Anda di halaman 1dari 25

Nama : Arsi Susilawati

NIM : 131711123049
Kelas : AJ1-B20

RESUME K3
Tri pudy Asmarawati, dr., Sp.PD

PEDOMAN PENCEGAHAN DAN PENGENDALIAN INFEKSI DI RS DAN


FASILITAS PELAYANAN KESEHATAN LAINNYA

 Konsep Dasar Penyakit Infeksi

a) Kolonisasi:
b) Infeksi
c) Penyakit Infeksi:
d) Penyakit menular/infeksius
e) Inflamasi
f) Systemic Inflammatory Response Syndrome (SIRS)
g) Sepsis
h) Healthcare-associated infections (HAIs)

 Rantai Penularan Infeksi

a) Agen infeksi (bakeri, virus, jamur, parasit )


b) Reservoir (manusia, binatang, tanah, tumbuhan )
c) Portal of exit (pernafasan, pencernaan, saluran kemih, kulit, mukosa )
d) Transmisi (Kontak, droplet, airborne, darah, vektor)
e) Pintu masuk (pernafasan, pencernaan, saluran kemih, mukosa, kulit yg terluka )
f) Pejamu (host)
 Definisi HAIs
The Centers for Disease Control and Prevention (CDC)
"Infeksi terjadi pada pasien selama proses perawatan di rumah sakit atau fasilitas
kesehatan lainnya yang tidak hadir atau diinkubasi pada saat masuk. Ini
termasuk infeksi yang didapat di rumah sakit namun muncul setelah keluar, dan
juga infeksi kerja di antara staf fasilitas Minimal Waktu : > 2x 24 jam di Rumah
Sakit

 Faktor risiko HAIs

a) Umur
b) Status imun yang rendah
c) Interupsi barier anatomis
d) Implantasi benda asing
e) Perubahan mikroflora normal

 Jenis HAIs

a) Central Line Associated Blood Storm Infection (CLABSI)


b) Catheter Associated Urinary Tract Infection (CAUTI)
c) Ventilator Associated Pneumoniae (VAP)
d) Surgical Site Infection (SSI)
e) Arterial and Venous Infection (VASC)

 Strategi pencegahan dan pengendalian infeksi


1. Inaktivasi dengan sterilisasi, desinfeksi
2. Imunisasi aktif dan pasif
3. Isolation precaution

 KEWASPADAAN ISOLASI
Surat Keputusan Menteri Kesehatan no 382/Menkes/SK/III/2007 tentang
Pelaksanaan Pencegahan dan Pengendalian Infeksi di Rumah Sakit dan Fasilitas
Kesehatan lainnya
Setiap petugas kesehatan harus memahami, mematuhi dan menerapkan
Kewaspadaan Isolasi Setiap petugas kesehatan harus memahami, mematuhi dan
menerapkan Kewaspadaan Isolasi yaitu Kewaspadaan Standar dan Kewaspadaan
Berdasarkan Transmisi.
 KEWASPADAAN ISOLASI
A. Kewaspadaan standar

1. Kebersihan Tangan/hand hygiene


2. Alat pelindung diri (APD): sarung tangan, masker, goggle, face shield, gaun
3. Peralatan perawatan pasien
4. Pengendalian lingkungan
5. Pemrosesan peralatan pasien dan penatalaksanaan linen
6. Kesehatan karyawan/ perlindungan petugas kesehatan
7. Penempatan Pasien
8. Hygiene respirasi/etika batuk
9. Praktek menyuntik yang aman
10. Praktek untuk Lumbal Pungsi

B. Kewaspadaan berdasarkan transmisi

1. Diterapkan pada pasien dg gejala/dicurigai terinfeksi atau kolonisasi kuman


penyebab infeksi menular
2. Tujuan : memutus rantai penularan
3. Ada 3 kewaspadaan Transmisi( kewaspadaan kontak, kewaspadaan droplet,
kewaspadaan airborne)
4. Dapat terjadi kombinasi transmisi
 Transmisi kontak
 Kontak :
– Kontak langsung: pasien – petugas atau pasien – pasien
– Kontak tidak langsung: Pasien/petugas – benda tercemar-petugas/pasien
 Penempatan pasien :
– Kamar tersendiri atau kohorting
– Kohorting unt management MDRO APD
– Sarung tangan; gaun pelindung (Bila mungkin pakaian tercemar saat
kontak dg pasien, permukaan lingkungan atau peralatan pasien)
Lepaskan gaun sebelum meninggalkan ruangan

 Transmisi Droplet :
– Percikan >5µm melayang di udara jatuh mengenai mukosa mata,
hidung atau mulut yang ada pada jarak dekat (suction,bronkoskopi)
 Penempatan pasien : Pada infeksi B pertusis, SARS, RSV, influenza
a) Pakai Alat pelindung Diri Masker

b) Di kamar tersendiri/kohorting /beri jarak antar pasien 1m

c) Pengelolaan udara khusus tidak diperlukan, pintu boleh terbuka

d) Batasi transportasi pasien, pasangkan masker pada pasien saat


transportasi

 Penempatan pasien : Pada infeksi M Tb, campak, cacar air

a) Di ruangan dengan tekanan negatif


b) Pertukaran udara 6-12 x/jam
c) Jangan gunakan AC sentral, bila mungkin AC + filter HEPA yang
menyaring udara ruangan yang dibuang keluar.
d) Pintu harus selalu tertutup rapat.
e) Kohorting
f) APD masker respiratorik tinggi

SURVEILLANS
SURVEILLANCE is ongoing systematic collection , analysis, and interpretation of
outcomes specific data for use in the planning , implementation , and evaluation of
public health practice
Surveillance epidemiologi

a. Kegiatan yang dilakukan secara sistematis dan terus menerus terhadap penyakit
dan maslaah masalah kesehatan serta kondisi yang memperbesar resikonya
melalui proses pengumpulan data, pengolahan dan penyebaran informasi
epidemiologi kepada penyelenggara program kesehatan agar dapat melakukan
tindakan penanggulangan secara efektif dan efisien .

Surveillance : general principle


Ruang lingkup surveillance epidemiologi

a. Penyakit menular
b. Penyakit tidak menular
c. Perilaku kesehatan
d. Masalah kesehatan
e. Kesehatan matra
f. Kesehatan kerja
g. Kecelakaan kerja
h. Kesehatan lingkungan ( rumah sakit dan pelayanan kesehatan > infeksi
nosokomial (HAIs)

infeksi nosokomial (HAIs) healthcare asosiated infection


a. Infeksi yang terjadi pada pasien selama mengikuti perawatan di rumah sakit
b. Infeksi yang terjadi di rumah sakit dan belum muncul pada saat masuk di rumah
sakit
c. Infeksi yang terjadi pada pasien yang terjadi dirumah sakit namun baru muncul
setelah keluar dari rumah sakit
d. HAIs (penggunaan alat medis, komplikasi perawatan prosedur/operasi, transmisi
infeksi antar pasien dan petugas kesehatan, penggunaan antibiotic

SURVEILLANS INFEKSI NOSOKOMIAL/ SURVEILLANCE OF


HEALTHCARE ASOSIATED INFECTION)
Pemantaun terhadap 4 kasus infeksi terbanyak yang terjadi dipelayana kesehatan:

a. SSI ( Surgical Site Infection)


b. VAP (pneumonia )
c. BSI (Bloodstreem infection)
d. CaUTI ( Cateter Urinary Track Infection )

Tujuan surveillans HAIs


a. Identifikasi masalah ( factor resiko)
b. Pemantauan dan evaluasi kualitas penanggulangan infeksi
c. Identifikasi ( outbreaks, emerging infection disease, antibiotic resistance
organism , bioterrorist event)
d. Edukasi provider kesehatan
e. Base line data
f. Kebutuhan riset
g. Akreditasi
h. Advokasi ke management

Komponen sistem surveillans


a. Pengumpulan data
b. Kompilasi data
c. Analisis dan intepretasi data
d. Informasi kesehatan
e. Diseminasi informasi laporan dan umpan balik
dr.Adhitya Angga Wardhana, Sp.B
Materi Kuliah
1. Identifikasi Tugas dan Bahaya di Tempat Kerja

2. Identifikasi Risiko terjadinya Kecelakaan dan Penyakit Akibat Kerja di Rumah


Sakit

3. Program Pencegahan Kecelakaan dan Penyakit Akibat Kerja di Rumah Sakit

4. Penerapan Program Pencegahan Kecelakaan dan Penyakit Akibat Kerja di


Rumah Sakit

5. Program Pengontrolan atau Pengawasan terhadap terjadinya RIsiko

6. Program Monitoring dan Evaluasi yang efektif

PENDAHULUAN
 Pemanfaatan Faskes oleh masyarakat >>

 Tuntutan SDM RS, pengunjung/pengantar pasien, pasien dan masyarakat sekitar


RS ingin mendapatkan perlindungan dari gangguan kesehatan dan kecelakaan
kerja

UU No. 36 th 2009 ttg Kesehatan, pasal 165 : ”Pengelola tempat kerja wajib
melakukan segala bentuk upaya kesehatan melalui upaya pencegahan, peningkatan,
pengobatan dan pemulihan bagi tenaga kerja”.

UU No.44 Th 2009 tentang Rumah Sakit, pasal 40 ayat 1 : “Dalam upaya


peningkatan mutu pelayanan Rumah Sakit wajib dilakukan akreditasi secara berkala
menimal 3 (tiga) tahun sekali”.

UU No.23 Th 1992 ttg Kesehatan, Pasal 23 :


“Upaya Kesehatan dan Keselamatan Kerja (K3) harus diselenggarakan di semua tempat
kerja, khususnya tempat kerja yang mempunyai risiko bahaya kesehatan, mudah
terjangkit penyakit atau mempunyai karyawan paling sedikit 10 orang”

PENGERTIAN K3
Upaya untuk memberikan jaminan keselamatan dan meningkatkan derajat kesehatan
para pekerja dengan cara pencegahan kecelakaan dan penyakit akibat kerja,
pengendalian bahaya di tempat kerja, promosi kesehatan, pengobatan dan rehabilitasi.
Keselamatan (Safety)
Upaya-upaya yang ditujukan untuk melindungi pekerja; menjaga keselamatan
orang lain; melindungi peralatan, tempat kerja dan bahan produksi; menjaga kelestarian
lingkungan hidup dan melancarkan proses produksi/pelayanan

Kesehatan (Health)
Upaya-upaya yang ditujukan untuk memperoleh kesehatan yang setinggi-
tingginya dengan cara mencegah dan memberantas penyakit yang diidap oleh
pekerja, mencegah kelelahan kerja, dan menciptakan lingkungan kerja yang sehat.

ISU K3RS
Isu K3RS yang penting adalah :

 Keselamatan pasien dan pengunjung.

 Keselamatan dan kesehatan petugas kesehatan.

 Keselamatan bangunan.

 Keselamatan lingkungan.

TUJUAN K3RS
Terciptanya :

 Cara kerja yang aman dan sehat,


 Lingkungan kerja yang sehat, aman, dan nyaman,
 Meningkatkan derajat kesehatan karyawan RS.

MANFAAT K3RS

1. RS:
a. Meningkatkan mutu pelayanan.
b. Mempertahankan kelangsungan operasional RS.
c. Meningkatkan citra RS.
2. Karyawan RS :
a. Melindungi karyawan dari Penyakit Akibat Kerja (PAK).
b. Mencegah terjadinya Kecelakaan Akibat Kerja (KAK).
3. Pasien dan pengunjung :
a. Mutu layanan yang baik
b. Kepuasan pasien dan pengunjung.
Identifikasi Tugas dan Bahaya di Tempat Kerja
TUGAS DAN KEWENANGAN PERAWAT
Wewenang sebagai pemberi Asuhan Keperawatan
1) Melakukan pengkajian keperawatan secara holistik
2) Menetapkan diagnosis keperawatan
3) Merencanakan tindakan keperawatan
4) Melaksanakan tindakan keperawatan
5) Mengevaluasi hasil tindakan keperawatan
6) Melakukan rujukan
7) Memberikan tindakan pada keadaan gawat darurat
8) Melakukan penyuluhan kesehatan dan konseling

9) Penatalaksanaan pemberian obat kepada klien (sesuai resep tenaga/ obat bebas/ obat
bebas terbatas)

BAHAYA/HAZARD
 Bahaya (Hazard) adalah faktor intrinsik yang melekat pada sesuatu (bisa pada
barang ataupun suatu kegiatan maupun kondisi)

 Bahaya ini akan tetap menjadi bahaya tanpa menimbulkan dampak/konsekuensi


ataupun berkembang menjadi accident bila tidak ada kontak (exposure) dengan
manusia.

JENIS BAHAYA
1. Primary Hazards
 Bahaya Fisik
 Bahaya Kimia
 Bahaya Biologi
 Bahaya Psikososial
 Bahaya Ergonomi
2. Secondary Hazard

 Bahaya yang muncul sebagai akibat terjadinya interaksi antara komponen-


komponen pekerjaan.

 Interaksi ini sering kita sebut sebagai pekerjaan/ sistem kerja.


MACAM MACAM BAHAYA DI RUMAH SAKIT

Bahaya Fisik Radiasi pengion, radiasi non-pengion, suhu panas, suhu dingin, bising, getaran,
pencahayaan

Bahaya Kimia Ethylene Oxide, Formaldehyde, Glutaraldehyde, Ether, Halothane,


Etrane,Mercury, Chlorine

Bahaya Biologi Virus (misal : Hepatitis B, Hepatitis C, Influenza, HIV), Bakteri (misal : S.
Saphrophyticus, Bacillus sp., Porionibacterium sp., H.Influenzae, S.Pneumoniae,
N.Meningitidis, B.Streptococcus, Pseudomonas), Jamur (misal : Candida) dan
Parasit (misal : S. Scabiei)

Bahaya Cara kerja yang salah, diantaranya posisi kerja statis, angkat angkut pasien,
Ergonomi membungkuk, menarik, mendorong

Bahaya Kerja shift, stress beban kerja, hubungan kerja, post traumatic
Psikososial

Bahaya Terjepit, terpotong, terpukul, tergulung, tersayat, tertusuk benda tajam


Mekanik

Bahaya Listrik Sengatan listrik, hubungan arus pendek, kebakaran, petir, listrik statis

Kecelakaan Diantaranya kecelakaan benda tajam

Limbah RS Limbah medis (jarum suntik,vial obat, nanah, darah) limbah non medis, limbah
cairan tubuh manusia (misal : droplet, liur, sputum)
BAHAYA di TEMPAT KERJA
Safety Hazards/ KAK
 Hasil dari kecelakaan berupa cidera pada pekerja.

 Berhubungan dengan buruknya sistem keselamatan atau kondisi peralatan kerja


yang berbahaya.

Health Hazards/ PAK


 Kondisi kerja yang mengakibatkan sakit pada pekerja.

 Seringkali dalam bentuk hubungan antara paparan dan penyakit.

TEHNIK IDENTIFIKASI BAHAYA DAN RISIKO


a. CHECKLIST SYSTEM
b. ACCIDENT INVESTIGATIONS
c. ACCIDENT STATISTICS

 SAFETY INSPECTIONS

 SAFETY REVIEWS/ AUDITS

 JOB SAFETY ANALYSIS

 HAZOPS

 FAILURE MODES & EFFECT ANALYSIS (FMEA)

 FAULT TREE ANALYSIS (FTA)

 EVENT TREE ANALYSIS (ETA)

 QUALITATIF RISK ASSESSMENT (QRA)

KLASIFIKASI BAHAYA

 Bahaya Klas A : Menyebabkan kecelakaan fatal  pekerjaan


ditangguhkan.

 Bahaya Klas B : Menyebabkan luka serius kehilangan hari kerja 


harus diperbaiki sblm 24 jam.

 Bahaya Klas C : Menyebabkan kecelakaan minor  tertundanya


pekerjaan  harus diperbaiki sblm 2 x 24 jam.
 KECELAKAAN AKIBAT KERJA

 HAZARD ( bahaya potensial yang telah ada )

 DANGER ( peluang bahaya sudah tampak )

 RISK ( prediksi tingkat keparahan bila terjadi bahaya )

 INSIDENT ( munculnya kejadian yang bahaya )

 ACCIDENT ( kejadian bahaya yang disertai adanya korban dan/atau kerugian)

 KECELAKAAN AKIBAT KERJA (KAK)


Definisi:
PerMen Tenaga Kerja Nomor 03/Men/98
Suatu kejadian yang tidak dikehendaki dan tidak diduga semula yang dapat
menimbulkan korban manusia dan atau harta benda.
Departemen Tenaga Kerja RI
Suatu kejadian yang tiba-tiba atau yang tidak disangka-sangka dan tidak terjadi
dengan sendirinya akan tetapi ada penyebabnya.

 CIDERA AKIBAT KECELAKAAN KERJA


Heinrich et al. (1980) adalah patah, retak, cabikan, dan sebagainya yang diakibatkan
oleh kecelakaan.
Bureau of Labor Statistics, U.S. Department of Labor (2008) menyatakan bahwa
bagian tubuh yang terkena cidera dan sakit terbagi menjadi: (Kepala; mata, Leher,
Batang tubuh; bahu, punggung, Alat gerak atas; lengan tangan, pergelangan tangan,
tangan selain jari, jari tangan, Alat gerak bawah; lutut, pergelangan kaki, kaki selain
jari kaki, jari kaki, Sistem tubuh, Banyak bagian.

 KLASIFIKASI CIDERA KAK


Keparahan Cedera KAK:
a. Fatality : Kematian
b. Loss Time Injury : Kehilangan waktu kerja
c. Loss Time Day : Kehilangan hari kerja
d. Restricted duty : Pembatasan tugas
e. Medical Treatment Injury : KAK yang ditangani ke Dokter/RS
f. First aid injury : KAK ringan
g. Non Injury Incident : Insiden tanpa korban
(Standar Australia-AS (1990)
 FAKTOR PENYEBAB KAK
a. Manusia : Dipengaruhi oleh pengetahuan, keterampilan, dan sikap/psikis.
b. Material : Memiliki sifat dapat mempengaruhi kesehatan atau keselamatan
pekerja.
c. Sumber bahaya : Terjadi karena metode kerja yang salah, keletihan/kecapekan,
sikap kerja yang tidak sesuai dan sebagainya.
d. Faktor yang dihadapi, misalnya kurangnya pemeliharaan/perawatan
mesin/peralatan sehingga tidak bisa bekerja dengan sempurna.

 TEORI PENYEBAB KAK


Teori Domino:
 Kecelakaan hasil dari serangkaian kejadian yang berurutan.
 Penyebabnya adalah faktor manusia dan faktor fisik.

Teori Bird &Loftus :


Kesalahan bukan pada manusia/pekerja
semata, melainkan lebih menyoroti pada bagaimana MANAJEMEN
lebih mengambil peran dalam melakukan pengendalian agar tidak terjadi
kecelakaan.

 ANALISIS KECELAKAAN KERJA


Analisis Kecelakaan Kerja berguna untuk mengetahui:
1. Penyebab kecelakaan kerja.
2. Akibat kecelakaan kerja.

3. Langkah‐langkah pencegahannya.

Penyebab Kecelakaan Kerja :


1. Perbuatan berbahaya.
2. Keadaan berbahaya.

Tujuan Analisis Kecelakaan Kerja :


1. Untuk menjawab pertanyaan ”mengapa kecelakaan dapat terjadi”
2. Sehingga dapat ditentukan ”bagaimana mencegah agar kecelakaan sejenis tidak
terjadi”
 PENYAKIT AKIBAT KERJA (PAK)

PENGERTIAN PAK Adalah penyakit yang disebabkan oleh pekerjaan, alat


kerja, bahan, proses maupun lingkungan kerja“Man Made Disease,, Gangguan
kesehatan baik jasmani maupun rohani yang ditimbulkan ataupun diperparah
karena aktivitas kerja atau kondisi yang berhubungan dengan pekerjaan (Hebbie
Ilma Adzim, 2013)

KepPresRI No 22 Th 1993 : Penyakit yang disebabkan oleh pekerjaan atau


lingkungan kerja.

Keputusan Menteri Tenaga Kerja dan Transmigrasi No 333/1989 : Penyakit


Akibat Kerja ditemukan/didiagnosa saat pemeriksaan kesehatan berkala,
ditetapkan oleh dokter, dengan dasar pemeriksaan klinis dan pemeriksaan
kondisi lingkungan kerja.

PAK WHO tahun 1999 menemukan bahwa kasus penyakit akibat kerja yang
paling :
1. Penyakit muskuloskeletal (48%),
2. Penyakit Paru Obstruksi Kronik (11%),
3. Gangguan kesehatan mental (10%),
4. Tuli akibat bising (9%), dan
5. Keracunan pestisida (3%).

 PENYEBAB PAK
a. Golongan fisik: Bising, radiasi, suhu ekstrim, tekanan udara, vibrasi,
penerangan
b. Golongan kimiawi: Semua bahan kimia dalam bentuk debu, uap, gas, larutan,
kabut
c. Golongan biologik: Bakteri, virus, jamur, dll
d. Golongan fisiologik/ergonomik: Desain tempat kerja, beban kerja.
e. Golongan psikososial : Stres psikis, monotomi kerja, tuntutan pekerjan

A. FAKTOR FISIK
Penyebab:

a. Suara tinggi atau bising  ketulian.


b. Temperature atau suhu tinggi  Hyperpireksi, Miliaria, Heat Cramp, Heat
Exhaustion, dan Heat Stroke
c. Radiasi infra merah  Katarak.
d. Ultraviolet  konjungtivitis
e. Radio aktif : alfa/beta/gama/X  gangguan sel tubuh manusia
Pencegahannya:
a. Pengendalian cahaya.
b. Pengaturan ventilasi dan penyediaan air minum
c. Pengaturan jadwal kerja yang sesuai.
d. Pelindung mata untuk sinar laser.
e. Filter untuk mikroskop.

B. FAKTOR KIMIA
a. Bentuk : zat padat, cair, gas, uap/partikel.
b. Masuk ke dalam tubuh melalui saluran pernafasan, saluran pencernaan, kulit dan
mukosa.
c. Akut dan secara kronis.
d. Efek terhadap tubuh: iritasi, alergi, korosif, asfiksia, keracunan sistematik,
kanker, kerusakan/kelainan janin, dll

Pencegahannya:
a. Material Safety Data Sheet (MSDS)
b. Menggunakan karet isap (rubber bulb) atau alat vakum
c. Penggunaan APD dengan tepat dan benar
d. Hindari penggunaan lensa kontak

C. FAKTOR BIOLOGI
Penyebab:
a. Viral Disease : Rabies, Hepatitis
b. Fungal Disease : Anthrax, Leptospirosis, Brucellosis, TBC, Tetanus
c. Parasitic Disease: Ancylostomiasis, Schistosomiasis
Dokter Rumah Sakit risiko 2-3 X

Pencegahannya:
a. Pelatihan dasar ttg kebersihan, epidemilogi, dan desinfeksi.
b. Pemeriksaan kesehatan pekerja.
c. Good Laboratory Practice.
d. Sterilisasi dan desinfeksi spesimen secara benar.
e. Pengelolaan limbah infeksius dengan benar.
f. Menggunakan kabinet keamanan biologis yang sesuai.
g. Kebersihan diri dari petugas.

D. FAKTOR ERGONOMI/FISIOLOGI
a. Akibat dari cara kerja, posisi kerja, alat kerja, lingkungan kerja, dan kontruksi
yang salah.
b. Efek terhadap tubuh: kelelahan fisik, nyeri otot, deformirtas tulang, perubahan
bentuk, dislokasi, dan kecelakaan. To fit the Job to the Man and to fit the Man to
the Job

E. FAKTOR PSIKOLOGI
Akibat :
1. Organisasi kerja : Tipe kepemimpinan, hubungan kerja, komunikasi, keamanan

2. Tipe kerja : Monoton, berulang-ulang, kerja berlebihan,, kerja shift,


danterpencil.

STRESS !!!!!!
Contoh faktor psikososial stress :
1. Pelayanan emergency dan menyangkut hidup mati pasien.
2. Pelayanan tepat dan cepat disertai dg kewibawaan dan keramahan-tamahan.
3. Pekerjaan yang monoton.

4. Hubungan kerja yang kurang serasi antara pimpinan dan bawahanatau sesama
teman kerja.
5. Beban mental karena menjadi panutan bagi mitra kerja.

 DIAGNOSIS PAK
7 langkah diagnostik PAK:
a. Tentukan diagnosis klinis.
b. Tentukan pajanan yang dialami oleh tenaga kerja selama ini.
c. Tentukan apakah pajanan memang dapat menyebabkan penyakit tersebut.
d. Tentukan apakah jumlah pajanan yang dialami cukup besar untuk dapat
mengakibatkan penyakit tersebut.
e. Tentukan apakah ada faktor-faktor lain yang mungkin dapat mempengaruhi
f. Mencari adanya kemungkinan lain yang dapat merupakan penyebab penyakit.
g. Membuat keputusan apakah penyakit tersebut disebabkan oleh pekerjaannya.

Ciri-ciri PAK :
a. Hubungan spesifik antara pajanan dengan penyakit.
b. Fakta bahwa frekwensi kejadian penyakit pada populasi pekerja lebih tinggi
daripada pada masyarakat umum.
c. Penyakit Akibat Kerja dapat dicegah dengan melakukan tindakan preventif di
tempat kerja.
Identifikasi PAK
LANGKAH-LANGKAH :
a. Mapping pajanan di tempat kerja dan pekerjaan.
b. Kenali gangguan kesehatan yang mungkin timbul (berdasarkan evidence based).
c. Konsultasi ke dokter, yang mengerti tentang proses pelayanan di RS.
d. Diagnosis Okupasi pada pekerja dilakukan oleh dokter yang kompeten, untuk
tahu: Penyakit Akibat Kerja (termasuk work related diseases), Penyakit
Diperberat oleh pekerjaan, Bukan Penyakit Akibat Kerja .

PENCEGAHAN PAK
Tips mencegah PAK :
a. Memakai APD secara tepat, benar dan teratur.
b. Mengenali resiko pekerjaan dan cegah supaya tidak terjadi lebih lanjut
c. Segara konsultasike dokter apabila terjadi luka/penyakit yang berkelanjutan

PENCEGAHAN PAK
a. Pencegahan Pimer – Healt Promotion (Perilaku kesehatan, Kontrol faktor bahaya di
tempat kerja, Perilaku kerja yang baik, Olahraga, Gizi)

b. Pencegahan Skunder – Specifict Protection (Pengendalian melalui perundang-


undangan, Pengendalian administratif/organisasi: rotasi/pembatas jam kerja,
Pengendalian teknis: subtitusi, isolasi, alat pelindung diri (APD), Pengendalian jalur
kesehatan imunisasi .

c. Pencegahan Tersier (Pemeriksaan kesehatan pra-kerja, Pemeriksaan kesehatan


berkala, Pemeriksaan lingkungan secara berkala, Surveilans, Pengobatan segera bila
ditemukan gangguan pada pekerja, Pengendalian segera ditempat kerja .

d. Pemeriksaan Sebelum Penempatan (Pemeriksaan fisik lengkap, Rontgen paru-


paru, Laboratorium rutin, Pemeriksaan lain yang dianggap perlu, Pemeriksaan yang
sesuai kebutuhan.

e. Pemeriksaan Kesehatan Berkala Meliputi : Pemeriksaan fisik lengkap, Rontgen


paru-paru, Laboratorium rutin, Pemeriksaan-pemeriksaan lain yang dianggap perlu,
Minimal tiap 1 tahun, Difokuskan pada organ dan sistem tubuh tertentu sesuai
kemungkinan PAK-nya
 Penerapan Program Pencegahan Kecelakaan dan Penyakit Akibat Kerja di
Rumah Sakit
 Program K3RS : Bertujuan untuk melindungi keselamatan dan kesehatan serta
meningkatkan produktifitas SDM Rumah Sakit, melindungi pasien, pengunjung/
pengantar pasien dan masyarakat serta lingkungan sekitar Rumah Sakit
 Penerapan Program K3RS
1. Pengembangan kebijakaan K3RS
a. Organisasi K3RS
b. Program K3RS untuk 3 tahun kedepan.
2. Pembudayaan perilaku K3RS
a. Sosialisasi K3 pada seluruh jajaran RS, pasien atau pengantar.
b. Penyebaran media komunikasi :leaflet, poster, pamflet, dll
c. Promosi K3 disetiap unit RS, pasien serta pengantar pasien/pengunjung RS.
3. Pengembangan SDM K3RS
a. Pelatihan Umum K3RS
b. Pelatihan Intern RS, khususnya SDM RS per unit RS

c. Pengiriman SDM RS untuk pendidikan formal, pelatihan lanjutan, seminar dan


workshop yang berkaitan dg K3

4. Pengembangan Pedoman, Petunjuk Teknis dan Standard Operational


Procedure (SOP) K3RS
a. Penyusunan pedoman ergonomis di RS
b. Penyusunan pedoman pelayanan kesehatan kerja
c. Penyusunan pedoman pelayanan keselamatan kerja
d. Penyusunan pedoman tanggap darurat di RS
e. Penyusunan pedoman pencegahan dan penanggulangan kebakaran
f. Penyusunan pedoman penyehatan lingkungan RS
5. Pemantauan dan evaluasi kesehatan lingkungan tempat kerja

a. Mapping area berisiko dan berbahaya, area/tempat kerja yang belum


melaksanakan program K3RS, area/tempat kerja yang sudah melaksanakan
program K3RS dan mendokumentasikan pelaksanakan program K3RS.

b. Evaluasi lingkungan tempat kerja (walk through dan observasi, wawancara


SDM RS, survei dan kuesioner, checklist dan evaluasi lingkungan tempat kerja
secara rinci).
6. Pelayanan Kesehatan Kerja

a. Pemeriksaan kesehatan sebelum bekerja, pemeriksaan kesehatan berkala, dan


pemeriksaan kesehatan khusus bagi SDM RS
b. Pengobatan dan perawatan serta rehabilitasi bagi SDM RS yang menderita sakit

c. Meningkatan kesehatan badan, kondisi mental (rohani) dan kemampuan fisik


SDM RS
d. Perlindungan spesifik dengan pemberian imunisasi
e. Kegiatan surveilans kesehatan kerja
7. Pelayanan Keselamatan Kerja

a. Pembinaan dan pengawasan keselamatan/keamanan sarana, prasarana dan


peralatan kesehatan RS
b. Pembinaan dan pengawasan perlengkapan keselamatan kerja di RS
c. Pengelolaan, pemeliharaan dan sertifikasi sarana, prasarana dan peralatan RS
d. Pengadaan peralatan K3RS
8. Pengembangan program pemeliharaan pengelolaan limbah padat, cair dan gas

a. Penyediaan fasilitas untuk penanganan dan pengelolaan limbah padat, cair dan
gas
b. Pengelolaan limbah medis dan nonmedis
9. Pengelolaan jasa, bahan beracun berbahaya dan barang berbahaya

a. Inventarisasi jasa, bahan beracun berbahaya dan barang berbahaya (Permenkes


No. 472 tahun 1996)
b. Membuat kebijakan dan prosedur pengadaan, penyimpanan dan penanggulangan
bila terjadi kontaminasi.
10. Pengembangan manajemen tanggap darurat
a. Rencana tanggap darurat
b. Pembentukan organisasi/tim kewaspadaan bencana
c. Pelatihan dan uji coba terhadap kesiapan petugas tanggap darurat
d. Inventarisasi tempat2 yang berisiko dan berbahaya serta membuat denahnya
e. Menyiapkan sarana dan prasarana tanggap darurat/bencana
f. Membuat kebijakan dan prosedur kewaspadaan, upaya pencegahan dan
pengendalian bencana pada tempat2 yang berisiko tersebut
11. Pengumpulan, pengelolahan, dokumentasi data dan pelaporan kegiatan K3

a. Menyusun prosedur pencatatan dan pelaporan serta penanggulangan kecelakaan


kerja, PAK, kebakaran dan bencana (termasuk format pencatatan dan pelaporan
yang sesuai dengan kebutuhan)

b. Pembuatan sistem pelaporan kejadian dan tindak lanjutnya (alur pelaporan


kejadian nyaris celaka dan celaka serta SOP pelaporan, penanganan dan tindak
lanjut kejadian nyaris celaka (near miss) dan celaka)
12. Review program tahunan
a. Melakukan internal audit K3 dengan menggunakan instrumen self assessment
akreditasi RS

b. Umpan balik SDM RS melalui wawancara langsung, observasi singkat, survey


tertulis dan kuesioner, dan evaluasi ulang

c. Analisis biaya terhadap SDM RS atas kejadian penyakit dan kecelakaan akibat
kerja
d. Mengikuti akreditasi RS

 Standar Pelayanan Kesehatan Kerja di Rumah Sakit


1. Melakukan pemeriksaan kesehatan sebelum bekerja bagi SDM Rumah Sakit
2. Melakukan pemeriksaan kesehatan berkala bagi SDM Rumah Sakit
3. Melakukan pemeriksaan kesehatan khusus
4. Pendidikan dan penyuluhan/pelatihan tentang kesehatan kerja dan memberikan
bantuan kepada SDM Rumah Sakit dalam penyesuaian diri baik fisik maupun
mental

5. Meningkatkan kesehatan badan, kondisi mental (rohani) dan kemampuan fisik


SDM Rumah Sakit

6. Memberikan pengobatan dan perawatan serta rehabilitasi bagi SDM Rumah


Sakit yang menderita sakit

7. Melakukan koordinasi dengan tim Panitia Pencegahan dan Pengendalian Infeksi


mengenai penularan infeksi terhadap SDM Rumah Sakit dan pasien
8. Melaksanakan kegiatan surveilans kesehatan kerja
9. Melaksanakan pemantauan lingkungan kerja dan ergonomi yang berkaitan
dengan kesehatan kerja (Pemantauan/pengukuran terhadap faktor fisik, kimia,
biologi, psikososial dan ergonomi).

10. Membuat evaluasi, pencatatan dan pelaporan kegiatan K3RS yang disampaikan
kepada Direktur Rumah Sakit dan Unit teknis terkait di wilayah kerja Rumah
Sakit

11. Pembinaan dan pengawasan kesehatan dan keselamatan sarana, prasarana dan
peralatan kesehatan

12. Pembinaan dan pengawasan atau penyesuaian peralatan kerja terhadap SDM
Rumah Sakit
13. Pembinaan dan pengawasan terhadap lingkungan kerja
14. Pembinaan dan pengawasan terhadap sanitair
15. Pembinaan dan pengawasan perlengkapan keselamatan kerja

16. Pelatihan dan promosi/penyuluhan keselamatan kerja untuk semua SDM Rumah
Sakit

17. Memberi rekomendasi/masukan mengenai perencanaan, desain/lay out


pembuatan tempat kerja dan pemilihan alat serta pengadaannya terkait
keselamatan dan keamanan
18. Membuat sistem pelaporan kejadian dan tindak lanjutnya.
19. Pembinaan dan pengawasan terhadap Manajemen Sistem
20. Pencegahan dan Penanggulangan Kebakaran (MSPK).

21. Membuat evaluasi, pencatatan dan pelaporan kegiatan pelayanan keselamatan


kerja yang disampaikan kepada Direktur Rumah Sakit dan Unit teknis terkait di
wilayah kerja Rumah Sakit.

 PROGRAM PENGONTROLAN ATAU PENGAWASAN TERHADAP


TERJADINYA RISIKO
 Job Safety Analysis (J.S.A)
“Tata cara atau metode untuk meneliti bahaya yang ada dalam setiap langkah kerja,
kemudian mencari metode untuk melenyapkan atau mengurangi bahaya tersebut.”

Fungsi JSA :
 Mengkaji ulang (review) Prosedur Kerja agar setiap pekerjaan yg berbahaya &
beresiko kecelakaan dapat memiliki Prosedur Kerja yg Aman (Safe Work
Procedure).
 Pengembangan Prosedur untuk Instruksi Penugasan.
 Pelatihan Keselamatan bagi pekerjalainnya.

Langkah-langkah JSA
Langkah 1 : Amati langsung pekerjaan yang sedang dianalisis.
Langkah 2: Uraikan proses pekerjaan tersebut menjadi tahapan-tahapan yang detil.
Langkah 3: Identifikasi bahaya dari setiap tahapan.
Langkah 4: Rekomendasikan pengendalian bahaya.

Langkah 1:
1. Pengamatan dapat dilakukan dengan beberapa cara:
 Diamati secara langsung dan dicatat.
 Direkam dengan video dan kemudian dipelajari.
 Difoto setiap tahapan proses.
 Dibuat sketsa urutan pekerjaan.
2. Membuat catatan-catatan penting dalam setiap pengamatan.

SOP Membantu Pengamatan


Langkah 2 :
1. List tahapan kerja sesuai urutan tahapan pekerjaan.
2. Jelaskan tindakan yang dilakukan dalam setiap tahapan.
3. Jangan terlalu detil dan jangan pula terlalu ringkas.
4. Aturan umum jangan melebihi 10 kata.

Langkah 3:
Strategi Identifikasi Bahaya:
 Berjalan mengililingi area kerja dan melihat potensi sumber bahaya.
 Bertanya dan berdiskusi dengan pekerja di unitkerja
 Cari referensi melalui literatur atau website.
 Pengecekan terhadap MSDS atau Technical Data sheet dari
bahan-bahan kimia atau peralatan yang digunakan.
 Lihat kembali catatan kecelakaan kerja atau near miss yang pernah terjadi
 Jangan lupa terhadap risiko atau bahaya jangka panjang terhadap kesehatan.
 Gunakan What-if scenario untuk setiap tahapan.

Langkah 4:
Apabila bahaya tidak bisa dihilangkan atau diturunkan maka dilakukan metode kontrol
untuk menurunkan bahaya sampai pada tingkat risiko yang dapat diterima.
Hirarki metode kontrol bahaya adalah:
 Eliminasi
 Substitusi
 Kontrol rekayasa
 Kontrol administratif
 Alat Pelindung Diri

 Job Safety Observation (J.S.O) Pengamatan SDM dalam melaksanakan


pekerjaan aspek K3 Meliputi :
1. Penilaian resiko bahaya
2. Penilaian cara kerja yang tidak aman
3. Penilaian cara kerja yang aman
4. Melakuan koreksi
5. Memberi penghargaan cara kerja yang aman

PROGRAM MONITORING DAN EVALUASI YANG EFEKTIF


Inspeksi K3RS
Mengapa inspeksi perlu ?
1. Adanya kondisi nonstandard (unsafe condition).
2. Adanya perilaku nonstandard (unsafe action).
3. Adanya perubahan, baik perubahan peralatan maupun prosedur.
4. Kecenderungan bekerja secara rutinitas .

Tujuan Umum Inspeksi Keselamatan Kerja


1. Memelihara lingkungan kerja yang aman dan selamat dengan mencegah adanya
tindakan-tindakan yang tidak aman dari manusia.
2. Memelihara kelancaran pekerjaan dan prosedur di RS.
3. Mengahui sedini mungkin unsafe act dan unsafe condition à tindakan-tindakan
koreksi.

4. Dapat dijadikan alat bagi manajemen (tool of management) dalam memelihara


tingkat produktivitas dan efisiensi rumah sakit.

5. Setiap laporan inspeksi yang dilakukan dapat dijadikan indikator untuk menilai
tingkat performa (safety performance) dari suatu unit.

Tujuan Khusus:
1. Memeriksa program yang menyimpang dari program yang ditentukan.

2. Untuk menggairahkan kembali interest terhadap keselamatan kerja di


lingkungan pekerja RS.
3. Mengevaluasi kembali semua safety standard yang telah ditentukan.
4. Sebagai bahan untuk pengumpulan data, guna mengadakan safety meeting.
5. Guna memeriksa fasilitas-fasilitas baru.
6. Untuk menilai tingkat kesadaran keselamatan kerja di lingkungan pekerja RS.

GOLONGAN INSPEKSI
A. EXTERN PERUSAHAAN :
INSPEKSI OLEH PETUGAS-PETUGAS DILUAR PERUSAHAAN
MISALNYA :

 INSPEKSI KESELAMATAN KERJA DARI INSTANSI PEMERINTAH


(MISALNYA DEPNAKER)
 PETUGAS DARI BIDANG ASURANSI DAN LAIN SEBAGAINYA

B. INTERN PERUSAHAAN : DILAKSANAKAN OLEH PETUGAS-


PETUGAS ATAU KARYAWAN PERUSAHAAN

JENIS-JENIS INSPEKSI :
a. Inspeksi Rutin : Yaitu inspeksi keselamatan kerja yang dilaksanakan secara
rutin di setiap tempat kerja, baik oleh pengawas maupun oleh petugas
keselamatan kerja.
 Sering juga disebut “Safety on the Spot”

 Meyakinkan bahwa segala sesuatu berjalan sesuai dengan yang seharusnya. Baik
dari segi manusia maupun dari segi teknis.
b. Inspeksi Berkala
 Dilakukan secara berkala (misalnya setiap setahun, 6 bulan, dll)

 Dalam inspeksi tersebut ditinjau segenap aspek yang ada, baik secara teknis
maupun segi manusia.
 Laporan dan rekomendasi yang disampaikan kepada manajemen.

c. Inspeksi bagian Kritis/Khusus


d. Inspeksi unit-unit yang baru selesai dibangun inspeksi sehubungan dengan
adanya kasus-kasus khusus seperti pencemaran, PAK, KAK,keluhan-keluhan
dari karyawan dan lain sebagainya

TAHAPAN INSPEKSI
1. PERSIAPAN

a) Tentukan apa yang akan diinspeksi dengan pedoman itp ( inspection and test
plan ).
b) Review laporan kecelakaan yang lalu.
c) Lihat rekomendasi laporan inspeksi yang lalu.
d) Ketahui lokasi yang akan diinspeksi.
e) Termasuk proses kerjanya.
f) Persiapkan check list/daftar periksa yang memadai .
g) Persiapkan alat-alat ukur yang diperlukan.
h) Persiapkan apd yang diperlukan.
2. PELAKSANAAN
a) Sebaiknya petugas inspeksi didampingi pengawas unit setempat .
b) Apabila ditemukan “minor fault” segera diambil tindakan sementara .

c) Klasifikasikan bahaya, kondisi dan perilaku yang berpotensi cacat permanen,


luka serius dan first aid .
3. PENCATATAN
Hal yang penting dilakukan di dalam kegiatan inspeksi

a) Dibuat format terdiri dari : identifikasi, kondisi spesifik temuan inspeksi,


frekuensi inspeksi dan petugas pelaksana
b) Monitoring terhadap item kritis sangat penting untuk meyakinkan bahwa upaya
pencegahan telah dilakukan .
4. LAPORAN
5. IDENTIFIKASI DAERAH YANG DIINSPEKSI
a) Observasi keadaan nonstandard
b) Klasifikasi bahaya dan resiko
c) Segera lakukan tindakan yang cukup
d) Tindakan perbaikan dan rekomendasi
e) Penanggung jawab tindakan koreksi
f) Follow up tindakan yang diambil
g) Lengkapi dan verifikasi tindakan perbaikan
h) Sediakan ruangan yang cukup untuk menulis hal yang diperlukan
i) Sediakan ruangan yang cukup untuk manajemen review .
6. MENGEMBANGKAN PERBAIKAN

Manajemen akan mudah mengambil keputusan apabila rekomendasi perbaikan


dilakukan secara sistematis
a) Potensi Akan Keparahan
b) Kemungkinan Timbul Kerugian
c) Biaya Yang Timbul Dari Saran Perbaikan
d) Tingkatan Tindakan Kontrol
e) Alternatif Pelaksanaan Kontrol
f) Alasan Adanya Tindakan Kontrol
7. TINDAK LANJUT
a) Inspektor harus mempunyai inisiatif untuk melakukan tindakan follow up .
b) Perhatian khusus harus dilakukan agar bahaya tidak timbul kembali / berulang .

Anda mungkin juga menyukai