Anda di halaman 1dari 10

Laporan pendahuluan Bayi Baru Lahir (BBL)

A. Pengertian

BBL Normal adalah bayi yang dikeluarkan dari hasil konsepsi melalui jalan lahir dan dapat
hidup diluar dengan berat 2,5 – 4 kg, dengan usia Kehamilan 36 – 42 minggu, menangis
spontan dan bernafas spontan, teratur dan tonus otot baik. (Asuhan Persalinan Normal, 2003
Bayi baru lahir / new born ( Inggris ) / neonatus (Latin ) adl: Bayi yg baru
dilahirkan sampai dgn umur 4 mgg. Bayi baru lahir harus memenuhi sejumlah tugas
perkembangan untuk memperoleh dan mempertahankan eksisitensi fisik secara terpisah dari
ibunya. Perubahan fisiologis dan psikososial yang besar terjadi pada saat bayi lahir
memungkinkan transisi dari lingkungan intrauterine (bobak, 2005).

B. Etiologi

a. His(Kontraksi otot rahim)


b. Kontraksi otot dinding perut
c. Kontraksi diafragma pelvis atau kekuatan mengejan.
d. Ketegangan dan kontraksi ligamentum retundum.

C. Manifestasi Klinis

a. Warna kulit: seluruhnya merah


b. Denyut jantung: > 100 x/menit
c. Pernapasan : baik,menangis kuat.
d. Otot : gerak aktif,reflek baik
e. Reaksi terhadap rangsangan : menangis

D. Patofisiologi

Segera setelah lahir, BBL harus beradaptasi dari keadaan yang sangat tergantung menjadi
mandiri secara fisiologis. Banyak perubahan yang akan dialami oleh bayi yang semula berada
dalam lingkungan interna (dalam kandungan Ibu)yang hangat dan segala kebutuhannya
terpenuhi (O2 dan nutrisi) ke lingkungan eksterna (diluar kandungan ibu) yang dingin dan
segala kebutuhannya memerlukan bantuan orang lain untuk memenuhinya.
Saat ini bayi tersebut harus mendapat oksigen melalui sistem sirkulasi pernafasannya sendiri
yang baru, mendapatkan nutrisi oral untuk mempertahankan kadar gula yang cukup,
mengatur suhu tubuh dan melawan setiap penyakit.
Periode adaptasi terhadap kehidupan di luar rahim disebut Periode Transisi. Periode ini
berlangsung hingga 1 bulan atau lebih setelah kelahiran untuk beberapa sistem tubuh.
Transisi yang paling nyata dan cepat terjadi adalah pada sistem pernafasan dan sirkulasi,
sistem termoregulasi, dan dalam kemampuan mengambil serta menggunakan glukosa.
Perubahan Sistem Pernafasan.
Dua faktor yang berperan pada rangsangan nafas pertama bayi :
a. Hipoksia pada akhir persalinan dan rangsangan fisik lingkungan luar rahim yang
merangsang pusat pernafasan di otak.
b. Tekanan terhadap rongga dada yang terjadi karena kompresi paru-paru selama
persalinan yang merangsang masuknya udara kedalam paru-paru secara mekanis.
Interaksi antara sistem pernafasan, kardiovaskuler dan susunan syaraf pusat menimbulkan
pernafasan yang teratur dan berkesinambungan serta denyut yang diperlukan untuk
kehidupan.
Upaya pernafasan pertama seorang bayi berfungsi untuk :
a. Mengeluarkan cairan dalam paru-paru.
b. Mengembangkan jaringan alveolus dalam paru-paru untuk pertama kali.
Perubahan Dalam Sistem Peredaran Darah.
Setelah lahir darah bayi harus melewati paru untuk mengambil O2 dan mengantarkannya ke
jaringan. Untuk membuat sirkulasi yang baik guna mendukung kehidupan luar rahim harus
terjadi 2 perubahan besar :
a. Penutupan foramen ovale pada atrium jantung.
b. Penutupan ductus arteriosus antara arteri paru-paru dan aorta.
Oksigen menyebabkan sistem pembuluh darah mengubah tekanan dengan cara mengurangi
dan meningkatkan resistensinya hingga mengubah aliran darah.
Dua peristiwa yang mengubah tekanan dalam sistem pembuluh darah :
a. Pada saat tali pusat dipotong.
Tekanan atrium kanan menurun karena berkurangnya aliran darah ke atrium kanan. Hal
ini menyebabkan penurunan volume dan tekanan atrium kanan. Kedua hal ini membantu
darah dengan kandungan O2 sedikit mengalir ke paru-paru untuk oksigenasi ulang.
b. Pernafasan pertama menurunkan resistensi pembuluh darah paru-paru dan meningkatkan
tekanan atrium kanan. O2 pada pernafasan pertama menimbulkan relaksasi dan terbukanya
sistem pembuluh darah paru-paru.
Peningkatan sirkulasi ke paru-paru mengakibatkan peningkatan volume darah dan tekanan
pada atrium kanan. Dengan peningkatan tekanan atrium kanan dan penurunan tekanan atrium
kiri, foramen ovale secara fungsional akan menutup.
Dengan pernafasan, kadar O2 dalam darah akan meningkat, mengakibatkan ductus arteriosus
berkontriksi dan menutup. Vena umbilikus, ductus venosus dan arteri hipogastrika dari tali
pusat menutup dalam beberapa menit setelah lahir dan setelah tali pusat diklem. Penutupan
anatomi jaringan fibrosa berlangsung 2-3 bulan.
Sistem pengaturan Suhu, Metabolisme Glukosa, gastrointestinal dan Kekebalan Tubuh.
1) Pengaturan Suhu
Suhu dingin lingkungan luar menyebabkan air ketuban menguap melalui kulit sehingga
mendinginkan darah bayi. Pembentukan suhu tanpa menggigil merupakan usaha utama
seorang bayi yang kedinginan untuk mendapatkan kembali panas tubuhnya melalui
penggunaan lemak coklat untuk produksi panas.
Lemak coklat tidak diproduksi ulang oleh bayi dan akan habis dalam waktu singkat
dengan adanya stress dingin.
2) Metabolisme glukosa
Untuk memfungsikan otak memerlukan glukosa dalam jumlah tertentu. Pada BBL,
glukosa darah akan turun dalam waktu cepat (1-2 jam). BBL yang tidak dapat mencerna
makanan dalam jumlah yang cukup akan membuat glukosa dari glikogen dalam hal ini terjadi
bila bayi mempunyai persediaan glikogen cukup yang disimpan dalam hati.
3) Perubahan Sistem Gastrointestinal
Reflek gumoh dan reflek batuk yang matang sudah terbentuk pada saat lahir. Sedangkan
sebelum lahir bayi sudah mulai menghisap dan menelan. Kemampuan menelan dan mencerna
makanan (selain susu) terbatas pada bayi.
Hubungan antara esofagus bawah dan lambung masih belum sempurna yang berakibat
gumoh. Kapasitas lambung juga terbatas, kurang dari 30 cc dan bertambah secara lambat
sesuai pertumbuhan janin.
4) Perubahan Sistem Kekebalan Tubuh
Sistem imunitas BBL belum matang sehingga rentan terhadap infeksi. Kekebalan alami
yang dimiliki bayi diantaranya.
a) Perlindungan oleh kulit membran mukosa.
b) Fungsi jaringan saluran nafas.
c) Pembentukan koloni mikroba oleh kulit dan usus.
d) Perlindungan kimia oleh lingkungan asam lambung.
Kekebalan alami juga disediakan pada tingkat sel oleh sel darah yang membantu membunuh
organisme asing.

E. Penatalaksanaan

a. Lakukan penilaian sepintas


- Apakah bayi menangis kuat dan atau bernafas tanpa kesulitan
- Apakah bayi bergerak dengan aktif
Jika bayi tidak menangis, tidak bernafas atau megap-megap lakukan langkah resusitasi (lanjut
kelangkah resusitasi pada asfiksia bayi baru lahir)
b. Keringkan tubuh bayi
Keringkan bayi mulai dari muka, kepala dan bagian tubuh lain, kecuali bagian tangan tanpa
membersihkan vernik. Ganti handuk basah denga handuk/kain kering. Pastikan bayi dalam
kondisi mantap di atas perut ibu
c. Periksa kembali uterus ibu untuk memastikan tidak ada lagi bayi dalam uterus (hamil
tunggal)
d. Setelah 2 menit pasca persalinan, jepit tali pusat dengan klem kira-kira 3 cm dari pusat
bayi. Mendorong isi tali pusat ke arah distal (ibu) dan jepit kembali tali pusat pada bagian 2
cm distal dari klem pertama
e. Potong dan ikay tali pusat
- Dengan satu tangan, pegang tali pusat yang telah dijepit (lindungi perut bayi) dan
lakukan pengguntingan tali pusat diantara 2 klem tersebut
- Ikat tali pusat dengan benang DTT atau steril pada satu sisi kemudian melingkar kembali
benang tersebut dan mengikatnya dengan simpul kunci pada sisi lainnya
- Lepaskan klem dan masukan kedalam wadah yang telah disediakan
f. Latakan bayi agar kontak kulit dengan ibu
Letakkan bayi tengkurap didada ibu. Luruskan bahu bayi sehingga bayi menempel didada /
perut ibu. Usahakan kepala bayi berada diantara payudara ibu dengan posisi lebih rendah dari
puting payudara ibu
g. Selimuti bayi dan ibu dengan kain hangat dan pasang topi dikepala bayi
h. Beri cukup waktu untuk melalukan kontak kulit ibu – bayi (di dada ibu paling sedikit 1
jam)
- Sebagian besar bayi akan berhasil melakukan inisiasi menyusui dini dalam waktu 30 -60
menit. Menyusu pertama biasanya berlangsung sekitar 10-15 menit. Ber cukup menyusu dari
satu payudara
- Biarkan bayi berada di dada ibu selama 1 jam walaupun bayi sudah berhasil menyusu
i. Lakukan penimbangan dan pengukuran bayi
j. Berikan salep mata/tetes mata antibiotik profilaksi
k. Beri vitamin K 1 mg / neo K 0,5 mg dipaha kiri anterolateral setalah kontak kulit ibu dan
bayi
l. Berikan suntikan imunisasi hepatitis B (setelah 1 jam pemberian vitamin K1/ Neo K0 di
paha kanan anterolateral
m. Periksa kembali kondisi bayi untuk memastikan bahwa bayi bernafas dengan baik (40-
60x/menit) serta sehu tubuh normal (36,5 – 37,5 C)
n. Bounding atachment
Usahan untuk mendekatkan bayi pada ibu dengan segera setelah dilahirkan dengan tujuan
agar bayi secara naluri dapat mengenali ibunya yang juga sangat membantu pemulihan
kesehatan
o. Ajari ibu menyusui yang benar
- Mengatur posisi terhadap payudara ibu
- Keluarkan sedikit ASI dari puting susu, kemudian dioleskan pada puting susu dan areola
mamae
- Jelaskan pada ibu bagaimanan teknik memegang bayi
- Payudara dipegang dengan menggunakan ibu jari diatas, sedangkan jari yang lain
menopong bagian bawah payudara, serta gunakan ibu jari untuk membentuk puting susu
demikian rupa sehingga mudah memasukan kemulut bayi
- Beri rangsangan pada bayi agar membuka mulut dengan cara menyentuhkan bibir bayi
ke puting susu
- Tunggu bibir bayi membuka lebar
- Gerakan bayi segera ke payudara dan bukan sebaliknya ibu atau payudara ibu yang
digerakan kemulut bayi
- Perhatikan selama menyusui
p. Ajari ibu tentang perawatan bayi baru lahir
- Mulai dari perawatan tali pusat
Hal-hal yang dilarang adalah membubuhkan atau mengoleskan ramuan karena akan
menyebabkan infeksi. Menghindari kontak langsung dengan air kencing bayi karena air
kencing bayi tersebut adalah salah satu penyebab timbulnya infeksi pada talipusat bayi.
Memakaikan popok selai sebaiknya dibawah pusar. Merawat tali pusat denggan prinsip
bersih kering
- Cara memandikan
Bayi sebaiknya dimandikan 6 jam setelah lahir. Memandikan bayi pada jam pertama setelah
kelahiran dapat menyebabkan hipotermi
- Menjaga kehangatan bayi
Idealnya bayi baru lahir ditempat tidur yang sama dengan ibunya cara ini adalah cara paling
mudah untuk menjaga bayi tetap hangat
q. Motivasi untuk ASI Esklusif
- Inisiasi menyusui dini selama 1 jam setelah kelahiran bayi
- ASI Esklusif berikan pada bayi hanya ASI saja tanpa makanan tambahan atau minuman
apapun kecuali vitamin dan imunisasi
- ASI diberikan tidak mengunakan botol, cangkir maupun dot
r. Motivasi untuk memberikan imunisasi 5 L
- < 7 hari : Hepatitis B
- 1 bulan : BCG, POLIO 1
- 2 bulan : DBT / Hb 1, POLIO 2
- 3 bulan : DBT / Hb 2, POLIO 3
- 4 bulan : DBT / Hb 3, POLIO 4
- 9 bulan : campak
s. Beritahu ibu akan tanda bahaya pada bayi baru lahir
t. Anjurkan ibu membawa bayi kepada petugas kesehatan jika terdapat tanda bahaya.

F. Pengkajian Fokus

1. Penampilan umum
1) BB 2500-4000 gram, akan berkurang 3-5 hari, tetapi tidak boleh > 10 %, biasanya akan
naik kembali setelah hari ke 8-12.
2) PB 46-56 cm.
3) Suhu 36,5-37,5 0C.
2. Kepala
1) Ukur : lingkar kepala
2) Periksa adanya caput atau cepal hematom, molding, fontanel anterior dan posterior.
3) Periksa bentuk telinga.
4) Simetris tidaknya wajah.
5) Periksa mata : bentuk, letak, ukuran, pupil, reflek cahaya, adanya perdarahan.
6) Periksa mulut : bibir, palatum, lidah, gigi.
7) Periksa hidung : septum, simetris atau tidak.
8) Periksa leher : Ukuran simetris/tidak, Gerakan baik/kurang baik, Pergerakan otot.
3. Kulit
1) Vernix caseosa
2) Lanugo terutama diwajah, bahu (lebih banyak pada premature)
3) Warna kulit (biasanya bayi akan mengalami akrosianosis, lalu badan akan semakin
merah jika bayi menangis), adanya bintik-bintik, deskuamasi, kering.
4) Pembesaran payudara.
5) Bercak meconium pada kulit, tali pusat, kuku jari.
6) Cairan amnion, bau.
7) Cari adanya jaundice dengan menekan kulit, maka warna kuning akan lebih jelas.
4. Dada
1) Diameter anteroposteriorhampir sama dengan diameter transversa (diameter diukur
sedikit diatas putting), lebih pendek daripada abdomen.
2) Pembesaran payudara, witch’s milk.
3) Palpasi/auskultasi PMI, frekuensi, kualitas HR (120-160 x/menit) dan murmur.
4) Karakteristik respirasi, cracles, ronchi, suara nafas tiap-tiap sisi dada, frekuensi 30-60
x/menit (dad dan perut bergerak bersama, hitung 1 menit penuh), periode apnea.
5. Abdomen
1) Bentuk : simetris/tidak
2) Bising usus : ada/ tidak
3) Kelainan : cekung/cembung
4) Tali Pusat, pembuluh darah, perdarahan, kelainan tali pusat.
6. Neurologik
1) Tonus otot.
2) Reflek : moro reflek, tonik neck reflek, palmar graps reflek, walking reflek, rooting
reflek, sucking reflek.
7. Kelamin
1) Bayi perempuan , labia mayora/minora, sekresi vaginal, kelainan, Anus.
2) Bayi laki-laki, scrotum, testis, penis, kelainan.
8. Punggung
Adanya benjolan atau defek yang lain ( bayi harus ditengkurapkan )
9. Ektremitas
1) Kelengkapan jari, adanya sindaktili dan polidaktili.
2) Bentuk ekstremitas, bandingkan panjang kedua kaki, tinggi lutut, dan gerakannya dengan
menekuk kedua paha kekanan kiri abdomen.

1.2.2 Penilaian APGAR Score


APGAR Pemeriksaan 0 1 2
Appearance/war Inspeksi Biru/pucat seluruh Badan merah, Semua merah
na kulit tubuh ekstremitas biru
Pulse/denyut Auskultasi jantung Tidak terdengar < 100 x/menit > 100 x/menit
jantung
Grimace/ reflek Menghisap atau Tidak ada respon Menyeringai Menangis keras
iritabily rangsang lain
Activity/ tonus Inspeksi Lemah Fleksi ekstremitas Gerak aktif
otot
Respiration/pern Inspeksi Tidak ada gerakan Menangis lemah Gerakan pernafasan
afasan pernafasan atau merintih kuat/ menangis kuat
Total score :
0-3 : asfiksia berat
4-6 : asfiksia sedang
7-10 : asfiksia ringan

G. Pathways Keperawatan
H. Diagnosa Keperawatan

1. Resiko infeksi berhubungan dengan sumbatan atau kotoran pada tali pusat

2. Risti hipotermi berhubungan dengan perubahan suhu

3. Jalan nafas tidak efektif berhubungan dengan obtruksi mucus

I. Perencanaan Keperawatan

1. Resiko infeksi berhubungan dengan sumbatan atau kotoran pada tali pusat
Tujuan : tidak terjadi infeksi pada tali pusat
Intervensi :
1) Kaji adanya bau atau cairan pada tali pusat
R : Cairan pada tali pusat dapat menunjukkan adanya infeksi
2) Lakukan perawatan pada tali pusat dengan alcohol
R : Alcohol dapat mencegah infeksi yang terjadi pda tali pusat
3) Ganti nouvel gauze pada tali pusat setiap habis mandi
R : Nouvel gauze diganti untuk mencegah terjadinya infeksi
4) Kaji adanya tanda-tanda infeksi seperti peningkatan suhu tubuh, kemerahan disekitar tali
pusat.
R : Peningkatan suhu tubuh, kemerahan disekitartali pusat dapat menunjukkan adanya infeksi
5) Cuci tangan sebelum dan sesudah melakukan tindakan
R : mencuci dapat mencegah terjadinya infeksi nosokomial
6) Jaga lingkungan tetap bersih
R : Lingkungan yang bersih dapat menjaga kesehatan janin

2. Risti hipotermi berhubungan dengan perubahan suhu


Tujuan : hipotermi tidak menjadi aktual
Intervensi :
1) Segera bungkus bayi dengan selimut kering.
R : Mencegah penguapan suhu melalui evaporasi
2) Observasi suhu bayi tiap 4jam
R : Deteksi dini bila terjadi hipotermi
3) Jaga lingkungan tetap hangat dan kering
R : Mencegah penguapan suhu
4) Dekatkan bayi dengan ibu sesering mungkin
R : Dekapan ibu membuat bayi merasa hangat

3. Jalan nafas tidak efektif berhubungan dengan obtruksi mucus


Tujuan : pola nafas efektif
Intervensi :
1) Bersihkan muka dengan kasa/ kain bersih dari darah dan lendir segera setelah kepala bayi
lahir.
R : Mengurangi resiko terjadinya aspirasi dan usaha untuk membebaskan jalan nafas bayi.
2) Hisap lendir dengan menggunakan penghisap lendir atau kateter pada sisi mulut atau
hidung.
R : Membersihkan jalan nafas sehingga kebutuhan O2 dapat terpenuhi dengan pola nafas
yang efektif.
3) Miringkan bayi kekanan untuk mencegah regurgitasi
R : Mencehah terjadinya aspirasi yang dapat menimbulkan terjadinya gagal nafas pada bayi.
4) Bersihkan jalan nafas
R : Membebaskan jalan nafas bayi.
5) Pertahankan suplai oksigen adekuat
R : Memeuhi kebutuhan oksigen yang diperlukan bayi.

Anda mungkin juga menyukai