PENDAHULUAN
1
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. DEFINISI
Diare adalah buang air besar (defekasi) dengan tinja berbentuk cair atau
setengah cair (setengah padat), kandungan air tinja lebih banyak dari biasanya
lebih dari 200 gram atau 200 ml/24 jam. Definisi lain memakai kriteria
frekuensi, yaitu buang air besar encer lebih dari tiga kali perhari. Buang air
besar encer tersebut dapat/tanpa disertai lendir dan darah. Dikatakan
Gastroenteritis akut (GEA) bila selain diare, terdapat juga gejala – gejala akibat
gangguan lambung, misalnya nyeri ulu hati, mual – muntah, perut kembung,
rasa penuh pada perut, dan sendawa kecut.
B. EPIDEMIOLOGI
2
kematian akibat diare mengalami penurunan dari tahun ke tahun.(Widoyono,
2008).
Tabel 2.1 Angka Kesakitan dan Kematian Akibat Diare (Semua Umur)
Tahun 1990-1999
Masih seringnya terjadi wabah atau kejadian luar biasa (KLB) diare
menyebabkan pemberantasannya menjadi suatu hal yang sangat penting. Di
3
Indonesia, KLB diare masih terus terjadi hampir di setiap musim sepanjang
tahun. Data KLB diare dapat dilihat pada tabel berikut:
Tabel 2.2 Kejadian Luar Biasa (KLB) Diare di Indonesia Tahun 1996-2000
C. KLASIFIKASI
4
D. ETIOLOGI DAN FAKTOR RESIKO
1. Faktor Infeksi
Infeksi merupakan penyebab utama diare akut, baik oleh bakteri,
virus maupun parasit. Penyebab lain timbulnya diare akut adalah toksin dan
obat, nutrisi enteral yang diikuti puasa yang lama, kemoterapi,impaksi fekal
(overflow diarrhea) atau berbagai kondisi lain. Dari penelitian pada
tahun1993-1994 terhadap 123 pasien dewasa yang menderita diare akut,
penyebab terbanyak hasil infeksi bakteri E.coli (38.29%), V.cholerae
Ogawa (18.29%), Aeromonas. Sp (14.29%) (Mansjoer,2001).
5
2. Faktor Umur
3. Faktor Status Gizi
4. Faktor Lingkungan sanitasi dasar, sarana air bersih, limbah dan sampah,
serta jamban keluarga
5. Faktor Susunan Makan yang mempengaruhi angka kejadian diare adalah
adanya antigen, osmolaritas terhadap cairan, malabsorpsi, dan mekanik.
Cara penularan diare melalui cara faecal-oral yaitu melalui makanan
atau minuman yang tercemar kuman atau kontak langsung tangan penderita
atau tidak langsung melalui lalat ( melalui 5F = faeces, flies, food, fluid, finger).
6
c. Tidak menerapkan Kebiasaaan Cuci Tangan pakai sabun sebelum
memberi ASI/makan, setelah Buang Air Besar (BAB), dan setelah
membersihkan BAB anak
2. Faktor lingkungan
Faktor lingkungan antara lain:
a. Ketersediaan air bersih yang tidak memadai, kurangnya
ketersediaan Mandi Cuci Kakus (MCK)
7
tinja ditambah ekskresi yang buruk, makanan yang tidak matang bahkan
disajikan tanpa dimasak.Penularannya adalah melalui transmisi orang ke orang
melalui aerosolisasi, tangan yang terkontaminasi (Clostridium difficile), atau
melalui aktifitas seksual.
Toksin yang diproduksi bakteri akan terikat pada usus halus namun
tidak merusak mukosa. Bakteri yang termasuk golongan ini adalah V.
cholera, Enterotoksigenik E.coli, C.perfingers, S.aureus, dan vibrio-
nonaglutinabel.Secara klinis, diare berupa cairan dan meninggalkan dubur
seara deras dan banyak.Keadaan seperti ini disebut diare sekretorik isotonik
voluminal.
2. Bakteri enteroinvasif
1. Melalui air yang merupakan media penularan utama. Diare dapat terjadi
bila seseorang menggunakan air minum yang sudah tercemar, baik
tercemar dari sumbernya, tercemar selama perjalanan sampai ke rumah-
8
rumah, atau tercemar pada saat disimpan di rumah. Pencemaran di rumah
terjadi bila tempat penyimpanan tidak tertutup atau apabila tangan yang
tercemar menyentuh air pada saat mengambil air dari tempat
penyimpanan.
2. Melalui tinja terinfeksi. Tinja yang sudah terinfeksi mengandung virus
atau bakteri dalam jumlah besar. Bila tinja tersebut dihinggapi oleh
binatang dan kemudian binatang tersebut hinggap di makanan, maka
makanan itu dapat menularkan diare ke orang yang yang memakannya.
3. Faktor-faktor yang meningkatkan risiko diare adalah:
a. Pada usia 4 bulan bayi sudah tidak diberi ASI ekslusif lagi. (ASI
ekslusif adalah pemberian ASI saja sewaktu bayi berusia 0-4 bulan).
Hal ini akan meningkatkan risiko kesakitan dan kematian karena
diare, karena ASI banyak mengandung zat-zat kekebalan terhadap
infeksi.
b. Memberikan susu formula dalam botol kepada bayi. Pemakaian botol
akan meningkatkan risiko pencemaran kuman, dan susu akan
terkontaminasi oleh kuman dari botol. Kuman akan cepat
berkembang bila susu tidak segera diminum.
c. Menyimpan makanan pada suhu kamar. Kondisi tersebut akan
menyebabkan permukaan makanan mengalami kontak dengan
peralatan makanan yang merupakan media yang sangat baik bagi
perkembangan mikroba.
d. Tidak mencuci tangan pada saat memasak, makan, atau sesudah
buang air besar (BAB) akan memungkinkan kontaminasi langsung
(Widoyono, 2008).
E. DIAGNOSIS
9
Anamnesis
Pemeriksaan Fisik
10
Gambar 2.2 Penilaian Derajat Dehidrasi
Pemeriksaan Penunjang
F. PENATALAKSANAAN
Rehidrasi
Aspek paling penting dari terapi diare adalah untuk menjaga hidrasi
yang adekuat dan keseimbangan elektrolit selama episode akut.Ini dilakukan
dengan rehidrasi oral, dimana harus dilakukan pada semua pasien kecuali
yang tidak dapat minum atau yang mengalami diare dehidrasi berat yang
memerlukan hidrasi intavena yang membahayakan jiwa.Idealnya, cairan
rehidrasi oral harus terdiri dari 3,5 g Natrium klorida, dan 2,5 g Natrium
bikarbonat, 1,5 g kalium klorida, dan 20 g glukosa per liter air.Cairan seperti
itu tersedia secara komersial dalam paket-paket yang mudah disiapkan
dengan mencampurkan dengan air. Jika sediaan secara komersial tidak ada,
cairan rehidrasi oral pengganti dapat dibuat dengan menambahkan ½ sendok
teh garam, ½ sendok teh baking soda, dan 2 – 4 sendok makan gula per liter
air. Dua pisang atau 1 cangkir jus jeruk diberikan untuk mengganti
kalium.Pasien harus minum cairan tersebut sebanyak mungkin sejak mereka
merasa haus pertama kalinya.Jika terapi intra vena diperlukan, cairan
normotonik seperti cairan saline normal atau laktat Ringer harus diberikan
11
dengan suplementasi kalium sebagaimana panduan kimia darah.Status hidrasi
harus dimonitor dengan baik dengan memperhatikan tanda-tanda vital,
pernapasan, dan urin, dan penyesuaian infus jika diperlukan.Pemberian harus
diubah ke cairan rehidrasi oral sesegera mungkin. (Khalid, 2004)
12
13
14
Antibiotik
Zink
15
Kemampuan zinc untuk mencegah diare terkait dengan
kemampuannya meningkatkan sistim kekebalan tubuh. Zinc merupakan
mineral penting bagi tubuh. Lebih 300 enzim dalam tubuh yang bergantung
pada zinc. Zinc juga dibutuhkan oleh berbagai organ tubuh, seperti kulit dan
mukosa saluran cerna. Semua yang berperan dalam fungsi imun,
membutuhkan zinc. Jika zinc diberikan pada anak yang sistim kekebalannya
belum berkembang baik, dapat meningkatkan sistim kekebalan dan
melindungi anak dari penyakit infeksi. Itulah sebabnya mengapa anak yang
diberi zinc (diberikan sesuai dosis) selama 10 hari berturut - turut berisiko
lebih kecil untuk terkena penyakit infeksi, diare dan pneumonia.
Diet
16
Anak harus diberi makan seperti biasa dengan frekuensi lebih
sering.Lakukan ini sampai dua minggu setelah anak berhenti diare. Jangan
batasi makanan anak jika ia mau lebih banyak, karena lebih banyak
makanan akan membantu mempercepat penyembuhan, pemulihan dan
mencegah malnutrisi.Untuk anak yang berusia kurang dari 2 tahun,anjurkan
untuk mulai mengurangi susu formula dan menggantinya dengan ASI.
Untuk anak yang berusia lebih dari 2 tahun, teruskan pemberian susu
formula. Ingatkan ibu untuk memastikan anaknya mendapat oralit dan air
matang. (WHO,2009)
Sumber air minum utama merupakan salah satu sarana sanitasi yang
tidak kalah pentingnya berkaitan dengan kejadian diare.Sebagian kuman
infeksius penyebab diare ditularkan melalui jalur fekal oral.Mereka dapat
ditularkan dengan memasukkan ke dalam mulut, cairan atau benda yang
tercemar dengan tinja, misalnya air minum, jari-jari tangan, dan makanan
yang disiapkan dalam panci yang dicuci dengan air tercemar (Depkes RI,
2000). Abdullah (1987) menyimpulkan bahwa penduduk disuatu daerah
yang tidak menggunakan air bersih, akan memiliki kecenderungan
17
menderita penyakit diare. Hal ini sejalan dengan penelitian Munir (1983)
yang menyatakan bahwa penyediaan air bersih dapat menurunkan risiko
diare.Hasil penelitian menunjukkan bahwa keluarga yang memanfaatkan air
bersih dari sumber yang memenuhi syarat kesehatan angka kejadian
diarenya lebih sedikit bila dibandingkan dengan keluarga yang
memanfaatkan air dari sumber yang tidak memenuhi syarat kesehatan
(Kusnindar, 1994).
18
4. Kotoran tidak boleh terbuka sehingga dapat dipakai sebagai tempat
lalat bertelur atau perkembangbiakan vektor penyakit lainnya,
5. Tidak menimbulkan bau,
6. Pembuatannya murah, dan
7. Mudah digunakan dan dipelihara.
Pembuangan sampah
Sampah adalah semua zat atau benda yang sudah tidak terpakai baik
yang berasal dari rumah tangga atau hasil proses industri. Jenis-jenis sampah
antara lain, yakni sampah anorganik, adalah sampah yang umumnya tidak
dapat membusuk, misalnya: logam/besi, pecahan gelas, plastik. Sampah
organik, adalah sampah yang pada umumnya dapat membusuk, misalnya : sisa
makanan, daun-daunan, buah-buahan. Cara pengolahan sampah antara lain
sebagai berikut: (Notoatmodjo, 2003).
Perumahan
1. Ventilasi
19
Fungsi ventilasi adalah untuk menjaga agar aliran udara di dalam
rumah tersebut tetap segar dan untuk membebaskan udara ruangan dari
bakteri-bakteri, terutama bakteri patogen.. Luas ventilasi kurang lebih 15-
20 % dari luas lantai rumah
2. Cahaya
Rumah yang sehat memerlukan cahaya yang cukup, kurangnya
cahaya yang masuk ke dalam ruangan rumah, terutama cahaya matahari
disamping kurang nyaman, juga merupakan media atau tempat baik untuk
hidup dan berkembangnya bibit penyakit.Penerangan yang cukup baik siang
maupun malam 100-200 lux.
Air limbah
Air limbah adalah sisa air yang dibuang yang berasal dari rumah
tangga, industri dan pada umumnya mengandung bahan atau zat yang
membahayakan. Sesuai dengan zat yang terkandung di dalam air limbah,
maka limbah yang tidak diolah terlebih dahulu akan menyebabkan
gangguan kesehatan masyarakat dan lingkungan hidup antara lain limbah
sebagai media penyebaran berbagai penyakit terutama kolera, diare, typus,
20
media berkembangbiaknya mikroorganisme patogen, tempat
berkembangbiaknya nyamuk, menimbulkan bau yang tidak enak serta
pemandangan yang tidak sedap, sebagai sumber pencemaran air permukaan
tanah dan lingkungan hidup lainnya, mengurangi produktivitas manusia,
karena bekerja tidak nyaman (Notoatmodjo, 2003).
H. PENCEGAHAN
Memberikan ASI eksklusif selama 6 bulan danditeruskan sampai 2
tahun
Memberikan makanan pendamping ASI sesuai umur
Memberikan minum air yang sudah direbus danmenggunakan air
bersih yang cukup
Mencuci tangan dengan air dan sabun sebelummakan dan sesudah
buang air besar
Buang air besar di jamban
Membuang tinja bayi dengan benar
Memberikan imunisasi campak (WHO, 2009)
21
BAB III
LAPORAN KASUS
A. IDENTITAS PASIEN
Nama : Nayla
Usia : 1 tahun 9 bulan
Jenis Kelamin : Perempuan
Agama : Islam
Pekerjaan : -
Alamat : Jl. Bontomanai LR. 1 No. 9
Masuk PKM : 4 Maret 2019
B. ANAMNESIS
1. Keluhan Utama :
Buang air besar encer
2. Riwayat Penyakit Sekarang :
Seorang pasien laki-laki berumur 1 tahun 6 bulan dibawah keluarganya
ke Puskesmas Jongaya dengan keluhan buang bair besar tiba – tiba
sebanyak 5 kali. Buang air besar dikatakan berwarna kuning, konsistensi
cair, ampas (+),lendir (+), dan darah (-).Pasien juga mengalami muntah
(+) sebanyak 3 kali berisi makanan dan air. Demam (+) sudah 2 hari.
Ibu pasien menyangkal adanya pemberian makanan yang lain dari
biasanya sebelum anaknya diare,
3. Riwayat Penyakit Dahulu :
Pasien pernah mengalami keluhan yang sama sebelumnya, kira – kira 2
bulan yang lalu.
22
4. Riwayat Penyakit Keluarga :
Ibu pasien menyangkal adanya penyakit yang sama dalam keluarga
5. Riwayat Alergi:
Pasien menyangkal adanya alergi obat ataupun makanan
6. Riwayat Pengobatan :Pasien belum pernah mengonsumsi obat –
obatan apapun sebelumnya.
C. PEMERIKSAAN FISIK
1. Keadaan Umum dan tanda-tanda vital
- Kesadaran : Composmentis
- GCS : 15
- Tekanan darah :-
- Frekuensi nadi : 98 x/mnt
- Frekuensi Pernapasan : 22 x/mnt
- Suhu : 38,50 C
2. Status Generalis
- Kepala : Bentuk normocephali, simetris kiri dan kanan,
rambut berwarna hitam, tidak rontok, deformitas (-)
- Mata : Konjungtiva normal, sklera normal, pupil isokor
3/3, RC +/+
- Telinga : Bentuk normal, tidak ada sekret/cairan, fungsi
pendengaran normal
- Hidung : Bentuk normal, sekret (-), perdarahan (-)
- Mulut : Bibir kering, sianosis (-), lidah kotor (-), Tonsil
T1/T1, hiperemis (-)
- Leher : Pembesaran KGB (-), Pembesaran tiroid (-)
- Thorax : Tampak pengembangan dada simetris kiri dan
kanan, retraksi (-). Pada palpasi, vocal fremitus sama kiri dan kanan,
nyeri tekan (-). Pada perkusi, bunyi sonor pada kedua lapangan paru.
Pada auskultasi, didapatkan bunyi pernapasan vesikuler, ronkhi -/-,
wheezing -/-
23
- Cor : Pada inspeksi, tidak tampak ictus cordis. Pada
palpasi, ictus cordis tidak teraba. Pada perkusi, batas jantung dalam
batas normal. Pada auskultasi, didapatkan bunyi jantung I dan II
regular, bising (-), bunyi gallop (-)
- Abdomen : Pada inspeksi, abdomen tampak cembung,
mengikuti gerak napas. Pada palpasi, nyeri tekan (-), organomegali
(-). Pada perkusi, didapatkan bunyi timpani (+). Pada auskultasi,
bunyi peristaltik (+) kesan meningkat
- Punggung : Tampak dalam batas normal
- Genitalia : Tidak dievaluasi
- Ekstremitas : Akral hangat, petekie (-), CRT < 2 detik.
3. Status Dehidrasi
- Menurut Tabel Penilaian WHO, pasien mengalami diare tanpa
dehidrasi, karena keadaan umum baik dan sadar, mata tidak
cekung, turgor menurun namun kembali cepat, meskipun terdapat
rasa haus.
4. Status Gizi
BB : 15 Kg
TB : 60 cm
Status gizi : Gizi baik
D. PEMERIKSAAN PENUNJANG
Tidak ada pemeriksan penunjang
E. DIAGNOSIS KERJA
Gastroenteritis Akut (GEA) Tanpa Dehidrasi
F. DIAGNOSIS BANDING
Demam Tifoid
Demam Berdarah Dengue + GEA
G. KAPAN MENURUT ANDA PASIEN INI PERLU DI RUJUK DAN
HARUS DI RUJUK KEMANA?
24
Apabila ditemukan tanda tanda dehidrasi berat dan adanya komplikasi,
sehingga pasien perlu endapatkan penanganan yang lebih komprehensif lagi di
Rumah Sakit.
H. PENATALAKSANAAN
1. Farmakologis
- Oralit ad lib
- Paracetamol syrup 3 x 1 cth
- Zink 20 mg tab 1 x 1
- Domperidon syrup 3 x 1/2 cth
- Cotrimoksazole syrup 2 x 1 cth
2. Edukasi
- Istirahat yang cukup
- Diet lunak biasa
- Banyak diminumkan oralit
- Minum obat teratur
- Buang sampah pada tempat yang ditentukan
- Kebiasaan cuci tangan sebelum makan dan sesudah dari toilet
- Menggunakan air bersih dan sanitasi yang baik
- Memasak makanan dan air minuman hingga matang
- Menghindarkan makanan yang telah terkontaminasi oleh lalat, makanan
yang telah jatuh ke lantai, tidak memakan makanan basi, dan menghindari
makanan yang dapat menimbulkan alergi tubuh.
- Higiene lingkungan yang lebih baik.
I. PROGNOSIS
- Ad vitam : ad bonam
- Ad functionam : ad bonam
- Ad sanationam : ad bonam
25
J. PERKEMBANGAN PENYAKIT
Home Visit I
Didapatkan :
- Rumah pasien cukup bersih, kamar mandi dan jamban tersedia dan
bersih, Ukuran rumah ± 8 x 5 m dengan 2 kamar tidur dan 1 dapur.
Ditinggali oleh 9 orang. Ventilasi kurang dan pencahayaan cukup.
Rumah terletak di pemukiman padat penduduk dan terletak
berdekatan dengan rumah lain.
- Kondisi halaman dibelakang rumah cukup kotor
- Pasien sudah mengalami perubahan BAB membaik, muntah dan
demam (-), Makan dan tidur baik.
- Dilakukan edukasi untuk mencegah diare berulang
Home Visit II
- Terlihat rumah lebih rapi dari kunjungan pertama disertai tata
perabotan yang sangat baik.
- Pasien sudah tidak mempunyai keluhan. Makan dan tidur baik
- Dilakukan edukasi untuk mencegah diare berulang
Home Visit III
- Rumah pasien sudah lebih tertata, bersih dan rapi
- Pasien sudah tidak mempunyai keluhan
- Dilakukan edukasi untuk mencegah diare berulang
K. KELUARGA
GENOGRAM
26
Keterangan :
Laki-laki Pasien
Perempuan
27
ANGGOTA KELUARGA
28
Luas halaman 2x5m
Lantai rumah terbuat dari Tehel
Dinding rumah terbuat dari Tembok
Kondisi dalam rumah Bersih
Penerangan listrik Ada
Jamban Ada
Ketersediaan air bersih Ada
29
o Pasien memiliki hubungan yang baik dengan sesama anggota
keluarga yang lainnya. Dengan seluruh anggota keluarga, terjalin
komunikasi yang baik dan cukup lancar.
Kebiasaan
o Pasien, yaitu Nn.N sering mengkonsumsi makanan yang kadang
sudah jatuh ke lantai. Pasien juga kadang sering merangkak dan
memegang benda – benda di lantai.
Lingkungan
o Lingkungan tempat tinggal sudah cukup baik. Tata pemukiman
di sekitar rumah cukup kotor dimana di belakang rumah Tn.R
banyak genangan air dan tempat pemilahan sampah.
Kebersihan lingkungan cukup kotor. Jalanan di depan rumah
dalam kondisi baik, sehingga meminimalkan terbawanya debu
oleh aktifitas jalanan.
30
Kualitas pelayanan Baik Pasien merasa pelayanan baik
kesehatan yang karena dimulai dari
dirasakan pendaftaran , pengambilan
kartu, konsul dokter,
pengambilan obat berjalan
dengan lancar.
L. Mandala Of Health
GAYA HIDUP
. LINGK. PSIKO-SOSIO-EKONOMI
PERILAKU KESEHATAN - Pendapatan keluarga
- Hygiene pribadi kurang - ku rendah.
berhubungan usia yang masih - Pengetahuan tentang
belia
Family
kesehatan diri kurang.
- .
Pasien
PELAYANAN KESEHATAN
Datang dengan keluhan BAB encer dan LINGK. KERJA
muntah
Jarak rumah dgn PKM dapat Pemfis: pristaltik usus meningkat. Pasien belum bekerja
ditempuh dengan menaiki Status gizi : baik
Laboratorium : -
bentor
la LINGKUNGAN FISIK
BIOLOGI
- Pasien menderita GEA. - Ventilasi
- Anggota keluarga tidak udara kurang
memiliki keluhan yang
sama
Komunitas :
- Pemukiman padat penduduk.
31
BAB IV
PEMBAHASAN
A. Analisis Kasus
Seorang pasien laki-laki berumur 1 tahun 6 bulan dibawa keluarganya
ke Puskesmas Jongaya dengan keluhan buang bair besar tiba – tiba sebanyak
5 kali. Buang air besar dikatakan berwarna kuning, konsistensi cair, ampas
(+),lendir (-), dan darah (-).Pasien juga mengalami muntah (+) sebanyak 3 kali
berisi makanan dan air. Demam (+) sudah 2 hari. Ibu pasien menyangkal
adanya pemberian makanan yang lain dari biasanya sebelum anaknya
diare.Pasien pernah mengalami keluhan yang sama sebelumnya, kira – kira 2
bulan yang lalu. Ibu pasien menyangkal adanya penyakit yang sama dalam
keluarga
Dari pemeriksaan fisik, pasien tampak lemah, namun compos mentis
(GCS 15).Dari pemeriksaan tanda vital, diperoleh Nadi 98 x/menit, regular,
Pernapasan 22x/menit, Suhu 38,5oC.Pada pemeriksaan abdomen, abdomen
tampak cembung, mengikuti gerak napas.Pada palpasi, nyeri tekan dan
organomegali (-).Pada perkusi, didapatkan bunyi timpani (+).Pada auskultasi,
bunyi peristaltik (+) kesan meningkat.
Berdasarkan anamnesis dan pemeriksaan fisik yang dilakukan, maka
kami menyimpulkan pasien mengalami Gastroenteritis Akut. Selanjutnya,
dilakukan penilaian terhadap derajat dehidrasi pasien.
Menurut Tabel Penilaian WHO, pasien mengalami diare tanpa
dehidrasi, karena keadaan umum baik dan sadar walaupun tampak lemah, mata
tidak cekung, turgor menurun namun kembali cepat, meskipun terdapat rasa
haus.
Penatalaksanaan berupa pemberian agen farmakologi maupun edukasi
diberikan kepada pasien. Terapi farmakologi yang diberikan berupa pemberian
oralit sebagai terapi rehidrasi pada pasien, yaitu rencana terapi A berdasarkan
WHO.Pada rencana terapi A, diberikan oralit dan zink sesuai kebutuhan pasien,
32
lalu diberikan juga antibiotik karena adanya diare berlendir, demam tinggi yang
dialami pasien, yaitu Cotrimoxazole.
Diberikan Paracetamol sebagai antipiretik untuk menurunkan demam
pasien, dan Domperidon sebagai agen antiemetik untuk mengatasi gejala
muntah yang dialami pasien dan merupakan salah satu faktor penting penyebab
dehidrasi.
Diberikan edukasi kepada ibu pasien tentang diare akut dan betapa
mudahnya penyakit ini menyerang anak – anak, sehingga yang perlu juga untuk
diketahui adalah bila di kemudian hari, terjadi diare lagi pada anak, segera
lakukan rehidrasi dengan oralit, atau air sayur, air tajin, dsb. Ketahui tanda
bahaya yang dialami anak, yaitu bila BAB cair lebih sering, muntah berulang
– ulang, mengalami rasa haus yang nyata, makan atau minum sedikit, demam,
tinjanya berdarah, dan tidak membaik dalam 3 hari.Bila ibu pasien
mendapatkan tanda seperti ini, segera bawa anak menuju pelayanan kesehatan
terdekat.
Selain itu, diberikan pula edukasi kepada ibu pasien yang bertujuan
untuk memutus rantai penularan diare dan mencegah terjadinya diare yang
berulang di kemudian hari, baik terhadap pasien maupun keluarganya, yaitu
disarankan buang sampah pada tempat yang ditentukan, Kebiasaan cuci tangan
sebelum dan makan dan sesudah BAB menggunakan sabun, Menggunakan air
bersih dan sanitasi yang baik, Memasak makanan dan air minuman hingga
matang, Menghindari makanan yang telah terkontaminasi oleh lalat, tidak
memakan makanan basi, dan menghindari makanan yang dapat menimbulkan
alergi tubuh, dan Higiene lingkungan yang lebih baik.
Edukasi merupakan kunci dari terapi pada penyakit pasien, sehingga
diharapkan dengan pemberian edukasi yang mendalam terhadap pasien,
kejadian penyakit ini kedepannya dapat ditekan. Prognosis pada pasien ini
umumnya baik jika tidak ditemukan adanya komplikasi serta penyulit yang
dapat memperberat kondisi pasien.
33
- Pasien
Pasien tinggal dirumah sendiri
- Pekerjaan
Pasien belum bekerja
- Keadaan tempat tinggal
Pasien tinggal di pemukiman cukup padat penduduk dengan kondisi
ventilasi yang tidak memadai ,terdapat listrik dan air PAM untuk minum
34
Aspek klinik
- BAB encer, muntah, demam
Aspek Faktor Resiko Internal
- Kurangnya pengetahuan tentang diare akut
- Belum maksimal mengidentifikasi dan mengeliminasi faktor
penyebab diare
- Kurangnya ketelitian mengawasi kebersihan tangan pasien.
Aspek Faktor Resiko Eksternal
- Lingkungan sekitar rumah pasien dengan kepadatan penduduk yang
cukup padat dan kebersihan yang masih kurang.
- Ventilasi dan jendela rumah yang masih kurang sehingga
pencahayaan dan pertukaran udara menjadi kurang.
Aspek Psikososial Keluarga
Di dalam keluarga terdapat faktor-faktor yang dapat menghambat
dan mendukung kesembuhan pasien.Di antara faktor-faktor yang dapat
menghambat kesembuhan pasien yaitu, kurangnya pengetahuan keluarga
tentang penyakit yang diderita pasien sehingga tidak ada upaya pencegahan
faktor pencetus. Sedangkan faktor yang dapat mendukung kesembuhan
pasien yaitu adanya dukungan dan motivasi dari semua anggota keluarga
baik secara moral dan materi.
Aspek Fungsional
Secara aspek fungsional, pasien tidak ada kesulitan dan masih
mampu dalam hal fisik dan mental untuk melakukan aktifitas di dalam
maupun diluar rumah.
Pemeriksaan Fisik
- Kesadaran : Composmentis
- GCS : 15
- Tekanan darah :-
- Frekuensi nadi : 98 x/mnt
35
- Frekuensi Pernapasan : 22 x/mnt
- Suhu : 38,50 C
Pemeriksaan Penunjang
Tidak ada
Diagnosis Holistik (Bio-Psiko-Sosial)
Diagnose Klinis: Gastroenteritis Akut
Diagnose Psikososial: Ibu pasien takut penyakit pasien tidak kunjung
sembuh dan bertambah parah.
Penatalaksanaan
Promosi kesehatan tentang Perilaku Hidup Bersih dan Sehat seperti
kebiasaan mencuci tangan sebelum makan dan setelah BAB dengan
sabun.
Memberikan edukasi tentang penyakit gastroenteritis akut agar dapat
mencegah penyakit GEA
Penatalaksanaan secara kedokteran keluarga pada pasien ini
meliputi pencegahan primer, pencegahan sekunder (terapi untuk pasien
dan keluarga pasien)
Pencegahan Primer
Promosi kesehatan tentang Perilaku Hidup Bersih dan Sehat seperti
kebiasaan mencuci tangan sebelum makan dan setelah BAB dengan
sabun.
Pencegahan Sekunder
Terapi untuk pasien
Farmakologis
- IVFD Asering 13 tpm
- Paracetamol syrup 3 x ½ cth
- Zink 20 mg tab 1 x 1
- Domperidon syrup 3 x 1 cth
- Oralit ad lib
- Kotrimoksazole syrup 2 x 1 cth
36
Edukasi
- Istirahat yang cukup
- Diet lunak biasa
- Banyak diminumkan oralit
- Minum obat teratur
- Buang sampah pada tempat yang ditentukan
- Kebiasaan cuci tangan sebelum makan dan sesudah dari toilet
- Menggunakan air bersih dan sanitasi yang baik
- Memasak makanan dan air minuman hingga matang
- Menghindarkan makanan yang telah terkontaminasi oleh lalat, makanan
yang telah jatuh ke lantai, tidak memakan makanan basi, dan menghindari
makanan yang dapat menimbulkan alergi tubuh.
- Higiene lingkungan yang lebih baik.
37
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
Kesimpulan
Berdasarkan hasil studi kasus GEA yang dilakukan di Puskesmas Jongaya
mengenai penatalaksanaan penderita GEA dengan pendekatan kedokteran
keluarga, dapat diambil kesimpulan sebagai berikut:
a) Diagnose Klinis :Tn. D menderita penyakit GEA dengan hasil anamnesis
berupa BAB encer, muntah dan demam.
b) Pemeriksaan fisis yang bermakna ditemukan peristaltic (+) kesan
meningkat, Status dehidrasi didapatkan tanpa dehidrasi.
c) Pasien ini diobati sesuai dengan prosedur tatalaksana GEA berdasarkan
kompetensi dokter indonesia.
d) Diagnose Psiko-sosial: Ibu pasien takut penyakit pasien tidak kunjung
sembuh dan bertambah parah.
e) Memberikan informasi berupa promosi kesehatan dan edukasi pada pasien
yang menderita GEA ataupun keluarga pasien, masyarakat, sekaligus mitra
kerja dalam mencegah terjadinya GEA.
f) Perbaikan dapat dievaluasi setelah pengobatan dengan didapatkan
berkurangnya gejala
Saran
Dari beberapa masalah yang dapat ditemukan pada Tn. D berupa : penyakit
GEA dengan pola hidup yang kurang bersih maka disarankan :
38
BAB VI
LAMPIRAN
39
DAFTAR PUSTAKA
Depkes, R. I., 2011. Buku Saku Petugas Kesehatan Lintas Diare. Jakarta : Ditjen
PPM dan PL.
Depkes, R.I., 2011. Pedoman Pemberantasan Penyakit Diare. Jakarta : Ditjen PPM
dan PL.
Hendarwanto. 2013. Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam Jilid I. Edisi ketiga. Jakarta:
Pusat Informasi dan Penerbit Bagian Ilmu Penyakit Dalam FKUI
Khalid, Zein dkk. 2004. Diare Akut Disebabkan Bakteri. Fakultas Kedokteran
Divisi Penyakit Tropik dan Infeksi Bagian Ilmu Penyakit Dalam Universitas
Sumatera Utara
Mansjoer, Arif dkk. 2001. Kapita Selekta Kedokteran. Jakarta: Media Aesculapius
Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia
Sudoyo, Aru W. dkk. 2009. Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam Jilid I Edisi V. Jakarta
: Interna Publishing.
40