Anda di halaman 1dari 18

BAB I

PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG
Sistem lakrimal terdiri dari dua bagian, yaitu sistem sekresi yang
berupakelenjar lakrimal dan sistem ekskresi yang terdiri dari punctum
lakrimal,kanalikuli lakrimal, sakus lakrimal, duktus nasolakrimal, dan meatus
inferior.
Sistem eksresi lakrimal cenderung mudah terjadi infeksi dan inflamasi
karena berbagai sebab. Membran mukosa pada saluran ini terdiri dari dua
permukaanyang saling bersinggungan, yaitu mukosa konjungtiva dan mukosa
nasal, di mana pada keadaan normal pun sudah terdapat koloni bakteri. Tujuan
fungsional darisistem ekskresi lakrimal adalah mengalirkan air mata dari
kelenjar air matamenuju ke cavum nasal. Tersumbatnya aliran air mata secara
patologismenyebabkan terjadinya peradangan pada sakus lakrimal yang biasa
disebutdengan dakriosistitis.
Dakriosistitis dapat berlangsung secara akut maupun kronis.
Dakriosistitisakut ditandai dengan nyeri yang muncul secara tiba-tiba dan
kemerahan padaregio kantus medial, sedangkan pada inflamasi maupun infeksi
kronis dari sakuslakrimal ditandai dengan adanya epifora, yaitu rasa nyeri yang
hebat di bagiansakus lakrimal dan disertai dengan demam. Selain dakriosistitis
akut dan kronis,ada juga dakriosistitis kongenital yang merupakan bentuk
khusus daridakriosistitis. Patofisiologinya berhubungan erat dengan proses
embriogenesisdari sistem eksresi lakrimal.
Dakriosistitis umumnya terjadi pada dua kategori usia, yaitu anak-anak
dan orang dewasa di atas 40 tahun dengan puncak insidensi pada usia 60
hingga70 tahun. Dakriosistitis pada bayi yang baru lahir jarang terjadi, hanya
sekitar 1%dari jumlah kelahiran yang ada. Kebanyakan penelitian menyebutkan
bahwasekitar 70-83% kasus dakriosistitis dialami oleh wanita, sedangkan
padadakriosistitis kongenital jumlahnya hampir sama antara laki-laki dan
perempuan

1
B. RUMUSAN MASALAH
Berdasarakan latar belakang diatas adapun rumusan masalah adalah
sebagai berikut :
1. Apa konsep dasar penyakit gangguan lakrimal ?
2. Apa konsep dasar Asuhan Keperawatan Gangguan Lakrimal ?

C. TUJUAN
1. Untuk mengetahui dan memahami konsep dasar penyakit gangguan
Lakrimal.
2. Untuk mengetahui dan memahami Asuhan Keperawatan Gangguan
Lakrimal.

D. MANFAAT
Menambah wawasan mengenai ilmu kedokteran pada umumnya dan
ilmu penyakit mata pada khususnya. .Sebagai proses pembelajaran bagi dokter
muda yang sedang mengikuti kepaniteraan klinik bagian ilmu penyakit mata.

2
BAB II

PEMBAHASAN

A. KONSEP DASAR PENYAKIT


1. DEFINISI
a. DAKRIOSISTITIS
Sistem eksresi air mata mudah mengalami infeksi dan
peradangan yang disebabkan oleh berbagai factor. Tujuan fungsional
dari system eksresi air mata adalah untuk mengalirkan air mata dari
mata ke dalam kavum nasal. Adanya hambatan air mata yang
patologis pada system drainase air mata dapat menyebabkan
terjadinya dakriosistitis.
Dakriosistitis adalah suatu infeksi pada kantong air mata yang
terletak di antara sudut bagian dalam kelopak mata dengan hidung.
Dakriosistitis biasanya disebabkan oleh karena adanya blockade
pada saluran yang mengalirkan air mata dari kantong air mata ke
hidung. Duktus yang terhalang menjadi terinfeksi. Dakriosistitis dapat
berupa akut maupun kronik. Hal ini dapat dihubungkan dengan suatu
malformasi pada duktus lakrimalis, luka, infeksi pada mata,maupun
trauma.
Dakriosistitis akut ditandai dengan gejala mendadak berupa nyeri
dan kemerahan pada daerah kantus medialis. Adanya epifora
merupakan karakteristik pada peradangan kronik pada duktus
lakrimalis.
2. EPIDEMIOLOGI
Infeksi pada sakus lakrimalis umumnya ditemukan pad 2 katagori
usia pada infant dan orang dewasa yang berusia lebih dari 40 tahun.
Daktriostitisnakut pada bayi baru lahir jarang ditemukan terjadi pada
kurang dari 1% dari semua kelahiran. Dakriostistis didapat secara primer
terjadi pada wanita dan lebih sering pada pasien dengan usie diatas 40
tahun, dengan puncek insidensi pada usia 60-70 th. Kebanyakan
penelitian mendemostrasikan sekitar 70-83% kasus daktriosititis terjadi
3
pada wanita, sementara itu Dektriosititis congenital memiliki frekuensi
yang sama pada pria dan wanita.
Pada individu dengan kepala terbentuk brachycepalic memiliki
insden tinggi yang tinggi mengalami dekriosititis dibandingkan dengan
individu dolicepalic/ mesosepalic. Hal ini disebabkan pada tengkorak
berbentuk brachycepalic memiliki diameter lubang yang lebih sempit
kedalam duktus nasolakrimalis , duktus nasolakrimalis lebih panjang dan
fosa lakrimalis yang lebih sempit. Pada pasien dengan hidung pesek dan
muka kecil memiliki resiko lebih tinggi mengalami dakriosistitis di duga
karena kanalis osseus yang lebih sempit.

3. ETIOLOGI
Penyebab dakriosistitis adalah penyumbatan yang terjadi pada
duktus nasolakrimalis yaitu saluran yang mengalirkan air mata ke
hidung. Faktor alergilah yang menyebabkan terjadinya sumbatan pada
saluran tersebut. Akibatnya adalah infeksi di sekitar kantung air mata
yang menimbulkan nyeri, warna merah dan bengkak, bahkan bisa
sampai mengeluarkan nanah dan penderita mengalami demam. Infeksi
yang ringan biasanya akan cepat sembuh walau tetap ada
pembengkakan. Sementara yang tergolong parah dapat menyebabkan
kemerahan dan penebalan di atas kantung air mata. Jika terus berlanjut
akan terbentuk kantung nanah. Pada Dakriosistitis Kongenital, kanalisasi
yang tidak lengkap dari duktus nasolakrimalis memiliki peran yang
penting dari pathogenesis yang terjadi. Infeksi neonatal merupakan
faktor penting lainnya dari perkembangan Dakriosistitis Kongenital.
Bakteri aerob dan non aerob bisa didapatkan pada kultur dari
anak-anak dan orang dewasa dengan Dakriosistitis. Organisme yang
umumnya didapatkan pada anak-anak dengan Dakriosistitis adalah
Staphylococcus Aureus, Haemophilus Influenzae, Beta Hemolitik
Streptokokkus, dan pneumokokkus.
Obstruksi dari bagian bawah duktus nasolakrimalis seringkali
ditemukan pada orang dewasa yang terkena Dakriosistitis. Karena
hubungan yang erat antara duktus nasolakrimalis dengan hidung dan

4
sinus paranasal, struktus ini seringkali berhubungan dengan etiologi
terjadinya Dakriosistitis. Beberapa penyakit hidung yang bisa
menyebabkan terjadinya Dakrisistitis antara lain Sinusitis (maksilaris,
ethmoidalis), Rinitis Vasomotor, Rinitis Hipertrofi, Rinitis Ozaena, trauma
hidung, tumor cavum nasi, dan masih banyak lainnya.

4. FAKTOR PREDISPOSISI
a. Lingkungan yang kurang bersih
b. Trauma
c. Demam
d. Iritasi

5. PATOFISIOLOGI
Awal terjadinya peradangan pada sakus lakrimalis adalah adanya
obstruksi pada duktus naso lakrimalis. Obstruksi duktus nasolakrimalis
pada anak-anak biasanya akibat tidak terbukanya membrane
nasolakrimalis . sedangkan pada orang dewasa akibat adanya
penekanan pada salurannya misalnya ada polip hidung.
Obstruksi pada duktus nasolakrimalis ini dapat menimbulkan
penumpukan air mata debrisepitel dan cairan mucus sakus lakrimalis
yang merupakan media pertumbuhan yang baik untuk pertumbuhan
bakteri . Ada 3 tahapan terbentuknya secret pada dekriosititis. Antara
lain; tahap obstruksif pada sakus lakrimalis, sehingga yang keluar adalah
air mata yang berlebihan. Kemudian ada tahap infeksi ; tahap ini yang
keluar adalah cairan yang bersifat mucus mukopurlent atau purulent
tergantung pada organism penyebabnya. Yang terakhir adalah tahap
sikatrik ; pda tahap ini sudah tidak ada regurgitasi air mata maupun
pulsagi. Itu karena secret yang terbentuk tertahan di dalam sakus
sehingga membentuk suatu kista
Sistem sekresi air mata atau lakrimal terletak di daerah temporal
bola mata. Sistem eksresi mulai pada punctum lakrimal, kanalikuli
lakrimal, sakus lakrimal, duktus nasolakrimal, meatus inferior.

5
Sistem lakrimal terdiri atas dua bagian, yaitu: 6Sistem produksi
atau glandula lakrimal. Glandula lakrimal terletak di temporo antero
superior rongga orbita. Sistem eksresi, yang terdiri atas punctum
lakrimal, kanalikuli lakrimal, sakus lakrimal, dan duktus nasolakrimal.
Sakus lakrimal terletak di bagian depan rongga orbita. Air mata dari
duktus lakrimal akan mengalir ke dalam rongga hidung di dalam meatus
inferior.
Film air mata sangat berguna untuk kesehatan mata. Air mata akan
masuk ke dalam sakus lakrimal melalui punctum lakrimal. Bila punctum
lakrimal tidak menyinggung bola mata, maka air mata akan keluar
melalui margo palpebra yang disebut epifora. Epifora juga akan terjadi
akibat pengeluaran air mata yang Berlebihan dari kelenjar lakrimal.
Untuk melihat adanya sumbatan pada duktus nasolakrimal, maka
sebaiknya dilakukan penekanan pada sakus lakrimal. Bila terdapat
penyumbatan yang disertai Dakriosistitis, maka cairan berlendir kental
akan keluar melalui punctum lakrimal.Infeksi menyebabkan nyeri di
daerah sekitar kantong air mata yang tampak merah dan membengkak.
Mata menjadi merah dan berair serta mengeluarkan nanah.
Jika kantong air mata ditekan secara perlahan, akan keluar nanah
dari lubang di sudut mata sebelah dalam (dekat hidung). Penderita juga
mengalami demam. Jika infeksi yang ringan atau berulang berlangsung
lama maka sebagian besar gejala mungkin menghilang hanya
pembengkakan ringan yang menetap. Kadang infeksi menyebabkan
tertahannya air mata di dalam kantong air mata sehingga terbentuk
kantong yang berisi cairan (mukokel di bawah kulit. Infeksi berulang bisa
menyebabkan penebalan dan kemerahan diatas kantong air mata. Bisa
terbentuk kantong nanah (abses) yang kemudian pecah dan
mengeluarkan nanahnya.

6
Pathway

Alergi

Staphylococcus aureus, haemophilus


Bakteri aerob / anaerob influenza beta hemolitik streptokokus,
pneumokokus

Kurang informasi Dakriosistitis

Infeksi
Kurang
pengetahuan

Peningkatan
PP suhu Penebalan di atas Oedem iritasi Kemerahan
tubuh kantung air mata

Demam Kantong nanah


Bengkak

Hipertermi Nyeri akut Gangguan Ggn. Penglihatan


integritas kulit

Intoleransi
aktivitas

7
6. GAMBARAN KLINIK
Dakriosistitis dapat terjadi dalam 3 bentuk, yaitu : akut, kronik dan
congenital. Gejala utama dakriosistitis adalah mata berair dan kotoran
mata berlebih. Pada dakriosistitis berbentuk akut, di daerah sakkus
lakrimalis terdapat gejala radang, sakit, bengkak , nyeri tekan. Materi
purulen dapat diperas dari sakkus. Peradangan berupa pembengkakan,
merah dan nyeri , biasanya disertai dengan pembengkakan kelenjar pre
aurikuler, submandibuler dan disertai peningkatan suhu tubuh. Kadang-
kadang kelopak mata dan daerah sisi hidung membengkak. ada stadium
lanjut dapat terjadi komplikasi berupa fistula. Pada dakriosistitis kronik ,
tanda satu-satunya adalah keluar air mata berlebih.

7. PEMERIKSAAN FISIK
Untuk menentukan adanya gangguan pada system eksresi air
mata dilakukan :
a. Inspeksi pada posisi punctum
b. Palpasi daerah sakkus lakrimal, apakah mengeluarkan cairan
bercampur nanah
c. Irigasi melalui punctum dan kanalikuli lakrimal, bila cairan mencapai
rongga hidung , maka system eksresi berfungsi baik (tes anel).
d. Probing yaitu memasukkan probe Bowman melalui jalur anatomic
system eksresi lakrimal. tindakan probing didahului oleh dilatasi
pungtum dengan dilatators.

a b
Gambar : Pertama punctum dilatasi dengan memutar suatu probe
berbentuk kerucut, kemudian dibilas dengan larutan salin fisiologis
Dikutip dari kepustakaan 7

8
8. PEMERIKSAAN DIAGNOSTIK
a. Pemeriksaan Radiologi
b. Pemeriksaan Laboraturium
c. Dll.
9. THERAPY
Pencegahan dapat dilakukan dengan melakukan higienitas pada
palpebra ,termasuk melakukan kompres air hangat dan membersihkan
silia. Selain itu, higienitas nasal dengan spray salin dapat mencegah
obstruksi aliran lakrimal bagian distaldan berikan :
a. Antibiotik tetes topical seperti trimetorim/polymixin
b. Kompres air hangat dan massase di bawah area kantung
c. Pemberian analgesic seperti acetaminophen bila perlu
d. Insisi dan drainase pada abses
e. Koreksi dengan pembedahan dapat dipertimbangkan berupa
dacryocystorhinostomy setelah episode akut sembuh, khususnya
pada pasien dengan dakriosistitis kronik.

10. PENATALAKSANAAN
Penatalaksanaan dakriosistitis tergantung pada manifestasi klinik
penyakit. Antibiotic sistemik dengan regimen sebagai berikut :
a. Anak-anak
Pasien tidak demam, keadaan umum baik, kasus ringan, diberikan
amoxicillin/clavulanate 20-40mg/kg/hari peroral yang dibagi dalam
tiga dosis.
Pasien demam, akut, kasus sedang hingga berat dirawat di rumah
sakit dan diterapi dengan cefuroxime 50-100 mg/kg/hari iv dalam 3
dosis.
b. Dewasa
Pasien tidak demam, keadaan umum baik, kasus ringan diberikan
cephalexin 500 mg peroral tiap 6 jam.Terapi alternative berupa
amoxicillin /clavulanate 500 mg peroral tiap 8 jam pasien demam dan
akut dirawat di rumah sakit dengan penanganan cefazolin 1gr iv tiap
8 jam.Terapi antibiotic diberikan berdasarkan respon klinik dan hasil

9
kultur dan sensitivitas. Antibiotik intravena dapat diganti dengan
antibiotic oral dengan dosis yang sebanding tergantung dari tingkat
perbaikan, tetapi terapi antibiotic harus tetap dilakukan selama 10-14
hari.

11. KOMPLIKASI
Dakriosistorinostomi bila dilakukan dengan baik merupakan
prosedur yang cukup aman dan efektif. Namun, seperti pada semua
prosedur pembedahan, komplikasi berat dapat terjadi. Perdarahan
merupakan komplikasi tersering dan dilaporkan terjadi pada 3% pasien.
Selain itu, infeksi juga merupakan komplikasi serius dakriosistorinostomi.
Beberapa ahli menyarankan pemberian antibiotic drop spray pada
hidung setelah pembedahan.
Kegagalan dakriosistorinostomi paling sering disebabkan oleh
osteotomi atau penutupan fibrosa pada pembedahan ostium yang tidak
adekuat. Kebanyakan kasus kemudian diterapi dengan dilatasi ostium
menggunakan probing Bowman berturut-turut.

10
KONSEP DASAR ASUHAN KEPERAWATAN

A. PENGKAJIAN
1. Identitas
2. Status Kesehatan
a. Status kesehatan saat ini
b. Status kesehatan masa lalu
3. Pola kebutuhan dasar (Data Bio-Psiko-Sosio-Kultural-Spiritual)
a. Pola Bernafas
b. Pola Makan dan Minum
c. Pola Eliminasi
d. Pola Gerak dan Aktivitas
e. Pola Istirahat dan Tidur
f. Pola Kebersihan Diri
g. Pola Pengaturan Suhu Tubuh
h. Pola Rasa Nyaman
i. Pola Rasa Aman
j. Pola Sosialisasi
k. Pola Ibadah
l. Pola Rekreasi
m. Pola Produktivitas
n. Kebutuhan Belajar
4. Pengkajian Fisik
a. Keadaan Umum
b. Tanda-tanda vital
c. Keadaan Fisik
1) Inspeksi pada posisi punctum
2) Palpasi daerah sakkus lakrimal, apakah mengeluarkan cairan
bercampur nanah.
3) Irigasi melalui punctum dan kanalikuli lakrimal, bila cairan
mencapai rongga hidung, maka system eksresi berfungsi baik
(tes anel)

11
4) Probing yaitu memasukkan probe Bowman melalui jalur
anatomic system eksresi lakrimal.
d. Pemeriksaan Penunjang
e. Pemeriksaan Laboratorium
f. Pemeriksaan Radiologi

B. Diagnosa keperawatan
1. Nyeri berhubungan dengan proses inflamasi ditandai dengan oedem.
2. Hipertermi berhubungan dengan proses infeksi ditandai dengan
peningkatan suhu tubuh.
3. Kerusakan integritas kulit berhubungan dengan perubahan kondisi
metabolik kulit ditandai dengan kerusakan lapisan kulit (dermis).
4. Intoleransi aktivitas berhubungan dengan kelemahan pada penglihatan
ditandai dengan tidak mampu mobilisasi sendiri.
5. Kurang pengetahuan berhubungan dengan kurangnya informasi ditandai
dengan pasien bertanya-tanya.

12
III. RENCANA TINDAKAN KEPERAWATAN

No. Rencana Keperawatan


Dx Tujuan dan Kriteria Hasil Intervensi Rasional
1 Setelah diberikan Askep 1. Kaji skala nyeri 1. Mengetahui tingkat nyeri
selama 3x24 jam 2. Beri Kompres air pada pasien
diharapkan nyeri akut hangat 2. Mengurangi nyeri,
akibat inflamasi pada 3. Ajarkan tehnik mempercepat penyembuhan,
mata berkurang dengan relaksasi membersihkan mata
k.h : 4. Kolaborasi 3. Mengurangi rasa nyeri
-Ekspresi wajah klien Pemberian analgetik 4. Memberikan individu pereda
tampak tenang/tidak rasa nyeri yang optimal dengan
gelisah analgesik dapat menurunkan
-Dan pasien tidak tampak rasa nyeri
meringis kesakitan lagi.

2 Setelah diberikan Askep 1.Kaji suhu pasien 1. Mengetahui perubahan suhu


selama 3x24 jam 2. Beri kompres air yang terjadi pada pasien
diharapkan peningkatan hangat 2. Menurunkan suhu pada
suhu tubuh akibat 3. Anjurkan pasien psien
penyakit atau trauma menggunakan 3. Mengurangi peningkatan
berkurang dengan k.h : pakaian tipis suhu tubuh dan memperlancar
Kulit tidak memerah dan 4. Kolaborasi dalam sirkulasi udara dalam tubuh
panas tubuh mulai turun pemberian 4. Membantu menurunkan
paracetamol panas

13
3 Setelah diberikan Askep 1.Observasi keadaan 1. Mengetahui keadaan kulit
selama 3x24 jam kulit pasien
diharapkan Kerusakan 2. Berikan perawatan 2. Terlalu kering atau lembab
integritas kulit akibat kulit sering untuk dapat merusak kulit dan
perubahan kondisi meminimalkan mempercepat kerusakannya
metabolik kulit berkurang dengan kelembapan 3. Mencegah terjadinya iritasi
dengan k.h : dan tidak ada infeksi 4. merujuk pada faktor
Kerusakan lapisan kulit lagi predisposisi
(dermis) mulai berkurang- 3. Anjurkan pasien
sembuh untuk melakukan
perawatan kulit mata
dan kebersihan mata
4. Kolaborasi dalam
pemberian axyclofir
4 Setelah diberikan Askep 1. bantu klien 1. memenuhi kebutuhan
selama 3x24 jam melakukan aktivitas aktivitas klien.
diharapkan klien dapat yang tidak dapat
beraktivitas secara dilakukan.
mandiri. 2. latih klien dalam 2. agar klien dapat melakukan
Dengan k.h : Kebutuhan melakukan aktivitas aktivitas yang sederhana
aktivitas klien terpenuhi. sesuai kemampuan. secara mandiri.

5 Setelah diberikan Askep 1.Kaji sejauh mana 1. Mengetahui tingkat


selama 2x12 jam tingkat pengetahuan pengetahuan pasien
diharapkan pengetahuan pasien tentang 2. Memberikan kesempatan
tentang penyakit penanggulangan pada klien untuk mencakup
meningkat dengan k.h : penyakitnya informasi yang lebih luas
Pasien mulai mengetahui 2. Beri pendidikan 3. Menggunakn metode belajar
dan memahami tentang kesehatan tentang yang bermacam-macam
penyakit yang diderita dan penyakit dan meningkatkan penyerapan
mengetahui cara perawatan klien materi
penanggulangannya.

14
3. Beri informasi
dalam bentuk belajar
yang bervariasi

IV. IMPLEMENTASI KEPERAWATAN

Implementasi keperawatan sesuai dengan intervensi keperawatan.

V. EVALUASI KEPERAWATAN

No Evaluasi
Dx
1 Ekspresi wajah klien tampak tenang/tidak gelisah
-Dan pasien tidak tampak meringis kesakitan lagi.

2 Kulit tidak memerah


panas tubuh mulai turun

3 Kerusakan lapisan kulit (dermis) mulai berkurang-sembuh

4 Kebutuhan aktivitas klien terpenuhi.

5 Pasien mulai mengetahui dan memahami tentang penyakit yang diderita dan
mengetahui cara penanggulangannya

15
BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan
Dakriosistitis adalah suatu infeksi pada kantong air mata (sakus
lakrimalis). Dakriosistitis terbagi atas akut dan kronik. Bentuk spesial dari
inflamasi pada saccus lacrimalis adalah Dakriosistitis Kongenital, dimana
patofisiologinya terkait erat dengan embryogenesis sistem eksresi lakrimal.
Pada orang dewasa, perempuan lebih sering terkena dakriosistitis. Umumnya
dakriosistitis mengenai umur lebih dari 40 tahun, dan tertinggi pada usia 60-70
tahun.
Pada Dakriosistitis Kongenital, kanalisasi yang tidak lengkap dari duktus
nasolakrimalis memiliki peran yang penting dari pathogenesis yang terjadi.
Obstruksi dari bagian bawah duktus nasolakrimalis seringkali ditemukan pada
orang dewasa yang terkena Dakriosistitis. Bakteri aerob dan non aerob bisa
didapatkan pada kultur dari anak-anak dan orang dewasa dengan Dakriosistitis.
Infeksi menyebabkan nyeri di daerah sekitar kantong air mata yang
tampak merah dan membengkak. Mata menjadi merah dan berair serta
mengeluarkan nanah.
Penderita juga mengalami demam. Jika infeksi yang ringan atau berulang
berlangsung lama maka sebagian besar gejala mungkin menghilang hanya
pembengkakan ringan yang menetap.
Dakriosistitis akut biasanya berespons terhadap antibiotika sistemik
yang memadai, dan bentuk menahun sering dapat dipertahankan agar laten
dengan tetesan antibiotika. Kompres dengan menggunakan desinfektan juga
berpengaruh positif terhadap gangguan klinis. Meskipun begitu, menghilangkan
obstruksi adalah penyembuhan satu-satunya.

16
DAFTAR PUSTAKA

Brunner and Suddarth. 2002. Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah. Edisi 8. Vol 2.
Jakarta : EGC

Ilyas Sidarta. Ilmu Penyakit Mata. Edisi 3. Jakarta: Balai Penerbit FKUI; 2008. P.2, P.
89-104, P.105-6

James B.; Chew, C. Bron, A. eds. Oftalmologi. Edisi 9. Jakarta: Erlangga; 2006. P. 60

ASUHAN KEPERAWATAN DENGAN

17
GANGGUAN SISTEM LAKRIMAL (DAKROSISTITIS)

Oleh ;

PROGRAM STUDI S1 KEPERAWATAN

STIKES WIRA MEDIKA PPNI BALI

2016

18

Anda mungkin juga menyukai