Anda di halaman 1dari 38

1

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Indonesia adalah Negara yang sangat kaya akan sumber daya alamnya,

salah satu sumber daya yang di miliki oleh Indonesia adalah bahan tambang

yang berupa minyak bumi, batu bara, timah, bijih besi, emas, tembaga, intan

dan nikel. Oleh karena itu banyak sekali perusahaan-perusahaan yang tambang

yang beroperasi Indonesia baik perusahaan dalam negeri maupun perusahaan

luar negeri dan sebagian sudah terdafatar di BEI (Bursa Efek Indonesia).

Tujuan utama perusahaan tersebut listing di BEI (Bursa Efek Indonesia) untuk

menambah pendanaan/modal perusahaan. Modal tersebut digunakan untuk

meningkatkan kinerja dan pertumbuhan perusahaan.

Investor adalah pihak yang paling berperan bagi keberlangsungan

perusahaan dan informasi sangat penting bagi investor dalam mengambil

keputusan apakah akan berinvestasi di perusahaan tersebut atau tidak.

Informasi tersebut di dapatkan dari perusahaan atau dari luar perusahaan,

informasi yang didapatkan dari perusahaan berupa laporan keuangan

sedangkan dari luar perusahaan berupa kondisi ekonomi Negara tempat

perusahaan tersebut berdomisili dan kebijakan pemerintah Negara tersebut.

Salah satu keadaan ekonomi disuatu Negara ialah kurs mata uang, mata

uang Indonesia sendiri selalu mengalami fluktuasi atau ketidaktetapan.

Fluktuasi kurs rupiah dapat mempengaruhi harga komoditi barang atau jasa
2

ekspor maupun impor di Indonesia, faktor terjadinya fluktuasi kurs adalah

dampak dari kondisi perekonomian global atau tinggi rendahnya permintaan

dan penawaran mata uang rupiah. Pada saat rupiah melemah kegiatan ekspor

akan menguntungkan karena akan menambah jumlah transakasi atau

bertambahnya permimtaan barang atau jasa dari luar negeri. Disisi impor

sebaliknya, pada saat rupiah melemah dibutuhkan banyak rupiah yang

dikeluarkan importir untuk membeli barang atau jasa dikarenakan naiknya

harga barang atau jasa dari luar negeri, maka ini adalah kerugian bagi

importir. Jika rupiah menguat kegiatan ekspor akan turun karena permintaan

barang atau jasa dari luar negeri berkurang dikarenakan harga barang atau jasa

dari Indonesia sendiri mahal. Sebaliknya bagi impor, dengan menguatnya kurs

rupiah mengakibatkan sedikitnya rupiah yang akan dikeluarkan importir untuk

mengimpor barang atau jasa dari dikarenakan harga barang/jasa dari luar

negeri murah.

Kebijakan pemerintah berkaitan dengan pertambagan minyak dan gas

bumi ialah DMO (Domestic Market Obligation). Menurut Undang-Undang

Nomor 22 Tahun 2001 tentang Minyak dan Gas Bumi. Peraturan

Pemerintah Nomor 35 Tahun 2004 tentang Kegiatan Usaha Hulu Minyak

dan Gas Bumi, dan Kontrak Kerja Sama antara Badan Pelaksana Kegiatan

Usaha Hulu Minyak dan Gas Bumi dengan Badan Usaha atau

Badan Usaha Tetap, terdapat kewajiban Badan Usaha atau Badan

Usaha Tetap untuk menyerahkan sebagian minyak dan gas bumi

dari bagiannya kepada negara melalui Badan Pelaksana Kegiatan Usaha

Hulu Minyak dan Gas Bumi untuk memenuhi kebutuhan dalam


3

negeri (Domestic Market Obligation). Artinya setiap pertambangan berupa

minyak dan gas bumi sebagiann hasil tambang harus di serahkan kepada

Negara melalui badan yang sudah ditunjuk untuk kebutuhan dalam negeri.

Untuk pertambangan batubara sendiri sebagian hasil tambangnya harus

diserahkan kepada PT PLN untuk kebutuhan listrik dalam negeri.

Isu pencabutan kebijakan DMO khusus batu bara pertengahan tahun 2018

ini terlihat menguntungkan bagi perusahaan-perusahaan tambang batu bara di

Indonesia, karena jika kebijakan tersebut benar-benar dicabut perusahaan

tidak perlu mengalokasikan hasil tambangnya kepada PT PLN sehingga

semua hasil tambang tersebut bisa di ekspor seluruhnya dan akhirnya dapat

meningkatkan laba perusahaan, walaupun mungkin disisi lain akan

merugikan PLN sebagai satu-satunya perusahaan listrik di Indonesia.

Pencabutan DMO tersebut bertujuan untuk meningkatkan ekspor di

Indonesia.

Melemahnya Rupiah juga dapat memberikan keuntungan bagi ekspotir di

Indonesia tak terkecuali eksportir batubara, barang yang diperjual belikan di

luar negeri yang biasanya menggunakan Dolar Amerika otomatis akan

mengalami kenaikan harga jika Dolar menguat. Kondisi ini bisa

dimanafaatkan perusahaan Tambang Batu Bara untuk menaikan penjualan

sehingga bisa mengahasilkan laba yang meksimal. Selain itu bisa menarik

investor untuk menginvestasikan modalnya diperusahaan tersebut. Akan

tetapi banyak investor tidak tertarik menginvestasikan modalnya di

perusahaan industri tambang khususnya batu bara.


4

Alasan beberapa investor tidak tertarik menginvestasikan modalnya di

perusahaan-perusahaan pertambangan khususnya Tambang Batu Bara ialah

karena sumber daya alam tersebut tidak dapat diperbaharui, meskipun

Indonesia kaya akan sumber daya alamnya terutama tambang beberapa

investor tidak tertarik karena ditakutkan tidak berpotensi memperoleh laba

dalam waktu yang jangka panjang karena sumber daya alam akan berkurang.

Investor lebih tertarik berinvestasi di bidang manufaktur dan property, karena

kebutuhan manusia semakin hari semakin banyak dan komplek ,selain itu

senakin banyaknya jumlah manusia dimuka bumi ini dibutuhkan tempat

tinggal atau bangunan yang lebih banyak sehingga dimata kebanyakan

investor perusahaan-perusahaan manufaktur dan manufaktur lebih

menguntungkan untuk masa jangka waktu yang lebih panjang. Selain itu

aturan pemerintah terkait pertambangan yang tidak konsisten mengakibatkan

investor enggan berinvestasi di industri pertambangan antara kebijakan fiskal

dan pajak yang tidak sikron membuat investor tidak berminat berinvestasi

dengan resiko yang tinggi.

Penelitian ini dilakukan bertujuan menguji apakah terdapat investor

terhadap terjadinya isu pencabutan politik DMO batubara dan melemahnya

kurs rupiah terhadap dolar. Berdasarkan uraian tersebut maka peneliti akan

melakuan penelitian yang berjudul ”Pengaruh Isu Pecabutan DMO dan

Melemahnya Kurs Rupiah Terhadap Minat Investor Berinvestasi di

Perusahaan Tambang Batubara yang Terdaftar di BEI”. Keunikan

penelitian ini dari penelitian terdahulu ialah terdapat lebih dari satu peristiwa.
5

1.2 Rumusan Masalah

Adanya peristiwa isu pencabutan DMO batubara dan melemahnya nilai

tukar rupiah yang memmiliki informasi membuat investor mempertimbangkan

kembali resiko dan return terhadap modal yang mereka tanamkan di

perusahaan industri batubara. Penelitian ini dilakukan untuk menguji reaksi

saham/return saham hasil peneilitian ini tidak mengahasilkan kesimpulan

yang seragam karena nanti terdapat pengaruh positif dan negatif yang

signifikan terhadap return saham. Sedangkan event study mengukur aktivitas

volume perdagangan yang akan mengakibatkan adanya meningkatan volume

akitivitas perdagangan. Rumusan masalah ini mengemukakan bebrapa

permasalahan yang terkait dengan judul diatas:

1. Apakah Isu pencabutan DMO (Domestic Market Obligation) dan melemahnya

kurs Rupiah berpengaruh terhadap minat investor berinvestasi di perusahaan

tambang batubara?

2. Apakah isu pencabutan kebijakan DMO (Domestic Market Obligation)

batubara berpengaruh terhadap minat investor berinvestasi di perusahaan

tambang batubara diukur dari abnormal return?

3. Apakah isu pecabutan kebijkan DMO (Domestic Market Obligation)

batubara berpengaruh terhadap minat investor berinvestasi di perusahaan

tambang batubara diukur dengan trading volume activity?

4. Apakah melemahnya kurs Rupiah berpengaruh terhadap minat investor

berinvestasi di perusahaan tambang batubara diukur dari abnormal return?


6

5. Apakah Melemahnya kurs rupiah berpengaruh terhadap minat investor

berinvestasi di perusahaan tambang batubara diukur dari trading volume

activity?

1.3 Tujuan Penelitian

Berdasarkan latar belakang dan rumusan masalah tersebut maka tujuan

penulis malakukan penelitian ini adalah:

1. Mengetahui pengaruh isu pencabutan kebijakan DMO (Domestic

Market Obligation) dan melemahnya kurs Rupiah terhadap minat

investor berinvestasi di perusahaan tambang batu bara.

2. Mengetahui abnormal return sebelum dan sesudah terjadinya peristiwa

Isu Pencabutan DMO batu bara.

3. Mengetahui trading volume activity sebelum peristiwa isu pencabutan

kebijakan DMO batu bara.

4. Mengetahui abnormal sebelum dan sesudah peristiwa melemahnya

Kurs Rupiah terhadapa Dolar.

5. Mengetahui trading volume activity sebelum dan sesudah peristiwa

Melemahnya Kurs Rupiah terhadap Dolar

1.4 Manfaat Penelitian

1. Manfaat teoritis

a. Bagi mahasiswa

Untuk menambah pengetahuan dampak sebuah sebuah peristiwa

terhadap harga saham dan mengembangkan kemampuan penelitian

mahasiswa.
7

2. Manfaat Praktis

a. Bagi perusahaan

Sebagai pertimbangan perusahaan dalam meningkatkan kinerja

perusahaan agar investor tertarik menanamkan modalnya.

b. Bagi pemerintah

Sebagai sarana pertimbangan pemerintah dalam mengambil atau

memebuat kebijakan.

c. Bagi Investor

Sebagai sarana informasi yang penting untuk melakukan tindakan

dalam investasi.
8

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Penelitian Terdahulu

Penelitian yang dilakukan oleh Rudengan, (2016) yang berjudul

“Reaksi Pasar atas Pelantikan Sri Mulyani Sebagai Menteri Keuangan

pada Juli 2016 (Studi pada Saham LQ 45)” menemukan hasil bahwa pasar

bereaksi atas dilaktiknya Sri Mulyani sebagai Menteri Keunagan pada Juli

2016.

Penelitian yang dilakukan oleh Aini (2016) dalam penelitiannya yang

berjudul ”Reaksi Pasar Modal Sebelum dan Sesudah Peristiwa Penguatan

Tertinggi Dolar US Terhadap Rupiah” penelitian ini menggunakan

variabel abnormal return dan trading volume activity manemukan hasil

bahwa terdapat signifikan terhadap abnormal return dan volume

perdagangan sebelum dan sesudah menguatnya Dolar US terhadap Rupiah.

Penelitian yang dilakukan oleh Wibowo (2017) yang berjudul ”Reaksi

Investor Pasar Modal Indonesia Terhadap Paket Kebijakan Ekonomi

Tahap I Jokowi-JK (Studi pada Saham LQ 45 Periode Agustus 2015-

Februari 2016” dalam penelitian ini hanya menggunakan abnormal return

sebagai variabel menemukan hasil bahwa terdapat signifikansi abnormal

return sebelum dan sesudah paket kebijakan ekonomi I Jokowo-JK.

Penelitian yang dilakukan oleh Lumenta,(2017) dalam penelitiannya

yang berjudul ”Reaksi Pasar Uang Terhadap Program Tax Amnesty Tahap
9

Pertama Periode Juli – 30 September 2016 di Indonesia” hasil penelitian

menunjukan kurs Dolar, Euro dan JYP menunjukkan perbedaan sesudah

di umumkannya Tax Amnesty sehingga berdampak positif pada Rupiah.

Penelitian yang dilakukan oleh Nanda (2017) dalam penelitiannya

yang berjudul ”Reaksi Pasar Modal Terhadap Kebijakan Tax Amnesty

Indonesia pada Saham LQ 45 Tahun 2016-2017” hasil penelitian

menunjukan bahwa tidak ada signifikansi Kebijakan Tax Amnesty terhadap

pasar.

Penelitian yang dilakukan oleh Utami,(2017) dalam penenelitiannya

yang berjudul “Reaksi Investor dalam Pasar Modal terhadap Menguatnya

Dolar Amerika Serikat pada Nilai Tukar Rupiah” penenilitian ini

menggunkan variabel abnormal return dan trading volume activity

menemukan hasil bahwa terdapat signifikan terhadap abnormal return dan

aktivitas volume perdagangan saham sebelum dan susudah peristiwa

menguatnya kurs Dolar Amerika Serika terhadap nilai tukar Rupiah.

Penelitian yang dilakukan oleh Liwe (2018) yang berjudul ”Reaksi

Investor dalam Pasar Modal atas Peristiwa Menguatnya Kurs Dolar

Amerika Serikat Terhadap Nilai Tukar Rupiah pada 26 Agustus 2015”

penelitian ini menggunakan abnormal return dan trading volume activity

sebagai variabel penelitian. Hasil penelitian terssebut menunjukan bahwa

terdapat signifikan terhadap abnormal return dan volume perdagangan

pada saham sebelum dan sesudah menguatnya kurs Dolar terhadap Rupiah.
10

2.2 Landasan Teori

2.2.1 DMO (Domestic Market Obligation)

Menurut peraturan Menteri Keuangan No 56/PMK.02 Tahun 2006

pasal 1 DMO (Domestic Market Obligation) adalah kewajiban Badan

Usaha atau Bentuk Usaha Tetap untuk menyerahkan sebagian

minyak dan gas bumi dari bagiannya kepada negara melalui Badan

Pelaksana dalam rangka penyediaan minyak dan gas bumi

untuk memenuhi kebutuhan dalam negeri yang besarnya

diatur didalam Kontrak Kerja Sama. (https:jdih.kemenkue.go.id)

DMO itu sendiri ditujukan pada badan usaha yang berbentuk

badan hukum yang menjalankan jenis usaha yang bersifat tetap, terus-

menerus dan didirikan sesaui dengan peraturan undang-undang yang

berlaku serta berkerja dan berkedudukan di wilayah Negara Kesatuan

Republik Indonesia dan badan usaha didirikan dan berbadan hukum

diluar wilayah Kesatuan Republik Indonesia dan wajib mematuhi

perundang-uandangan yang berlaku di Republik Indonesia. Badan

usaha tersebut melakukan kontrak kerja sama lain dalam kegiatan

eksplorasi dan eksploitasi yang lebih mengungtungkan Negara dan

hasilnya digunakan sebesar besarnya untuk kemakmuran rakyat.

(https:jdih.kemenkue.go.id)

Adanya peraturan DMO tersbut bertujuan untuk memenuhi

kebutuhan dalam negeri. Untuk DMO batubara itu sendiri

sebagaimana Keputusan Menteri Sumber Daya Mineral Republik


11

Indonesia 23K/30/MEM/2018 Tentang Harga Jual Batubara Untuk

Penyedia Tenaga Listrik Untuk Kepentingan Umum menetapkan

harga jual batubara untuk penyedia tenaga listrik untuk kepentingan

umum sebesar USD 70 (tujuh pulah Dolar) per metrik ton Free On

Board (FOB) Vessel yang disasrkan atas spesifikasi acuan pada kalori

6.322 kcal/kg, Total Moisture 8% (delapan persen), Total Sulphur

0.8% (nol koma delapan persen), dan Ash 15% (lima belas persen)

Keputusan Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral No

23K/MEM/2018 tentang penetapan presentase minimal penjualan

batubara untuk kepentingan dalam negeri (domestic market

obligation) kepada perusaah pemegang perjanjian karya perusahaan

pertambangan batubara tahap operasi produksi dan izin usaha

pertambangan operasi produksi batubara sebsar 25% (dua puluh lima

persen) dari rencana produksi batubara 2018 yang disetujui Menteri

dan Gubenur sesuai dengan kewenangan.

2.2.2 Kurs

Kurs merupakan harga suatu mata uang relatif terhadap mata uanga

negara lain. Kurs memainkan peranan penting dalam keputusan

pembelanjaan, karena kurs memungkinkan kita menerjemahkan harga-

harga dari berbagai Negara kadalam bahasa yang sama. (Ekanda,

2014:168)

Kurs menurut Sukirno (2010:379) adalah:


12

”kurs valuta asing dapat didefinisikan sebagai jumlah uang domestik


yang dibutuhkan, yaitu banyaknyaRupiah yang dibutuhkan untuk
memperoleh satu unit uang asing”
Nilai tukar ditentukan oleh banyaknya permintaan dan penawaran di

pasar mata uang asing. Para ahli menyebutkan ada dua nilai tukar, yaitu

nilai tukar nominal (nominal exchange rate) dan nilai tukar riil (real

exchange rate). Menurut Sukirno (2010:400) nilai tukar riil merupakan

nilai relatif dari barang-barang antar satu negara dengan negara lain.

Kurs valuta asing dapat didefinisikan sebagai jumlah uang domestik

yang dibutuhkan, yaitu banyaknya rupiah yang dibutuhkan untuk

memperoleh satu unit mata uang asing (Maharani, 2018).

Terdapat beberapa faktor yang dapat tiga mempengaruhi kurs di pasar

valuta asing, menurut Madura (2010:100) diantara adalah:

1. Tingkat Inflasi Relatif

Perubahan tingkat inflasi relatif dapat memengaruhi aktivitas

perdagangan internasional, yang memengaruhi permintaan dan

penawaran mata uang dan karenanya memengaruhi nilai tukar.

2. Suku Bunga Relatif

Perubahan tingkat bunga relatif mempengaruhi investasi dalam

sekuritas asing, yang memengaruhi permintaan dan penawaran mata

uang dan karenanya memengaruhi nilai tukar. Meskipun tingkat

bunga yang relatif tinggi dapat menarik aliran masuk asing (untuk

berinvestasi dalam sekuritas yang menawarkan hasil tinggi), tingkat

bunga yang relatif tinggi dapat mencerminkan ekspektasi inflasi


13

yang relatif tinggi. Karena inflasi tinggi dapat menempatkan tekanan

pada mata uang lokal, beberapa investor asing mungkin berkecil hati

dari berinvestasi dalam sekuritas dalam mata uang itu.

3. Tingkat Penghasilan Relatif

Faktor ketiga yang mempengaruhi nilai tukar adalah tingkat

pendapatan relatif. Karena penghasilan bisa mempengaruhi jumlah

impor yang diminta, itu dapat mempengaruhi nilai tukar.

4. Kontrol Pemerintah

Faktor keempat yang mempengaruhi nilai tukar adalah kontrol

pemerintah. Pemerintah asing negara-negara dapat mempengaruhi

ekuilibrium penukar dalam banyak hal, termasuk (1) memaksakan

hambatan valuta asing, (2) memaksakan hambatan perdagangan luar

negeri, (3) campur tangan (membeli dan menjual mata uang) di pasar

valuta asing, dan (4) mempengaruhi variabel makro seperti inflasi,

suku bunga, dan tingkat pendapatan.

5. Harapan

Faktor kelima yang mempengaruhi nilai tukar adalah ekspektasi

pasar terhadap nilai tukar masa depan. Seperti pasar keuangan

lainnya, pasar valuta asing bereaksi terhadap berita apa pun yang

mungkin ada efek masa depan. Berita tentang potensi lonjakan

inflasi A.S. dapat menyebabkan pedagang mata uang jual dolar,

mengantisipasi penurunan nilai dolar di masa depan. Respons ini

menempatkan tekanan langsung pada dolar. Banyak investor institusi

(seperti bank komersial dan perusahaan asuransi) mengambil posisi


14

mata uang berdasarkan pergerakan suku bunga yang diantisipasi di

berbagai negara.

6. Interaksi Faktor

Transaksi dalam pasar valuta asing memfasilitasi aliran perdagangan

atau keuangan. Transaksi valuta asing terkait perdagangan umumnya

kurang responsif terhadap berita. Namun, transaksi aliran keuangan

sangat responsif terhadap berita, karena keputusan untuk menahan

sekuritas dalam mata uang tertentu seringkali tergantung pada

antisipasi perubahan nilai mata uang. Terkadang faktor yang

berhubungan dengan perdagangan dan faktor keuangan berinteraksi

dan secara simultan mempengaruhi pergerakan nilai tukar.

7. Pengaruh Faktor di Berbagai Pasar Mata Uang

Setiap nilai tukar memiliki pasarnya sendiri, artinya permintaan dan

kondisi pasokannya sendiri. Dalam beberapa periode, sebagian besar

mata uang bergerak ke arah yang sama terhadap dolar. Ini biasanya

karena faktor mendasar tertentu di Amerika Serikat yang memiliki

dampak yang agak mirip pada kondisi permintaan dan penawaran di

semua mata uang di periode itu.

2.2.3 Investasi

Investasi merupakan penundaaan konsumsi masa sekarang untuk

memperoleh konsumsi dimasa yang akan datang, dimana didalamya

mengandung unsur resiko ketidakpastian sehingga dibutuhkan

kompensasi atas penundaan tersebut. (Zaniarti, 2017)


15

Sedangkan menurut Sunariyah (2010:4) investasi adalah

penanaman modal untuk untuk satu atau lebih aktiva yang dimiliki dan

biasanya berjangka waktu lama dengan harapan mendapatkan

keuntungan dimasa-masa yang akan datang. Menurut Halim investasi

pada hakekatnya merupakan penempatan sejumlah dana pada saat ini

dengan harapan untuk memperoleh keuntungan dimasa yang akan

datang. (Fahmi dan Hadi, 2011:4)

Dari beberapa pendapat diatas dapat disimpulkan investasi adalah

penanaman modal untuk digunakan dalam produksi yang efesien dalam

periode tertentu perusahaan dengan tujuan mendapatkan keuntungan

dimasa yang akan datang.

Menurut Suraniyah (2010:4) investasi dalam arti luas terbagi dua

bagian yaitu:

1. Investasi dalam bentuk aktiva riil (riil esset) berupa aktiva berwujud

seperti emas, perak, intan, barang-barang seni dan real estate.

2. Investasi dalam bentuk surat-surat berharga (financial asset) berupa

surat-surat berharga yang pada dasarnya merupakan klaim atas aktiva

riil yang dikuasai oleh entitas. Pemilihan aktiva financial dalam

rangka investasi pada sebuah asset dapat dilakukan oleh dua cara

yaitu:

a. Investasi Langsung

Investasi Langsung (direct Investment) adalah penanaman modal

secara langsung dalam bentuk pendirian perusahaan yang pada


16

awalnya dikelola sendiri oleh sipenanam modal tersebut,

keuntungan dan kerugian ditanggung sendiri dan biasanya

memerlukan waktu jangka panjang, pengembalian modal dalam

waktu tidak terbatas.

b. Investasi Tidak Langsung

Investasi tidak langsung (indirect investment) yaitu penanaman

modal pada perusahaan lain yang sudah berdiri dengan cara

pembelian saham perusahaan lain, dengan harapan untuk

mendapatkan bagian dari keuntungan perusahaan dalam bentuk

dividen.

Dilihat dari segi waktu (lamanya), investasi dapat diklasifikasikan

menjadi dua golongan, yaitu Investasi Jangka Pendek dan Investasi

Jangka Panjang (Mudjiyono, 2012).

1. Golonganpertama, investasi Jangka Pendek yaitu investasi yang

dapat segera dicairkan dan dimaksudkan untuk dimiliki selama

setahun atau kurang dengan tujuan memberdayakan kas supaya

mendapatkan keuntungan dari penjualan surat berharga dikumudian

hari jika harga surat berharga yang dimiliki kursnya lebih tinggi dari

pada kurs beli atau untuk mendapatkan capital gain dan juga agar

tidak terjadi kas menganggur (idle cash).

2. Sedang investasi jangka panjang adalah investasi selain investasi

lancar yang kepemilikannya lebih dari periode akuntansi dan

biasanya dimiliki lebih dari 5 tahun. Perusahaan melakukan investasi

dengan alasan yang berbeda-beda.Bagi beberapa perusahaan,


17

aktivitas investasi merupakan unsur penting dari operasi perusahaan,

dan penilaian kinerja perusahaan mungkin sebagian besar, atau

seluruhnya bergantung pada hasil yang dilaporkan mengenai

aktivitas ini. Beberapa perusahaan melakukan investasi sebagai cara

untuk menempatkan kelebihan dana dan beberapa perusahaan lain

melakukan perdagangan.

2.2.4 Saham

Saham adalah salah satu surat berharga yang diperdagangkan di pasar

modal. Menurut Tjiptono dan Fakhruddin (2012:5) saham adalah tanda

pernyertaan atau kepemilikan sesorang atau badandalam suatu

perusahaan atau perseorangan terbatas. Saham berwujud selembar kertas

yang menerangkan bahwa pemilik kertas tersebut adalah pemilik

perusahaan yang menerbitkan surat berharga tersebut.

Sedangkan menuerut Martalena dan Melinda (2011:12) saham

adalah:

”Saham dapat didefinisikan sebagai penyertaan modal seorang atau


pihak (badan usaha) dalam suatu perusahaan atau perseorangan terbatas.
Dengan menyertakan modal tersebut maka pihak tersebut memiliki klaim
atas rapat pendapat perusahaan, klaim atas asset perusahaan dan berhak
hadir dalam Rapat Umum Pemegang Saham.”

Saham yang diterbitkan emiten ada dua macam, yaitu saham biasa

(common stock) dan saham istimewa (preffered stock). Perbedaan saham

ini berdasarkan pada hak yang melekat pada saham tersebut. Hak tersebut

meliputi hak atas penerimaan deviden, memperoleh bagian kekayaan jika

perusahaan dilikuidasi setelah dikurangi semua kewajiban (Sudirman,

2015:16).
18

Pada suatu saham terdapat tiga nilai (Sudirman.2015:16), yaitu:

a. Nilai nominal adalah nilai yang tercantum pada saham tersebut.

b. Nilai instrinsik adalah nilai saham pada saat diperdagangkan.

c. Nilai efektif adalah nilai yang tercantum pada kurs resmi kalau

saham tersebut diperdagangkan di Pasar Bursa

Selain nilai di atas, ada manfaat yang diperoleh dari pemilikan

saham antara lain:

a. Deviden, yaitu bagian dari keuntungan yang dibagikan kepada

pemilik saham.

b. Capital gain, yaitu keuntungan yang diperoleh dari selisih positif

harga beli dan harga jual saham.

c. Manfaat non finansial, yaitu mempunyai hak suara dalam aktivitas

perusahaan.

2.2.5 Pasar Modal

Pasar modal sama seperti pasar pada umumnya, yaitu tempat

bertemunya antara penjual dan pembeli. Di pasar modal, yang

diperjualbelikan adalah modal berupa hak kepemilikan perusahaan dan

surat pernyataan hutang perusahaan. Pembeli modal adalah individu atau

organisasi dan lembaga lain yang bersedia menyisihkan kelebihan

dananya untuk melakukan kegiatan yang menghasilkan pendapatan

melalui pasar modal, sedangkan penjual modal adalah perusahaan yang

memerlukan modal atau tambahan modal untuk keperluan

pengembangan usaha .Pasar modal, yaitu pasar yang dikelolah secara

terorganisir dengan aktivitas perdagangan surat berharga, seperti saham,


19

obligasi, option, warrant, right, dengan menggunakan jasa perantara,

komisioner, dan underwriter (Sudirman, 2015:11)

Pengertian pasar modalmenurut (Martalena dan Maya Melinda,

2011:2) menyatakan bahwa:

”Pasar modal merupakan pasaruntuk berbagi instrumen keuangan


jangka panjang yang bisa diperjualbelikan, baik surat utang (obligasi),
ekuitas (saham), reksadana, instrumen derivative maupun instrumen
lainnya. Pasar modalmerupakan sarana pendanaan bagi perusahaan
maupun institusi lain (seperti pemerintah), dan sebagai sarana kegiatan
berinvestasi, dengan demikian pasar modal memfasilitasi berbagai saran
dan prasarana kegiatan jual beli dan kegiatan terkait lainnya”.

Pada pasar modal ada berbagai jenis pasar yang dikenal untuk

menawarkan Efek (Sudirman, 2015:14), antara lain:

1. Pasar Perdana

Pasar Perdana adalah pasar dalam masa penawaran Efek dan

perusahaan penjual Efek (emiten) kepada masyarakat untuk pertama

kalinya.Pasar Perdana terjadi pada saat perusahaan emiten menjual

sekuritasnya kepada investor umum untuk pertama kalinya. Sebelum

menawarkan saham di Pasar Perdana, perusahaan emiten terlebih

dahulu akan mengeluarkan informasi mengenai perusahaan secara

detail (prospectus). Prospektus berfungsi untuk memberikan

informasi mengenai kondisi perusahaan kepada calon

investor,sehingga investor dapat mengetahui prospek perusahaan di

masa datang dan dan tertarik untuk membeli sekuritas yang

diterbitkan olehemiten.Dalam menjual sekuritasnya, perusahaan

umumnya menggunakan jasa profesional dan lembaga pendukung

pasar modal untuk membantu menyiapkan berbagai dokumen serta


20

persyaratan yang diperlukan untukgo public. Di Indonesia, proses

penawaran umumnya adalah Initial Public Offening (IPO) di Pasar

Perdana.

2. Pasar Sekunder

Pasar Sekunder adalah penjualan Efek setelah penjualan pada Pasar

Perdana berakhir. Pada pasarsekunder ini harga Efek ditentukan

berdasarkan kurs suatu Efek tersebut. Naik turunnya kurs ditentukan

oleh daya tarik menarik antara permintaan dan penawaran Efek

tersebut. Bagi Efek yang dapat memenuhi syarat listing dapat

menjual Efeknya dalam Bursa Efek, sedangkan bagi Efek yang tidak

dapat memenuhi syarat listing dapat menjual Efeknya di luar Bursa

Efek.

3. Pasar Paralel

Pasar Paralel adalah merupakan pelengkap Bursa Efek yang ada.

Bagi perusahaan yang menerbitkan Efek dan akan menjual Efeknya

melalui Bursa dapat dilakukan melalui Bursa paralel. Bursa paralel

diselenggarakan oleh Persatuan Perdagangan Uang dan Efek-Efek.

Terdapat lima instrument pasar modal munurut Sudirman (2015:16)

antara lain:

1. Saham

Saham adalah sertifikat yang menunjukkan bukti kepemilikan suatu

perusahaan, dan pemegang saham memiliki hak klaim atas

penghasilan dan aktiva perusahaan. Harga sebuah saham sangat

dipengaruhi oleh hukum permintaan dan penawaran, harga suatu


21

saham akan cenderung naik bila suatu saham mengalami kelebihan

permintaan dan cenderung turun jika terjadi kelebihan penawaran.

Saham adalah salah satu Efek pasar umumnya dijual di pasar modal

(Bursa Efek) adalah saham. Saham adalah bukti penyertaan modal

pada suatu Perseroan Terbatas (PT).

2. Obligasi

Obligasi adalah surat pengakuan utang suatu perusahaan yang akan

dibayar pada waktu jatuh tempo sebesar niali nominalnya. penerbitan

obligasi ini membutuhkan persyaratan berupa pendapatan yang stabil

bagi penerbit obligasi.Pendapatan yang stabil merupakan syarat

mutlak agar obligasi dapat dilunasi, dan harga obligasi akan diterima

oleh pasar. Perusahaan yang menggunakan dana obligasi untuk

membiayai kegiatan usaha yang bersifat tidak stabil atau yang

terpengaruh oleh siklus ekonomi, maka akan terancam gagal

dalammelunasi kupon atau pokoknya.

3. Option

Option adalah surat berharga yang dikeluarkan oleh seseorang atau

lembaga (bukan emiten) untuk memberikan hak kepada

pemegangnya untuk membeli saham (Call Option).

4. Warrant

Warrant adalah surat berharga yang dikeluarkan oleh perusahaan

yang memberikan hak kepada pemegangnya untuk membeli saham

perusahaan dengan persyaratan yang telah ditentukan sebelumnya.

5. Right Issue
22

Setelah penawaran umum perdana (IPO), emiten dapat melakukan

penambahan modal, yaitu dengan melakukan penawaran umum

terbatas atau yang lebih dikenal dengan sebutan right issue. Right

issue adalah surat yang diterbitkan oleh perusahaan yang memberi

hak kepada pemegangnya (pemilik saham biasa) untuk membeli

tambahan saham pada penerbitan saham baru.

Undang-Undang Pasar Modal No. 8 tahun 1995 tentang Pasar Modal

mendefinisikan pasar modal sebagai “kegiatan yang bersangkutan dengan

Penawaran Umum dan perdagangan Efek, Perusahaan Publik yang berkaitan

dengan Efek yang diterbitkannya, serta lembaga dan profesi yang berkaitan

dengan Efek” (https://www.idx.co.id/investor/pengantar-pasar-modal/).

2.2.6 Event Study (Studi Peristiwa)

Studi peristiwa adalah metode statistik dari penyelidikan empiris

hubungan antara harga sekuritas dan peristiwa ekonomi. Sebagian besar

studi peristiwa berfokus pada perilaku harga saham untuk menguji

apakah perilaku stokastik mereka dipengaruhi oleh pengungkapan

peristiwa spesifik perusahaan. Dalam konteks perusahaan, kegunaan

studi peristiwa muncul dari fakta bahwa besarnya kinerja abnormal pada

saat suatu peristiwa memberikan ukuran dampak yang tidak terduga dari

jenis peristiwa ini pada kekayaan pemegang saham, perusahaan

menyajikan bukti yang berguna tentang bagaimana harga saham

merespons informasi. Banyak studi fokus pada pengembalian dalam

jangka panjang sementara yang lain fokus pada jendela pendek, beberapa

hari di sekitar peristiwa. Manfaat dari pendekatan jangka pendek


23

berpusat pada fakta bahwa, dengan pengembalian yang diharapkan setiap

hari mendekati nol, model untuk pengembalian yang diharapkan

cenderung tidak memiliki pengaruh besar pada kesimpulan tentang

pengembalian abnormal (Elad, 2017).

Dalam penelitian studi peristiwa (event study) terdapat masalah yang

sering muncul terkaitdengan bagaimana menentukan panjang periode

pengamatan. Menurut Jogiyanto (2015:23), jika periode penelitian yang

digunakan terlalu pendek, peristiwa yang terjadi memang dapat

ditangkap, akan tetapi pengaruh atau efeknya tidak dapat ditangkap

secara keseluruhan dan akan semakin mengurangi uji statistiknya.

Periode penelitian yang terlalu panjang juga tidak baik, karena peristiwa

lainnya yang akan mengganggu (confounding events) dapat tertangkap,

sehingga akan semakin sulit untuk mengontrol efek-efek pengganggu.

Langkah-langkah event study menurut MacKinley dalam

Mardiyanti dan Khasanah (2011:78) adalah sebagai berikut:

1. Mendeskripsikan event yang terjadi, berupa informasi yang

dibutuhkan pemegang saham.

2. Menyusun teori mengenai respon pasar terhadap informasi yang

dijadikan event yang diteliti.

3. Menetukan kriteria sampel tang akan diteliti.

4. Menentukan sebuah event windows (periode pengamatan) yang

tepat, sesuai event yang diteliti.

5. Melakukan eleminasi yang memiliki event lain pada periode

pemangantan.
24

6. Membandingkan keadaan sebelumdan sesudah event.

2.2.7 Abnormal Return

Jogiyanto (2015:647), abnormal return merupakan kelebihan dari

imbal hasil yang sesungguhnya terjadi (actual return) terhadap imbal

hasil normal. Imbal hasil normal merupakan imbal hasil ekspektasi

(expected return) atau imbal hasil yang diharapkan oleh investor. Dengan

demikian imbal hasil tidak normal (abnormal return) adalah selisih

antara imbal hasil sesungguhnya yang terjadi dengan imbal hasil

ekspektas. Menurut Jogiyanto (2015:205) actual return adalah return

yang sudah terjadi yang dapat dihitung berdasarkan data historis,

sedangkan expected return adalah return yang diestimasikan dari

keuntungan yang diharapkan oleh investor (Jogiyanto, 2015:648).

Abnormal return merupakan kelebihan dari return yang

sesungguhnya terjadi terhadap normal return yang merupakan return

yang diharapkan oleh investor (expected return) (Hartono, 2013:609).

Abnormal return adalah selilih antara return sesungguhnya yang terjadi

dengan return ekspektasi

2.2.8 Trading Volume Activity

Trading Volume Activity menunjukan aktivitas perdagangan saham

dan mencerminkan seberapa aktif dan likuid suatu saham

diperdagangkan dipasar modal. Volume perdagangan saham merupakan

instrumen yang dapat digunakan untuk melihat reaksi pasar modal

terhadap informasi publikasi laporan keuangan melalui parameter

pergerakanmaktivitas perdagangan saham dipasar modal. Hal ini sangat


25

penting bagi investor, karena volume perdagangan saham

menggambarkan efek yang diperjualbelikan dipasar modal. Naiknya

volume perdagangan saham merupakan kenaikan aktivitas jual beli para

investor di bursa. Semakin meningkat volume penawaran dan permintaan

suatu saham, semakin besar pengaruhnya terhadap fluktuasi harga saham

di bursa dan semakin meningkatnya volume perdagangan saham

menunjukan semakin diminatinya saham tersebut oleh masyarakat

sehingga akan membawa pengaruh terhadap naik turunnya harga saham

(Liwe, 2018).

Volume perdagangan saham merupakan gambaran tentang kondisi

efek yang diperjualbelikan di pasar modal. Besarnya variabel volume

perdagangan dapat diketahui dengan mengamati kegiatan perdagangan

saham melalui indikator likuiditas saham yang diukur dengan aktivitas

volume perdagangan (Trading Volume Activity). Trading volume activity

merupakan suatu instrument yang dapat digunakan untuk melihat

reaksi pasar terhadap suatu informasi melalui parameter volume

perdagangan di pasar modal. Hal ini dikarenakan TVA berbanding lurus

dengan likuiditas saham, semakin tinggi nilai TVA sebuah saham

mempunyai makna bahwa suatu saham dapat dijual dengan mudah

karena banyak yang bersedia membeli saham tersebut sehingga saham

tersebut mudah dikonversi menjadi uang kas atau dengan kata lain saham

tersebut memiliki tingkat likuiditas yang tinggi. Jika TVA semakin besar

maka saham semakin likuid, sebaliknya jika TVA semakin kecil maka

saham tersebut tidak likuid. (Panjaitan, 2013).


26

2.2.9 Periode Jendela

Periode jendela (window period) atau jendela peristiwa (event

window) atau periode peristiwa (event period) merupakan periode

peristiwa beserta pengaruhnya. Disebut dengan jendela (window) karena

seperti halnya jendela rumah, suatu peristiwa yang sedang terjadi dan

efek dari peristiwa yang diamati lewat jendela yang ada. (Jogiyanto,

2010:22).

Lamanya waktu pengamatan periode jendela bervariasi tetapi

Paterson memberikan patokan umum yang dapat digunakan yaitu

berkisar 3 hari sampai 121 hari untuk data harian dan 3 bulan sampai 121

bulan untuk datan bulanan. (Mardiyati dan Khasanah, 2011:78)

t- t0 t+

2.3 Kerangka Konseptual

Prusahaan Industri
Tambang Batubara

Isu Pencabutan DMO Melemahnya Kurs


Batubara Rupiah

Abnormal Trading Trading


Activity Abnormal
Return Activity
Volume Return
sebelum dan Volume
sebelum dan sebelum dan
sesudah Isu sebelum dan
sesudah Isu sesudah
Pencabutan sesudah
Pencabutan Melemahnya
DMO Melemahnya
DMO Kurs Rupiah
Batubara Kurs Rupiah
Batubara
27

2.4 Hipotesis

Hipotesis dalam penelitian ini adalah:

Ha : Terdapat reaksi signifikan investor terhadap peristiwa isu pencabutan

DMO batubara dan melemahnya kurs Rupiah

Ha1: Terdapat perbedaan abnormal return saham sebelum dan sesudah

peristiwa isu pencabutan DMO batubara.

Ha2: Terdapat perbedaan trading vouime activity saham sebelum dan

sesudah peristiwa isu pencabutan DMO batubara

Ha3: Terdapat perbedaan abnormal return saham seblum dan sesudah

peristiwa melemahnya kurs Rupiah

Ha4: Terdapat perbedaan trading volume activity sebelum dan sesudah

peristiwa melemahnya kurs Rupiah


28

BAB III

METODE PENELITIAN

3.1 Jenis, Lokasi, Dan Waktu Penelitian

3.1.1 Jenis Penelitian

Penelitian ini merupakan event study. Studi peristiwa (event study)

merupakan study yang memperlajari reaksi pasar terhadap suatu

peristiwa, yang informasinya dapat dipublikasikan sebagai suatu

pengumuman. Event study digunakan untuk menguji kadungan

informasi (information content) dari suatu pengumuman (Hartono,

2013:555)

Peristiwa yang diuji ialah isu pencabutan kebijakan Politik DMO

(Domestic Market Obligation) dan melemahnya kurs Rupiah. Informasi

dari kedua peristiwa tersebut akan diuji terhadap reaksi para investor

menggunakan abnormal return dan trading volume activity.

3.1.2 Lokasi Penelitian

Penelitian dilakukan pada perusahaan industri tambang batubara

yang listing di BEI pada tahun 2018. penelitian ini dilakukan dengan

mengakses situs www.idx.co.id.

3.1.3 Waktu Penelitian


29

Waktu penelitian ini dilakukan pada bulan September 2018 sampai

dengan selesai.

3.2 Populasi Dan Sampel

3.2.1 Populasi

Populasi adalah keseluruhan dari objek atau subyek penelitian

(Arikunto, 2013:173). Sedangkan menurut Sugiyono (2013:117)

populasi adalah generalisasi yang terdiri atas obyek/subyek yang

mempunyai kualitas dan karakteristik tertentu yang ditetapkan oleh

peneliti untuk dipelajari dan kemudian ditarik kesimpulannya. Adapun

populasi dalam penelitian ini adalah perusahaan yang terdaftar di Bursa

Efek Indonesia. Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh

perusahaan tambang batu bara yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia.

3.2.2 Sampel

Sampel adalah suatu bagian dari keseluruhan populasi. Metode

penentuan sampel yang digunakan ini adalah purposive sampling, yaitu

metode sampel yang berdasarkan pertimbanngan-pertimbangan tertentu

dengan tujuan untuk mendapatkan sampel yang sesuai dengan kriteria

yang ditentukan dengan kriteria yang dtentukan.

Pengambilan sampel didasarkan dengan kriteria sebagai berikut:

1. Perusahaan industri tambang batu bara yang telah terdaftar di Bursa

Efek Indonesia (BEI) tahun 2018 dengan kriteria:

a. Perusahaan industri tambang batu bara menerbitkan saham di

Bursa Efek Indonesia (BEI).

b. Melakukan ekspor.
30

c. Produksi tambang 3,4 s/d 37,8 jutan ton per tahun.

2. Periode peristiwa yang dilakukan dalam penelitian ini adalah 11

hari yaitu 3 sebelum peristiwa 5 hari saat peristiwa dan 3 hari

sesudah peristiwa

3. Data penutupan harga saham (closing price).

4. Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG)

5. Tanggal terjadinya peristiwa isu pencabutan DMO yaitu tanggal

28, 29, 30, dan 31 Juli 2018.

6. Tanggal peristiwa melemahnya kurs Rupiah 2,3,4 dan 5 Oktober

2018.

3.3 Definisi Operasional Variabel

3.3.2 Abnormal Return

Abnormal return adalah selilisih antara tingkat keuntungan

sebenarnya dengan tingkat keuntungan yang diharapkan. Cara

menghitung abnormal return adalah;

RTNi,t = Ri,t – E(Ri,t)

Dimana,

RTNi,t :Return tidak normal (abnormal return) sekuritas ke-i


pada periode peristiwa ke-t
Ri,t :Return yang sesungguhnya terjadi untuk sekuritas ke-i
pada periode peristiwa ke-t
E(Ri,t) :Peturn ekspektasi sekuritas ke-i pada periode peristiwa
ke-t
Sedangkan untuk menghitung return sesungguhnya ialah:
31

Pi,t−Pi,t−1
Ri,t = Pt−1

Dimana:

Ri,t : Return realisasi i pada peristiwa ke t


Pi,t : Harga sekuritas i pada peristiwa ke t
Pt-1 : Harga kekuritas i pada peristiwa ke t-1

3.3.2 Trading Volume Activity

TVA digunakan untuk mengukur likuiditas saham bukan untuk

mengukur abnormal return. TVA dianalisis dengan melihat rata-

rata 5 hari sebelum dan sesudah perusahaan melakukan aksi atau

suatu peristiwa. Cara mengukur TVA adalah;

Jumlah sahan yang diperdagangkan


TVA=
Jumlah saham yang beredar

3.3 Sumber Dan Metode Pengumpulan Data

3.3.2 Sumber Data

Jenis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data

sekunder. Data sekunder merupakan data yang diperoleh dari pihak

lain, peneliti tidak langsung memperoleh informasi dari subyeknya.

Biasanya data sekunder berupa data dokumentasi atau data laporan

yang telah tersedia.

3.3.3 Metode Pengumpulan Data

Teknik pengambilan data dalam penelitian ini adalah teknik

dokumntasi, dapat diartikan sebagai suatu cara pengumpulan data

yang diperoleh dari dokumen-dokumen yang ada atau catatan-


32

catatan yang tersimpan, baik itu berupa catatan transkrip, buku, surat

kabar, dan lain sebagainya.

3.4 Metode Analisis Data

3.5.1 Statistik Deskriptif

Jenis analisis data yang digunakan pada penelitian ini adalah teknis

analisis kuantitatif, analisis ini merupakan kegiatan sesusudah data

dari seluruh sumber telah terkumpul. Penelitian ini juga menngunakan

analisis statistik deskriptif yaitu menggambarkan data yang telah

terkumpul sebagimana adanya tanpa maksud membuat kesimpulan

yang berlaku umum.

Ghozali (2013:19) Dalam statistik deskriptif dapat memberikan

gambaran atau deskriptif pada suatu data yang dilihat dari nilai rata-

rata (mean), standar deviasi, maksimum, dan minimum. Statistik

deskriptif dimaksud untuk memberikan gambaran distribusi dan

perilaku dari sampel tersebut.

6.5.2 Uji Normalitas

Uji normalitas bertujuan untuk menguji apakah dalam model

regresi variabel pengganggu, atauresidual memiliki disrtibusi normal

(Ghozali, 2013:160). Data yang berdistribusi normal akan

memperkecil kemungkinan terjadinya bias. Dalam penelitian ini,

untuk mengetahui kenormalan distribusi data menggunakan

Kolmogorov-Smirnov Test melalui program SPSS. Apa bila nilai

Asymp. Sig. suatu variabel lebih besar dari level of significant 5% (>

0.050) maka variabel tersebut terdistribusi normal, sedangkan jika


33

nilai Asymp. Sig. suatu variabel lebih kecil dari level of significant 5%

(< 0.050) maka variabel tersebut tidak terdistribusi dengan normal.

6.5.3 Uji Beda

Teknik analisis yang digunakan penulis dalam penelitian ini adalah

uji beda berpasangan atau paired sample t-test. Uji t untuk data

sampel berpasangan namun diperlakukan pada situasi yang berbeda

pada situasi sebelum dan sesudah peristiwa. Penelitian ini bertujuan

melihat reaksi pasar sebelum dan sesudah peristiwa.

Dengan menggunkan uji paired sample atau uji beda rata-rata dua

sampel yang berpasangan dengan taraf signifikan yang digunakan

adalah 5% (0,05) maka sayarat yang harus dipenuhi dalam pengujian

ini adalah jika nilai signifikan hasil penelitian >0,05 maka Ho diterima

danjikanilai signifikan <0,05 maka Ho ditolak. (Santoso,2016)

6.5.4 Uji Hipotesis

a. Hipotesis 1

Penguajian reaksi abnormal return dengan uji t pada signifikan =

0,05 dengan langkah-langkah sebagai berikut :

1. Ho : AR sebelum = AR sesudah : tidak ada beda Abnormal

Return sebelum dan sesudah peristiwa isu pencabutan DMO

(Domestic Market Obligation).

2. H1 : AR sebelum ≠ AR sesudah : terdapat Abnormal Return

sebelum dan sesudah peristiwa isu pencabutan DMO

(Domestic Market Obligation).

3. α : 0,05
34

4. t : t-hitung untuk masing-masing hari ke-t periode peristiwa

5. Penarikan Kesimpulan

- Jika signifikan t < 0,05 maka Ho ditolak dan H1 diterima,

dengan kata lain terdapat perbedaan Abnormal Return yang

signifikan.

- Jika signifikan t >0,05 maka Ho diterima dan H1ditolak,

dengan kata lain tidak terdapat perbedaan Abnormal

Return yang signifikan.

b. Hipotesis 2

Penguajian Trading Volume Activity dengan uji t pada signifikan =

0,05 dengan langkah-langkah sebagai berikut :

1. Ho : AR sebelum = AR sesudah : tidak ada beda Trading

Volume Activity sebelum dan sesudah peristiwa isu pencabutan

DMO (Domestic Market Obligation).

2. H1 : AR sebelum ≠ AR sesudah : terdapat Trading Volume

Activity sebelum dan sesudah peristiwa isu pencabutan DMO

(Domestic Market Obligation).

3. α : 0,05

4. t : t-hitung untuk masing-masing hari ke-t periode peristiwa

5. Penarikan Kesimpulan

- Jika signifikan t < 0,05 maka Ho ditolak dan H1 diterima,

dengan kata lain terdapat perbedaan Trading Volume

Activity yang signifikan.


35

- Jika signifikan t >0,05 maka Ho diterima dan H1ditolak,

dengan kata lain tidak terdapat perbedaan Trading Volume

Activity yang signifikan.

c. Hipotesis 3

Penguajian reaksi abnormal return dengan uji t pada signifikan =

0,05 dengan langkah-langkah sebagai berikut :

1. Ho : AR sebelum = AR sesudah : tidak ada beda Abnormal

Return sebelum dan sesudah peristiwa melemahnya kurs

Rupiah.

2. H1 : AR sebelum ≠ AR sesudah : terdapat Abnormal Return

sebelum dan sesudah peristiwa melemahnya kurs Rupiah.

3. α : 0,05

4. t : t-hitung untuk masing-masing hari ke-t periode peristiwa

5. Penarikan Kesimpulan

- Jika signifikan t < 0,05 maka Ho ditolak dan H1 diterima,

dengan kata lain terdapat perbedaan Abnormal Return yang

signifikan.

- Jika signifikan t >0,05 maka Ho diterima dan H1ditolak,

dengan kata lain tidak terdapat perbedaan Abnormal

Return yang signifikan.

d. Hipotesis 4

Penguajian Trading Volume Activity dengan uji t pada signifikan =

0,05 dengan langkah-langkah sebagai berikut :


36

1. Ho : AR sebelum = AR sesudah : tidak ada beda Trading

Volume Activity sebelum dan sesudah peristiwa melemahnya

kurs Rupiah.

2. H1 : AR sebelum ≠ AR sesudah : terdapat Trading Volume

Activity sebelum dan sesudah peristiwa melemahnya kurs

Rupiah.

3. α : 0,05

4. t : t-hitung untuk masing-masing hari ke-t periode peristiwa

5. Penarikan Kesimpulan

- Jika signifikan t < 0,05 maka Ho ditolak dan H1 diterima,

dengan kata lain terdapat perbedaan Trading Volume

Activity yang signifikan.

- Jika signifikan t >0,05 maka Ho diterima dan H1ditolak,

dengan kata lain tidak terdapat perbedaan Trading Volume

Activity yang signifikan.


37

DAFTAR PUSTAKA

Arikunto, S. 2013. “Prosedur Penekitian: Suatu Pendekatan Praktik. Jakarta:


Rineka Cipta
Darmadji, Tjiptono, dan Fakhruddin. 2012.” Pasar Modal Di Indonesia Edisi Ke
Tiga”. Jakarta: Salemba Empat
Elad, Fotoh L. 2017. “Event Study on the Reaction of Stock Return of Acquilition
News”. International Finance Banking Journal. Vol 4 No.1
Ekanda, Mahyus. 2014. “Ekonomi Internasional”. Jakarta: Erlangga
Ghozali, Imam, 2013. ”Aplikasi Analisis Multivariate Dengan Program IBM
SPSS V. 20. For Windows”. Semarang Badan Penerbit Universitas
Diponegoro
Hartono, J. 2013. “Metode Penelitian Bisnis Edisi Keenam”. Yogyakarta:
Universitas Gadjah Mada
Imam Ghozali. 2011. Aplikasi Analisis Multivariate dengan Program IBM
SPSS 19. Semarang: Badan Penerbit Universitas Diponegoro.
Jogiyanto. 2015. “Teori Portofolio dan Analisis Ivestasi Edisi
Kedelapan”.Yogyakarta : BPFE
Jogiyanto. 2010. “Teori Portofolio Dan Analisis Investas Edis Keempat”.
Yogyakarta : BPFE
Liwe, Christa T.S. 2018. ”Reaksi Investor Dalam Pasar Modal Atas Peristiwa
Mengutanya Kurs Dolar Amerika Terhadap Nilai Tukar Rupiah Pada
Agustus 2015” Jurnal Ekonomi dan Bisnis. Vol. 6 No.3
Madura, Jeff. 2010 “International Financial Management”. Florida Atlantic
University: Cengage Learning [e-book]
Maharani, Amalia. 2018.”Pengaruh Inflasi, Nilai Tukar, dan Pertumbuhan
Ekonomi Singapura Terhadap Kunjungan Wisatawan Singapura di
Indonesia”. Jurnal Administrasi Bisnis. Vol. 56
Mardiyati, Umi dan Khasanah, Khusfatun. 2011. “Studi Komparatif Harga,
Likuiditas dan Resiko Saham Sebelum dan Sesudah Perusahaan Melakukan
Stock Split dan Reverse Split di Bursa Efek Indonesia Tahun 2004-2009”.
Jurnal Riset Menejemen Sains Indonesia. Vol.2 No.1
Martalena, dan Melinda. 2011.”PengantarPasar Modal Edisi Pertama”.
Yogyakarta: Andi
Mudjiyono. 2012.”Investasi dalam Saham & Obligasi dan Meminimalisasi Resiko
Sekuritas pada Pasar Modal Indonesia”. Jurnal Ekonomi. Vol. 04 No.02
38

Panjaitan, Andri J G. 2013. Pengaruh Right Issue Terhadap Harga Saham Dan Volume
PerdaganganSaham Pada Perusahaan Yang Tercatat di Bursa Efek Indonesia.
Skripsi: Universitas Sumatera Utara, Medan.

Santoso, 2016 “Panduan Lengkap SPSS Versi 23”, Jakarta: Elekmedia


Computindo.
Sudirman, 2015. ”Pasar Modal dan Menejemen Portofolio”. Gorontalo : IAIN
Sultan Amai Gorontalo. [e-book]
Sugiyono. 2013. ”Metode Penelitian Pendekatan PendidikanPendekatan
Kualitatif, Kuantitatif Dan R&D”. Bandung: Alfabeta
Sukirno, Sadono.2010.” Makro Ekonomi: Teori Pengantar Edisi Ketiga”. Jakarta :
Rajawali Pers
Suraniyah, 2010. “Pengantar Pengetahuan Pasar Modal, edisi ke enam”.
Yogyakarta : UPP-AMP YKPN.
Zaniarti, Sri. 2017. “Perilaku Investor Galeri Investasi BEI dengan AB Mitra
Sinarmas Sekuritas Jawa Barat”. Jurnal Administrasi Bisnis. Vol. 29 (2):
176-200
https://jdih.kemenkeu.go.id/fulltext/2006/56~PMK.02~2006Per.htm
https://jdih.esdm.go.id/peraturan/Kepmen-esdm-1395-Thn%202018
https://www.idx.co.id/investor/pengantar-pasar-modal/

Anda mungkin juga menyukai