Anda di halaman 1dari 18

LAPORAN PENDAHULUAN

KEPERAWATAN KELUARGA

Oleh:

NAMA : BRIAN MARSALL NASUTION, S.Kep


NIM : 01503180039

PROGRAM PROFESI NURSE ANGKATAN XI


FAKULTAS KEPERAWATAN DAN ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS PELITA HARAPAN
TANGERANG
2019
A. Konsep keluarga
1. Pengertian Keluarga
Keluarga adalah sekumpulan dua atau lebih individu yang diikat oleh
hubungan darah, perkawinan atau adopsi, dan tiap-tiap anggota keluarga selalu
berinteraksi satu sama lain (Harmoko, 2012).
Menurut Departemen Kesehatan RI, (2003) keluarga adalah unit
terkecil dari suatu masyarakat yang terdiri atas kepala keluarga dan beberapa
orang yang berkumpul dan tinggal disuatu tempat dibawah satu atap dalam
keadaan saling ketergantungan.
Menurut Sutanto, (2012) yang dikutip dari Bailon dan Maglaya (1997)
keluarga adalah kumpulan dua orang atau lebih yang bergabung karena
hubungan darah, perkawinan atau adopsi, hidup dalam satu rumah tangga,
saling berinteraksi satu sama lainnya dalam perannya dan menciptakan dan
mempertahankan suatu budaya.

2. Tipe Keluarga
Adapun tipe keluarga menurut Harmoko, (2012) adalah sebagai berikut:
A. Tipe keluarga tradisional, terdiri atas beberapa tipe di bawah ini.
1) The Nuclear family (keluarga inti), yaitu keluarga yang terdiri atas
suami, istri, dan anak, baik anak kandung maupun anak angkat.
2) The dyad family (keluarga dyad), suatu rumah tangga yang terdiri atas
suami dan istri tanpa anak. Hal yang perlu Anda ketahui, keluarga ini
mungkin belum mempunyai anak atau tidak mempunyai anak, jadi
ketika nanti Anda melakukan pengkajian data dan ditemukan tipe
keluarga ini perlu Anda klarifikasi lagi datanya.
3) Single parent, yaitu keluarga yang terdiri atas satu orang tua dengan
anak (kandung atau angkat). Kondisi ini dapat disebabkan oleh
perceraian atau kematian.
4) Single adult, yaitu suatu rumah tangga yang terdiri atas satu orang
dewasa. Tipe ini dapat terjadi pada seorang dewasa yang tidak menikah
atau tidak mempunyai suami.
5) Extended family, keluarga yang terdiri atas keluarga inti ditambah
keluarga lain, seperti paman, bibi, kakek, nenek, dan sebagainya. Tipe
keluarga ini banyak dianut oleh keluarga Indonesia terutama di daerah
pedesaan.
6) Middle-aged or elderly couple, orang tua yang tinggal sendiri di rumah
(baiksuami/istri atau keduanya), karena anak-anaknya sudah
membangun karir sendiriatau sudah menikah.
7) Kin-network family, beberapa keluarga yang tinggal bersama atau saling
berdekatan dan menggunakan barang-barang pelayanan, seperti dapur
dan kamar mandi yang sama.
B. Tipe keluarga yang kedua adalah tipe keluarga nontradisional, tipe keluarga
ini tidak lazim ada di Indonesia, terdiri atas beberapa tipe sebagai berikut.
1) Unmarried parent and child family, yaitu keluarga yang terdiri atas
orang tua dan anak dari hubungan tanpa nikah.
2) Cohabitating couple, orang dewasa yang hidup bersama di luar ikatan
perkawinan karena beberapa alasan tertentu.
3) Gay and lesbian family, seorang yang mempunyai persamaan jenis
kelamin tinggal dalam satu rumah sebagaimana pasangan suami istri.
4) The nonmarital heterosexual cohabiting family, keluarga yang hidup
bersama berganti-ganti pasangan tanpa melalui pernikahan.
5) Foster family, keluarga menerima anak yang tidak ada hubungan
keluarga/saudara dalam waktu sementara, pada saat orang tua anak
tersebut perlu mendapatkan bantuan untuk menyatukan kembali
keluarga yang aslinya.
3. Perkembangan Keluarga
Menurut Friedman, (2010) Perkembangan keluarga adalah proses
perubahan yang terjadi pada sistem keluarga yang meliputi perubahan pola
interaksi dan hubungan antara anggotanya disepanjang waktu.
Tahap perkembangan tersebut disertai dengan fungsi dan tugas perawat
pada setiap tahapan perkembangan.
1. Tahap I pasangan baru atau keluarga baru (beginning family).
Keluarga baru dimulai saat masing-masing individu laki-laki
(suami) dan perempuan (istri) membentuk keluarga melalui
perkawinan yang sah dan meninggalkan keluarga masing-masing.
Meninggalkan keluarga bisa berarti psikologis karena kenyataannya
banyak keluarga baru yang masih tinggal dengan orang tuanya. Dua
orang yang membentuk keluarga baru membutuhkan penyesuaian
peran dan fungsi. Masing-masing belajar hidup bersama serta
beradaptasi dengan kebiasaan sendiri dan pasangannya, misalnya
makan, tidur, bangun pagi dan sebagainya.
Tugas perkembangan
a) Membina hubungan intim dan memuaskan.
b) Membina hubungan dengan keluarga lain, teman dan
kelompok sosial.
c) Mendiskusikan rencana memiliki anak. Keluarga baru ini
merupakan anggota dari tiga keluarga; keluarga suami,
keluarga istri dan keluarga sendiri.
2. Tahap II keluarga dengan kelahiran anak pertama (child bearing
family).
Dimulai sejak hamil sampai kelahiran anak pertama dan
berlanjut sampai anak berumur 30 bulan atau 2,5 tahun. Tugas
perkembangan keluarga yang penting pada tahap ini adalah:
a) Persiapan menjadi orang tua
b) Adaptasi dengan perubahan anggota keluarga, peran,
interaksi, hubungan sexual dan kegiatan.
c) Mempertahankan hubungan yang memuaskan dengan
pasangan.
Peran utama perawat adalah mengkaji peran orang tua;
bagaimana orang tua berinteraksi dan merawat bayi. Perawat perlu
menfasilitasi hubungan orang tua dan bayi yang positif dan hangat
sehingga jalinan kasih sayang antara bayi dan orang tua dapat
tercapai.
3. Tahap III keluarga dengan anak prasekolah (families with
preschool).
Tahap ini dimulai saat anak pertama berumur 2,5 tahun dan berakhir
saat anak berusia 5 tahun.
Tugas perkembangan
a) Memenuhi kebutuhan anggota keluarga seperti
kebutuhan tempat tinggal, privasi dan rasa aman.
b) Membantu anak untuk bersosialisasi
c) Beradaptasi dengan anaky baru lahir, sementara
kebutuhan anak lain juga harus terpenuhi.
d) Mempertahankan hubungan yang sehat baik didalam
keluarga maupun dengan masyarakat.
e) Pembagian waktu untuk individu, pasangan dan anak.
f) Pembagian tanggung jawab anggota keluarga.
g) Kegiatan dan waktu untuk stimulasi tumbuh kembang.
4. Tahap IV keluarga dengan anak usia sekolah (families with
children).
Tahap ini dimulai saat anak berumur 6 tahun (mulai sekolah) dan
berakhir pada saat anak berumur 12 tahun. Pada tahap ini biasanya
keluarga mencapai jumlah maksimal sehingga keluarga sangat
sibuk. Selain aktivitas di sekolah, masing-masing anak memiliki
minat sendiri.
Tugas perkembangan keluarga.
a) Membantu sosialisasi anak dengan tetangga, sekolah dan
lingkungan.
b) Mempertahankan keintiman pasangan.
c) Memenuhi kebutuhan dan biaya kehidupan yang semakin
meningkat, termasuk kebutuhan untuk meningkatkan
kesehatan anggota keluarga.
Pada tahap ini anak perlu berpisah dengan orang tua,
memberi kesempatan pada anak untuk bersosialisasi
dalam aktivitas baik di sekolah maupun di luar sekolah.
5. Tahap V keluarga dengan anak remaja (families with teenagers).
Dimulai saat anak berumur 13 tahun dan berakhir 6 sampai 7 tahun
kemudian. Tujuannya untuk memberikan tanggung jawab serta
kebebasan yang lebih besar untuk mempersiapkan diri menjadi
orang dewasa.
Tugas perkembangan
a) Memberikan kebebasan yang seimbnag dengan tanggung
jawab.
b) Mempertahankan hubungan yang intim dengan keluarga.
c) Mempertahankan komunikasi yang terbuka antara anak
dan orang tua. Hindari perdebatan, kecurigaan dan
permusuhan.
d) Perubahan sistem peran dan peraturan untuk tumbuh
kembang keluarga.
Merupakan tahap paling sulit karena orang tua melepas
otoritasnya dan membimbing anak untuk bertanggung
jawab. Seringkali muncul konflik orang tua dan remaja.
6. Tahap VI keluarga dengan anak dewasa atau pelepasan
(launching center family).
Dimulai pada saat anak pertama meninggalkan rumah dan
berakhir pada saat anak terakhir meninggalkan rumah. Lamanya
tahapan ini tergantung jumlah anak dan ada atau tidaknya anak
yang belum berkeluarga dan tetap tinggal bersama orang tua.
Tugas perkembangan
1. Memperluas keluarga inti menjadi keluarga besar.
2. Mempertahankan keintiman pasangan.
3. Membantu orang tua memasuki masa tua.
4. Membantu anak untuk mandiri di masyarakat.
5. Penataan kembali peran dan kegiatan rumah tangga.
7. Tahap VII keluarga usia pertengahan (middle age families).
Tahap ini dimulai pada saat anak yang terakhir meninggalkan
rumah dan berakhir saat pensiun atau salah satu pasangan
meninggal. Pada beberapa pasangan fase ini dianggap sulit
karena masa usia lanjut, perpisahan dengan anak dan perasaan
gagal.
Tugas perkembangan
1. Mempertahankan kesehatan.
2. Mempertahankan hubungan yang memuaskan dengan
teman sebaya dan anak- anak.
3. Meningkatkan keakraban pasangan.
Fokus mempertahankan kesehatan pada pola hidup
sehat, diet seimbang, olah raga rutin, menikmati hidup,
pekerjaan dan lain sebagainya.
8. Tahap VIII keluarga usia lanjut
Dimulai saat pensiun sampai dengan salah satu pasangan
meninggal dan keduanya meninggal.
Tugas perkembangan
1. Mempertahankan suasana rumah yang menyenangkan.
2. Adaptasi dengan perubahan kehilangan pasangan,
teman, kekuatan fisik dan pendapatan.
3. Mempertahankan keakraban suami/istri dan saling
merawat.
4. Mempertahankan hubungan dengan anak dan sosial
masyarakat.
5. Melakukan life review.
6. Mempertahankan penataan yang memuaskan
merupakan tugas utama keluarga pada tahap ini.

4. Tugas dan Fungsi Kesehatan Keluarga


A. Tugas Kesehatan
Tugas kesehatan keluarga menurut Friedman (2010) yaitu:
1. Pemeliharaan fisik keluarga dan para anggotanya
2. Pemeliharaan sumber-sumber daya yang ada dalam keluarga
3. Pembagian tugas masing-masing anggotanya sesuai dengan
kedudukannya masing-masing
4. Sosialisasi antara para anggotanya
5. Pemeliharaan antara keterlibatan anggota keluarga
6. Pengaturan jumlah anggota keluarga
7. Membangkitkan dorongan dan semangat para anggotanya.
B. Fungsi Keluarga
Menurut (Friedman, hal 86:2010) komponen data kelima yang dikumpulkan
adalah fungsi keluarga. Ada lima fungsi keluarga yang perlu dipahami
antara lain berikut ini.
a. Fungsi Afektif Memfasilitasi stabilisasi kepribadian orang dewasa,
memenuhi kebutuhan psikologis anggota keluarga
b. Fungsi Sosialisasi Memfasilitasi sosialisasi primer anak yang bertujuan
menjadikan anak sebagai anggota masyarakat yang produktif serta
memberikan status pada anggota keluarga.
c. Fungsi reproduksi Untuk mempertahankan kontinuitas keluarga selama
beberapa generasi dan untuk keberlangsungan hidup masyarakat Fungsi
ekonomi Menyediakan sumber ekonomi yang cukup dan alokasi
efektifnya.
d. Fungsi perawatan kesehatan Menyediakan kebutuhan fisik-makanan,
pakaian, tempat tinggal, perawatan kesehatan.

B. Skoring
Cara memprioritaskan masalah keperawatan keluarga adalah dengan menggunakan
skoring. Komponen dari prioritas masalah keperawatan keluarga adalah kriteria, bobot, dan
pembenaran. Kriteria prioritas masalah keperawatan keluarga adalah berikut ini.
1. Sifat masalah. Kriteria sifat masalah ini dapat ditentukan dengan melihat kategori
diagnosis keperawatan. Adapun skornya adalah, diagnosis keperawatan potensial
skor 1, diagnosis keperawatan risiko skor 2, dan diagnosis keperawatan aktual
dengan skor 3. Bobot 1
2. Kriteria kedua, adalah kemungkinan untuk diubah. Kriteria ini dapat ditentukan
dengan melihat pengetahuan, sumber daya keluarga, sumber daya perawatan yang
tersedia, dan dukungan masyarakatnya. Kriteria kemungkinan untuk diubah ini
skornya terdiri atas, mudah dengan skor 2, sebagian dengan skor 1, dan tidak dapat
dengan skor 0. Bobot 2
3. Kriteria ketiga, adalah potensial untuk dicegah. Kriteria ini dapat ditentukan dengan
melihat kepelikan masalah, lamanya masalah, dan tindakan yang sedang dilakukan.
Skor dari kriteria ini terdiri atas, tinggi dengan skor 3, cukup dengan skor 2, dan
rendah dengan skor 1. Bobot 1
4. Kriteria terakhir adalah menonjolnya masalah. Kriteria ini dapat ditentukan
berdasarkan persepsi keluarga dalam melihat masalah. Penilaian dari kriteria ini
terdiri atas, segera dengan skor 2, tidak perlu segera skornya 1, dan tidak dirasakan
dengan skor nol 0. Bobot 1
Cara perhitungannya sebagai berikut.
1. Tentukan skor dari masing-masing kriteria untuk setiap masalah keperawatan yang
terjadi. Skor yang ditentukan akan dibagi dengan nilai tertinggi, kemudian
dikalikan bobot dari masing-masing kriteria. Bobot merupakan nilai konstanta dari
tiap kriteria dan tidak bisa diubah (Skor/angka tertinggi x bobot).
2. Jumlahkan skor dari masing-masing kriteria untuk tiap diagnosis keperawatan
keluarga.
3. Skor tertinggi yang diperoleh adalah diagnosis keperawatan keluarga yang
prioritas. Skoring yang dilakukan di tiap-tiap kriteria harus diberikan pembenaran
sebagai justifikasi dari skor yang telah ditentukan oleh perawat, Justifikasi yang
diberikan berdasarkan data yang ditemukan dari klien dan keluarga. Contoh skoring
prioritas masalah pada penderita diabetes mellitus (DM). Risiko perubahan nutrisi
kurang dari kebutuhan tubuh pada Ibu P yang merupakan keluarga Bapak J,
berhubungan dengan ketidakmampuan keluarga dalam merawat anggota keluarga
yang menderita diabetes mellitus. Hal tersebut dapat kita lihat pada matriks di
bawah ini.

C. Asuhan Keperawatan
Studay case
Keluarga Bapak U (62 Tahun) terdiri dari Ibu R (50 Tahun) memiliki 3orang anak yang
semuanya sudah menikah dan tinggal terpisah. Bapak U sudah 1 tahun sering mengeluh
sakit kepala dan tengkuk terasa kaku. Bapak U memiliki kebiasaan merokok 1 bungkus
per hari dan minum kopi 3 gelas per hari, serta menyukai makanan yang bersantan dan
asin. Bapak U tidak pernah berolahraga. Selama sakit ia minum obat dari warung dan
tidak pernah memeriksakan kesehatannya ke pelayanan kesehatan seperti puskesmas
karena takut biayanya mahal. Ibu R sangat memikirkan kondisi kesehatan Bapak U.
Hasil pemeriksaan fisik pada saat dilakukan kunjungan rumah oleh perawat, didapatkan
data : TD 160/100 mmHg, HR : 88x/menit, RR : 24x/menit, T : 37C, keadaan rumah
sangat kotor. Perabotan rumah berantakan, banyak air tergenang di bekas ban dan
kaleng bekas minuman. Tampak baju bergelantungan di sudut-sudut ruangan. Bapak U
dan Ibu R tidak pernah tahu tentang penyakit yang diderita bapak U dan belum pernah
mendapatkan informasi bagaimana cara melakukan perawatan pada Bapak U. Jarak
puskesmas dengan rumah keluarga Bapak U sekitar 500 m yang dapat ditempuh dengan
berjalan kaki atau dengan menggunakan angkutan umum.
Diagnosa Keperawatan

1. Gangguan rasa nyaman : nyeri kepala pada Bapak U di keluarga Bapak U yang
berhubungan dengan ketikdamampuan keluarga merawat anggota keluarga lansia
dengan hipertensi
2. Risiko timbulnya penyakit akibat lingkungan yang tidak sehat di keluarga Bapak U
yang berhubungan dengan ketidakmampuan keluarga dalam memodifikasi lingkungan
yang sehat.
Gangguan rasa nyaman : nyeri kepala pada Bapak U di keluarga Bapak U yang berhubungan
dengan ketikdamampuan keluarga merawat anggota keluarga lansia dengan hipertensi

No Kriteria Skor Bobot Pembenaran


Sifat masalah 3/3 x 1 = 1 1 Masalah dikatakan aktual karena sudah terjadi
Skala : Aktual ditandai dengan nyeri kepala dan sakit pada
1 tengkuk, TD: 160/100, keluarga belum
melakukan perawatan karena belum
mendapatskan informasi.
Kemungkinan masalah dapat diubah : ½ x 2 = 1 2 Keluarga belum mendapatkan informasi tentang
2 Sebagian penyakit yang diderita Bapak U dan cara
perawatannya. Untuk mengatasi masalah ini
dapat menggunakan obat tradisional yang
terjangkau. Sumber daya keluarga kurang
karena Bapak U sudah tidak bekerja tetapi
Bapak U dan Ibu R dapat beraktivitas tanpa
dibantu. Perawat memiliki pengetahuan,
keterampilan, serta waktu yang memadai untuk
membantu keluarga mengatasi masalah. Jarak
pelayanan kesehatan dapat ditempuh dengan
mudah
3 Potensial masalah untuk dicegah : 2/3 x 1= 1 Bapak U sudah lansia dan menderita keluhan
Cukup 2/3 sudah setahun. Kebiasaan merokok dan minum
kopi membutuhkan waktu cukup lama unutk
mengubahnya. Ibu R memiliki keinginna yang
tinggi untuk membantu mengatasi masalah
kesehatan Bapak U. Perawat memiliki
kemampuan untuk mengatasi masalah tersebut.
4 Menonjolnya masalah : Segera 2/2 x 1 = 1 1 Ibu R memiliki keinginan unutk membantu
untuk mengatasi masalah kesehatan Bapak U.
Dan keluarga merasakan bahwa sakit kepala
yang diderita Bapak U adalah suatu masalah
yang perlu untuk diatasi.
Jumlah 3 2/3
Risiko timbulnmya penyakit akibat lingkungan yang tidak sehat di keluarga Bapak U yang
berhubungan dengan ketidakmampuan keluarga dalam memodifikasi lingkungan yang sehat

No Kriteria Skor Bobot Pembenaran


1 Sifat masalah 2/3 x 1 = 1 Saat perawat melakukan kunjungan rumah didapatkan
Skala : Risiko 2/3 keadaan rumah sangat kotor. Perabotan rumah
berantakan, banyak air tergenang di bekas ban dan
kaleng bekas minuman. Tampak baju bergelantungan
di sudut-sudut ruangan.
2 Kemungkinan masalah dapat ½ x 2 = 1 2 Keluarga belum mendapatkan informasi tentang
diubah : Sebagian penyakit yang diderita Bapak U. Sumber daya
keluarga kurang karena Bapak U dan Ibu R sudah
tergolong lansia dan hanya tinggal berdua sehingga
kemampuan untuk merawat rumah terbatas.
3 Potensial masalah untuk 1/3 x 1 = 1 Keluarga Bapak U dan Ibu R tidak melakukan
dicegah : Rendah 1/3 tindakan untuk membersihkan rumah hal ini mungkin
disebabkan Ibu R sangat memikirkan kondisi
kesehatan Bapak U sehingga kebersihan lingkungan
rumah terabaikan .
4 Menonjolnya masalah : 0/2 x 1 = 0 1 Ibu R hanya memikirkan masalah kesehatan Bapak U
Tidak dirasakan dan menyampingkan kebersihan lingkungan rumah.
Jumlah 2
No. Tujuan Kriteria Evaluasi
Dx. Intervensi
Umum Khusus Kriteria Standar
Kep Diagnosa
1. Gangguan rasa Setelah Setelah Verbal : 1. Bangun hubungan
nyaman : nyeri dilakukan dilakukan Pengetahuan terapeutik
kepala pada Bapak tindakan kunjungan Perilaku yang didasarkan pada
U di keluarga keperawatan rumah 1x 30 Psikomotor rasa saling
Bapak U yang 5 minggu menit menghargai dan
berhubungan diharapkan diharapkan percaya antara klien
dengan nyeri kepala keluarga dan perawat: ucapkan
ketikdamampuan pada Bapak mampu salam, jelaskan
keluarga merawat U. nyeri memberikan tujuan da kontrak
anggota keluarga teratasi atau perawatan waktu.
lansia dengan hilang. pada Bpk U 2. Mengukur tanda-
hipertensi dengan tanda vital Bpk U
nyeri. 3. Mengajarkan Bpk U
dan keluarga
latihan teknik relaks
asi
4. Menganjurkan
keluarga agar Bpk U
menghindari peruba
han posisi
mendadak.
5. Menganjurkan Bpk U
dan keluarga untuk
mengkonsumsi
makanan sesuai diet
hipertensi.
6. Menganjurkan pada
keluarga membantu
Bpk U untuk ambulasi
sesuai kebutuhan.
7. Menganjurkan
keluarga untuk
mengontrol tekanan
darah Bpk U secara
teratur.
2. Risiko timbulnmya Setelah Setelah Kognitif 1. Rumah sehat Memberikan penjelasan
penyakit akibat memberikan dilakukan Rumah sehat adalah mengenai rumah sehat.
lingkungan yang penyuluhan kunjungan bangunan rumah tinggal
tidak sehat di kesehatan rumah 1x60 yang memenuhi
keluarga Bapak U lingkungan menit syarat kesehatan, yaitu
yang berhubungan selama 5 diharapkan rumah yang memiliki :
dengan minggu keluarga a. Jamban yang sehat
ketidakmampuan diharapkan mampu b. Sarana air bersih
keluarga dalam dapat mengenal c. Tempat pembuangan
memodifikasi memelihara risiko sampah
lingkungan yang lingkungan timbulnya d. Sarana pembuangan air
sehat penyakit : limbah
dengan cara e. Ventilasi rumah yang
memberikan baik
penjelasan f. Kepadatan hunian
mengenai : yang sesuai
rumah sehat g. Lantai rumah yang
tidak terbuat dari tanah
h. Pencahayaan yang baik
Setelah 1. Pengaruh rumah yang 2. Menjelaskan
dilakukan tidak sehat terhadap pengaruh rumah yang
kunjungan kesehatan tidak sehat terhadap
rumah 1x60 a. ISPA (Infeksi saluran kesehatan keluarga
menit pernapasan akut) : Bapak U.
diharapkan Infeksi akut yang
keluarga menyerang salah satu
mampu bagian/lebih dari
memutuskan saluran napas mulai
tindakan hidungsampai alveoli
yang tepat termasuk adneksanya
untuk (sinus, rongga telinga
mengurangi tengah, pleura).
risiko b. Mudah terjadi
timbulnya penularan penyakit :
penyakit TBC
dengan cara :
Menjelaskan
pengaruh
rumah yang
tidak sehat
terhadap
kesehatan
keluarga
Bapak U
DAFTAR PUSTAKA

Departemen Kesehatan RI .(2003). Kemitraan menuju Indonesia sehat 2010. Jakarta:

Sekretariat Jenderal Departemen Kesehatan RI.

Dewi, S.Kep.Ners , S. R. (2014). Buku Ajar Keperawatan Gerontik. Yogyakarta: Deepublish.

Friedman. (2010). Buku Ajar Keperawatan Keluarga : Riset, Teori, dan Praktek. Edisi ke-5.
Jakarta: EGC

Harmoko. (2012). Asuhan Keperawatan Keluarga. Penerbit: pustaka Pelajar. Yogyakarta

Nanda. (2012). Aplikasi Asuhan Keperawatan Berdasarkan NANDA Nort American Nursing
Diagnosis Association NIC-NOC. Yogyakarta : Media Hardy

Anda mungkin juga menyukai