Anda di halaman 1dari 1

Umebubu (Rumah Bulat) di Desa Kaenbaun di Pulau Timor

https://arsitekturnusantara.wordpress.com/2008/10/03/filosofi-bangunan-
umebubu/

ada dua jenis umebubu yaitu umebubu bertiang tunggal dan umebubu bertiang empat. Keduanya
berdenah lingkaran.

Umebubu bertiang tunggal adalah milik anak laki-laki pertama dan umebubu bertiang empat milik anak
laki-laki tetapi bukan anak laki-laki pertama. Dari luar orang sudah dapat membedakan, sebab umebubu
anak laki-laki pertama selalu ada haumonef di luar bangunannya. Haumonef adalah sebuah tiang kayu
yang ujungnya bercabang tiga, dinyatakan sebagai “tiang laki-laki” dan menjadi simbol keberadaan
bangunan sakral umesuku maupun umebubu anak laki-laki pertama. Tentang simbolisme haumonef
akan ditulis secara khusus pada terbitan yang akan datang.

dilakukan pembedaan

Sosok anak laki-laki pertama dalam tradisi Kaenbaun adalah sosok yang keramat atau sakral, sebab ia
menjadi pemimpin kelompok (keluarga/suku) sekaligus pemimpin upacara adat. Ia memiliki tugas adat
untuk merawat rumah adat dan menjalankan upacara adat. Padahal, dalam tradisi Kaenbaun, upacara
adat adalah berdoa di sekeliling batu suci (faut leu) dan tiang suci di dalam umebubu untuk berjumpa
dengan nenek-moyang yang sudah meninggal dunia. Ada keyakinan lokal bahwa nenek-moyang selalu
hadir di dalam batu suci, baik yang terletak di tiang tengah maupun di salah satu tiang dari umebubu
empat kolom yang berfungsi sebagai tiang suci.

Kesimpulannya, bentuk bulat (lingkaran) muncul dari gagasan dan perilaku dalam ritual adat yang
mengharuskan bentuk denah berupa lingkaran supaya perjumpaan dengan nenek-moyang di dalam
upacara adat menjadi sempurna karena batu suci dan tiang suci harus terletak di tengah lingkaran.
Nenek-moyang diletakkan di tengah lingkaran agar memberi berkah yang sama. Di sini ada dugaan
bahwa umebubu bertiang tunggal diciptakan lebih dahulu daripada umebubu bertiang empat karena
orang Kaenbaun selalu memulai dari unsur-unsur yang bersifat suci. Jadi, bentuk denah melingkar
terutama karena alasan ritual yang mengharuskan orientasi ke tengah sebab titik tengah adalah suci dan
untuk nenek-moyang.

Anda mungkin juga menyukai