon steroid yang
memiliki peranan penting pada ginjal) dari korteks adrenal. Pengaturan
volume cairan ekstraseluler oleh aldosteron dilakukan dengan mengurangi
eksresi NaCl (garam) dengan cara mengabsorbsinya dari tubulus ginjal.
Pengurangan eksresi NaCl menyebabbkan naiknya konsentrasi NaCl, yang
kemudian diencerkan kembali dengan cara meningkatkan volume cairan
ekstraseluler. Maka terjadilah peningkatan volume dan tekanan darah.
(Martuti, 2009)
Terjadinya peningkatan tekanan darah dapat disebabkan oleh hal-hal
berikut :
a. Meningkatnya kerja jantung yang memompa lebih kuat sehingga volume
cairan yang mengalir setiap detik lebih besar.
b. Arteri besar kaku, tidak lentur sehingga pada saat jantung memompa darah
melalui pembuluh yang lebih sempit sehingga tekanan naik.menebal dan
kakunya dinding arteri pada orang usia lanjut, dapat terjadi karena
arteriosklerosis (penyumbatan pmbuluh arteri). Peningkatan tekanan darah
juga mungkin terjadi oleh adanya rangsangan syaraf atau hormon di dalam
darah sehingga arteri kecil mengerut untuk sementara waktu.
c. Pada penderita kelainanan fungsi ginjal terjadi ketidakmampuan
membuang sejuumlah garam dan air dari dalam tubuh. Volume darah
dalam tubuh meningkat, sehingga tekanan darah juga naik.

Nursing Path way


Faktor Predisposisi usia, jenis kelamin, merokok,stres,
kurang olahrgaa, genetik,alkohol, konsentrasi garam,
obesitas

HIPERTENSI

4
Kerusakan vaskuler
Pembuluh darah

Perubahan struktur dalam arteri kecil dan arteriola

Penyumbatan pembuluh/vasokontriksi

Resiko Penurunan Curah Ansietas


Gangguan sirkulasi
Jantung

Otak mata Perubahan situasi ginjal

Peningkatan tekanan kerusakan sel Informasi ↓cardiac output


Vaskuler serebral endotel yang minim
*sakit kepala
*vertigo robekan/obliterasi manifestasi klinis
Gagal ginjal akut *tachicardi
*Perdarahan retina *Perdarahan retina *pucat
*Gangguan penglihatan *Gangguan penglihatan *mudah lelah

Suplai o2 ke sampai dgn kebutaan *palpitasi


otak turun *diaphorosis

Resiko
ketidakefektifan
Nyeri akut perfusi cerebral Intoleransi
Resiko Cedera
aktifits

Sumber: Situmorang, 2015; Sutangi dan Winantri, 2013;


Herwati dan sartika, 2012

5. Faktor-Faktor Resiko Hipertensi


Faktor resiko hipertensi meliputi :
Faktor usia sangat berpengaruh terhadap hipertensi karena dengan
bertambahnya umur maka semakin tinggi mendapat resiko hipertensi.
Tekanan sisitolik terus meningkat sampai usia 80 tahun dan tekanan diastolik

5
terus naik sampai usia 55-60 tahun, kemudian secara perlahan ataub bahkan
drastis menurun (Sutangi dan Winantri 2013).
Jenis kelamin umumnya pria memiliki peluang lebih besar untuk
terserang hipertensi dibanding dengan wanita. Hipertensi dapat pula
dipengaruhi oleh faktor psikologis. Hipertensi pada wanita sering kali dipicu
oleh prilaku tidak sehat, seperti merokok dan kelebihan berat badan, depresi
dan rendahnya status pekerjaan. Sedangkan pada pria biasanya berhubungan
dengan karier, seperti terkena PHK, atau kuang nyaman terhadap pekerjaan.
(Herwati dan sartika 2012)
Namun demikian, perempuan yang mengalami masa premenopause
cenderung memiliki tekanan darah lebih tinggi daripada laki-laki. Hal
tersebut disebabkan oleh hormon estrogen, yang dapat melindungi wanita dari
penyakit kardiovaskuler. Hormon estrogen ini kadarnya akan semakin
menurun setelah menopause. Prevalensi hipertensi pada wanita (25%) lebih
besar daripada pria (24%) (Situmorang, 2015).
Selain sebagai hormon pada wanita, estrogen juga berfungsi sebagai
antioksidan. Kolesterol LDL lebih mudah menembus plak di dalam dinding
nadi pembuluh darah apabila dalam kondisi teroksidasi. Peranan estrogen
sebagai antioksidan adalah mencegah proses oksidasi LDL, sehingga
kemampuan LDL untuk menembus plak akan berkurang. Peranan estrogen
yang lain adalah sebagai pelebar pembuluh darah jantung, sehingga aliran
darah menjadi lancar dan jantung memperoleh suplai oksigen yang cukup.
Riwayat keluarga juga memicu masalah terjadinya hipertensi. Jika
seseorang memiliki riwayat hipertensi di dalam keluarga maka
kecenderungan untuk menderita hipertensi juga lebih besar dibanding dengan
mereka yang tidak memiliki keluarga penderita hipertensi. (Martuti, 2009).
Menurut profesor D.G.Beevers, dalam buku Seri Kesehatan Mengenai
Tekanan Darah, disebutkan konsumsi garam yang tinggi selama bertahun-
tahun akan meningkatkan tekanna darah karena kadar sodium dalam sel-sel
otot halus pada dinding arteriol juga meningkat. Kadar sodium yang tinggi ini
memudahkan masuknya kalsium ke dalam sel-sel tersebut. Hal ini kemudian
menyebabkan arteriol berkontraksi dan menyempit pada lingkar dalamnya.

6
Konsumsi garam berlebihan menyebabkan kadar garam di dalam tubuh
terlalu tinggi. Kondisi ini menyebabkan keseimbangan cairan tubuh
terganggu. Akibatnya terjadi retensi garam dan air dalam jaringan tubuh
(edema) dan eningkatkan tekanan darah (hipertensi).
Merokok merupakan salah satu faktor dapat diubah, adapun hubungan
meroko dengan hipertensi adalah nikotin akan menyebabkan peningkatan
tekanan darah, karena nikotin akan diserap pembuluh darah kecil ke dalam
paru-paru dan diedarkan oleh pembuluh darah hingga ke otak, otak akan
bereaksi terhadap nikotin dengan memberi sinyal pada kelenjar adrenal untuk
melepas efinefrin (adrenalin). Hormon yang kuat ini akan menyempitkan
pembuluh darah dan memaksa jantung untuk bekerja lebih berat karena
tekanan yang lebih tinggi. Selain itu karbonmonokisda dan asap rokok
menggantikn oksigen dalam darah. Hal ini akan mengakibatkan tekanan
darah meningkat karena jantung dipaksa memompa untuk memasukkan
oksigen yang cukup ke dalam organ dan jaringan tubuh. (Martuti, 2009).
Aktivitas sangat mempengaruhi terjadinya hipertensi, dimana pada orang
yang kuat aktvitas akan cenderung mempunyai frekuensi denyut jantung yang
lebih tingi sehingga otot jantung akan harus bekerja lebih keras pada tiap
kontraksi.Makin keras dan sering otot jantung memompa maka makin besar
tekanan yang dibebankan pada arteri (Sutangi dan Winantri. 2013).
Stress juga sangat erat merupakan masalah yang memicu terjadinya
hipertensi dimana hubungan antara stress dengan hipertensi diduga melalui
aktivitas saraf simpatis peningkatan saraf dapat menaikan tekanan darah
secara intermiten (tidak menentu). Stress yang berkepanjangan dapat
mengakibatkan tekanan darah menetap tinggi. Walaupun hal ini belum
terbukti akan tetapi angka kejadian di masyarakat perkotaan lebih tinggi
dibandingkan dengan di pedesaan. Hal ini dapat dihubungkan dengan
pengaruh stress yang dialami kelompok masyarakat yang tinggal di kota
6. Respon Penderita Hipertensi
Pada waktu tidur malam hari tekanan darah berada dalam kondisi rendah,
sebaliknya tekanan darah dipengaruhi oleh kegiatan harian sehingga bila
semakin aktif seseorang maka semakin naik tekanan darahnya. Dapat

7
dibayangkan semakin tinggi tekanan darah seseorang maka semakin tinggi
kekuatan yang mendorong darah dan dapat mengakibatkan pecahnya
pembuluh darah dan perdarahan (haemmorrhage) yang dapat terjadi di otak
dan jantung sehingga dapat mengakibatkan, stroke, gagal jantung bahkan
kematian.
Hipertensi seringkali tidak menimbulkan gejala, sementara tekanan darah
yang terus menerus tinggi dalam jangka waktu lama dapat menimbulkan
komplikasi. Oleh karena itu, hipertensi perlu dideteksi dini yaitu dengan
pemeriksaan tekanan darah secara berkala, yang dapat dilakukan pada waktu
check-up kesehatan atau saat periksa ke dokter. Seseorang baru merasakan
dampak gawatnya hipertensi ketika telah terjadi komplikasi. Jadi baru
disadari ketika telah menyebabkan gangguan organ seperti gangguan fungsi
jantung, koroner, fungsi ginjal, gangguan fungsi kognitif atau stroke.

7. Bahaya Hipertensi
Hipertensi apabila tidak disembuhkan maka dalam jangka panjang dapat
menimbulkan kerusakan arteri di dalam tubuh sampai organ-organ yang
mendapatkan suplai darah darinya seperti jantung, otak dan ginjal (Sutangi
dan Winantri. 2013). Penyakit yang sering timbul akibat hipertensi adalah
stroke, aneurisma, gagal jantung, serangan jantung dan kerusakan ginjal.
Pada organ jantung, hipertensi adalah faktor resiko pendukung terbesar
di seluruh dunia terhadap kejadian penyakit pembuluh darah jantung.
Situmorang tahun 2015mengatakan bahwa hipertensi adalah salah satu
penyebab kematian nomor satu, secara global. Komplikasi pembuluh darah
yang disebabkan hipertensi dapat menyebabkan penyakit jantung koroner,
imfark (penyumbatan pembuluh darah yang menyebabkan kerusakan
jaringan) jantung, stroke, gagal ginjal dan angka kematian yang tinggi. Dari
pemaparan di atas, terlihat bahwa hipertensi berdampak negatif pada organ-
organ tubuh bahkan dapat mengakibatkan kematian.

8
8. Komplikasi Hipertensi
Bila seseorang mengalami tekanan darah tinggi dan tidak mendapatkan
pengobatan dan pengobatan secara teratur (rutin), maka hal ini akan dapat
membawa penderita ke dalam kasus serius bahkan bisa menyebabkan
kematian. Hipertensi tidak dapat secara langsung membunuh penderitanya,
melainkan hipertensi memicu terjadinya penyakit lain yang tergolong kasus
berat alias mematikan. Laporan Komite Nasional Pencegahan, Deteksi,
Evaluasi, Dan Penanganan Hipertensi menyatakan bahwa tekanan darah yang
tinggi dapat meningkatkan resiko stroke, infark miokard, gagal ginjal, dan
gagal jantung. (Pudiastuti, 2011).
Stroke dapat timbul akibat perdarahan tekanan tinggi di otak, atau akibat
embolus yang terlepas dari pembuluh non otak yang terpajan tekanan tinggi.
Hubungan stroke dengan hipertensi dapat dijeskan dengan singkat, bahwa
tahana dari pembuluh darah memiliki batasan dalam menahan tekanan darah
yang datang. Apalagi dalam otak pembuluh darah yang ada termasuk
pembuluh darah kecil yang otomatis memiliki tahanan yang kecil juga.
Kemudian bila tekanan darah melebihi kemampuan pembuluh darah, maka
pembuluh darah ini akan pecah dan selanjutnya akan terjadi stroke hemoragik
yang memiliki prognosi yang tidak baik. Stroke dapat terjadi pada hipertensi
kronik apabila arteri-arteri yang memperdarahi otak mengalami hipertropi
dan menebal, sehingga aliran darah ke daerah-daerah yang diperdarahinya
berkurang. (Pudiastuti, 2011).
Gejala terkena stroke adalah sakit kepala secara tiba-tiba, seperti, orang
bingung, limbung atau bertingkah laku seperti orang mabuk, salah satu bagian
tubuh terasa lemah atau sulit digerakan (misalnya wajah, mulut, atau lengan
terasa kaku, tidak dapat berbicara secara jelas) serta tidak sadarkan diri secara
mendadak.
Infark Miokard dapat terjadi apabila arteri koroner yang arterosklerosis
tidak dapat menyuplai cukup oksigen ke miokardium atau apabila terbentuk
trombus yang menghambat aliran darah melalui pembuluh darah tersebut.
Karena hipertensi kronik dan hipertensi ventrikel, maka kebutuhan oksigen
miokardium mungkin tidak dapat terpenuhi dan dapat terjadi iskemia jantung

9
yang menyebabkan infark. Demikian juga hipertropi ventrikel dapat
menimbulkan perubahan-perubahan waktu hantaran listrik melintasi ventrikel
sehingga terjadi disritmia, hipoksia jantung, dan peningkatan resiko
pembentukan bekuan (Pudiastuti, 2011).
Gagal ginjal dapat terjadi karena kerusakan progresif akibat tekanan
tinggi pada kapiler-kepiler ginjal, glomerolus. Dengan rusaknya glomerolus,
darah akan mengalir keunit-unit fungsional ginjal, nefron akan terganggu dan
dapat berlanjut menjadi hipoksia dan kematian. Dengan rusaknya membran
glomerolus, protein akan keluar melalui urin sehingga tekanan osmotik koloid
plasma berkurang, menyebabkan edema yang sering dijumpai pada hipertensi
kronik (Pudiastuti, 2011).
Gagal jantung atau ketidakmampuan jantung dalam memompa darah
yang kembalinya kejantung dengan cepat mengakibatkan cairan terkumpul di
paru,kaki dan jaringan lain sering disebut edma.Cairan didalam paru – paru
menyebabkan sesak napas,timbunan cairan ditungkai menyebabkan kaki
bengkak atau sering dikatakan edema (Pudiastuti, 2011).
Ensefalopati dapat terjadi terutama pada hipertensi maligna (hipertensi
yang cepat). Tekanan yang tinggi pada kelainan ini menyebabkan peningkatan
tekanan kapiler dan mendorong cairan ke dalam ruang intertisium diseluruh
susunan saraf pusat. Neron-neron disekitarnya kolap dan terjadi koma serta
kematian (Pudiastuti, 2011).

9. Perawatan Penderita Hipertensi


Perawatan penderita hipertensi pada umumnya dilakukan oleh keluarga
dengan memperhatikan pola hidup dan menjaga psikis dari anggota keluarga
yang menderita hipertensi. Pengaturan pola hidup sehat sangat penting pada
klien hipertensi guna untuk mengurangai efek buruk dari pada hipertensi.
Adapun cakupan pola hidup antara lain berhenti merokok, mengurangi
kelebihan berat badan, menghindari alkohol, modifikasi diet. Dan yang
mencakup psikis antara lain mengurangi sres, olahraga, dan istirahat.
(Martuti, 2009)
Merokok sangat besar perananya meningkatkan tekanan darah, hal ini
disebabkan oleh nikotin yag terdapat didalam rokok yang memicu hormon

10
adrenalin yang menyebabkan tekana darah meningkat. Nikotin diserap oleh
pembuluh-pembuluh darah didalam paru dan diedarkan keseluruh aliran
darah lainnya sehingga terjadi penyempitan pembuluh darah. Hal ini
menyebabkan kerja jantung semakin meningkat untuk memompa darah
keseluruh tubuh melalui pembuluh darah yang sempit. Dengan berhenti
merokok tekanan darah akan turun secara perlahan , disamping itu jika masih
merokok maka obat yang dikonsumsi tidak akan bekerja secar optimal dan
dengan berhenti merokok efektifitas obat akan meningkat (Martuti, 2009).
Mengurangi berat badan juga menurunkan resiko diabetes, penyakit
kardiovaskular, dan kanker .Secara umum, semakin berat tubuh semakin
tinggi tekanan darah, jika menerapkan pola makan seimbang maka dapat
mengurangi berat badan dan menurunkan tekanan darah dengan cara yang
terkontrol . (Martuti, 2009)
Alkohol dalam darah merangsang adrenalin dan hormon–hormon lain
yang membuat pembuluh darah menyempit atau menyebabkan penumpukan
natrium dan air. Minum-minuman yang beralkohol yang berlebih juga dapat
menyebabkan kekurangan gizi yaitu penurunan kadar kalsium.Mengurangi
alkohol dapat menurunkan tekanan sistolik 10 mmhg dan diastolik 7 mmhg.
(Herwati dan sartika. 2012)
Diet rendah garam diberikan pada pasien dengan edema atau asites serta
hipertensi. Tujuan diet rendah garam adalah untuk menurunkan tekanan darah
dan untuk mencegah edema dan penyakit jantung (lemah jantung). Adapun
yang disebut rendah garam bukan hanya membatasi garam dapur tetapi
mengkonsumsi makanan rendah sodium atau natrium (Na). Oleh karena itu
yang sangat penting untuk diperhatikan dalam melakukan diet rendah garam
adalah komposisi makanan yang harus mengandung cukup zat-zat gizi, baik
kalori, protein, mineral, maupun vitamin dan rendah sodium dan natrium
(Herwati dan sartika. 2012). Menurut Guyton (2008) akibat penumpukan
garam di dalam tubuh, garam secara tidak langsung meningkatkan volume
cairan ekstrasel karena dua alasan dasar berikut :
a. Bila terdapat kelebihan garam di dalam cairan ekstrasel, osmolalitas cairan
akan meningkat, dan keadaan ini selanjutnya merangsang pusat haus di

11
otak, yang membuat seseorang minum lebih banyak air untuk
mengembalikan konsentrasi garam ekstrasel kembali normal. Hal ini akan
meningkatkan volume ekstrasel.
b. Kenaikan osmolalitas yang disebabkan oleh kelebihan garam dalam cairan
ekstrasel juga merangsang mekanisme sekresi kelenjar hipotalamus-
hipofise posterior untuk mensekresi lebih banyak hormon antidiuretik.
Hormon antidiuretik kemudian menyebabkan ginjal mereabsorbsi air
dalam jumlah besar dari tubulus ginjal, dengan demikian mengurangi
volume urin yang diekskresikan tetapi meningkatkan volume cairan
ekstrasel.
Jadi, karena alasa-alasan penting ini, jumlah garam yang menumpuk di
dalam tubuh merupakan penentu utama volume cairan ekstrasel. Karena
peningkatan sedikit saja pada cairan ekstrasel dan volume darah seringkali
dapat sangat meningkatkan tekanan arteri, maka penumpukan garam
ekstraseluler di dalam tubuh walaupun hanya sedikit hal tersebut dapat
meningkatkan tekanan arteri. (Guyton, 2008).
Sumber sodium antara lain makanan yang mengandung soda kue, baking
powder, MSG (Mono Sodium Glutamat ), pengawet makanan atau natrium
benzoat ( Biasanya terdapat didalam saos, kecap, selai, jelly ), makanan yang
dibuat dari mentega serta obat yang mengandung natrium (obat sakit kepala).
Bagi penderita hipertensi, biasakan penggunaan obat dikonsultasikan dengan
dokter terlebih dahulu.
Diet rendah kolestrol dan lemak terbatas. Di dalam tubuh terdapat tiga
bagian lemak yaitu : kolestrol, trigeserida, dan pospolipid. Tubuh
memperoleh kolestrol dari makanan sehari – hari dan dari hasil sintesis dalam
hati. Kolestrol dapat berbahaya jika dikonsumsi lebih banyak dari pada yang
dibutuhkan oleh tubuh, peningkatan kolestrol dapat terjadi karena terlalu
banyak mengkonsumsi makanan yang mengandung kolestrol tinggi dan tubuh
akan mengkonsumsi sekitar 25-50 % dari setiap makanan (Sutangi dan
Winantri. 2013).
Diet tinggi serat sangat penting pada penderita hipertensi, serat terdiri
dari dua jenis yaitu serat kasar (Crude fiber ) dan serat kasar banyak terdapat

12
pada sayuran dan buah-buahan, sedangkan serat makanan terdapat pada
makanan karbohidrat yaitu : kentang, beras, singkong dan kacang hijau. Serat
kasar dapat berfungsi mencegah penyakit tekanan darah tinggi karena serat
kasar mampu mengikat kolestrol maupun asam empedu dan selanjutnya
membuang bersama kotoran. Keadaan ini dapat dicapai jika makanan yang
dikonsumsi mengandung serat kasar yang cukup tinggi.
Diet rendah kalori dianjurkan bagi orang yang kelebihan berat
badan.Kelebihan berat badan atau obesitas akan berisiko tinggi terkena
hipertensi. Demikian juga dengan orang yang berusia 40 tahun mudah terkena
hipertensi. Dalam perencanaan diet, perlu diperhatikan hal – hal berikut :
a. Asupan kalori dikurangi sekitar 25% dari kebutuhan energi atau 500
kalori untuk penurunan 500 gram atau 0.5 kg berat badan per minggu.
b. Menu makanan harus seimbang dan memenuhi kebutuhan zat gizi.
c. Perlu dilakukan aktifitas olah raga ringan.
Stres tidak menyebabkan hipertensi yang menetap, tetapi stress berat
dapat menyebabkan kenaikan tekanan darah yang nersifat sementara yang
sangat tinggi. Jika periode stress sering terjadi maka akan mengalami
kerusakan pada pembuluh darah, jantung dan ginjal sama halnya seperti
yang menetap.
Manfaat olah raga yang sering disebut olah raga isotonik seperti jalan
kaki, jogging, berenang dan bersepeda sangat mampu meredam hipertensi.
Pada olah raga isotonik mampu menyusutkan hormone noradrenalin dan
hormone – hormone lain penyebab naiknya tekanan darah. Hindari olah raga
Isometrik seperti angkat beban, karena justru dapat menaikkan tekanan
darah.
Istirahat merupakan suatu kesempatan untuk memperoleh energi sel
dalam tubuh, istirahat dapat dilakukan dengan meluangkan waktu.
Meluangkan waktu tidak berarti minta istirahat lebih banyak dari pada
bekerja produktif samapai melebihi kepatuhan. Meluangkan waku istiraha
itu perlu dilakukan secara rutin diantara ketegangan jam sibuk bekerja
sehari-hari. Bersantai juga bukan berarti melakukan rekreasi yang
melelahkan,tetapi yang dimaksudkan dengan istirahat adalah usaha untuk

13
mengembalikan stamina tubuh dan mengembalikan keseimbangan hormon
dan dalam tubuh.

10. Penatalaksanaan Umum Upaya Pencegahan Hipertensi


Penatalaksanaan untuk menurunkan tekanan darah pada penderita
hipertensi dapat dilakukan dengan dua jenis yaitu penatalaksanaan
farmakologis atau dengan penatalaksanaan non-farmakologis.
Penatalaksanaan Farmakologis
Penatalaksanaan farmakologis adalah penatalaksanaan hipertensi dengan
menggunakan obat - obatan kimiawi, seperti jenis obat anti hipertensi. Ada
berbagai macam jenis obat anti hipertensi pada penatalaksanaan
farmakologis, yaitu:
a. Diuretik
Diuretik adalah obat yang pertama sekali diberikan untuk mengobati
hipertensi dan biasanya digunakan bersamaan dengan obat lain (Sheps,
2005). Diuretik bekerja membantu ginjal membuang garam dan air yang
akan mengurangi volume cairan diseluruh tubuh sehingga menurunkan
tekanan darah, sedangkan menurut Palmer (2007) diuretik dapat
menurunkan tekanan darah dengan bekerja pada ginjal. Diuretik dapat
menyebabkan ginjal mengeluarkan kelebihan garam dalam darah melalui
urin. Hal ini menguramgi volume cairan dalam sirkulasi dan kemudian
menurunkan tekanan darah. Menurut Sutangi dan Winantri (2013) ada
empat tipe diuretik :
1) Thiazide atau thiazide-like diuretics.
2) Loop diuretic
3) Potasium-sparing diuretic
4) Diuretic kombinasi, merupakan campuran dari thiazide dan salah satu
obat dari jenis potasium-sparing medicine (obat penghambat
potasium).

14
b. Beta-blokers
Digunakan untuk mengontrol tekanan darah melalui proses perlambatan
kerja jantung tidak bekerja terlalu keras dan tekanan darah menurun.
Contoh obat beta-blokers adalah acebutolol (nama dagang : Monitan,
Sectral), atenolol (Tenormin), dan Labetolol (Trandate).
c. ACE Inhibitor
Obat ini bekerja melalui penghambatan aksi dari sistem renin-
angiotensin. Efek utama ACE inhibitor adalah menurunkan efek enzim
pengubah angiotensin (angiotensin-converting enzym). Kondisi ini akan
menurunkan perlawanan pembuluh darah dan menurunkan tekanan darah
(Hayens, 2003). Beberapa jenis obat tergolong ACE Inhibitor dan merek
dagangnya antara lain benazepril (Lotensin), dan Captropil (capoten),
Cilazapril (Inhibaze) (Martuti, 2009).
d. Angiotensin II Receptor Blokers (ARBs)
Seperti halnya ACE Inhibitor, obat-obatan ARBs bekerja melindungi
pembuluh darah dar efek angiotensin II, sebuah hormon yang
meyebabkan pembuluh darah menyempit dengan cara menyekat reseptor
angiotensin II. Beberapa contoh obat ARBs adalah candesartan,
irbesartan, losartan, dan olmesartan.
e. Calcium Channel Blokers (Ccbs)
Obat-obatan CCBs (angiotensin kalsium) membantu mencegah
penyempitan pembuluh darah dengan menghalangi kalsium memasuki
sel otot di jantung dan pembuluh darah menjadi rileks dan tekanan darah
menurun.
f. Alpha blokers
Alpha blokers (penyekat alpha) bekerja dengan menghalangi hormon
norepinefrin dan menstimulasi otot di dinding arteri dan vena sehingga
dinding pembuluh darah mengerut. Ini akan membuat otot-otot tertentu
menjadi rileks dan membantu pembuluh darah yang kecil tetap terbuka.
Ini akan menyebabkan meningkatnya aliran darah dan tekanan darah
turun. Beberapa contoh obat-obatan alpha blokers adalah doxazosin
(Cardura), prazosin (Minipres), dan terazosin (Hytrin).

15
g. Clonidin
Merupakan obat antihipertensi yang bekerja di pusat kontrol sistem saraf
di otak. Clonidin menurunkan tekanan darah dengan memperbesar arteri
diseluruh tubuh. Contoh obat jenis ini adalah guanfacine.
h. Vasodilator
Mengatasi hipertensi dengan melebarkan pembuluh darah. Beberapa
contoh obat yang tergolong vasodilator adalah hydralazine
(Aporesoline), dan minoxidil (Loniten).

11. Penatalaksanaan Non Farmakologis


Menurut Herwati dan sartika, 2012 upaya pengobatan hipertensi dapat
dilakukan dengan pengobatan non farmakologis, termasuk mengubah gaya
hidup yang tidak sehat. Penderita hipertensi membutuhkan perubahan gaya
hidup yang sulit dilakukan dalam jangka pendek. Oleh karena itu, faktor yang
menentukan dan membantu kesembuhan pada dasarnya adalah diri sendiri
(Palmer, 2007).
Enam langkah dalam perubahan gaya hidup yang sehat bagi para penderita
hipertensi yaitu:
a. Diet DASH
Diet DASH (Dietary Aproach for stop Hipertension), menu DASH terdiri
dari makanan yang merupakan sumber kalium, kalsium, magnesium, serat
makanan dari sayuran dari sayuran, buah dan susu, serta membatasi lemak
jenuh,kolesterol, garam, gula, kopi, dan minuman keras.
b. Berhenti merokok
Nikotin dalam tembakau adalah penyebab meningkatnya tekanan darah.
Nikotin diserap oleh pembuluh-pembuluh darah di dalam paru-paru dan
diedarkan ke aliran darah. Dalam beberapa detik nikotin mencapai ke otak.
Otak bereaksi terhadap nikotin dengan memberi sinyal pada kelenjar
adrenal untuk melepas epinefrin (adrenalin), sehingga dengan pelepasan
hormon ini akan menyempitkan pembuluh darah dan memaksa jantung
untuk bekerja lebih berat karena tekanan yang lebih tinggi (Sutangi dan
Winantri. 2013).

16
c. Menghindari alkohol
Efek semakin banyak mengkonsumsi alkohol maka semakin tinggi tekanan
darah, sehingga peluang terkena hipertensi semakin tinggi (Hayens, 2003).
Menurut Sheps (2005) alkohol dalam darah merangsang pelepasan
epinefrin (adrenalin) dan hormon-hormon lain yang membuat pembuluh
darah menyempit atau menyebabkan penumpukan lebih banyak natrium
dan air. Selain itu minum-minuman alkohol yang berlebihan dapat
menyebabkan kekurangan gizi yaitu penurunan kadar kalsium dan
magnesium, rendahnya kadar dari kalsium dan magnesium berkaitan
dengan peningkatan tekanan darah (Sheps, 2005).
d. Membatasi asupan garam
Kurangi asupan garam kurang dari 100 mmol atau kurang dari 2,3 gram
natrium, atau kurang dari 6 gram NaCl. Penderita hipertensi juga untuk
menjaga asupan kalsium dan magnesium.
e. Aktivitas
Penderita hipertensi disarankan untuk berpartisipasi pada bagian kegiatan
dan disesuaikan dengan batasan medis dan sesuai dengan kemampuan
seperti berjalan , jogging, bersepeda, atau berenanag.
f. Terapi herbal
Di dalam Traditional Chinesse Pharmacology, ada lima macam cita rasa
dari tanaman obat yaitu pedas, manis, asam, pahit, dan asin. Penyajian
jenis obat-obatan herbal khususnya dalam terapi hipertensi disuguhkan
dengan beberapa cara, misalnya dengan dimakan langsung, disajikan
dengan dibuat jus untuk diambil sarinya, diolah menjadi obat ramuan
ataupun dimasak sebagai pelengkap menu sehari-hari (Dalimartha, 2008).
Menurut Wirakusumah (2007) beberapa buah dan sayuran yang berkhasiat
menurunkan tekanan darah tinggi yaitu :
1) Belimbing Manis
Kandungan kalium yang tinggi pada belimbing manis dan natrium
yang rendah memungkinkan belimbing manis sebagai obat anti
hipertensi.
2) Mentimun

17
Pemanfaatan mentimun dalam menurunkan tekanan darah pada
penderita hipertensi yaitu dengan cara mengeluarkan cairan tubuh
(melalui air seni).
3) Mengkudu
Senyawa kimia yang bermanfaat dalam penurunan tekanan darah
tinggi adalah senyawa scopoletin. Solomon (1999) dalam
Muhammadun (2010) menuliskan bahwa mengkudu mengandung
scopoletin yang mampu mengikat serotonin yaitu senyawa kimia yang
menjadi penyebab terjadinya penyempitan pembuluh darah sehingga
tekanan darah meningkat. Adanya senyawa scopoletin dalam buah
mengkudu menjadikan buah mengkudu dapat dijadikan obat alternatif
untuk penyakit tekanan darah tinggi atau hipertensi.
4) Seledri
Seledri banyak dimanfaatkan untuk terapi penyakit tekanan darah
tinggi. Manfaat lainnya yaitu : menurunkan kadar kolesterol,
memperlambat penuaan, antioksidan, antikanker, dan mengobati
dehidrasi.

12. Penatalaksanaan Hipertensi Sesuai Dengan Klasifikasi Hipertensi


Pada penatalaksanaan hipertensi terfokus dan bertujuan untuk dapat
mengendalikan tekanan kestabilan tekanan darah agar tidak menimbulkan
komplikasi dengan memodifikasi determinan faktor yang menyebabkan
hipertensi, yaitu: Obesitas, konsumsi garam, merokok, minum alkohol,
konsumsi daging berlebih, olahraga, kurang mengkonsumsi sayur dan buah,
stress dan lain lain. Jika
Modifikasi gaya hidup yang sehat oleh semua pasien hipertensi
merupakan suatu cara pencegahan tekanan darah tinggi dan merupakan
bagian yang tidak terabaikan dalam penanganan pasien tersebut. Modifikasi
gaya hidup dapat menurunkan tekanan darah, mempertinggi khasiat obat
antihipertensi, dan menurunkan resiko penyakit kardiovaskuler (Sutangi dan
Winantri. 2013.

18
Modifikasi Rekomendasi Perkiraan Penurunan
Tekanan Darah Sistolik
(Skala)
Menurunkan Memelihara Berat Badan 5-20 mmHg/ 10 kg
Berat Badan Normal penurunan Berat Badan
(Indeks Massa Tubuh
18.5–24.9 kg/m2).
Melakukan pola diet Mengkonsumsi makanan 8 – 14 mmHg
berdasarkan DASH yang kaya dengan buah-
buahan, sayuran, produk
makanan yang rendah
lemak, dengan kadar lemak
total dan saturasi yang
rendah.
Diet Rendah Natrium Menurunkan Intake Garam 2-8 mmHg
sebesar 2-8 mmHg tidak
lebih dari 100 mmol per-
hari (2.4 gr Natrium atau 6
gr garam).
Olahraga Melakukan Kegiatan 4 – 9 mmHg
Aerobik fisik secara teratur,
seperti jalan cepat (paling
tidak 30 menit per-hari,
setiap hari dalam
seminggu).
Membatasi Penggunaan Membatasi konsumsi 2 -4 mmHg
Alkohol alkohol tidak lebih dari 2
gelas ( 1 oz atau 30 ml
ethanol; misalnya 24 oz bir,
10 oz anggur, atau 3 0z 80
whiski) per-hari pada
sebagian besar laki-laki dan

19
tidak lebih dari 1 gelas per-
hari pada wanita dan laki-
laki yang lebih kurus.
Tabel 1.4 Modifikasi Gaya Hidup Dalam Penanganan Hipertensi

B. Diagnosa keperawatan yang mungkin muncul


1. Resiko penurunan curah jantung
2. Intoleransi aktivitas
3. Nyeri akut
4. Kurang pengetahuanber

20
DAFTAR PUSTAKA

Blackwell, W. 2015. Diagnosis Keperawatan NANDA 2015-2017 : Definisi dan


Klasifikasi.
Guyton, Arthur C. 2008. Buku Ajar Fisiologi Kedokteran Edisi 11. Jakarta :
EGC
Hayens,B,dkk. (2003). Buku pintar menaklukkan Hipertensi. Jakarta : Ladang
Pustaka.
Herwati dan sartika. 2012. Terkontrolnya Tekanan Darah Penderita Hipertensi
Berdasarkan pola diet Dan kebiasaan olahraga Dipadang tahun
2011.
Martuti, A. 2009. Merawat Dan Menyembuhkan Hipertensi Penyakit Tekanan
Darah Tinggi. Yogyakarta : Kreasi Wacana.
Mc Closkey, et all. 2015. Nursing Intervention Classification (NIC) fifth edition.
Mosby.
Palmer, A. 2007. Tekanan Darah Tinggi. Jakarta: Erlangga
Palmer, Anna. 2007. Hipertensi. Jakarta: Erlangga.
Pudiastuti, R 2011. Penyakit Pemicu Stroke. Yogyakarta : Nuha Medika
Sutangi dan Winantri. 2013. Faktor Yang Berhubungan Dengan Kejadian
Hipertensi Pada Wanita Lansia Di Posbindu Desa Sukaurip
Kecamatan Balongan Indramayu. FKM UWI
Situmorang, 2015. Faktor-Faktor Yang Berhubungan Dengan Kejadian
Hipertensi Pada Penderita Rawat Inap Di Rumah Sakit Umum Sari
Mutiara Medan Tahun 2014
Sue Moorhead, et all. 2015. Nursing Outcomes Clasification (NOC) fifth edition.
Mosby.
Wirakusumah, Emma S. 2007. 202 Jus Buah Dan Sayur Untuk Menjaga
Kesehatan Dan Kebugaran Anda. Jakarta : Penebar Swadaya.

21

Anda mungkin juga menyukai

  • LP BBL
    LP BBL
    Dokumen9 halaman
    LP BBL
    Pradika Ari
    Belum ada peringkat
  • JOBDESK Panitia INFISA 2018 PDF
    JOBDESK Panitia INFISA 2018 PDF
    Dokumen8 halaman
    JOBDESK Panitia INFISA 2018 PDF
    Arif Susanto
    Belum ada peringkat
  • LP SC
    LP SC
    Dokumen12 halaman
    LP SC
    Pradika Ari
    Belum ada peringkat
  • LP BBL
    LP BBL
    Dokumen10 halaman
    LP BBL
    Pradika Ari
    Belum ada peringkat
  • LP BBL
    LP BBL
    Dokumen10 halaman
    LP BBL
    Pradika Ari
    Belum ada peringkat
  • LP BBL
    LP BBL
    Dokumen9 halaman
    LP BBL
    Pradika Ari
    Belum ada peringkat
  • LP Hipertensi 1
    LP Hipertensi 1
    Dokumen5 halaman
    LP Hipertensi 1
    Pradika Ari
    Belum ada peringkat
  • LP BBL
    LP BBL
    Dokumen10 halaman
    LP BBL
    Pradika Ari
    Belum ada peringkat
  • 1laporan Pendahuluan Inc
    1laporan Pendahuluan Inc
    Dokumen23 halaman
    1laporan Pendahuluan Inc
    Azali Mahfudh Arrasyid
    Belum ada peringkat
  • LP Hipertensi-1
    LP Hipertensi-1
    Dokumen21 halaman
    LP Hipertensi-1
    Pradika Ari
    Belum ada peringkat
  • ASKEP Lansia
    ASKEP Lansia
    Dokumen11 halaman
    ASKEP Lansia
    Pradika Ari
    Belum ada peringkat
  • Brosur Diet Hipertensi PDF
    Brosur Diet Hipertensi PDF
    Dokumen3 halaman
    Brosur Diet Hipertensi PDF
    Nurfitri Heryati
    80% (5)