Asp Regulasi Pemerintah
Asp Regulasi Pemerintah
DISUSUN OLEH:
1. FEZA PARDHANA
2. MEGUEL VICO
3. RESKI JARWONO
4. RUHIL AMANI
5. Zaid Numairy
JURUSAN AKUNTANSI
FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS
UNIVERSITAS RIAU
TA 2018/2019
1
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur penulis ucapkan kepada ALLAH SWT atas limpahan rahmat
dan karunia-Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan makalah yang berjudul
“Pengantar dan Pengenalan Akuntansi Sektor Publik” dengan lancar dan tepat
waktu.
Pembuatan makalah ini bertujuan untuk menyelesaikan tugas mata kuliah
Akuntansi Sektor Publik dari dosen yang bersangkutan agar memenuhi tugas yang
telah ditetapkan, dan juga agar setiap mahasiswa dapat terlatih dalam pembuatan
makalah.
Adapun sumber-sumber dalam pembuatan makalah ini, didapatkan melalui
media buku dan media internet. Tak lupa penulis mengucapkan terima kasih kepada
Ibu Dra. Nur Azlina, M.Si., Ak., CA selaku dosen mata kuliah Akuntansi Sektor Publik,
dan juga kepada teman-teman dan semua pihak yang ikut membantu dalam proses
pembuatan makalah ini.
Penulis berharap makalah ini dapat memberikan manfaat bagi pembaca.
Apabila ada kesalahan dalam penulisan makalah ini, penulis mohon maaf dan
berkenan jika ada kritik maupun saran dari pembaca demi perbaikan menuju arah
yang lebih baik. Sekian dan terima kasih.
Penulis
2
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR..................................................................................................................... 2
BAB 1 PENDAHULUAN
1.1 LATAR BELAKANG ……………………………………………………………………………………………….….4
1.2. RUMUSAN MASALAH……………………………………………………………………………………………...5
1.3 TUJUAN MAKALAH…………………………………………………………………………………………….…...5
BAB 2 PEMBAHASAN
2.1 KERANGKA KONSEPTUAL AKUNTANSI PEMERINTAH .......... ……………………..………..…..6
2.1.1 Tujuan Kerangka Konseptual ............................................................................ 7
2.1.2 Lingkup Akuntansi Pemerintahan ..................................................................... 7
2.1.3 Pengguna dan Kebutuhan Informasi................................................................. 8
2.1.4 Entitas Akuntansi dan Pelaporan ...................................................................... 9
2.1.5 Peranan dan Tujuan Pelaporan Keuangan, Komponen Laporan Keuangan
Serta Dasar Hukum, dsb. ................................................................................................... 9
2.1.6 Asumsi Dasar, Karakteristik Kualitatif yang Menentukan Manfaat Informasi
dalam Laporan Keuangan, Prinsip-Prinsip, serta Kendala Informasi Akuntansi; ............ 13
2.1.7 Unsur-Unsur yang Membentuk Laporan Keuangan, Pengakuan, dan
Pengukurannya. .............................................................................................................. 15
2.2 PERNYATAAN STANDAR AKUNTANSI PEMERINTAH .......... …………………………………….15
2.2.1 Perkembangan Penyusunan Standar Akuntansi Pemerintahan (SAP)............ 15
2.2.2 Sistematika SAP ............................................................................................... 18
2.3 KOMPONEN LAPORAN KEUANGAN PEMERINTAH ....... ……………..………………………..…35
2.3.1 Laporan Realisasi Anggaran ............................................................................ 36
2.3.2 Laporan Perubahan Saldo Anggaran Lebih ..................................................... 39
2.3.3 Laporan Operasional ....................................................................................... 39
2.3.4 Laporan Perubahan Ekuitas ............................................................................ 41
2.3.5 Neraca ............................................................................................................. 41
2.3.6 Laporan Arus Kas............................................................................................. 42
2.3.7 Catatan Atas Laporan Keuangan ..................................................................... 43
BAB 3 PENUTUP
3.1 KESIMPULAN……………………………………..……………………………………………………………………46
DAFTAR PUSTAKA
3
BAB I
PENDAHULUAN
4
membahas peranan kerangka konseptual, PSAP, serta komponen laporan keuangan
dalam pengembangan akuntansi sektor publik yang lebih difokuskan pada akuntansi
pemerintahan.
5
BAB II
PEMBAHASAN
6
Tujuan Kerangka Konseptual
Kerangka Konseptual merumuskan konsep yang mendasari penyusunan dan
pengembangan SAP yang selanjutnya dapat disebut standar. Tujuannya adalah
sebagai acuan bagi:
7
c. kemungkinan penggunaan akuntansi dana untuk tujuan
pengendalian; dan
d. Penyusutan nilai aset sebagai sumber daya ekonomi karena
digunakan dalam kegiatan operasional pemerintahan.
a) masyarakat;
b) wakil rakyat, lembaga pengawas, dan lembaga pemeriksa;
c) pihak yang memberi atau berperan dalam proses donasi, investasi, dan
pinjaman; dan
d) pemerintah.
8
laporan keuangan dengan basis kas, maka laporan keuangan dimaksud wajib
disajikan demikian.
Meskipun memiliki akses terhadap detail informasi yang tercantum di dalam
laporan keuangan, pemerintah wajib memperhatikan informasi yang disajikan dalam
laporan keuangan untuk keperluan perencanaan, pengendalian, dan pengambilan
keputusan. Selanjutnya, pemerintah dapat menentukan bentuk dan jenis informasi
tambahan untuk kebutuhan sendiri di luar jenis informasi yang diatur dalam
kerangka konseptual ini maupun standar-standar akuntansi yang dinyatakan lebih
lanjut.
1. Pemerintah pusat;
2. Pemerintah daerah;
9
Setiap entitas pelaporan mempunyai kewajiban untuk melaporkan upaya-
upaya yang telah dilakukan serta hasil yang dicapai dalam pelaksanaan kegiatan
secara sistematis dan terstruktur pada suatu periode pelaporan untuk kepentingan:
1. Akuntabilitas
Mempertanggungjawabkan pengelolaan sumber daya serta pelaksanaan
kebijakan yang dipercayakan kepada entitas pelaporan dalam mencapai
tujuan yang telah ditetapkan secara periodik.
2. Manajemen
Membantu para pengguna untuk mengevaluasi pelaksanaan kegiatan suatu
entitas pelaporan dalam periode pelaporan sehingga
memudahkan fungsi perencanaan, pengelolaan, dan pengendalian atas
seluruh aset, kewajiban, dan ekuitas pemerintah untuk kepentingan
masyarakat.
3. Transparansi
Memberikan informasi keuangan yang terbuka dan jujur kepada masyarakat
berdasarkan pertimbangan bahwa masyarakat memiliki hak untuk
mengetahui secara terbuka dan menyeluruh
atas pertanggungjawaban pemerintah dalam pengelolaan sumber daya yang
dipercayakan kepadanya dan ketaatannya pada peraturan perundang-
undangan.
4. Keseimbangan Antargenerasi (intergenerational equity)
Membantu para pengguna dalam mengetahui kecukupan penerimaan
pemerintah pada periode pelaporan untuk membiayai seluruh pengeluaran
yang dialokasikan dan apakah generasi yang akan datang diasumsikan akan
ikut menanggung beban pengeluaran tersebut.
5. Evaluasi Kinerja
10
Mengevaluasi kinerja entitas pelaporan, terutama dalam penggunaan
sumber daya ekonomi yang dikelola pemerintah untuk mencapai kinerja
yang direncanakan.
11
3) Neraca;
4) Laporan Operasional (LO);
5) Laporan Arus Kas (LAK);
6) Laporan Perubahan Ekuitas (LPE);
7) Catatan atas Laporan Keuangan (CaLK).
Selain laporan keuangan pokok tersebut, entitas pelaporan wajib
menyajikan laporan lain atau elemen informasi akuntansi yang diwajibkan oleh
ketentuan peraturan perundang-undangan (statutory reports).
12
Asumsi Dasar, Karakteristik Kualitatif yang Menentukan Manfaat Informasi
dalam Laporan Keuangan, Prinsip-Prinsip, serta Kendala Informasi Akuntansi;
a. Asumsi Dasar
Asumsi dasar dalam pelaporan keuangan di lingkungan pemerintah adalah
anggapan yang diterima sebagai suatu kebenaran tanpa perlu dibuktikan agar
standar akuntansi dapat diterapkan, yang terdiri dari:
a) Asumsi kemandirian entitas;
b) Asumsi kesinambungan entitas;
c) Asumsi keterukuran dalam satuan uang (monetary measurement).
13
b) Andal;
Informasi dalam laporan keuangan bebas dari pengertian yang
menyesatkan dan kesalahan material, menyajikan setiap fakta secara jujur,
serta dapat diverifikasi. Informasi yang andal memenuhi karakteristik:
o Penyajian Jujur
o Dapat Diverifikasi (verifiability)
o Netralitas
c) Dapat dibandingkan;
Informasi yang termuat dalam laporan keuangan akan lebih berguna
jika dapat dibandingkan dengan laporan keuangan periode sebelumnya atau
laporan keuangan entitas pelaporan lain pada umumnya. Perbandingan
dapat dilakukan secara internal dan eksternal.
d) Dapat dipahami.
Informasi yang disajikan dalam laporan keuangan dapat dipahami
oleh pengguna dan dinyatakan dalam bentuk serta istilah yang disesuaikan
dengan batas pemahaman para pengguna.
Berikut ini adalah delapan prinsip yang digunakan dalam akuntansi dan
pelaporan keuangan pemerintah:
a) Basis akuntansi;
b) Prinsip nilai historis;
c) Prinsip realisasi;
d) Prinsip substansi mengungguli bentuk formal;
e) Prinsip periodisitas;
f) Prinsip konsistensi;
14
g) Prinsip pengungkapan lengkap; dan
h) Prinsip penyajian wajar
d. Kendala Informasi
Tiga hal yang menimbulkan kendala dalam informasi akuntansi dan laporan
keuangan pemerintah, yaitu:
a. Materialitas;
b. Pertimbangan biaya dan manfaat;
c. Keseimbangan antar karakteristik kualitatif.
15
pelaporan keuangan di pemerintahan. Peraturan Pemerintah (PP) Nomor 105 Tahun
2000 pada Pasal 35 secara tegas telah menyebutkan bahwa penatausahaan dan
pertanggungjawaban keuangan daerah berpedoman pada standar akuntansi
keuangan pemerintah daerah yang berlaku. PP Nomor 105 Tahun 2000 tersebut
telah berlaku sejak 1 Januari 2001 tetapi standar yang dimaksud baru dapat
terealisasi dengan terbitnya SAP ini. UU Nomor 17 Tahun 2003 yang mulai berlaku
sejak tahun 2003 juga menyebutkan dengan jelas bahwa bentuk dan isi laporan
ppertanggungjawaban keuangan pemerintah pusat dan daerah disajikan sesuai
dengan standar akuntansi pemerinntahan.
Selanjutnya, UU Nomor 1 Tahun 2004 juga menyebutkan arti penting standar
akuntansi pmerintahan bahkan memuat mengenai Komite Standar Akuntansi
Pemerintahan (KSAP) sebagai penyusun SAP yang keanggotaannya ditetapkan
dengan keputusan presiden. Undang-Undang otonomi yang terbaru yaitu UU
Nnomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah juga menyebutkan penyajian
laporan keuangann pemerintah daerah sesuai dengan standar akuntansi
pemerintahan. Selanjutnya SAP diatur kembali dalam PP Nomor 71 Tahun 2010
tentang Standar Akuntansi Pemerintahan sebagai pengganti dari PP Nomor 24
Tahun 2005, dan Pernyataan Standar Akuntansi Keuangan (PSAK) Nomor 45 tentang
Pelaporan Keuangan Organisasi Nirlaba. PP Nomor 71 Tahun 2010 merupakan
standar akuntansi sektor publik atau pemerintah di Indonesia yang berlaku saat ini.
Lingkup pengaturan PP Nomor 71 Tahun 2010 adalah meliputi SAP Berbasis
Akrual dan SAP Berbasis Kas Menuju Akrual. SAP Berbasis Kas Menuju Akrual dapat
berlaku selama masa transisi bagi entitas yang belum siap untuk menerapkan SAP
Berbasis Akrual. Walaupun entitas pelaporan untuk sementara masih diperkenankan
menerapkan SAP Berbasis Kas Menuju Akrual, entitas pelaporan diharapkan dapat
segera menerapkan SAP Berbasis Akrual.
1. SAP Berbasis Kas Menuju Akrual
16
SAP Berbasis Kas Menuju Akrual dinyatakan dalam bentuk PSAP dan
dilengkapi dengan Kerangka Konseptual Akuntansi Pemerintahan. PSAP dan
Kerangka Konseptual Akuntansi Pemerintahan dalam rangka SAP Berbasis Kas
Menuju Akrual tercantum dalam Lampiran II Peraturan Pemerintah Nomor 71 Tahun
2010.
Sebelumnya, SAP Berbasis Kas Menuju Akrual digunakan dalam SAP
berdasarkan Peraturan Pemerintah Nomor 24 Tahun 2005. Undang-Undang Nomor
17 Tahun 2003menyatakan bahwa selama pengakuan dan pengukuran pendapatan
dan belanja berbasis akrual belum dilaksanakan, digunakan pengakuan dan
pengukuran berbasis kas. Pengakuan dan pengukuran pendapatan dan belanja
berbasis akrual menurut Pasal 36 ayat (1) Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2003
dilaksanakan paling lambat lima tahun. Karena itu, Peraturan Pemerintah Nomor 24
Tahun 2005 digantikan dengan Peraturan Pemerintah Nomor 71 Tahun 2010.
17
Sistematika SAP
Standar Akuntansi Pemerintahan (SAP) Berbasis Akrual yang ditetapkan
dengan PP Nomor 71 Tahun 2010 terdiri atas Kerangka Konseptual (KK) Akuntansi
Pemerintahan dan Pernyataan Standar Akuntansi Pemerintahan (PSAP). PSAP terdiri
atas 12 (dua belas) pernyataan, yaitu:
Tabel 1.1 Pengakuan, Pengukuran dan Penyajian Laporan Keuangan (PSAP 01)
18
depan diperoleh b) Investasi jangka b. belanja;
oleh pemerintah pendek dicatat c. transfer;
dan mempunyai sebesar nilai d. surplus/defisit-LRA;
nilai atau biaya yang perolehan; e. pembiayaan;
dapat diukur c) Piutang dicatat f. sisa lebih/kurang
dengan andal. sebesar nilai pembiayaan anggaran.
-Diakui pada saat nominal;
diterima atau d) Persediaan -SiLPA menyajikan
kepemilikannya dicatat sebesar: (1) secara komparatif pos-
dan/atau Biaya Perolehan pos berikut:
kepenguasaannya apabila diperoleh a) Saldo Anggaran Lebih
berpindah. dengan pembelian; awal;
(2) Biaya Standar b) Penggunaan Saldo
apabila diperoleh Anggaran Lebih;
dengan c) Sisa Lebih/Kurang
memproduksi Pembiayaan Anggaran
sendiri; (3) Nilai tahun berjalan;
wajar apabila d) Koreksi Kesalahan
diperoleh dengan Pembukuan tahun
cara lainnya seperti Sebelumnya; dan
donasi/rampasan. e) Lain-lain;
e) Investasi jangka f) Saldo Anggaran Lebih
panjang dicatat Akhir.
sebesar biaya
perolehan termasuk -Neraca menyajikan
biaya tambahan secara komparatif
lainnya yang terjadi pos-pos berikut:
untuk memperoleh a) kas dan setara kas;
19
kepemilikan yang b) investasi jangka
sah atas investasi pendek;
tersebut; c) piutang pajak dan
f) Aset tetap dicatat bukan pajak;
sebesar biaya d) persediaan;
perolehan. Apabila e) investasi jangka
penilaian aset tetap panjang;
dengan f) aset tetap;
menggunakan biaya g) kewajiban jangka
perolehan tidak pendek;
memungkinkan h) kewajiban jangka
maka nilai aset panjang;
tetap didasarkan i) ekuitas.
pada nilai wajar
pada saat -LAK diklasifikasikan
perolehan. berdasarkan
g) Selain tanah dan aktivitas operasi,
konstruksi dalam investasi, pendanaan,
pengerjaan, seluruh dan transitoris.
aset
tetap dapat - Laporan finansial
disusutkan sesuai mencakup LO yang
dengan sifat dan menyajikan pos-pos
karakteristik aset sebagai berikut:
tersebut a) Pendapatan-LO dari
h) Aset moneter kegiatan operasional;
dalam mata uang b) Beban dari kegiatan
asing dijabarkan operasional;
20
dan dinyatakan c) Surplus/defisit dari
dalam mata uang Kegiatan Non
rupiah. Penjabaran Operasional, bila ada;
mata uang asing d) Pos luar biasa, bila
menggunakan kurs ada;
tengah bank sentral e) Surplus/defisit-LO.
pada tanggal - LPE menyajikan
neraca. sekurang-kurangnya
Kewajiban Diakui pada saat Dicatat sebesar nilai pos-pos:
dana pinjaman wajar sumber daya a) Ekuitas awal
b) Surplus/defisit-LO
diterima atau pada ekonomi yang
pada periode
saat kewajiban digunakan bersangkutan;
c) Koreksi-koreksi yang
timbul. pemerintah untuk
langsung
memenuhi menambah/mengurangi
ekuitas
kewajiban yang
d) Ekuitas akhir
bersangkutan.
Pendapatan Diakui pada saat
LO timbulnya hak atas
pendapatan
tersebut atau ada
aliran masuk
Pendapatan sumber daya
LRA ekonomi.
Diakui pada saat kas
diterima di Rekening
Kas Umum
Negara/Daerah atau
oleh entitas
21
pelaporan.
Beban Diakui pada saat
timbulnya
kewajiban,
terjadinya konsumsi
aset, atau terjadinya
penurunan manfaat
Belanja ekonomi atau
potensi jasa.
Diakui berdasarkan
terjadinya
pengeluaran dari
Rekening Kas Umum
Negara/Daerah atau
entitas pelaporan
Sumber: PP No 71 Tahun 2010, diolah penulis
22
Informasi tersebut berguna bagi para pengguna laporan dalam mengevaluasi
keputusan mengenai alokasi sumber-sumber daya ekonomi, akuntabilitas dan
ketaatan entitas pelaporan terhadap anggaran dengan menyediakan informasi
mengenai sumber, alokasi, dan penggunaan sumber daya ekonomi; menyediakan
informasi mengenai realisasi anggaran secara menyeluruh yang berguna dalam
mengevaluasi kinerja pemerintah dalam hal efisiensi dan efektivitas penggunaan
anggaran. Laporan Realisasi Anggaran disajikan sekurang-kurangnya sekali dalam
setahun.
Laporan arus kas adalah bagian dari laporan finansial yang menyajikan
informasi penerimaan dan pengeluaran kas selama periode tertentu yang
diklasifikasikan berdasarkan aktivitas operasi, investasi, pendanaan, dan transitoris.
Klasifikasi arus kas menurut aktivitas operasi, investasi, pendanaan, dan transitoris
memberikan informasi yang memungkinkan para pengguna laporan untuk menilai
pengaruh dari aktivitas tersebut terhadap posisi kas dan setara kas pemerintah.
23
Informasi tersebut juga dapat digunakan untuk mengevaluasi hubungan antar
aktivitas operasi, investasi, pendanaan, dan transitoris.
Catatan atas Laporan Keuangan meliputi penjelasan atau daftar terinci atau
analisis atas nilai suatu pos yang disajikan dalam Laporan Realisasi Anggaran,
Laporan Perubahan Saldo Anggaran Lebih, Neraca, Laporan Operasional, Laporan
Arus Kas, dan Laporan Perubahan Ekuitas. Termasuk pula dalam Catatan atas
Laporan Keuangan adalah penyajian informasi yang diharuskan dan dianjurkan oleh
Pernyataan Standar Akuntansi Pemerintahan serta pengungkapan-pengungkapan
lainnya yang diperlukan untuk penyajian yang wajar atas laporan keuangan, seperti
kewajiban kontinjensi dan komitmen-komitmen lainnya.
24
d. Suku cadang;
e. Persediaan untuk tujuan strategis/berjaga-jaga;
f. Pita cukai dan leges;
g. Bahan baku;
h. Barang dalam proses/setengah jadi;
i. Tanah/bangunan untuk dijual atau diserahkan kepada masyarakat;
j. Hewan dan tanaman, untuk dijual atau diserahkan kepada masyarakat.
Persediaan diakui (a) pada saat potensi manfaat ekonomi masa depan
diperoleh pemerintah dan mempunyai nilai atau biaya yang dapat diukur dengan
andal, (b) pada saat diterima atau hak kepemilikannya dan/ atau kepenguasaannya
berpindah. Persediaan disajikan sebesar: a. Biaya perolehan apabila diperoleh
dengan pembelian; b. Harga pokok produksi apabila diperoleh dengan memproduksi
sendiri; c. Nilai wajar, apabila diperoleh dengan cara lainnya seperti donasi.
Persediaan dapat dinilai dengan menggunakan: a. metode sistematis seperti FIFO
atau rata-rata tertimbang, dan b. Harga pembelian terakhir apabila setiap unit
persediaan nilainya tidak material dan bermacam-macam jenis.
25
aset lancar sedangkan investasi jangka panjang merupakan kelompok aset
nonlancar. Investasi jangka pendek harus memenuhi karakteristik sebagai berikut:
a. Dapat segera diperjualbelikan/dicairkan;
b. Investasi tersebut ditujukan dalam rangka manajemen kas, artinya
pemerintah dapat menjual investasi tersebut apabila timbul kebutuhan kas;
c. Berisiko rendah.
26
Metode nilai bersih yang dapat direalisasikan digunakan terutama
untuk kepemilikan yang akan dilepas/dijual dalam jangka waktu dekat.
Aset tetap sering merupakan suatu bagian utama aset pemerintah, dan
karenanya signifikan dalam penyajian neraca. Termasuk dalam aset tetap
pemerintah adalah:
a. Aset tetap yang dimiliki oleh entitas pelaporan namun dimanfaatkan oleh
entitas lainnya, misalnya instansi pemerintah lainnya, universitas, dan
kontraktor;
b. Hak atas tanah.
Tidak termasuk dalam definisi aset tetap adalah aset yang dikuasai untuk
dikonsumsi dalam operasi pemerintah, seperti bahan (materials) dan perlengkapan
(supplies).
27
e) Aset Tetap Lainnya; dan
f) Konstruksi dalam Pengerjaan.
Aset tetap diakui pada saat manfaat ekonomi masa depan dapat diperoleh
dan nilainya dapat diukur dengan handal. Untuk dapat diakui sebagai aset tetap
harus dipenuhi kriteria sebagai berikut:
1. Berwujud;
2. Mempunyai masa manfaat lebih dari 12 (dua belas) bulan;
3. Biaya perolehan aset dapat diukur secara andal;
4. Tidak dimaksudkan untuk dijual dalam operasi normal entitas; dan
5. Diperoleh atau dibangun dengan maksud untuk digunakan.
Aset tetap dinilai dengan biaya perolehan. Apabila penilaian aset tetap
dengan menggunakan biaya perolehan tidak memungkinkan maka nilai aset tetap
didasarkan pada nilai wajar pada saat perolehan.
Barang berwujud yang memenuhi kualifikasi untuk diakui sebagai suatu aset
dan dikelompokkan sebagai aset tetap, pada awalnya harus diukur berdasarkan
biaya perolehan. Bila aset tetap diperoleh dengan tanpa nilai, biaya aset tersebut
adalah sebesar nilai wajar pada saat aset tersebut diperoleh.
Biaya perolehan suatu aset tetap terdiri dari harga belinya atau
konstruksinya, termasuk bea impor dan setiap biaya yang dapat diatribusikan secara
langsung dalam membawa aset tersebut ke kondisi yang membuat aset tersebut
dapat bekerja untuk penggunaan yangdimaksudkan.
28
h. PSAP 08 Akuntansi Konstruksi Dalam Pengerjaan
29
Suatu entitas harus mengungkapkan informasi mengenai Konstruksi Dalam
Pengerjaan pada akhir periode akuntansi:
a. Rincian kontrak konstruksi dalam pengerjaan berikut tingkat penyelesaian
dan jangka waktu penyelesaiannya;
b. Nilai kontrak konstruksi dan sumber pendanaannya.
c. Jumlah biaya yang telah dikeluarkan dan yang masih harus dibayar;
d. Uang muka kerja yang diberikan;
e. Retensi
Huruf (b), (c), dan (d) diatas berlaku sepanjang belum ada pengaturan khusus dalam
pernyataan tersendiri mengenai hal-hal tersebut.
30
diharapkan dibayar dalam waktu 12 (dua belas) bulan setelah tanggal pelaporan.
Semua kewajiban lainnya diklasifikasikan sebagai kewajiban jangka panjang.
a. jangka waktu aslinya adalah untuk periode lebih dari 12 (dua belas) bulan;
dan
b. entitas bermaksud untuk mendanai kembali (refinance) kewajiban tersebut
atas dasar jangka panjang; dan
c. maksud tersebut didukung dengan adanya suatu perjanjian pendanaan
kembali (refinancing), atau adanya penjadwalan kembali terhadap
pembayaran, yang diselesaikan sebelum laporan keuangan disetujui.
Kewajiban dicatat sebesar nilai nominal. Kewajiban dalam mata uang asing
dijabarkan dan dinyatakan dalam mata uang rupiah. Penjabaran mata uang asing
menggunakan kurs tengah bank sentral pada tanggal neraca.
31
a. Jumlah saldo kewajiban jangka pendek dan jangka panjang yang
diklasifikasikan berdasarkan pemberi pinjaman;
b. Jumlah saldo kewajiban berupa utang pemerintah berdasarkan jenis
sekuritas utang pemerintah dan jatuh temponya;
c. Bunga pinjaman yang terutang pada periode berjalan dan tingkat bunga yang
berlaku;
d. Konsekuensi dilakukannya penyelesaian kewajiban sebelum jatuh tempo;
e. Perjanjian restrukturisasi utang meliputi:
1. Pengurangan pinjaman;
2. Modifikasi persyaratan utang;
3. Pengurangan tingkat bunga pinjaman;
4. Pengunduran jatuh tempo pinjaman;
5. Pengurangan nilai jatuh tempo pinjaman; dan
6. Pengurangan jumlah bunga terutang sampai dengan periode
pelaporan.
f. Jumlah tunggakan pinjaman yang disajikan dalam bentuk daftar umur utang
berdasarkan kreditur.
g. Biaya pinjaman:
1. Perlakuan biaya pinjaman;
2. Jumlah biaya pinjaman yang dikapitalisasi pada periode yang
bersangkutan; dan
3. Tingkat kapitalisasi yang dipergunakan.
32
tidak dilanjutkan dalam Laporan Realisasi Anggaran, Laporan Perubahan Saldo
Anggaran Lebih, Neraca, Laporan Operasional, Laporan Perubahan Ekuitas, Laporan
Arus Kas, dan Catatan atas Laporan Keuangan.
Koreksi kesalahan yang tidak berulang yang terjadi pada periode berjalan,
baik yang mempengaruhi posisi kas maupun yang tidak, dilakukan dengan
pembetulan pada akun yang bersangkutan dalam periode berjalan, baik pada akun
pendapatan-LRA atau akun belanja, maupun akun pendapatan-LO atau akun beban.
33
k. PSAP 11 Laporan Keuangan Konsolidasian
34
diperlukan untuk penyajian yang wajar secara komparatif. Laporan Operasional
dijelaskan lebih lanjut dalam Catatan atas
3. Laporan Operasional;
5. Neraca;
35
Laporan pelaksanaan anggaran adalah Laporan Realisasi Anggaran dan
Laporan Perubahan Saldo Anggaran Lebih, sedangkan yang termasuk laporan
finansial adalah Laporan Operasional, Laporan Perubahan Ekuitas, Neraca dan
Laporan Arus Kas. Komponen-komponen laporan keuangan tersebut disajikan oleh
setiap entitas pelaporan, kecuali Laporan Arus Kas yang hanya disajikan oleh entitas
yang mempunyai fungsi perbendaharaan umum, dan Laporan Perubahan Saldo
Anggaran Lebih yang hanya disajikan oleh Bendahara Umum Negara dan entitas
pelaporan yang menyusun laporan keuangan konsolidasinya.
1. Akuntansi Anggaran
Salah satu perbedaan utama akuntansi pemerintahan dengan akuntansi
perusahaan komersial terletak pada akuntansi anggaran. Dalam pemerintahan,
36
pencatatan telah dimulai pada saat anggaran (APBN/APBD) disahkan dan
dialokasikan. Akuntansi anggaran merupakan teknik pertanggungjawaban dan
pengendalian manajemen yang digunakan untuk membantu pengelolaan
pendapatan, belanja, transfer, dan pembiayaan. Akuntansi anggaran
diselenggarakan sesuai dengan struktur anggaran yang terdiri dari anggaran
pendapatan, belanja, dan pembiayaan.
Anggaran pendapatan meliputi estimasi pendapatan yang dijabarkan
menjadi alokasi estimasi pendapatan. Anggaran belanja terdiri dari apropriasi yang
dijabarkan menjadi otorisasi kredit anggaran (allotment). Anggaran pembiayaan
terdiri dari penerimaan pembiayaan dan pengeluaran pembiayaan.
2. Akuntansi Pendapatan-LRA
Pendapatan negara/daerah merupakan iuran rakyat yang diamanatkan
kepada Pemerintah, sehingga akuntansi pendapatan-LRA disusun untuk memenuhi
kebutuhan pertanggungjawaban sesuai dengan ketentuan dan untuk keperluan
pengendalian bagi manajemen pemerintah pusat dan daerah.
Pendapatan-LRA diakui pada saat uang diterima pada Rekening Kas Umum
Negara/Daerah, yang mana pencatatan pendapatan-LRA dilaksanakan berdasarkan
azas bruto, yaitu mencatat jumlah bruto penerimaan, dan tidak mencatat jumlah
netonya (setelah dikompensasikan dengan pengeluaran), namun ketika biaya atas
pendapatan tersebut bersifat variabel dan tidak dapat dianggarkan terlebih dahulu
dikarenakan proses belum selesai, maka dapat mencatat nilai netonya.
3. Akuntansi Belanja
Akuntansi belanja disusun selain untuk memenuhi kebutuhan
pertanggungjawaban sesuai dengan ketentuan, juga dapat dikembangkan untuk
keperluan pengendalian bagi manajemen untuk mengukur efektivitas dan efisiensi
belanja tersebut. Pengeluaran untuk belanja dapat dilakukan dengan 2 cara, yaitu
secara langsung dikeluarkan oleh Bendahara Umum Negara/Daerah (BUN/BUD),
37
atau melalui bendahara pengeluaran. Jika pengeluaran dilakukan oleh BUN/BUD
maka belanja diakui pada saat terjadinya pengeluaran dari Rekening Kas Umum
Negara/Daerah, sedangkan jika pengeluaran melalui bendahara pengeluaran maka
pengakuan belanja dilakukan pada saat pertanggungjawaban atas pengeluaran
tersebut disahkan oleh unit yang mempunyai fungsi perbendaharaan.
4. Akuntansi Surplus/Defisit-LRA
Selisih antara pendapatan-LRA dan belanja selama satu periode pelaporan
dicatat dalam pos Surplus/Defisit-LRA. Surplus-LRA terjadi jika jumlah pendapatan-
LRA selama suatu periode lebih besar daripada jumlah belanja pada periode
tersebut, begitupula sebaliknya, defisit-LRA terjadi jika jumlah pendapatan-LRA lebih
kecil dari jumlah belanja selama satu periode pelaporan tersebut.
5. Akuntansi Pembiayaan
Pembiayaan (financing) adalah seluruh transaksi keuangan pemerintah, baik
penerimaan maupun pengeluaran, yang perlu dibayar atau akan diterima kembali,
yang dalam penganggaran pemerintah terutama dimaksudkan untuk menutup
defisit dan atau memanfaatkan surplus anggaran. Penerimaan pembiayaan antara
lain dapat berasal dari pinjaman, dan hasil privatisasi BUMN/BUMD. Sementara,
pengeluaran pembiayaan antara lain digunakan untuk pembayaran kembali pokok
pinjaman, pemberian pinjaman kepada entitas lain, dan penyertaan modal oleh
pemerintah di BUMN/BUMD. Penerimaan pembiayaan diakui pada saat uang
diterima pada Rekening Kas Umum Negara/Daerah, dan dicatat berdasarkan azas
bruto. Sedangkan Pengeluaran pembiayaan diakui pada saat dikeluarkan dari
Rekening Kas Umum Negara/Daerah.
38
pembiayaan selama satu periode pelaporan. Nilai SilPA/SiKPA pada akhir periode
pelaporan inilah yang nantinya dipindahkan ke Laporan Perubahan Saldo Anggaran
Lebih. Apabila dalam LRA terdapat transaksi mata uang asing maka harus
dicatat/dibukukan dalam mata uang rupiah atau dikonversi terlebih ke rupiah.
Laporan Operasional
Laporan Operasional (LO) menyediakan informasi mengenai seluruh kegiatan
operasional keuangan entitas pelaporan yang tercerminkan dalam pendapatan-LO,
beban, dan surplus/defisit operasional dari suatu entitas pelaporan yang
penyajiannya disandingkan dengan periode sebelumnya.
Pengguna laporan membutuhkan Laporan Operasional dalam mengevaluasi
pendapatan-LO dan beban untuk menjalankan suatu unit atau seluruh entitas
pemerintahan. Berkaitan dengan kebutuhan pengguna tersebut, Laporan
Operasional menyediakan informasi sebagai berikut:
39
1. Mengenai besarnya beban yang harus ditanggung oleh pemerintah untuk
menjalankan pelayanan;
40
3. Akibat dari perbedaan basis akuntansi yang digunakan, Pada LRA, pembelian
aset tetap dikategorikan sebagai belanja modal atau pengurang pendapatan,
sedangkan pada LO, pembelian aset tetap tidak diakui sebagai pengurang
pendapatan.
Di samping itu, suatu entitas pelaporan juga perlu menyajikan rincian lebih
lanjut dari unsur-unsur yang terdapat dalam Laporan Perubahan Ekuitas yang
dijelaskan pada Catatan atas Laporan Keuangan. Struktur Laporan Perubahan
Ekuitas baik pada Pemerintah Pusat, Pemerintah Provinsi dan Pemerintah
Kabupaten/Kota tidak memiliki perbedaan.
Neraca
Neraca menggambarkan posisi keuangan suatu entitas pelaporan mengenai
aset, kewajiban, dan ekuitas pada tanggal tertentu. Dalam neraca, setiap entitas
mengklasifikasikan asetnya dalam aset lancar dan nonlancar serta
mengklasifikasikan kewajibannya menjadi kewajiban jangka pendek dan jangka
panjang.
Konsekuensi dari penggunaan sistem berbasis akrual pada penyusunan
neraca menyebabkan setiap entitas pelaporan harus mengungkapkan setiap pos
41
aset dan kewajiban yang mencakup jumlah-jumlah yang diharapkan akan diterima
atau dibayar dalam waktu 12 (dua belas) bulan setelah tanggal pelaporan dan
jumlah-jumlah yang diharapkan akan diterima atau dibayar dalam waktu lebih dari
12 (dua belas) bulan.
Neraca setidaknya menyajikan pos-pos berikut: (1) kas dan setara kas; (2)
investasi jangka pendek; (3) piutang pajak dan bukan pajak; (4) persediaan; (5)
investasi jangka panjang; (6) aset tetap; (7) kewajiban jangka pendek; (8) kewajiban
jangka panjang; dan (9) ekuitas.
Pos-pos tersebut disajikan secara komparatif (dipersandingkan) dengan
periode sebelumnya. Selain pos-pos tersebut, entitas dapat menyajikan pos-pos lain
dalam neraca, sepanjang penyajian tersebut untuk menyajikan secara wajar posisi
keuangan suatu entitas dan tidak bertentangan dengan SAP.
Pertimbangan disajikannya pos-pos tambahan secara terpisah dalam neraca
didasarkan pada faktor-faktor berikut ini:
1. Sifat, likuiditas, dan materialitas aset;
42
keuangan pokok. Entitas pelaporan yang wajib menyusun dan menyajikan laporan
arus kas adalah unit organisasi yang mempunyai fungsi perbendaharaan umum atau
unit yang ditetapkan sebagai bendaharawan umum negara/daerah dan/atau kuasa
bendaharawan umum negara/daerah.
Tujuan pelaporan arus kas adalah memberikan informasi mengenai sumber,
penggunaan, perubahan kas dan setara kas selama suatu periode akuntansi serta
saldo kas dan setara kas pada tanggal pelaporan. Kas adalah uang baik yang
dipegang secara tunai oleh bendahara maupun yang disimpan pada bank dalam
bentuk tabungan/giro. Sedangkan setara kas pemerintah ditujukan untuk memenuhi
kebutuhan kas jangka pendek atau untuk tujuan lainnya. Untuk memenuhi
persyaratan setara kas, investasi jangka pendek harus segera dapat diubah menjadi
kas dalam jumlah yang dapat diketahui tanpa ada risiko perubahan nilai yang
signifikan. Oleh karena itu, suatu investasi disebut setara kas kalau investasi
dimaksud mempunyai masa jatuh tempo 3 (tiga) bulan atau kurang dari tanggal
perolehannya.
Laporan arus kas adalah bagian dari laporan finansial yang menyajikan
informasi penerimaan dan pengeluaran kas selama periode tertentu yang
diklasifikasikan berdasarkan aktivitas operasi, investasi, pendanaan, dan transitoris.
Klasifikasi arus kas menurut aktivitas operasi, investasi, pendanaan, dan transitoris
memberikan informasi yang memungkinkan para pengguna laporan untuk menilai
pengaruh dari aktivitas tersebut terhadap posisi kas dan setara kas pemerintah.
Informasi tersebut juga dapat digunakan untuk mengevaluasi hubungan antar
aktivitas operasi, investasi, pendanaan, dan transitoris.
43
(CaLK). CaLK memberikan informasi kualitatif dan mengungkapkan kebijakan serta
menjelaskan kinerja pemerintah dalam tahapan pengelolaan keuangan negara.
Selain itu, dalam CaLK memberikan penjelasan atas segala informasi yang ada dalam
laporan keuangan lainnya dengan bahasa yang lebih mudah dicerna oleh lebih
banyak pengguna laporan keuangan pemerintah, sehingga masyarakat dapat lebih
berpartisipasi dalam menyikapi kondisi keuagan negara yang dilaporkan secara lebih
pragmatis.
Secara umum, struktur CaLK mengungkapkan hal-hal sebagai berikut:
1. Informasi Umum tentang Entitas Pelaporan dan Entitas Akuntansi;
7. Informasi lainnya yang diperlukan untuk penyajian yang wajar, yang tidak
disajikan dalam lembar muka laporan keuangan.
CaLK harus disajikan secara sistematis. Setiap pos dalam Laporan Realisasi
Anggaran, Laporan Perubahan Saldo Anggaran Lebih, Neraca, Laporan Operasional,
Laporan Arus Kas, dan Laporan Perubahan Ekuitas harus mempunyai referensi silang
dengan informasi terkait dalam Catatan atas Laporan Keuangan..
44
Secara umum, susunan CaLK sebagaimana dalam Standar Akuntansi
Pemerintahan disajikan sebagai berikut:
1. Informasi Umum tentang Entitas Pelaporan dan Entitas Akuntansi;
5. Entitas pelaporan;
45
BAB III
PENUTUP
3.1 KESIMPULAN
Kerangka Konseptual terdapat dalam SAP baik SAP Berbasis Akrual (Lampiran
I Peraturan Pemerintah Nomor 71 Tahun 2010) maupun SAP Berbasis Kas Menuju
Akrual yang terdapat (Lampiran II Peraturan Pemerintah Nomor 71 Tahun 2010).
Kerangka konseptual membahas: 1. tujuan kerangka konseptual, 2.
lingkungan akuntansi pemerintahan, 3. pengguna dan kebutuhan informasi para
pengguna, 4. entitas akuntansi dan entitas pelaporan, 5. peranan dan tujuan
pelaporan keuangan, komponen laporan keuangan, serta dasar hokum, 6. asumsi
dasar, karakteristik kualitatif yang menentukan manfaat informasi dalam laporan
keuangan, prinsip-prinsip, serta kendala informasi akuntansi; dan 7. unsur-unsur
yang membentuk laporan keuangan, pengakuan, dan pengukurannya.
Standar Akuntansi Pemerintahan (SAP) Berbasis Akrual yang ditetapkan
dengan PP Nomor 71 Tahun 2010 terdiri atas Kerangka Konseptual (KK) Akuntansi
Pemerintahan dan Pernyataan Standar Akuntansi Pemerintahan (PSAP). PSAP terdiri
atas 12 (dua belas) pernyataan, yaitu:
PSAP 01 Penyajian Laporan Keuangan;PSAP 02 Lapooran Realisasi Anggaran Berbasis
Kas;PSAP 03 Laporan Arus Kas;PSAP 04 Catatan atas Laporan Keuangan;PSAP 05
Akuntansi Persediaan;PSAP 06 Akuntansi Investasi;PSAP 07 Akuntansi Aset
Tetap;PSAP 08 Akuntansi Konstruksi dalam Pengerjaan;PSAP 09 Akuntansi
Kewajiban;PSAP 10 Koreksi Kesalahann, Perubahan Kebijakan Akuntansi, Perubahan
Estimasi Akuntansi, dan Operasi yang Tidak Dilanjutkan;PSAP 11 Laporan
Keuangan Konsolidasian;PSAP 12 Laporan Operasional (LO)
46
reports) dan laporan finansial, yang jika diuraikan adalah sebagai berikut: -Laporan
Realisasi Anggaran;-Laporan Perubahan Saldo Anggaran Lebih;-Laporan
Operasional;-Laporan Perubahan Ekuitas;-Neraca;-Laporan Arus Kas;-Catatan atas
Laporan Keuangan.
47
DAFTAR PUSTAKA
48