A. PENDAHULUAN
1. Deskripsi Singkat
Bab ini menjelaskan perihal pengantar perihal urgensi perhitungan struktur
perkerasan jalan, prosedur perhitungan metode Bina Marga dan contoh soal perhi-
tungan.
2. Relevansi
Perhitungan struktur jalan beton memerlukan pemahaman karakteristik
material dan beban yang bekerja di atas permukaan jalan. Oleh karena itu maka
Bab VIII ini berkaitan erat dengan bab-bab sebelumnya dan berkaitan juga
dengan kerusakan-kerusakan Jalan.
B. PENYAJIAN
1. Pengantar
Pada dasarnya urgensi perhitungan struktur perkerasan jalan beton pada
sistem perencanaan jalan sama dengan urgensi perhitungan struktur perkerasan
aspal/lentur, yaitu untuk memperhitungkan biaya konstruksi. Perbedaanya teruta-
ma terletak pada kelaziman bahwa konstruksi jalan beton tidak memerlukan over-
lay atau pelapisan ulang. Hal tersebut disebabkan pada umumnya umur rencana
konstruksi jalan beton biasanya diasumsikan mencapai sedikitnya 20 tahun se-
hingga tergolong sangat lama. Selain itu, sasaran perhitungan struktur jalan beton
adalah menghasilkan tebal pelat betonnya, sedangkan tebal lapis pondasi tidak
dihitung secara struktural dan hanya ditentukan sesuai kebutuhan pembentukan
lapis perata dan lapis lantai kerja saja terhadap operasional alat-alat berat kon-
struksi.
Prosedur penentuan tebal perkerasan kaku yang akan diuraikan di sini ber-
dasarkan buku PETUNJUK PERENCANAAN PERKERASAN KAKU (RIGID
PAVEMENT), STANDAR KONSTRUKSI BANGUNAN INDONESIA (SKIII.
2.3.28.1988) yang juga didasarkan atas pedoman yang dikembangkan oleh
NAASRA(Interim Guide to, Pavement Thickness Design 1979) denganbeberapa
penyesuaian yang dipandang memenuhi kondisi di Indonesia.
2. Dasar-dasar Perencanaan
Dalam perencanaan perkerasan kaku, tebal pelat beton dihitung agar
mampu memikul tegangan yang ditimbulkan oleh :
a. beban roda kendaraan,
b. perubahan suhu dan kadar air,
c. perubahan volume pada lapisan di bawahnya.
Dalam perencanaan tebal pelat beton diterapkan prinsip kelelahan (fa-
tigue), di mana dianggap bahwa apabila perbandingan tegangan yang terjadi pada
beton akibat beban roda terhadap kuat lentur beton (modulus of rapture, MR)
menurun, maka jumlah repetisi pembebanan sampai runtuh (failure)akan mening-
kat. Apabila perbandingan tegangan tersebut sangat rendah, maka beton akan
mampu memikul repetisi tegangan yang tidak terbatas tanpa kehilangan
kekuatannya. Sebaliknya, apabila perbandingan tegangan yang terjadi tinggi, bet-
on hanya akan mampu memikul repetisi tegangan yang sangat terbatas sebelum
beton tersebut runtuh. Beban lalulintas yang akan dipikul oleh pelat beton dinya-
takan dalam konfigurasi dan besarnya beban sumbu.
Untuk menghitung tebal pelat beton dipakai 3 parameter :
1) Kekuatan tanah dasar yang dinyatakan dalam Modulus Reaksi tanah Dasar (k)
yang diperoleh melalui pengujian ‘Plate Hearing’.
2) Tebal danjenis~pondasi bawah (apabila ada).
3) Kekuatan beton dinyatakan dalam kuat tarik lentur (Modulus of Rupture,
MR), yang diperolehdari pengujian kuat lentur THIRD-POINT LOADING.
7) Bahu
Bahu biasanya dibuat dari bahan lapis pondasi lentur atau bahan lapis pondasi
distabilisasi yang kemudian ditutup dengan lapis bahan beraspal. Perbedaan
kekuatan antara bahu dengan jalur lalulintas akan menimbulkan persoalan pa-
da sambungan (antara bahu dengan pelat) apabila sebagian roda kendaraan be-
rat menginjak bahu. Hal tersebut bisa diatasi antara lain dengan cara :
a) Membuat bahu dari pelat beton dan mengikatkannya pada pelat perkera-
san.
b) Mempertebal tepi pelat dan menggunakan kerb monolit.
Gambar 8.1 Hubungan antara CBR Tanah dengan k
Gambar 8.2. Grafik untuk Menentukan k Gabungan
8) Kekuatan beton
Tegangan kritis dalam perkerasan beton semen terjadi sebagai akibat melen-
turnya perkerasan (pelat beton) tersebut, sehingga kekuatan lentur beton (flex-
ural strength) lebih cocok dalam perencanaan.
Repetisi yang akan terjadi = JSKNH × persentase beban sumbu × koef distri-
busi jalur
Tabel 8.2. Koefisien Distribusi Jalur
Kendaraan Niaga
Jumlah Jalur
1 arah 2 arah
1 Jalur 1 1
2 Jalur 0,70 0,50
3 Jalur 0,50 0,475
4 Jalur - 0,45
5 Jalur - 0,425
6 Jalur - 0,40
5) Besarnya beban sumbu rencana dihitung dengan cara mengalikan beban sum-
bu yang ditinjau dengan Faktor Keamanan (FK).
Tabel 8.3. Faktor Keamanan
Peranan Jalan FK
Jalan Toll 1,2
Jalan Arteri 1,1
Jalan Kolektor 1,0
Jalan lokal
Dimana :
As : Luas tulangan yang dibutuhkan (cm/m lebar)
F : koefisien gesekan antara pelat beton dengan lapisan di bawahnya
L : jarak antara sambungan (m)
h : tebal pelat (m)
Fs : tegangan tank baja yang diijinkan (kg/cm2)
2) Perkerasan beton bertulang menerus
a) Tulangan memanjang
( )
( )
dimana :
Ps : persentase tulangan memanjang yang dibutuhkan terhadap penampang
beton
Ft : kuat tarik beton (0,4 - 0,5 MR)
Fy : tegangan leleh rencana baja
n : angka ekivalensi antara baja-beton (Es/Ec)
F : koefisien gesekan antara pelat beton dengan lapisan pondasi
Es : Modulus elastisitas baja
Ec : Modulus elastisitas beton
Persentase minimum = 0,6 % dari luas penampang
b) Tulangan melintang
Tabel 8.5. Koefisien Gesekan antara Pelat Beton dengan Lapis Pondasi Bawah
Jenis pondasi Faktor Gesekan (F)
Burtu, Lapen dan konstruksi sejenis 2,2
Aspal beton, Lataston 1,8
Stabilisasi kapur 1,8
Stabilisasi aspal 1,8
Jenis pondasi Faktor Gesekan (F)
Stabilisasi semen 1,8
Koral 1,5
Batu pecah
Sirtu 1,2
Tanah 0,9
8. Rangkuman
1) Urgensi perhitungan pelat beton pada struktur adalah sebagai salah komponen
penentu biaya proyek.
2) Perhitungan struktur jalan beton diarahkan untuk menghasilkan ketebalan
pelat beton, sedangkan ketebalan pondasi ditentukan lebih dulu untuk memen-
uhi fungsi perataan dan lantai kerja selama pelaksanaan konstruksi.
3) Tegangan-tegangan yang diperhitungkan dalam perhitungan struktur beton
adalah :
a) beban roda kendaraan yang dinyatakan dalam konfigurasi dan besarnya
beban sumbu,
b) perubahan suhu dan kadar air,
c) perubahan volume pada lapisan di bawahnya
Prinsip utama perencanaan tebal pelat beton adalah prinsip kelelahan (fatigue),
di mana dianggap bahwa apabila perbandingan tegangan yang terjadi pada
beton akibat beban roda terhadap kuat lentur beton (modulus of rapture, MR)
menurun, maka jumlah repetisi pembebanan sampai runtuh (failure)akan
meningkat. Apabila perbandingan tegangan tersebut sangat rendah, maka bet-
on akan mampu memikul repetisi tegangan yang tidak terbatas tanpa ke-
hilangan kekuatannya. Sebaliknya, apabila perbandingan tegangan yang ter-
jadi tinggi, beton hanya akan mampu memikul repetisi tegangan yang sangat
terbatas sebelum beton tersebut runtuh.
4) Jenis parameter tanah yang digunakan untuk perencanaan adalah :
a) Kekuatan tanah dasar yang dinyatakan dalam Modulus Reaksi Tanah Dasar
(k) yang diperoleh melalui pengujian ‘Plate Hearing’.
b) Tebal dan jenis~pondasi bawah (apabila ada).
c) Kekuatan beton dinyatakan dalam kuat tarik lentur (Modulus of Rupture,
MR), yang diperolehdari pengujian kuat lentur THIRD-POINT WADING.