Anda di halaman 1dari 7

MANAJEMEN TERPADU BALITA SAKIT (MTBS)

MANAJEMEN TERPATU BALITA SAKIT UMUR 2 BULAN - 5 TAHUN

A. PENGERTIAN
Manajemen Terpadu Balita Sakit merupakan suatu bentuk pengelolaan balita yang
mengalami sakit, yang bertujuan untuk meningkatkan derajat kesehatan anak serta
kualitas pelayanan kesehatan anak.
Manajemen terpadu balita sakit umur 2 bulan – 5 tahun adalah pelaksanaan
manajemen terpadu balita sakit pada umur 2 bulan – 5 tahun.
Bentuk manajemen ini dilaksanakan secara terpadu. Dikatakan terpadu karena
bentuk pengelolaannya dilaksanakan secara bersama dan penanganan kasus tidak
terpisah-pisah yang meliputi manajemen anak sakit, pemberian nutrisi, pemberian
imunisasi, pencegahan penyakit, serta promosi untuk tumbuh kembang.

B. PENILAIAN TANDA DAN GEJALA


Pada penilaian tanda dan gejala, yang dinilai adalah ada atau tidaknya tanda bahaya
umum.
 Penilaian pertama, Keluhan batuk atau sukar bernafas, tanda bahaya umum, tarikan
dinding dada kedalam, stridor, nafas cepat.
 Penilaian kedua, keluhan dan tanda adanya diare, seperti letargis atau tidak sadar, mata
cekung, tidak bisa minum atau malas makan, turgor jelek, gelisah, rewel, haus atau banyak
minum, adanya darah dalam tinja.
 Penilaian ketiga, tanda demam, disertai dengan adanya tanda bahaya umum, kaku kuduk,
dan adanya infeksi local seperti kekeruhan pada kornea mata, luka pada mulut, mata
bernanah, adanya tanda pre syock seperti nadi lemah ekstremitas dingin muntah darah,
berak hitam, perdarahan hidung, nyeri ulu hati, dan lain-lain.
 Penilaian keempat, tanda masalah telinga seperti nyeri pada telinga, adanya
pembengkakan, dan lain-lain.
 Penilaian kelima, tanda status gizi seperti badan kelihatan bertambah kurus, bengkak pada
kedua kaki, telapak tangan pucat, status gizi dibawah garis merah pada pemeriksaan berat
badan menurut umur.

Penentuan Klasifikasi dan Tingkat Kegawatan :


 Klasifikasi Pneumonia
a. Pneumonia berat, apabila adanya tanda bahaya umum, tarikan dinding dada kedalam,
adanya stridor.
b. Pneumonia, apabila ditemukan tanda frekuensi nafasyang sangat cepat.
c. Batuk bukan pneumonia, apabila tidak ada pneumonia dan hanya keluhan batuk.

 Klasifikasi Dehidrasi
a. Dehidrasi berat, apabila ada tanda dan gejala seperti letargis atau tidak sadar, mata
cekung, turgor jelek sekali.
b. Dehidrasi ringan atau sedang, dengan tanda gelisah, rewel, mata cekung, haus, turgor jelek.
c. Diare tampa dehidrasi, apabila tidak cukup adanya tanda dehidrasi.

 Klasifikasi Diare Persisten


a. Diare persisiten berat, diare lebih dari 14 hari dan adanya tanda dehidrasi.
b. Diare persisten, tidak ditemukan adanya tanda dehidrasi.

 Klasifikasi Disentri
Apabila diarenya disertai dengan darah dalam tinja.

 Klasifikasi Risiko Malaria


a. Klasifikasi dengan resiko tinggi :
Klasifikasi penyakit berat dengan demam(suhu 37,5 derajat celcius atau lebih) apabila
ditemukan tanda bahaya umum disertai dengan kaku kuduk.
b. Klasifikasi resiko rendah :
 Klasifikasi penyakit berat dengan demam apabila ada tanda bahaya umum atau kaku kuduk,
 Klasifikasi malaria apabila tidak ditemukan tanda demam atau campak.
 Klasifikasi demam mungkin bukan malaria apabila hanya ditemukan pilek atau adanya
campak.
c. Klasifikasi tampa resiko :
 Klasifikasi Penyakit berat dengan demam apabila ditemukan tanda bahaya umum dan kaku
kuduk.
 Klasifikasi demam bukan malaria apabila tidak ditemukan tanda bahaya umum dan tidak
ada kaku kuduk.

 Klasifikasi Campak
a. Campak dengan komplikasi berat apabila ditemukan adanya tandabahaya umum, terjadi
kekeruhan pada kornea mata, adanya tandaumum campak, adanya batuk, pilek atau mata
merah.
b. Campak dengan komplikasi apabila ditemukan tanda mata bernanah serta luka dimulut.
c. Campak, apabila hanya tanda khas campak yang tidak disertai tanda klasifikasi di atas.

 Klasifikasi DBD (demam kurang dari 7 hari)


a. DBD apabila ditemukan tanda seperti petekie, tanda syock.
b. Mungkin DBD apabila adanya tanda nyeri ulu hati atau gelisah, bintik perdarahan bawah
kulit,dan uji torniqet negatif.
c. Mungkin bukan DBD apabila hanya ada demam.

 Klasifikasi masalah telinga


a. Klasifikasi mastoiditis apabila ditemukan adanya pembengkakan dan nyeri dibelakang
telinga.
b. Infeksi telinga akut apabila adanya cairan atau nanah yang keluar dari telinga dan telah
terjadi kurang dari 14hari serta adanya nyeri telinga.
c. Infeksi telinga kronis apabila ditemukan adanya cairan atau nanah yang keluar dari telinga
dan terjadi 14 hari lebih.
d. Tidak ada infeksi telinga apabila tidak ada ditemukan gejala seperti di atas.
 Klasifikasi status gizi
a. Klasifikasi gizi buruk (anemia berat), apabila BB sangat kurus, adanya bengkak pada kedua
kaki serta pada telapak tangan, ditemukan adanya kepucatan.
b. Klasifikasi bawah garis merah (anemia), apabila ditemukan tanda telapak tangan agak
pucat, BB menurut umur dibawah garis merah.
c. Tidak bawah garis merah dan tidak anemia apabila tidak ada tanda seperti diatas.

C. PENENTUAN TINDAKAN DAN PENGOBATAN


1. Pneumonia
Pengobatan pneumonia berat :
a. Berikan dosis pertama antibiotika
Kotrimoksazol dan amoksilin.
b. Lakukan rujukan segera
 Apabila pneumonia saja berikan antibiotika yang sesuai selam 5 hari, berikan pelega
tenggorokan dan pereda batuk, beri tahu ibu atau keluarga, lakukan kunjungan ulang
setelah 2 hari.
 Apabila batuk bukan pneumonia berikan pelega tenggorokan, beri tahu ibu dan keluarga, dan
lakukan kunjungan ulang setelah 5 hari.

2. Dehidrasi
Pengobatan dehidrasi berat :
a. Berikan cairan intravena secepatnya, berikan oralit, berikan 100 ml/kg RL atau NACL
b. Lakukan monitoring setiap 1-2 jam tentang status dehidrasi, apabila belum membaik
berikan tetesan intravena cepat.
c. Berikan oralit (kurang lebih 5ml/kg/jam) segera setelah anak mau minum.
d. Lakukan monitoring kembali setelah 6 jam pada bayi dan 3 jam pada anak.
e. Anjurkan untuk tetap memberikan ASI

Pengobatan dehidrasi ringan atau sedang :


a. Lakukan pemberian oralit 3 jam pertama.
b. Lakukan monitoring setelah 3 jam pemberian terhadap tingkat dehidrasi.

Pengobatan tampa dehidrasi :


a. Berikan cairan tambahan sebanyak anak mau, dan lakukan pemberian oralit apabila anak
tidak memperoleh ASI eksklusif.
b. Lanjutkan pemberian makan.

3. Diare Persisten
Tindakan ditentukan oleh dehidrasi, kemudian jika ditemukan adanya kolera, maka
pengobatan yang dapat dianurkan adalah pilihan pertama antibiotik kotrimoksazol dan
pilihan kedua adalah tetrasiklin.
4. Disentri
Tindakan pada disentri dapat dilakukan dengan pemberian antibiotik yang sesuai,
misalnya pilihan pertamanya adalah kotrimoksazol dan pilihan keduanya adalah asam
nalidiksat.

5. Risiko Malaria
Penanganan tindakan dan pengobatan pada klasifikasi risiko malaria adalah sebagai
berikut.
1. Pemberian kinin (untuk malaria dengan penyakit berat) secara intramuskukar.
Selanjutnya anjurkan anak tetap berbaring dalam 1 jam dan ulangi suntikan kina pada 4
dan 8 jam kemudian. Selanjutnya 12 jam sampai anak mampu meminum obat malaria
secara oral dan jangan memberikan suntikan kina sampai dengan lebih dari 1 minggu dan
pada risiko rendah jangan berikan pada anak usia kurang dari 4 bulan.
2. Pemberian obat antimalaria oral ( untuk malaria saja) dengan ketentuan dosis sebagai
berikut untuk pilihan antimalaria pertama adalah klorokuin + primakuin dan pilihan kedua
adalah sulfadoksin primetin + primakuin (untuk anak ≥ 12 bulan) dan tablet kina (untuk
anak <12 bulan).
3. Lakukan pengamatan selama 30 menit sesudah pemberian klorokuin dan apabila dalam
waktu tersebut terdapat muntah maka ulangi pemberian klorokuin.
4. Pemberian antibiotik yang sesuai.
5. Mencegah penurunan kadar gula darah.
6. Pemberian parasetamol apabila terjadi demam tinggi (≥ 38,5 derajat celcius).

6. Campak
Pada campak dpat dilkukan tindakan sebagai berikut:
1. Apabila campak dijumpai dengan komplikasi berat, maka tindakannya adalah pemberian
vitamin A, antibiotik yang sesuai, salep mata tetrasiklin, atau kloramfenikol.
2. Apabila dijumpai kekeruhan pada kornea, pemberian parasetamol dianjurkan jika disertai
demma tinggi (38,5 derajat celcius), kemudian apabila campak disertai komplikasi mata
dan mulut ditambahkan dengan pemberian gentian violet, jika hanya campak saja tidak
ditemukan penyakit atau komplikasi lain, maka tindakannya hanya diberikan vitamin A.

7. Demam Berdarah Dengue


Pada demam berdarah dengue, tindakan yang dapat dilakukan antara lain apabila
ditemukan syok, maka segera diberi cairan intravena, pertahankan kadar gula darah. Bila
dijumpai demam tingg , maka berikan parasetamol dan caira atau oralit bila dilakukan
rujukan selama perjalanan.
Ketentuan pemberian cairan pra-rujukan pada demam berdarah.
1. Berikan cairan ringer laktat, jika memungkinkan beri glukosa 5% ke dalam ringer laktat
melalui intravena atau apabila tidak berikan oralit atau cairan per oral selama perjalanan.
2. Apabila tidak ad, berikan cairan NaCl 10-20 ml/kgBB/30menit.
3. Pantau selama setelah 30 menit dan bila nadi teraba, berikan cairan intravena dengan
tetesan 10 ml/kgBB dalam 1 jam. Apabila nadi tidak teraba berikan cairan dengan tetesan
15-20 ml/kgBB dalam 1 jam.

8. Klasifikasi Masalah Telinga


Tindakan dan pengobatan pada klasifikasi masalah telinga dapat dilakukan antara
lain dengan memberikan dosis pertama untuk antibiotik yang sesuai. Parasetamol dapat
diberikan apabila dijumpai demam tinggi, apabila ada ifeksi akut pada telinga, maka
pengobatan sama seperti mastoiditis krnis ditambah dengan mengeringkan telinga dengan
kain penyerap.
9. Klasfikasi Status Gizi
Tindakan yang dapat dilakukan antara lain pemberian vitamin A. Apabila anak
kelihatan sangat kurus dan bengkak pada kedua kaki dan dijumpai adanya anemia, maka
dapat dilakukan pemberian tablet zat besi. Jika berada di daerah risiko tinggi malaria,
dapat diberikan antimalaria oral dan pirantel pamoat hanya diberikan untuk anak usia 4
bulan atau lebih dan belum pernah diberikan dalam 6 bulan terakhir serta hasil
pemeriksaan tinja positif.

Anda mungkin juga menyukai