KEPERAWATAN KELUARGA
Oleh:
2. Tipe Keluarga
Adapun tipe keluarga menurut Harmoko, (2012) adalah sebagai berikut:
A. Tipe keluarga tradisional, terdiri atas beberapa tipe di bawah ini.
1) The Nuclear family (keluarga inti), yaitu keluarga yang terdiri atas
suami, istri, dan anak, baik anak kandung maupun anak angkat.
2) The dyad family (keluarga dyad), suatu rumah tangga yang terdiri atas
suami dan istri tanpa anak. Hal yang perlu Anda ketahui, keluarga ini
mungkin belum mempunyai anak atau tidak mempunyai anak, jadi
ketika nanti Anda melakukan pengkajian data dan ditemukan tipe
keluarga ini perlu Anda klarifikasi lagi datanya.
3) Single parent, yaitu keluarga yang terdiri atas satu orang tua dengan
anak (kandung atau angkat). Kondisi ini dapat disebabkan oleh
perceraian atau kematian.
4) Single adult, yaitu suatu rumah tangga yang terdiri atas satu orang
dewasa. Tipe ini dapat terjadi pada seorang dewasa yang tidak menikah
atau tidak mempunyai suami.
5) Extended family, keluarga yang terdiri atas keluarga inti ditambah
keluarga lain, seperti paman, bibi, kakek, nenek, dan sebagainya. Tipe
keluarga ini banyak dianut oleh keluarga Indonesia terutama di daerah
pedesaan.
6) Middle-aged or elderly couple, orang tua yang tinggal sendiri di rumah
(baiksuami/istri atau keduanya), karena anak-anaknya sudah
membangun karir sendiriatau sudah menikah.
7) Kin-network family, beberapa keluarga yang tinggal bersama atau saling
berdekatan dan menggunakan barang-barang pelayanan, seperti dapur
dan kamar mandi yang sama.
B. Tipe keluarga yang kedua adalah tipe keluarga nontradisional, tipe keluarga
ini tidak lazim ada di Indonesia, terdiri atas beberapa tipe sebagai berikut.
1) Unmarried parent and child family, yaitu keluarga yang terdiri atas
orang tua dan anak dari hubungan tanpa nikah.
2) Cohabitating couple, orang dewasa yang hidup bersama di luar ikatan
perkawinan karena beberapa alasan tertentu.
3) Gay and lesbian family, seorang yang mempunyai persamaan jenis
kelamin tinggal dalam satu rumah sebagaimana pasangan suami istri.
4) The nonmarital heterosexual cohabiting family, keluarga yang hidup
bersama berganti-ganti pasangan tanpa melalui pernikahan.
5) Foster family, keluarga menerima anak yang tidak ada hubungan
keluarga/saudara dalam waktu sementara, pada saat orang tua anak
tersebut perlu mendapatkan bantuan untuk menyatukan kembali
keluarga yang aslinya.
3. Perkembangan Keluarga
Menurut Friedman, (2010) Perkembangan keluarga adalah proses
perubahan yang terjadi pada sistem keluarga yang meliputi perubahan pola
interaksi dan hubungan antara anggotanya disepanjang waktu.
Tahap perkembangan tersebut disertai dengan fungsi dan tugas perawat
pada setiap tahapan perkembangan.
1. Tahap I pasangan baru atau keluarga baru (beginning family).
Keluarga baru dimulai saat masing-masing individu laki-laki
(suami) dan perempuan (istri) membentuk keluarga melalui
perkawinan yang sah dan meninggalkan keluarga masing-masing.
Meninggalkan keluarga bisa berarti psikologis karena kenyataannya
banyak keluarga baru yang masih tinggal dengan orang tuanya. Dua
orang yang membentuk keluarga baru membutuhkan penyesuaian
peran dan fungsi. Masing-masing belajar hidup bersama serta
beradaptasi dengan kebiasaan sendiri dan pasangannya, misalnya
makan, tidur, bangun pagi dan sebagainya.
Tugas perkembangan
a) Membina hubungan intim dan memuaskan.
b) Membina hubungan dengan keluarga lain, teman dan
kelompok sosial.
c) Mendiskusikan rencana memiliki anak. Keluarga baru ini
merupakan anggota dari tiga keluarga; keluarga suami,
keluarga istri dan keluarga sendiri.
2. Tahap II keluarga dengan kelahiran anak pertama (child bearing
family).
Dimulai sejak hamil sampai kelahiran anak pertama dan
berlanjut sampai anak berumur 30 bulan atau 2,5 tahun. Tugas
perkembangan keluarga yang penting pada tahap ini adalah:
a) Persiapan menjadi orang tua
b) Adaptasi dengan perubahan anggota keluarga, peran,
interaksi, hubungan sexual dan kegiatan.
c) Mempertahankan hubungan yang memuaskan dengan
pasangan.
Peran utama perawat adalah mengkaji peran orang tua;
bagaimana orang tua berinteraksi dan merawat bayi. Perawat perlu
menfasilitasi hubungan orang tua dan bayi yang positif dan hangat
sehingga jalinan kasih sayang antara bayi dan orang tua dapat
tercapai.
3. Tahap III keluarga dengan anak prasekolah (families with
preschool).
Tahap ini dimulai saat anak pertama berumur 2,5 tahun dan berakhir
saat anak berusia 5 tahun.
Tugas perkembangan
a) Memenuhi kebutuhan anggota keluarga seperti
kebutuhan tempat tinggal, privasi dan rasa aman.
b) Membantu anak untuk bersosialisasi
c) Beradaptasi dengan anaky baru lahir, sementara
kebutuhan anak lain juga harus terpenuhi.
d) Mempertahankan hubungan yang sehat baik didalam
keluarga maupun dengan masyarakat.
e) Pembagian waktu untuk individu, pasangan dan anak.
f) Pembagian tanggung jawab anggota keluarga.
g) Kegiatan dan waktu untuk stimulasi tumbuh kembang.
4. Tahap IV keluarga dengan anak usia sekolah (families with
children).
Tahap ini dimulai saat anak berumur 6 tahun (mulai sekolah) dan
berakhir pada saat anak berumur 12 tahun. Pada tahap ini biasanya
keluarga mencapai jumlah maksimal sehingga keluarga sangat
sibuk. Selain aktivitas di sekolah, masing-masing anak memiliki
minat sendiri.
Tugas perkembangan keluarga.
a) Membantu sosialisasi anak dengan tetangga, sekolah dan
lingkungan.
b) Mempertahankan keintiman pasangan.
c) Memenuhi kebutuhan dan biaya kehidupan yang semakin
meningkat, termasuk kebutuhan untuk meningkatkan
kesehatan anggota keluarga.
Pada tahap ini anak perlu berpisah dengan orang tua,
memberi kesempatan pada anak untuk bersosialisasi
dalam aktivitas baik di sekolah maupun di luar sekolah.
5. Tahap V keluarga dengan anak remaja (families with teenagers).
Dimulai saat anak berumur 13 tahun dan berakhir 6 sampai 7 tahun
kemudian. Tujuannya untuk memberikan tanggung jawab serta
kebebasan yang lebih besar untuk mempersiapkan diri menjadi
orang dewasa.
Tugas perkembangan
a) Memberikan kebebasan yang seimbnag dengan tanggung
jawab.
b) Mempertahankan hubungan yang intim dengan keluarga.
c) Mempertahankan komunikasi yang terbuka antara anak
dan orang tua. Hindari perdebatan, kecurigaan dan
permusuhan.
d) Perubahan sistem peran dan peraturan untuk tumbuh
kembang keluarga.
Merupakan tahap paling sulit karena orang tua melepas
otoritasnya dan membimbing anak untuk bertanggung
jawab. Seringkali muncul konflik orang tua dan remaja.
6. Tahap VI keluarga dengan anak dewasa atau pelepasan
(launching center family).
Dimulai pada saat anak pertama meninggalkan rumah dan
berakhir pada saat anak terakhir meninggalkan rumah. Lamanya
tahapan ini tergantung jumlah anak dan ada atau tidaknya anak
yang belum berkeluarga dan tetap tinggal bersama orang tua.
Tugas perkembangan
1. Memperluas keluarga inti menjadi keluarga besar.
2. Mempertahankan keintiman pasangan.
3. Membantu orang tua memasuki masa tua.
4. Membantu anak untuk mandiri di masyarakat.
5. Penataan kembali peran dan kegiatan rumah tangga.
7. Tahap VII keluarga usia pertengahan (middle age families).
Tahap ini dimulai pada saat anak yang terakhir meninggalkan
rumah dan berakhir saat pensiun atau salah satu pasangan
meninggal. Pada beberapa pasangan fase ini dianggap sulit
karena masa usia lanjut, perpisahan dengan anak dan perasaan
gagal.
Tugas perkembangan
1. Mempertahankan kesehatan.
2. Mempertahankan hubungan yang memuaskan dengan
teman sebaya dan anak- anak.
3. Meningkatkan keakraban pasangan.
Fokus mempertahankan kesehatan pada pola hidup
sehat, diet seimbang, olah raga rutin, menikmati hidup,
pekerjaan dan lain sebagainya.
8. Tahap VIII keluarga usia lanjut
Dimulai saat pensiun sampai dengan salah satu pasangan
meninggal dan keduanya meninggal.
Tugas perkembangan
1. Mempertahankan suasana rumah yang menyenangkan.
2. Adaptasi dengan perubahan kehilangan pasangan,
teman, kekuatan fisik dan pendapatan.
3. Mempertahankan keakraban suami/istri dan saling
merawat.
4. Mempertahankan hubungan dengan anak dan sosial
masyarakat.
5. Melakukan life review.
6. Mempertahankan penataan yang memuaskan
merupakan tugas utama keluarga pada tahap ini.
B. Skoring
Cara memprioritaskan masalah keperawatan keluarga adalah dengan menggunakan
skoring. Komponen dari prioritas masalah keperawatan keluarga adalah kriteria, bobot, dan
pembenaran. Kriteria prioritas masalah keperawatan keluarga adalah berikut ini.
1. Sifat masalah. Kriteria sifat masalah ini dapat ditentukan dengan melihat kategori
diagnosis keperawatan. Adapun skornya adalah, diagnosis keperawatan potensial
skor 1, diagnosis keperawatan risiko skor 2, dan diagnosis keperawatan aktual
dengan skor 3. Bobot 1
2. Kriteria kedua, adalah kemungkinan untuk diubah. Kriteria ini dapat ditentukan
dengan melihat pengetahuan, sumber daya keluarga, sumber daya perawatan yang
tersedia, dan dukungan masyarakatnya. Kriteria kemungkinan untuk diubah ini
skornya terdiri atas, mudah dengan skor 2, sebagian dengan skor 1, dan tidak dapat
dengan skor 0. Bobot 2
3. Kriteria ketiga, adalah potensial untuk dicegah. Kriteria ini dapat ditentukan dengan
melihat kepelikan masalah, lamanya masalah, dan tindakan yang sedang dilakukan.
Skor dari kriteria ini terdiri atas, tinggi dengan skor 3, cukup dengan skor 2, dan
rendah dengan skor 1. Bobot 1
4. Kriteria terakhir adalah menonjolnya masalah. Kriteria ini dapat ditentukan
berdasarkan persepsi keluarga dalam melihat masalah. Penilaian dari kriteria ini
terdiri atas, segera dengan skor 2, tidak perlu segera skornya 1, dan tidak dirasakan
dengan skor nol 0. Bobot 1
Cara perhitungannya sebagai berikut.
1. Tentukan skor dari masing-masing kriteria untuk setiap masalah keperawatan yang
terjadi. Skor yang ditentukan akan dibagi dengan nilai tertinggi, kemudian
dikalikan bobot dari masing-masing kriteria. Bobot merupakan nilai konstanta dari
tiap kriteria dan tidak bisa diubah (Skor/angka tertinggi x bobot).
2. Jumlahkan skor dari masing-masing kriteria untuk tiap diagnosis keperawatan
keluarga.
3. Skor tertinggi yang diperoleh adalah diagnosis keperawatan keluarga yang
prioritas. Skoring yang dilakukan di tiap-tiap kriteria harus diberikan pembenaran
sebagai justifikasi dari skor yang telah ditentukan oleh perawat, Justifikasi yang
diberikan berdasarkan data yang ditemukan dari klien dan keluarga. Contoh skoring
prioritas masalah pada penderita diabetes mellitus (DM). Risiko perubahan nutrisi
kurang dari kebutuhan tubuh pada Ibu P yang merupakan keluarga Bapak J,
berhubungan dengan ketidakmampuan keluarga dalam merawat anggota keluarga
yang menderita diabetes mellitus. Hal tersebut dapat kita lihat pada matriks di
bawah ini.
C. Asuhan Keperawatan
Studay case
Keluarga Bapak U (62 Tahun) terdiri dari Ibu R (50 Tahun) memiliki 3orang anak yang
semuanya sudah menikah dan tinggal terpisah. Bapak U sudah 1 tahun sering mengeluh
sakit kepala dan tengkuk terasa kaku. Bapak U memiliki kebiasaan merokok 1 bungkus
per hari dan minum kopi 3 gelas per hari, serta menyukai makanan yang bersantan dan
asin. Bapak U tidak pernah berolahraga. Selama sakit ia minum obat dari warung dan
tidak pernah memeriksakan kesehatannya ke pelayanan kesehatan seperti puskesmas
karena takut biayanya mahal. Ibu R sangat memikirkan kondisi kesehatan Bapak U.
Hasil pemeriksaan fisik pada saat dilakukan kunjungan rumah oleh perawat, didapatkan
data : TD 160/100 mmHg, HR : 88x/menit, RR : 24x/menit, T : 37C, keadaan rumah
sangat kotor. Perabotan rumah berantakan, banyak air tergenang di bekas ban dan
kaleng bekas minuman. Tampak baju bergelantungan di sudut-sudut ruangan. Bapak U
dan Ibu R tidak pernah tahu tentang penyakit yang diderita bapak U dan belum pernah
mendapatkan informasi bagaimana cara melakukan perawatan pada Bapak U. Jarak
puskesmas dengan rumah keluarga Bapak U sekitar 500 m yang dapat ditempuh dengan
berjalan kaki atau dengan menggunakan angkutan umum.
Diagnosa Keperawatan
1. Gangguan rasa nyaman : nyeri kepala pada Bapak U di keluarga Bapak U yang
berhubungan dengan ketikdamampuan keluarga merawat anggota keluarga lansia
dengan hipertensi
2. Risiko timbulnya penyakit akibat lingkungan yang tidak sehat di keluarga Bapak U
yang berhubungan dengan ketidakmampuan keluarga dalam memodifikasi lingkungan
yang sehat.
Gangguan rasa nyaman : nyeri kepala pada Bapak U di keluarga Bapak U yang berhubungan
dengan ketikdamampuan keluarga merawat anggota keluarga lansia dengan hipertensi
Friedman. (2010). Buku Ajar Keperawatan Keluarga : Riset, Teori, dan Praktek. Edisi ke-5.
Jakarta: EGC
Nanda. (2012). Aplikasi Asuhan Keperawatan Berdasarkan NANDA Nort American Nursing
Diagnosis Association NIC-NOC. Yogyakarta : Media Hardy