A. Definisi
Abortus imminen adalah perdarahan bercak yang menunjukkan ancaman
terhadap kelangsungan sauatu kehamilan. Dalam kondisi seperti ini kehamilan masih
mungkin berlanjut atau dipertahankan (Syaifudin.Bari Abdul,2000)
Abortus imminen adalah pengeluaran secret pervagina yang tampak pada paruh
pertama kehamilan (William Obstetri, 1990)
B. Klasifikasi
Abortus dibagi menjadi dua yaitu :
1. Abortus Spontan :
Yaitu abortus yang terjadi tanpa tindakan mekanis atau medis untuk
mengosongkan uterus, maka abortus tersebut dinamai abortus spontan. Kata lain yang
luas digunakan adalah keguguran (miscarriage) (Cunningham, 2000).
Keguguran adalah setiap kehamilan yang berakhir secara spontan sebelum janin
dapat bertahan. Sebuah keguguran secara medis disebut sebagai aborsi spontan. WHO
mendefenisikan tidak dapat bertahan hidup sebagai embrio atau janin seberat 500 gram
atau kurang, yang biasanya sesuai dengan usia janin (usia kehamilan) dari 20 hingga 22
minggu atau kurang. Aspek klinis abortus spontan dibagi menjadi lima subkelompok,
yaitu:
Adalah peristiwa terjadinya perdarahan dari uterus pada usia kehamilan 20 minggu,
dimana hasil konsepsi masih dalam uterus, dan tanpa adanya dilatasi serviks. Yang
pertama kali muncul biasanya adalah perdarahan, dan beberapa jam sampai beberapa
hari kemudian terjadi nyeri kram perut. Nyeri abortus mungkin terasa di anterior dan
jelas bersifat ritmis : nyeri dapat berupa nyeri punggung bawah yang menetap disertai
perasaan tertekan di panggul atau rasa tidak nyaman atau nyeri tumpul di garis tengah
suprapubis.
Yaitu Abortus tidak terhindarkan (inevitable) ditandai oleh pecah ketuban yang nyata
disertai pembukaan serviks.
Pada abortus yang terjadi sebelum usia gestasi 10 minggu, janin dan plasenta biasanya
keluar bersama-sama, tetapi setelah waktu ini keluar secara terpisah. Apabila seluruh
atau sebagian plasenta tertahan di uterus, cepat atau lambat akan terjadi perdarahan
yang merupakan tanda utama abortus inkomplet.
d. Missed Abortion
Hal ini didefenisikan sebagai retensi produk konsepsi yang telah meninggal in utero
selama 8 minggu. Setelah janin meninggal, mungkin terjadi perdarahan pervaginam atau
gejala lain yang mengisyaratkan abortus iminens, mungkin juga tidak. Uterus tampaknya
tidak mengalami perubahan ukuran, tetapi perubahan-perubahan pada payudara
biasanya kembali seperti semula.
Keadaan ini didefinisikan menurut berbagai kriteria jumlah dan urutan, tetapi definisi
yang paling luas diterima adalah abortus spontan yang terjadi berturut-turut selama tiga
kali atau lebih (Cunningham, 2000).
Yaitu menghentikan kehamilan sebelum janin dapat hidup di luar tubuh ibu. Pada
umumnya dianggap bayi belum dapat hidup di luar kandungan apabila kehamilan belum
mencapai 100 gram, walaupun terdapat kasus bayi dibawah 100 gram bisa hidup di luar
tubuh. Abortus ini dibagi 2 yaitu :
a. Abortus medisinalis
Abortus medisinalis (abortus therapeutica) yaitu abortus karena tindakan kita sendiri,
dengan alasan bila kehamilan dilanjutkan, dapat membahayakan jiwa ibu (berdasarkan
indikasi medis). Biasanya perlu mendapat persetujuan 2 sampai 3 tim dokter ahli.
b. Abortus kriminalis
Yaitu abortus yang terjadi oleh karena tindakan-tindakan yang tidak legal atau tidak
berdasarkan indikasi medis dan biasanya dilakukan secara sembunyi-sembunyi oleh
tenaga tradisional.
C. Etiologi
Abortus dapat terjadi karena beberapa sebab yaitu :
1. Kelainan pertumbuhan hasil konsepsi, biasanya menyebabkan abortus pada kehamilan
sebelum usia 8 minggu. Faktor yang menyebabkan kelainan ini adalah :
2. kelainan pada plasenta, misalnya endarteritis vili korialis karena hipertensi menahun
3. faktor maternal seperti pneumonia, typus, anemia berat, keracunan dan toksoplasmosis
4. kelainan traktus genetalia, seperti inkompetensi serviks (untuk abortus pada trimester
kedua), retroversi uteri, mioma uteri dan kelainan bawaan uterus
D. Patofisiologi
Pada awal abortus terjadi perdarahan desiduabasalis, diikuti dengan nerkrosis
jaringan sekitar yang menyebabkan hasil konsepsi terlepas dan dianggap benda asing
dalam uterus. Kemudian uterus berkontraksi untuk mengeluarkan benda asing tersebut.
Pada kehamilan kurang dari 8 minggu, villi korialis belum menembus desidua
secara dalam jadi hasil konsepsi dapat dikeluarkan seluruhnya. Pada kehamilan 8 sampai
14 minggu, penembusan sudah lebih dalam hingga plasenta tidak dilepaskan sempurna
dan menimbulkan banyak perdarahan. Pada kehamilan lebih dari 14 minggu janin
dikeluarkan terlebih dahulu daripada plasenta hasil konsepsi keluar dalam bentuk seperti
kantong kosong amnion atau benda kecil yang tidak jelas bentuknya (blightes ovum),
janin lahir mati, janin masih hidup, mola kruenta, fetus kompresus, maserasi atau fetus
papiraseus. (Mansjoer Arif M. 1999)
E. Manifestasi Klinik
Tanda dan gejala secara umum pada abortus imminen adalah :
2. Pada pemeriksaan fisik : keadaan umum tampak lemah kesadaran menurun, tekanan
darah normal atau menurun, denyut nadi normal atau cepat dan kecil, suhu badan
normal atau meningkat
4. Rasa mulas atau kram perut, didaerah atas simfisis, sering nyeri pingang akibat
kontraksi uterus
5. Pemeriksaan ginekologi :
a. Inspeksi Vulva : perdarahan pervagina ada atau tidak jaringan hasil konsepsi, tercium
bau busuk dari vulva
b. Inspekulo : perdarahan dari cavum uteri, osteum uteri terbuka atau sudah tertutup, ada
atau tidak jaringan keluar dari ostium, ada atau tidak cairan atau jaringan berbau busuk
dari ostium
c. Colok vagina : porsio masih terbuka atau sudah tertutup, teraba atau tidak jaringan
dalam cavum uteri, besar uterus sesuai atau lebih kecil dari usia kehamilan, tidak nyeri
saat porsio digoyang, tidak nyeri pada perabaan adneksa, cavum douglas tidak menonjol
dan tidak nyeri
F. Komplikasi
Komplikasi yang mungkin timbul (Budiyanto dkk, 1997) adalah:
1. Perdarahan akibat luka pada jalan lahir, atonia uteri, sisa jaringan tertinggal, diatesa
hemoragik dan lain-lain. Perdarahan dapat timbul segera pasca tindakan, dapat pula
timbul lama setelah tindakan.
2. Syok akibat refleks vasovagal atau nerogenik. Komplikasi ini dapat mengakibatkan
kematian yang mendadak. Diagnosis ini ditegakkan bila setelah seluruh pemeriksaan
dilakukan tanpa membawa hasil. Harus diingat kemungkinan adanya emboli cairan
amnion, sehingga pemeriksaan histologik harus dilakukan dengan teliti.
3. Emboli udara dapat terjadi pada teknik penyemprotan cairan ke dalam uterus. Hal ini
terjadi karena pada waktu penyemprotan, selain cairan juga gelembung udara masuk ke
dalam uterus, sedangkan pada saat yang sama sistem vena di endometrium dalam
keadaan terbuka. Udara dalam jumlah kecil biasanya tidak menyebabkan kematian,
sedangkan dalam jumlah 70-100 ml dilaporkan sudah dapat memastikan dengan segera.
4. Inhibisi vagus, hampir selalu terjadi pada tindakan abortus yang dilakukan tanpa
anestesi pada ibu dalam keadaan stress, gelisah, dan panik. Hal ini dapat terjadi akibat
alat yang digunakan atau suntikan secara mendadak dengan cairan yang terlalu panas
atau terlalu dingin.
5. Keracunan obat/ zat abortivum, termasuk karena anestesia. Antiseptik lokal seperti
KmnO4 pekat, AgNO3, K-Klorat, Jodium dan Sublimat dapat mengakibatkan cedera yang
hebat atau kematian. Demikian pula obat-obatan seperti kina atau logam berat.
Pemeriksaan adanya Met-Hb, pemeriksaan histologik dan toksikolgik sangat diperlukan
untuk menegakkan diagnosis.
6. Infeksi dan sepsis. Komplikasi ini tidak segera timbul pasca tindakan tetapi memerlukan
waktu.
7. Lain-lain seperti tersengat arus listrik saat melakukan abortus dengan menggunakan
pengaliran arus listrik.
G. Pemeriksaan penunjang
1. Tes kehamilan : positif bila janin masih hidup, bahkan 2 – 3 minggu setelah abortus
2. Pemeriksaan doopler atau USG untuk menentukkan apakah janin masih hidup
H. Penatalaksanaan
Penatalaksanaan abortus imminens menurut varney 2001 adalah :
a. Tirah baring untuk meningkatkan aliran darah ke rahim dan mengurangi rangsangan
mekanis, terutama bagi yang pernah abortus sampai perdarahan benar – benar berhenti
c. Pemeriksaan bimanual : ukuran uterus, dilatasi, nyeri tekan, effacement, serta kondisi
ketuban
4. Jika pemeriksaan fisik dan ultrasonografi negatif, tenangkan ibu, kaji ulang gejala
bahaya dan pertahankan nilai normal
5. Konsultasikan ke dokter jika terjadi perdarahan hebat, kram meningkat, atau hasil
pemeriksaan fisik dan ultrasonogrfi menunjukkan hasil abnormal
Terapi yang diberikan menurut Masjoer (2001) adalah sedativa ringan seperti
phenobarbital 3 x 30 mg dan menurut Manuaba (2007) diberikan terapi hormonal yaitu
progesteron, misalnya premaston hingga perdarahan berhenti.
Alur patofisiologi dan penyimpangan KDM
Abortus Imminens
LANDASAN TEORI KEPERAWATAN
Gejala : masalah financial, yang berhubungan dengan kondisi bingung terhadap keadaan,
merasa cemas
5. Resiko tinggi infeksi behubungan dengan perdarahan, kondisi vulva yang lembab
Gejala : terjadinya dishart keluar, adanya warna yang lebih gelap disertai bau, kurang
kebersihan genitalia
B. Diagnosa Keperawatan
Tujuan :
Tidak terjadi defisit volume cairan
Seimbang antara intake dan output baik dari jumlah maupun kualitas
INTERVENSI RASIONAL
Tujuan :
INTERVENSI RASIONAL
1. Kaji kondisi nyeri yang dialami klien 1. Pengukuran nilai ambang nyeri dapat
dilakukan dengan skala maupun
2. Terangkan nyeri yang dialami klien dan
deskripsi
penyebabnya
2. Meningkatkan koping klien dalam
3. Kolaborasi pemberian analgetik
melakukan guidance mengatasi nyeri
Tujuan :
INTERVENSI RASIONAL
4. Resiko tinggi infeksi berhubungan dengan perdarahan, kondisi vulva yang lembab
Tujuan :
INTERVENSI RASIONAL
1. Kaji kondisi keluaran atau dischart yang1. Perubahan yang terjadi pada dischart di
keluar, warna dan bau kaji setiap saat dischart keluar, adanya
warna yang lebih gelap disertai bau tidak
2. Terangkan pada klien pentingnya
enak, mungkin merupakan tanda infeksi
perawatan vulva selama masa
perdarahan 2. Infeksi dapat timbul akibat kurangnya
kebersihan genetalia yang lebih luas
3. Lakukan pemeriksaan biakan pada
dischart 3. Berbagai kuman dapat teridentifikasi
melalui dischart
4. Lakukan perawatan vulva
4. Inkubasi kuman pada area genital yang
5. Terangkan pada klien cara
relatif cepat dapat menyebabkan infeksi
mengidentifikasi tanda infeksi
5. Berbagai manifestasi klinik dapat
6. Anjurkan pada suami untuk tidak
menjadi tanda nonspesifik infeksi,
melakukan hubungan senggama selama
demam, peningkatan rasa nyeri,
perdarahan
mungkin merupakan gejala infeksi
INTERVENSI RASIONAL
A. PENGKAJIAN
1. Identitas
Umur : 19 tahun
Suku/Bangsa : Maluku/Indonesia
Pendidikan : SMA
Alamat : Suli
Penanggung Jawab
Umur : 56 tahun
Alamat : Suli
a. Keluhan utama masuk RS : Nyeri pada perut bagian bawah disertai dengan keluarnya
darah, bercak – bercak
1) Mulai timbulnya : setelah meminum obat (Bodrex yang dicampur dengan minuman
bersoda : Sprite)
Catatan Kronologis
Pada hari senin tanggal 28 juli 2016 pukul 08.00 wit pasien mengeluh sakit pada
perutnya disertai kram dan keluarnya darah dari vagina, saat itu pasien sedang menuju
ke rumah temannya dengan sepeda motor. Pasien kemudian dibawa oleh keluarga ke
RSUD Tulehu ambon. Pada pukul 08.30 wit, pasien tiba di IGD RSUD Tulehu. Pasien
mengatakan, habis mengkonsumsi obat bodrex yang dicampur dengan minuman
bersoda (Sprite) sebelumnya. Selama di IGD pasien diberikan therapy :
RL 20 tetes/menit
Injeksi Busepan 2 x 1
Duvadilan 3 x 1/Oral
Sygest 2 x 1
3. Riwayat Reproduksi
a. Riwayat Haid
1) Menarche : 12 tahun
b. Riwayat Obstetri
G : 1, P : 0, A : 1
d. Riwayat imunisasi
1) Tidak ada riwayat penyakit serius seperti DM, Tumor, Hipertensi, PMS, TBC.
2) Tidak ada penyakit yang menyertai kehamilan seperti sakit kepala hebat, nyeri perut
hebat dan kejang.
Genogram 3 generasi
Keterangan :
: pasien
: perempuan
: laki - laki
: hubungan keluarga
Tidak ada anggota keluarga yang menderita penyakit kronis, menular, dan turunan
3) Pola interaksi klien : pasien dapat berinteraksi dengan petugas, keluarga maupun
lingkungan dengan baik
4) Harapan pasien : pasien berharap bisa segera sembuh dan cepat pulang
7) Pasien percaya kepada Tuhan Yang Maha Esa bahwa ia akan segera pulih
h. Pola aktivitas sehari – hari
1 Pola Makan
2a. BAB
1) Frekuensi/hari
2x/hari Belum BAB
2) Konsistensi
Lembek Tidak ada
3) Warna
Kuning Tidak ada
4) Bau
Khas Tidak ada
5) Keluhan saat BAB
Tidak ada Tidak ada
b. BAK
1) Frekuensi/hari
4 – 5x/hari 3 – 4x/hari
2) Warna
Kuning jernih Kuning kemerahan
3) Bau
Pesing Pesing
4) Keluhan
Tidak ada Tidak ada
Pola istirahat & tidur
a. Tidur siang
1 – 2 jam/hari 1 – 2 jam/hari
3b. Tidur malam
7 – 8 jam/hari 4 – 5 jam/hari
c. Keluhan
Tidak ada Sering terbangun
Personal hygiene
1) Frekuensi
5 1x seminggu Tidak ada
2) Aktivitas
Jalan santai Tidak ada
3) Keluhan
Tidak ada Aktivitas dibantu keluarga
B. Pemeriksaan fisik
1. Pengamatan umum
a. Suhu : 36ºc
b. Nadi : 76x/menit
c. Respirasi : 24x/menit
3. Pengukuran Antropometri
a. Berat Badan : 54 kg
4. Pemeriksaan fisik
a. Kepala
1) Bentuk : Simetris
3) Warna : Hitam
b. Mata
1) Bentuk : simetris kiri dan kanan
c. Hidung
d. Telinga
e. Leher
f. Dada
Payudara
2) Areola : hiperpigmentasi
g. Abdomen
1) Inspeksi
2) Palpasi
h. Genetalia
Kotor
Terpasang pembalut
C. Pemeriksaan Penunjang
1. HCG Test : Positif
2. Hemoglobin : 9 mg%
3. Ultra Sonografi : Janin Tunggal intraabdomen, Denyut Jantung (+) Panjang janin 5-6
Cm
D. Therapy
1. RL 20 tetes/menit
2. Injeksi Busepan 2 x 1
3. Duvadilan 3 x 1
E. Klasifikasi Data
Data Subjektif Data Objektif
8. Ku : lemah
Do :
1. Perdarahan
2. Pasien merasa lemas
Do :
Ds : pasien mengatakan
Do :
Perdarahan
Ku : lemah
Hb : 9 mg%
Perdarahan ±50 cc
Ds : pasien mengatakan
Do :
H. Prioritas masalah
1. Nyeri berhubungan dengan kerusakan jaringan intrauteri
Hasil :
Ku : lemah
2) Klien mampu beraktivitas ringan seperti
berjalan Aktivitas klien masih sedikit dibantu
Sudah dijelaskan :
Suzane, C, Smeltzer, Brenda, G Bare. 2001. Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah. Edisi
8. EGC : Jakarta
http://www.medicastore.com