Anda di halaman 1dari 36

MAKALAH ASUHAN KEPERAWATAN PADA Ny.

DENGAN INDIKASI HAMIL 10 MINGGU ABORTUS INCOMPLETE


DI RUANG AYUB 1 RS ROEMANI

DOSEN PEMBIMBING :
Dr.Ns,Nikmatul Khayati,M.Kep

NAMA:

Risaldi Prabowo (G0A016025)

PROGRAM STUDI D III

KEPERAWATAN

FAKULTAS ILMU KEPERAWATAN DAN KESEHATAN

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SEMARANG


TAHUN 2018/2019
KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis sampaikan kepada Allah SWT yang telah melimpahkan
rahmatnya sehingga saya dapat menyelesaikan makalah ABORTUS INCOMPLETE dengan
tepat waktu

Kami menyadari sepenuhnya masih banyak terdapat kelemahan dan kekurangan dalam
penyusunan makalah ini, baik dari isi maupun penulisannya. Untuk itu kritik dan saran dari
semua pihak yang bersifat membangun senantiasa kami harapkan demi penyempurnaan makalah
ini di masayang akan datang.

Pada kesempatan ini kami mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya atas segala
bantuan semua pihak sehingga makalah ini dapat terselesaikan.

Semarang, 22 November 2018

Penulis

1
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR........................................................................................................1
DAFTAR ISI......................................................................................................................2
BAB I PENDAHULUAN
Latar Belakang..................................................................................................................3
A.Latar
belakan.....................................................................................................3
B.............................................................................................Rumusan masalah
…………………………………………………………….3
C...............................................................................................................Tujuan
………………………………………………………………………...3
BAB II. Konsep dasar
A..........................................................................................................................
Definisi............................................................................................................4
B.
Klasifikasi.........................................................................................................4
C...........................................................................................Etiologi …………..
…………………………………………………………...6
D..........................................................................................Anatomi fisiologi….
…………………………………………………………..7
E..Patofisiologi.....................................................................................................
12
F.Pathway
……………………………………………………………………...13
G.Manifestasi klinis
…………………………………………………………....14
H.Penataaksanaan
……………………………………………………………...15
I.....................................................................................Pemeriksaan penunjang
……………………………………………………..16
BAB III Askep
ASKEP KASUS………………………………………………………………..22
BAB IV
A.. Kesimpulan ……………………………………………………………………
33
B....................................................................................................................Kritik
…………………………………………………………………………..33
C....................................................................................................................Saran
…………………………………………………………………………..33

2
DAFTAR PUSTAKA …………………………………………………………………34

BAB I
PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG

Penggunaan angka kematian ibu per 100.000 kelahiran hidup masih terlalu lamban untuk
mencapai target tujuan pembangunan melinium (Millenium Development Goals MDGs) dalam
rangka mengurangi tiga perempat jumlah perempuan yang meninggal selama hamil pada tahun
2015. Tantangan global saat ini untuk pencapaian sasara MDGs tahun 2015 dimana angka
kematian ibu sebesar 102/100.000 kelahiran namun saat ini Indonesia baru mencapai
228/100.000 kelahiran (Pradiastuti, Ratna 2011).
Berdasarkan hasil yang di peroleh dari Dinas Kesehatan Jawa Tengah, bahwa angka
kematian ibu sebanyak 116,01/100.000 kelahiran hidup mengalami peningkatan dibandingkan
dengan angka kematian ibu (AKI) pada tahun 2010 sebesar 104,97/100.000 kelahiran hidup
(Dinkes Jawa Tengah, 2011).
B. RUMUSAN MASALAH
1. Apakah yang dimakud dengan abortus?
2. Apa klasifikasi dari abortus?
3. Apa etiologi dari abortus?
4. Bagaimana patofisiologi dari abortus?
5. Bagaimana pathway dari abortus?
6. Apa manifestasi dari abortus?
3
7. Apa saja penatalaksanaan dari abortus?
8. Apa pemeriksaan diagnostic dari abortus?
9. Bagimana penyelesaian kasus asuhan keperawatan dari abortus?

C. TUJUAN
1. Untuk mengetahui tentang abortus
2. Untuk mengetahui klasifikasi abortus
3. Untuk mengetahui etiologic abortus
4. Untuk mengetahui patofisiologi abortus
5. Untuk mengetahui Pathway abortus
6. Untuk mengetahui manifestasi abortus
7. Untuk mengetahui penatalaksanaan abortus
8. Untuk mengetahui pemeriksaan diagnostic tentang abortus
9. Untuk menyelesaikan kasus asuhan keperawatan abortus

BAB I I
KONSEP DASAR
1. DEFINISI

Abortus atau lebih dikenal dengan istilah keguguran adalah pengeluaran hasil
konsepsi sebelum janin dapat hidup di luar rahim. Abortus adalah ancaman atau hasil
pengeluaran konsepsi pada usia kehamilan kurang dari 20 minggu atau berat janin kurang
dari 500 gram, sebelum janin mampu hidup di luar kandungan (Nugroho, 2010).

Abortus adalah berakhirnya suatu kehamilan oleh akibat-akibat tertentu pada atau
sebelum kehamilan oleh akibat-akibat tertentu pada atau sebelum kehamilan tersebut
berusia 22 minggu atau buah kehamilan belum mampu untuk hidup di luar
kandungan(Praworihardjo, 2008)

Abortus inkomplit adalah dimana sebagian jaringan hasil konsepsi masih


tertinggal di dalam uterus dimana perdarahannya masih terjadi dan jumlahnya bisa
banyak atau sedikit bergantung pada jaringan yang tersisa, yang menyebabkan sebagian
placental site masih terbuka sehingga perdarahan berjalan terus (Sujiyatini dkk,2009)

Abortus inkomplit adalah perdarahan pada kehamilan muda dimana sebagaian


dari hasil konsepsi telah keluar dari kavum uteri melalui kanalis servikal yang tertinggal
pada desidua atau plasenta ( Ai Yeyeh, 2010).

4
2. KLASIFIKASI

Ada beberapa jenis abortus atau keguguran, yaitu:

Abortus spontanea merupakan abortus yang berlangsung tanpa tindakan, dalam hal ini
dibedakan sebagai berikut:

1. Abortus imminen adalah perdarahan bercak yang menunjukkan ancaman


terhadap kelangsungan suatu kehamilan. Dalam kondisi seperti ini kehamilan masih
mungkin berlanjut atau dipertahankan. Ditandai dengan perdarahan pada usia kehamilan
kurang dari 20 minggu, ibu mungkin mengalami mulas atau tidak sama sekali. Pada
abortus jenis ini, hasil konsepsi atau janin masih berada di dalam, dan tidak disertai
pembukaan (dilatasi serviks)
2. Abortus insipiens

adalah perdarahan uterus pada kehamilan sebelum 20 minggu dan disertai mulas yang
sering dan kuat. Pada abortus jenis ini terjadi pembukaan atau dilatasi serviks tetapi hasil
konsepsi masih di dalam rahim atau uterus.

3. Abortus inkompletus

adalah pengeluaran sebagian hasil konsepsi pada kehamilan sebelum 20 minggu.


Sementara sebagian masih berada di dalam rahim. Terjadi dilatasi serviks atau pembukaan,
jaringan janin dapat diraba dalam rongga uterus atau sudah menonjol dari os uteri eksternum.
Perdarahan tidak akan berhenti sebelum sisa hasil konsepsi dikeluarkan, sehingga harus
dikuret.

4. Abortus kompletus

Pada abortus jenis ini, semua hasil konsepsi dikeluarkan sehingga rahim kosong.
Biasanya terjadi pada awal kehamilan saat plasenta belum terbentuk. Perdarahan mungkin
sedikit dan os uteri menutup dan rahim mengecil. Pada wanita yang mengalami abortus ini,
umumnya tidak dilakukan tindakan apa-apa, kecuali jika datang ke rumah sakit masih
mengalami perdarahan dan masih ada sisa jaringan yang tertinggal, harus dikeluarkan dengan
cara dikuret.

5. Abortus Servikalis
5
adalah pengeluaran hasil konsepsi terhalang oleh os uteri eksternum yang tidak
membuka, sehingga mengumpul di dalam kanalis servikalis (rongga serviks) dan uterus
membesar, berbentuk bundar dan dindingnya tipis.

3. ETIOLOGI

Penyebab keguguran sebagian besar tidak diketahui secara pasti, tetapi terdapat
beberapa faktor sebagai berikut

a. Kelainan Pertumbuhan Hasil Konsepsi:

Kelainan pertumbuhan hasil konsepsi dapat menyebabkan kematian janin dan cacat.
bawahan yang menyebabkan hasil konsepsi dikeluarkan. Gangguan pertumbuhan hasil konsepsi
dapat terjadi karena :

1. Faktor kromosom, gangguan terjadi sejak semula pertemuan kromosom, termasuk


kromosom seks.
2. Faktor lingkungan endometrium
a) Endometrium yang belum siap untuk menerima implantasi hasil
konsepsi.
b) Gizi ibu kurang karena anemia atau jarak kehamilan terlalu pendek.
3. Pengaruh luar
a) Infeksi endometrium, endometrium tidak siap menerima hasil konsepsi
b) Hasil konsepsi terpengaruh oleh obat dan radiasi menyebabkan
pertumbuhan hasil. konsepsi terganggu.
b. Kelainan Pada Plasenta
1. Infeksi pada plasenta dengan berbagai sebab, sehingga plasenta tidak dapat
berfungsi.
2. Gangguan pada pembuluh darah plasenta yang diantaranya pada penderita
diabetes mellitus
3. Hipertensi menyebabkan gangguan peredaran darah plasenta sehingga
menimbulkan keguguran.
6
c. Penyakit Ibu
Penyakit mendadak seperti pneumonia, tifus abdominalis, malaria, sifilis, anemia
dan penyakit menahun ibu seperti hipertensi, penyakit ginjal, penyakit hati, dan penyakit
diabetesmilitus.
d. Kelainan yang terdapat dalam rahim.
Rahim merupakan tempat tumbuh kembangnya janin dijumpai keadaan abnormal
dalam bentuk mioma uteri, uterus arkuatus, uterus septus, retrofleksia uteri, serviks
inkompeten, bekas operasi pada serviks (konisasi, amputasi serviks), robekan serviks
postpartum (Manuaba, 2010).

Anatomi Fisiologi Sistem Reproduksi Wanita


1. Genetalia Eksterna (vulva)

Yang terdiri dari:

a. Tundun (Mons veneris)

7
Bagian yang menonjol meliputi simfisis yang terdiri dari jaringan dan lemak, area ini mulai
ditumbuhi bulu (pubis hair) pada masa pubertas. Bagian yang dilapisi lemak, terletak di atas
simfisis pubis

b. Labia Mayora

Merupakan kelanjutan dari mons veneris, berbentuk lonjong. Kedua bibir ini bertemu di bagian
bawah dan membentuk perineum. Labia mayora bagian luar tertutp rambut, yang merupakan
kelanjutan dari rambut pada mons veneris. Labia mayora bagian dalam tanpa rambut, merupakan
selaput yang mengandung kelenjar sebasea (lemak). Ukuran labia mayora pada wanita dewasa à
panjang 7- 8 cm, lebar 2 – 3 cm, tebal 1 – 1,5 cm. Pada anak-anak dan nullipara à kedua labia
mayora sangat berdekatan.

c. Labia Minora

Bibir kecil yang merupakan lipatan bagian dalam bibir besar (labia mayora), tanpa rambut.
Setiap labia minora terdiri dari suatu jaringan tipis yang lembab dan berwarna kemerahan;Bagian
atas labia minora akan bersatu membentuk preputium dan frenulum clitoridis, sementara bagian.
Di Bibir kecil ini mengeliligi orifisium vagina bawahnya akan bersatu membentuk fourchette
d. Klitoris

Merupakan bagian penting alat reproduksi luar yang bersifat erektil. Glans clitoridis
mengandung banyak pembuluh darah dan serat saraf sensoris sehingga sangat sensitif. Analog
dengan penis pada laki-laki. Terdiri dari glans, corpus dan 2 buah crura, dengan panjang rata-rata
tidak melebihi 2 cm.

e. Vestibulum (serambi)

Merupakan rongga yang berada di antara bibir kecil (labia minora). Pada vestibula terdapat 6
buah lubang, yaitu orifisium urethra eksterna, introitus vagina, 2 buah muara kelenjar Bartholini,
dan 2 buah muara kelenjar paraurethral. Kelenjar bartholini berfungsi untuk mensekresikan
cairan mukoid ketika terjadi rangsangan seksual. Kelenjar bartholini juga menghalangi
masuknya bakteri Neisseria gonorhoeae maupun bakteri-bakteri patogen

f. Himen (selaput dara)

Terdiri dari jaringan ikat kolagen dan elastic. Lapisan tipis ini yang menutupi sabagian besar dari
liang senggama, di tengahnya berlubang supaya kotoran menstruasi dapat mengalir keluar.
Bentuk dari himen dari masing-masing wanita berbeda-beda, ada yang berbentuk seperti bulan
sabit, konsistensi ada yang kaku dan ada lunak, lubangnya ada yang seujung jari, ada yang dapat
dilalui satu jari. Saat melakukan koitus pertama sekali dapat terjadi robekan, biasanya pada
bagian posterior

8
g. Perineum (kerampang)

Terletak di antara vulva dan anus, panjangnya kurang lebih 4 cm. Dibatasi oleh otot-otot
muskulus levator ani dan muskulus coccygeus. Otot-otot berfungsi untuk menjaga kerja dari
sphincter ani

2. Genetalia Interna

a. Vagina

Merupakan saluran muskulo-membraneus yang menghubungkan rahim dengan vulva. Jaringan


muskulusnya merupakan kelanjutan dari muskulus sfingter ani dan muskulus levator ani, oleh
karena itu dapat dikendalikan.
Vagina terletak antara kandung kemih dan rektum. Panjang bagian depannya sekitar 9 cm dan
dinding belakangnya sekitar 11 cm.
Bagian serviks yang menonjol ke dalam vagina disebut portio. Portio uteri membagi puncak
(ujung) vagina menjadi:
-Forniks anterior -Forniks dekstra
-Forniks posterior -Forniks sisistra
Sel dinding vagina mengandung banyak glikogen yang menghasilkan asam susu dengan pH 4,5.
keasaman vagina memberikan proteksi terhadap infeksi.
Fungsi utama vagina:
1) Saluran untuk mengeluarkan lendir uterus dan darah menstruasi.
2) Alat hubungan seks.
3) Jalan lahir pada waktu persalinan.

b. Uterus

9
Merupakan Jaringan otot yang kuat, terletak di pelvis minor diantara kandung kemih dan rektum.
Dinding belakang dan depan dan bagian atas tertutup peritonium, sedangkan bagian bawah
berhubungan dengan kandung kemih.Vaskularisasi uterus berasal dari arteri uterina yang
merupakan cabang utama dari arteri illiaka interna (arterihipogastrika interna).

Bentuk uterus seperti bola lampu dan gepeng.


1) Korpus uteri : berbentuk segitiga
2) Serviks uteri : berbentuk silinder
3) Fundus uteri : bagian korpus uteri yang terletak diatas kedua pangkal tuba.

Untuk mempertahankan posisinya, uterus disangga beberapa ligamentum, jaringan ikat dan
parametrium. Ukuran uterus tergantung dari usia wanita dan paritas. Ukuran anak-anak 2-3 cm,
nullipara 6-8 cm, multipara 8-9 cm dan > 80 gram pada wanita hamil. Uterus dapat menahan
beban hingga 5 liter

Dinding uterus terdiri dari tiga lapisan :

a) Peritonium

Meliputi dinding rahim bagian luar. Menutupi bagian luar uterus. Merupakan penebalan yang
diisi jaringan ikat dan pembuluh darah limfe dan urat syaraf. Peritoneum meliputi tuba dan
mencapai dinding abdomen.

b) Lapisan otot

Susunan otot rahim terdiri dari tiga lapisan yaitu lapisan luar, lapisan tengah, dan lapisan dalam.
Pada lapisan tengah membentuk lapisan tebal anyaman serabut otot rahim. Lapisan tengah
ditembus oleh pembuluh darah arteri dan vena. Lengkungan serabut otot ini membentuk angka
delapan sehingga saat terjadi kontraksi pembuluh darah terjepit rapat, dengan demikian
pendarahan dapat terhenti. Makin kearah serviks, otot rahim makin berkurang, dan jaringan
ikatnya bertambah. Bagian rahim yang terletak antara osteum uteri internum anatomikum, yang
merupakan batas dari kavum uteri dan kanalis servikalis dengan osteum uteri histologikum
(dimana terjadi perubahan selaput lendir kavum uteri menjadi selaput lendir serviks) disebut
isthmus. Isthmus uteri ini akan menjadi segmen bawah rahim dan meregang saat persalinan.

c) Endometrium

Pada endometrium terdapat lubang kecil yang merupakan muara dari kelenjar endometrium.
Variasi tebal, tipisnya, dan fase pengeluaran lendir endometrium ditentukan oleh perubahan
hormonal dalam siklus menstruasi. Pada saat konsepsi endometrium mengalami perubahan
menjadi desidua, sehingga memungkinkan terjadi implantasi (nidasi).Lapisan epitel serviks
berbentuk silindris, dan bersifat mengeluarakan cairan secara terus-menerus, sehingga dapat
membasahi vagina. Kedudukan uterus dalam tulang panggul ditentukan oleh tonus otot rahim

10
sendiri, tonus ligamentum yang menyangga, tonus otot-otot panggul. Ligamentum yang
menyangga uterus adalah:

1) Ligamentum latum
• Ligamentum latum seolah-olah tergantung pada tuba fallopii.
2) Ligamentum rotundum (teres uteri)
• Terdiri dari otot polos dan jaringan ikat.
• Fungsinya menahan uterus dalam posisi antefleksi.
3) Ligamentum infundibulopelvikum
• Menggantung dinding uterus ke dinding panggul.
4) Ligamentum kardinale Machenrod
• Menghalangi pergerakan uteruske kanan dan ke kiri.
• Tempat masuknya pembuluh darah menuju uterus.
5) Ligamentum sacro-uterinum
• Merupakan penebalan dari ligamentum kardinale Machenrod menuju os.sacrum.
6) Ligamentum vesiko-uterinum
• Merupakan jaringan ikat agak longgar sehingga dapat mengikuti perkembangan uterus saat
hamil dan persalinan.

d. Tuba Fallopii

Tuba fallopii merupakan tubulo-muskuler, dengan panjang 12 cm dan diameternya antara 3


sampai 8 mm. fungsi tubae sangat penting, yaiu untuk menangkap ovum yang di lepaskan saat
ovulasi, sebagai saluran dari spermatozoa ovum dan hasil konsepsi, tempat terjadinya konsepsi,
dan tempat pertumbuhan dan perkembangan hasil konsepsi sampai mencapai bentuk blastula
yang siap melakukan implantasi.

e. Ovarium

Merupakan kelenjar berbentuk buah kenari terletak kiri dan kanan uterus di bawah tuba uterina
dan terikat di sebelah belakang oleh ligamentum latum uterus. Setiap bulan sebuah folikel
berkembang dan sebuah ovum dilepaskan pada saat kira-kira pertengahan (hari ke-14) siklus
menstruasi. Ovulasi adalah pematangan folikel de graaf dan mengeluarkan ovum. Ketika
dilahirkan, wanita memiliki cadangan ovum sebanyak 100.000 buah di dalam ovariumnya, bila
habis menopause.
Ovarium yang disebut juga indung telur, mempunyai 3 fungsi:
a. Memproduksi ovum
b. Memproduksi hormone estrogen
c. Memproduksi progesteron
Memasuki pubertas yaitu sekitar usia 13-16 tahun dimulai pertumbuhan folikel primordial
ovarium yang mengeluarkan hormon estrogen. Estrogen merupakan hormone terpenting pada
wanita. Pengeluaran hormone ini menumbuhkan tanda seks sekunder pada wanita seperti
11
pembesaran payudara, pertumbuhan rambut pubis, pertumbuhan rambut ketiak, dan akhirnya
terjadi pengeluaran darah menstruasi pertama yang disebut menarche.
Awal-awal menstruasi sering tidak teratur karena folikel graaf belum melepaskan ovum yang
disebut ovulasi. Hal ini terjadi karena memberikan kesempatan pada estrogen untuk
menumbuhkan tanda-tanda seks sekunder. Pada usia 17-18 tahun menstruasi sudah teratur
dengan interval 28-30 hari yang berlangsung kurang lebih 2-3 hari disertai dengan ovulasi,
sebagai kematangan organ reproduksi wanita.

B. Fisiologi Sistem Reproduksi Wanita

1. Hormon Reproduksi pada wanita

a. Hormon FSH yang berfungsi untuk merangsang pertumbuhan sel-sel folikel sekitar sel ovum.
b. Hormon Estrogen yang berfungsi merangsang sekresi hormone LH.
c. Hormon LH yang berfungsi merangsang terjadinya ovulasi (yaitu proses pematangan sel
ovum).
d. Hormon progesteron yang berfungsi untuk menghambat sekresi FSH dan LH

4. PATOFISIOLOGI

12
Pada awal abortus terjadi perdarahan dalam desidua basalis, diikuti nerloisi jaringan yang
menyebabkan hasil konsepsi terlepas dan dianggap benda asing dalam uterus. Sehingga
menyebabkan uterus berkontraksi untuk mengeluarkan benda asing tersebut.

Apabila pada kehamilan kurang dari 8 minggu, nilai khorialis belum menembus desidua
serta mendalam sehingga hasil konsepsi dapat keluar seluruhnya. Apabila kehamilan 8-14
minggu villi khoriasli sudah menembus terlalu dalam hingga plasenta tidak dapat dilepaskan
sempurna dan menimbulkan banyak perdarahan dari pada plasenta. Apabila yang mati tidak
dikeluarkan dalam waktu singkat, maka dia dapat diliputi oleh lapisan bekuan darah. Pada janin
yang telah meninggal dan tidak dikeluarkan dapat terjadi proses modifikasi janin mengering dan
karena cairan amion menjadi kurang oleh sebab diserap. Ia menjadi agak gepeng. Dalam tingkat
lebih lanjut ia menjadi tipis.

Kemungkinan lain pada janin mati yang tidak lekas dikeluarkan ialah terjadinya maserasi,
kulit terkelupas, tengkorak menjadi lembek, perut membesar karena terasa cairan dan seluruh
janin bewarna kemerah-merahan (Ai Yeyeh, 2010).

5. PATHWAY

13
6. MANIFESTASI KLINIS
a. Abortus inkomplit ditandai dengan dikeluarkannya sebagian hasil
konsepsi dari uterus, sehingga sisanya memberikan gejala klinis sebagai berikut:
1) Terlambat haid atau amenorhe kurang dari 20 minggu
2) Perdarahan memanjang, sampai terjadi keadaan anemis
3) Perdarahan mendadak banyak menimbulkan keadaan gawat
4) Terjadi infeksi dengan ditandai suhu tinggi
5) Dapat terjadi degenerasi ganas/koriokarsinoma (Manuaba, 2010).
b. Gejala lain dari abortus incomplit antara lain:
1) Perdarahan biasa sedikit/banyak dan biasa terdapat bekuan darah .
2) Rasa mules (kontraksi) tambah hebat.
3) perdarahan pervaginam ada atau tidak jaringan hasil konsepsi, tercium bau
busuk dari vulva
4) Ostium uteri eksternum atau serviks terbuka.
5) Pada pemeriksaan vaginal, jaringan dapat diraba dalam cavum uteri atau
kadang-kadang sudah menonjol dari eksternum atau sebagian jaringan keluar.
6) Perdarahan tidak akan berhenti sebelum sisa janin dikeluarkan dapat
menyebabkan syok (Maryunani, 2009).
7. PENATAKSANAAN
14
Penatalaksaan Medis

a. Pemeriksaan umum:
1) Lakukan penilaian secara cepat mengenai keadaan umum pasien, termasuk
tanda-tanda vital.
2) Periksa tanda-tanda syok (pucat, berkeringat banyak, pingsan, tekanan
sistolik kurang 90. mmHg, nadi lebih 112 kali per menit).
3) Jika dicurigai terjadi syok, segera lakukan penanganan syok. Jika tidak
terlihat tanda-tanda syok, tetap pikirkan kemungkinan tersebut saat penolong
melakukan evaluasi mengenai kondisi wanita karena kondisinya dapat memburuk
dengan cepat. Jika terjadi syok, sangat penting untuk memulai penanganan syok
dengan segera.
4) Jika pasien dalam keadaan syok, pikirkaan kemungkinan kehamilan
ektopik terganggu.
5) Pasang infus dengan jarum infus besar (16 G atau lebih), berikan larutan
garam fisiologik atau ringer laktat dengan tetesan cepat 500 cc dalam 2 jam
pertama (Syaifuddin, 2008)
b. Penanganan Abortus Inkomplit
1) Menentukan besar uterus, kenali dan atasi setiap komplikasi (perdarahan
hebat, syok dan sepsis)
2) jika perdarahan banyak atau terus berlangsung dan usia kehamilan < 16
minggu, evakuasi sisa hasil konsepsi dengan:
a. Aspirasi Vacum Manual merupakan metode evakuasi yang terpilih.
Evakuasi dengan kuret tajam sebaiknya hanya dilakukan jika AVM tidak
tersedia.
b. Jika evakuasi belum dapat dilakukan segera, beri ergometrium 0,2 mg im
(diulangi setelah 15 menit jika perlu) atau misoprostol 400 mcg per oral (dapat
diulangi setelah 4 jam jika perlu).
3) Jika kehamilan > 16 mingguan
a. Berikan infus oksitosin 20 unit dalam 500 ml cairan IV (garam
fisiologis arau RL ) dengan kecepatan 40 tetes / menit sampai terjadi
ekspulsi konsepsi.
b. Jika perlu berikan misoprostol 200 mg pervaginam setiap 4 jam
sampai terjadi ekspulsi hasil konsepsi(maksimal 80 mg)
c. Evakuasi sisa hasil konsepsi yang tertinggal dalam uterus
4) Bila tidak ada tanda-tanda infeksi beri antibiotika profilaksis (sulbenisillin
2 gram/IM atau sefuroksim 1 gram oral).
15
5) Bila terjadi infeksi beri ampicillin 1 gram dan Metrodidazol 500mg setiap
8 jam.
6) Bila pasien tampak anemik, berikan sulfasferosus 600 mg/hari selama 2
minggu (anemia sedang) atau transfusi darah (anemia berat).
7) Pastikan untuk tetap memantau kondisi ibu setelah penanganan
(Syaifuddin, 2006).
8. PEMERIKSAAN PENUNJANG
1) Darah

Kadar Hb, dimana Hb normal pada ibu hamil adalah ≥ 11 gr% (TM I dan TM III
11 gr % dan TM II 10,5 gr %).

Hb ≥ 11 gr% : tidak anemia

Hb 9-10 gr% : anemia ringan

Hb 7-8 gr% : anemia sedang

Hb ≤ 7 gr% : anemia berat

2) Urine

Untuk memeriksa protein urine dan glukosa urine.untuk klien dengan kehamilan
dan persalinan normal protein dan glukosa urine negatif.

3) USG

Untuk memeriksa apakah kantong gestasi masih utuh dan cairan amnion masih ada.

KONSEP ASUHAN KEPERAWATAN

1.Pengkajian Keperawatan

a. Identitas Klien
b. Keluhan Utama: Sakit perut, perdarahan, nyeri pada luka jahitan, takut bergerak.
c. Riwayat Kesehatan, terdiri dari:
- Kesehatan sekarang
- Kesehatan masa lalu

d. Riwayat Pembedahan

e. Riwayat penyakit yang pernah dialami

f. Riwayat kesehatan keluarga

16
g. Riwayat kesehatan reproduksi:

Kaji tentang mennorhoe, siklus menstruasi, lamanya, banyaknya, sifat darah, bau,
warna dan adanya dismenorhoe serta kaji kapan menopause terjadi, gejala serta keluahan
yang menyertainya

h. Riwayat Kehamilan, persalinan, dan nifas: Kaji bagaimana keadaan anak klien mulai
dari dalam kandungan hingga saat ini, bagaimana keadaan kesehatan anaknya.

i. Riwayat seksual: Kaji mengenai aktivitas seksual klien, jenis kontrasepsi yang
digunakan serta keluahn yang menyertainya.

j. Riwayat pemakaian obat: Kaji riwayat pemakaian obat-obatan kontrasepsi oral, obat
digitalis dan jenis obat lainnya.

k. Pola aktivitas sehari-hari: Kaji mengenai nutrisi, cairan dan elektrolit, eliminasi
(BAB dan BAK), istirahat tidur, hygiene, ketergantungan, baik sebelum dan saat sakit.

l. Pemeriksaan Fisik

- Inspeksi

Hal yang diinspeksi antara lain : mengobservasi kulit terhadap warna, perubahan
warna, laserasi, lesi terhadap drainase, pola pernafasan terhadap kedalaman dan
kesimetrisan, bahasa tubuh, pergerakan dan postur, penggunaan ekstremitas, adanya
keterbatasan fisik, dan seterusnya.

-Palpasi

Sentuhan : merasakan suatu pembengkakan, mencatat suhu, derajat kelembaban


dan tekstur kulit atau menentukan kekuatan kontraksi uterus

Tekanan : menentukan karakter nadi, mengevaluasi edema, memperhatikan posisi


janin atau mencubit kulit untuk mengamati turgor.

Pemeriksaan dalam : menentukan tegangan/tonus otot atau respon nyeri yang


abnormal

-Perkusi

17
Menggunakan jari : ketuk lutut dan dada dan dengarkan bunyi yang menunjukkan
ada tidaknya cairan , massa atau konsolidasi.

Menggunakan palu perkusi : ketuk lutut dan amati ada tidaknya refleks/gerakan
pada kaki bawah, memeriksa refleks kulit perut apakah ada kontraksi dinding perut atau
tidak

-Auskultasi

mendengarkan di ruang antekubiti untuk tekanan darah, dada untuk bunyi


jantung/paru abdomen untuk bising usus atau denyut jantung janin.(Johnson & Taylor,
2005 : 39)

m. Pemeriksaan psikososial

- Respon dan persepsi keluarga

- Status psikologis ayah, respon keluarga terhadap bayi

2. Diagnosa Keperawatan

a) Nyeri akut berhubungan dengan kontraksi uterus


b) Resiko tinggi syok hemorarge berhubungan dengan perdarahan aktif
c) Risiko tinggi infeksi berhubungan dengan adanya pendarahan dan proses kuretase
d) Ansietas berhubungan dengan kurang pengetahuan (kurang informasi/tidak
mengenalnya sumber-sumber informasi) tentang prosedur kuretase

3.Rencana Asuhan Keperawatan

No. Tujuan Intervensi Rasional


1 Nyeri klien berkurang1. 1. Tentukan sifat lokasi dan1. 1. Membantu dalam
dalam 3 × 24 jam durasi nyeri serta kaji mendiagnosa dan
perawatan dengan kriteria kontraksi uterus memilih tindakan
evaluasi keperawatan yang tepat
- - Skala nyeri 0 (tidak2. 2. Kaji stress psikologi2. 2. Ketidaknyamanan
ada) klien/pasangan dan respon dihubungkan dengan
- - Klien tidak mengeluh emosional terhadap aborsi spontan biasanya
nyeri lagi kejadian. karena kontraksi uterus

18
- - Raut muka klien tidak 3.Dapat membantu
menangis lagi 3. 3. Berikan lingkungan yang dalam memenurunkan
- - TTV dalam batas tenang dan instruksikan tingkat nyeri dan
normal klien untuk /menggunakan ansietas serta
TD : metode relaksasi meningkatkan koping
Sistol <140 mHg yang dapat membantu
Diastol <90 mHg 4.Ukur TTV : TD, nadi, menghilangkan rasa
N: 80-90x/mnit respirasi dan temperatur nyeri.
R: 16-24x/mnt 4. 4. Penemuan awal dapat
T: 36-37◦C 5. Berikan obat analgetik dijadikan indikator
yang tepat untuk
6. Siapkan untuk prosedur intervensi
kuretase lanjut
5. 5. Mengurangi fokus
klien terhadap
rangasangan nyeri
6. 6. Tindakan terhadap
penyimpangan dasar
akan menghilangkan
nyeri
2. Resiko tinggi syok
1. 1. Observasi TTV 1. 1. Mengetahui keadaan
hemorarge berhubungan umum klien
2. 2. Kaji output cairan harian
2. 2. Jumlah cairan
dengan perdarahan aktif
ditentukan dari jumlah
dapat dicegah atau tidak
kebutuhan harian
terjadi setelah 3 × 24 jam
ditambah dengan
perawatan.
jumlah cairan yang
dengan kriteria hasil :
3. 3. Berikan pengganti output hilang pervagina
- - Pasien mengungkapkan
3. 3. Tranfusi mungkin
cairan harian.
tidak lemah, dan tidak
diperlukan pada
merasa haus lagi
kondisi perdarahan
4. 4. Posisikan ibu dengan
- Mukosa bibir lembab
massif
- Turgor kulit normal tepat (semi fowler).
19
- Mata tidak cekung 4. 4.Menjamin
keadekuatan darah
yang tersedia untuk
otak, peninggian
panggul menghindari
5. 5. Lakukan tirah baring dan
kompresi vena.
menghindari ibu untuk 5. 5.Pendarahan dapat
valsava manufer. berhenti dengan
6. 6. Laporkan serta catat
reduksi aktivitas
jumlah dan sifat kehilangan
6. 6.Untuk mengetahui
darah perkiraan banyak nya
kehilangan darah

3. Rasiko infeksi tidak


1. 1. Pantau suhu nadi dan sel
1. 1. Peningkatan suhu
terjadi atau berkurang darah putih (SDP) atau nadi lebih normal
dalam 3 × 24 jam dapat menandakan
perawatan dengan kriteria infeksi perlindungan
hasil : norlmal leukosit
- - TTV dalam batas normal dengan jumlah SDP
sistol <140 mmHg 25.000 /mm3 dapat
Diastol <90 mmHg dibedakan dari
-Pasien peningkatan SDP
mendemonstrasikan 2. 2.Gunakan aseptic bedah terhadap infeksi
kemampuan untuk pada persiapan peralatan 2. 2. Menurunkan resiko
meningkatkan kesehatan
3. 3.Anjurkan klien kontaminasi
diri seperti personal melakukan personal 3.Mencegah infeksi
hygiene hygiene contohnya: ganti
- - Tidak terdapat tanda balutan
Inflamasi : 4. 4.Anjurkan klien makan- 4.Mempercepat proses
- Rubor (kemerahan) makanan berprotein tinggi penyembuhan
- Tumor (pembengkakan) 5.Kolaborasi : 5.Membantu mencegah
- Kalor (panas) 5. Berikan antibiotik sesuai infeksi

20
- Dolor (nyeri) indikasi
- Fungsi laesa (gangguan
fungsi)

4. Rasa cemas
1. 1. Kaji tingkat ansietas1. 1. Mengetahui sejauh
berkurang/hilang dalam 3 yang dialami klien mana tingkat ansietas
× 24 jam perawatan dapat diatasi
dengan kriteria hasil : 2. 2. Dengarkan masalah klien2. 2. Meningkatkan rasa
- - Melaporkan adanya dan dengarkan secara aktif kontrol terhadap situasi
penurunan penurunan dan memberikan
ansietas sampai pada kesempatan pada klein
tahap dapat diatasi untuk mengembangkan
- -Memeperlihatkan solusi sendiri
keadaaan relaksasi klien
3. 3.Ukur TTV: TD, nadi,3. 3. Keadaan ansietas
memahami tentang respirasi dan temparatur yang berat dapat di
kondisi penyakit dan manifestasikan dari
prosedur kuretase TTV
- - TTV dalam batas
4. 4. Jelaskan prosedur4. 4.Pengetahuan dapat
normal kuretase dan arti gejala membantu menurunkan
N: 80-90x/mnit serta prognosis abortus ansietas dan
R: 16-24x/mnt meningkatkan
T: 36-37◦C rasa kontrol terhadap
situasi
5. 5. Mengetahui
5. Evaluasi/validasi tentang sejauh mana
informasi yang diberikan informasi/cara dapat
diterima klien

21
BAB III

KASUS ASUHAN KEPERAWATAN

1. Identitas
a. Nama klien : Ny. D
b. Umur : 28 th
c. Suku bangsa : Jawa / Indonesia
d. Agama : Islam
e. Pendidikan : SMA
f. Alamat : Semarang, Jawa Tengah
g. Status perkawinan : Sudah menikah
h. Diagnosa medis : Abortus incomplete
Penanggung jawab
i. Nama suami : Tn. M
j. Umur : 35 th
k. Suku : Jawa / Indonesia
l. Pendidikan : SMA
m. Pekerjaan : Swasta
n. Alamat : Semarang, Jawa Tengah

2. Riwayat kesehatan

22
a. Keluhan utama :
Pasien mengatakan kepala nya serasa pusing dan ada nyeri di perut di bagian bawah
P : Post op Kuret
Q : Nyeri seperti di tusuk tusuk dan kemeng
R : Nyeri pada abdomen kuadran bawah
S : Skala 5 (0-10)
T : Nyeri hilang timbul
b. Riwayat kesehatan saat ini :
Pasien mengatakan pada tanggal 15 desember 2018 hari sabtu datang ke IGD usia
kehamilan 10 minggu pasien mengeluh ada flek coklat dan keluar lendir berwarna
merah di jalan lahir lalu di periksa di spOg janin yang ada didalam kandungan sudah
tidak bisa dipertahankan DJJ (-) dan harus dikuret. Pasien mengeluh nyeri pada perut
dengan skala 5, nyeri hilang timbul
c. Riwayat kesehatan yang lalu :
Pasien mengatakan tidak memiliki penyakit hipertensi dan tidak memiliki penyakit
dm, penyakit menular atau penyakit jantung
d. Riwayat kesehatan keluarga :
Pasien mengatakan keluarganya tidak ada yang menderita penyakit HT, DM atau
penyakit menular dan jantung

e. Data umum kesehatan


Tinggi badan : 150 cm
Berat badan sebelum hamil : 45 kg
Berat badan sesudah hamil : 49kg
Masalah kesehatan khusus : Tidak ada
Buang Air Besar : Sehari 2-3 kali
Frekuensi : <500 cc
Konsistensi : Cair
Buang Air Besar : 1 kali sehari
Frekuensi : Lunak
Warna : Kuning kecoklatan
Kebiasaan tidur : Selama di RS pasien sulit tidur ketika perutnya merasa
nyeri

3. Riwayat obstetri dan gynekologi


a. Status Obstetri
G1P0A0
b. Riwayat menstruasi
1) Usia menarche : 13 th
2) Siklus menstruasi : 28 – 30 hari
3) Disminorhea : ada
4) Lama menstruasi : 1-5 hari
c. Riwayat perkawinan
1) Menikah berapa kali : 1 kali
2) Usia pernikahan : 3 tahun
23
3) Permasalahan dalam kehidupan seksual : tidak ada
d. Riwayat kehamilan dan persalinan yang lalu
Anak ke Cara PB/ BB Keadaan Usia Penolong Usia
lahir lahir kehamilan sekara
ng

e. Riwayat kehamilan dan persalinan sekarang


1) HPHT : 30 September 2018
2) Keluhan saat hamil : keluar darah dari jalan lahir
3) Jenis persalinan : Kuret
4) Jenis kelamin bayi : Belum diketahui
5) Perdarahan : (+) < 500 cc
6) Masalah dalam persalinan : Janin tidak keluar saat keguguran
7) Jenis anastesi : Total
f. Riwayat KB
Pasien mengatakan belum pernah KB

4. Pemeriksaan fisik dan Pengkajian Gordon


a. Tanda-tanda Vital :
 Kesadaran : Eye 4, Verbal 5, Motorik 6 : Composmentis
 TD : 129/86 mmHg
 Nadi : 80 x/menit
 Suhu : 36,5
 RR : 20 x/menit
 Kulit : Teraba lembab tidak terlihat pucat
b. Persepsi terhadap penyakit dan managemen Kesehatan
Klien mengatakan menerima keguguran yang dialaminya, dan suami juga menerima
dengan iklas, karna ini sudh takdir tuhan
c. Kognitif dan perseptual
Klien mengatakan merasa takut apabila di masa mendatang hamil karena trauma
terhadap keguguran yang dialaminya sekarang.
d. Persepsi diri
Klien mengatakan masih cukup muda untuk berusaha mendapat keturunan
e. Peran dan hubungan.
Hubungan klien dengan keluarga, tetangga, masyarakat terjalin dengan baik dan di
Rumah Sakit hubungan klien dengan tenaga kesehatan dan pasien lain juga terjalin
dengan baik, klien mengatakan tidak bekerja dan sebagai Ibu rumah tangga.
f. Nilai dan kepercayaan
Klien mengatakan beragama islam, klien dan keluarga hanya dapat berdoa agar dapat
sembuh dan pulih sehingga dapat segera pulang ke rumah
g. Kepala dan leher

24
Rambut : Bentuk kepala normal, rambut pasien tampak sehat dan berwarna hitam.
Mata : Mata tampak simetris kiri dan kanan, fungsi penglihatan baik dan tidak
menggunakan alat bantu penglihatan, skelera tidak ikterik, konjungtiva tidak anemis
Hidung : Fungsi penciuman klien baik, klien mampu membedakan bau apapun.
Mulut : Gigi pasien tampak bersih, pasien tidak memilliki kesulitan dalam menelan,
bibir tidak pucat.
Telinga : Struktur telinga simetris antara kanan dan kiri, kebersihan telinga cukup
bersih fungsi pendengaran baik.
Leher : Tidak terdapat pembesaran vena jugularis, tidak ada pembesaran kelenjar
tiroid
h. Dada
Jantung : Suara jantung normal S1 dan S2
Palpasi : Tidak ada nyeri tekan pada pada dada, taktil premitus teraba
Perkusi : Sonor
Irama pernapasan : regular
Auskultasi : Suara nafas vesikuler

i. Abdomen
Inspeksi : Tampak kembung
Auskultasi : Bising usus 12x/ menit
Palpasi : Tidak teraba fundus di abdomen
Perkusi : Pekak
j. Fungsi pencernaan
Nutrisi dan cairan :
Klien makan 3x sehari dan nafsu makan baik
Asuhan cairan :
Asupan klien sehari 1500 ml
k. Istirahat dan kenyamanan
Selama dirumah klien pada siang hari pasien selalu tidur siang mulai jam 14.00-15.00
pada malam hari pasien tidur mulai jam 21.00-05.00, di RS pasien terkadang sulit
tidur karena perut terasa nyeri.
l. Mobilisasi dan latihan
Klien mengatakan setiap harinya menjadi ibu rumah tangga, selama dirumah sakit
klien memiliki keterbatasan dan kelemahan dalam mobilitas karena pengaruh
tindakan operasi pembedahan sehingga terasa sakit ketika bergerak, terpasang infus di
extremitas atas bagian kanan.
m. Ekstermitas
Varises : Tidak ada
Edema : tidak ada
n. Perinium dan genital
Vagina :
Edema (-) memar (-)
Hematom : perdarahan pervaginum (+), tetapi sudah berkurang
Tanda-tanda REEDA
R ( kemerahan) tidak ada
25
E (bengkak) tidak ada
E (echimosis) tidak ada
D ( discharge) tidak ada
A ( aproximate) tidak ada
Kebersihan : tampak bersih
Perineum : utuh
Lokhea : rubra
Jumlah : 5cc
Jenis / warna : merah segar
Konsistensi : cair
Bau : amis darah, seperti darah menstruasi
Hemoroid : tidak terjadi konstipasi pada klien

o. Eliminasi
BAK dan BAB ( Dirumah)
BAK : 4-5 kali sehari. Pasien tidak memiliki gangguan BAK
BAB : BAB dirumah 1 kali sehari. Pasien tidak memiiki kesulitan BAB dirumah
Dirumah Sakit
Pasin BAK melalui pampers sebanyak kurang lebih 600 cc dan belum BAB
5. Pemeriksaan penunjang
Laboratorium
Pemeriksaan Hasil Satuan Nilai Rujukan
HEMATOLOGI
Darah lengkap:
Hemoglobin 11.8 g/dl 11.7-15.5
Lekosit 10600 /mm3 3600-11000
Hematokrit 35.7 % 35-47
Trombosit 186000 /mm3 150000-440000
Eritrosit 3.99 Juta/mm3 3.8-5.2
LED - Mm/jam 0-20
Indeks Eritrosit :
MCV 89.0 Fl 80-100
MCH 29,7 Pg 26-34
MCHC 33.5 g/dl 32-36
RDW 11.9 % 11.5-14.5

26
MPV 7.8 fL 7.0-11,0
Hitung Jenis{Diff }:
-Eosinofil 2.8 % 2-4
-Basofil 0.3 % 0-1
-Netrofil 75.1 % 50-70
-Limfosit 17.7 % 25-40
-Monosit 4.1 % 2-8
KOAGULASI
Waktu pendarahan(BT) 1’.00” Menit 1-3
Waktu pembekuanCT() 3’.30” Menit 2-6
KIMIA KLINIK
Glukosa sewaktu 95 Mg/dL 75-140
IMUNOLOGI/SEROLOGI
HbsAg Negatif

Terapi obat
Nama Obat Komposisi Gol. Obat Dosis Cara
Pemberian
Infus RL Ringer Laktat Elektrolit 20 tpm IV
Asam Asam mefenamat Analgesik 3x500 IV
mefenamat mg
Amoxcilin Antibiotik 2x500mg IV
Vit Bc I c I sf Vitamin 3x1 Oral

6. Analisa Data
NO Tanggal Data Fokus Etiologi Problem
/ Jam

27
1. DS : Agen cedera Nyeri Akut
fisik Post Op
-Pasien mengatakan nyeri dibagian
Kuret
perut bagian bawah setelah di
operasi
P : Post op Kuret
Q : Seperti di tusuk – tusuk
R : Abdomen bagian bawah
S : 6-7 (0-10)
T : Hilang timbul
DO:
-Pasien tampak tidak rileks
-Pasien tampak menahan rasa
sakitnya
-Post Op Kuret atas indikasi
Abortus incomplete
-TTV :
TD : 129/86 mmHg
Nadi : 85 x/menit
Suhu : 36,5
RR : 20 x/menit

2. DS : Kurang Ansietas cemas


pengetahuan
-Pasien mengatakan cemas setelah
tentang post
post kuret, dan bertanya apakah
Kuret
bisa hamil lagi atau tidak
DO :
-Pasien terlihat tidak tenang
-Pasien terlihat gelisah

7. Diagnosa Keperawatan
28
1. Nyeri akut berhubungan dengan Agen cedera fisik Post Op Kuret
2. Ansietas cemas berhungan dengan kurang pengetahuan tentang abortus
8. Rencana keperawatan

No Tanggal Diagnosa Tujuan dan Kriteria Intervensi Ttd


Keperawatan Hasil
1 19-11-18 Nyeri akut Setelah dilakukan - Observ
berhubungan tindakan keperawatan asi ttv
dengan Agen selama 2X24 jam, - Lakuka
cedera fisik diharapkan klien n pengkajian
Post Op Kuret menunjukan kriteria skala nyeri
hasil ; - Ajari
- Pasien teknik
tampak tenang relaksasi nafas
- Skala dalam
nyeri bekurang - Berika
menjadi 1 n lingkungan
- Pasien nyaman
tidak merasa - Kolabo
kesakitan rasi dengan
tim medis
untuk
pemberian
obat antipiretik
untuk
meredakan
nyeri

2 19-11-18 Ansietas Setelah dilakukan - Kaji


cemas tindakan keperawatan tingkat
berhungan selama 1X24 jam, pengetahuan
dengan kurang diharapkan klien persepsi klien
pengetahuan menunjukan kriteria dan keluarga
tentang abortus hasil ; terhadap
- Pasien penyakit
menunjukan - Kaji
sikap tenang derajat
- RR kecemasan
pasien dalam Pasien
rentan normal - Bantu
- Penget klien
ahuan pasien mengidentifika
meningkat si penyebab
29
kecemasan
- Terang
kan hal-hal
tentang aborsi

9. IMPLEMENTASI KEPERAWATAN
D Tindakan keperawatan Respon klien Ttd
x
1 - Mengobservasi ttv S:-
O : TD : 105/70
mmHg
Nadi : 80 x/menit
Suhu : 36,5
RR : 20 x/menit

1
- Melakukan S:P : Post op Kuret
pengkajian nyeri
Q : Nyeri seperti di
tusuk tusuk dan kemeng
R : Nyeri pada
abdomen bagian bawah
S : Skala 5 (0-10)
T : Nyeri hilang
timbul
O : Klien terlihat tampak
meringis menahan sakitnya
1

S: Klien mengatakan mau


- Mengajari teknik
diajarkan teknik relaksasi
relaksasi napas
30
dalam napas dalam yang diajarkan
perawat
1 O: klien terlihat kooperatif

- Berikan S: klien mengatakan merasa


lingkungan lebih tenang
1 O: klien terlihat tampak
nyaman
rileks

S: Klien mengatakan mau


- Kolaborasi dengan
minum obat yang dianjurkan
tim medis untuk
dari perawat
memberikan obat O: klien terlihat meminum
antipiretik obat yang diberikan perawat

S: Klien mengatakan mau


- Memberika
mendengarkan pendidikan
pendidikan
kesehatan dari perawat
kesehatan kepada O : klien terlihat tampak
klien dan keluarga kooperatif
tentang
2 penyakitnya

S: klien mengatakan cemas


tentang kondisi pasiennya
- Mengkaji derajat O : Klien terlihat tampak
2 kecemasan pasien cemas

S: klien mengatakan sudah


mengetahui cemasnya karena
- Membantu klien baru pertama kali mengalami
mengidentifikasi penyakit yang sekarang
penyebab O: klien terlihat tampak
kecemasan sudah kelihatan rileks dan
tenang karena sudah
2 mengetahui penyebab
kecemasannya

31
S: Klien mengatakan sudah
mengetahui tentang aborsi
- Menerangkan hal- O: klien kooperatif
hal tentang aborsi

10. EVALUASI KEPERAWATAN


Waktu/tgl PERKEMBANGAN [SOAP] TTD
22 Nov 2018 S: Klien mengatakan nyeri pada bagian
06.00 bawah perut sudah berkurang
O:
P : Post op Kuret
Q : Nyeri seperti di tusuk tusuk dan
kemeng
22 Nov 2018
08.00 R : Nyeri pada bawah abdomen
bawah
S : Skala 4 (0-10)
T : Nyeri hilang timbul
Frekwensi 10-30 menit
Klien terlihat sedikit lebih rileks
A: Belum teratasi
P: Lanjutkan intervensi

S: Klien mengatakan sudah tidak cemas


32
lagi menghadapi penyakitnya
O: Klien tampak mengetahui tentang
penyakitnya
A: Masalah teratasi
P: Pertahankan intervensi

BAB IV

PENUTUP

33
A. KESIMPULAN

Abortus atau lebih dikenal dengan istilah keguguran adalah pengeluaran hasil konsepsi
sebelum janin dapat hidup di luar rahim. Penyebab dari keguguran adalah multifaktor, salah
satunya kelainan sel telur pada awal kehamilan.

SARAN

Semua wanita yang mengalami abortus, baik spontan maupun buatan, memerlukan
asuhan pascakeguguran. Asuhan pascakeguguran terdiri dari:

1. Tindakan pengobatan abortus inkomplit dengan segala kemungkinan komplikasinya.

2. Konseling dan pelayanan kontrasepsi pascakeguguran.

3. Pelayanan Kesehatan Reproduksi Terpadu

DAFTAR PUSTAKA

Prawirohardjo. 2010. Ilmu Kebidanan. Jakarta : Bina Pustaka Sarwono

Wiknjosastro Hanifa, dkk, 2008, Ilmu Kandungan, Edisi II. Cetakan VI. PT Bina Pustaka.
Jakarta.

Saifuddin, dkk. 2009. Buku Panduan Praktis Pelayanan Kontrasepsi. Jakarta : Yayasan Bina
Pustaka Sarwono Prawirohardjo.

Manuaba. 2010. Ilmu kebidanan Penyakit Kandungan dan KB . Jakarta : EGC.

34
Manuaba. 2008. Gawat darurat Obstetri Ginekologi dan Obstetri Ginekologi Sosial untuk Profesi
Bidan. Jakarta : EGC.

Yeyeh Ai. 2009. Asuhan Kebidanan 1 (Kehamilan). Jakarta : Trans Info Media

35

Anda mungkin juga menyukai