OLEH
NI KADEK AYU SURYANI
NIM 1514101005
SKRIPSI
Diajukan Kepada
Universitas Pendidikan Ganesha
Untuk Memenuhi Salah Satu Persyaratan Dalam Menyelesaikan
Program Sarjana Hukum
Oleh
Ni Kadek Ayu Suryani
NIM 1514101005
Menyetujui
Dr. Dewa Gede Sudika Mangku, S.H., LL.M. Ratna Artha Windari, S.H., M.H.
NIP. 19841227 200912 1 007 NIP. 19831215 200812 2 003
Skripsi oleh Ni Kadek Ayu Suryani ini
telah dipertahankan di depan dewan penguji
pada tanggal 12 Februari 2018
Dewan Penguji 1,
Dewan Penguji 2,
Dewan Penguji 3,
Pada:
Hari :...............
Tanggal :...............
Mengetahui,
Dr. Luh Putu Sendratari, M. Hum Ratna Artha Windari, S.H., M.H
NIP. 19611208 198603 2 001 NIP. 19831215 200812 2 003
Mengesahkan
Dekan Fakultas Hukum dan Ilmu Sosial
NIM : 1514101005
lain, baik sebagian atau keseluruhan, kecuali dalam bentuk kutipan yang telah
dikemudian hari pernyataan ini tidak benar, maka saya bersedia mendapatkan
Materai
6000
PRAKATA
Puji syukur penyusun panjatkan kehadapan Tuhan Yang Maha Esa karena
berkat rahmat-Nya-lah, penulis dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul
“Perlindungan Hukum Bagi Pengungsi Rohingya di Aceh Ditinjau Dari
Hukum Pengungsi Internasional”. Skripsi ini disusun guna memenuhi
persyaratan mencapai gelar sarjana hukum pada Universitas Pendidikan Ganesha.
Dalam menyelesaikan skripsi ini, penulis banyak mendapat bantuan baik
berupa moral maupun material dari berbagai pihak. Untuk itu, dalam kesempatan
ini, penulis mengucapkan terima kasih kepada:
1. Teruntuk orang tua yang paling saya cintai, Bapak I Ketut Dipa Wirya dan
Ibu Ni Luh Rediani, terimakasih untuk segala rasa cinta dan kasih sayang
yang tak terhingga sehingga mampu mengantarkan penulis untuk mencapai
gelar Sarjana Hukum. Rasa bersyukur yang tiada habisnya, penulis telah
dilahirkan dan dibesarkan dari orang tua yang selalu melakukan dan
memberikan hal yang terbaik semaksimal kemampuan yang beliau punya
bahkan lebih untuk penulis. Untuk adikku sayang, Anya, this is also for you
my sweetie pie;
2. Ninik, salah satu saksi perjalanan hidup penulis. Terimakasih atas segala
nasihat dan wejangan-wejangan kehidupan yang sangat filosofis. Ninik ini
1 gelas ES sudah Ayu berikan untuk ninik. Nik panjang umur inggih;
3. Rektor Universitas Pendidikan Ganesha, Bapak Dr. Nyoman Jampel, M.Pd;
4. Dekan Fakultas Hukum dan Ilmu Sosial, Bapak Prof. Dr. Sukadi, M.Pd.,
M.Ed;
5. Ketua Jurusan Hukum dan Kewaganegaraan, Bapak Dr. I Nengah Suastika,
M.Pd;
6. Ketua Prodi Ilmu Hukum sekaligus Pembimbing 2, Ibu Ratna Artha
Windari, S.H., M.H yang telah membantu banyak sekali dalam penulisan
skripsi ini sehingga penulis dapat mencapai gelar S.H sesuai target yang
telah direncanakan. Selain itu, terimakasih pula atas segala ilmu yang telah
diberikan kepada penulis selama masa perkuliahan;
ii
7. Bapak Dr. Dewa Gede Sudika Mangku, S.H., LL.M selaku Pembimbing 1
yang telah memberikan banyak literatur dan masukan-masukan selama
penyelesaian penulisan skripsi ini dan ilmu-ilmu Hukum Internasional
selama di kelas;
8. Ibu Gusti Ayu Apsari Hadi, S.H., M.H selaku Penguji yang sangat kritis
terhadap isi dan kesempurnaan skripsi yang penulis buat. Terimakasih bu
Aps atas segala kritik dan sarannya serta ilmu-ilmu yang telah diberikan di
kelas;
9. Staf Dosen di lingkungan Ilmu Hukum, Alm. Bapak Pursika, Bapak
Sudiatmaka, Ibu Rai, Pak Aldo, Bu tessa. Terimakasih penulis ucapkan atas
segala ilmu yang telah diberikan pada saat perkuliahan;
10. Bunda dan Ajik terimakasih atas segala kebaikan, perhatian dan nasihat-
nasihat kehidupan yang positif kepada penulis, semoga Bunda dan Ajik
selalu diberi kesehatan, dikelilingi oleh orang-orang baik dan semoga Bunda
dan Ajik selalu dilindungi Ida Sang Hyang Widhi Wasa;
11. Keluarga Teratai dengan segala kenangan indah didalamnya. Tante Man
terimakasih untuk semuanya; Kak Win, sosok kakak yang sering menjadi
tempat curhat, nonton drakor dan yang selalu bilang “Ayo yuk dikit lagi”
pada masa-masa penyelesaian skripsi ini (Makasi banyak Kak Win kekasih
hati Ji Chang Wook, hehe); Kak Am, sosok kakak yang selalu bilang “Selow
aja yang penting selesai”, terimakasih kak Am ya; Mbk Luh, terimakasih
mbk untuk wejangan-wejangannya yang selalu mengingatkan penulis untuk
mengejar cita-cita dan meningkatkan taraf hidup dan yang selalu bilang
“Gimana yuk? Kapan ujian?”; Inaaa, ponakan rasa sibling yang menjadi
teman cerita segala genre selama masa perkuliahan, teman berfoto ria dan
editing, pecinta mie pedas, kulineran, main instagram, lucu-lucuan dan
konyol bareng dan banyak lagi hal-hal dan aktivitas seru yang penulis
habiskan bersamanya. Ina kekasih hati Yoo Seung Hoo terimakasih ya
selalu support tante dan bilang “Tante udah selesai? Tar kita nonton” hehe;
Turah Rendra si kecil kesayangan nan lucu;
12. Sepupu Srikandi, Dian dan Nuri yang sering penulis hubungi di kala stress
melanda. Lavya sis;
iii
13. Keluarga besar Ibu di Bontihing terimakasih untuk semuanya, tanpa kalian
terasa mustahil bagi penulis bisa sampai pada tahap ini;
14. Keluarga besar Bapak di Bila, penulis ucapkan banyak terimakasih;
15. Sahabat REAL, Damaria, Omik dan Dekya. Terimakasih telah hadir menjadi
sosok sahabat yang always be there, selalu mengingatkan, menegur dan
mensupport penulis dalam dunia perkuliahan dan lain-lain. Y’all guys are
amazing to me;
16. Rekan-rekan Ilmu Hukum Kelas A TA 2015 (dengan pengecualian) yang
amat sangat beraneka ragam. Semangat ya, see you on top guys;
17. Rekan-rekan konsentrasi Hukum Internasional yang semangat dan solid
membara. Radit, Ucin, Rino, Nopik, Kalingga, Dayat. You’re the best guys;
18. Terimakasih untuk kamu;
19. Untuk semuanya yang tidak dapat penulis sebutkan satu persatu yang
membenci, menyayangi, mensupport, mencela, menyakiti dan mendoakan.
Terimakasih tanpa kalian hidup penulis kurang bermakna dan berwarna .
Penulis menyadari sepenuhnya bahwa apa yang tersaji dalam skripsi ini
masih jauh dari sempurna karena keterbatasan kemampuan dan ilmu pengetahuan
yang penulis miliki. Untuk itu demi kesempurnaan skripsi ini, penulis
mengharapkan segala kritik maupun saran yang sifatnya membangun dari berbagai
pihak. Penulis berharap skripsi ini dapat bermanfaat dan berguna bagi kita semua
khususnya bagi pengembangan dalam dunia pendidikan, khususnya Ilmu Hukum.
Penulis
iv
Oleh
ABSTRAK
By
LAW DEPARTMENT
ABSTRACT
.
vi
DAFTAR ISI
HALAMAN
PRAKATA ................................................................................................ i
ABSTRAK ................................................................................................ iv
BAB I PENDAHULUAN
RIWAYAT HIDUP
1
1
BAB I
PENDAHULUAN
sektarian yang terjadi antara etnis Rohingya yang sebagian besar adalah Muslim
konflik itu sendiri tak begitu jelas. Namun, beberapa sumber menyebutkan
bahwa kerusuhan itu merupakan buntut salah satu peristiwa perampokan dan
adalah etnis Rohingya. Namun, tindakan itu ternyata tak cukup mencegah
Myanmar itu. Pada tanggal 4 Juni, terjadi penyerangan terhadap bus yang
orang Muslim Rohingya tewas. Sejak itu, kerusuhan rasial di Rakhine pun
meluas (http://maxtroman.wordpress.com).
terbuka bahkan dapat mencapai tingkat intensitas kekerasan yang tinggi, dan
menelan banyak korban jiwa (Alfi, 2013:1-2). Konflik etnis Rohingya pun
semakin tidak terkendali sebagai akibat dari adanya tindakan diskriminatif yang
etnis Rohingya sebagai suku Bengali yang secara langsung menunjukan bahwa
mereka tidak menerima etnis Rohingya sebagai salah satu etnis di Myanmar.
tempat untuk tinggal dan perlindungan atas dirinya. Keadaan ini menyebabkan
of Refugees yang dalam bahasa Indonesia dikenal dengan Konvensi Tahun 1951
tinggalnya atau negaranya dengan alasan adanya ketakutan yang terbukti dapat
tidak dilaksanakan.
mencari tempat tujuan ataupun pada saat telah mendapatkan tempat tujuan.
menjadikan mereka sebagai sasaran para oknum yang tidak bertanggung jawab
dibentuknya United Nation High Commissioner For Refugees atau yang sering
Konvensi Tahun 1951 Tentang Status Pengungsi dan The 1967 Protocol
Relating to the Status of Refugees yang dalam bahasa Indonesia dikenal dengan
Protokol Tahun 1967 Tentang Status Pengungsi. Adanya lembaga khusus dan
terhadap pengungsi tidak hanya diberikan atau dilakukan oleh UNHCR saja
namun negara tempat dimana mereka memutuskan untuk tinggalpun tidak dapat
lepas tangan.
yang strategis dalam peta dunia dan telah menjadi salah satu tempat tujuan bagi
motif. Pada tanggal 7 Januari 2009, sebanyak 193 manusia perahu yang beretnis
198 manusia perahu yang juga berasal dari etnis Rohingya Bangladesh dan
Timur (Kadarudin, 2012: 132). Menurut data UNHCR pada Januari 2012,
terdapat tiga ribu dua ratus tujuh puluh lima (3275) pencari suaka dan seribu
lima puluh dua (1052) pengungsi yang terdaftar di UNHCR Jakarta. Selanjutnya
sampai akhir tahun 2014, terdapat empat ribu seratus tiga puluh satu (4131)
(21%), Sri Lanka (8%), dan Somalia (8%) yang terdaftar di UNHCR Jakarta
(http://unhcr.or.id).
5
laut yang mencakup lima (5) negara yakni Malaysia, Singapura, Filipina,
Thailand dan Vietnam. Kepala Sub Lalu Lintas Keimigrasian, Bayu Prawira
sikap menerima atau menolak kedatangan mereka. Jika melihat aspek hukum
internasional dalam hal ini, merupakan hak dan kewajiban Indonesia sebagai
Indonesia mau atau tidak menerima seseorang atau sekelompok pengungsi yang
preventif atau sebagai bentuk pertahanan negara dari gangguan asing, demi
melindungi dan menjaga stabilitas ekonomi juga politik negara, terutama bagi
Namun dalam aspek lain, bagi pengungsi hal ini merupakan hak setiap
Berdasarkan prinsip inilah maka Indonesia sebagai negara tujuan dari para
kemerdekaan, perdamaian abadi dan keadilan sosial …”, kalimat ini turut
atau biasa disebut dengan Konvensi Anti Penyiksaan 1987. Pasal 3 Konvensi
ini menyatakan bahwa negara peserta dari konvensi ini dilarang untuk mengusir
seseorang atau sekelompok orang yang memiliki cukup alasan bahwa ia berada
ini dengan dikeluarkannya Undang Undang Nomor 5 Tahun 1998 pada tanggal
:10).
Indonesia. Penulis tertarik untuk membuat sebuah tulisan hukum yang berjudul
8
Pengungsi Internasional”
2. Adanya tindakan kekerasan bahkan menelan korban jiwa yang dialami oleh
dengan meyatakan bahwa etnis Rohingya tidak diakui dan diberikan status
kewarganegaraan.
penelitian ini agar tidak keluar dari batasan-batasan materi yang akan dikaji.
secara sistematis.
paparkan, adapun rumusan masalah yang dapat penulis angkat sebagai berikut:
tersebut (Soekanto, 2015: 119). Adapun tujuan-tujuan yang hendak dicapai oleh
di Myanmar.
internasional.
internasional.
internasional.
11
BAB II
KAJIAN PUSTAKA
a) Yuridis
b) Sosiologis
c) Formal
d) Material
a) Segi Kelahiran
1) Ius Soli
2) Ius Sanguins
3) Asas Campuran
60).
14
b) Segi Perkawinan
2011: 60).
dari eksistensi pribadi individu atau manusia tersebut. Hak asasi tidak bisa
dilepas dengan kekuasaan atau dengan hal-hal lainnya. Apabila hal itu
hak orang lain merupakan tindakan yang tidak manusiawi. Kita wajib
asasi orang lain, karena itulah ketaatan terhadap aturan menjadi penting.
merupakan hak yang paling hakiki yang dimiliki oleh manusia dan tidak
dapat diganggu gugat oleh siapapun, oleh karena itu terhadap hak asasi
universal berarti tidak mengenal batas ruang dan waktu, nilai universal ini
hak asasi manusia mempunyai kedudukan atau derajat utama dan pertama
Prancis, Uni Soviet, dan Inggris, pada tanggal 10 Desember 1948 telah
menyatakan berlakunya hak asasi manusia. Hal ini berarti bahwa negara
Sejarah dan latar belakang lahirnya hak asasi manusia adalah karena
lahir dan merupakan karunia Tuhan Yang Maha Esa, tetapi dalam
kenyataannya sering kali kita masih melihat adanya suatu perbuatan yang
ada sejak zaman dahulu. Bahkan pengakuan terhadap hak asasi manusia
telah muncul dalam kitab-kitab suci dari berbagai agama dan dokumen-
rumahnya;
18
damai.
kebahagiaan.
manusia adalah jasmani-rokhani, atau raga dan jiwa, sifat kodrat manusia
makhluk Tuhan Yang Maha Esa (Kaelan dan Zubaidi, 2010: 101-102).
UUD 1945 yang sebenarnya lebih dahulu ada dibanding dengan Deklarasi
Universal PBB yang lahir pada 10 Desember 1948. Pengakuan hak asasi
20
Indonesia.
Pembukaan UUD 1945. Oleh karena itu, bisa dikatakan bahwa negara
Indonesia sendiri sejak masa berdirinya, tidak bisa lepas dari Hak
Asasi Manusia itu sendiri. Hal ini dapat dilihat pada alinea pertama
garis besarnya saja. Sampai pada berakhirnya era orde baru tahun
ada dalam UUD 1945, yaitu tertuang pada hak dan kewajiban warga
negara. Rumusan baru tentang hak asasi manusia tertuang dalam pasal
e. Ketetapan MPR
f. Peraturan Perundang-Undangan
22
(Pasal 20-27) ; Hak atas rasa aman (Pasal 36-42) ; Hak atas
(Pasal 43-44) ; Hak wanita (Pasal 45-51) ; Hak anak (Pasal 52-66).
MPR No. I/MPR/2003. hal ini disebabkan isi dalam ketetapan tersebut
disebutkan bahwa akar kata dari istilah pengungsi adalah ungsi dan kata
dari bahaya atau menyelamatkan diri (ke tempat yang memberikan rasa
aman) (Romsan dkk, 2003: 35). Pengungsi adalah kata benda yang berarti
23
seperti gunung meletus, gempa bumi, banjir dan lain- lain. Aktivitas
a) Malcom Proudfoot
negara asal mereka atau provinsi baru yang timbul akibat perang atau
adanya serangan udara dan adanya tekanan atau ancaman dari para
militer, serta pemulangan tenaga kerja paksa untuk ikut dalam perang
b) Pietro Verri
of Refugees tahun 1951 adalah “[it] applies to any person who has
2013:36-37).
2003:38).
dan juga tugas-tugas yang diemban oleh badan ini, yaitu memberikan
Mereka tidak dapat atau tidak bermaksud untuk melindungi diri dari
that country; or who, not having nationality and being outside the
1 Januari 1951 dan adanya rasa takut yang sangat akan persekusi
dari suatu peristiwa, dan tidak dapat, atau karena adanya rasa takut
27
“For the purpose of the present Protocol, the term “refugee” shall,
commited”.
diluar negara asalnya atau tempatnya menetap dan tidak bisa atau tidak
ketertiban umum.
keterkaitan yang erat dengan hak asasi manusia (Romsan dkk, 2003:83).
Sebagai sebuah cabang dari ilmu hukum yang baru lahir dan masih
berusia sangat muda, tentu saja definisi yang dikemukakan dibawah ini
August 1949;
dan
30
instrumen diatas paling tidak terdapat lima prinsip umum yang berkaitan
tahun 1951 ini mulai berlaku pada tanggal 22 April 1954 sesuai
hak dasar yang harus dimilki oleh seorang pengungsi dirinci secara
2003:88).
32
dkk, 2003:89).
Artinya negara boleh ikut serta pada Protokol tanpa harus menjadi
dalam:
asal).
1951 yang hanya enam negara saja yang ikut serta meratifikasi
sampai dengan tahun 1954. Situasi ini dilihat pada tugas yang
2003:89-90).
tugas yang diemban oleh organisasi ini merupakan tugas kemanusiaan yang
secara sukarela para pengungsi dan reintegrasi ke dalam negara asal mereka
untuk:
mengusulkan amandemennnya;
mengatasi pengungsi;
2003:169-170).
36
BAB III
METODE PENELITIAN
sistem yang harus dicantumkan dan dilaksanakan selama proses penelitian tersebut
dilakukan. Hal ini sangat penting karena menentukan proses sebuah penelitian
untuk mencapai tujuan. Selain itu, metode penelitian merupakan sebuah cara untuk
grand methode yaitu library research, ialah karya ilmiah yang didasarkan pada
literatur atau pustaka; field research, ialah penelitian yang didasarkan pada
Berdasarkan pada subyek studi dan jenis masalah yang ada, maka dari 3
(tiga) jenis grand methode yang telah disebutkan, dalam penelitian ini akan
Mengenai penelitian semacam ini lazimnya juga disebut “Legal Research” atau
semacam ini tidak mengenal penelitian lapangan (field research) karena yang
based, focusing on reading and analysis of the primary and secondary materials
dipilihnya jenis penelitian ini karena penulis akan mengkaji mengenai status
Selain itu, dalam penelitian ini juga mengkaji tentang bentuk perlindungan
hukum terhadap pengungsi yang ditinjau dari hukum positif yang bersifat
tentang Status Pengungsi dan Protokol Tahun 1967 tentang Status Pengungsi
yang memiliki relevansi dengan rumusan masalah kedua terkait dengan bentuk
38
mana yang akan diteliti dan mana yang tidak, atau untuk menentukan apakah
semua faktor yang berkaitan dengan penelitian akan diteliti atau akan
Ruang lingkup pada penelitian ini dibatasi pada analisis terhadap status
negara yang tidak meratifikasi Konvensi Tahun 1951 tentang Status Pengungsi
dasar yang dalam ilmu penelitian umumnya disebut data hukum sekunder
(Marzuki, 2005: 41). Adapun data sekunder yang diperoleh penulis dari sumber
Pengungsi.
pengungsi internasional;
internasional;
c. Bahan Hukum Tersier, yaitu bahan hukum yang memberikan petunjuk atau
(Ibrahim, 2006: 296). Adapun bahan hukum tersier yang digunakan dalam
1) Kamus Hukum
pada metode analisis yang integratif dan secara konseptual cenderung diarahkan
13).
42
makna dan jawaban yang terkait dengan rumusan masalah dalam penelitian ini
43
BAB IV
sendiri. Dalam hal ini terutama pada hal yang bersifat khusus dan segi-
1981: 13).
44
peristiwa pada masa lalu manusia serta merekontruksi apa yang terjadi
masa lalu.
yang terancam hukuman mati oleh Raja Arakan pada abad ke-18
menjadi “Rohingya”.
penyebaran agama. Pada abad inilah terjadi arus imigrasi umat Islam dari
(https://id.wikipedia.org).
Pada tahun 1784 Arakan diserang oleh Kerajaan Bamar raja Budha
otonomi daerah. Wilayah Arakan tak luput dari serangan penjajah Inggris
wilayah ini merupakan setengah Bengali dan setengah Magh, bahasa yang
pemerintah Myanmar, dan itu adalah salah satu alasan mengapa mereka
etnis Rohingya ini. Namun berdasarkan jejak dan rekam sejarah, etnis
seorang pemikir, ilmuwan, ahli logika dan sekaligus filosof terkenal saat
mengenai Athena sebagai suatu negara kota (polis) di masa Yunani Kuno
menjadi kata-kata kunci atau dikenal sebagai bagian dari Aristotle’s term,
bahasa Inggris. Ketiga istilah tersebut tidak bisa dipisahkan dan untuk
memahami satu hal, maka yang lain juga harus dipahami pula. Dikatakan
into the nature of the city (polis); and to understand that since the city is
36).
sebagai berikut:
2. Melalui perkawinan;
4. Melalui naturalisasi. Secara teknis, hal ini merujuk pada suatu situasi
menjadi warga negaranya. Adapun beberapa asas yang dikenal saat ini,
antara lain asas kewarganegaraan yang dilihat dari segi kelahiran yaitu
asas ius soli dan ius sanguinis sedangkan asas kewarganegaraan dari segi
(Soetoprawiro, 1996:3-4).
Asas ius soli yaitu prinsip yang mendasarkan diri pada pengertian
hukum mengenai tanah kelahiran, dan asas ius sanguinis yakni prinsip
yang mendasarkan diri pada hubungan darah (Azed, 1995: 4). Kedua
istilah ini berasal dari bahasa latin. Ius berarti hukum, dalil, atau pedoman.
Sedangkan soli berasal dari kata solum yang berarti negeri, tanah atau
tempat atau daerah. Dalam kaitan dengan asas kewarganegaraan ini, ius
dijadikan warganegara dari negara baru yang telah dipilih oleh mereka
sudah tentu penerapan asas ius soli adalah yang paling tepat (Charity,
2016: 815).
Berbeda dengan asas ius soli, asas ius sanguinis mendasarkan diri
dinamika pergaulan antar bangsa yang kian terbuka, kita tidak dapat lagi
tidak, dengan asas ius sanguinis maupun ius soli tidak dapat dilepaskan
Selain ius soli dan ius sanguinis yang dikategorikan sebagai dasar
yang ditinjau dari segi perkawinan yaitu asas kesatuan hukum dan asas
pada hukum yang sama. Ada banyak aspek positif yang akan
para anggota keluarga tunduk pada hukum yang sama. Asas persamaan
Kedudukan warga negara tidak terbatas hanya terkait dengan hak dan
sehingga tidak dapat diakui sebagai salah satu etnis Myanmar. Tidak
lain tidak diberikan izin usaha; pengenaan pajak yang tinggi bagi etnis
Rohingya; jika tidak dapat membayar pajak tersebut maka sebagian besar
lahan pertanian, tambak dan properti milik etnis Rohingya akan disita;
untuk keluar dari desa diperlukan izin dari otoritas lokal; etnis Rohingya
terjadi pada tengah malam dan dilakukan di depan suami dan anak-anak
buku dan catatan yang menghina Islam; masjid dan madrasah dihancurkan
2012: 95).
antara lain:
19. Operasi Na-Sa-Ka sejak 1992 hingga kini (Faniati, 2012: 96).
(Liliansa:2013).
dan hal ini sesuai dengan apa yang dimuat dalam regulasi hukum
Council of State may decide whether any ethnic group is national or not”,
asas yang lazim dijadikan pedoman bagi suatu negara. Sesuai dengan apa
yang telah penulis jabarkan sebelumnya bahwa asas tersebut adalah asas
ius soli dan ius sanguinis; dan asas kewarganegaraan dari segi
perkawinan, yaitu asas kesatuan hukum dan asas persamaan derajat. Ius
Law 1982 yang menyatakan bahwa: “Every national and every person
menganut asas ius soli sesuai dengan apa yang tercantum dalam Pasal 2
salah satu implikasi dari penerapan asas Ius Soli dan Ius Sanguinis
Rohingya
istilah UNHCR adalah salah satu specialized agency dari PBB yang
sekarang tidak diragukan lagi. Hal ini dapat dilihat dalam Advisory
pengungsi yang ada sebelumnya sebagai akibat dari Perang Dunia II dan
menerus meningkat;
orang terlantar;
reintegrasi ke dalam negara asal mereka atau jika hal itu tidak
Kedua aspek mandat UNHCR diatas terkait satu sama lain dan tidak
non politis. Tugas yang berupa tanggung jawab sosial dan bersifat
dalam kerangka hukum yang disetujui oleh semua negara, yaitu hukum
kewenangan untuk:
mengusulkan amandemennya;
membutuhkan perlindungan;
2005: 82)
63
diantaranya:
dari kewaganegaraannya;
status kewarganegaraannya;
hak kewarganegaraannya;
diakibatkan oleh hukum yang berlaku (de jure) atau karena warga
negara tidak diakui dalam prakteknya (de facto) (UNHCR, 2005: 82).
mengungsi dari rumahnya dan pergi ke bagian lain dari negara tersebut
negara. Hal ini sesuai dengan latar belakang utama terjadinya konflik
korban jiwa. Secara garis besar pada dasarnya etnis Rohingya telah
jangka panjang yang sesuai bagi mereka. Upaya yang diberikan oleh
yaitu:
14 Desember 1950. Konvensi tahun 1951 ini mulai berlaku pada tanggal
2003: 87).
perlindungan dari Konvensi. Beberapa hak dasar yang harus dimiliki oleh
Pasal 3 terkait dengan hak untuk mendapat perlakuan yang sama, Pasal 10
benda bergerak dan tidak bergerak, Pasal 14 hak atas karya seni dan hak
berikut:
Pasal 33.
seorang pengungsi.
II, terutama pengungsi yang timbul karena konflik politik di Afrika pada
tahun 1950-an dan tahun 1960-an. Kelompok pengungsi baru ini jelas
yang terjadi di Eropa sebelum 1 Januari 1951 atau kejadian yang terjadi
di Eropa atau dimana saja sebelum 1 Januari 1951 diganti. Protokol Tahun
tanpa harus menjadi peserta pada Konvensi Tahun 1951 tentang Status
Tahun 1951 tentang Status Pengungsi dan Protokol Tahun 1967 tentang
Hal ini didasari karena Indonesia merupakan negara hukum seperti apa
yang tertuang dalam Pasal 1 ayat (3) UUD Republik Indonesia Tahun
banyak hak-hak lain yang tidak dapat disebutkan secara satu persatu,
sejauh hak itu melekat kepada diri mereka sebagai individu manusia,
maka berlaku juga bagi seorang pengungsi (Romsan dkk, 2003: 138-139).
ekonomi, sosial dan budaya, yang berlaku utnuk semua orang, warga
negara dan juga yang bukan warga negara. Hak-hak yang disebutkan
2. ICCPR
a. Article 12:
Prinsip inilah dalam Konvensi Tahun 1951 tentang Status Pengungsi yang
(1) Tidak ada negara pihak yang akan mengusir atau mengembalikan
opini politiknya.
(2) Namun, keuntungan ketentuan ini tidak boleh diklaim oleh pengungsi
karena telah dijatuhi hukuman oleh putusan hakim yang bersifat final
negara itu.
Indonesia harus secara tegas dan sigap dalam mengambil tindakan apakah
secara manusiawi.
adapun dasar lain yang menjadi pendukung dari sikap Indonesia untuk
merupakan bukti yang kuat bahwa prinsip non refoulement didukung oleh
76
438).
memiliki sebuah prinsip yang menjadi tujuan negara Indonesia dimana hal
negara lain”. Hal inilah yang turut menjadi dasar hukum Indonesia untuk
orang dalam kalimat tersebut berarti tidak ada batasan setiap siapapun
memiliki cakupan yang luas terkait pengungsi namun sudah cukup untuk
1951 tentang Status Pengungsi dan Protokol Tahun 1967 tentang Status
mengatur secara spesifik dan kompleks terkait pengungsi dari luar negeri
dengan pengungsi.
80
BAB V
5.1 Simpulan
dimana asas ini mendasarkan diri pada hubungan darah. Selain itu, etnis
Bangladesh. Hal ini sesuai dengan apa yang dimuat dalam Pasal 2
UNHCR.
5.2 Saran
Protokol Tahun 1967 tentang Status Pengungsi serta produk hukum yang
2016 tentang Penanganan Pengungsi Dari Luar Negeri yang dimana aturan
ini hanya memuat tentang teknis penanganan terhadap pengungsi dari luar
negeri, maka dari itu diperlukan regulasi hukum yang memiliki kedudukan
pengungsi dimana didalamnya dimuat substansi yang lebih jelas dan tegas
penanganan terhadap pengungsi dari luar negeri sehingga kinerja unit kerja
BUKU
Abdulkadir, Muhammad, 2004. Hukum dan Penelitian Hukum. Bandung: PT. Citra
Aditya Bakti.
Azed, Abdul Bari, 1995. Intisari Kuliah Masalah Kewarganegaraan. Jakarta:
Indo Hill Co.
Bungin, Burhan, 2007. Penelitian Kualitatif. Jakarta: Kencana
Departemen Perlindungan Internasional UNHCR, 2005. Pengenalan tentang
Perlindungan Internasional. Switzerland: Komisariat Tinggi PBB
untuk Urusan Pengungsi.
Diantha, Pasek I Made, 2017. Metodologi Penelitian Hukum Normatif. Jakarta:
Prenada Media Group.
Effendi, A. Masyhur, 2005. Perkembangan Dimensi Hak asasi Manusia (HAM) &
Proses Dinamika Penyusunan Hukum Hak Asasi Manusia (HAKHAM).
Bogor: Ghalia Utama.
Gazalba, Sidi. 1981. Pengantar Ilmu Sejarah. Jakarta. Bharata
Ibrahim, Jhonny, 2006. Teori dan Metodologi Penelitian Hukum Normatif, Malang:
Bayumedia Publishing.
Kaelan dan Achmad Zubaidi, 2010. Pendidikan Kewarganegaraan Untuk
Perguruan Tinggi. Yogyakarta: Paradigma.
Kartodirdjo,Sartono, 1982. Pemikiran dan Perkembangan Historiografi Indonesia.
Jakarta: PT. Gramedia.
Krustiyanti, Atik, 2010. Penanganan Pengungsi Di Indonesia, Tinjauan Aspek
hukum Internasional & Nasional. Surabaya: Brilian Internasional.
Malanczuk, Peter, 1997. Akehurst's Modern Introduction to International Law.
United States: Taylor & Francis.
Marzuki, Peter Mahmud, 2005. Penelitian Hukum. Jakarta: Kencana Prenada
Media Group.
Romsan, Achmad dkk, 2003. Pengantar Hukum Pengungsi Internasional.
INTERNET
Academia, “HAM Internasional”. Tersedia pada https://www.academia.edu
(diakses pada 20 November 2018 pukul 10.30).
Academia, Muh. Aspar, “Metode Penelitian Hukum”. Tersedia pada
https://www.academia.edu (diakses pada 22 September 2018 pukul
15.00).
Bombastis, “4 Alasan Mengapa Etnis Rohingya Merasa Betah Mengungsi di
Indonesia Ketimbang Negara Lain”. Tersedia pada
https://www.boombastis.com (diakses pada 10 September 2018 pukul
14.00).
Klik Belajar, “Pengakuan dana Jaminan HAM dalam Deklarasi Internasional”.
Tersedia pada http://klikbelajar.com (diakses pada 20 November 2018
pukul 19.00).
Maxtroman, “Rohingya: Warga Negara Tanpa Negara”. Tersedia pada
https://maxtroman.wordpress.com (diakses pada 14 November 2018
pukul 20.00).
Okezone, “Sejarah Masyarakat Rohingya”. Tersedia pada dalam
http://news.okezone.com (diakses pada 6 Januari 2019 pukul 20.21
WIB).
UNHCR, “Who We Help”. Tersedia pada http://unhcr.or.id/refugees (diakses
tanggal 27 September 2018 pukul 11.30).
JURNAL/ARTIKEL ILMIAH
Alfi revolusi et al, 2013. Faktor-faktor Penyebab Konflik Etnis Rakhine dan
Rohingya di Myanmar Tahun 2012 (Causative Factors Rakhine and
Rohingya Ethnic Conflict in Myanmar in 2012).
Alunaza dan M. Kholit Juani, 2017. Kebijakan Pemerintah Indonesia Melalui
Sekuritisasi Mirasi Pengungsi Rohingya di Aceh Tahun 2012-2015.
Indonesian Perspective, Vol. 2, No.1.
Charity, May Lim, Desember 2016. Urgensi Pengaturan Kewarganegaraan Ganda
Bagi Diaspora Indonesia (The Urgency of The Dual Citizenship
Regulation for The Indonesian Diaspora). Jurnal Konstitusi, Vol 13,
No 4.
Mangku, Dewa Gede Sudika, 2013. Kasus Pelanggaran HAM Etnis Rohingya:
Dalam perspektif ASEAN. Media Komunikasi FIS, Vol. 12, No. 2.
Paramitha, Ni Made Maha Putri, April 2016. Peranan UNHCR Terhadap
Perlindungan Pengungsi Rohingya di Aceh Indonesia. UAJY’s
Library.
Riyanto, Sigit, 2010. Prinsip Non Refoulement dan Relevansinya dalam Sistem
Hukum Internasional. Mimbar Hukum, Vol. 22, No.3.
Rizki, Rika, 2015. Peran Office of The High Commisioner for Human Rights
(OHCHR) Menyelamatkan Kekerasan Etnis Muslim Rohingya di
Myanmar (2012-2014). Jom FISIP, Vol. 2, No. 1.
Rokilah, Desember 2017. Implikasi Kewarganegaraan Ganda Bagi Warga Negara
Indonesia. Jurnal Ajudikasi, Vol. 1, No.2.
Rosmawati, Desember 2015. Perlindungan terhadap Pengungsi/Pencari Suaka di
Indonesia menurut Konvensi 1951. Kanun Jurnal Ilmu Hukum, No.
67, Th. XVII.
Tilaar, Gracia Valencia, Maret-April 2017. Kajian Hukum Pelaksanaan Konvensi
Jenewa Tentang Pengungsi 1951 (Geneva Convention of Refugees)
dan Implementasi di Indonesia. Lex et Societatis, Vol. V,No. 2.
Tri Joko Waluyo, 2013. Konflik Tak Seimbang Etnis Rohingya dan Etnis Rakhine
di Myanmar. Jurnal transnasional Vol.4, No.2.
Winarno, 2015. Pemikiran Aristoteles Tentang Kewarganegaraan dan Konstitusi.
Humanika, Vol.21, No. 1.a
Zulkarnain, Desember 2017. Pengungsi dalam Perspektif Hubungan
Internasional. Jurnal Populis Vol.2, No.4.
KAMUS
Kamus Bahasa Inggris
Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI).
Kamus Hukum
SKRIPSI
Faniati, Tamia Dian Ayu. 2012. Tinjauan Hukum Internasional Terhadap Etnis
Yang Tidak Memiliki Kewarganegaraan: Studi Kasus Etnis Rohingya,
Myanmar. Skripsi Program Ilmu Hukum, Fakultas Hukum. Universitas
Indonesia.
RIWAYAT HIDUP
Kanak-Kanak di TK Tunas Maja Desa Bila dan lulus pada tahun 2004, kemudian
melanjutkan pendidikan Sekolah Dasar di SD Negeri 1 Bila dan lulus pada tahun
dan lulus pada tahun 2012, lalu penulis melanjutkan ke jenjang pendidikan
selanjutnya yakni di SMA Negeri 1 Kubutambahan dan lulus pada tahun 2015.
pendidikan ke jenjang yang lebih tinggi pada tahun 2015 di Universitas Pendidikan
Ganesha dengan mengambil Program Studi Ilmu Hukum dan pada tahun 2019