I. TUJUAN
Setelah melakukan praktikum ini mahasiswa diharapkan dapat :
Menjelaskan teori kromatografi cair kinerja tinggi;
Mengoperasikan alat kromatografi cair kinerja tinggi;
Menganalisis suatu senyawa kimia baik secara kualitatif maupun kuantitatif
dengan menggunakan alat kromatografi cair kinerja tinggi.
b) Kolom
Kolom HPLC biasanya terbuat dari stailess steel, akan tetapi ada juga yang terbuat
dari gelas berdinding tebal. Kolom utama berisi fasa diam, tepat terjadinya pemisahan
campuran menjadi komponen-komponen. Bergantung keperluannya kolom utama dapat
digunakan untuk analisis atau preparatif setiap komponen yang keluar kolom ditampung
pada tabung yang berbeda dan keluaran HPLC dihubungkan dengan fraction colector
selain kolom utama dikenal pula kolom pengaman.
Kolom utama berisi fasa dian dan jenisnya bervariasi bergantung pada keperluan,
misalnya dikenal kolom C8, C-18, cyanopropyl, dan penukar ion. Kolom utama untuk
HPLC biasanya berukuran panjang berkisar antara 5-30 cm dan diameter dalam berkisar
4,5–10 mm.
Kolom pengaman (guard coloumn) disebut juga pra-kolom karena letaknya
sebelum sistem pemasukan cuplikan. Kolom ini berukuran pendek 5 cm dengan diameter
4,6 mm biasanya dipaking dengan partikel silika berukuran besar dari ukuran partikel
kolom utama. Kolom pengaman mempunyai dua fungsi yaitu: menyaring kotoran yang
terbawa oleh fasa gerak dan untuk menjenuhkan fasa gerak dalam rangka menghindarkan
terjadinya erosi fasa diam oleh aliran pelarut.
Kolom merupakan jantung kromatograf, keberhasilan atau kegagalan analisis
bergantung pada pilhan kolom dan kondisi kerja yang tepat. Kolom dapat dibagi menjadi
dua kelompok :
- Kolom analitik
Garis tengah dalam 2-6 mm, panjang bergantung pada jenis kemasan, untuk
kemasan pelikel biasanya panjang kolom 50-100 cm, untuk kemasan
mikropartikel berpori biasanya 10-30 cm.
- Kolom preparative
Umumnya bergaris tengah 6 mm atau lebih besar, dan panjang 25-100 cm.
c) Pompa
Pada HPLC, pompa ini berfungsi untuk mengalirkan fasa gerak cair melalui
kolom yang berisi serbuk halus. Digunakan pompa bertekanan tinggi dalam metode ini
sebagai akibat penggunaan fasa gerak yang berupa zat cair yang akan sukar mengalir
dalam kolom yang dipadatkan dengan serbuk halus. Oleh karena itu, agar zat cair dapat
melewati kolom secara tepat maka dibutuhkan bantuan pompa yang bertekana tinggi.
Pompa yang digunakan dalam HPLC harus memenuhi persyaratan sebagai berikut :
Menghasilkan tekanan sampai 5000 psi
Kecepatan alir berkisar antara 0,1-10 mL/menit
Bahan tahan korosi
Keluaran bebas pulse
d) Injector Sample
Sampel-sampel cair dan larutan disuntikan secara langsung ke dalam fase gerak
yang mengalir dibawah tekanan menuju kolom menggunakan alat penyuntik yang terbuat
dari tembaga tahan karat dan katup teflon yang dilengkapi dengan keluk sampel (sample
loop) internal atau eksternal.
Salah satu jenis penyuntik untuk memasukan sampel ke dalam sistem (kolom)
kromatografi adalah penyuntik loop. Dalam prakteknya, loop tidak perlu diisi penuh, tapi
bila tidak diisi penuh akan mengakibatkan lebih jeleknya presisi hasil eksperimen dan
ketergantungan presisi tersebut kepada bagaimana si-operator menggunakan penyuntik.
Perlu diingat, bahwa penyuntik tidak boleh dicabut sebelum pegangan (handle)
penyuntik diputar dari posisi load (“pengisap”) ke posisi inject (“suntik”). Karena sampel
akan mengalir ke saluran pembuangan. Hal yang terakhir ini tentunya tidak diinginkan,
pegangan penyuntik harus diputar cepat agar pemutusan aliran ke dalam diinginkan.
Pegangan penyuntik harus diputar cepat agar pemutusan aliran ke dalam kolom, antara
posisi pengisian (load) dan posisi penyuntikan (inject) berlangsung cepat.
Yang menjadi faktor ketidak tepatan pengukuran HPLC salah satunya terletak
pada keterulangan pemasukan cuplikan kedalam paking kolom. Masalahnya kebanyakan
memasukan cuplikan kedalam kolom dapat menyebabkan band broadening. Oleh karen
itu cuplikan yang dimasukkan harus sekecil beberapa puluh mikroliter. Beberapa teknik
pemasukan cuplikan kedalam sistem dapat diuraikan sebagai berikut :
Injeksi Syringe
Syringe disuntikan melalui septum (seal karet) dan untuk ini dirancang syringe
yang tahan tekanan sampai 1500 psi. Akan tetapi keterulangan injeksi stringe ini
sedikit lebih baik dari 2-3 % dan sering lebih jelek.
Injeksi Stop Flow
Aliran pelarut dihentikan sementara, sambungan pada ujung kolom dibuka dan
cuplikan disuntikan langsung kedalam ujung kolom. Setelah menyambung
kembali kolom maka pelarut dialirkan kembali. Untuk memasukkan cuplikan
kedalam fasa gerak perlu dua langkah : sejumlah volume cuplikan disuntikkan ke
dalam loop dan posisi ‘load’. Cuplikan masih berada dalam loop ; kran diputar
untuk mengubah posisi ‘load’ menjadi posisi ‘injeksi’ dan fasa gerak membawa
cuplikan kedalam kolom (kran cuplikan)
Kran Cuplikan
Jenis pemasukan cuplikan ini disebut juga loop dan paling banyak digunakan.
Untuk memasukan cuplikan ke dalam aliran fasa gerak perlu 2 langkah, yaitu:
sejumlah volume cuplikan disuntikan ke dalam loop dalam posisi load, cuplikan
masih berada dalam loop; kran diputar untuk mengubah posisi load menjadi posisi
injeksi dan fasa gerak membawa cuplikan ke dalam kolom.
e) Detektor
Ada dua jenis detektor yaitu detektor selektif, adalah detektor yang peka terhadap
golongan senyawa tertentu saja. Dan detektor universal, yaitu detektor yang peka
terhadap golongan senyawa apapun kecuali pelarutnya. Diantara detektor yang
digunakan dalam KCKT adalah :
Detektor Ultra Violet – Visible (Sinar Tampak)
Detektor UV terutama digunakan untuk pendeteksian senyawa-senyawa
organik. Detektor UV dilengkapi dengan pengatur panjang gelombang, sehingga
panjang gelombang UV yang digunakan dapat dipilih sesuai dengan jenis cuplikan
yang diukur.
Detektor UV-Visible (uv-sinar tampak) paling banyak digunakan, karena
sensitivitasnya yang baik mudah menggunakannya, tidak merusak senyawa yang di
analisis, dan memungkinkan untuk melakukan elusi bergradien. Ada yang dipasang
pada panjang gelombang tetap yaitu pada panjang gelombang 254 nm, dan ada yang
panjang gelombangnya dapat dipilih sesuai dengan diinginkan antara 190-600 nm.
Detektor dengan panjang gelombang variabel ini ada yang dilengkapi alat untuk
memilih panjang gelombang secara otomatis dan dapat me-nol-kan sendiri (allto
zero). Detektor jenis ini juga ada yang menggunakan drode erray (sebagai pengganti
photo tube), sehingga dapat melakukan pembacaan absorban yang kontinyu pada
berbagai panjang gelombang.
Detektor Indeks Bias
Detektor indeks bias memberi respons terhadap senyawa yang dianalisis apapun,
termasuk pelarutnya sendiri. Prinsip dasar kerja detektor ini adalah perubahan indeks bias
karena adanya komponen sampel dalam pelarut. Detektor ini bersifat tidak merusak (non-
destruktif), sensitivitasnya cukup tinggi (minimum 10-6 g) dan umumnya digunakan
dalam pekerjaan preparatif. Dengan detektor ini tidak dapat dilakukan elusi bergradien.
Detektor ini digunakan dalam kromatografi eklusi dan dalam analisis karbohidrat.
Beberapa hal yang harus diperhatikan dalam menggunakan detektor indeks bias :
1. Bila digunakan lebih dari satu pelarut, maka campuran dahulu hingga homogen dan
bebaskan dari gas terlarutnya.
2. Setelah detektor dihidupkan, tunggu beberapa lama sebelum digunakan sampai
detektor stabil.
3. Bila digunakan lebih dari satu detektor yang dipasang berurutan, maka tempatkanlah
detektor indeks bias pada urutan terakhir.
4. Untuk saluran pembuangan, gunakanlah selang teflon berdiameter dalam (inner
diameter) yang besar tapi pendek.
5. Tempatkan detektor pada kondisi suhu yang dipelihara tetap.
6. Jaga agar sel indeks bias selalu bersih.
6. Rekorder
Rekorder adalah alat untuk mencetak hasil percobaan pada lembar berupa
kumpulan puncak (kromatogram) kromatogram HPLC yang didapat berguna untuk
analisis kualitatif dan kuantitatif. Luas peak menyatakan konsentrasi komponen dalam
campuran dan jumlah peak menyatakan jumlah komponen. Analisis kualitatif dapat
dilakukan dengan cara membandingkan waktu retensi (rt) analit atau sampel dengan
waktu retensi standar. Sedangkan analisis kuantitatif depat dilakukan dengan didasarkan
pada luas peak atau tinggi peak dengan metode standar kalibrasi.
1. Terlebih dahulu siapkan fase gerak yang akan digunakan untuk analisa dan masukkan
ke botol fase gerak yang tersedia.
2. Periksa ketersediaan cairan seal wash pada pompa, bila habis / sudah lama harap di
tambah / ganti dengan Aquadest baru.
3. Pasang kolom sesuai kebutuhan analisa.
4. Nyalakan instrument : pompa, detektor ( tombol poower ada dibelakan instrument)
5. Nyalaka CPU komputer dan monitor.
6. Aktifkan server monitor pada bagian pojok kanan bawah layar monitor.
7. Buka software chromelon 6,8
8. Buka panel instrument : (bia ada warning tekan ok)
9. Lakukan koneksi software dengan instrument, caranya dengan memberi cheklist
pada pump dan detektor.
10. Lakukan purging pada chanel fase gerak yang akan digunakan:
a) Buka knop purging
b) Atur prosentasi pompa
c) Klik purge pada software
Bila selesai jangan lupa tutup kembali knob purging
11. Alirkan fase gerak ke kolom dengan flow 1ml/mnt.
12. Nyalakan lampu Uv-vis pada detektor sesuai kebutuhan analisa.
13. Biarkan kolom teraliri fase gerak selama 30-60 menit
14. Pindahkan window software ke posisi browser.
15. Buat sequence, instrument methode program dan processing data (rincian ada pada
bagian selanjutnya)
16. Bila sequence, program dan instrument methode telah dibuat, kik batch start
17. Klik ready check untuk memastikan sequence telah siap running, lalu start
18. Lakukan injeksi standard dan sampel.
Cat : bila ingin menginjeksi sampel, posisi injektor ada pada posisi load(atas)
Bila sudah ada warning waiting for injektion, lalu putar injektor ke posisi INJECT
19. Lakukan processing data ( ada pada bagian proses kuantitasi )
20. Bila analisa telah selesai, cuci terlebih dahulu kolom yang digunakan dengan
kandungan air : meOH selama 30-60 menit
21. Akhiri pencucian kolom dengan dialiri metanol 100% selama 30 menit.
22. Matikan flow pompa dan lampu yang digunakan
23. Tutup software chromelleonbeserta server monitornya
24. Matikan instrument HPLC dan komputernya.
VI. PERHITUNGAN
Standar kaffein :
Konsentrasi = 50 mg kaffein =1000 ppm
0,05L
Konsentrasi Larutan =
M1 x V1 = M2 x V2
1000 x 1 = M2 x 50
M2 = 1000
50
M2 = 20 ppm
VII. ANALISA DATA
Pada praktikum ini bertujuan untuk menganalisa sampel kaffein menggunakan alat
penyerap yang bernama High Performance Liquid Chromatography (HPLC) atau yang
lebih dikenal dengan Kromatografi Cair Kinerja Tinggi (KCKT).
Kromatografi adalah teknik pemisahan campuran yang didasarkan atas perbedaan
distribusi dari komponen-komponen campuran tersebut diantara dua fase, pada HPLC
kedua fase tersebut adalah silika gel (padatan) sebagai fase diam dan metanol sebagai
fase gerak yang berupa zat cair. HPLC berfungsi sebagai sebuah alat untuk mendorong
analit melalui sebuah kolom fase diam dengan memompa cairan (fase gerak) pada
tekanan tinggi melalui kolom yang nantinya akan diteruskan ke rekorder lalu di buat ke
dalam bentuk grafik.
Prinsip kerja HPLC adalah dengan bantuan pompa fase gerak cair yang dialirkan
melalui kolom menuju detektor. Kemudian cuplikan dialirkan kedalam aliran fase gerak
dengan cara penyuntikan.
Terjadi pemisahan komponen-komponen campuran didalam kolom. Pemisahan
tersebut bergantung atau didasarkan pada tingkat kepolaritasan dari setiap komponen-
komponen yang ada di dalam campuran tersebut. Apabila sifat kepolaran salah satu
komponen sama atau hampir sama dengan fase diam maka komponen tersebut akan
tertahan sejenak didalam kolom dan akan keluar sedikit lebih lama dibandingkan dengan
komponen lain yang sifat kepolarannya tidak sama atau berbeda dengan fase diam.
Pada praktikum, nilai konsentrasi pada standar kaffein sebesar 14,487 ppm, dengan
Ret. Time 3,08 menit yang menandakan selama 3,08 menit waktu yang diperlukan
komponen sampel untuk melintasi kolom. Pada sampel bodrex, konsentrasi kaffein
sebesar 39,759 ppm. Untuk sampel selanjutnya, sampel oskadon memiliki konsentrasi
kaffein sebesar 21,018 ppm. Dan pada sampel panadol, konsentrasi kaffein sebesar
19,536 ppm.
Pada setiap sampel, volume yang diinjeksikan masing-masing sebesar 20 µL. Serta,
Menggunakan lampu UV yaitu panjang gelombang 273. Pada saat analisa kaffein, harus
terhindar dari adanya gelembung atau gas udara dalam penganalisaan dari awal hingga
akhir agar pembacaan detector tidak terganggu dan hasilnya tida kacau.
VIII. Kesimpulan
Berdasarkan praktikum yang telah dilakukan didapatkan kesimpulan sebagai
berikut :