NIM : 131711123049
Kelas : AJ1-B20
RESUME K3
Tri pudy Asmarawati, dr., Sp.PD
a) Kolonisasi:
b) Infeksi
c) Penyakit Infeksi:
d) Penyakit menular/infeksius
e) Inflamasi
f) Systemic Inflammatory Response Syndrome (SIRS)
g) Sepsis
h) Healthcare-associated infections (HAIs)
a) Umur
b) Status imun yang rendah
c) Interupsi barier anatomis
d) Implantasi benda asing
e) Perubahan mikroflora normal
Jenis HAIs
KEWASPADAAN ISOLASI
Surat Keputusan Menteri Kesehatan no 382/Menkes/SK/III/2007 tentang
Pelaksanaan Pencegahan dan Pengendalian Infeksi di Rumah Sakit dan Fasilitas
Kesehatan lainnya
Setiap petugas kesehatan harus memahami, mematuhi dan menerapkan
Kewaspadaan Isolasi Setiap petugas kesehatan harus memahami, mematuhi dan
menerapkan Kewaspadaan Isolasi yaitu Kewaspadaan Standar dan Kewaspadaan
Berdasarkan Transmisi.
KEWASPADAAN ISOLASI
A. Kewaspadaan standar
Transmisi Droplet :
– Percikan >5µm melayang di udara jatuh mengenai mukosa mata,
hidung atau mulut yang ada pada jarak dekat (suction,bronkoskopi)
Penempatan pasien : Pada infeksi B pertusis, SARS, RSV, influenza
a) Pakai Alat pelindung Diri Masker
SURVEILLANS
SURVEILLANCE is ongoing systematic collection , analysis, and interpretation of
outcomes specific data for use in the planning , implementation , and evaluation of
public health practice
Surveillance epidemiologi
a. Kegiatan yang dilakukan secara sistematis dan terus menerus terhadap penyakit
dan maslaah masalah kesehatan serta kondisi yang memperbesar resikonya
melalui proses pengumpulan data, pengolahan dan penyebaran informasi
epidemiologi kepada penyelenggara program kesehatan agar dapat melakukan
tindakan penanggulangan secara efektif dan efisien .
a. Penyakit menular
b. Penyakit tidak menular
c. Perilaku kesehatan
d. Masalah kesehatan
e. Kesehatan matra
f. Kesehatan kerja
g. Kecelakaan kerja
h. Kesehatan lingkungan ( rumah sakit dan pelayanan kesehatan > infeksi
nosokomial (HAIs)
PENDAHULUAN
Pemanfaatan Faskes oleh masyarakat >>
UU No. 36 th 2009 ttg Kesehatan, pasal 165 : ”Pengelola tempat kerja wajib
melakukan segala bentuk upaya kesehatan melalui upaya pencegahan, peningkatan,
pengobatan dan pemulihan bagi tenaga kerja”.
PENGERTIAN K3
Upaya untuk memberikan jaminan keselamatan dan meningkatkan derajat kesehatan
para pekerja dengan cara pencegahan kecelakaan dan penyakit akibat kerja,
pengendalian bahaya di tempat kerja, promosi kesehatan, pengobatan dan rehabilitasi.
Keselamatan (Safety)
Upaya-upaya yang ditujukan untuk melindungi pekerja; menjaga keselamatan
orang lain; melindungi peralatan, tempat kerja dan bahan produksi; menjaga kelestarian
lingkungan hidup dan melancarkan proses produksi/pelayanan
Kesehatan (Health)
Upaya-upaya yang ditujukan untuk memperoleh kesehatan yang setinggi-
tingginya dengan cara mencegah dan memberantas penyakit yang diidap oleh
pekerja, mencegah kelelahan kerja, dan menciptakan lingkungan kerja yang sehat.
ISU K3RS
Isu K3RS yang penting adalah :
Keselamatan bangunan.
Keselamatan lingkungan.
TUJUAN K3RS
Terciptanya :
MANFAAT K3RS
1. RS:
a. Meningkatkan mutu pelayanan.
b. Mempertahankan kelangsungan operasional RS.
c. Meningkatkan citra RS.
2. Karyawan RS :
a. Melindungi karyawan dari Penyakit Akibat Kerja (PAK).
b. Mencegah terjadinya Kecelakaan Akibat Kerja (KAK).
3. Pasien dan pengunjung :
a. Mutu layanan yang baik
b. Kepuasan pasien dan pengunjung.
Identifikasi Tugas dan Bahaya di Tempat Kerja
TUGAS DAN KEWENANGAN PERAWAT
Wewenang sebagai pemberi Asuhan Keperawatan
1) Melakukan pengkajian keperawatan secara holistik
2) Menetapkan diagnosis keperawatan
3) Merencanakan tindakan keperawatan
4) Melaksanakan tindakan keperawatan
5) Mengevaluasi hasil tindakan keperawatan
6) Melakukan rujukan
7) Memberikan tindakan pada keadaan gawat darurat
8) Melakukan penyuluhan kesehatan dan konseling
9) Penatalaksanaan pemberian obat kepada klien (sesuai resep tenaga/ obat bebas/ obat
bebas terbatas)
BAHAYA/HAZARD
Bahaya (Hazard) adalah faktor intrinsik yang melekat pada sesuatu (bisa pada
barang ataupun suatu kegiatan maupun kondisi)
JENIS BAHAYA
1. Primary Hazards
Bahaya Fisik
Bahaya Kimia
Bahaya Biologi
Bahaya Psikososial
Bahaya Ergonomi
2. Secondary Hazard
Bahaya Fisik Radiasi pengion, radiasi non-pengion, suhu panas, suhu dingin, bising, getaran,
pencahayaan
Bahaya Biologi Virus (misal : Hepatitis B, Hepatitis C, Influenza, HIV), Bakteri (misal : S.
Saphrophyticus, Bacillus sp., Porionibacterium sp., H.Influenzae, S.Pneumoniae,
N.Meningitidis, B.Streptococcus, Pseudomonas), Jamur (misal : Candida) dan
Parasit (misal : S. Scabiei)
Bahaya Cara kerja yang salah, diantaranya posisi kerja statis, angkat angkut pasien,
Ergonomi membungkuk, menarik, mendorong
Bahaya Kerja shift, stress beban kerja, hubungan kerja, post traumatic
Psikososial
Bahaya Listrik Sengatan listrik, hubungan arus pendek, kebakaran, petir, listrik statis
Limbah RS Limbah medis (jarum suntik,vial obat, nanah, darah) limbah non medis, limbah
cairan tubuh manusia (misal : droplet, liur, sputum)
BAHAYA di TEMPAT KERJA
Safety Hazards/ KAK
Hasil dari kecelakaan berupa cidera pada pekerja.
SAFETY INSPECTIONS
HAZOPS
KLASIFIKASI BAHAYA
3. Langkah‐langkah pencegahannya.
PAK WHO tahun 1999 menemukan bahwa kasus penyakit akibat kerja yang
paling :
1. Penyakit muskuloskeletal (48%),
2. Penyakit Paru Obstruksi Kronik (11%),
3. Gangguan kesehatan mental (10%),
4. Tuli akibat bising (9%), dan
5. Keracunan pestisida (3%).
PENYEBAB PAK
a. Golongan fisik: Bising, radiasi, suhu ekstrim, tekanan udara, vibrasi,
penerangan
b. Golongan kimiawi: Semua bahan kimia dalam bentuk debu, uap, gas, larutan,
kabut
c. Golongan biologik: Bakteri, virus, jamur, dll
d. Golongan fisiologik/ergonomik: Desain tempat kerja, beban kerja.
e. Golongan psikososial : Stres psikis, monotomi kerja, tuntutan pekerjan
A. FAKTOR FISIK
Penyebab:
B. FAKTOR KIMIA
a. Bentuk : zat padat, cair, gas, uap/partikel.
b. Masuk ke dalam tubuh melalui saluran pernafasan, saluran pencernaan, kulit dan
mukosa.
c. Akut dan secara kronis.
d. Efek terhadap tubuh: iritasi, alergi, korosif, asfiksia, keracunan sistematik,
kanker, kerusakan/kelainan janin, dll
Pencegahannya:
a. Material Safety Data Sheet (MSDS)
b. Menggunakan karet isap (rubber bulb) atau alat vakum
c. Penggunaan APD dengan tepat dan benar
d. Hindari penggunaan lensa kontak
C. FAKTOR BIOLOGI
Penyebab:
a. Viral Disease : Rabies, Hepatitis
b. Fungal Disease : Anthrax, Leptospirosis, Brucellosis, TBC, Tetanus
c. Parasitic Disease: Ancylostomiasis, Schistosomiasis
Dokter Rumah Sakit risiko 2-3 X
Pencegahannya:
a. Pelatihan dasar ttg kebersihan, epidemilogi, dan desinfeksi.
b. Pemeriksaan kesehatan pekerja.
c. Good Laboratory Practice.
d. Sterilisasi dan desinfeksi spesimen secara benar.
e. Pengelolaan limbah infeksius dengan benar.
f. Menggunakan kabinet keamanan biologis yang sesuai.
g. Kebersihan diri dari petugas.
D. FAKTOR ERGONOMI/FISIOLOGI
a. Akibat dari cara kerja, posisi kerja, alat kerja, lingkungan kerja, dan kontruksi
yang salah.
b. Efek terhadap tubuh: kelelahan fisik, nyeri otot, deformirtas tulang, perubahan
bentuk, dislokasi, dan kecelakaan. To fit the Job to the Man and to fit the Man to
the Job
E. FAKTOR PSIKOLOGI
Akibat :
1. Organisasi kerja : Tipe kepemimpinan, hubungan kerja, komunikasi, keamanan
STRESS !!!!!!
Contoh faktor psikososial stress :
1. Pelayanan emergency dan menyangkut hidup mati pasien.
2. Pelayanan tepat dan cepat disertai dg kewibawaan dan keramahan-tamahan.
3. Pekerjaan yang monoton.
4. Hubungan kerja yang kurang serasi antara pimpinan dan bawahanatau sesama
teman kerja.
5. Beban mental karena menjadi panutan bagi mitra kerja.
DIAGNOSIS PAK
7 langkah diagnostik PAK:
a. Tentukan diagnosis klinis.
b. Tentukan pajanan yang dialami oleh tenaga kerja selama ini.
c. Tentukan apakah pajanan memang dapat menyebabkan penyakit tersebut.
d. Tentukan apakah jumlah pajanan yang dialami cukup besar untuk dapat
mengakibatkan penyakit tersebut.
e. Tentukan apakah ada faktor-faktor lain yang mungkin dapat mempengaruhi
f. Mencari adanya kemungkinan lain yang dapat merupakan penyebab penyakit.
g. Membuat keputusan apakah penyakit tersebut disebabkan oleh pekerjaannya.
Ciri-ciri PAK :
a. Hubungan spesifik antara pajanan dengan penyakit.
b. Fakta bahwa frekwensi kejadian penyakit pada populasi pekerja lebih tinggi
daripada pada masyarakat umum.
c. Penyakit Akibat Kerja dapat dicegah dengan melakukan tindakan preventif di
tempat kerja.
Identifikasi PAK
LANGKAH-LANGKAH :
a. Mapping pajanan di tempat kerja dan pekerjaan.
b. Kenali gangguan kesehatan yang mungkin timbul (berdasarkan evidence based).
c. Konsultasi ke dokter, yang mengerti tentang proses pelayanan di RS.
d. Diagnosis Okupasi pada pekerja dilakukan oleh dokter yang kompeten, untuk
tahu: Penyakit Akibat Kerja (termasuk work related diseases), Penyakit
Diperberat oleh pekerjaan, Bukan Penyakit Akibat Kerja .
PENCEGAHAN PAK
Tips mencegah PAK :
a. Memakai APD secara tepat, benar dan teratur.
b. Mengenali resiko pekerjaan dan cegah supaya tidak terjadi lebih lanjut
c. Segara konsultasike dokter apabila terjadi luka/penyakit yang berkelanjutan
PENCEGAHAN PAK
a. Pencegahan Pimer – Healt Promotion (Perilaku kesehatan, Kontrol faktor bahaya di
tempat kerja, Perilaku kerja yang baik, Olahraga, Gizi)
a. Penyediaan fasilitas untuk penanganan dan pengelolaan limbah padat, cair dan
gas
b. Pengelolaan limbah medis dan nonmedis
9. Pengelolaan jasa, bahan beracun berbahaya dan barang berbahaya
c. Analisis biaya terhadap SDM RS atas kejadian penyakit dan kecelakaan akibat
kerja
d. Mengikuti akreditasi RS
10. Membuat evaluasi, pencatatan dan pelaporan kegiatan K3RS yang disampaikan
kepada Direktur Rumah Sakit dan Unit teknis terkait di wilayah kerja Rumah
Sakit
11. Pembinaan dan pengawasan kesehatan dan keselamatan sarana, prasarana dan
peralatan kesehatan
12. Pembinaan dan pengawasan atau penyesuaian peralatan kerja terhadap SDM
Rumah Sakit
13. Pembinaan dan pengawasan terhadap lingkungan kerja
14. Pembinaan dan pengawasan terhadap sanitair
15. Pembinaan dan pengawasan perlengkapan keselamatan kerja
16. Pelatihan dan promosi/penyuluhan keselamatan kerja untuk semua SDM Rumah
Sakit
Fungsi JSA :
Mengkaji ulang (review) Prosedur Kerja agar setiap pekerjaan yg berbahaya &
beresiko kecelakaan dapat memiliki Prosedur Kerja yg Aman (Safe Work
Procedure).
Pengembangan Prosedur untuk Instruksi Penugasan.
Pelatihan Keselamatan bagi pekerjalainnya.
Langkah-langkah JSA
Langkah 1 : Amati langsung pekerjaan yang sedang dianalisis.
Langkah 2: Uraikan proses pekerjaan tersebut menjadi tahapan-tahapan yang detil.
Langkah 3: Identifikasi bahaya dari setiap tahapan.
Langkah 4: Rekomendasikan pengendalian bahaya.
Langkah 1:
1. Pengamatan dapat dilakukan dengan beberapa cara:
Diamati secara langsung dan dicatat.
Direkam dengan video dan kemudian dipelajari.
Difoto setiap tahapan proses.
Dibuat sketsa urutan pekerjaan.
2. Membuat catatan-catatan penting dalam setiap pengamatan.
Langkah 3:
Strategi Identifikasi Bahaya:
Berjalan mengililingi area kerja dan melihat potensi sumber bahaya.
Bertanya dan berdiskusi dengan pekerja di unitkerja
Cari referensi melalui literatur atau website.
Pengecekan terhadap MSDS atau Technical Data sheet dari
bahan-bahan kimia atau peralatan yang digunakan.
Lihat kembali catatan kecelakaan kerja atau near miss yang pernah terjadi
Jangan lupa terhadap risiko atau bahaya jangka panjang terhadap kesehatan.
Gunakan What-if scenario untuk setiap tahapan.
Langkah 4:
Apabila bahaya tidak bisa dihilangkan atau diturunkan maka dilakukan metode kontrol
untuk menurunkan bahaya sampai pada tingkat risiko yang dapat diterima.
Hirarki metode kontrol bahaya adalah:
Eliminasi
Substitusi
Kontrol rekayasa
Kontrol administratif
Alat Pelindung Diri
5. Setiap laporan inspeksi yang dilakukan dapat dijadikan indikator untuk menilai
tingkat performa (safety performance) dari suatu unit.
Tujuan Khusus:
1. Memeriksa program yang menyimpang dari program yang ditentukan.
GOLONGAN INSPEKSI
A. EXTERN PERUSAHAAN :
INSPEKSI OLEH PETUGAS-PETUGAS DILUAR PERUSAHAAN
MISALNYA :
JENIS-JENIS INSPEKSI :
a. Inspeksi Rutin : Yaitu inspeksi keselamatan kerja yang dilaksanakan secara
rutin di setiap tempat kerja, baik oleh pengawas maupun oleh petugas
keselamatan kerja.
Sering juga disebut “Safety on the Spot”
Meyakinkan bahwa segala sesuatu berjalan sesuai dengan yang seharusnya. Baik
dari segi manusia maupun dari segi teknis.
b. Inspeksi Berkala
Dilakukan secara berkala (misalnya setiap setahun, 6 bulan, dll)
Dalam inspeksi tersebut ditinjau segenap aspek yang ada, baik secara teknis
maupun segi manusia.
Laporan dan rekomendasi yang disampaikan kepada manajemen.
TAHAPAN INSPEKSI
1. PERSIAPAN
a) Tentukan apa yang akan diinspeksi dengan pedoman itp ( inspection and test
plan ).
b) Review laporan kecelakaan yang lalu.
c) Lihat rekomendasi laporan inspeksi yang lalu.
d) Ketahui lokasi yang akan diinspeksi.
e) Termasuk proses kerjanya.
f) Persiapkan check list/daftar periksa yang memadai .
g) Persiapkan alat-alat ukur yang diperlukan.
h) Persiapkan apd yang diperlukan.
2. PELAKSANAAN
a) Sebaiknya petugas inspeksi didampingi pengawas unit setempat .
b) Apabila ditemukan “minor fault” segera diambil tindakan sementara .