Anda di halaman 1dari 51

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Anak merupakan dambaan setiap keluarga.Selain itu setiap keluarga juga

mengharapkan anaknya kelak bertumbuh kembang optimal (sehat fisik,

mental/kognitif, dan sosial), dapat dibanggakan, serta berguna bagi nusa dan

bangsa.Sebagai asset bangsa, anak harus mendapatkan perhatian ssejak mereka

masih di dalam kandungan sampai mereka menjadi manusia dewasa. Anak

merupakan individu yang unik, dimana mereka mempunyai kebutuhan yang

berbeda-beda sesuai dengan tahapan usianya.Anak bukan miniature dari orang

dewasa atau orang dewasa dalam tubuh yang kecil.Hal ini yang perlu kita

pahami dalam memfasilitasi anak untuk mencapai tugas pertumbuhan dan

perkembangan. Istilah tumbuh kembang sebenarnya mencakup dua peristiwa

yang sifatnya berbeda, tetapi saling berkaitan dan sulit dipisahkan, yaitu

pertumbuhan dan perkembangan. Tumbuh kembang merupakan proses yang

berkesinambungan yang terjadi sejak konsepsi dan terus berlangusng sampai

dewasa. Dalam proses mencapai dewasa inilah, anak harus melalui berbagai

tahap tumbuh kembang. Tercapainya tumbuh kembang optimal tergantung

pada potensi biologic. Tingkat tercapainya potensi biologic seseorang

merupakan hasil interaksi antara faaktor genetic dan lingkungan bio-fisiko-

psikososial (biologis, fisik,dan psikososial). Proses yang unik dan hasil akhir

Page 1
yang berbeda-beda memberikan ciri tersendiri pada setiap anak. Pengetahuan

mengenai dasar-dasar tumbuh kembang anak sangat penting dan harus dikuasai

oleh semua tenaga medis. Bila dasar ilmu ini kuat, kita akan sangat mudah

mengetahui setiap kali ada penyimpangan dan segera dapat menindaklanjuti.

B. Rumusan Masalah

1. Apa definisi dari tumbuh kembang ?

2. Apa saja prinsip tumbuh kembang ?

3. Apa saja faktor-faktor yang mempengaruhi tumbuh kembang anak ?

4. Apa saja ciri-ciri dari tumbuh kembang anak ?

5. Bagaimana tahapan-tahapan dari tumbuh kembang anak ?

6. Bagaimana manifestasi klinis dari HIV/AIDS yang menyerang anak ?

7. Bagaimana konsep perawatan pada anak dengan penderita HIV/AIDS ?

C. Tujuan Masalah

1. Untuk mengetahui definisi dari tumbuh kembang anak.

2. Untuk mengetahui prinsip apa saja dalam tumbuh kembang anak.

3. Untuk mengetahui faktor-faktor yang mempengaruhi tumbuh kembang

anak.

4. Untuk mengetahui ciri-ciri dari tumbuh kembang anak

5. Untuk mengetahui tahapan-tahapan dari tumbuh kembang anak.

6. Untuk memahami manifestasi klinis dari HIV/AIDS yang menyerang

anak.

Page 2
7. Untuk memahami konsep perawatan pada anak dengan penderita

HIV/AIDS

D. Manfaat Makalah

Sebagai bahan masukan dan informasi mengenai Konsep Tumbuh

Kembang Pada anak dan Bayi Serta Prinsip Perawatan pada Bayi Dan Anak

Penderita HIV AIDS atau Dengan Orang Tua HIV AIDS yang dapat dilakukan

dalam menentukan tindakan pencegahan HIV AIDS yang berhubungan dengan

kesehatan ibu dan anak. Bagi penulis dapat menambah pengetahuan,wawasan

dan pencegahan serta menerapkan ilmu pengetahuan yang telah diperoleh.

Page 3
BAB II

TINJAUAN TEORI

A. Konsep Tumbuh Kembang Anak dan Bayi

1. Definisi

Tumbuh kembang merupakan manifestasi yang kompleks dari

perubahan morfologi, biokimia, dan fisiologi yang terjadi sejak konsepsi

sampai maturitas/dewasa. Banyak orang yang menggunakan istilah

“tumbuh” dan “ kembang” secara sendiri-sendiri atau bahkan ditukar-tukar.

Istilah tumbuh kembang sebenarnya mencakup 2 peristiwa yang sifatnya

berbeda, tetapi saling berkaitan dan sulit dipisahkan, yaitu pertumbuhan dan

perkembangan. Pertumbuhan (growth) adalah perubahan yang bersifat

kuantitatif, yaitu bertambahnya jumlah, ukuran, dimensi pada tingkat sel,

organ, maupun individu, anak tidak hanya bertambah besar secara fisik,

melainkan juga ukuran dan struktur organ-organ tubuh dan otak.Sebagai

contoh, hasil dari pertumbuhan otak adalah anak perempuan kapasitas lebih

besar untuk belajar, mengingat, dan mempergunakan akalnya.Jadi anak

tumbuh baik secara fisik maupun mental.Pertumbuhan fisik dapat dinilai

dengan ukuran berat (gram, pund, kilogram) ukuran panjang (cm, meter),

umur tulang, dan tanda-tanda seks sekunder.

Perkembangan (development) adalah perubahan yang bersifat

kuantitatif dan kualitatif. Perkembangan adalah bertambahnya kemampuan

(skill) struktur dan fungsi tubuh yang lebih kompleks, dalam pola yang

Page 4
teratur dan dapat diramalkan, sebagai hasil dari proses

pematangan/maturitas. Perkembangan menyangkut proses diferensiasi sel

tubuh, jaringan tubuh, organ, dan sistem organ yang berkembang

sedemikian rupa sehingga masing-masing dapat memenuhi fungsinya.

Termasuk juga perkembangan kognitif, bahasa, motoric, emosi, dan

perkembangan perilaku sebagai hasil dari interaksi dengan

lingkungannya.Perkembangan merupakan perubahan yang bersifat

progresif, terarah, dan terpadu/koheren. Progresif mengandung arti bahwa

perubahan yang terjadi mempunyai arah tertentu dna cenderung maju ke

depan, tidak mundur ke belakang. Terarah dan terpadu menunjukkan bahwa

terdapat hubungan yang pasti antara perubahan yang terjadi pada saat ini,

sebelumnya dan berikutnya.

2. Prinsip Tumbuh Kembang

Terdapat suatu pola tertentu dan dapat diramalkan dalam tumbuh-

kembang, yaitu berkesinambungan, teratur, dan progresif.Pola-pola ini

dikenal sebagai prinsip-prinsip tumbuh kembang yang merupakan dasar dan

universal pada semua manusia.Prinsip-prinsip atau pola-pola tumbuh-

kembang pada anak, antara lain :

a. Pola yang terarah (Directional)

1) Pola sefalokaudal atau head to tail direction (dari arah kepala ke

kaki), dimana tumbuh0kembang bayi/anak dimulai dari kepala,

selanjutnya mengembangkan kemampuan untuk bergerak lebih

Page 5
cepat dengan menggelengkan kepala dan kemudian ke bagian

anggota gerak lengan, tangan dan kaki. Dengan kata lain, pola

sefalokaudal adalah pertumbuhan dan perkembangan yang dimulai

dari arah kepala bergerak ke bagian ekstremitas. Pola ini terlihat

jelas pada bayi baru lahir dimana proporsi kepala lebih besar

daripada ekstremitas.

2) Pola proksimal-distal atau near to far direction (dari yang paling

dekat ke yang jauh), dimana tumbuh kembang bayi/anak dimulai

dengan menggerakkan anggota gerak yang paling dekat dengan

sumbuh tengah, selanjutnya menggerakkan anggota gerak yang

lebih jauh atau ke bagian tepi. (Wong, 1995). Dengan kata lain,

pola proksimal-distal adalah pola pertumbuhan dan perkembangan

yang terjadi dari proksimal kea rah distal. Contoh : bayi dapat

berguling terlebih dahulu sebelum dapat memegang obyek dengan

jari-jari tangannya.

b. Pola dari umum ke khusus

Dalam prinsip tumbuh-kembang ini, pola tumbuh kembang dimulai

dengan menggerakkan anggota badan yang lebih umum, selanjutnya

menggerakkan anggota badan yang lebih kompleks (Wong, 1995)

Page 6
3. Faktor-faktor Yang Mempengaruhi Tumbuh-Kembang

a. Faktor genetic/ faktor herediter

1) Faktor bawaan yang normal atau patologis, seperti kelainan

kromosom (Sindrom Down), kelainan kranio-fasial (celah-bibir)

2) Jenis kelaminan :

a) Pada umur tertentu laki-laki dan perempuan sangat berbeda

dalam ukuran besar, kecepatan tumbuh, proporsi jasmani dll

b) Anak dengan jenis kelamin laki-laki pertumbuhannya

cenderung lebih cepat daripada anak perempuan.

c) Namum dari segi kedewasaan, perempuan menjadi dewasa

lebih dini, yaitu mulai adolesensi (remaja) pada umur 10 tahun,

sedangkan laki-laki mulai umur 12 tahun.

3) Keluarga : banyak dijumpai dalam satu keluarga ada yang tinggi da

nada yang pendek

4) Ras :

a) Beberapa ahli antropologi menyatakan ras kuning cenderung

lebih pendek disbanding dengan ras kulit putih

b) Suku asmat di Papua berkulit hitam, sementara itu suku Dayak

di Kalimantan berkulit putih

c) Bangsa : bangsa Asia cenderung bertubuh pendek dan kecil,

sementara itu Bangsa Amerika cenderung tinggi dan besar

5) Umur, kecepatan tumbuh yang paling besar ditemukan pada masa

fetus, masa bayi dan masa adolesensi (remaja)

Page 7
b. Faktor lingkungan

1) Lingkungan prenatal (sebelum lahir)

a) Ibu kurang gizi pada waktu hamil

b) Infeksi

c) Imunitas

d) Gangguan endokrin pada ibu

e) Mekanis (seperti pita amniotic, ektopia, posisi fetus yang

abnormal, trauma, oligohidramnion)

f) Toksin/zat kimia

g) Radiasi (sinar rontgen, radium, dll)

h) Stress

i) Janin kekurangan oksigen

2) Lingkungan post-natal

a) Pengaruh budaya lingkungan

b) Status social dan ekonomi keluarga

c) Nutrisi (asupan makanan kualitatif dan kuantitatif)

d) Penyakit (penyakit kronis dan kelainan kongenital)

e) Iklim dan cuaca

f) Musim

g) Sanitasi lingkungan

h) Olahraga atau latihan fisik\

i) Posisi anak dalam keluarga

Page 8
c. Faktor internal

1) Kecerdasan IQ

2) Pengaruh hormone

a) Hormone somatotropin (growth hormon) atau hormone

pertumbuhan, merupakan hormone yang berpengaruh pada

pertumbuhan tinggi badan karena menstimulasi terjadinya

proliferasi sel, kartilago dan skeletal. Kelebihan hormone ini

dapat menyebabkan gigantisme hormone ini menyebabkan

dwarfisme (kerdil)

b) Hormone tiroid, dimana hormone ini mutlak diperlukan pada

tumbuh kembang anak, karena mempunyai fungsi

menstimulasi metabolism fungsi tubuh, yaitu metabolism

protein, karbohidrat dan lemak. Kekurangan hormone ini

disebut hipotiroidisme dapat menyebabkan retardasi fisik dan

mentalbila berlangsung terlalu lama. Sebaliknya, kelebihan

hormone ini disebut hipertiroidisme dapat mengakibatkan

gangguan pada kardiovaskuler, metabolism, otak, mata,

seksual, dll.

c) Hormone gonadotropin (hormone seks), dimana hormone ini

terutama mempunyai peranan penting dalam fertilitas dan

reproduksi. Hormone ini memstimulasi pertumbuhan

interstisial dari testis untuk memproduksi testosterone dan

ovarium untuk memproduksi estrogen.

Page 9
3) Pengaruh emosi

4. Ciri-ciri tumbuh kembang

Menurut Hurlock EB, tumbuh kembang anak mempunyai ciri-ciri yaitu :

a. Perkembangan melibatkan perubahan (development involves changes)

b. Perkembangan awal lebih kritis daripada perkembangan selanjutnya

(Early development is more critical than later development)

c. Perkembangan adalah hasil dari maturasi dan proses belajar

(development is the product of maturation and learning)

d. Pola perkembangan dapat diramalkan ( the development pattern is

predictable)

e. Pola perkembangan mempunyai karakteristik yang dapat diramalkan

(the development pattern has predictable characteristics)

f. Terdapat perbedaan individu dalam perkembangan (there are individual

differences in development)

g. Terdapat periode/tahapan dalam pola perkembangan (there are periods

in the development pattern)

h. Terdapat harapan social untuk setiap periode perkembangan (there are

social expectation for every developmental period)

i. Setiap area perkembangan mempunyai potensi risiko (every area of

development has potential hazards)

Page 10
5. Tahap-tahap Tumbuh Kembang

Ada beberapa tahapan pertumbuhan dan perkembangan pada masa anak-

anak menurut Soetjiningsih (2002), sebagai berikut :

a. Masa prenatal (konsepsi lahir)

1) Masa embrio (mudigah) : masa konsepsi sampai 8 minggu

2) Masa janin (fetus) : 9 minggu sampai kelahiran

b. Masa pascanatal

1) Masa neonatal usia 0-28 hari

2) Neonatal dini (perinatal) : 0-7 hari

3) Neonatal lanjut : 8-28 hari

c. Masa bayi

1) Masa bayi dini : 1-12 bulan

2) Masa bayi akhir : 1-2 tahun

d. Masa prasekolah (usia 2-6 tahun)

1) Prasekolah awal (masa balita) : mulai 2-3 tahun

2) Prasekolah akhir : mulai 4-6 tahun

e. Masa sekolah atau masa prapubertas

1) Wanita 6-10 tahun

2) Laki-laki 8-12 tahun

f. Masa adolesensi atau masa remaja

1) Wanita 10-18 tahun

2) Laki-laki 12-20 tahun

Page 11
Setiap anak akan melewati tahapan tersebut secara fleksibel dan

berkesinambungan. Misalnya, pencapaian kemampuan tumbuh kembang

pada masa bayi tidak selalu dicapai persis pada usia 1 tahun, tetapi dapat

dicapai lebih awal atau terlambat dari satu tahun. Masing-masing tahap

memiliki ciri khas dalam anatomi, fisiologi, biokimia, dan karakternya. Dari

tahapan-tahapan tersebut, yang akan dibahas pencapaian tumbuh

kembangnya adalah masa prenatal, neonatal, masa bayi, balita, dan

prasekolah. Penekanan ini disesuaikan dengan ruang lingkup tenaga perawat

yang lebih banyak memberikan asuhan pada bayi dan balita. Hampir

sepertiga dari masa kehidupan manusia dipakai untuk mempersiapkan diri

guna menghadapi duapertiga masa kehidupan berikutnya.Oleh karena itu,

upaya untuk mengoptimalkan tumbuh kembang pada awal-awal kehidupan

bayi dan anak adalah sangat penting. Pencapaian suatu kemampuan pada

setiap anak berbeda-beda, tetapi ada patokan umur tertetntu untuk mencapai

kemampuan tersebut yang sering disebut dengan istilah milestone

(Moersintowarti, 2002). Berikut ini akan dibahas secara umum pencapaian

tumbuh dan kembang secara normal pada masa prenatal, neonatal, bayi,

balita dan prasekolah.

1. Masa prenatal

Kehidupan bayi pada masa prenatal dikelompokkan menjadi dua periode

yaitu :

a. Masa embrio yang dimulai sejak konsepsi sampai kehamilan 8

minggu. Ovum yang telah dibuhai akan dengan cepat menjadi suatu

Page 12
organisme yang berdeferensiasi secara pesat untuk membentuk

berbagai sistem organ tubuh

b. Masa fetus yang dimulai sejak kehamilan 9 minggu sampai

kelahiran. Masa fetus ini terbagi 2 yaitu :

1) Masa fetus dini (usia 9 minggu samapi trimester dua), di mana

terjadi percepatan pertumbuhan dan pembentukan manusia

sempurna, serta alat tubuh mulai berfungsi.

2) Masa fetus lanjut (trimester akhir) yang ditandai dengan

pertumbuhan tetap yang berlangsung cepat disertai dengan

perkembangan fungsi-fungsi. Pada masa ini juga terjadi transfer

immunoglobulin G (IgG) dari darah ibu melalui plasenta.

2. Masa neonatal

Pada masa ini terjadi adaptasi terhadapa lingkungan, perubahan

sirkulasi darah, serta mulai berfungsinya organ-organ tubuh. Saat lahir,

berat badan normal dari bayi yang sehat berkisar antara 3.000-3.500

gram, tinggi badan sekitar 50 cm dan berat otak sekitar 350 gram. Selama

sepuluh hari pertama biasanya terdapat penurunan berat badan sekitar

sepuluh persen dari berat badan lahir, kemudian berat badan bayi akan

berangsur-angsur mengalami kenaikan. Pada masa neonatal ini, reflex-

refleks primitive yang bersifat fisiologis akan muncul. Di antaranya

adalah reflex moro, yaitu reflex merangkul, yang akan menghilang pada

usia 3-5 bulan; reflex menghisap; reflex menoleh; dan reflex memegang

yang akan menghilang pada usia 6-8 tahun. Refleks-refleks tersebut

Page 13
terjadi secara simetris dan seiring dengan bertambahnya usia reflex-

refleks tersebut terjadi secara simetris dan seiring dengan bertambahnya

usia reflex-refleks itu akan menghilang. Fungsi pendengaran dan

penglihatan pada masa neonatal ini juga sudah mulai berkembang.

3. Masa bayi 1-12 bulan

Pada masa bayi, pertumbuhan dan perkembangan terjadi secara

cepat. Pada umur 5 bulan, berat badan anak sudah 2 kali lipat berat badan

lahir, sementara pada umur 1 tahun, beratnya sudah menjadi 3 kali lipat.

Sedangkan untuk panjang badan, umur 1 tahun sudah menjadi satu

setengah kali panjang badan saat lahir.Pertambahan lingkar kepala juga

pesat.Pada 6 bulan pertama, pertumbuhan lingkar kepala sudah

mencapaai 50%.Oleh karena itu, diperlukan pemberian gizi yang baik,

yaitu dengan memperhatikan prinsip menu gizi seimbang. Pada 3 bulan

pertama, anak berusaha mengelola koordinasi bola mata untuk mengikuti

suatu objek, membedakan seseorang dengan benda, senyum naluri, dan

bersuara.Terpenuhiya rasa aman dan kasih saying yang cukup

mendukung perkembangan yang optimal pada masa ini.Pada posisi

telungkup, anak berusaha mengangkat kepala.Jika tidur telentang, anak

lebih menyukai sikap memiringkan kepala ke samping.

Pada 3 bulan kedua, anak mampu mengangkat kepala dan menoleh

ke kiri-kanan saat telungkup. Setelah usia lima buan anak mampu

membalikkan badan dari posisi telentang ke telungkup dan sebaliknya,

berusaha meraih benda-benda di sekitarnya untuk dimasukkan ke mulut.

Page 14
Anak mampu tertawa lepas pada suasana yang menyenangkan, misalnya

diajak bercanda, sebaliknya akan cerewet / menangis pada suasana tidak

menyenangkan. Pada 6 bulan kedua, anak mulai bergerak memutar pada

posisi telungkup untuk menjangkau benda-benda di sekitarnya. Sekitar

usia 9 bulan, anak bergerak merayap atau merangkak, dan mampu duduk

sendiri tanpa bantuan. Apabila dibantu berdiri, anak berusaha untuk

melangkah sambil berpegangan.Koordinasi jari telunjuk dan ibu jari lebih

sempurna sehingga anak dapat mengambil benda dengan menjepitnya.

Kehadiran orang asing akan membuatnya cemas (stranger anxiety),

demikian juga perpisahan dengan ibunya.

Anak suka sekali bermain ci-luk-ba. Pada usia 9 bulan-1 tahun, anak

mampu melambaikan tangan, bermain bola, memukul-mukul mainan,

dan memberikan benda yang dipegang bila diminta. Berdasarkan teori

psikososial (Erikson), anak berada pada tahap percaya vs tidak percaya

(trust vs mistrust), sehingga lingkungan, dalam hal ini orang tua yang

memberikan perhatian dan kasih saying yang cukup, akan menumbuhkan

rasa percaya diri anak. Sedangkan menurut teori psikoseksual (Sigmund

Freud), anak berada pada fase oral, sehingga segala sesuatu yang

dipegangnya cenderung dimasukkan ke dalam mulut.Oleh karena itu,

orang tua harus memperhatikkan keamanan dan kebersihan makanan

maupun permainan anaknya. Masa ini merupakan perkembangan

interaksi yang menjadi dasar persiapan untuk menjadi anak yang lebih

mandiri.Kegagalan untuk memperoleh perkembangan interaksi yang

Page 15
positif dapat menyebabkan terjadinya kelainan emosional dan masalah

sosialisasi pada masa mendatang.Oleh karena itu, diperlukan hubungan

yang mesra antara ibu (orang tua) dan anak.

4. Masa balita (1-3 tahun)

Pada masa ini, pertumbuhan fisik anak relative lebih lambat

dibandingkan dengan masa bayi, tetapi perkembangan motoriknya

berjalan lebih cepat.Anak sering mengalami penurunan nafsu makan

sehingga tampak langsing dan berotot, dan anak mulai belajar jalan.Pada

mulanya, anak berdiri tegak dan kaku, kemudian berjalan dengan

berpegangan. Sekitar usia 16 bulan, anak mulai belajar berlari dan

menaiki tangga, tetapi masih kelihatan kaku. Oleh karena itu, anak perlu

diawasi, karena dalam beraktivitas anak tidak memperhatikan bahaya.

Perhatian anak terhadap lingkungan menjadi lebih besar disbanding

dengan masa sebelumnya dimana lebih banyak berinteraksi dengan

keluarganya. Anak lebih banyak menyelidiki benda di sekitarnya dn

meniru apa yang diperbuat oleh orang lain. Ia mungkin akan mengaduk-

aduk tempat sampah, laci, atau lemari pakaian, membongkar mainan, dan

lain-lain. Benda-benda yang membahayakan hendaknya disimpan di

tempat yang lebih aman. Pada masa ini, anak bersifat egoisentris, yaitu

mempunyai sifat keakuan yang kuaat sehingga segala sesuatu yang

disukainya dianggap sebagai miliknya. Apabila anak menginginkan

mainan kepunyaan temannya, sering ia akan merebutnya karena dianggap

miliknya. Teman dianggap sebagai benda mati yang dapat dipukul,

Page 16
dicubit atau ditariknya rambutnya apabila menjengkelnya hatinya. Anak

kadang-kadang juga berperilaku menolak apa saja yang akan dilakukan

terhadap dirinya dalam (self defens), misalnya menolak mengenakan baju

yang sudah disediakan orang tua nya dan akan memilih sendiri pakaian

yang disukainya.

Menurut teori Erikson, anak berada pada fase mandiri versus malu

atau ragu-ragu ( otonomi vs doubt ). Hal ini terlihat dengan

berkembangnya kemampuan anak, dengan belajar untuk makan atau

berpakaian sendiri. Apabila orangtua tidak mendukung upaya anak untuk

belajar mandiri, maka hal ini dapat menimbulkan rasa malu atau rasa

ragu akan kemampuannya, misalnya, orangtua yang selalu memanjakan

anak dan mencela aktivitas yang telah dilakukan oleh anak. Pada masa

ini, sudah sampai waktunya anak dilatih untuk buang air besar atau

buang air kecil pada tempatnya (toilet training).Anak juga dapat

menunjuk beberapa bagian tubuhnya, menyusun dua kata, dan

mengulang kata-kata baru. Pada masa ini, anak perlu dibimbing dengan

akrab, penuh kasih sayang, tetapi juga tegas.Sehingga anak tidak

mengalami kebingungan. Jika orangtua mengenal kebutuhan anak, maka

anak akan berkembang perasaaan otonominya sehingga anak dapat

mengendalikan otot-otot dan rasangan lingkungan.

Page 17
Tabel 3.1

Beberapa perkemabangan teori pada Masa

Macam Teori Masa Bayi Masa Pra Masa Pra

Sekolah Awal Sekolah Akhir

Psikososial Percaya vs Otonomi vs Inisiatif vs rasa

(E. Erikson) tidak percaya ragu-ragu bersalah

Psikoseksual Fase Oral Fase Anal Fase Phalik

(Sigmund Freud)

Perkembangan Sensori Motor Pra operasional Pra operasional

kognitif

5. Masa pra sekolah Akhir (3-5 tahun)

Pertumbuhan gigi susu sudah lengkap pada masa ini. Anak kelihatan

lebih langsing pertumnuhan fisik lebih relative pelan, naik turun tangga

sudah dapat dilakukan sendiri, demikian pula halnya dengan berdiri

dengan satu kaki secara bergantian atau melompat.Anak mulai

berkembang super egonya atau suara hati, yaitu merasa bersalah bila ada

tindakannya yang keliru. Menurut teori Erikson, pada usia tersebut anak

beada pada fase inisiatif vs rasa bersalah (initiative vs guilty). Pada masa

ini anak berkembangrasa ingin tahu (corious) dan daya imajinasinya,

sehingga anak banyak bertanya mengenai segala sesuatu di sekelilingnya

yang tidak diketahuinya. Apabila orang tua mematikan inisiatif anak,

Page 18
maka hal tersebut akan membuat anak erasa bersalah. Anak belum

mampu membedakan aliran abstrak dngan konkrit, sehingga orang tua

sering menganggap bahwa anak berdusta, padahal anak tidak bermaksud

demikian.

Sedangkan menurut teori Sigmund Freud, anak berada pada fase

valid, dimana anak mulai mengenal perbedaan jenis kelamin perempuan

dan laki-laki. Anak juga akan mengidentifikasikan figure atau perilaku

orang tua sehingga mempunyai kecenderungan untuk meniru tingkah

laku orang dewasa di sekitarnya. Anak juga mulai mengenal cita-cita,

belajar menggambar, menulis, dan mengenal angka serta bentuk / warna

benda-benda.Pada tahap ini, orang tua perlu mulai mempersiapkan anak

untuk masuk sekolah.Bimbingan, pengawan, pengaturan yang bijaksana,

perawatan kesehatan, dan kasih sayang dari orang tua serta orang-orang

disekelilingnya sangat diperlukan oleh anak.

B. Konsep Medis HIV/AIDS

1. Pengertian

HIV (Human immunodeficiency Virus) adalah virus pada manusia

yang menyerang system kekebalan tubuh manusia yang dalam jangka

waktu yang relatif lama dapat menyebabkan AIDS, sedangkan AIDS

sendiri adalah suatu sindroma penyakit yang muncul secara kompleks

dalam waktu relatif lama karena penurunan sistem kekebalan tubuh yang

disebabkan oleh infeksi HIV.

Page 19
2. Etiologi

Sindrom immunodefisiensi didapat pediatrik (AIDS) disebabkan oleh

virus immunodefisiensi manusia / Human Immunodeficiency virus (HIV)

tipe 1 (HIV-1) yang melekat dan memasuki limfosit T helper CD4+ , yang

juga ditemukan dalam jumlah yang lebih rendah pada monosit dan

makrofag. HIV-I merupakan retrovirus yang termasuk pada subfamili

Lentivirus. Juga sangat dekat dengan HIV-II, yang menyebabkan penyakit

yang sama. HIV adalah virus RNA dan merupakan parasit obligat intra

sel. Dalam bentuknya yang asli ia merupakan partikel yang inert, tidak

dapat berkembang atau melukai sampai ia masuk ke sel host (sel target).

3. Macam Infeksi HIV

Atas dasar interaksi HIV dengan respon imun pejamu, infeksi HIV

dibagi menjadi tiga Tahap :

1) Tahap dini, fase akut, ditandai oleh viremia transien, masuk ke dalam

jaringan limfoid, terjadi penurunan sementara dari CD4+ sel T diikuti

serokonversi dan pengaturan replikasi virus dengan dihasilkannya

CD8+ sel T antivirus. Secara klinis merupakan penyakit akut yang

sembuh sendiri dengan nyeri tenggorok, mialgia non-spesifik, dan

meningitis aseptik. Keseimbangan klinis dan jumlah CD4+ sel T

menjadi normal terjadi dalam waktu 6-12 minggu.

2) Tahap menengah, fase kronik, berupa keadaan laten secara klinis

dengan replikasi. Virus yang rendah khususnya di jaringan limfoid

dan hitungan CD4+ secara perlahan menurun. Penderita dapat

Page 20
mengalami pembesaran kelenjar limfe yang luas tanpa gejala yang

jelas. Tahap ini dapat mencapai beberapa tahun. Pada akhir tahap ini

terjadi demam, kemerahan kulit, kelelahan, dan viremia. Tahap kronik

dapat berakhir antara 7-10 tahun.

3) Tahap akhir, fase krisis, ditandai dengan menurunnya pertahanan

tubuh penderita secara cepat berupa rendahnya jumlah CD4+,

penurunan berat badan, diare, infeksi oportunistik, dan keganasan

sekunder. Tahap ini umumnya dikenal sebagai AIDS. Petunjuk dari

CDC di Amerika Serikat menganggap semua orang dengan infeksi

HIV dan jumlah sel T CD4+ kurang dari 200 sel/µl sebagai AIDS,

meskipun gambaran klinis belum terlihat. ( Robbins, dkk, 1998 : 143 )

4. Patofisiologi

Pada neonatal HIV dapat masuk ke dalam tubuh melalui penularan

transplasental atau perinatal. Setelah virus HIV masuk ke dalam target

(terutama sel limfosit T) yang mempunyai reseptor untuk virus HIV yang

disebut CD4. Ia melepas bungkusnya kemudian mengeluarkan enzim R-

tase yang dibawanya untuk mengubah bentuk RNA-nya menjadi DNA

agar dapat bergabung menyatukan diri dengan DNA sel target (sel limfosit

T helper CD4 dan sel-sel imunologik lain). Dari DNA sel target ini

berlangsung seumur hidup. Sel limfosit T ini dalam tubuh mempunyai

fungsi yang penting sebagai daya tahan tubuh. Akibat infeksi ini fungsi

Page 21
sistem imun (daya tahan tubuh) berkurang atau rusak, maka fungsi

imonologik lain juga mulai terganggu.

HIV dapat pula menginfeksi makrofag, sel-sel yang dipakai virus

untuk melewati sawar darah otak masuk ke dalam otak. Fungsi linfosit B

juga terpengaruh, dengan peningkatan produksi imunoglobulin total

sehubungan dengan penurunan produksi antibodi spesifik. Dengan

memburuknya sistem imun secara progresif, tubuh menjadi semakin

rentan terhadap infeksi oportunis dan juga berkurang kemampuannya

dalam memperlambat replikasi HIV. Infeksi HIV dimanifestasikan

sebagai penyakit multi-sistem yang dapat bersifat dorman selama

bertahun-tahun sambil menyebabkan imunodefisiensi secara bertahap.

Kecepatan perkembangan dan manifestasi klinis dari penyakit ini

bervariasi dari orang ke orang. Virus ini ditularkan hanya melalui kontak

langsung dengan darah atau produk darah dan cairan tubuh, melalui obat-

obatan intravena, kontak seksual, transmisi perinatal dari ibu ke bayi, dan

menyusui. Tidak ada bukti yang menunjukkan infeksi HIV didapat

melalui kontak biasa. Empat populasi utama pada kelompok usia pediatrik

yang terkena HIV :

1) Bayi yang terinfeksi melalui penularan perinatal dari ibu yang

terinfeksi (disebut juga trasmisi vertikal); hal ini menimbulkan lebih

dari 85% kasus AIDS pada anak-anak yang berusia kurang dari 13

tahun.

Page 22
2) Anak-anak yang telah menerima produk darah (terutama anak dengan

hemofili)

3) Remaja yang terinfeksi setelah terlibat dalam perilaku resiko tinggi.

4) Bayi yang mendapat ASI ( terutama di negara-negara berkembang ).

( Cecily L. Betz , 2002 : 210)

Page 23
HIV-1
5. Pathway
Ibu
Jarum suntik Transfusi Hub sexual

Transplasental Perinatal

Sel Host Limfosit T Aliran darah / mukosa

CD4+ Kel. Limfe

Internalisasi Hiperplasi Replikasi Kel. Getah


folikel virus masit bening perifer

Enzim RT-ase
Limfadenopati Viremia Lim B

Transkripsi terbalik Inf. Akut


Destruksi sel Kel. Sel. B

Mengubah RNA CD4


Laten
menjadi DNA Pe Ab Pe Ig
Bertahap
spesifik
Krisis total
Integritas DNA
provirus ke Host Hiper gamma
globulinemia
Transkripsi / translasi
& propagasi virus Respon IgM

me

Inf. Oportunistik

Keganasan sekunder

AIDS

Monosit Tahan sitopatik HIV Penyebaran patogenesis


makrorag

Gangguan fungsi monosit & makrofag SSP

- Kematoksis 
- Fagositosis 

Page 24
6. Manifestasi Klinis

a. Bayi dan Anak

Bayi yang terinfeksi tidak dapat dikenali secara klinis sampai

terjadi penyakit berat atau sampai masalah kronis seperti diare, gagal

tumbuh, atau kandidiasis oral memberi kesan imunodefisiensi yang

mendasari. Kebanyakan anak dengan infeksi HIV-1 terdiagnosis

antara umur 2 bulan dan 3 tahun. Tanda-tanda klinis akut yang

disebabkan oleh organisme virulen pada penderita limfopeni CD4+

yang terinfeksi HIV-1 disebut infeksi oportunistik "penentu-AIDS".

Infeksi oportunistik yang paling sering dan sangat mematikan adalah

pneumonia P. carinii (PPC). Tanda klinis PPC pada bayi terinfeksi

HIV-1 merupakan distress pernapasan berat dengan batuk, takipnea,

dispnea dan hipoksemia dengan gas darah menunjuk ke arah blokade

kapiler alveolar (mis ; proses radang interstisial). Roentgenogram

dada menunjukkan pneumonitis difus bilateral dengan diafragma

datar. Diagnosis biasanya diperkuat oleh bronkoskopi fleksibel dan

cuci bronkoalveolar dengan pewarnaan yang tepat untuk kista

maupun tropozoit. Kadar laktat dehidroginase biasanya juga naik.

Diagnosa banding pada bayi termasuk herpes virus (

sitomegalovirus, virus Epstein-Barr, virus herpes simpleks ), virus

sinsitial respiratori, dan infeksi pernafasan terkait mengi.

Pengobatan infeksi PPC harus dimulai seawal mungkin, tetapi

prognosis jelek dan tidak secara langsung dikorelasikan dengan

Page 25
jumlah limfosit CD4+. Reaktivasi PPC tampak semakin bertambah

pada anak yang lebih tua yang mempunyai perjalanan klinis infeksi

HIV-1 yang lebih kronis. Profilaksis PPC (trimetropim-

sulfametoksasol tiga kali seminggu ) dianjurkan pada penderita

pediatri dengan angka limfosit-T CD4+ rendah (<25% angka

absolut ). Infeksi oportunistik penentu AIDS yang relatif sering

kedua adalah esofagitis akibat Candida albicans. Esofagitis Candida

nampak sebagai anoreksia atau disfagia, dikomplikasi oleh

kehilangan berat badan, dan diobati dengan amfoterisin B dan

ketokonazol. Infeksi oportunistik penting lain melibatkan ssstem

saraf sentral, sepertii Toxoplasma gondii. Infeksi Mycobacterium

avium complex biasanya menimbulkan gejala saluran cerna, dan

herpes virus menimbulkan komplikasi retina, paru, hati, dan

neurologist. M. tuberculosis dan malaria yang tersebar di seluruh

dunia adalah patogen oportunistik pada penderita AIDS. Neoplasma

relatif tidak sering pada penderita terinfeksi HIV-1 pediatri.

(Behrman,dkk,2002: 1129 ). Manifestasi klinisnya antara lain :

1) Berat badan lahir rendah

2) Gagal tumbuh

3) Limfadenopati umum

4) Hepatosplenomegali

5) Sinusitis

6) Infeksi saluran pernafasan atas berulang

Page 26
7) Parotitis

8) Diare kronik atau kambuhan

9) Infeksi bakteri dan virus kambuhan

10) Infeksi virus Epstein-Barr persisten

11) Sariawan Orofaring

12) Trombositopenia

13) Infeksi bakteri seperti meningitis

14) Pneumonia Interstisial kronik

Lima puluh persen anak-anak dengan infeksi HIV terkena

sarafnya yang memanifestasikan dirinya sebagai ensefalopati

progresif, perkembangan yang terhambat, atau hilangnya

perkembangan motoris.

b. Remaja

Kebanyakan remaja yang terinfeksi mengalami periode penyakit

yang asimtomatik yang dapat berlangsung selama bertahun-tahun.

Hal ini diikuti tanda dan gejala yang dimulai beberapa minggu

sampai beberapa bulan sebelum tinbulnya infeksi oportunistik dan

keganasan. Tanda dan gejala tersebut antara lain:

1) Demam

2) Malaise

3) Keletihan

4) Keringat malam

Page 27
5) Penurunan berat badan yang tidak nyata

6) Diare kronik atau kambuhan

7) Limfadenopati umum

8) Kandidiasis aral

9) Atralgia dan mialgia. ( Cecily L. Betz, 2002 : 211 )

7. Pemeriksaan Diagnostik

a. Elisa atau Enzyme-linked imunosorbent assay (uji awal yang umum)

: mendeteksi antibodi terhadap antigen HIV (umumnya dipakai

untuk skrining HIV pada individu yang berusia lebih dari 2 tahun).

b. Western blot (uji konfirmasi yang umum) : mendeteksi adanya

antibodi terhadap beberapa protein spesifik HIV.

c. Kultur HIV : standar emas untuk memastikan diagnosis pada bayi.

d. Reaksi rantai polimerase (polymerase chain reaction [PCR]) :

mendeteksi asam deoksiribonukleat (DNA) HIV (uji langsung ini

bermanfaat untuk mendiagnosis HIV pada bayi dan anak).

e. Uji antigen HIV : mendeteksi antigen HIV.

f. HIV, IgA, IgM : mendeteksi antibodi HIV yang diproduksi bayi

(secara eksperimental dipakai untuk mendiagnosis HIV pada bayi).

Mendiagnosis infeksi HIV pada bayi dari ibu yang terinfeksi HIV

tidak mudah. Dengan menggunakan gabungan dari tes-tes di atas,

diagnosis dapat ditetapkan pada kebanyakan anak yang terinfeksi

sebelum berusia 6 bulan. Bayi yang lahir dari ibu HIV positif yang

Page 28
berusia kurang dari 18 bulan dan yang menunjukkan uji positif untuk

sekurang-kurangnya 2 determinasi terpisah dari kultur HIV, reaksi rantai

polimerase – HIV, atau antigen HIV, maka dia dapat dikatakan

“terinfeksi HIV”. Bayi yang lahir dari ibu HIV-positif, berusia kurang

dari 18 bulan, dan tidak positif terhadap ketiga uji tersebut dikatakan

“terpajan pada masa perinatal”. Bayi yang lahir dari ibu terinfeksi HIV

yang ternyata antibodi HIV negatif dan tidak ada bukti laboratorium lain

yang menunjukkan bahwa ia terinfeksi HIV, maka ia dikatakan

“Seroreverter”. ( Cecily L. B, 2002, 212 )

8. Penatalaksanaan Medis

Penatalaksanaan bayi/anak yang telah tertular

a. Terhadap Etiologi

Diberikan obat-obatan antiretroviral.

Tabel 4. Macam-macam antiretroviral

Golongan obat Nama generik Singkatan

Nucleoside-reserve Azidotimidin/zidovudin AZT

Transcriptase
Didanosin DDI

Stavudin D4T

Zalbitabin DDC

Lamivudin 3TC

Page 29
Protease Inhibitor (PI) Indinavir IDV

Ritonavir

Saquinavir

Non-Nucleoside-Reserve

Transcriptase Inhibitor (NNRTI) Nevirapin

Pada pemberian pengobatan dengan antiretroviral sebagai

indikator pemakaian/ kemajuan sering dipakai perhitungan jumlah

CD4 serta menghitung beban viral (viral load). Dosis yang

dianjurkan untuk anak-anak 80, 120, 160 mg/m2, diberikan secara

intravena setiap 6 jam, selama 1-2 bulan, diikuti peroral selama 1-

2 bulan dengan dosis satu sampai satu setengah kali dosis intravena.

Efek samping obat berupa neutropenia dan anemia, biasanya segera

membaik dengan pengurangan dosis, atau penghentian pemberian

obat. Dengan pemberian obat ini penderita PCP 73% dapat bertahan

sampai 44 minggu. Pada umumnya adanya perbaikan ditandai

dengan :

1) Adanya peningkatan berat badan

2) Pengecilan hepar dan lien

Page 30
3) Penurunan immunoglobulin (IgG, IgM)

4) Perbaikan klinis / radiologis

5) Peningkatan jumlah trombosit

b. Terhadap Infeksi Sekunder

1) Infeksi Protozoa

Yang terpenting terhadap : Penumocystis carinii, Toxoplasma

dan Cryptosporidium.

a) Terhadap Pneucystis Carinii, penyebab pneumonia

(Pneumocystis Carinii Pneumonia/PCP)

(1) Pentamidin (IV/IM) 4 mg/kg/hr, selama 2 minggu, dosis

tunggal.

Efek samping berupa : neuse, diare, hipotensi,

hipoglikemia dan gangguan fungsi ginjal.

(2) Cotrimoxazole (IV/oral), 20 mg/kg/hr, dibagi dalam 4

dosis. Hati hati bagi bayi kurang dari 3 bulan. Pada

infeksi yang berat dapat diberikan kortikosteroid.

b) Terhadap Toxoplasma

Dapat menyebabkan CNS syndrome akibat lesi serebral /

space occupying lesions.

(1) Pyrimethamine (oral), 12,5-25 mg/hari

(2) Sulfadiazin (oral) 2-4 gr/hari

Page 31
c) Terhadap Cryptosporidium

Dapat menyebabkan diare kronik. Obat kausal spiramycine,

yang penting pengobatan suportif dan simtomatik terutama

rehidrasi.

2) Infeksi Jamur

Manifestasi klinik berupa kandidiasis, pada umumnya

memberikan respon yang baik dengan nystatin topikal

amfoterisin B. 0,3 – 0,5 mg/kg/hari, ketoconazole 5

mg/kg/hr.

3) Infeksi Virus

Yang penting : Virus herpes, cytomegalovirus (CMV),

papovavirus (penyebab progressive multifocal

leucoencephalopaty / PML)

a) Acyclovir 7,5 – 15 mg/kg/hr (IV) dibagi dalam 3 dosis

diberikan selama 7 hari.

b) Gancyclovir 7,5 – 15 mg/kg/hr (IV) dibagi dalam 2 dosis

baik untuk CM

Di samping obat-obat di atas, perlu dipertimbangkan

pemberian :

(1) Vaksinasi dengan vaksin influenza A dan influenza B,

setiap tahun.

(2) Pemberian amantidin untuk pencegahan infeksi virus

influenza A.

Page 32
(3) Immunoglobulin Varicella-Zoster 125 u/kg (maksimum

625 u). Diberikan dalam waktu 96 jam setelah kontak

dengan penderita.

(4) Immunoglobulin campak : 0,5 ml/kg (maksimum 15 ml)

dalam waktu 6 hari setelah kontak dengan penderita

4) Infeksi Bakteria

Yang penting adalah : Mycobacterium TBC,

Mycobacterium avium intra cellulare, streptococcus,

staphylococcus, dll. Diatasi dengan pemberian antibiotika

yang spesifik. Kadang-kadang dipertimbangkan pemberian

immunoglobulin.

c. Mengatasi Status Defisiensi Immun

Pada umumnya pemberian obat-obatan pada keadaan ini

tidak banyak memberikan keuntungan. Obat yang pernah dicoba :

1) Biological respons modifier, misalnya alpha / gamma

interferron, interleukin 2, thymic hormon, tranplantasi

sumsum tulang, transplantasi timus.

2) Immunomodulator misalnya isoprinosine.

d. Mengatasi Neoplasma

Neoplamsa yang terpenting adalah sarkoma kaposi. Kalau

masih bersifat lokal, diatasi dengan eksisi dan radio terapi, kalau

sudah lanjut, hanya radioterapi, dikombinasi dengan kemoterapi /

interferron.

Page 33
e. Pemberian Vaksinasi

Pada penelitian ternyata, bahwa anak yang terkena infeksi

HIV, masih mempunyai kemampuan immunitas terhadap

vaksinasi yang baik sampai berumur 1-2 tahun. Kemampuan ini

menurun setelah berusia di atas 2 tahun, bahkan ada yang

mengatakan menghilang pada umur 4 tahun. Karenanya vaksinasi

rutin sesuai dengan “Program Pengembangan Immunisasi yang

ada di Indonesia dapat tetap diberikan, dengan pertimbangan yang

lebih terhadap pemberian vaksin hidup, terutama BCG dan Polio.

9. Pencegahan

Pemberian zidovudin selama kehamilan efektif dalam menurunkan

resiko infeksi janin dari wanita hamil yang terinfeksi HIV-1 pada

minggu ke 14-34 kehamilan yang belum mendapat obat ini karena

memiliki limfosit CD4 yang jumlahnya lebih dari 200 sel/mm³tanpa

gejala klinis AIDS. Ibu mendapat terapi zidovudin oral ( 100 mg lima

kali sehari ) selama sisa masa kehamilan.

Saat persalinan obat diberikan secara intravena ; dosis awal 2

mg/kg diberikan selama 1 jam dan disertai dengan infus sebanyak 1

mg/kg/jam hingga bersalin.

Bayi baru lahir mendapat terapi antivirus selama 6 minggu ( sirup

zidovudin dosis 2 mg/kg setiap 6 jam ) mulai pada 8-12 jam

Page 34
pascalahir. Hal ini mengakibatkan penurunan resiko relatif sebesar

67,5% . ( Behrman, dkk, 1999 : 653 )

C. Periode Penularan HIV pada Ibu Hamil

Pada wanita hamil dengan infeksi HIV dapat diberi AZT 2 kali sehari

peroral sejak minggu ke 36 kehamilan sampai persalinan tanpa memandang

jumlah CD4, serta dianjurkan untuk tidak menyusui bayinya. Pada bayi yang

baru lahir bila ibunya HIV positif, dapat diobati dengan AZT sampai 6 minggu.

Sebenarya pada bayi / anak pengukuran viral-load penting karena rentang

jumlah CD4 yang sangat bervariasi selama masa pertumbuhannya.

Sebagai profilaksis pasca pajanan dapat diberikan AZT sampai 4 minggu.

Zidovudin (Azidothymidine), mempunyai efek mempengaruhi proses replikasi

virus. Penalaksanaan perinatal terhadap bayi yang dilahirkan dari ibu yang

terbukti terinfeksi HIV yaitu Pembersihan bayi segera setelah lahir terhadap

segala cairan yang berasal dari ibu baik darah maupun cairan-cairan lain,

sebaiknya segala tindakan terhadap si bayi dikerjakan secara steril.

Pertimbangan untuk tetap memberikan ASI harus dipikirkan matang-matang,

bahkan ada yang menganjurkan untuk penunjukan orang tua asuh. Penting

untuk senantiasa memonitor anti HIV, sejak si ibu hamil sampai melahirkan,

demikian juga sang bayi sampai berumur lebih dari 2 tahun. Ada pula yang

menganjurkan untuk melakukan terminasi kehamilan, bagi ibu yang jelas

terkena infeksi HIV, karena kemungkinan penularan pada bayinya sampai

50%.

Page 35
D. Konsep Perawatan HIV/AIDS pada Anak

1. Pengkajian

a. Anamnesa

1) Identitas

AIDS pada anak di bawah umur 13 tahun di Amerika, 13%

merupakan akibat kontaminasi dengan darah, 5% akibat

pengobatan hemofilia, 80% tertular dari orang tuanya. Anak yang

terinfeksi pada masa perinatal, rata-rata umur 5 – 17 bulan

terdiagnosa sebagai AIDS. Terbanyak meninggal 1 tahun setelah

dibuat diagnosis. Study perspektif di Afrika menunjukan angka

kematian anak usia lebih dari 15 bulan lahir dari ibu HIV (+)

sebesar 16,5%  penyebab terbanyak diare akut/ kronik dan

pnemonie berulang.

2) Keluhan Utama

Demam dan diare berkepanjangan

Takhipnea, batuk, sesak nafas dan hipoxia  keadaan yang gawat

3) Riwayat Penyakit Sekarang

a) Berat badan dan tinggi badan yang tidak naik

b) Diare lebih dari 1 bulan

c) Demam yang berkepanjangan ( lebih dari 1 bulan )

d) Mulut dan faring dijumpai bercak-bercak putih

e) Limphadenophati yang menyeluruh

f) Infeksi berulang (otitis media, pharingitis)

Page 36
g) Batuk yang menetap (lebih dari 1 bulan)

h) Dermatitis yang menyeluruh

4) Riwayat Penyakit Dahulu

Riwayat pemberian tranfusi antara tahun 1978 – 1985

5) Riwayat Penyakit Dalam Keluarga

Orang tua yang terinfeksi HIV dan Penyalahgunaan zat

6) Riwayat Kehamilan dan Persalinan

a) Ibu selama hamil terinfeksi HIV  50% tertular untuk

anaknya

b) Penularan dapat terjadi pada minggu ke 9 – 20 dari kehamilan

c) Penularan pada proses melahirkan, terjadi kontak darah ibu

dan bayi

d) Penularan setelah lahir dapat terjadi melalui air susu ibu.

7) Riwayat Perkembangan dan Pertumbuhan

Kegagalan pertumbuhan (failure to thrive)

8) Riwayat Makanan

Anoreksia, mual, muntah

9) Riwayat Imunisasi

Jadwal immunisasi bayi dan anak dengan infeksi HIV

UMUR VAKSIN

2 bulan DPT, Polio, Hepatitis B

Page 37
4 bulan DPT, Polio, Hepatitis B

6 bulan DPT, Polio, Hepatitis B

12 bulan Tes Tuberculin

15 bulan MMR, Hepatitis

18 bulan DPT, Polio, MMR

24 bulan Vaksin Pnemokokkus

4 – 6 tahun DPT, Polio, MMR

14 – 16 Tahun DT, Campak

a) Immunisasi BCG tidak boleh diberikan  kuman hidup

b) Immunisasi polio harus diberikann inactived poli vaccine,

bukan tipe live attenuated polio vaccine  virus mati bukan

virus hidup

c) Immunisasi dengan vaksin HIV diberikan setelah ditemukan

HIV (+)

2. Pemeriksaan

b. Sistem Penginderaan

1) Pada Mata :

Cotton wool spot (bercak katun wol) pada retina, sytomegalovirus

retinitis dan toxoplasma choroiditis, perivasculitis pada

retina.Infeksi pada tepi kelompak mata (blefaritis) : mata merah,

Page 38
perih, gatal, berair, banyak sekret serta berkerak. Lesi pada retina

dengan gambaran bercak / eksudat kekuningan, tunggal / multiple,

pada satu / kedua mata  toxoplasma gondii

2) Pada Mulut : Oral thrush akibat jamur, stomatitis gangrenesa,

periodontitis, sarkoma kaposi pada mulut dimulai sebagai bercak

merah datar, kemudian menjadi biru, sering pada palatum.

3) Pada telinga : otitis media, nyeri, kehilangan pendengaran.

4) Sistem Pernafasan : Batuk lama dengan atau tanpa sputum, sesak

nafas, tachipnea, hipoxia, nyeri dada, nafas pendek waktu istirahat,

gagal nafas.

5) Sistem pencernaan : BB menurun, anoreksia, nyeri menelan,

kesulitan menelan, bercak putih kekuningan pada mukosa oral,

faringitis, kandidiasis esofagus, kandidiasis mulut, selaput lendir

kering, pembesaran hati, mual, muntah, kolitis akibat diare kronik

pembesaran limpha.

6) Sistem Kardiovaskuler.

Suhu tubuh meningkat, nadi cepat, tekanan darah meningkat. Gejala

congestive heart failure sekunder akibat kardiomiopati karena HIV.

7) Sistem Integumen :

Varicela : Lesi sangat luas vesikula yang besar, hemorragie menjadi

nekrosis timbul ulsera.

Herpes zoster : vesikula menggerombol, nyeri, panas, serta malaise.

Eczematoid skin rash, pyodermia, scabies

Page 39
Pyodermia gangrenosum dan scabies sering dijumpai.

8) Sistem Perkemihan

Air seni kurang, anuria dan Proteinurea

9) Sistem Endokrin : Pembesaran kelenjar parotis, limphadenophati,

pembesaran kelenjar yang menyeluruh

10) Sistem Neurologi

Sakit kepala, somnolen, sukar konsentrasi, perubahan perilaku.

Nyeri otot, kejang-kejang, ensefalophati, gangguan psikomotor.

Penurunan kesadaran, delirium.

Serangan CNS : meningitis.

Keterlambatan perkembangan .

11) Sistem Muskuloskeletal : nyeri otot, nyeri persendian, letih,

gangguan gerak (ataksia)

12) Psikososial

Orang tua merasa bersalah, Orang tua merasa malu dan Menarik diri

dari lingkungan .

3. Pemeriksaan Penunjang

c. Pemeriksaan Laboratorium : Darah

1) Leukosit dan hitung jenis darah putih ............. neutropenia (neutrofil

< 1000 / mm3)

2) Hitung trombosit ............ trombositopenia (trombosit < 100.000 /

mm3)

3) Hb dan konsentrasi Hb ............ Anemia (Hb < 8 g/dl)

Page 40
4) Limfopenia CD4+ (limfosit  200 / mm3)

5) LFT

6) RFT

Pemeriksaan lain : urinalisis (protein uria), kultur urine,

Tes tuberculin (TB + indurasi  5 mm)

d. Tes Antibodi Anti-HIV  Tes Esali

e. Tes Western Blot (WB).

f. Tes PCR (Polymerase Chain Reaction)  Menemukan beberapa

macam gen HIV yang bersenyawa di dalam DNA sel yang terinfeksi.

Mengetahui apakah bayi yang lahir dari ibu dengan HIV(+).

g. Kardiomegali  pada foto rontgen.

h. EKG terlihat hipertrofi ventrikel dan kelainan gelombang T.

i. Pungsi Lumbal.

E. Periode Penularan HIV Pada Ibu Hamil

1. Periode Prenatal

Timbulnya HIV pada wanita hamil diperkirakan meningkat

(Minkoff, 1987). Sejarah kesehatan, uji fisik dan tes laboratorium harus

merefleksikan pengharapan ini jika wanita dan bayinya menerima

perawatan yang tepat. Para wanita yang termasuk dalam kategori beresiko

tinggi terhadap infeksi HIV mencakup:

a. Wanita dan atau pasangannya yang berasal dari wilayah geografis

dimana HIV merupakan sesuatu yang umum.

Page 41
b. Wanita dan atau pasangannya yang menggunakan obat-obatan yang

disuntikkan melalui pembuluh darah.

c. Wanita yang menderita STD tetap dan kambuhan.

d. Wanita yang menerima tranfusi darah dari pengidap HIV.

e. Wanita yang yakin bahwa dirinya mungkin terjangkit HIV.

Tes HIV sebaiknya ditawarkan kepada wanita beresiko tinggi pada

awal mereka memasuki perawatan prenatal. Namun, soronegativitas pada

uji prenatal pertama bukan jaminan untuk titer negative yang berlangsung.

Misalnya, seorang wanita berusia 24 tahun yang mendapatkan perawatan

prenatal selama 8 minggu mempunyai hasil tes western blot yang negative.

Namun, setelah terinfeksi HIV, serum antibody membutuhkan waktu

sampai 12 minggu untuk berkembang. Tes western blot harus diulangi

dalam 1 atau 2 bulan dan pada trimester ketiga. Tes prenatal rutin dapat

membantu mengidentifikasi wanita yang terinfeksi HIV (Foster, 1987;

Kaplan et al, 1987; Minkoff, 1987; Rhoads et al, 1987).

Tes ini juga dapat mengungkap Gonhorhea, Siphilis, Herpes yang

tetap dan menjadi lebih lama, C.Trakomatis, Hepatic B, Micobacterium

tuberculosis, Candidiasis (oropharingeal atau infeksi Vagian Chronic),

Cytomegalo Virus (CMV), dan Toxophlasmosis. Sekitar separuh penderita

AIDS mengalami peningkatan titer CMV. Karena masuknya penyakit

CMV memiliki bahaya yang serius terhadap janin, para wanita hamil

dianjurkan dengan yang terinfeksi HIV. Sejarah vaksinasi dan kekebalan

telah didokumentasikan. Titer untuk cacar dan rubella ditentukan dan tes

Page 42
kulit tuberkulosa (Derivasi protein yang dimurnikan/puriviet protein

derivatif (PPD)) telah dilakukan vaksinasi sebelumnya dengan vaksin

rekonbivak Hb dicatat karena vaksin tersebut berisi produk darah manusia

(Vaksin ini sekarang bebas dari darah manusia dan produk-produk darah).

Wanita dapat menjadi calon yang menerima Rho D Imunoglobulin.

Penularan HIV belum ditemukan adanya vaksin Rh. Proses persiapan

melibatkan alcohol ethyl yang membuat virus tidak aktif. Vaksin ini dibuat

dari darah yang diambil dari kelompok donor regular yang tidak dikenali.

Darah yang digunakan untuk memproduksi vaksin menjalani tes darah

yang dapat mendeteksi darah adanya HIV (Francis, Chin, 1987, MMWR,

1987). Beberapa ketidaknyamanan yang dihadapi pada masa prenatal

(seperti kelelahan, anoreksia, dan penurunan berat badan) menyiratkan

tanda-tanda dan gejal-gejala infeksi HIV.

Diagnosa yang berbeda-beda terhadap seluruh keluhan dan gejala

infeksi yang disebabkan kehamilan dibenarkan. Tanda-tanda utama infeksi

HIV yang semakin memburuk mencakup turunnya berat badan lebih dari

10% dari berat badab sebelum kehamilan, diare kronis lebih dari 1bulan

dan demam (kambuhan atau konstan) selama lebih dari 1 bulan. Untuk

mendukung system, wanita hamil harus mendapat nutrisi yang optimal,

tidur, istirahat, latihan, dan reduksi stress. Jika infeksi HIV telah

didiagnosa, wanita tersebut diberitahukan mengenai konsekwensi yang

mungkin terjadi pada bayi.

Page 43
2. Periode Intrapartum

Perawatan wanita yang sakit saat melahirkan tidak diubah secara

substansial untuk infeksi tanpa gejala dengan HIV (Minkoff,1987). Cara

kelahiran didasarkan hanya pada pertimbangan obstetric karena virus

melalui plasenta pada awal kehamilan. Fokus utama pencegahn

penyebaran HIV nosocomial dan perlindungan terhadap pelaku

perawatan. Resiko penularan HIV dianggap rendah selama kelahiran

vaginal.. EPM (Elektrinic Fetal Monitoring) eksternal dilakukan jika EPM

diperlukan. Terdapat kemungkinan inokulasi virus ke dalam neonatus jika

dilakukan pengambilan sempel darah pada bayi dilakukan atau jika

elektroda jangat kepala bayi diterapkan. Disamping itu, seseorang yang

melakukan prosedur ini berada pada resiko tertular virus HIV.

3. Periode Postpartum

Hanya sedikit yang diketahui tentang tindakan klinis selama

periode postpartum yang dapat dilakukan pada wanita yang terinfeksi

HIV. Walaupun periode postpartum pertengahan tercatat signifikan

(update, 1987), tindak lanjut yang lebih lama telah mengungkap frekwensi

penyakit kilinis yang tinggi pada ibu-ibu yang anaknya menderita

penyakit (Skott, 1985; Minkoff et al, 1987). Tindakan pencegahan

universal dilakukan terhadap ibu dan bayi, seperti yang dilakukan

terhadap semua pasien. Wanita dan bayinya diarahkan pada dokter yang

berpengalamn dalam pengobatan AIDS dan keadaan-keadaan yang

Page 44
menyertainya. Pengaruh infeksi pada bayi dan neonatal mungkin tidak

jelas. Karena virus yang melalui plasenta, darah di tali pusat akan

menunjukkan antibody HIV baik apabila bayi terinfeksi ataupun tidak.

Selama itu antibody yang melalui palang plasenta mungkin tidak terdapat

pada bayi yang tidak terinfeksi sampai usia 15 bulan. Ketika infeksi HIV

menjadi aktif banyak infeksi lain yang biasa menyertai pada orang dewasa

terjadi pada bayi. Komplikasi yang menyertai infeksi HIV pada bayi

mencakup Enchephalopati, Microchephalli, Defisit Kognitif, system saraf

pusat (CNS/central nervous system) Lhympoma, Cerebro Vaskuler

Accident, gagal pernapasan dan Lhympaclenophaty.

4. Diagnosa Keperawatan

1. Resiko tinggi infeksi berhubungan dengan imunosupresi, malnutrisi

dan pola hidup yang beresiko.

2. Resiko tinggi penularan infeksi pada bayi berhubungan dengan

adanya kontak darah dengan bayi sekunder terhadap proses

melahirkan.

3. Resiko tinggi defisit volume cairan berhubungan dengan output cairan

berlebih sekunder terhadap diare

4. Intolerans aktivitas berhubungan dengan kelemahan, pertukaran

oksigen, malnutrisi, kelelahan.

5. Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan

intake yang kurang, meningkatnya kebutuhan metabolic, dan

menurunnya absorbsi zat gizi.

Page 45
6. Tidak efektif koping keluarga berhubungan dengan cemas tentang

keadaan yang orang dicintai.

Page 46
No Diagnosa Tujuan dan Kriteria hasil Intervensi Rasional

1 Resiko tinggi Pasien akan bebas 1. Monitor tanda-tanda 1. Untuk pengobatan dini

infeksi infeksi setelah dilakukan infeksi baru.

berhubungan tindakan keperawatan 2. gunakan teknik aseptik


2. Mencegah pasien
dengan selama 3×24 jam dengan pada setiap tindakan
terpapar oleh kuman
imunosupresi, kriteria hasil: invasif. Cuci tangan
patogen yang diperoleh
malnutrisi dan sebelum meberikan
- Tidak ada luka atau di rumah sakit.
pola hidup yang tindakan.
eksudat.
beresiko. 3. Anjurkan pasien metoda
- Tanda vital dalam batas
3. Mencegah bertambahnya
mencegah terpapar
normal (TD=110/70,
infeksi
terhadap lingkungan
RR=16-24, N=60-100,
yang patogen.
S=36-37)
4. Kumpulkan spesimen 4. Meyakinkan diagnosis
- Pemeriksaan leukosit
untuk tes lab sesuai akurat dan pengobatan
normal (6000-10000)
order. 5. Mempertahankan kadar

5. Atur pemberian darah yang terapeutik

antiinfeksi sesuai order

2 Resiko tinggi Infeksi HIV tidak 1. Anjurkan pasien atau 1. Pasien dan keluarga mau

infeksi (kontak ditransmisikan setelah orang penting lainnya dan memerlukan

pasien) dilakukan tindakan metode mencegah informasikan ini

berhubungan keperawatan selama transmisi HIV dan

Page 47
dengan infeksi 3×24 jam dengan kuman patogen lainnya. 2. Mencegah transimisi

HIV, adanya kriteria hasil: 2. Gunakan darah dan infeksi HIV ke orang

infeksi cairan tubuh precaution lain


- kontak pasien dan tim
nonopportunisitik bial merawat pasien.
kesehatan tidak
yang dapat Gunakan masker bila
terpapar HIV
ditransmisikan. perlu.
- Tidak terinfeksi

patogen lain seperti

TBC.

3 Resiko tinggi Defisit volume cairan 1. Kaji konsistensi dan 1. Mendeteksi adanya

defisit volume dapat teratasi setelah frekuensi feses dan darah dalam feses

cairan dilakukan tindakan adanya darah.

berhubungan keperawatan selama 2. Auskultasi bunyi usus


2. Hipermotiliti mumnya
dengan output 1×24 jam dengan criteria
dengan diare
cairan berlebih hasil:
3. Atur agen antimotilitas 3. Mengurangi motilitas
sekunder
- perut lunak dan psilium usus, yang pelan,
terhadap diare
- tidak tegang (Metamucil) sesuai emperburuk perforasi

- feses lunak, warna order pada intestinal

normal 4. Berikan ointment A dan 4. Untuk menghilangkan

- kram perut hilang, D, vaselin atau zinc distensi

oside

Page 48
BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan

Tumbuh kembang merupakan manifestasi yang kompleks dari

perubahan morfologi, biokimia, dan fisiologi yang terjadi sejak konsepsi

sampai maturitas/dewasa. Banyak orang yang menggunakan istilah

“tumbuh” dan “ kembang” secara sendiri-sendiri atau bahkan ditukar-tukar.

Istilah tumbuh kembang sebenarnya mencakup 2 peristiwa yang sifatnya

berbeda, tetapi saling berkaitan dan sulit dipisahkan, yaitu pertumbuhan dan

perkembangan. Prinsip tumbuh kembang dibagi menjadi 2 yaitu pola yang

terarah dan pola dari umum ke khusus.

Faktor faktor yang mempengaruhi tumbuh kembang yaitu :

1. Faktor genetic

2. Faktor lingkungan

3. Faktor internal

HIV (Human immunodeficiency Virus) adalah virus pada manusia

yang menyerang system kekebalan tubuh manusia yang dalam jangka waktu

yang relatif lama dapat menyebabkan AIDS, sedangkan AIDS sendiri adalah

suatu sindroma penyakit yang muncul secara kompleks dalam waktu relatif

lama karena penurunan sistem kekebalan tubuh yang disebabkan oleh

infeksi HIV.

Page 49
Tahapan infeksi HIV dibagi menjadi 3 yaitu :

1. Tahap dini, fase akut

2. Tahap menengah, fase kronik

3. Tahap akhir, fase krisis

B. Saran

Menyadari bahwa penulis masih jauh dari kata sempurna maka kami

mengharapkan kritik dan saran dari pembaca demi kesempurnaan penulisan

masalah dikemudian hari.

Page 50
DAFTAR PUSTAKA

Betz, Cecily L (2002) Keperawatan Pediatri. Jakarta : EGC

Nursalam, Rekawati, dan Sri Utami.2008.Asuhan Keperawatan Bayi Dan

Anak.Jakarta : Salemba Medika

Maryunani, Anik.2013.Ilmu Kesehatan Aanak Dalam Kebidanan.Jakarta : TIM

Soetjiningsih & N. Gde Ranuh, Dr.,SpA(K).2013.Tumbuh Kembang

Anak,ed.2.Jakarta : EGC

Page 51

Anda mungkin juga menyukai