Anda di halaman 1dari 3

Pengamatan waktu paralisis cacing dilakukan setiap 15 menit sekali

diamati postur tubuh cacing pada saat cacing mengalami paralisis. Pengujian ini
dilakukan secara duplo pada konsentrasi ½ , ¼ , dan 1/8 dari kekuatan sediaan
125mg/5 mL diperlakukan kontrol negatif (NaCl fisiologis) sebagai pembanding
cacing dalam keadaan normal.
Pada kontrol negatif hasil yang ditunjukan pada cacing yakni normal serta
tidak mengalami paralisis selama pengujian dikarenakan cacing dapat hidup
dalam larutan NaCl fisiologis.
Pada konsentrasi 1/8 hanya dilakukan oleh satu kelompok, hasil
pengujiannya cacing mengalami waktu paralisis pada menit ke-30 serta tidak
mengalami kematian, pada menit ke-30 pirantel pamoat sudah menghasilkan efek
terapi dimana cacing sudah mengalami paralisis yang dibuktikan pada saat cacing
diinkubasi pada larutan uji ketika diusik tidak memberikan respon, untuk
membuktikan tipe paralisisnya cacing dipindahkan ke dalam air panas 50oC
dimana hasilnya cacing mengalami kekejangan (kaku) hal ini membuktikan
bahwa cacing mengalami paralisis spastik, durasi cacing cepat dikarenakan cacing
yang digunakan cacing jantan dimana cacing jantan memiliki ukuran relatif kecil
sehingga seluruh permukaan cacing bisa kontak dengan larutan uji yang
menyebabkan efek yang dihasilkan cepat. Cacing tidak mengalami kematian
karena konsentrasi yang digunakan kecil sehingga efek yang dihasilkan hanya
paralisis saja. Pada konsentrasi ini obat antelmintik baik untuk terapi secara klinis
dimana cacing tidak dimatikan tetapi hanya dibuat paralisis, proses pengeluaran
cacing ini akan dibantu oleh kontraksi otot polos usus sehingga cacing keluar
bersama feses dan mati di luar tubuh.
Pada konsentrasi ¼ pengujian dilakukan oleh dua kelompok dimana
keduanya menggunakan cacing betina. Hasil pengujian menunjukan sama pada
menit ke-30 cacing mengalami paralisis spastik dan menit ke-105 cacing
mengalami kematian. Hal ini mungkin dikarenakan kedua cacing tersebut
memiliki ukuran yang sama yang menyebabkan persamaan waktu paralisis dan
kematiaannya. Pada terapi secara klinis dosis ini tidak dianjurkan karena cacing
sampai mengalami kematian, hal ini bisa berbahaya bagi tubuh karena bisa toksik
bagi tubuh.
Pada konsentrasi ½ pengujian dilakukan oleh dua kelompok menggunakan
cacing jantan dan betina. Pada cacing jantan mengalami waktu paralisis pada
menit ke-45 dan mengalami kematian pada menit ke-75 sedangkan pada cacing
betina mengalami waktu paralisis pada menit ke-60 dan mengalami kematian pada
menit ke-75. Durasi kerja obat lebih cepat pada cacing jantan hal ini dikarenakan
cacing jantan memiliki ukuran yang lebih kecil dibandingkan cacing betina
sehingga seluruh permukaan cacing bisa terendam oleh larutan uji, dimana jika
luas permukaan yang kontak dengan larutan uji besar sehingga obat lebih cepat
terabsorbsi melalui kulitnya. Sedangkan pada cacing betina ada beberapa bagian
yang tidak terkena larutan uji dikarenakan ukurannya yang besar yang
menyebabkan obat bekerja kurang maksimal. Pada keduanya memiliki waktu
kematian yang sama hal ini mungkin karena cacing betina sudah mengalami
kekejangan yang tidak dapat dikendalikan dikarenakan kontraksi otot berlebih
sehingga mengalami kematian.
Aktivitas antelmintik pirantel pamoat ditentukan berdasarkan waktu
paralisis dan waktu mati. Efek paralisis dipengaruhi oleh dosis dimana semakin
tinggi dosis maka waktu paralisis (durasi obat) semakin cepat. Kemampuan
pirantel pamoat pada konsentrasi ½ dari volume sediaan memiliki daya paralisis
lebih kuat dibandingkan dengan konsentrasi 1/8 dan ¼ dari kekuatan sediaan
125mg/5 mL.
Kemampuan daya antelmintik pirantel pamoat disebabkan karena pirantel
pamoat memiliki mekanisme kerja mendepolarisasi otot-otot cacing, memparalisis
cacing, menghambat frekuensi impuls sehingga cacing mati dalam keadaan
spastik.
Kesimpulan
Pirantel pamoat memiliki aktivitas antelmintik dimana pada semua
konsentrasi, cacing Ascaris suum mengalami paralisis, serta paralisis yang
ditunjukan adalah paralisis spastik. Paralisis spastik yakni cacing mengalami
kekejangan yang tidak dapat dikendalika setelah kontak dengan antelmintik.
Sedangkan paralisis flasid cacing mengalami lemas setelah kontak dengan
antelmintik.

Anda mungkin juga menyukai