Anda di halaman 1dari 8

Kebenaran dan Asas Berfikir

Makalah ini disusun untuk memenuhi tugas kelompok mata kuliah

“Logika”

Dosen: Soleh Hasan Wahid , M.H.

Disusun oleh:

Ahmad Jaelani (101180001)

Annisa Meirica S (101180018)

Aziz Sulton B (101180027)

JURUSAN AHWAL SYAKHSHIYYAH

FAKULTAS SYARIAH

INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI PONOROGO

2019
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena
dengan rahmat, karunia, serta taufik dan hidayah-Nya lah kita dapat
menyelesaikan makalah yang berjudul “Kebenaran dan Asas Berfikir ” ini sebatas
pengetahuan dan kemampuan yang kita miliki, sangat berharap makalah ini
dapat berguna dalam rangka menambah wawasan serta pengetahuan kita. Kita
juga menyadari sepenuhnya bahwa di dalam tugas ini terdapat kekurangan-
kekurangan. Untuk itu, saya berharap adanya kritik, saran dan usulan demi
perbaikan di masa yang akan datang, mengingat tidak ada sesuatu yang
sempurna tanpa sarana yang membangun.

Semoga makalah ini dapat dipahami bagi siapapun yang membacanya.


Sekiranya laporan yang telah disusun ini dapat berguna bagi kita sendiri maupun
orang yang membacanya. Sebelumnya kita mohon maaf apabila terdapat
kesalahan kata-kata yang kurang berkenan dan kita memohon kritik dan saran
yang membangun demi perbaikan di masa depan.

2
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Manusia selalu berusaha menemukan kebenaran. Beberapa cara ditempuh
untuk memperoleh kebenaran, antara lain dengan menggunakan rasio seperti para
rasionalis dan melalui pengalaman atau empiris. Pengalaman-pengalaman yang
diperoleh manusia membuahkan prinsip-prinsip yang lewat penalaran rasional,
kejadian-kejadian yang berlaku di alam itu dapat dimengerti. Ilmu pengetahuan
harus dibedakan dari fenomena alam. Fenomena alam adalah fakta, kenyataan
yang tunduk pada hukum-hukum yang menyebabkan fenomena itu muncul. Ilmu
pengetahuan adalah formulasi hasil aproksimasi atas fenomena alam atau
simplifikasi atas fenomena tersebut. Struktur pengetahuan manusia menunjukkan
tingkatan-tingkatan dalam hal menangkap kebenaran. Setiap tingkat pengetahuan
dalam struktur tersebut menunjukkan tingkat kebenaran yang berbeda.
Pengetahuan inderawi merupakan struktur terendah dalam struktur tersebut.
Tingkat pengetahuan yang lebih tinggi adalah pengetahuan rasional dan intuitif.
Tingkat yang lebih rendah menangkap kebenaran secara tidak lengkap, tidak
terstruktur, dan pada umumnya kabur, khususnya pada pengetahuan inderawi dan
naluri. Oleh sebab itulah pengetahuan ini harus dilengkapi dengan pengetahuan
yang lebih tinggi. Pada tingkat pengetahuan rasional-ilmiah, manusia melakukan
penataan pengetahuannya agar terstruktur dengan jelas. Filsafat ilmu memiliki
tiga cabang kajian yaitu ontologi, epistemologi dan aksiologi. Ontologi membahas
tentang apa itu realitas. Dalam hubungannya dengan ilmu pengetahuan, filsafat ini
membahas tentang apa yang bisa

dikategorikan sebagai objek ilmu pengetahuan. Dalam ilmu pengetahuan


modern, realitas hanya dibatasi pada hal-hal yang bersifat materi dan kuantitatif.

3
Ini tidak terlepas dari pandangan yang materialistik-sekularistik. Kuantifikasi
objek ilmu pengetahuan berari bahwa aspek-aspek alam yang bersifat kualitatif
menjadi diabaikan. Epistemologis membahas masalah metodologi ilmu
pengetahuan. Dalam ilmu pengetahuan modern, jalan bagi diperolehnya ilmu
pengetahuan adalah metode ilmiah dengan pilar utamanya rasionalisme dan
empirisme. Aksiologi menyangkut tujuan diciptakannya ilmu pengetahuan,
mempertimbangkan aspek pragmatis-materialistis. Dari semua pengetahuan,
maka ilmu merupakan pengetahuan yang aspek ontologi, epistemologi, dan
aksiologinya telah jauh lebih berkembang dibandingkan dengan pengetahuan-
pengetahuan lain, dilaksanakan secara konsekuen dan penuh disiplin. misalnya
hukum-hukum, teori-teori, ataupun rumus-rumus filsafat, juga kenyataan yang
dikenal dan diungkapkan. Mereka muncul dan berkembang maju sampai pada
taraf kesadaran dalam diri pengenal dan masyarakat pengenal. Kebenaran dapat
dikelompokkan dalam tiga makna: kebenaran moral, kebenaran logis, dan
kebenaran metafisik. Kebenaran moral menjadi bahasa, etika, ia menunjukkan
hubungan antara yang kita nyatakan dengan apa yang kita rasakan. Kebenaran
logis menjadi bahasan epistemologi, logika, dan psikologi, ia merupakan
hubungan antara pernyataan dengan realitas objektif. Kebenaran metafisik
berkaitan dengan yang-ada sejauh berhadapan dengan akal budi, karena yang ada
mengungkapkan diri kepada akal budi. Yang ada merupakan dasar dari kebenaran,
dan akal budi yang menyatakannya.

B. Rumusan Masalah
1. Apakah definisi kebenaran?
2. Apakah asas-asas pemikiran ?
C. Tujuan
1. Untuk mengetahui definisi kebenaran.
2. Untuk mengetahui asas-asas prmikiran.

4
BAB II

PEMBAHASAN

A. Definisi Kebenaran
Tujuan pemikiran manusia adalah mencapai penegetahuan yang benar dan
sedapat mungkin pasti. Tetapi dalam kenyataanya hasil pemikiran seperti
kesimpulan maupun alasan alasan yang diajukan belum tentu selalu benar. Benar
sama dengan sesuai kenyataan. Jadi, apabila yang dipikirkan itu betul betul
demikian, cocok dengan realitas. Sedangkan salah adalah tidak sesuai dengan
kenyataan. Jadi, apabila apa yang dipikirkan atau dikatakan itu tidak cocok
dengam realitas sebenarnya. Jadi, ukuran untuk menentukan apakah suatu
pemikiran atau ucapan itu benar atau tidak benar, bukanlah rasa senang atau tidak
senang, enak didengar atau tidak enak didengar, melainkan cocok atau tidak
dengan realitas atau fakta, suatu hal atau peristiwa dibahas dengn semestinya atau
tidak
Kebenaran adalah satu nilai utama di dalam kehidupan manusia. Sebagai
nilai-nilai yang menjadi fungsi rohani manusia. Artinya sifat manusiawi atau
martabat kemanusiaan (human dignity) selalu berusaha "memeluk" suatu
kebenaran. terdapat diluar jangkauan manusia. Kebenaran dapat dikelompokkan
dalam tiga makna: kebenaran moral, kebenaran logis, dan kebenaran metafisik.
Kebenaran moral menjadi bahasan etika, ia menunjukkan hubungan antara yang
kita nyatakan dengan apa yang kita rasakan. Kebenaran logis menjadi bahasan
epistemologi, logika, dan psikologi, ia merupakan hubungan antara pernyataan
dengan realitas objektif. Kebenaran. metafisik berkaitan dengan yang-ada sejauh
berhadapan dengan akalbudi, karena yang ada mengungkapkan diri kepada akal
budi. Yang ada merupakan dasar dari kebenaran, dan akalbudi yang
menyatakannya.

5
B. ASAS ASAS BERPIKIR

Asas adalah sesuatu yang mendahului juga dapat dikatakan titik pangkal dari
mana sesuatu muncul dan dimengerti sedangkan asas pemikiran adalah pengetahuan
dari mana pengetahuan yang lain tergantung dan dimengerti. Juga disebut
pengetahuan yang menunjukkan mengapa pada umumnya kita dapat menarik suatu
kesimpulan. 1

Azas pemikiran meliputi asas-asas primer dan sekunder


a. Asas primer mendahului asas-asas lainnya asas ini juga tidak tergantung pada asas
- asas lain. Asas-asas ini berlaku untuk segala sesuatu yang ada dan dibedakan
menjadi
1. Asas identitas (principium identitas) asas ini merupakan dasar dari semua
pemikiran asas ini tampak dalam pengakuan bahwa benda ini Adalah ini bukan benda
lainnya dalam logika pernyataan ini berarti apabila sesuatu diakui semua kesimpulan
yang lain yang ditarik dari Pengakuan itu itu juga harus diakui apabila sesuatu diakui
lalu kesimpulan yang ditarik dari padanya dimungkiri hal itu menyatakan bahwa
pengakuan tadi dibatalkan lagi tidak dapat sesuatu diakui dan serentak pula Kimung
kiri
2. Azas kontradiksi ini merupakan perumusan negatif dari asas identitas dalam logika
hal ini berarti menaati azas identitas dengan menjauhkan diri dari kontradiksi isi atau
tidak boleh membatalkan atau mungkin memungkiri begitu saja sesuatu yang sudah
diakui
3. Azas penyisihan kemungkinan yang ketiga Asas ini menyatakan bahwa
kemungkinan yang ketiga tidak ada artinya jikalau ada 2 keputusan yang
kontradiktoris pastilah salah satu dari diantaranya salah tidak mungkin keduanya
sama-sama benar atau sama-sama salah

1
Alex Lanur, Logika: Selayang Pandang ( Yogyakarta: Kanisius, 1983) 23

6
4 azas alasan yang mencukupi asas ini menyatakan bahwa sesuatu yang ada
mempunyai alasan yang cukup untuk adanya bukan hanya sesuatu tapi segala sesuatu
mempunyai alasan yang cukup untuk adanya segala sesuatu itu dapat dimengerti
tetapi Janganlah memperluas penerapan azas ini pada semua yang ada pendapat itu
juga tidak boleh dikenakan pada sesuatu yang hanya satu saja stat tidak semua
kenyataan dapat dimengerti dengan cara yang memadai pikiran manusia terbatas
B. Azas Sekunder
azas sekunder merupakan pengkhususan dari azas primer di atas azas azas ini dapat
dipandang dari sudut isinya Dan dari sudut luasnya
1. Dari sudut isinya terdapat
- azas kesesuaian azas ini menyatakan bahwa ada 2 hal yang sama tetapi ada 1
diantaranya tidak sama dengan hal yang ketiga dengan demikian hal yang lain itu
juga tidak sama dengan yang ketiga tadi misalnya jika A =B Tetapi B tdk sama
dengan C Maka A td sama dgn C
2. dari sudut luasnya terdapat
- azas dikatakan tentang semua apa yang secara universal diterapkan pada seluruh
lingkungan suatu pengertian juga boleh diterapkan pada semua bawahannya
- azas tidak dikatakan tentang mana pun juga apa yang secara universal tidak dapat
diterapkan pada suatu pengertian juga tidak dapat diterapkan pada semua
bawahannya

Azas-azas di atas tidak bisa tidak mempunyai konsekuensinya konsekuensinya


menyentuh baik penyimpulan pada umumnya maupun penyimpulan modal

1. untuk penyimpulan pada umumnya


(a) sesuai dengan antecedensnya ( dalam penyimpula yang lurus ) juga sesuai dengan
konsekuensinya tetapi sebaliknya tidak pasti sebab jadi premis premis yang salah
secara kebetulan bisa ditarik kesimpulan yang benar

7
(b) tidak sesuai dengan penyimpulan yang lurus dan tidak sesuai dengan
kesimpulannya sebaliknya tidak pasti
2. Untuk penyimpulan pada modal
(a) premis yang mutlak juga menghasilkan kesimpulan yang mutlak tetapi
kesimpulan yang mutlak dapat berasal dari premis-premis yang mutlak atau yang
kebetulan
(b) premis yang mustahil dapat menghasilkan kesimpulan yang benar dan salah
(c) dari adanya boleh ditarik kesimpulan tentang mungkin nya sebaliknya dari
mungkin nya ke adanya tidak boleh
(d) dari tidak mungkin boleh ditarik kesimpulan tentang ada sebaliknya dari tidak ada
ke tidak mungkin tidak boleh. 2

2
W. Pespoprodjo dan T. Gilareso, Logika Ilmu Menalar: Dasar-Dasar Berpikir Tertib,
Logis, Kritis, Analitis, Dialektis(Bandung: Pustaka Grafika, 2011) 35

Anda mungkin juga menyukai