Anda di halaman 1dari 14

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Perhatian penyakit tidak menular semakin hari semakin meningkat, karena
semakin meningkatnya frekuensi kejadiannya pada masyarakat. Dari 3 penyebab
utama kematian (WHO,1990)., penyakit jantung koroner, diare, dan stroke, dua
diantaranya adalh penyakit tidak menular. Selama ini epidemiologi kebanyakan
berkecimpung dalam menangani masalah penyakit menular, bahkan kebanyakan
terasa bahwa epidemiologi hanya menangani masalah penyakit menular. Karena itu
epidemiologi selalu dikaitkan dan dianggap sebagai epidemiologi penyakit menular.
Sejarah epidemiologi dimulai dengan penanganan masalah penyakit menular yang
merajalela dan banyak menelan korban pada waktu itu. Perkembangan sosial ekonomi
dan kultural bangsa dan dunia kemudia menuntut epidemiologi untuk memberikan
perhatian kepada penyakit tidak menular karena sudah mulai meningkatkan sesuai
dengan perkembangan masyarakat.
Pentingnya pengetahuan tentang penyakit tidak menular dilatar belakangi
dengan kecenderungan semakin meningkatnya prevalensi penyakit tidak menular
dalam masyarakat, khususnya masyarakat Indonesia. Bangsa Indonesia yang
sementara membangun dirinya dari suatu Negara agraris yang sedang berkembang
menuju masyarakat industri membawa kecenderungan baru dalam pola penyakit
dalam masyarakat. Perubahan pola struktur masyarakat agraris ke masyarakat industri
banyak memberi andil terhadap perubahan pola fertilitas, gaya hidup, social ekonomi
yang pada gilirannya dapat memacu semakin meningkatnya penyakit tidak menular.
Keadaan perubahan pola dari penyakit menular ke penyakit tidak menular lebih
dikenal dalam sebutan transisi epidemiologi, di Indonesia.
Pembahasan epidemiologi penyakit tidak menular tidak dapat melepaskan diri
dari konsep epidemiologi sendiri dalam menangani masalah penyakit. Akan
dibicarakan konsep epidemiologi sebagai penyakit dari segi epidemiologi, frekuensi
sebagai masalah dalam masyarakat, pengetahuan tentang faktor penyeabab atau faktor
resikonya dan upaya pencegahan.

[Epidemiologi Penyakit Tidak Menular] Page 1


1.2 Rumusan Masalah
1. Apa itu pengertian dari Epidemiologi Penyakit Tidak Menular?
2. Bagaimana transisi demografi dan transisi epid pendekatan dari Epidemiologi
Penyakit Tidak Menular?
3. Apa saja faktor risiko dari Epidemiologi Penyakit Tidak Menular?
4. Bagaimana upaya pencegahan dan penanggulangan dari Epidemiologi Penyakit
Tidak Menular?

1.3 Tujuan Penulisan


1. Untuk mengetahui definisi dari Epidemiologi Penyakit Tidak Menular..
2. Untuk mengetahui transisi demografi dan transisi epid pendekatan dari
Epidemiologi Penyakit Tidak Menular.
3. Untuk mengetahui faktor risiko dari Epidemiologi Penyakit Tidak Menular.
4. Untuk mengetahui upaya pencegahan dan penanggulangan dari Epidemiologi
Penyakit Tidak Menular.

1.4 Manfaat Penulisan


Adapun manfaat penulisan makalah ini diantaranya yaitu, :
1. Memberikan pengetahuan mengenai epidemiologi penyakit tidak menular
2. Mampu mengetahui transisi demografi dan transisi epidemiologi pendekatan dari
epidemiologi Penyakit Tidak Menular
3. Mampu Mengetahui Risiko dari Epidemiologi Penyakit Tidak Menular
4. Mengetahui strategi pencegahan Epidemiologi Penyakit Tidak Menular

[Epidemiologi Penyakit Tidak Menular] Page 2


BAB II

PEMBAHASAN

2.1 Pengertian dan Konsep Epidemiologi Penyakit Tidak Menular


Istilah umum penyakit tidak menular dipakai dengan maksud untuk
membedakan kelompok penyakit-penyakit lainnya yang tidak termasuk dalam
penyakit menular. Penyakit tidak menular adalah penyakit kronis atau bersifat kronis
(menahun) alias berlangsung lama, tapi ada juga yang berlangsung mendadak
misalnya keracunan. Yang dimaksud dengan kronis ini memang jenis-jenis penyakit
yang tidak memperhatikan dari apakah segi penularannya.
Penyakit tidak menular disebut juga penyakit non infeksi karena penyebabnya
bukan mikroorganisme, namun tidak berarti tidak ada peranan mikroorganisme dalam
terjadinya penyakit tidak menular misalnya luka karena tidak diperhatikan bisa terjadi
infeksi.
Penyakit tidak menular adalah penyakit degenerative karena berhubungan
dengan proses degenerasi (ketuaan) yang banyak ditemukan pada usia lanjut. Dan
penyakit tidak menular adalah New Communicable Disease karena dianggap dapat
menular melalui life style, life style dapat menyangkut pola makan, kehidupan seksual
dan komunikasi global. Perubahan pola makan telah mendorong perubahan
peningkatan penyakit jantung yang berkaitan dengan makan berlebihan dan
berkolesterol tinggi. Untuk penyakit tidak menular proses terjadinya penyakit akibat
interaksi antara agen penyakit (non living agent), manusia dan lingkungan.
Penyakit tidak menular, yaitu penyakit yang dianggap tidak dapat disebarkan
dari seseorang terhadap orang lain. Penyakit yang tidak sebabkan oleh kuman, tetapi
disebabkan karna adanya problem fisiologis atau metabolisme pada jaringan tubuh
manusia. Penyakit-penyakit tersebut contohnya ialah batuk, sariawan, sakit perut, dan
sebagainya. Penyakit tidak menular merupakan beban kesehatan utama di negara-
negara industri. Selain itu penyakt tidak menular meningkat dengan pesat di negara-
negara berkembang yang sedang mengalami transisi demografi dan perubahan pola
hidup dalam masyarakatnya.
Terjadinya perubahan pola penyakit ini dapat berkaitan dengan beberapa hal,
yaitu:
1. Perubahan struktur masyarakat yaitu dari agraris ke industri.

[Epidemiologi Penyakit Tidak Menular] Page 3


2. Perubahan struktur penduduk yaitu penurunan anak usia muda dan peningkatan
jumlah penduduk usia lanjut karna keberhasilan keluarga berencana (KB).
3. Perbaikan dalam sanitasi lingkungan untuk menurunkan penyebaran penyakit
menular.
4. Peningkatan tenaga kerja wanita karna emansipasi.
5. Peningkatan pelayanan kesehatan dalam memberantas penyakit infeksi dan
meningkatnya life expectancy (umur harapan hidup).

Adapun karakteristik tersendiri dari penyakit tidak menular yaitu:

1. Penularan penyakit tidak melalui suatu rantai penularan tertentu (tidak ditularkan).
2. Masa inkubasi yang panjang dan laten.
3. Perlangsungan penyakit yang berlarut-larut (kronis)
4. Banyak menghadapi kesulitan diagnosis.
5. Mempunyai variasi yang luas.
6. Memerlukan biaya yang tinggi dalam upaya pencegahan maupun
penanggulangannya.
7. Factor penyebabnya bermacam-macam (multikausal), bahkan tidak jelas.

Penyakit-penyakit tidak menular yang bersifat kronis dan degeneratif sebagai


penyebab kematian mulai menggeser kedudukan dari penyakit-penyakit infeksi. Ada
beberapa penyakit- penyakit tidak menular yang bersifat kronis diantaranya adalah:
1. Penyakit yang termasuk di dalam penyebab utama kematian, yaitu :
 Ischaemic Heart Disease
 Cancer
 Cerebrovasculer Disease
 Chronic Obstructive Pulmonary Disease
 Cirrhosis
 Diabetes Melitus
2. Penyakit yang termasuk dalam special – interest , banyak menyebabkan masalah
kesehatan tapi jarang frekuensinya (jumlahnya), yaitu :
 Osteoporosis
 Penyakit Ginjal kronis
 Mental retardasi
 Epilepsi

[Epidemiologi Penyakit Tidak Menular] Page 4


 Lupus Erithematosus
 Collitis ulcerative
3. Penyakit yang termasuk akan menjadi perhatian yang akan datang, yaitu :
 Defisiensi nutrisi
 Akloholisme
 Ketagihan obat
 Penyakit-penyakit mental
 Penyakit yang berhubungan dengan lingkungan pekerjaan.

2.2 Transisi Demografi & Transisi Epidemiologi Pendekatan Epidemiologi Penyakit


Tidak Menular
A. Transisi Demografi & Transisi Epidemiologi
Transisi kesehatan terjadi karena adanya transisi demografi dan transisi
epidemiologi (Henry,1993). Transisi demografi merupakan akibat adanya
urbanisasi, industrialisasi, meningkatnya pendapatan, tingkat pendidikan,
teknologi kesehatan dan kedokteran di masyarakat. Hal ini akan berdampak pada
terjadinya transisi epidemiologi yaitu perubahan pola kematian yaitu akibat
infeksi, angka fertilitas total, umur harapan hidup penduduk dan meningkatnya
penyakit tidak menular atau penyakit kronis.
Kemajuan pembangunan telah dicapai secara menyeluruh telah mempengaruhi
berbagai perkembangan dalam kehidupan manusia. Hal tersebut menyebabkan
terjadi perubahan struktur umur penduduk menjadi struktur penduduk umur tua
(umur harapan hidup meningkat). Perubahan tersebut mengakibatkan terjadi
pergeseran pola penyakit serta tingkat kesehatan yang ada di masyarakat dengan
determinan yang mempengaruhinya. Terjadinya pergeseran urutan penyakit
menunjukan terjadinya perubahan status kesehatan masyarakat. Keadaan tersebut
dikatakan dengan transisi epidemiologi. Transisi epidemiologi memiliki dua
pengertian:
1. Statis : interval waktu yang dimulai dari dominasi penyakit menular dan
diakhiri dengan dominasi penyaktit tidak menular sebagai penyabab kematian.
2. Dinamis: proses dinamis pola sehat sakit dari suatu masyarakat berubah
sebagai akibat dari perubahan demografi, sosial ekonomi, teknologi dan
politis.

[Epidemiologi Penyakit Tidak Menular] Page 5


Transisi epidemiologi diawali oleh transisi demografi. Transisi epidemiologi
bermula dari suatu perubahan yang kompleks dalam pola kesehatan dan pola
penyakit utama penyebab kematian dimana terjadi penurunan prevalensi penyakit
infeksi (penyakit menular), sedangkan penyakit non infeksi (penyakit tidak
menular) justru semakin meningkat. Hal ini terjadi seiring dengan berubahnya
gaya hidup, sosial ekonomi dan meningkatnya umur harapan hidup yang berarti
meningkatnya pola risiko timbulnya penyakit degeneratif seperti penyakit jantung
koroner, diabetes melitus, hipertensi, dan lain sebagainya. Transisi epidemiologi
dan demografi, juga perkembangan ekonomi mengakibatkan negara-negara
menghadapi peningkatan beban akibat Penyakit Tidak Menular (PTM).

B. Pendekatan Epidemiologi Penyakit Tidak Menular


Pendekatan epidemiologi untuk penyakit tidak menular berbeda dengan
penyakit menular, mulai dari penentuannya sebagai masalah kesehatan
masyarakat sampai pada upaya pencegahan dan penanggulangannya. Mempelajari
penyakit tidak menular yang berlangsung kronis yang panjang mempunyai
beberapa kesulitan dengan hanya melakukan pengamatan obsevasional yang
berdasarkan pengalaman pribadi dari anggota masyarakat saja. Jika observasi itu
ditujukan untuk menentukan hubungan antara kepaparan dengan terjadinya
penyakit, maka beberapa kesulita dapat dihadapi.
Dalam menangani masalah penyakit tiak menular ini pendekatan dan prinsip-
prinsip epidemiologi perlu diterapkan. Adapun peranan epidemiologi dalam
masalah penyakit tidak menular adalah:
1. Untuk mengetahui bagaimana distribusi penyakit tidak menular dalam
masyarakat sehingga dapat diidentifikasi besarnya masalah penyakit tidak
menular dalam kesehatan masyarakat.
2. Untuk mengetahui apa yang menjadi penyebab tingginya distribusi penyakit
tidak menular dalam suatu masyarakat, dibandingkan dengan daerah atau
komuniti lainnya.
3. Untuk menentukan pilihan prioritas dalam menangani masalah penyakit tidak
menular.

Epidemiologi berusaha untuk mempelajari distribusi dan faktor-faktor yang


mempengaruhi terjadinya penyakit tidak menular dalam masyarakat. Untuk itu

[Epidemiologi Penyakit Tidak Menular] Page 6


diperlukan pendekatan metodologik, yakni dengan melakukan dengan berbagai
penelitian sebagai pendekatan pembuktian (evidence-based). Analisis
epidemiologi sendiri biasa berupa analisis deskriptif, kausal, dan interventional.
Adapun tujuan dari pendekatan epidemiologi ini adalah untuk mengetahui
distribusi dan faktor-faktor yang mempengaruhi terjadinya penyakit tidak menular
atau mengetahui faktor determinantnya. Distribusi dalam hal ini diarahkan untuk
melihat beban dari penyakit tidak menular, Trend yang meningkat, frekuensi
melalui Rate, Ratio dan Proporsi. Pendekatan epidemiologi dalam penyakit tidak
menular ini tentunya juga tidak akan terlepas dari dasar segitiga epidemiologi
(person, place,time), disamping melihat populasi, dan determinat.

2.3 Faktor Risiko Epidemiologi Penyakit Tidak Menular


Pola hidup modern teah mengubah sikap dan perilaku manusia, termasuk pola
makan, merokok, konsumsi alkohol serta obat-obatan sebagai gaya hidup sehingga
penderita penyakit degeratif (penyakit karna penuruan fungsi organ tubuh) semakin
meningkat dan mengancam kehidupan. Akibat perilaku manusia pula, lingkungan
hidup dieksploitasi sedemikian rupa sampai menjadi tidak ramah terhadap kehidupan
manusia sehingga salah satunya adalah meningkatnya jumlah penderita penyakit paru
kronis yang sering kali berakhir dengan kematian. Demikian pula berbagai penyakit
kanker dapat dipicu oleh bermacam bahan kimia yang bersifat karsinogenik, kondisi
lingkungan, serta perilaku manusia. Untuk faktor penyakit tidak menular digunakan
sebutan faktor risiko (risk factors) hal ini untuk membedakannya dengan istilah
etiologi yang sering dipergunakan dalam penyakit menular atau diagnosis klinik.
Faktor resiko untuk timbulnya penyakit tidak menular yang bersifat kronis
belum ditemukan secara keseluruhan, untuk setiap penyakit, faktor resiko dapat
berbeda-beda (merokok, hipertensi, hiperkolesterolemia). Satu faktor resiko dapat
menyebabkan penyakit yang berbeda-beda, misalnya merokok, dapat menimbulkan
kanker paru, penyakit jantung koroner, kanker larynx. Untuk kebanyakan penyakit,
faktor-faktor resiko yang telah diketahui hanya dapat menerangkan sebagian kecil
kejadian penyakit, tetapi etiologinya secara pasti belum diketahui.
Faktor-faktor resiko yang telah diketahui ada kaitannya dengan penyakit tidak
menular yang bersifat kronis antara lain :
 Tembakau  Kolesterol
 Alkohol  Hipertensi

[Epidemiologi Penyakit Tidak Menular] Page 7


 Diet  Pekerjaan
 Obesitas  Lingkungan masyarakat sekitar
 Aktivitas  life style
 Stress

Adapun jenis-jenis faktor resiko dikenal beberapa macam factor menurut dari
segi yang diamati. Namun dapat tidaknya faktor resiko itu diubah dikenal menjadi:
1. Unchangeable risk factors : faktor resiko tidak dapat berubah, misalnya faktor
umur atau genetik.
2. Changeable risk factors : faktor yang dapat berubah, misalnya kebiasaan merokok
atau latihan olahraga.

Besarnya peranan faktor resiko dapat dilakukan dengan menghtung besarnya


resiko (relative risk) atau odds ratio. Perhitungan ini berdasarkan perbedaan rate
antara insiden populasi yang terpapar dengan yang tidak terpapar. Perhtungan resiko
ini dikaitan dengan jenis-jenis metode penelitian epidemiologi dan frekuensi penyakit.

2.4 Pencegahan Dan Penanggulangan Penyakit Tidak Menular


Meningkatnya Penyakit Tidak Menular (PTM) tidak saja berdampak pada
meningkatnya morbiditas, mortalitas, dan disabilitas di kalangan masyarakat,
melainkan juga berdampak pada meningkatnya beban ekonomi baik di tingkat
individu maupun di tingkat negara pada skala nasional.
Literatur terkini mengungkapkan kompleksitas penyebab masalah penyakit tidak
menular ada dua kelompok besar faktor risiko penyakit tidak menular. Pertama,
adalah faktor risiko yang tidak dapat dikendalikan, yaitu faktor usia, Kedua, penyakit
metabolik lain pada usia dewasa. Anak-anak yang dilahirkan dengan gangguan
pertumbuhan mempunyai risiko lebih besar untuk mengalami gangguan metabolik,
terutama gangguan metabolik lemak, protein dan karbohidrat yang akan
meningkatkan risiko penyakit tidak menular di usia dewasa. Anak yang dilahirkan
normal dan tumbuh baik pada masa kanak-kanak, akibat faktor gaya hidup yang tidak
sehat, seperti makan tidak seimbang dan aktivitas rendah akan meningkat faktor
risikonya terhadap penyakit tidak menular.
Analisa data Susenas tahun 2011 menunjukkan bahwa secara umum pola makan
kita belum seimbang. Hal ini ditandai dengan kelebihan lemak dan minyak, rendah
sayur dan buah, rendah pangan hewani serta meningkatnya konsumsi pangan olahan.

[Epidemiologi Penyakit Tidak Menular] Page 8


Selanjutnya, dilaporkan bahwa tidak terdapat perbedaan pola makan sayur dan buah,
minyak dan lemak antara keluarga yang berpenghasilan rendah dan tinggi.

Prinsip-prinsip pencegahan PTM, sebagai berikut :

Pertama, mengutamakan preventif, promotif melalui berbagai kegiatan


edukasi dan promotif-preventif,dengan tidak mengesampingkan aspek kuratif-
rehabilitatif melalui peningkatan jangkauan dan kualitas pelayanan gizi dan
kesehatan.

Kedua, melaksanakan pencegahan pada seluruh siklus hidup manusia, sejak


dalam kandungan, hingga bayi, balita, anak sekolah, remaja, dewasa, diikuti
perbaikan budaya hidup bersih dan sehat. Yang dimaksud seluruh siklus hidup adalah
sejak hamil, lahir, anak sekolah, remaja, dewasa, usia lanjut sesuai dengan masalah
pada kelompok usia tersebut. Pada kelompok usia 1000 hari pertama, fokus
pencegahan diarahkan pada pemenuhan kebutuhan dasar gizi dan kesehatan agar tidak
terjadi gangguan pertumbuhan.

Ketiga, menerapkan Pedoman Gizi Seimbang, yang difokuskan pada


peningkatan konsumsi sayur dan buah, pangan hewani, dengan mengurangi lemak
serta minyak dan membatasi gula dan garam.

Keempat, menggerakkan masyarakat untuk melakukan aktivitas fisik dan


menimbang berat badan secara teratur.

Kelima, melibatkan semua sektor, baik Pemerintah maupun masyarakat, untuk


secara nyata melakukan sinergi dalam melakukan PTM.

Strategi Pencegahan dan Pengendalian PTM di Indonesia

Indonesia menyadari bahwa PTM menjadi salah satu masalah kesehatan dan
penyebab kematian yang merupakan ancaman global bagi pertumbuhan ekonomi di
Indonesia. Program PTM telah direvisi dengan rencana strategis PTM tahun 2015-
2019, dan rencana kerja PTM Indonesia 2015-2019 telah diluncurkan Oktober 2015
Pencegahan dan Pengendalian faktor risiko PTM meliputi 4 cara, yaitu :

[Epidemiologi Penyakit Tidak Menular] Page 9


1. Advokasi, kerjasama, bimbingan dan manajemen PTM
2. Promosi, pencegahan, dan pengurangan faktor risiko PTM melalui pemberdayaan
masyarakat
3. Penguatan kapasitas dan kompetensi layanan kesehatan, serta kolaborasi sektor
swasta dan profesional
4. Penguatan surveilans, pengawasan dan riset PTM

Bagan strategi pencegahan dan pengendalian penyakit tidak menular di Indonesia

[Epidemiologi Penyakit Tidak Menular] Page 10


Strategi 4 by 4

Advokasi, kemitraan, jejaring, dan peningkatan kapasitas merupakan kegiatan


utama dari program pengendalian PTM Indonesia. Untuk kolaborasi antar sektor dan
keterlibatan masyarakat, jejaring telah dibentuk, program pengendalian PTM telah
ditingkatkan dengan dukungan politis yang kuat dan berkoordinasi dengan
masyarakat sipil. Ada 4 faktor risiko pengendalian bersama yaitu:

 Diet tidak sehat (diet gizi tidak seimbang, kurang konsumsi Sayur dan Buah serta
tinggi konsumsi Gula, Garam dan lemak),
 Kurang aktivitas fisik,
 Merokok, serta
 Mengkonsumsi alkohol.

Pengendalian 4 “faktor risiko bersama” ini dapat mencegah terjadinya 4 Penyakit


Tidak Menular Utama sampai 80%.

Pencegahan dan Pengendalian PTM lainnya :

Selain keempat Penyakit Tidak Menular Utama, fokus Pengendalian PTM


juga diarahkan pada berbagai Penyakit dan kondisi yang dapat mengakibatkan
terjadinya penurunan kualitas Hidup manusia, yaitu:

 Gangguan Pendengaran,
 Gangguan Penglihatan,
 Disabilitas, dan
 Gangguan Thyroid, serta
 Penyakit yang menyebabkan beban pembiayaan kesehatan seperti Lupus,
Thalassemia, Osteoporosis dan Psoriasis.

[Epidemiologi Penyakit Tidak Menular] Page 11


BAB III

PENUTUP

3.1 KESIMPULAN
Pembahasan epidemiologi penyakit tidak menular tidak dapat melepaskan diri
dari konsep epidemiologi sendiri dalam menangani masalah penyakit. Akan
dibicarakan konsep epidemiologi sebagai penyakit dari segi epidemiologi, frekuensi
sebagai masalah dalam masyarakat, pengetahuan tentang faktor penyeabab atau faktor
resikonya dan upaya pencegahan.
Penyakit tidak menular disebut juga penyakit non infeksi karena penyebabnya
bukan mikroorganisme, namun tidak berarti tidak ada peranan mikroorganisme dalam
terjadinya penyakit tidak menular misalnya luka karena tidak diperhatikan bisa terjadi
infeksi. Penyakit tidak menular adalah penyakit degenerative karena berhubungan
dengan proses degenerasi (ketuaan) yang banyak ditemukan pada usia lanjut.Penyakit
tidak menular, yaitu penyakit yang dianggap tidak dapat disebarkan dari seseorang
terhadap orang lain. Penyakit yang tidak sebabkan oleh kuman, tetapi disebabkan
karna adanya problem fisiologis atau metabolisme pada jaringan tubuh manusia.
Penyakit-penyakit tersebut contohnya ialah batuk, sariawan, sakit perut, dan
sebagainya. Penyakit tidak menular merupakan beban kesehatan utama di negara-
negara industri. transisi kesehatan terjadi karena adanya transisi demografi dan
transisi epidemiologi (Henry,1993).
Transisi demografi merupakan akibat adanya urbanisasi, industrialisasi,
meningkatnya pendapatan, tingkat pendidikan, teknologi kesehatan dan kedokteran di
masyarakat. Hal ini akan berdampak pada terjadinya transisi epidemiologi yaitu
perubahan pola kematian yaitu akibat infeksi, angka fertilitas total, umur harapan
hidup penduduk dan meningkatnya penyakit tidak menular atau penyakit
kronis.Transisi epidemiologi memiliki dua pengertian:

1. Statis : interval waktu yang dimulai dari dominasi penyakit menular dan diakhiri
dengan dominasi penyaktit tidak menular sebagai penyabab kematian.

2. Dinamis: proses dinamis pola sehat sakit dari suatu masyarakat berubah sebagai
akibat dari perubahan demografi, sosial ekonomi, teknologi dan politis.

[Epidemiologi Penyakit Tidak Menular] Page 12


Kemudian Faktor resiko untuk timbulnya penyakit tidak menular yang bersifat
kronis belum ditemukan secara keseluruhan, untuk setiap penyakit, faktor resiko dapat
berbeda-beda (merokok, hipertensi, hiperkolesterolemia). Meningkatnya Penyakit
Tidak Menular (PTM) tidak saja berdampak pada meningkatnya morbiditas,
mortalitas, dan disabilitas di kalangan masyarakat, melainkan juga berdampak pada
meningkatnya beban ekonomi baik di tingkat individu maupun di tingkat negara pada
skala nasional. namun dibuat startegi pencegahan dan pengendalian epidemiologi
penyakit tidak menular yaitu ada 4 faktor risiko pengendalian bersama yaitu:

 Diet tidak sehat (diet gizi tidak seimbang, kurang konsumsi Sayur dan Buah serta
tinggi konsumsi Gula, Garam dan lemak),
 Kurang aktivitas fisik,
 Merokok, serta
 Mengkonsumsi alkohol.

Pengendalian 4 “faktor risiko bersama” ini dapat mencegah terjadinya 4 Penyakit


Tidak Menular Utama sampai 80%.

3.2 SARAN
Penyusun berharap semoga dengan terselesaikan nya makalah Epidemiologi Penyakit
Menular khususnya mengkaji pemahaman mengenai pendekatan serta faktor risiko
dari epidemiologi Penyakit Tidak Menular. penyusun berharap semoga makalah ini
dapat menambah wawasan baik bagi penyusun sendiri maupun khalayak pembaca
semoga bermanfaat dan bisa menjadi acuan serta tolak ukur perbaikan dari makalah
ini untuk lebih baik kedepannya terimakasih.

[Epidemiologi Penyakit Tidak Menular] Page 13


DAFTAR PUSTAKA

1. Irianto Koes. 2014. EPIDEMIOLOGI PENYAKIT MENULAR & TIDAK


MENULAR PANDUAN KLINIS. Bandung: Alfabeta
2. Darmawan Armaidi. 2016. EPIDEMIOLOGI PENYAKIT MENULAR DAN
PENYAKIT TIDAK MENULAR. Jurnal Bagian Ilmu Kedokteran Kerja Fakultas
Kedokteran dan Ilmu Kesehatan Volume 4, Nomor 2, Hal: 195 – 202 : Universitas
Jambi
3. Warganegara Efrida, Nur Nabilah Nida. 2016. Faktor Risiko Perilaku Penyakit Tidak
Menular. Jurnal Bagian Mikrobiologi , Fakultas Kedokteran Volume 5 Nomor 2, Hal:
88 – 94 : Universitas Lampung
4. https://www.kompasiana.com/dwiyan/5512c8e1813311d122bc5fb9/transisi-
epidemiologi-dan-kesehatan
5. http://www.p2ptm.kemkes.go.id/profil-p2ptm/latar-belakang/strategi-pencegahan-
dan-pengendalian-ptm-di-indonesia
6. http://www.depkes.go.id/development/site/jkn/index.php?cid=2337&id=prinsip-
prinsip-pencegahan-penyakit-tidak-menular-(ptm)-dan-regulasinya.html

[Epidemiologi Penyakit Tidak Menular] Page 14

Anda mungkin juga menyukai