A. PENDAHULUAN
1) Deskripsi Singkat
Bab ini menjelaskan perihal jenis-jenis campuran beraspal dan campuran
beton yang lazim digunakan di lapangan untuk membangun atau memperbaiki
perkerasan jalan. Penjelasan mencakup pengantar, gambaran umum mutu bahan
lokal di Indonesia, uraian singkat per jenis campuran, jenis bahan susun yang
digunakan (agregat, aspal atau semen), peruntukannya menurut lapisan-lapisan
jalan dan spesifikasi teknik yang harus dipenuhi.
2) Relevansi
Bab ini merupakan pengembangan materi lima bab terdahulu, karena men-
jelaskan jenis-jenis campuran beraspal atau campuran beton yang lazim diterap-
kan di lapangan.
B. PENYAJIAN
1) Pengantar
Jalan yang akan atau sudah dibangun melewati suatu kawasan tertentu ha-
rus menanggung beban lalulintas tertentu. Ada jalan yang diperuntukan untuk me-
layani lalulintas ringan atau lalulintas sedang atau lalulintas berat. Perbedaan ter-
sebut disebut perbedaan fungsional. Perbedaan fungsional harus dipertimbangkan
dalam pemilihan jenis campuran kerja yang akan diterapkan. Konstruksi jalan
yang melayani lalulintas ringan tidak perlu dibuat dengan standar teknik seperti
jalan yang memang harus melayani lalulintas berat. Faktor ketersediaan bahan
juga perlu diperhatikan dalam pemilihan jenis campuran kerja.Hal tersebut ber-
manfaat untuk memperoleh optimasi antara hasil kerja dan biaya yang dikeluar-
kan. Oleh karena pembangunan di Indonesia masih menghadapi faktor biaya se-
bagai restraint/kendalamaka pengetahuan tentang karakteristik campuran dalam
rangka pemilihan bahan jalan menjadi sangat penting agar pembangunan infra-
struktur jalan dapat terus dilaksanakan secara efisien dan merata.
Perbedaan jenis campuran beraspal salah satunya dicirikan dengan perbe-
daan persyaratan tekniknya. Penentuan persyaratan teknik yang ditetapkan di In-
doensia kadang kala tidak selalu sama persis dengan kelaziman persyaratan teknik
internasional. Hal tersebut disebabkan faktor karakteristik bahan lokal dan kondisi
iklim. Bahan jalan yang terutama sangat dipengaruhi oleh geografisnya adalah
agregat.
19 mm 12 mm 9 mm 6 nim Satuan
Agregat 50–65 65–80 100–125 200–250 m2/m3
Aspal AC 85/100 2,4–1,8 1,9–1,6 1,2–1,0 1,0–0,8 lt/m2
12 mm 10 mm 7,5 mm Satuan
Agregat 40 60 80 m2/m3
Aspal cair RC 1,5 sampai 1,7 liter/m2
Aspal yang digunakan pada ATBL biasanya aspal keras penetrasi 80 – 100
dengan kandungan efektif minimum yang diperlukan sekitar 5,5 %. Gradasi agre-
gat yang ditetapkan untuk jenis campuran beraspal ATBL adalah :
Saringan (mm) % Lolos (berdasarkan berat)
19,00 100
13,00 98–100
9,50 52–100
4,75 47–57
2,36 42–56
0,60 13–54
0,15 4–31
1.9 Beton
Kelas beton yang terkait dengan konstruksi jalan dan jembatan adalah :
K 350 }: Lantai kendaraan, beton pratekan, bagian-bagian pokok
K 275 }: struktur beton bertulang (kolom, pilar, kepala jembatan,
K 225 }: gorong- gorong dan tembok penahan).
K 125 : Beton massa kepala jembatan.
4) Rangkuman
1) Pemillhan jenis campuran kerja dipengaruhi oleh perbedaan fungsional kon-
struksi jalan dan ketersediaan bahan. Pemillhan jenis campuran yang sesuai
bermanfaat untuk memperoleh optimasi antara hasil kerja dan biaya yang
dikeluarkan.
2) Jenis campuran kerja memiliki persyaratan teknik yang sesuai. Persyaratan
teknik untuk campuran kerja aspal atau beton di Indonesia tidak persis sama
dengan persyaratan teknik di negara lain. Hal tersebut disebabkan adanya
pertimbangan-pertimbangan optimasi bahan lokal.
3) Beberapa jenis campuran beraspal yang lazim digunakan di Indonesia adalah
lapis perekat, burtu, burda, ATBL, latasir, lataston, aspal beton campuran
dingin.
4) Beberapa jenis beton yang terkait dengan konstruksi jalan dan jembatan ada-
lah beton K 350, K 275, K 225 dan K 125.