Anda di halaman 1dari 26

Sunday, 5 March 2017

ASUHAN KEPERAWATAN ABORTUS IMMINENS TULEHU


2016 (Lengkap)
LAPORAN PENDAHULUAN

ASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN DENGAN ABORTUS IMMINENS

DI RSUD TULEU AMBON

LANDASAN TEORI MEDIS

A. Definisi
Abortus imminen adalah perdarahan bercak yang menunjukkan ancaman
terhadap kelangsungan sauatu kehamilan. Dalam kondisi seperti ini kehamilan masih
mungkin berlanjut atau dipertahankan (Syaifudin.Bari Abdul,2000)

Abortus imminen adalah perdarahan pervaginam pada kehamilan kurang dari 20


minggu, tanpa tanda-tanda dilatasi serviks yang meningkat (Mansjoer, Arif M, 1999)

Abortus imminen adalah pengeluaran secret pervagina yang tampak pada paruh
pertama kehamilan (William Obstetri, 1990)

B. Klasifikasi
Abortus dibagi menjadi dua yaitu :

1. Abortus Spontan :

Yaitu abortus yang terjadi tanpa tindakan mekanis atau medis untuk
mengosongkan uterus, maka abortus tersebut dinamai abortus spontan. Kata lain yang
luas digunakan adalah keguguran (miscarriage) (Cunningham, 2000).

Keguguran adalah setiap kehamilan yang berakhir secara spontan sebelum janin
dapat bertahan. Sebuah keguguran secara medis disebut sebagai aborsi spontan. WHO
mendefenisikan tidak dapat bertahan hidup sebagai embrio atau janin seberat 500 gram
atau kurang, yang biasanya sesuai dengan usia janin (usia kehamilan) dari 20 hingga 22
minggu atau kurang. Aspek klinis abortus spontan dibagi menjadi lima subkelompok,
yaitu:

a. Threatened Miscarriage (Abortus Iminens)

Adalah peristiwa terjadinya perdarahan dari uterus pada usia kehamilan 20 minggu,
dimana hasil konsepsi masih dalam uterus, dan tanpa adanya dilatasi serviks. Yang
pertama kali muncul biasanya adalah perdarahan, dan beberapa jam sampai beberapa
hari kemudian terjadi nyeri kram perut. Nyeri abortus mungkin terasa di anterior dan
jelas bersifat ritmis : nyeri dapat berupa nyeri punggung bawah yang menetap disertai
perasaan tertekan di panggul atau rasa tidak nyaman atau nyeri tumpul di garis tengah
suprapubis.

b. Inevitable Miscarriage (Abortus Tidak Terhindarkan)

Yaitu Abortus tidak terhindarkan (inevitable) ditandai oleh pecah ketuban yang nyata
disertai pembukaan serviks.

c. Incomplete Miscarriage (Abortus tidak lengkap)

Pada abortus yang terjadi sebelum usia gestasi 10 minggu, janin dan plasenta biasanya
keluar bersama-sama, tetapi setelah waktu ini keluar secara terpisah. Apabila seluruh
atau sebagian plasenta tertahan di uterus, cepat atau lambat akan terjadi perdarahan
yang merupakan tanda utama abortus inkomplet.

d. Missed Abortion

Hal ini didefenisikan sebagai retensi produk konsepsi yang telah meninggal in utero
selama 8 minggu. Setelah janin meninggal, mungkin terjadi perdarahan pervaginam atau
gejala lain yang mengisyaratkan abortus iminens, mungkin juga tidak. Uterus tampaknya
tidak mengalami perubahan ukuran, tetapi perubahan-perubahan pada payudara
biasanya kembali seperti semula.

e. Recurrent Miscarriage atau Abortus Habitualis (Abortus Berulang)

Keadaan ini didefinisikan menurut berbagai kriteria jumlah dan urutan, tetapi definisi
yang paling luas diterima adalah abortus spontan yang terjadi berturut-turut selama tiga
kali atau lebih (Cunningham, 2000).

2. Abortus Provokatus (abortus yang sengaja dibuat) :

Yaitu menghentikan kehamilan sebelum janin dapat hidup di luar tubuh ibu. Pada
umumnya dianggap bayi belum dapat hidup di luar kandungan apabila kehamilan belum
mencapai 100 gram, walaupun terdapat kasus bayi dibawah 100 gram bisa hidup di luar
tubuh. Abortus ini dibagi 2 yaitu :

a. Abortus medisinalis

Abortus medisinalis (abortus therapeutica) yaitu abortus karena tindakan kita sendiri,
dengan alasan bila kehamilan dilanjutkan, dapat membahayakan jiwa ibu (berdasarkan
indikasi medis). Biasanya perlu mendapat persetujuan 2 sampai 3 tim dokter ahli.

b. Abortus kriminalis

Yaitu abortus yang terjadi oleh karena tindakan-tindakan yang tidak legal atau tidak
berdasarkan indikasi medis dan biasanya dilakukan secara sembunyi-sembunyi oleh
tenaga tradisional.

C. Etiologi
Abortus dapat terjadi karena beberapa sebab yaitu :
1. Kelainan pertumbuhan hasil konsepsi, biasanya menyebabkan abortus pada kehamilan
sebelum usia 8 minggu. Faktor yang menyebabkan kelainan ini adalah :

a. Kelainan kromosom, terutama trimosoma dan monosoma X

b. Lingkungan sekitar tempat implantasi kurang sempurna

c. Pengaruh teratogen akibat radiasi, virus, obat-obatan temabakau dan alkohol

2. kelainan pada plasenta, misalnya endarteritis vili korialis karena hipertensi menahun

3. faktor maternal seperti pneumonia, typus, anemia berat, keracunan dan toksoplasmosis

4. kelainan traktus genetalia, seperti inkompetensi serviks (untuk abortus pada trimester
kedua), retroversi uteri, mioma uteri dan kelainan bawaan uterus

5. kelainan endokrin (hypertiroid, diabetes melitus, kekurangan hormon progesteron)

6. trauma, gangguan nutrisi, stress psikologis

D. Patofisiologi
Pada awal abortus terjadi perdarahan desiduabasalis, diikuti dengan nerkrosis
jaringan sekitar yang menyebabkan hasil konsepsi terlepas dan dianggap benda asing
dalam uterus. Kemudian uterus berkontraksi untuk mengeluarkan benda asing tersebut.

Pada kehamilan kurang dari 8 minggu, villi korialis belum menembus desidua
secara dalam jadi hasil konsepsi dapat dikeluarkan seluruhnya. Pada kehamilan 8 sampai
14 minggu, penembusan sudah lebih dalam hingga plasenta tidak dilepaskan sempurna
dan menimbulkan banyak perdarahan. Pada kehamilan lebih dari 14 minggu janin
dikeluarkan terlebih dahulu daripada plasenta hasil konsepsi keluar dalam bentuk seperti
kantong kosong amnion atau benda kecil yang tidak jelas bentuknya (blightes ovum),
janin lahir mati, janin masih hidup, mola kruenta, fetus kompresus, maserasi atau fetus
papiraseus. (Mansjoer Arif M. 1999)

E. Manifestasi Klinik
Tanda dan gejala secara umum pada abortus imminen adalah :

1. Terlambat haid atau amenorhe kurang dari 20 minggu

2. Pada pemeriksaan fisik : keadaan umum tampak lemah kesadaran menurun, tekanan
darah normal atau menurun, denyut nadi normal atau cepat dan kecil, suhu badan
normal atau meningkat

3. Perdarahan pervagina mungkin disertai dengan keluarnya jaringan hasil konsepsi

4. Rasa mulas atau kram perut, didaerah atas simfisis, sering nyeri pingang akibat
kontraksi uterus

5. Pemeriksaan ginekologi :

a. Inspeksi Vulva : perdarahan pervagina ada atau tidak jaringan hasil konsepsi, tercium
bau busuk dari vulva
b. Inspekulo : perdarahan dari cavum uteri, osteum uteri terbuka atau sudah tertutup, ada
atau tidak jaringan keluar dari ostium, ada atau tidak cairan atau jaringan berbau busuk
dari ostium

c. Colok vagina : porsio masih terbuka atau sudah tertutup, teraba atau tidak jaringan
dalam cavum uteri, besar uterus sesuai atau lebih kecil dari usia kehamilan, tidak nyeri
saat porsio digoyang, tidak nyeri pada perabaan adneksa, cavum douglas tidak menonjol
dan tidak nyeri

d. Hasil pemeriksaan kehamilan masih positif

F. Komplikasi
Komplikasi yang mungkin timbul (Budiyanto dkk, 1997) adalah:

1. Perdarahan akibat luka pada jalan lahir, atonia uteri, sisa jaringan tertinggal, diatesa
hemoragik dan lain-lain. Perdarahan dapat timbul segera pasca tindakan, dapat pula
timbul lama setelah tindakan.

2. Syok akibat refleks vasovagal atau nerogenik. Komplikasi ini dapat mengakibatkan
kematian yang mendadak. Diagnosis ini ditegakkan bila setelah seluruh pemeriksaan
dilakukan tanpa membawa hasil. Harus diingat kemungkinan adanya emboli cairan
amnion, sehingga pemeriksaan histologik harus dilakukan dengan teliti.

3. Emboli udara dapat terjadi pada teknik penyemprotan cairan ke dalam uterus. Hal ini
terjadi karena pada waktu penyemprotan, selain cairan juga gelembung udara masuk ke
dalam uterus, sedangkan pada saat yang sama sistem vena di endometrium dalam
keadaan terbuka. Udara dalam jumlah kecil biasanya tidak menyebabkan kematian,
sedangkan dalam jumlah 70-100 ml dilaporkan sudah dapat memastikan dengan segera.

4. Inhibisi vagus, hampir selalu terjadi pada tindakan abortus yang dilakukan tanpa
anestesi pada ibu dalam keadaan stress, gelisah, dan panik. Hal ini dapat terjadi akibat
alat yang digunakan atau suntikan secara mendadak dengan cairan yang terlalu panas
atau terlalu dingin.

5. Keracunan obat/ zat abortivum, termasuk karena anestesia. Antiseptik lokal seperti
KmnO4 pekat, AgNO3, K-Klorat, Jodium dan Sublimat dapat mengakibatkan cedera yang
hebat atau kematian. Demikian pula obat-obatan seperti kina atau logam berat.
Pemeriksaan adanya Met-Hb, pemeriksaan histologik dan toksikolgik sangat diperlukan
untuk menegakkan diagnosis.

6. Infeksi dan sepsis. Komplikasi ini tidak segera timbul pasca tindakan tetapi memerlukan
waktu.

7. Lain-lain seperti tersengat arus listrik saat melakukan abortus dengan menggunakan
pengaliran arus listrik.

G. Pemeriksaan penunjang
1. Tes kehamilan : positif bila janin masih hidup, bahkan 2 – 3 minggu setelah abortus

2. Pemeriksaan doopler atau USG untuk menentukkan apakah janin masih hidup

3. Pemeriksaan kadar fibrinogen pada missed abortion

H. Penatalaksanaan
Penatalaksanaan abortus imminens menurut varney 2001 adalah :

1. Trimester pertama dengan sedikit perdarahan, tanpa disertai kram :

a. Tirah baring untuk meningkatkan aliran darah ke rahim dan mengurangi rangsangan
mekanis, terutama bagi yang pernah abortus sampai perdarahan benar – benar berhenti

b. Istirahatkan panggul (tidak berhubungan seksual, tidak melakukan irigasi atau


memasukkan sesuatu ke dalam vagina)

c. Tidak melakukan aktifitas seksual yang menimbulkan orgasme

2. Pemeriksaan pada hari berikutnya di rumah sakit :

a. Evaluasi tanda – tanda vital

b. Pemeriksaan selanjutnya dengan spekulum : merupakan skrining vaginitis dan servisistis


: observasi pembukaan serviks, tonjolan kantong ketuban, bekuan darah, atau bagian –
bagian janin

c. Pemeriksaan bimanual : ukuran uterus, dilatasi, nyeri tekan, effacement, serta kondisi
ketuban

3. Jika pemeriksaan, negatif dapat dilakukan pemeriksaan ultrasonografi untuk


menentukkan kelangsungan hidup janin, tanggal kelahiran, dan jika mungkin untuk
menenangkan wanita

4. Jika pemeriksaan fisik dan ultrasonografi negatif, tenangkan ibu, kaji ulang gejala
bahaya dan pertahankan nilai normal

5. Konsultasikan ke dokter jika terjadi perdarahan hebat, kram meningkat, atau hasil
pemeriksaan fisik dan ultrasonogrfi menunjukkan hasil abnormal

Terapi yang diberikan menurut Masjoer (2001) adalah sedativa ringan seperti
phenobarbital 3 x 30 mg dan menurut Manuaba (2007) diberikan terapi hormonal yaitu
progesteron, misalnya premaston hingga perdarahan berhenti.
Alur patofisiologi dan penyimpangan KDM

Abortus Imminens
LANDASAN TEORI KEPERAWATAN

A. Pengkajian Data Dasar

1. Gangguan aktivitas berhubungan dengan kelemahan penurunan sirkulasi

 Gejala : keletihan, kelemahan, kehilangan produktivitas, malaise, intoleransi terhadap


latihan rendah

 Tanda : kelemahan otot dan penurunan sirkulasi, ataksia

2. Gangguan rasa nyaman, nyeri berhubungan dengan kerusakan jaringan intrauteri

 Gejala : perdarahan yang cukup hebat, nyeri (sedang/berat)

 Tanda : wajah meringis, tampak sangat berhati – hati

3. Cemas berhubungan dengan kurang pengetahuan

 Gejala : masalah financial, yang berhubungan dengan kondisi bingung terhadap keadaan,
merasa cemas

 Tanda : peka rangsangan (sensitif)

4. Defisit volume cairan berhubungan dengan perdarahan

 Gejala : pengeluaran cairan pervaginal

 Tanda : tidak seimbangnya intake dan output cairan

5. Resiko tinggi infeksi behubungan dengan perdarahan, kondisi vulva yang lembab

 Gejala : terjadinya dishart keluar, adanya warna yang lebih gelap disertai bau, kurang
kebersihan genitalia

 Tanda : terjadinya infeksi, vulva lembab

B. Diagnosa Keperawatan

1. Defisit volume cairan berhubungan dengan perdarahan

Tujuan :
 Tidak terjadi defisit volume cairan

 Seimbang antara intake dan output baik dari jumlah maupun kualitas

INTERVENSI RASIONAL

1. Kaji kondisi status hemodinamika 1. Pengeluaran cairan pervaginal sebagai


akibat abortus
2. Ukur intake dan output cairan
2. Jumlah cairan ditentukkan dari jumlah
3. Berikan sejumlah cairan pengganti
cairan yang hilang pervaginal
cairan yang keluar
3. Transfusi mungkin diperlukan pada
4. Evaluasi status hemodinamika
kondisi perdarahan masif

4. Penilaian dapat ditentukkan secara


harian melalui pemeriksaan fisik

2. Gangguan rasa nyaman nyeri berhubungan dengan kerusakan jaringan intrauteri

Tujuan :

 Klien dapat beradaptasi dengan nyeri yang dialami

INTERVENSI RASIONAL

1. Kaji kondisi nyeri yang dialami klien 1. Pengukuran nilai ambang nyeri dapat
dilakukan dengan skala maupun
2. Terangkan nyeri yang dialami klien dan
deskripsi
penyebabnya
2. Meningkatkan koping klien dalam
3. Kolaborasi pemberian analgetik
melakukan guidance mengatasi nyeri

3. Mengurangi onsert terjadinya nyeri


dapat dlakukan dengan pemberian
analgetika oral maupun sistemik dalam
spectrum luas/sepesifik

3. Gangguan aktivitas berhubungan dengan kelemahan, penurunan sirkulasi

Tujuan :

 Klien dapat melakukan aktivitas tanpa adanya komplikasi

INTERVENSI RASIONAL

1. Kaji tingkat kemampuan klien dalam1. Mungkin klien tidak mengalami


beraktivitas perubahan berarti, tetapi perdarahan
masih perlu di waspadai untuk
2. Kaji pengaruh aktivitas terhadap kondisi
mencegah kondisi klien lebih baik
uterus atau kandungan
3. Bantu klien untuk memenuhi kebutuhan2. Aktivitas merangsang peningkatan
aktivitas sehari – hari vaskularisasi dan pulsasi organ
reproduksi
4. Bantu klien untuk melakukan tindakan
sesuai dengan kemampuan atau kondisi3. Mengistirahatkan klien secara optimal
klien
4. Mengoptimalkan kondis klien, pada
5. Evaluasi perkembangan kemampuan abortus imminens istirahat mutlak
klien melakukan aktivitas sangat diperlukan

5. Menilai kondisi umum klien

4. Resiko tinggi infeksi berhubungan dengan perdarahan, kondisi vulva yang lembab

Tujuan :

 Tidak terjadi infeksi selama perawatan perdarahan

INTERVENSI RASIONAL

1. Kaji kondisi keluaran atau dischart yang1. Perubahan yang terjadi pada dischart di
keluar, warna dan bau kaji setiap saat dischart keluar, adanya
warna yang lebih gelap disertai bau tidak
2. Terangkan pada klien pentingnya
enak, mungkin merupakan tanda infeksi
perawatan vulva selama masa
perdarahan 2. Infeksi dapat timbul akibat kurangnya
kebersihan genetalia yang lebih luas
3. Lakukan pemeriksaan biakan pada
dischart 3. Berbagai kuman dapat teridentifikasi
melalui dischart
4. Lakukan perawatan vulva
4. Inkubasi kuman pada area genital yang
5. Terangkan pada klien cara
relatif cepat dapat menyebabkan infeksi
mengidentifikasi tanda infeksi
5. Berbagai manifestasi klinik dapat
6. Anjurkan pada suami untuk tidak
menjadi tanda nonspesifik infeksi,
melakukan hubungan senggama selama
demam, peningkatan rasa nyeri,
perdarahan
mungkin merupakan gejala infeksi

6. Pengertian pada keluarga sangat penting


artinya untuk kebaikan ibu selama dalam
kondisi perdarahan, dengan melakukan
hubungan senggama dapat
memperburuk kondisi sistem reproduksi
ibu dan sekaligus meningkatkan resiko
infeksi pada pasangan

5. Cemas berhubungan dengan kurang pengetahuan


Tujuan :

 Tidak terjadi kecemasan

 Pengetahuan klien dan keluarga terhadap penyakit meningkat

INTERVENSI RASIONAL

1. Kaji tingkat pengetahuan atau persepsi1. Ketidaktahuan dapat menjadi dasar


ibu dan keluarga terhadap penyakit peningkatan rasa cemas

2. Kaji derajat kecemasan yang dialami2. Kecemasan yang tinggi dapat


klien menyebabkan penurunan penilaian
objektif klien tentang penyakit
3. Bantu klien mengidentifikasi penyebab
kecemasan 3. Melibatkan klien secara aktif dalam
tindakan keperawatan merupakan
4. Asistensi klien menentukan tujuan
support yang mungkin berguna bagi
perawatan bersama
klien dan meningkatkan kesadaran diri
5. Terangkan hal – hal seputar aborsi yang klien
perlu diketahui oleh klien dan keluarga
4. Peningkatan nilai objektif terhadap
masalah, berkontribusi menurunkan
kecemasan

5. Konseling bagi klien sangat diperlukan


untuk meningkatkan pengetahuan dan
membangun support sistem keluarga
untuk mengurangi kecemasan klien dan
keluarga
Asuhan keperawatan pada pasien Nn. Y K

Dengan Abortus Imminens

Di Ruang Ginekologi RSUD Tulehu Ambon

A. PENGKAJIAN
1. Identitas

Tanggal masuk RS : 28 Juli 2016 Jam masuk : 10.00 wit

Tanggal pengkajian : 28 Juli 2016 No. Register : 042936

Ruangan : Ginekologi Yang Mengkaji : Watti Tomia


Jam pengkajian : 10.30 wit

Nama Pasien : Nn. Y K

Umur : 19 tahun

Suku/Bangsa : Maluku/Indonesia

Agama : Kristen Protestan

Pendidikan : SMA

Alamat : Suli

Status perkawinan : Belum Menikah

Penanggung Jawab

Nama : Ny. Noor Deselfa

Umur : 56 tahun

Agama : Kristen Protestan

Pekerjaan : Ibu Rumah tangga

Alamat : Suli

Hubungan dengan pasien : Orang tua

2. Riwayat kesehatan sekarang

a. Keluhan utama masuk RS : Nyeri pada perut bagian bawah disertai dengan keluarnya
darah, bercak – bercak

b. Riwayat keluhan utama : Perdarahan dan Nyeri

1) Mulai timbulnya : setelah meminum obat (Bodrex yang dicampur dengan minuman
bersoda : Sprite)

2) Faktor pencetus : kerusakan jaringan intrauteri

3) Lokasi keluhan : daerah perut bagian bawah

4) Sifat nyeri : seperti tertusuk - tusuk

5) Kuantitas : terus menerus

6) Kualitas : sedang (4)

7) Hal – hal yang memberatkan : saat pasien bergerak & BAK

8) Hal – hal yang meringankan : saat pasien beristirahat

9) Upaya untuk mengatasi : pasien mengusap - usap perutnya

Catatan Kronologis
Pada hari senin tanggal 28 juli 2016 pukul 08.00 wit pasien mengeluh sakit pada
perutnya disertai kram dan keluarnya darah dari vagina, saat itu pasien sedang menuju
ke rumah temannya dengan sepeda motor. Pasien kemudian dibawa oleh keluarga ke
RSUD Tulehu ambon. Pada pukul 08.30 wit, pasien tiba di IGD RSUD Tulehu. Pasien
mengatakan, habis mengkonsumsi obat bodrex yang dicampur dengan minuman
bersoda (Sprite) sebelumnya. Selama di IGD pasien diberikan therapy :

 RL 20 tetes/menit

 Injeksi Busepan 2 x 1

 Duvadilan 3 x 1/Oral

 Sygest 2 x 1

Kemudian pada pukul 10.00 wit pasien masuk di ruang Ginekologi.

3. Riwayat Reproduksi

a. Riwayat Haid

1) Menarche : 12 tahun

2) Siklus haid : 28 hari

3) Banyak ganti duk : 3x/hari

4) Lamanya haid : 4 hari

5) Keluhan Haid : tidak ada

6) HPHT : 03 April 2016

7) Usia kehamilan saat ini : 16 Minggu

b. Riwayat Obstetri

G : 1, P : 0, A : 1

c. Riwayat keluarga berencana

1) Apakah pernah memakai kontrasepsi : Tidak pernah

2) Jenis kontrasepsi yang dipakai : Tidak ada

3) Sejak kapan : Tidak ada

4) Adakah rencana mengikuti KB : Tidak ada

5) Dimana ibu berencana mengikuti KB : Tidak ada

6) Jenis kontrasepsi apa yang ingin dipakai : Tidak ada

d. Riwayat imunisasi

1) Imunisasi TT1 : Tidak pernah

2) Imunisasi TT2 : Tidak pernah


3) Berapa kali mengikuti imunisasi : Tidak pernah

4) Usia kehamilan saat mengikuti imunisasi : Tidak ada

e. Riwayat penyakit yang diderita

1) Tidak ada riwayat penyakit serius seperti DM, Tumor, Hipertensi, PMS, TBC.

2) Tidak ada penyakit yang menyertai kehamilan seperti sakit kepala hebat, nyeri perut
hebat dan kejang.

3) Tidak ada riwayat ketergantungan obat, alkohol dan merokok.

f. Riwayat kesehatan keluarga

Genogram 3 generasi
Keterangan :

: pasien

: perempuan

: laki - laki

: hubungan keluarga

Tidak ada anggota keluarga yang menderita penyakit kronis, menular, dan turunan

g. Aspek psikososial, ekonomi, dan spiritual

1) Status emosional : Klien mengatakan cemas terhadap keadaan yang dialaminya


sekarang

2) Klien belum memahami tentang penyakitnya

3) Pola interaksi klien : pasien dapat berinteraksi dengan petugas, keluarga maupun
lingkungan dengan baik

4) Harapan pasien : pasien berharap bisa segera sembuh dan cepat pulang

5) Pengambil keputusan dalam keluarga adalah Orang tua (ibu)


6) Penghasilan orang tua dapat mencukupi kebutuhan sehari – hari

7) Pasien percaya kepada Tuhan Yang Maha Esa bahwa ia akan segera pulih
h. Pola aktivitas sehari – hari

No Pola Aktivitas Sebelum Pengkajian Saat pengkajian

1 Pola Makan

a. Frekuensi makan sehari 3x/hari 3x/hari


b. Waktu makan Pagi, siang, malam Pagi, siang, malam
c. Jenis makanan Nasi, lauk, sayur Nasi, lauk, sayur
d. Porsi makan yang dihabiskan 1 porsi 1/2 porsi
e. Jenis makanan pantangan Tidak ada Tidak ada
Keluhan saat makan Tidak ada Tidak ada
Pola minum

a. Frekuensi minum sehari 5-6 gelas/hari 10 gelas/hari


b. Jenis minuman Air putih Air putih
c. Jumlah ±1500 cc/hari ±2000 cc
d. Keluhan saat minum Tidak ada Tidak ada
Pola eliminasi

2a. BAB
1) Frekuensi/hari
2x/hari Belum BAB
2) Konsistensi
Lembek Tidak ada
3) Warna
Kuning Tidak ada
4) Bau
Khas Tidak ada
5) Keluhan saat BAB
Tidak ada Tidak ada

b. BAK

1) Frekuensi/hari
4 – 5x/hari 3 – 4x/hari
2) Warna
Kuning jernih Kuning kemerahan
3) Bau
Pesing Pesing
4) Keluhan
Tidak ada Tidak ada
Pola istirahat & tidur

a. Tidur siang
1 – 2 jam/hari 1 – 2 jam/hari
3b. Tidur malam
7 – 8 jam/hari 4 – 5 jam/hari
c. Keluhan
Tidak ada Sering terbangun
Personal hygiene

a. Kebiasaan mandi/hari 2x/hari 1x/hari

4b. Kebiasaan gosok gigi 2x/hari 2x/hari


c. Kebiasaan mencuci rambut 2x/seminggu 1x/seminggu
Pola Aktivitas & Latihan

a. Jenis olah raga

1) Frekuensi
5 1x seminggu Tidak ada
2) Aktivitas
Jalan santai Tidak ada
3) Keluhan
Tidak ada Aktivitas dibantu keluarga

B. Pemeriksaan fisik
1. Pengamatan umum

a. Keadaan umum : Lemah

b. Tingkat kesadaran : compos mentis

2. Tanda – tanda vital

a. Suhu : 36ºc

b. Nadi : 76x/menit

c. Respirasi : 24x/menit

d. Tekanan darah : 100/60 mmHg

3. Pengukuran Antropometri

a. Berat Badan : 54 kg

b. Tinggi Badan : 161 cm

4. Pemeriksaan fisik

a. Kepala

1) Bentuk : Simetris

2) Keadaan rambut : Bersih

3) Warna : Hitam

4) Nyeri kepala : Tidak ada

5) Wajah : ekspresi wajah tampak meringis

b. Mata
1) Bentuk : simetris kiri dan kanan

2) Konjungtiva : tidak anemis

3) Sklera : tidak ikterus

4) Fungsi penglihatan : baik

c. Hidung

1) Struktur : simetris kiri dan kanan

2) Fungsi penciuman : baik

d. Telinga

1) Struktur : simetris kiri dan kanan

2) Fungsi pendengaran : baik

e. Leher

1) Vena jugularis : teraba

2) Arteri karotis : teraba

3) Kelenjar limfe / tiroid : tidak ada pembesaran

f. Dada

Payudara

1) Bentuk : simetris kiri dan kanan

2) Areola : hiperpigmentasi

3) Puting susu : tidak ada kelainan

4) Keluhan : tidak ada

g. Abdomen

1) Inspeksi

 Striae livida : tidak ada

 Linea nigra : tidak ada

2) Palpasi

 Tinggi fundus uteri : setinggi pusat

 Kontraksi uterus : baik (teraba bundar dan keras)

 Periksa Dalam (Vaginal Toucher) :

 Vaginal Toucher : tidak ditemukan fluks

 Portio : Lunak, nyeri goyang (-), Pembukaan 1 Cm


 Cavum Uteri : TFU l.k 8 – 10 Cm

 Adnexia Parametrium ka/ki : Nyeri tekan (-) , Massa (-)

 Cavum Douglas : tidak menonjol

 Inspekulo : Fleks (+)

h. Genetalia

 Kotor

 Terpasang pembalut

 Terdapat pengeluaran darah/sisa hasil konsepsi ±50 cc

C. Pemeriksaan Penunjang
1. HCG Test : Positif

2. Hemoglobin : 9 mg%

3. Ultra Sonografi : Janin Tunggal intraabdomen, Denyut Jantung (+) Panjang janin 5-6
Cm

D. Therapy

1. RL 20 tetes/menit

2. Injeksi Busepan 2 x 1

3. Duvadilan 3 x 1
E. Klasifikasi Data
Data Subjektif Data Objektif

Pasien mengatakan : 1. Ekspresi wajah sesekali meringis bila


bergerak
1. Nyeri perut bagian bawah
2. Kualitas nyeri sedang 4
2. Nyeri seperti tertusuk – tusuk
3. Ekspresi wajah sesekali meringis bila
3. Nyeri dirasakan hilang timbul
bergerak
4. Perdarahan ±50 cc per hari
4. Mata cekung
5. Merasa cemas dengan penyakitnya
5. Konjungtiva : anemis
6. Pasien tidak memahami tentang
penyakitnya 6. Aktivitas dibantu keluarga

7. Lemas 7. Pasien tampak gelisah

8. Ku : lemah

9. Pasien mengusap – usap perutnya


F. Analisa Data
Data Etiologi Masalah

Ds : pasien mengatakan Kerusakan jaringan Nyeri


intrauteri
1. Nyeri perut bagian bawah

2. Nyeri seperti ditusuk – tusuk

3. Nyeri dirasakan hilang timbul

Do :

1. Ekspresi wajah sesekali


meringis
2. Skala nyeri sedang 4
3. Ibu terlihat mengusap – usap
perutnya
Ds : pasien mengatakan Penurunan sirkulasi Intoleransi Aktivitas

1. Perdarahan
2. Pasien merasa lemas
Do :

1. Aktivitas dibantu keluarga


2. Ku : lemah
3. Hb : 9 mg%
4. Perdarahan ±50 cc
Ds : pasien mengatakan Krisis situasional atau Cemas
kurang pengetahuan
1. Klien cemas dengan kejadian
yang sedang dialaminya
2. Klien tidak memahami tentang
penyakitnya
Do :

1. Klien tampak gelisah


G. Perumusan Diagnosa Keperawatan

1. Nyeri berhubungan dengan kerusakan jaringan intrauteri, yang ditandai dengan :

Ds : pasien mengatakan

 Nyeri perut bagian bawah

 Nyeri seperti ditusuk – tusuk

 Nyeri dirasakan hilang timbul

Do :

 Ekspresi wajah sesekali meringis

 Skala nyeri sedang 4

 Ibu terlihat mengusap – usap perutnya

2. Intoleransi Aktivitas berhubungan dengan penurunan sirkulasi, yang ditandai dengan :


Ds : pasien mengatakan

 Perdarahan

 Pasien merasa lemas


Do :

 Aktivitas dibantu keluarga

 Ku : lemah

 Hb : 9 mg%

 Perdarahan ±50 cc

3. Cemas berhubungan dengan kurang pengetahuan tentang penyakit, yang ditandai


dengan :

Ds : pasien mengatakan

 Klien cemas dengan kejadian yang sedang dialaminya

 Klien tidak memahami tentang penyakitnya

Do :

 Klien tampak gelisah

H. Prioritas masalah
1. Nyeri berhubungan dengan kerusakan jaringan intrauteri

2. Intoleransi aktivitas berhubungan dengan penurunan sirkulasi

3. Cemas berhubungan dengan kurang pengetahuan tentang penyakit


IMPLEMENTASI & EVALUASI

Nama : Nn. Y K Hari/tanggal : 28 Juli


2016

Umur : 19 tahun Ruang :


Ginekologi

Jenis kelamin : perempuan No. Register :


042936

DIAGNOSA IMPLEMENTASI EVALUASI

1. Tanggal 28 juli 206 Tanggal 28 juli 2016


Jam : 12.00 wit
Jam : 14.00 wit
a. Mengkaji lokasi nyeri, lamanya, S : pasien mengatakan :
intensitasnya
 Masih ada nyeri pada perut bagian
Hasil : bawah

Faktor pencetus : kerusakan  Skala nyeri 2


jaringan
intrauteri O:

Lokasi keluhan : daerah perut bagian bawah


 Wajah sesekali masih tampak meringis

Sifat nyeri : seperti tertusuk - tusuk A : Masalah teratasi sebagian

Kuantitas : terus menerus P : Intervensi 1, 2 dilanjutkan

Kualitas : sedang (4)

Wajah pasien tampak sesekali meringis jika


bergerak

Jam : 12.10 wit

b. Mengajarkan tekhnik relaksasi napas dalam


dengan menarik nafas panjang lewat hidung
dan menghembuskan lewat mulut, dilakukan
3-4 kali

Hasil :

Pasien mengerti apa yang disampaikan


perawat dan mengikuti apa yang
diinstruksikan oleh perawat

DIAGNOSA IMPLEMENTASI EVALUASI


2. Tanggal 28 Juli 2016 Tanggal 28 Juli 2016
Tanggal 28 januari 2016
Jam : 10.00 wit
Jam : 13.35 wit
a. Mengkaji tingkat kemampuan klien
untuk beraktivitas S : pasien mengatakan
Hasil :  Badan lemas

Klien mengatakan  Perdarahan makin banyak jika bergerak

1) Bisa toiletting sendiri O:

 Ku : lemah
2) Klien mampu beraktivitas ringan seperti
berjalan  Aktivitas klien masih sedikit dibantu

3) Klien merasa lemas jika terlalu banyak A : masalah teratasi sebagian


bergerak P : intervensi dilanjutkan
Jam : 10.15 wit

b. Mengkaji pengaruh aktivitas terhadap


kondisi uterus
Hasil :

1) Klien mengatakan perdarahan makin banyak


jika terlalu sering bergerak

2) Perutnya juga terasa sakit jika bergerak

Jam : 10.20 wit

c. Mengevaluasi perkembangan klien


dalam melakukan aktivitas
Hasil :

1) Pasien tidak bisa bergerak terlalu banyak

DIAGNOSA IMPLEMENTASI EVALUASI

3 Tanggal 28 Juli 2016 Tanggal 29 Juli 2016


Jam : 13.35 wit
Jam : 10.25 wit
S : pasien mengatakan
a. Mengkaji tingkat pengetahuan atau
persepsi klien dan keluarga terhadap  Sudah tidak lagi cemas dengan
penyakitnya
penyakit
Hasil :  Pasien sudah memahami tentang
penyakitnya
Klien dan keluarga belum mengerti tentang
abortus yang dialami oleh klien O:

 Ekspresi wajah tampak tenang


Jam 10.30 wit
b. Membantu klien mengidentifikasi A : masalah teratasi
penyebab kecemasan P : intervensi dihentikkan
Hasil :

Klie cemas jika perdarahan yang dialaminya


makin parah

Jam 10.36 wit

c. Terangkan hal – hal seputar aborsi


yang perlu diketahui oleh klien dan keluarga
Hasil :

Sudah dijelaskan :

Abortus imminen adalah perdarahan


bercak yang menunjukkan ancaman
terhadap kelangsungan sauatu kehamilan.
Dalam kondisi seperti ini kehamilan masih
mungkin berlanjut atau dipertahankan
(Syaifudin.Bari Abdul, 2000)
DAFTAR PUSTAKA

Didik Tjindarbunni, Duk.2001. pencegahan diagnostik dini dan pengobatan kanker.


Yayasan Kanker Indonesia : Jakarta

Doengoes. M. 2001. Rencana perawatan Maternitas/ Bayi. EGC : Jakarta

Suzane, C, Smeltzer, Brenda, G Bare. 2001. Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah. Edisi
8. EGC : Jakarta

http://www.medicastore.com

Anda mungkin juga menyukai