PENYEBAB
Isolasi sosial menarik diri sering disebabkan oleh karena kurangnya rasa
percaya pada orang lain, perasaan panik, regresi ke tahap perkembangan
sebelumnya, waham, sukar berinteraksi dimasa lampau, perkembangan ego yang
lemah serta represi rasa takut (Townsend, M.C,1998:152). Menurut Stuart, G.W &
Sundeen, S,J (1998 : 345). Isolasi sosial disebabkan oleh gangguan konsep diri
harga diri rendah.
Gangguan konsep diri: harga diri rendah adalah penilaian pribadi terhadap
hasil yang dicapai dengan menganalisa seberapa jauh perilaku memenuhi ideal diri
(Stuart dan Sundeen, 1998 :227). Menurut Townsend (1998:189) harga diri rendah
merupakan evaluasi diri dari perasaan tentang diri atau kemampuan diri yang
negatif baik langsung maupun tidak langsung. Pendapat senada dikemukan oleh
Carpenito, L.J (1998:352) bahwa harga diri rendah merupakan keadaan dimana
individu mengalami evaluasi diri yang negatif mengenai diri atau kemampuan diri.
MANIFESTASI
Isolasi Sosial
b. Isolasi sosial
1) Data Subyektif
Sukar didapat jika klien menolak komunikasi, kadang hanya dijawab
dengan singkat ”tidak”, ”ya”.
2) Data Obyektif
Apatis, ekspresi sedih, afek tumpul, menyendiri/menghindari orang
lain, berdiam diri di kamar, komunikasi kurang atau tidak ada (banyak
diam), kontak mata kurang, menolak berhubungan dengan orang lain,
perawatan diri kurang, posisi tidur seperti janin (menekur)
c. Gangguan konsep diri (harga diri rendah)
1. Data subjektif:
a). Mengkritik diri sendiri atau orang lain
b). Perasaan tidak mampu
c). Rasa bersalah
d). Sikap negatif pada diri sendiri
e). Sikap pesimis pada kehidupan
f). Keluhan sakit fisik
g). Menolak kemampuan diri sendiri
h). Pengurangan diri/mengejek diri sendiri
i). Perasaan cemas dan takut
j). Merasionalisasi penolakan/menjauh dari umpan balik positif
k). Mengungkapkan kegagalan pribadi
l). Ketidak mampuan menentukan tujuan
2. Data objektif:
a. Produktivitas menurun
b. Perilaku destruktif pada diri sendiri
c. Menarik diri dari hubungan social
d. Ekspresi wajah malu dan rasa bersalah
e. Menunjukkan tanda depresi (sukar tidur dan sukar makan
IV. Diagnosa Keperawatan
1. Ganggua sensori persepsi : Halusinasi
2. Isolasi sosial
V. Rencana Tindakan Keperawatan
1. Gangguan sensori persepsi ; halusinasi
Tujuan umum: Tidak terjadi perubahan persepsi sensori: halusinasi
Tujuan khusus:
a. Klien dapat membina hubungan saling percaya
Tindakan:
- Bina hubungan saling percaya: salam terapeutik, memperkenalkan diri,
jelaskan tuiuan interaksi, ciptakan lingkungan yang tenang, buat
kesepakatan / janji dengan jelas tentang topik, tempat, waktu.
- Beri perhatian dan penghargaan: temani kilen walau tidak menjawab
- Dengarkan dengan empati : beri kesempatan bicara, jangan terburu-buru,
tunjukkan bahwa perawat mengikuti pembicaraan klien.
b. Klien dapat menyebut penyebab menarik diri
Tindakan:
- Bicarakan penyebab tidak mau bergaul dengan orang lain.
- Diskusikan akibat yang dirasakan dari menarik diri.
c. Klien dapat menyebutkan keuntungan hubungan dengan orang lain
Tindakan:
- Diskusikan keuntungan bergaul dengan orang lain.
- Bantu mengidentifikasikan kernampuan yang dimiliki untuk bergaul.
d. Klien dapat melakukan hubungan sosial secara bertahap: klien-perawat,
klien-perawat-klien lain, perawat-klien-kelompok, klien-keluarga.
Tindakan:
- Lakukan interaksi sering dan singkat dengan klien jika mungkin
perawat yang sama.
- Motivasi temani klien untuk berkenalan dengan orang lain
- Tingkatkan interaksi secara bertahap
- Libatkan dalam terapi aktivitas kelompok sosialisasi
- Bantu melaksanakan aktivitas setiap hari dengan interaksi
- Fasilitasi hubungan kilen dengan keluarga secara terapeutik
e. Klien dapat mengungkapkan perasaan setelah berhubungan dengan orang
lain.
Tindakan:
- Diskusi dengan klien setiap selesai interaksi / kegiatan
- Beri pujian atas keberhasilan klien
f. Klien mendapat dukungan keluarga
Tindakan:
- Beri pendidikan kesehatan tentang cara merawat klien melalui
pertemuan keluarga
- Beri reinforcement positif atas keterlibatan keluarga.
2. Isolasi sosial
Tujuan umum : Klien dapat berhubungan dengan orang lain secara optimal
Tujuan khusus :
a. Klien dapat membina hubungan saling percaya
Tindakan :
- Bina hubungan saling percaya dengan mengungkapkan prinsip
komunikasi terpeutik
b. Klien dapat mengidentifikasi kemampuan dan aspek positif yang dimiliki
Tindakan :
- Diskusikan kemampuan dan aspek positif yang dimiliki klien.
- Setiap bertemu klien hindarkan dari penilaian negatif.
- Utamakan memberi pujian yang realistik.
1. Tujuan :
a. Membina hubungan saling percaya.
b. Menyadari penyebab isolasi sosial.
c. Berinteraksi dengan orang lain.
2. Tindakan Keperawatan
a. Membina hubungan saling percaya.
b. Tindakan pasien menyadari prilaku isolasi sosial.
c. Melatih pasien berintraksi dengan orang lain secara bertahap.
Sp 1.
Sp 2
Sp 3
IMPLEMENTASI
Sp 1
Fase Orientasi
Perawat : Selamat pagi E. perkenalkan nama saya N L, panggil saja saya N. Saya
perawat yang dinas di ruang bukit barisan pagi ini. Hari ini saya dinas dari pukul
08.00 – 14.00 wib saya yang akan merawat kamu selama di rumah sakit ini. Nama
kamu siapa? Senangnya di panggil apa ? dan bagaimana perasaan kamu hari ini ? apa
masih ada hal-hal yang membuat kamu tidak mau bercakap-cakap dengan orang lain
?
Hari ini kita akan diskusi tentang apa yang menyebabkan J tidak mau bergaul dengan
pasien lain di ruangan ini, keuntungan dan kerugian bila tidak mempunyai teman.
Nama saya E.P. Panggil saja saya E. Perasaan saya sudah lebih baik hari ini
tetapi saya masih malu kalau berbicara dengan teman-teman saya yang satu
ruangan dengan saya. Karena saya merasa minder bila bergaul dengan teman-
teman saya.
Kerja
Klien : Yang pastinya kita punya teman ngobrol. Teman yang bisa diajak
berbincang-bincang
Perawat : Wah....benar sekali. Ada teman yang bisa kita ajak berbincang-
bincang. Kira-kira apa lagi E ?
Klien : Ada teman yang bisa di ajak tertawa bercanda, curhat-curhat,
pokoknya asiklah sus..
Klien : Ga’ ada teman ngobrol, teman curhat, teman tertawa bersama, teman
bercanda, teman tidur pun ngak ada sus…
Terminasi
Perawat : Bagaiman perasaan kamu setelah kita tahu untungnya bergaul dan
ruginya tidak bergaul kan E..?
Baiklah bagaimana kalau besok pagi jam 10.00 wib kita bertemu lagi. Dan akan
bicarakan cara bergaul dengan orang lain.
Selamat pagi dan sampai jumpa besok E ....?
Sp 2
Orientasi
Perawat : Bagaimana dengan pelajaran kita kemarin. Pasti masih ingatkan J...?
coba sebutkan lagi..
Klien : Iya sus...tentang keuntungan dan kerugian apabila kita tidak bergaul
dengan orang lain, seperti merasa sunyi, tidak ada teman bercanda, tertawa, ngobrol
dan curhat-curhatan sus...
Perawat : Bagus sekali kalau J masih ingat. Nah sepert janji saya kemarin, kita
akan bicarakan bagaimana cara bergaul dengan orang lain. Tidka lama kok...sekitar
10 menit.
Begini lo E...untuk berkenalan dengan orang lain kita sebut kan dulu nama
kita dan nama panggilan yang kita sukai contohnya. Nama saya Jem Sirait.
Senang dipanggil Jem. Selanjutnya E menanyakkan nama orang yang diajak
berkenalan. Contohnya begini...nama kamu siapa ? senang di panggil apa ?
ayo E dicoba..
Terminasi
Perawat : Coba E peragakan lagi cara berkenalan dengan orang lain dalam
seminggu ini, coba E bercakap-cakap dengan pasien lain di ruangan ini yang selama
ini belum J kenal. Mau bercakap-cakap dengan berapa orang ?
Klien : 3 orang ajalah sus...
Sp 3
Orientasi
Klien : Baik sus...saya sudah mulai bisa bergaul dengan teman-teman saya
dan saya sudah mempunyai teman sus...
Klien : Senang sekali sus... saya bisa ngobrol dengan teman saya, bisa curhat
dengan teman-teman saya sus...
Perawat : Bagaimana kalau sekarang kita berkenalan lagi dengan orang lain,
yaitu pasien O. Seperti biasa kira-kira 10 menit. Mari kita temui dia di ruang makan..
Kerja
Perawat : Selamat pagi .. ini ada pasien saya yang ingin berkenalan. Baiklah
E... sekarang J bisa berkenalan dengannya
Terminasi
Perawat : Coba E peragakan lagi cara berkenalan dengan orang lain dalam
seminggu ini, coba E bercakap-cakap dengan pasien lain di ruangan ini yang selama
ini belum J kenal. Mau bercakap-cakap dengan berapa orang ?
Boyd, M.A & Nihart, M.A, (1998). Psychiatric Nursing Contemporary Practice, Edisi
9th, Lippincott-Raven Publishers, Philadelphia
Keliat, B.A, dkk, (1997). Proses Keperawatan Kesehatan Jiwa, Ed I, EGC, Jakarta
Rawlins, R.P & Heacock, P.E (1988). Clinical Manual of Psychiatric Nursing, Edisi
1th, The C.V Mosby Company, Toronto
Stuart, G.W & Sundeen, S.J, (1998). Buku Saku Keperawatan Jiwa (terjemahan).
Edisi 3, EGC, Jakarta