Anda di halaman 1dari 32

MAKALAH

PROSES INDUSTRI KIMIA


LPG

DISUSUN OLEH :

KELOMPOk 6 :

1. Gading Ananda Putra


2. Nyayu Fia Atindu
3. Ratu Aqso Has
4. Umi Nopitasari
KELAS : 3 KIA
INSTRUKTUR : Ir. Erwana Dewi, M.Eng.

TEKNIK KIMIA
POLITEKNIK NEGERI SRIWIJAYA PALEMBANG
TAHUN AKADEMIK 2018/2019

KATA PENGANTAR
Alhamdulillah, kami panjatkan puji dan syukur kehadirat Allah Yang Maha
Pengasih lagi Maha Penyayang. Berkat rahmatnya, kami dapat menyelesaikan
penyusunan makalah dengan judul “ MAKALAH PROSES INDUSTRI KIMIA LPG “
dengan tepat waktu sesuai rencana.
Makalah ini merupakan tugas yang dibuat oleh mahasiswa jurusan Teknik Kimia
Prodi Teknologi Kimia Industri sebagai salah satu syarat memenuhi kontrak
perkuliahan. Makalah ini berisi hal-hal yang berkaitan dengan judul diatas. Makalah ini
juga dilengkapi dengan daftar pustaka yang menjelaskan sumber dari isi makalah kami.

Penulis menyadari bahwa makalah ini masih belum sempurna. Oleh karena itu,
kritik dan saran dari pembaca demi perbaikan makalah ini akan penulis terima dengan
senang hati. Akhir kata semoga keberadaan makalah ini dapat bermanfaat bagi semua
pihak baik yang menyusun maupun yang membaca.

Palembang, 4 November 2018

Penulis

DAFTAR ISI

Halaman
KATA PENGANTAR ................................................................................ i
DAFTAR ISI ............................................................................................... ii
BAB I PENDAHULUAN .......................................................................... 1
1.1. Latar Belakang........................................................................................

BAB II PEMBAHASAN ...........................................................................

2.1. Sejarah Singkat.................................................................................

2.2. Bahan Baku Pengolahan LPG..........................................................

2.3. Manfaat dan Kegunaan Gas Alam......................................................


2.4. Pengertian LPG.....................................................................................

2.5. Sifat – Sifat LPG.........................................................................................

2.6. Jenis dan Komponen LPG......................................................................


2.7. Peyimpanan dan Transportasi Gas Alam............................................
2.8 Proses Pembuatan LPG........................................................................

2.9 Proses dan Deskripsi Dari Pabrik LPG................................................


2.10. Kelebihan dan Kekurangan Gas Elpiji...................................................
2.11 Dampak Pembuatan Lpg ........................................................................

BAB III PENUTUP.............................................................................................

DAFTAR PUSTAKA...........................................................................................

BAB I
PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang


Konsumsi gas alam atau gas bumi semakin lama semakin meningkat seiring
dengan semakin luasnya penggunaan gas alam sebagai sumber energi, baik untuk
bahan baku industri terutama untuk industri pupuk maupun untuk kebutuhan energi
rumah tangga. Penggunaan gas alam sebagai energi final di Indonesia adalah ketiga
terbesar setelah BBM dan batubara, lebih tinggi dibanding listrik dan LPG. Didalam
industri gas alam, terdapat beberapa masalah dalam perkembangannya. Beberapa
masalah terkait industri gas alam adalah pasokan untuk kebutuhan dalam negeri yang
terbatas. Akibatnya, kelangsungan perkembangan industri di dalam negeri misalnya
industri pupuk sempat terganggu karena belum adanya jaminan pasokan gas.
Selain itu, sebagian gas alam dijual ke pasar luar negeri karena pembentukan
harga yang tidak sepenuhnya memakai prinsip pasar di dalam negeri. Kondisi ini
membuat ketidakpastian pasokan untuk industri dalam negeri belum stabil. Dengan
semakin besarnya desakan di dalam negeri untuk dapat memanfaakan gas alam
semaksimal mungkin untuk kebutuhan dalam negeri, maka berbagai kebijakan baru
telah dikeluarkan mengenai pemanfaatan gas alam.
Untuk memenuhi kebutuhan LPG pada masyarakat luas, maka mulai didirikan
pabrik pengolahan gas alam maka kebutuhan bahan baku industri dan energi dalam hal
ini gas untuk masyarakat akan terpenuhi sehingga masyarakat tidak perlu khawatir lagi.

BAB II
PEMBAHASAN

2.1. Sejarah Singkat


Sejarah LPG dapat ditelusuri kembali ke awal abad 20.Seorang ahli kimia
Amerika yaitu Dr. Walter Snelling pada tahun 1910 menemukan LPG pertama di
Amerika serikat. Dr Walter Snelling melakukan percobaan dengan menyelidiki uap dari
bahan bakar bensin dan menemukan bahwa gas yang menguap tersebut adalah Propana,
Butana dan Hidrokarbon ringan lainnya.Ternyata propana dan butana dalam bensin
disebabkan penguapannya.

Dr. Wallter Snelling lalu mencoba untuk memisahkan bensin menjadi komponen
cair dan komponen gas propana. Hasil dari percobaanya tersebut lalu dijual kepada
Frank Philips pendiri dari perusahaan minyak philips. Lalu dikembangkan lagi hingga
menjadi gas LPG untuk kebutuhan memasak rumah tangga dan dapat digunakan sebagai
bahan bakar transportasi.

Produksi komersial pertama elpiji harus menunggu hingga tahun 1920-an,


sedangkan perdagangan regional pertama sampai tahun 1950. Ekstensif menggunakan
LPG tidak benar-benar berkembang sampai tahun 1940-an melalui tahun 1960.Sebuah
perusahaan minyak besar diperkenalkan LPG ke Prancis pada tahun 1930 pertengahan.
Dan sebuah perusahaan gas besar membangun sebuah pabrik pembotolan di Italia, dekat
Venice, pada tahun 1938. Namun perkembangan kemudian terputus akibat perang.

Pada awal tahun 1950, perusahaan yang memproduksi tabung LPG untuk
keperluan rumah tangga dan ini sedang dipasarkan di tempat lain di bawah
lisensi.Pertumbuhan berjalan di laju ketersediaan kilang. Ini diperluas, khususnya di
tahun 1960-an, seperti kilang baru dibangun dan bahan bakar minyak mengungsi
batubara sebagai bahan bakar industri. Seluruh Eropa LPG penjualan meningkat dari
300.000 ton pada tahun 1950, 3 juta ton pada 1960, dan 11 juta ton pada tahun 1970.

2.2. Bahan Baku Pengolahan LPG


a. Gas alam
Gas alam atau natural gas sering juga disebut sebagai gas bumi atau gas rawa,
adalah bahan bakar fosil berbentuk gas yang terutama terdiri dari metana (CH4). Dimana
dapat ditemukan di ladang minyak, ladang gas bumi, dan juga tambang batu bara.
Ketika gas yang kaya dengan metana diproduksi melalui pembusukan oleh bakteri
anaerobik dari bahan-bahan organik selain dari fosil, maka ia disebut biogas. Sumber
biogas dapat ditemukan di rawa-rawa, tempat pembuangan akhir sampah, serta
penampungan kotoran manusia dan hewan.
b. Komposisi Kimia Gas Alam
Komponen utama dalam gas alam adalah metana (CH 4), yang merupakan
molekul hidrokarbon rantai terpendek dan paling ringan. Gas alam juga mengandung
molekul-molekul hidrokarbon yang lebih berat seperti etana (C2H6), propana (C3H8) dan
butana (C4H10), serta gas-gas yang mengandung sulfur (belerang). Gas alam juga
merupakan sumber utama untuk sumber gas helium.
Metana adalah gas rumah kaca yang dapat menciptakan pemanasan global ketika
terlepas ke atmosfer, dan umumnya dianggap sebagai polutan ketimbang sumber energi
yang berguna. Meskipun begitu, metana di atmosfer bereaksi dengan ozon,
memproduksi karbon dioksida dan air, sehingga efek rumah kaca dari metana yang
terlepas ke udara relatif hanya berlangsung sesaat. Sumber metana yang berasal dari
makhluk hidup kebanyakan berasal dari rayap, ternak (mamalia) dan pertanian
(diperkirakan kadar emisinya sekitar 15, 75 dan 100 juta ton per tahun secara berturut-
turut).
Kondisi feed gas pada pengolahan LPG terdiri dari senyawa nitrogen, air,
karbondioksida, dan senyawa hidrokarbon berupa metana, etana, propana, butana,
isobutana, pentana, isopentana, dan heksana yang dialirkan ke terminal pengukuran
untuk dianalisa sehingga didapat gambaran tentang perlakuan dan kondisi operasi yang
akan ditentukan oleh proses pengolahan.

Tabel Sifat Fisik Hidrokarbon Penyusun Gas Alam


Panas
Berat Titik Didih
Komponen SPGR Pembakaran
Molekul (0F)
(Btu/ft3)
CH4 16,0400 -258,7000 0,3000 911
C2H5 30,0700 -127,5000 0,3600 1631
C3H8 44,0900 -43,7000 0,5100 2353
i -C4H10 58,1200 10,9000 0,5600 3094
n -C4H10 58,1200 31,1000 0,5800 3101
i -C5H12 17,1500 82,1000 0,6200 3698
n -C5H12 17,1500 96,9000 0,6300 3709
C6+ 86,1700 155,7000 0,6600 4404
Sumber : Perry’s Chemical Engineering Hand’s Book, 1996
Dari hasil pengolahan feed gas dengan komposisi di atas, diharapkan dapat
menghasilkan LPG dengan komposisi yang memenuhi persyaratan spesifikasi produk
yaitu etana (C2) 0,8 %, propana (C3) + butana (C4) 97,0 %, dan iso-pentana (iC5+) dan n-
pentana (n-C5) 2,0 %. C1 dan C2 yang merupakan lean gas (gas kering) sisa hasil dari
proses fraksinasi akan dikembalikan ke Pertamina.
Nitrogen, helium, karbon dioksida (CO2), hidrogen sulfida (H2S), dan air dapat
juga terkandung di dalam gas alam. Merkuri dapat juga terkandung dalam jumlah kecil.
Komposisi gas alam bervariasi sesuai dengan sumber ladang gasnya. Campuran
organosulfur dan hidrogen sulfida adalah kontaminan (pengotor) utama dari gas yang
harus dipisahkan. Gas dengan jumlah pengotor sulfur yang signifikan dinamakan sour
gas dan sering disebut juga sebagai "acid gas (gas asam)". Gas alam yang telah diproses
dan akan dijual bersifat tidak berasa dan tidak berbau. Akan tetapi, sebelum gas tersebut
didistribusikan ke pengguna akhir, biasanya gas tersebut diberi bau dengan
menambahkan thiol, agar dapat terdeteksi bila terjadi kebocoran gas. Gas alam yang
telah diproses itu sendiri sebenarnya tidak berbahaya, akan tetapi gas alam tanpa proses
dapat menyebabkan tercekiknya pernafasan karena dapat mengurangi kandungan
oksigen di udara pada level yang dapat membahayakan.

2.3. Manfaat dan Kegunaan Gas Alam


Hingga saat ini energi minyak bumi masih mendominasi dunia bahan bakar. Hal
ini terlihat pada hampir setiap sektor kehidupan, apakah itu transportasi, rumah tangga
maupun industri, berkaitan erat dengan penggunaan BBM yang sangat besar sebagai
bahan bakar utama. Gas alam termasuk ke dalam sumber daya alam yang tidak dapat
diperbarui. Akan tetapi sebenarnya sumber daya dari pertambangan bukan tidak dapat
diperbarui, tetapi membutuhkan waktu yang sangat lama yang tidak sesuai dengan
jangkauan umur manusia, yaitu bisa mencapai jutaan tahun, sehingga katagorinya
masuk kedalam sumber daya yang tidak dapat diperbarui (non renewable resources).
Gas yang kaya dengan metana diproduksi melalui pembusukan oleh bakteri
anaerobik dari bahan-bahan organik selain dari fosil disebut biogas. Sumber biogas
dapat ditemukan di rawa-rawa, tempat pembuangan akhir sampah, serta penampungan
kotoran manusia dan hewan, ini yang membedakan antara gas bumi dan gas rawa. Gas
alam yang didapat dari dalam sumur di bawah bumi, biasanya bergabung dengan
minyak bumi. Gas ini disebut sebagai associated gas. Ada juga sumur yang khusus
menghasilkan gas, sehingga gas yang dihasilkan disebut gas non associated. Gas alam
yang menjadi feed gas pada pengolahan LPG di PT. Surya Esa Perkasa, Tbk adalah gas
alam non associated yang berasal dari sumur Lembak. Sehingga gas yang dibawa ke
atas permukaan bumi akan langsung dilakukan pemisahan untuk menghilangkan
impurities seperti air, gas-gas lain, pasir dan senyawa lainnya.
Gas bumi atau gas alam bukan saja merupakan gas bakar yang paling penting,
tetapi juga merupakan bahan baku utama untuk berbagai sintesis kimia. Produk dari gas
bumi yang terutama misalnya berbagai hidrokarbon dan LPG. Dengan semakin naiknya
nilai minyak bumi, maka proses pemulihan hasil gas makin ditingkatkan.
Gas alam dewasa ini telah menjadi sumber energi alternatif yang banyak
digunakan oleh masyarakat dunia untuk berbagai keperluan, baik untuk perumahan,
komersial maupun industri. Dari tahun ke tahun penggunaan gas alam selalu meningkat.
Hal ini karena banyaknya keuntungan yang didapat dari penggunaan gas alam
dibanding dengan sumber energi lain. Energi yang dihasilkan gas alam lebih efisien.
Tidak seperti halnya dengan minyak bumi dan batubara, penggunaannya jauh lebih
bersih dan sangat ramah lingkungan sehingga tidak menimbulkan polusi terhadap
lingkungan. Disamping itu, gas alam juga mempunyai beberapa keunggulan lain, seperti
tidak berwarna, tidak berbau, tidak korosif dan tidak beracun.
Secara garis besar pemanfaatan gas alam dibagi atas tiga kelompok yaitu :
1) Gas Alam Sebagai Bahan Bakar
Antara lain sebagai bahan bakar Pembangkit Listrik Tenaga Gas atau Uap, bahan
bakar industri ringan, menengah dan berat, bahan bakar kendaraan bermotor
(BBG/NGV), sebagai gas kota untuk kebutuhan rumah tangga, hotel, restoran dan
sebagainya.
Gas alam terkompresi (compressed natural gas, CNG) adalah bahan bakar
alternatif selain bensin atau solar. Di Indonesia, kita mengenal CNG sebagai bahan
bakar gas (BBG). Bahan bakar ini dianggap lebih bersih bila dibandingkan dengan dua
bahan bakar minyak karena emisi gas buangnya yang ramah lingkungan. CNG dibuat
dengan melakukan kompresi metana (CH4) yang diekstrak dari gas alam.
Penggunaan LPG di Indonesia terutama adalah sebagai bahan bakar alat dapur
terutama kompor gas. Selain sebagai bahan bakar alat dapur, LPG juga cukup banyak
digunakan sebagai bahan bakar kendaraan bermotor, walaupun mesin kendaraannya
harus dimodifikasi terlebih dahulu.
Salah satu resiko penggunaan LPG adalah terjadinya kebocoran pada tabung
atau instalasi gas sehingga bila terkena api dapat menyebabkan kebakaran. Pada
awalnya, LPG tidak berbau, tapi bila demikian akan sulit dideteksi apabila terjadi
kebocoran pada tabung gas. Karena itu dilakukan menambahkan gas mercaptan, yang
baunya khas dan menusuk hidung. Langkah itu sangat berguna untuk mendeteksi bila
terjadi kebocoran pada tabung gas.
2) Gas Alam Sebagai Bahan Baku
Antara lain bahan baku pabrik pupuk, petrokimia, metanol, bahan baku plastik
LDPE (Low Density Polyethylene), LLDPE (Linear Low Density Polyethylene), HDPE
(High Density Polyethylen), PE (Poly Ethylene), PVC (Poly Vinyl Chloride), C3 dan C4-
nya untuk LPG, CO2-nya untuk soft drink, dry ice pengawet makanan, hujan buatan,
industri besi tuang, pengelasan dan bahan pemadam api ringan.
1) Gas Alam Sebagai Komoditas Energi Untuk Ekspor
Gas alam yang paling besar digunakan untuk komoditas ekspor di dunia yaitu
LNG (Liquified Natural Gas) atau gas alam cair. Gas alam cair Liquefied Natural Gas
(LNG) adalah gas alam yang telah diproses untuk menghilangkan ketidakmurnian dan
hidrokarbon berat dan kemudian dikondensasi menjadi cairan pada tekanan atmosfer
dengan mendinginkannya sekitar -160°C. Transportasi LNG menggunakan kendaraan
yang dirancang khusus dan diletakkan dalam tanki yang juga dirancang khusus.
LNG memiliki isi sekitar 1/640 dari gas alam pada suhu dan tekanan standar,
membuatnya lebih hemat untuk ditransportasi jarak jauh dimana jalur pipa tidak ada.
Ketika memindahkan gas alam dengan jalur pipa yang tidak memungkinkan atau tidak
ekonomis, maka dapat ditransportasi oleh kendaraan LNG. Saat ini teknologi manusia
juga telah mampu menggunakan gas alam untuk air conditioner (AC), seperti yang
digunakan di bandara Bangkok, Thailand dan beberapa bangunan gedung perguruan
tinggi di Australia.

2.4. Pengertian LPG


LPG (Liquified Petroleum Gas secara harfiah adalah gas minyak bumi yang
dicairkan), adalah campuran dari berbagai unsur hidrokarbon yang berasal dari gas
alam. Dengan menambah tekanan dan menurunkan suhunya, gas berubah menjadi cair.
Komponennya didominasi propana (C3H8) dan butana (C4H10). LPG juga mengandung
hidrokarbon ringan lain dalam jumlah kecil, misalnya etana (C 2H6) dan juga
mengandung komponen berat seperti pentana (C5H12) dan lain–lain. Dalam kondisi
atmosfer, LPG akan berbentuk gas, volume LPG dalam bentuk cair lebih kecil
dibandingkan dalam bentuk gas untuk berat yang sama. Karena itu LPG dipasarkan
dalam bentuk cair dalam tabung–tabung logam bertekanan tidak diisi secara penuh,
hanya sekitar 80-85% dari kapasitasnya.
Menurut spesifikasinya, LPG dibagi menjadi tiga jenis yaitu LPG campuran,
LPG propana dan LPG butana. Spesifikasi masing–masing LPG tercantum dalam
keputusan Direktur Jendral Minyak dan Gas Bumi Nomor 25K/ 36/ DDJM/ 1990. LPG
yang dipasarkan untuk masyarakat adalah LPG campuran.

2.5. Sifat – Sifat LPG


a. Mudah terbakar.
b. Tekanan gas LPG cukup besar, sehingga bila terjadi kebocoran LPG akan
membentuk gas secara cepat, memuai dan sangat mudah terbakar
c. LPG menghambur di udara secara perlahan sehingga sukar mengetahuinya
secara dini
d. Berat jenis LPG lebih besar dari pada udara sehingga cenderung bergerak
kebawah.
e. Daya pemanasannya cukup tinggi, namun tidak meninggalkan debu dan abu
(sisa pembakaran).
f. Menghasilkan pembakaran yang sempurna.
g. Bebas kandungan air.
h. Tidak beracun dan tidak berwarna.
i. Tidak berbau (karena demi keselamatan dalam penggunaannya, LPG ditambah
sedikit merkaptan yang baunya sangat menyengat untuk mendeteksi terjadinya
kebocoran).
j. Gas dikirimkan sebagai gas bertekanan didalam tanki atau silinder.
k. Cairan dapat menguap dengan cepat ketika dilepas ke udara.
2.6. Jenis dan Komponen LPG

Menurut Keputusan Direktur Jenderal Minyak dan Gas Bumi No.


25K/36/DDJM/1990 spesifikasi LPG dapat digolongkan menjadi tiga jenis, yaitu LPG
campuran (mixed LPG), LPG Propana (Prophene LPG), dan LPG Butana (Buthene
LPG).

LPG yang dipakai untuk bahan bakar kompor gas adalah jenis LPG campuran.
LPG ini merupakan salah satu produk yang dipasarkan oleh Pertamina Direktorat
Pembekalan Dan Pemasaran Dalam Negeri (Dit. PPDN), dengan merk dagang LPG
(Liquid Petroleum Gas). Komponen utama dari LPG adalah Propana (C3H8) dan
Butana (C4H10). Disamping itu, LPG juga mengandung senyawa hidrokarbon ringan
yang lain dalam jumlah kecil, yaitu Etana (C2H6) dan Pentana (C5H12).

 Berdasarkan Penggunaannya, LPG dapat dibedakan menjadi dua, yaitu:

a. LPG Mix

LPG Mix adalah campuran propane dan butana dengan komposisi antara 70-80
% dan 20-30 % volume dan diberi odorant (Mercaptant) dan umumnya
digunakan untuk ahan bakar rumah tangga.

b. LPG Propane dan Butana

LPG Propane dan Butana adalah elpiji yang masing masing mengandung
propane 95 % dan butana 97,5 % volume dan diberi odorant (mercaptant),
umumnya digunakan untuk keperluan industri.

 Berdasarkan cara pencairannya, LPG dapat dibedakan menjadi dua, yaitu:

a. LPG Refrigerated

LPG Refrigerated adalah LPG yang dicairkan dengan cara didinginkan (titik cair
Propan adalah sekitar -42°C, dan titik cair Butan sekitar -0.5°C). Cara pencairan
LPG jenis ini umum digunakan untuk mengapalkan LPG dalam jumlah besar.
Misalnya, mengirim LPG dari negara Arab ke Indonesia. Dibutuhkan tanki
penyimpanan khusus yang harus didinginkan agar LPG tetap dapat berbentuk cair
serta dibutuhkan proses khusus untuk mengubah LPG Refrigerated menjadi LPG
Pressurized.

b. LPG Pressurized

LPG Pressurized adalah LPG yang dicairkan dengan cara ditekan dengan tekanan
(pressure) sekitar 4-5 kg/cm2. LPG jenis ini disimpan dalam tabung atau tanki
khusus bertekanan tinggi. LPG jenis inilah yang banyak digunakan dalam
berbagai aplikasi di rumah tangga dan industri, karena penyimpanan dan
penggunaannya tidak memerlukan penanganan khusus seperti LPG Refrigerated.
Tekanan uap ELPIJI cair dalam tabung yang diproduksi oleh Pertamina sekitar 5.0
– 6.2 Kg/cm2.

2.6. Peyimpanan dan Transportasi Gas Alam


Metode penyimpanan gas alam dilakukan dengan "Natural Gas Underground
Storage", yakni suatu ruangan raksasa di bawah tanah yang lazim disebut sebagai "salt
dome" yakni kubah-kubah di bawah tanah yang terbentuk dari reservoir sumber-sumber
gas alam yang telah depleted.
Hal ini sangat tepat untuk negeri 4 musim, dimana pada musim panas saat
pemakaian gas untuk pemanas jauh berkurang (low demand), gas alam diinjeksikan
melalui kompresor-kompresor gas kedalam kubah di dalam tanah tersebut. Pada musim
dingin, dimana terjadi kebutuhan yang sangat signifikan, gas alam yang disimpan di
dalam kubah bawah tanah dikeluarkan untuk disalurkan kepada konsumen yang
membutuhkan. Bagi perusahaan penyedia gas alam, cara ini sangat membantu untuk
menjaga stabilitas operasional pasokan gas alam melalui jaringan pipa gas alam. Pada
dasarnya sistem transportasi gas alam meliputi :
1) Transportasi melalui pipa salur.
2) Transportasi dalam bentuk Liquefied Natural Gas (LNG) dengan kapal
tanker LNG untuk pengangkutan jarak jauh.
3) Transportasi dalam bentuk Compressed Natural Gas (CNG), baik di daratan
dengan road tanker maupun dengan kapal tanker CNG di laut, untuk jarak dekat
dan menengah (antar pulau).

2.7. Proses Pembuatan LPG


Minyak bumi atau minyak mentah sebelum masuk kedalam kolom fraksinasi
(kolom pemisah) terlebih dahulu dipanaskan dalam aliran pipa dalam furnace (tanur)
sampai dengan suhu ± 350°C. Minyak mentah yang sudah dipanaskan tersebut
kemudian masuk kedalam kolom fraksinasi. Untuk menjaga suhu dan tekanan dalam
kolom maka dibantu pemanasan dengan steam (uap air panas dan bertekanan tinggi).
Karena perbedaan titik didih setiap komponen hidrokarbon maka komponen-
komponen tersebut akan terpisah dengan sendirinya, dimana hidrokarbon ringan akan
berada dibagian atas kolom diikuti dengan fraksi yang lebih berat dibawahnya. Pada
tray (sekat dalam kolom) komponen itu akan terkumpul sesuai fraksinya masing-
masing.
Pada setiap tingkatan atau fraksi yang terkumpul kemudian dipompakan keluar
kolom, didinginkan dalam bak pendingin, lalu ditampung dalam tanki produknya
masing-masing. Produk ini belum bisa langsung dipakai, karena masih harus
ditambahkan aditif (zat penambah) agar dapat memenuhi spesifikasi atau persyaratan
atau baku mutu yang ditentukan oleh Dirjen Migas RI untuk masing-masing produk
tersebut.
Sejumlah teknologi dasar pemisahan yang dikenal dalam rancangan LPG Plant
yang terintegrasi dengan proses produksi adalah sebagai berikut :

a. Pemisahan dengan cara distilasi bertekanan, dimana berdasarkan perbedaan titik


didih tiap-tiap komponen yang terkandung pada umpan.
b. Pemisahan dengan cara penyerapan komponen C3-C4 oleh hidrokarbon cair
ringan (light oil absorption), diikuti dengan pemisahan kembali C3-C4 dari
hidrokarbon cair dengan cara distilasi.
c. Pemisahan dengan cara mendinginkan gas-gas C3-C4 dengan silklus refrigerasi
hingga di bawah titik embunnya, sehingga gas-gas terpisah sebagai produk cair
d. Pemisahan dengan cara pendinginan, dengan memanfaatkan peristiwa
penurunan temperatur gas jika dikurangi tekanannya secara mendadak, sehingga
komponen C3C4 mengalami pengembunan.
e. Pemisahan komponen C3-C4 dengan menggunakan membran dengan ukuran
pori sedemikian sehingga komponen yang lebih ringan (C1-C2) mampu
menerobos membran, sedangkan komponen LPG tertinggal dalam aliran gas
umpan.
Namun pada umumnya unit LPG yang terdapat di kilang lebih dijumpai
pemisahan berupa kolom-kolom distilasi bertekanan. Sebelum dipisahkan umpan yang
akan masuk ke dalam fraksinator (kolom), pada umumnya gas dicairkan lebh dulu,
yakni dengan cara : didinginkan, ditekan, ditekan dan didinginkan, dan diekspansi. LPG
yang berupa gas yang terbentuk dari unsur dominan C3H8 (C3) dengan C4H10 (C4)
dengan perbandingan komposisi C3 dan C4 sebesar 70 % : 30 %, dimana dilakukan
pemberian tekanan sampai dengan 300 psi sehingga unsur tersebut berubah fasa menjadi
cair.
Untuk memisahkan unsur-unsur yang ringan dan yang lebih berat, dapat dipakai
alat Fractinator (kolom distilasi), dimana Methane (C1), Ethane (C2), Propane (C3), dan
Butane (C4) dapat dipisahkan secara sendiri-sendiri. Dapat pula Demethanizer
digabung menjadi Demethanizer/Deethanizer yang diatur setara dengan Deethanizer
yang berfungsi memisahkan C1 dan C2 bersama-sama. Begitu pula Depropanizer
digabung menjadi Depropanizer/Debutanizer yang berfungsi untuk mengambil unsur
C3 dan C4 dari produk proses sebelumnya yang akan menjadi kondensat. Kedua alat
tersebut temperatur dan tekanan kerjanya dipilih kondisi optimum yang sangat
tergantung dari komposisi gas yang harus diolah. Karena yang diolah gas bertekanan
rendah maka diperlukan kompressor, agar tercapai tekanan keluaran yang diperlukan
oleh alat Demethanizer / Deethanizer serta alat Depropanizer / Debutanizer. Proses
pemisahan komponen LPG dapat dilihat pada Gambar 2.1

 Proses Pemisahan Lpg :

Tahap selanjutnya yaitu proses refrijerasi. Proses ini berintikan pendinginan


aliran gas alam umpan di bawah temperatur pengembunan fraksi LPG dengan
menggunakan refrijeran berupa gas propana atau freon. Pendinginan ini menyebabkan
terbentuknya campuran hidrokarbon cair yang terutama terdiri dari LPG yang
melarutkan gas-gas ringan (metana dan etana) serta fasa gas hidrokarbon ringan yang
tidak terembunkan. Aliran hidrokarbon cair selanjutnya diumpankan ke kolom distilasi
untuk dikurangi kadar gas ringannya. Pengurangan kadar gas ringan ini berlangsung
pada temperatur rendah yakni sekitar 30°F.

Proses pemisahan LPG yang menerapkan teknologi refrijerasi memiliki efisiensi


pemisahan yakni sekitar 85% untuk komponen C3, 95% untuk komponen C4, dan 98%
untuk fraksi hidrokarbon cair berat. Ada 3 (tiga) cara penyimpanan LPG, yakni Under
Ground Tank (UGT), dibawah tekanan dan temperatur kamar dan refrigerated pada
tekanan atmosfer atau lebih.

2.8. Proses dan Deskripsi Dari Pabrik LPG :


Secara garis besar LPG plant terdiri dari process system sebagai berikut:
1) Feed Gas Inlet & Compression System
2) Chilling atau Cold Box and separation System
3) Fractionation
4) Dehydration (Glycol System)
5) Refrigeration System
6) Hot Oil System
7) Storage & Loading
8) Utility

a. Deskripsi Proses Secara Umum


Feed gas 60 MMSCFD yang dialirkan melalui pipa transmisi pertamina
bertekanan 450 Psig dan temperature 78 °F dalam kondisi saturated water (gas basah
atau jenuh oleh kandungan air) terlebih dahulu melalui flow control valve sebelum
masuk ke scrubber (V-004) dimana flow control valve ini difungsikan untuk mengontrol
laju feed gas ke LPG plant. Namun sebelum masuk ke scrubber (V-004) ada valve yang
berfungsi sebagai safety, dimana valve tersebut akan langsung mengalirkan feed gas ke
lean gas ketika tekanan feed gas yang mengalir itu melibihi dari set point atau terjadi
masalah dari unit prosesnya. Sedangkan gas yang masuk ke scrubber ini kemudian
dipisahkan antara gas dan liquid-liquid yang terkandung didalamnya.
Dimana liquid-liquid tersebut diantaranya mengandung air, lumpur, hidrokarbon
dan kondensat. Didalam scrubber tekanan gas turun menjadi 432 Psig dan temperature
70 °F. Sedangkan gas keluaran dari scrubber ini bertekanan 395 Psig dan temperature
27 °F. Selanjutnya gas umpan dari suction scrubber ini masuk ke feed gascompressor
(CD-101 A/B).
Di dalam compressor ini gas kemudian di tekan sampai 760 Psig dan
temperature menjadi 113 °F. Tekanan gas di naikkan agar produk kondensasi semakin
banyak. Kemudian gas didinginkan di after cooler (E-101 A/B) hingga temperaturnya
108 ˚F, dan dilewatkan kedalam filter separator atau coalising filter (V-200) untuk
menghilangkan kotoran padatan seperti partikel debu, oli yang terikut dari kompresor
dan cairan yang masih terikut didalam gas umpan. Gas bersih suction dari filter
separator atau coalising filter kemudian dialirkan ke cold box.
Di dalam cold box gas didinginkan hingga temperature mencapai 80 °F dan
menuju scrubber contactor (V-120) yang difungsikan untuk menangkap kandungan air
yang sebagian terkonden selama di cold box. Kandungan air tersebut mengalir kebawah
menuju sump tank sedangkan gas yang diharapkan tidak mengandung air naik keatas
menuju contactor (V-100). Di dalam contactor ini terjadi proses absorbsi, dimana gas
yang berasal dari scrubber contactor,yang di takutkan masih mengandung sedikit air,
kemudian di serap kandungan airnya dengan cara di kontakkan dengan lean TEG dari
dehydration unit (DHU).
Tekanan glycol contactor adalah 710 Psig dan temperature 88 °F. Gas kering
(dry gas) hasil dari proses dehidrasi ini kemudian melewati E-105 sebelum masuk ke
dalam cold box. Di dalam E-105 terjadi pertukaran panas antara lean glycol dan gas
kering, dimana temperatur lean glycol sebelum memasuki E-105 yaitu sebesar 109 °F
dan turun menjadi 98 °F, sedangkan temperatur gas kering naik dari 83 °F menjadi 86
°F. Gas tersebut kemudian menuju cold box lagi untuk didinginkan kembali atau
diturunkan suhunya hingga -38 °F.
Rich gas (gas yang mengandung banyak air) tersebut kemudian masuk ke Low
Temperature Separator (LTS) (V-250) namun sebelumnya masuk ke Joule-Thompson
Valve yang berfungsi untuk menurunkan tekanan sampai dengan 600 Psig dan
temperature menjadi -45 °F. Feed gas tersebut kemudian masuk menuju Low
Temperature Separator. Di dalam Low Temperature Separator tersebut komponen C1
dan C2+ dari feed gas kemudian dipisahkan.
Komponen C1 dan C2+ menuju ke cold box lagi untuk di manfaatkan sebagai
pendingin sebelum pada akhirnya menuju sales gas. Sedangkan cairan yang tersisa itu
dinamakan NGL (Natural Gas Liquid) keluar dari overhead LTS dialirkan menuju
kolom De-Ethanizer (V-500) yang sebelumnya melewati cold box untuk menaikkan
temperaturnya hingga 34 oF.
Kolom De-Ethanizer berfungsi untuk memisahkan komponen C2 dari C3+ yang
banyak mengandung propana, butana dan kondensat dengan cara destilasi atau
berdasarkan perbedaan titik didih. Kolom De-Ethanizer dibagi menjadi 3 bagian atau
section, yang paling atas disebut rectification section, yang bagian bawah disebut
stripping section, sedangkan dasar kolom disebut heating dan product withdrawal
section. Tekanan operasi dari kolom De-Ethanizer yaitu sebesar 480 psig dan
temperatur 250 oF.
Didalam De-Ethanizer terdapat dua fase, dimana 70 % berbentuk cairan dan
sisanya berupa uap. Cairan tersebut kemudian di panaskan dengan menggunakan
pemanasan dari reboiler (E-510) yang menggunakan hot oil yang mengalir di tube
reboilernya sedangkan feed berada di shell reboiler. Setelah melewati serangkaian tray,
dengan temperature mencapai 241 °F untuk memisahkan komponen C2 yang masih
terikut didalam De-Ethanizer. Di bagian atas De-Ethanizer terdapat trim cooler untuk
mencegah agar C3 tidak ikut menguap. Komponen gas C2 yang tidak terkondensasi dari
kolom De-Ethanizer kemudian dialirkan kembali ke cold box dimana temperatur yang
awalnya -21 °F naik menjadi 90 °F, selanjutnya komponen ini dialirkan ke recycle
compressor atau booster(C-102) untuk dinaikkan tekanannya menjadi 540 Psig dan
temperature 65 °F sebelum dikirim kembali ke PT. Pertamina gas transmission sebagai
lean gas.
Sedangkan C3 yang sudah bebas dari fraksi-fraksi ringannya kemudian keluar
dari bottom kolom menuju kolom De-propanizer (V-525). Kolom De-Propanizer ini
berfungsi untuk memisahkan komponen C3 (propane) dari C4+ yang kaya kandungan
butana dan kondensat dengan cara distilasi berdasarkan perbedaan titik didihnya.
Tekanan dan temperatur operasi pada kolom De-Propanizer sebesar 270 Psig dan 240
°F. Umpan yang kaya kandungan C3+ masuk di bagian atas sebagai campuran dua fase.
Umpan yang berbentuk cairan akan mengalir kebawah kolom melewati
serangkaian tray menuju dasar kolom dimana sebagian dari cairan ini masuk kedalam
reboiler untuk diuapkan dengan menggunakan hot oil yang mengalir di tube reboilernya,
dengan temperatur reboiler 240 °F. Uap panas ini kemudian dimasukkan kembali ke
dalam kolom De-propanizer dan menuju keatas melalui serangkaian tray lagi untuk
memanasi cairan yang turun kebawah melalui tray yang sama. Uap propane kemudian
dikondensasi melalui kondensor E-535, dan selanjutnya ditampung dalam reflux drum
(V-540) dengan tekanan 268 Psig dan temperature 128 °F.
Kemudian sebagian propane dipompakan kembali dengan menggunakan pompa
P-545 ke dalam puncak kolom sebagai cairan reflux. Setelah pompa terdapat Level
Control Valve (LCV) yang berfungsi untuk mengatur aliran, jika feed mencapai 65 gpm
maka feed tersebut dialirkan kembali ke dalam De-propanizer sedangkan sisanya
menuju ke kondensor E-550. Sementara itu sebagian lagi dialirkan untuk kemudian di
blending dengan butana menjadi LPG mix, dengan komposisi sekitar 60% mol C3 dan
38% mol C4.
Sementara itu C4 yang sudah terbebas dari fraksi-fraksi ringannya kemudian di
alirkan kedalam kolom De-Butanizer dengan tekanan 300 Psig sebagai campuran 2 fase.
Umpan yang berbentuk cairan selanjutnya turun kebagian bawah melalui sejumlah tray,
kemudian cairan ini dipanaskan didalam reboiler untuk diuapkan dengan menggunakan
hot oil, dengan temperatur reboiler 305 °F. Uap yang kaya kandungan butana hasil
pemanasan dari reboiler ini selanjutnya dimasukkan kembali kedalam kolom De-
Butanizer dan mengalir keatas melalui sejumlah tray, selanjutnya menuju butanizer
condenser E-570. Butana yang terkondensasi, kemudian ditampung dalam reflux drum
(V-575).
Sebagian butana dipompakan ke puncak kolom sebagai cairan reflux dan
sebagiannya lagi dialirkan ke cooler (E-590) sebelum di blending dengan propana
menjadi LPG mix, dengan komposisi sekitar 60% mol C3 dan 38% mol C4, selanjutnya
dialirkan ke dalam tanki LPG (V-008) pada temperatur 100 °F dengan tekanan operasi
tanki 130 Psig. Kondensat yang telah stabil, yang banyak mengandung komponen C 5
dan C6, selanjutnya mengalir dan keluar melalui level control menuju condensate cooler
(E-580) untuk didinginkan mencapai suhu 120 oF sebelum dialirkan kedalam tanki
condensate (V-009) pada kondisi atmosferik.

b. Dehydration Unit (Glycol System)


Feed gas dari proses penyaringan dengan menggunakan scrubber, coalising
filter dan srubber contactor atau filer sparator, masih mengandung air dan harus
dikeringkan terlebih dahulu sebelum masuk kedalam proses LPG plant karena air tidak
diharapkan untuk masuk ke LPG plant karena bisa menyebabkan iching pada saat
proses pemisahannya oleh karena itu air harus benar-benar dihilang dari feed gas.
Pengeringan dilakukan didalam glycol system dimana gas yang jenuh atau masih
mengandung air (saturated water) setelah keluar dari filter separator, mula-mula
didinginkan terlebih dahulu didalam cold box, kemudian di masukkan kedalam kolom
glycol contactor V-100 untuk mengabsorbsi atau menyerap kandungan air nya dengan
mengontakkan feed gas dengan lean TEG (Three Ethilen Glicol).
Lean TEG yang dikontakkan dengan feed gas akan menyerap air yang masih
terkandung pada feed gas karena air larut dalam TEG sehingga feed gas keluaran
contactor diharapkan sudah tidak mengandung air atau mengandung air dengan jumlah
yang sangat sedikit agar tidak mempengaruhi proses pemisahan ges pada column
fraksinasi. Gas kering hasil dari process dehydrasi ini kemudian dilewatkan kembali
kedalam cold box untuk didinginkan lebih lanjut dengan menggunakan propane
refrigerant atau chilling. Tekanan serta temperatur di dalam glycol contactor yaitu
sebesar 710 Psig dan 78 oF. Selain itu temperatur dari masing-masing komponen yang
akan dikontakkan di dalam glycol contactor (lean glycol dan lean gas) dapat dilihat
berdasarkan temperatur kedua komponen sebelum dan setelah melewati E-105.
Temperatur lean glycol sebelum memasuki E-105 yaitu sebesar 141 oF dan turun
menjadi 98 oF setelah melewati E-105 (sebelum masuk kedalam glycol contactor).
Demikian halnya dengan lean gas yang telah dikontakkan dengan lean glycol didalam
V-100, sebelum melewati E-105 temperatur lean gas tersebut sebesar 83oF dan naik
menjadi 86oF setelah melewati E-105. Besarnya kandungan air yang diserap oleh TEG
di dalam kolom glycol contactor berkisar antara 2,6 – 2,8 %wt dari TEG yang keluar
dari kolom glycol contactor.
Setelah melakukan proses pengeringan (drying process), cairan glycol (TEG)
akan menjadi jenuh karena terjadi penyerapan air kedalam cairan glycol. Glycol ini
harus di-regenerasi dengan cara mengalirkan dan memanaskannya kedalam
regeneration reboiler (H-150) pada temperatur 400 oF untuk menguapkan kandungan air
yang ada pada Glikol. TEG yang keluaran contactor (V-100) yang sudah jenuh dengan
air (TEG jenuh atau rich TEG) melewati LCV-100 dimana level dari V-100 di setting
30%. Jika level dari V-100 lebih dari setting maka LCV-100 akan terbuka otomatis
mengalirkan rich TEG ke dalam still column.
Selanjutnya air di stripping didalam stripping column pada temperatur 400oF
sehingga kandungan air di dalam TEG turun menjadi 0,02 %wt. Namun, sebelum
dialirkan menuju regeneration reboiler, rich TEG dari V-100 terlebih dahulu
dipanaskan (pre-heating) pada bagian atas still culomn dengan suhu 168 oF. Aliran rich
TEG pada bagian atas still column ini juga berfungsi untuk menjaga agar tidak ada TEG
yang ikut menguap bersama komponen air yang teruapkan sehingga dapat
meminimalisasi adanya losses pada glycol akibat penguapan. Setelah melewati bagian
atas still column, rich TEG kemudian dialirkan menuju flash tank (V-110) untuk
memisahkan gas dari liquid (TEG) yang terikut dari contactor serta di dalam flash tank
tersebut diharapkan pula agar liquid hidrokarbon yang terkandung di dalam rich TEG
dapat terlepas dan akan dibuang ke flearing. Dari flash tank, rich TEG kemudian
melewati serangkaian filter untuk menghilangkan pengotor yang terkandung di dalam
rich TEG.
Filter yang dilewati oleh rich TEG sebelum masuk ke dalam exchanger (E-131)
meliputi glycol particulate filter (F-120/121) yang berfungsi menghilangkan pengotor
padat ( dust particulat ) pada TEG, glycol carchoal filter (F-125/126) yang berfungsi
menghilangkan hidrokarbon (cracking hidrokarbon) yang masih lolos dari flash tank
dan filter nowata (F-127) untuk memisahkan particulat halus yang masih lolos dari F-
120/121/125/126/127. Rich TEG yang telah difilter kemudian dipanaskan kembali di
dalam exchanger (E-130) dengan menyerap panas dari lean TEG yang akan dialirkan
menuju V-100 hingga mencapai suhu 184 oF.
Kemudian Rich TEG masuk ke dalam Still column, dan dipanaskan oleh reboiler
H-150 dengan temperatur 400 oF. Karena jika temperatur diatas 400 oF maka TEG yang
losses aka banyak karena terdegradasi. Di reboiler dimasukkan stripping gas untuk
mempercepat pemanasan di reboiler sehingga air dapat cepat teruapkan dan terpisah.
Selai itu sripping gas yang menguap dapat mengikat uap air juga untuk dikeluarkan ke
cerobong. Diharapkan setelah pemanasan di reboiler uap air tidak terikut lagi pada TEG
tetapi di reboiler efisiensi penyerapannya sebesar 95,5 %. Itulah sebabnya masuk ke
stripping column.
Di dalam stipping column terdapat spiral untuk menahan TEG losses dan
memisahkan uap air yang masih terikut pada TEG dan membuangnya ke
cerobong.Setelah melewati stripping column, efisiensi penyaerapan air menjadi 99,8 %.
TEG keluaran dari stripping column dinamakan lean TEG pada suhu 265 oF. Sebelum
disirkulasi kembali ke dalam kolom glycol contactor, TEG yang telah terbebas dari
kandungan air (lean TEG) diturunkan temperaturya terlebih dahulu dengan cara
dikontakkan dengan rich TEG dari glycol contactor di dalam heat exchanger (E-130).
Lean TEG berada di shell dan rich TEG berada di tube. Sehingga suhu keluaran
lean TEG nantinya berkurang menjadi 184 oF setelah mengalami pertukaran panas
denag Rich TEG. Setelah melewati E-130, lean TEG masuk ke tangki penampungan T-
155. Proses penurunan temperatur TEG juga dilakukan dengan melewatkannya dalam
cooler E-145 sebelum dipompakan oleh P 170 A/B kembali ke dalam kolom glycol
contactor. Terdapat FM-100 sebelum lean TEG masuk ke V-100, dimana FM-100 di
setting sebesar 10% feed + 0,2. Jika lean TEG yang mau dialirkan berlebih dari setting
FM-100 maka kelebihan TEG akan dialirkan kembali ke tangki accumulator (T-155).
c. Refrigeration System
Refrigration system merupakan unit system pendingin pada plant LPG yang
menggunakan propane sebagai pendingin. Refrigeration package menggunakan
propane sebagai refrigerant (98% mol C3), yang terdiri dari 2 x 50% train screw
compressor dengan tenaga penggerak Gas Engine. Secara keseluruhan refrigerant
package terdiri dari gas chiller, compressor, oil separator, propane condensor, oil
pump, oil cooler, dan liquid receiver. System ini merupakan closed loop system yang
dilengkapi dengan propane make-up connection untuk menggantikan atau menambah
propane refrigerant yang hilang (lost) selama pemakaian. Refrigerant system dilengkapi
dengan control panel tersendiri berbasis PLC yang terpasang secara terpisah dan di
design khusus untuk menjalankan unit tersebut. Namun demikian disediakan output
“common alarm” yang terkoneksi ke plant main control room.
Propane yang sudah dikondensasi di tampung pada tangki accumulator (V-400).
Sebelum masuk ke economizer (V-330), propane dialirkan ke filter F-420 untuk
menyaring kotoran/ impuritis dan juga oli yang masih terikut pada propane.
Economizer digunakan untuk mengekonomiskan nilai propane dimana disana propane
dipisahkan antara propane liquid dan propane vapor.Tekanan dan temperatur operasi
economizer sebesar 50 Psig dan 30 oF.
Propane vapor pada bagian atas economizer langsung dialirkan ke compressor
C-310 A/B sebagai secound suction sedangkan aliran bottom economizer yaitu propane
liquid dibagi menjadi 2 aliran. Aliran pertama, propane liquid dialirkan ke trim cooler
E-505 yang digunakan untuk pendinginan pada trim cooler di de-ethanizer untuk
mengkondensasi C3 yang ikut teruapkan pada column fraksinasi de-ethanizer. Setelah
propane liquid digunakan untuk kondensasi, propane berubah fase menjadi vapor.
Vapor propane kemudian dialirkan ke tangki expansi V-230. Sedangkan aliran liquid
propane yang ke dua langsung dialirkan ke tangki expansi V-230. Tekanan dan
temperatur operasi expantion vessel sebesar 6 Psig dan -28oF.
Tangki expansi ini terjadi penurunan tekanan sampai 6 psi karena ditangki
ekspansi vapor propane yang ada pada tangki dialirkan ke scrubber V-300 untuk
memisahkan terlebih dahulu liquid yang propane yang terikut sebelum masuk ke
compressor C-310 A/B karena di compressor tidak boleh ada liquid. Sedangkan bagian
bottom (liquid propane) dialirkan ke cold box E-220 untuk pendinginan di cold box.
Setelah liquid propane digunakan sebagai pendingin, propane vapor kemudian dialirkan
kembali ke tangki expansion V-230.
Vapor propane yang sudah dipisahkan liquid propanenya pada srubber kemudial
masuk ke compressor C-310 A/B dan bergabung dengan propane vapor dari secound
suction. Pada compressor mycomp tekanan propane ditingkatkan dari 6 Psig menjadi
185 Psig. Tekanan dinaikan supaya semakin banyak propane yang terliquid kan
nantinya. Propane yang telah dinaikkan tekanannya kemudian dialirkan menuju lube oil
separator (V-320 A/B) dan compressor lube oil separator 2nd stage (V-321 A/B) untuk
menangkap oil CPI yang tercampur ke dalam propane saat mlewati C-310 A/B.
Selanjutnya propane dialirkan melalui kondensor (E-410 A/B/C) untuk dikondensasi
dan menurunkan temperaturnya dari 168 oF menjadi 104 oF, kemudian ditampung di
dalam accumulator (V-400).
d. Hot Oil System
Sistem hot oil menggunakan lube oil mobiletherm 603 sebagai oil untuk
pemanasan pada reboiler fraksinasi. Hot oil system merupakan closed system, yang
terdiri dari peralatan sebagai berikut;
1) Hot Oil Heater
2) Hot Oil Expansion Tank
3) Hot Oil Recirculation Pumps
Hot Oil Heater merupakan dual furnace atau tungku tipe konveksi (pemanas tak
langsung) yang berfungsi untuk memanaskan hot oil dengan bahan bakar lean gas pada
saat operasi normal atau memakai bahan bakar feed gas pada saat star-up plant pada
burner (B-610). Hot oil mula-mula dipanasi didalam heater kemudian disirkulasi ke
LPG plant dengan pompa untuk memanasi regenation gas heater, LEF reboiler dan
LPG reboiler. Hot oil disirkulasikan oleh 2 x 100% hot oil recirculation pump.
Sementara itu, hot oil yang telah digunakan akan di kembalikan ke expansion tank
sebelum sirkulasi ulang setelah dipanasi kembali didalam heater.
Expansion tank didesign memiliki ruang yang cukup untuk meyimpan sementara
hot oil dan juga memberikan ruang untuk expansi hot oil akibat pemanasan. Untuk
mengganti sebagian hot oil yang hilang selama pemakaian maka disediakan connection
untuk hot oil make-up yang dilengkapi dengan pompa feeding dan stroge tank. Hot oil
system dilengkapi dengan control panel tersendiri berbasis PLC yang terpasang secara
terpisah dan di design khusus untuk menjalankan unit tersebut. Namun demikian
disediakan output “common alarm” yang terkoneksi ke Plant Main Control room.
Hot Oil yang telah dipanaskan di dalam heater (H-600) kemudian dipompakan
dengan pompa P-630 A atau B ke dalam De-Ethanizer Reboiler (E-510), De-Butanizer
Reboiler (E-565) dan De-Propanizer Reboiler (E-530). Aliran hot oil ke reboiler dibagi
menjadi 2 aliran yaitu aliran pertama langsung ke De-Ethanizer reboiler (E-510) dan
aliran yang ke dua menuju ke De-Butanizer reboiler (E-565) dan De-Propanizer
reboiler (E-530).
Tetapi aliran ke De-Ethanizer reboiler (E-510) ditutup terlebih dahulu dengan
valve karena De-Ethanizer reboiler (E-510) terlebih dahulu menggunakan panas hot oil
keluaran dari De-Butanizer reboiler (E-565) dan De-Propanizer reboiler (E-530).
Setelah digunakan sebagai pemanas di dalam E-565 dan E-530, hot oil kemudian
dialirkan kedalam De-Ethanizer reboiler (E-510) sebelum dipanaskan kembali di dalam
heater. Jika panas hot oil keluaran De-Butanizer reboiler (E-565) dan De-Propanizer
reboiler (E-530) sudah mencukupi untuk memanaskan Ethanizer reboiler (E-510),
valve yang ke Ethanizer reboiler tidak dibuka tetapi jika panasnya belum mencukupi
maka valve dibuka untuk memenuhi kebutuhan panas di Ethanizer reboiler. Kondisi
operasi untuk reboiler yaitu untuk temperatur Ethanizer reboiler (E-510)241 oF, De-
Butanizer reboiler (E-565) 240 oF dan De-Propanizer reboiler (E-530) 305 oF.
e. Fractionation
Fractionation system terdiri dari 3 buah kolom, yang merupakan unit-unit utama
dari LPG plant yang berfungsi menghasilkan product dengan cara distilasi berdasarkan
perbedaan titik didih dari masing-masing komponen gas umpan, yaitu:
1. De-Ethanizer
2. De-Propanizer
3. De-Butanizer
Berikut uraiannya :
1. De-Ethanizer kolom
Column De-Ethanizer memisahkan komponen ringan (C1 dan C2) dari C3+ yang
kaya kandungan propane, LPG dan condensate dengan cara distilasi berdasarkan
perbedaan titik didihnya. Column De-Ethizer di bagi menjadi 3 bagian atau section,
yang paling atas disebut rectification section, yang bagian bawah disebut stripping
section, sedangkan dasar kolom disebut heating dan product withdrawal section.
Umpan yang kaya kandungan C3+ masuk di bagian atas stripping section sebagai
campuran 2 phase (kira-kira 70% mol berbentuk cairan, sisanya berupa uap).
Umpan yang berbentuk cairan akan mengalir kebawah kolom melewati
serangkaian tray menuju dasar kolom dimana sebagian dari cairan ini masuk kedalam
reboiler untuk diuapkan dengan menggunakan hot oil yang mengalir di shell-side
reboilernya. Uap panas ini kemudian di masukkan kembali ke dalam kolom dan
mengalir keatas melalui serangkaian tray untuk memanasi cairan yang turun kebawah
melalui tray yang sama.C3+ yang sudah bebas dari fraksi ringan selanjutnya mengalir
melewati weir ke dalam product withdrawal section, dan keluar dari kolom diatur oleh
control valve menuju De-Propanizer column. Sementara itu umpan yang berbentuk uap
yang kaya akan komponen C1 dan C2 pada saat masuk ke column akan tercampur
dengan uap panas yang berasal dari Reboiler, dan mengalir keatas kolommelalui
rectification section, selanjutnya dipuncak kolom didinginkan dengan trim cooler,
component berat yang terdapat didalam uap akan di kondensasi atau diembunkan dan
akan jatuh kebawah kolom sebagai cairan reflux, yang selanjutnya akan terpanasi oleh
uap yang mengalir keatas di dalam rectification section. C1& C2 yang tidak mengembun
di top kolom selanjutnya di alirkan ke recycle compressor untuk dinaikkan tekanannya
sebelum dikirim kembali ke Pertamina gas transmission.
2. De-Propanizer kolom
Column De-Proannizer memisahkan komponen C3 (propane) dari C4+ yang kaya
kandungan LPG dan condensate dengan cara distilasi berdasarkan perbedaan titik
didihnya. Column De-Propanizer di bagi menjadi 3 bagian atau section, yang paling
atas disebut rectification section, yang bagian bawah disebut stripping section,
sedangkan dasar kolom disebut heating dan product withdrawal section. Umpan yang
kaya kandungan C3+ masuk di bagian atas stripping section sebagai campuran dua
phase.
Umpan yang berbentuk cairan akan mengalir kebawah kolom melewati
Serangkaian tray menuju dasar kolom dimana sebagian dari cairan ini masuk kedalam
reboiler untuk diuapkan dengan menggunakan hot oil yang mengalir di shell-side
reboilernya. Uap panas ini kemudian di masukkan kembali ke dalam kolom dan
mengalir keatas melalui serangkaian tray untuk memanasi cairan yang turun kebawah
melalui tray yang sama.C4+ yang sudah bebas dari fraksi ringan (C3) selanjutnya
mengalir melewati weir ke dalam product withdrawal section, dan keluar dari kolom
diatur oleh control valve menuju De-Butanizer Column.
Sementara itu umpan yang berbentuk uap yang kaya akan komponen C3 dan
pada saat masuk ke column akan tercampur dengan uap panas yang berasal dari
reboiler, dan mengalir keatas kolom melalui rectification section, selanjutnya menuju
propane condenser . Component berat yang terdapat didalam uap akan di kondensasi
atau diembunkan didalam condenser, dan selanjutnya dipisahkan didalam reflux drum
sebelum di pompa kembali ke dalam puncak column sebagai cairan reflux. Cairan reflux
ini selanjutnya akan mengalir kebawah dan akan terpanasi oleh uap yang mengalir
keatas di dalam rectification section. Sementara itu sebagian dari cairan ini dialirkan
kedalam tangki penyimpan sebagai product propane.
3. LPG Column atau De-Butanizer
LPG Column atau De-Butanizer akan memisahkan komponen C3 dan C4 dalam
jumlah tertentu dari condensate umpan yang yang didapat dari bottom product De-
propanizer column. LPG dalam bentuk uap selanjutnya di distilasi didalam kolom untuk
mengambil cairan C5+ yang mana juga teruapkan dalam jumlah kecil. LPG column
terdiri dari 3 bagian, bagian atas disebut rectification section, bagian bawah disebut
stripping section, dan bagian dasar column disebut heating dan product withdrawal
section.
Umpan dari De-pronanizer column yang kaya kandungan C3 dan C4 masuk
kedalam LPG De-Butanizercolumn sebagai campuran 2 phase melalui bagian atas
stripping section. Umpan yang berbentuk cairan selanjutnya turun kebagian bawah
melalui sejumlah tray ke heating section dimana selanjutnya cairan ini dipanaskan
didalam reboiler untuk diuapkan dengan menggunakanh hot oil. Uap yang kaya akan
kandungan LPG hasil pemanasan dari reboiler selanjutnya dimasukkan kembali
kedalam column dan mengalir keatas melalui sejumlah tray, yang akan memanasi
cairan yang turun lewat tray-tray tersebut. condensate yang telah stabil, yang banyak
mengandung komponen C5 dan C6.
Selanjutnya mengalir melewati weir kedalam product withdrawal section, dan
keluar lewat level control menuju condensate cooler untuk didinginkan sebelum di
alirkan kedalam tangki-tangki condensate. Sementara itu umpan yang berbentuk uap
yang kaya akan komponen C3 dan C4 pada saat masuk ke LPG column akan tercampur
dengan uap panas yang berasal dari reboiler, dan mengalir keatas kolom melalui
rectification section, selanjutnya menuju LPG condenser atau fin-fan cooler. LPG yang
terkondensasi, yang mengandung komponen sekitar 60% mol C 3 dan 38% mol C4
dipisahkan dari komoponen ringan yang tidak terkondensasi didalam LPG reflux drum
dan dipompa ke LPG storage tank, sementara fraksi ringan yang tersisa di buang ke
flare system. LPG dalam jumlah tertentu akan dipisahkan dalam LPG reflux drum untuk
dipompakan kembali sebagai reflux kedalam kolom. Cairan refluk ini selanjutnya
mengalir turun kebawah sambil dipanasi oleh uap yang mengalir keatas didalam
rectification section didalam kolom melalui serangkaian tray column.
f. Flare dan Disposal System
LPG plant Lembak, simpang Y tidak dilengkapi dengan flare system, sehingga
semua keperluan flaring dilakukan dengan menggunakan flare stack milik Pertamina
yang memang sudah ter-installed di dekat plant area. LPG plant Lembak, simpang Y
hanya menyediakan koneksi dari flare header ke existing flare stack milik PT.
Pertamina. Disposal system untuk buangan yang berbentuk cairan tetap disediakan
sebagai alat buangan proses sebelum dilepas ke lingkungan.
Gas buangan yang berasal dari venting atau gas blowdown pada saat emergency
akan di alirkan ke flare system milik Pertamina untuk dibakar terlebih dahulu sebelum
dilepas ke atmosphere.
Terdapat 2 buah disposal system untuk menampung buangan cairan, yaitu closed
drain system yang berfungsi menampung sisa cairan yang masih banyak mengandung
condensate seperti cairan dari filter dan separator. Untuk cairan yang banyak
mengandung air dan buangan yang tidak bertekanan, dialirkan ke oil catcher yang
terbuat dari penampungan bak terbuka yang dilengkapi dengan weird untuk
memisahkan sisa-sisa condensate dan air. Condensate yang telah dipisahkan kemudian
dipompakan kembali ke closed drain system, sementara airnya dialirkan ke balong
sebelum di buang ke lingkungan.
g. Storage and Loading System
LPG tank Lembak, simpang Y dilengkapi dengan 4 buah LPG tank berbentuk
vessel horizontal dengan kapasitas per tank 150 tons. Tank ini dilengkapi dengan water
cooling system yang berfungsi untuk memdinginkan tank apabila suhu cairan didalam
tanki melebihi titik aman temperature penyimpanan. System loading LPG produk
dilakukan dengan loading truck menggunakan weighing bridge station.
LPG dialirkan dari tangki penyimpan dengan LPG pump yang masing-masing
berkapasitas 88 Gpm. Plant ini juga dilengkapi dengan 1 buah LPG offspec tank
berkapasitas 150 ton yang berfungsi untuk menampung hasil LPG yang tidak memenuhi
specifikasi sebelum di re-cycle kembali ke process plant dengan menggunakan LPG off
spec pump yang berkapasitas Gpm. Terdapat 1 buah propane tank untuk menampung
produk propane dengan kapasitas 50 tons.
Terdapat 1 buah condensate tank untuk menampung produk condensate dengan
kapasitas 125 tons. Loading propane dan condensate produk dilakukan dengan
dispenser menggunakan filling station. Condensate dialirkan dari tanki penyimpan
dengan 2 buah propane pump yang masing-masing berkapasitas 22 Gpm, dan 2 buah
condensate pump yang masing-masing berkapasitas 22 Gpm.
h. Control and ESD System
Untuk mengendalikan plant dan mengatasi keadaan bahaya, LPG plant Lembak,
simpang Y dilengkapi dengan Control dan ESD system yang berfungsi untuk
mengontrol parameter proses dan sebagai emergency shutdown system. Menurut
penempatannya (topography) system kontrol ini dibagi menjadi 2 bagian yaitu system
control yang diletakkan didalam control room dan local control panel untuk unit-unit
tertentu.
Semua parameter proses dikendalikan dari control room, yang didalamnya
terdapat panel-panel sebagai berikut :
1) Main control panel & ESD system (PLC system)
2) Gas chromatograph panel (Status)
3) MCC panel
4) Propane refrigerant panel
5) Hot oil panel
PLC yang berada di control room menangkap sinyal atau info yang dikirim dari
local panel atau site, yaitu dari transmitter, control valve, SOV (BDV/SDV/DV), dan
dew point. Terdapat 3 system di site yang tidak terhubung dengan DCS system, yaitu
loading system, gas chromatography system dan metering lean gas system.
Pengontrolan loading system dilakukan langsung di lapangan, sedangkan status
dari metering lean gas di display di control room melalui flow computer yang
dilengkapi dengan printer sendiri. Data dari local panel cas chromatography juga di
display di PC3 yang berada di control room. PC3 juga dilengkapi dengan printer.
System yang berada di lapangan selain instrument yang juga terhubung PLC adalah
refrigeration system dan hot oil packages.
Man Machine Interface (MMI) dari PLC system dilakukan di dua buah
computer (PC1 dan PC2), serta terhubung ke dua buah printer. PC1 berfungsi sebagai
programming dan station, artinya semua penambahan ataupun pemprograman PLC
system hanya bisa dilakukan melalui PC1. PC2 berfungsi sebagai station dan dapat
digunakan untuk merubah set-point dari instrument. Di control room juga terdapat
MCC, yang berfungsi sebagai control terhadap semua equipment motor. Khusus untuk
motor-motor yang bekerja di main proses, MCC mengirim sinyal Run atau Stop Permit
Status ke DCS system.
i. Fire Safety System
Untuk mengatasi keadaan darurat bahaya kebakaran, plant dilengkapi dengan
fire water system yang didesain untuk melindungi plant jika terjadi kebakaran besar di
tanki LPG dan di semua area plant. Fire water system terdiri dari:
1) Fire water pump station
2) Fire water pond
3) Fire water main ring dan accessories
Fire water pump station terdapat 1 buah diesel engine fire water pump
berkapasitas 1250 gpm dengan tekanan discharge 150 psig maximum. Pompa ini
dilengkapi dengan diesel tank yang memiliki kapasitas bahan bakar solar mampu
mensuplai engine secara terus menerus selama 4 jam. Pompa ini running secara
otomatis (starter active) jika tekanan di main ring berkurang pada tekanan tertentu.
Jockey pump dipasang untuk menjaga pressure main ring pada tekanan 125
psig. Jika hydrant atau monitor dibuka karena terjadi kebakaran, maka tekanan main
ring akan menurun yang akan mengaktifkan fire water pump. Water pond atau balong
dibangun dengan kapasitas air yang cukup untuk mengatasi bahaya kebakaran, dimensi
balong 95 M x 50 M dan kedalam 4 meter, memiliki kapasitas penampungan air
nominal 13.300 M3.
Main ring terbuat dari pipa berdiameter 8 inci yang dibangun mengelilingi
plant, yang juga dilengkapi dengan 10 hydrant dengan kapasitas hydrant masing 85
GPM (125 Psig) untuk menghadapi kebakaran. Selain itu pada propane, LPG dan
condensate tank juga dilengkapi dengan water spray system yang berguna untuk
mendinginkan tanki pada saat kebakaran atau jika suhu didalam tanki naik dan terjadi
penguapan yang signifikan. Water spray system ini dihubungkan dengan deluge valve
yang akan membuka secara otomatis jika tekanan di dalam tanki naik akibat terjadinya
penguapan yang berlebihan.
j. Utility
Terdapat 4 macam utility system untuk menjalankan plant, yaitu:
1) Air Instrument System
2) Genset
3) UPS
4) Water Treatment Package
Berikut penjelasannya keempat sistem utilitas yang ada di plant :
1) Instrument Air System
Instrument air system berguna untuk menyuplai seluruh keperluan udara untuk
alat-alat instrumen. Dalam sistem ini terdapat dua buah air compressor yang berguna
untuk mengkompres udara. Compressor ini digerakkan melalui tenaga listrik yang
berasal dari generator. Compressor juga dilengkapi dengan air dryer yang berfungsi
untuk menyaring kandungan air yang terdapat di udara dengan cara
mengkondensasikannya. Udara kering yang keluar dari air dryer kemudian ditampung
didalam tabung penampung atau receiver sebelum dialirkan kebagian instrument yang
membutuhkan seperti control valve. Udara kering tersebut disalurkan dengan tekanan
sekitar 125 psig.
2) Genset atau Generator
Generator adalah mesin listrik yang berfungsi untuk merubah tenaga mekanik
yang berupa tenaga putar poros (rotor) menjadi tenaga listrik. Prinsip kerjanya adalah
bila sebuah penghantar (konduktor) digerakkan (mekanik) dalam medan magnet, maka
pada penghantar itu akan timbul arus listrik.
Terdapat tiga buah generator yang ada didalam plant PT. Surya Esa Perkasa, Tbk yaitu:
1. Dua buah genset yang berkapasitas masing-masing 900 KVA yang digerakkan
oleh mesin berbahan bakar gas .
2. Satu buah genset berkapasitas 250 KVA yang digerakkan oleh mesin diesel.
Pada dasarnya hanya satu buah genset yang bekerja pada kondisi normal,
sedangkan yang satunya lagi stand by dan satu buah genset diesel sebagai persiapan
ketika emergency.
3) UPS ( Un – interupted Power Supply )
UPS digunakan sebagai sistem power back-up untuk tetap menyuplai power jika
terjadi pemadaman arus listrik secara tiba-tiba. UPS ini dirancang untuk mampu
melindungi semua operasi –operasi kritikal selama dua jam secara terus menerus
sebelum pembangkit listrik aktif kembali. UPS mampu menyuplai DC power sekitar 20
KVA.
4) Plant Water atau Water Treatment Package
Plant water adalah unit yang berfungsi untuk menjernihkan air baku menjadi air
bersih melalui proses klarifikasi. Air permukaan yang berasal dari alam mengandung
kotoran-kotoran ini tidak dihilangkan maka akan mengganggu pada proses selanjutnya.
Impurities - impurities ini dibagi menjadi dua kelompok yaitu sebagai berikut:
3 Impurities yang tidak larut (suspended solid) yaitu partikel – partikel atau
kotoran yang masih dapat dilihat secara kasat mata. Seperti, partikel-partikel yang
menyebabkan air keruh.
4 Impurities yang terlarut (dissolved solid). Seperti, calsium bikarbonat, garam-
garam silika dan lain-lain.
Pada dasarnya kedua impurities di atas harus dihilangkan agar diperoleh air
dengan kualitas yang bagus. Namun, plant PT. Surya Esa Perkasa, Tbk hanya
menghilangkan kandungan air suspended solid karena air yang digunakan hanya untuk
menyuplai keperluan kantor, pendingin untuk fin fan cooler dan fire hydrant. Proses
deskripsinya adalah sebagai berikut: Air diambil dari sumur bor dengan menggunakan
pompa deep well pump yang kemudian ditampung dibak settling untuk mengendapkan
suspended solid yang ada sebelum dialirkan ke proses selanjutnya. Dari bak penampung
air dialirkan ke sand filter guna menghilangkan impurities – impurities seperti pasir,
tanah dan lain-lain. Dari sand filter air ditransfer ke bak penampungan kemudian
dialirkan ke aerator dengan menggunakan bantuan transfer pump dan kemudian ke
filter pump. Sebelum air dialirkan untuk keperluan plant dan kantor, air terlebih dahulu
dimasukan ke karbon filter guna menyaring impurities-impurities yang mungkin masih
terkandung.

2.10. Kelebihan dan Kekurangan Gas Elpiji


• Kelebihan
- Pembakaran lebih baik sehingga memaksimumkan/optimalisasi
kalori panas yang dihasilkan.
- Lebih Hemat.
• Kekurangan
- Pada dasarnya jika gas Elpiji digunakan secara benar dan tepat
guna, maka tidak akan menimbulkan kerugian yang berarti.
Namun jika terjadi kebocoran dan diletakkan di dekat api, akan
menimbulkan ledakan yang sangat besar dan berbahaya.
-Salah satu resiko penggunaan LPG adalah terjadinya kebocoran pada tabung
atau instalasi gas sehingga bila terkena api dapat menyebabkan kebakaran.
Pada awalnya, LPG tidak berbau, tapi bila demikian akan sulit dideteksi
apabila terjadi kebocoran pada tabung gas. Karena itu dilakukan menambahkan
gas mercaptan, yang baunya khas dan menusuk hidung. Langkah itu sangat
berguna untuk mendeteksi bila terjadi kebocoran pada tabung gas.

4.8 Dampak Pembuatan Lpg

Dampak terhadap lingkungan umumnya tidak ditimbulakn pada Industri


pembuatan LPG karena pemerintah khusunya pemerintah telah menetapkan kebijakan
serta AMDAL terkait dengan penyediaan LPG. Dampak yang sangat mencolok yaitu
berkurangnya SDA minyak bumi atau minyak mentah karena digunakan sebagai bahan
bahku LPG sehingga sekarang ini sudah marak terjadi kelangkaan LPG dan impor LPG
secara besar-besaran untuk memenuhi permintaan konsumen.
BAB III

PENUTUP

3.1 Kesimpulan
1. LPG (Liquified Petroleum Gas )adalah gas minyak bumi yang dicairkan), adalah
campuran dari berbagai unsur hidrokarbon yang berasal dari gas alam. Dengan
menambah tekanan dan menurunkan suhunya, gas berubah menjadi cair.
Komponennya didominasi propana (C3H8) dan butana (C4H10). LPG juga
mengandung hidrokarbon ringan lain dalam jumlah kecil, misalnya etana (C 2H6)
dan juga mengandung komponen berat seperti pentana (C5H12) dan lain–lain.
2. Menurut spesifikasinya, LPG dibagi menjadi tiga jenis yaitu LPG campuran,
LPG propana dan LPG butana. Spesifikasi masing–masing LPG tercantum dalam
keputusan Direktur Jendral Minyak dan Gas Bumi Nomor 25K/ 36/ DDJM/ 1990.
LPG yang dipasarkan untuk masyarakat adalah LPG campuran.
3. Hingga saat ini energi minyak bumi masih mendominasi dunia bahan bakar. Hal
ini terlihat pada hampir setiap sektor kehidupan, apakah itu transportasi, rumah
tangga maupun industri, berkaitan erat dengan penggunaan BBM yang sangat besar
sebagai bahan bakar utama.
DAFTAR PUSTAKA

Proses pengolahan minyak bumi,(http://rizkisituyulmungil.blogspot.com/ , diakses 2


juni 2014)

Pemurnian minyak (http://infotambang.com/proses-pemurnian-minyak-p498-164.htm ,


diakses 2 juni 2014)

Minyak bumi, 2010.( http://dtwh2.esdm.go.id/dw2007/, diakses 2 juni 2014)

Anda mungkin juga menyukai