DI SUSUN OLEH :
WULAN MAYASARI
NIM. P.09056
SURAKARTA
2012
STUDI KASUS
DI SUSUN OLEH :
WULAN MAYASARI
NIM. P.09056
SURAKARTA
2012
SURAT PERNYATAAN KEASLIAN TULISAN
NIM : P. 09056
OLIGOHIDRAMNION DI RUANG
Menyatakan dengan sebenarnya bahwa Tugas Akhir yang saya tulis ini
benar-benar hasil karya saya sendiri, bukan merupakan pengambil alihan tulisan
atau pikiran orang lain yang saya akui sebagai tulisan atau pikiran saya sendiri.
Apabila dikemudian hari dapat dibuktikan bahwa Tugas Akhir ini adalah
hasil jiplakan, maka saya bersedia menerima sanksi atas perbuatan tersebut sesuai
Wulan Mayasari
NIM. P09056
ii
LEMBAR PERSETUJUAN
NIM : P. 09056
OLIGOHIDRAMNION DI RUANG
Telah disetujui untuk diujikan dihadapan Dewan Penguji Karya Tulis Ilmiah
Ditetapkan : Surakarta
iii
iv
KATA PENGANTAR
Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Kuasa karena
SUKOHARJO
bimbingan dan dukungan dari berbagai pihak, oleh karena itu pada kesempatan ini
v
4. Ibu Erlina Windyastuti S.Kep.,Ns selaku penguji II yang telah memberikan
5. Ibu Siti Mardiyah S.Kep.,Ns selaku penguji III yang telah memberikan
7. Kedua orang tuaku, yang selalu menjadi inspirasi dan memberikan semangat
Husada Surakarta dan berbagai pihak yang telah memberikan dukungan moril
dan spiritual.
Penulis
vi
DAFTAR RIWAYAT HIDUP
Keperawatan
Riwayat Pekerjaan :-
Riwayat Organisasi :-
Publikasi :
vii
1
BAB I
PENDAHULUAN
postmatur atau postdate sulit ditentukan karena hanya sebagian kecil pasien
yang mengingat tanggal menstruasi pertamanya dengan baik. (R. Forte, 2010)
volume cairan amnion dalam jumlah yang bermakna, dan seringkali untuk
Negara maju operasi sectio caesarea berkisar antara 1,5% sampai 7% dari
yang lampau sampai insidensi 10% sekarang ini. Angka terakhir mungkin
bisa diterima dan benar. Pembedahan menjadi lebih aman bagi ibu, tetapi juga
jumlah bayi yang cedera akibat partus lama dan pembedahan traumatik
1
2
caesarea.
komplikasinya pun juga ada antara lain : perdarahan, infeksi (sepsis), dan
bervariasi. Penyebab lain peningkatan resiko bagi janin yang lahir pada 42
Bahaya pada janin lebih sering terjadi pada kehamilan postterm yang
terbesar kurang dari 1 atau 2 cm, indeks cairan amnion (aminiotic fluid index,
AFI) empat kuadrat kurang dari 5 atau 6 cm atau AFI kurang dari persentil
menimbulkan rasa aman semu bahwa janin sejahtera karena volume cairan
postmatur secara khas telah kehilangan lemak subkutan, kuku jari yang
nyeri pada abdomen yang dilakukan tindakan pembedahan itu. Dari kasus
bersifat sangat subjektif karena perasaan nyeri berbeda pada setiap orang
dalam hal skala atau tingkatannya, dan hanya pada orang tersebutlah yang
2006)
rangsangan. Reseptor nyeri yang dimaksud adalah ujung ujung saraf sangat
bebas yang memiliki sedikit atau tidak bermyelin yang tersebar pada kulit dan
mukosa. Nyeri yang merusak kulit akan diteruskan berupa impuls sampai ke
otak hingga kita merasa nyeri dan terjadilah refleks berupa reaksi otot yang
stimulasi atau rangsangan. Ada beberapa jenis stimulus nyeri salah satu
B. Tujuan Penulisan
1. Tujuan umum
2. Tujuan khusus
dengan oligohidramnion.
oligohidramnion.
5
dengan oligohidramnion.
oligohidramnion.
oligohidramnion.
C. Manfaat Penulisan
keperawatan.
7
BAB II
LAPORAN KASUS
Pemenuhan Kebutuhan nyeri Pada Ny. W : Post Sectio Caesarea atas indikasi
A. Pengkajian
metode auto anamnesa dan allo anamnesa, pengamatan dan observasi langsung,
pemeriksaan fisik, menelaah catatan medis dan catatan perawat. Dari pengkajian
tersebut di dapatkan hasil identitas klien bernama Ny. W, umur 31 tahun, agama
utama yang dirasakan oleh klien adalah nyeri pada abdomen luka post sectio
7
8
2012 klien datang ke dr. C, karena sewaktu melakukan aktivitas tanpa dirasakan
keluar cairan kental dari vagina, cukup banyak. Kemudian oleh dr. C di USG
dengan hasil usia kehamilan lebih bulan yaitu 42 minggu dan cairan ketubannya
kurang atau tipis. Kemudian oleh dr. C klien di rujuk ke RSUD Sukoharjo pada
tanggal 4 April 2012. Pada pukul 10.06 WIB klien tiba di Ruang VK. Dari hasil
klien juga diberikan transfusi darah 2 kolf dengan golongan darah O. Pada tanggal
5 April 2012 klien dilakukan operasi sectio caesarea pada pukul 10.00 WIB. Bayi
lahir dengan BB 3000 gram, jenis kelamin perempuan menangis kuat, gerak aktif.
Operasi selesai pukul 11.25 WIB klien langsung di pindah ke bangsal bougenvil.
Kemudian dilakukan pemeriksaan vital sign dengan hasil tekanan darah 120/80
mmHg, nadi 86 kali per menit, pernapasan 24 kali per menit, suhu 37.1o C dengan
(kode tingkat aktivitas 0). Setelah persalinan klien mengatakan aktivitas terbatas,
klien dianjurkan untuk berlatih bergerak secara bertahap miring kanan dan kiri
berpindah kode tingkat aktivitas 2, toileting kode tingkat aktivitas 1 dan ambulasi
persalinan klien tidur 6 -8 jam pukul 19.30 dan bangun pukul 04.30 serta klien
tidak mengkonsumsi obat tidur. Setelah persalinan klien tidak dapat tidur karena
dan pendengaran baik, tidak menggunakan alat bantu, bicara jelas dan klien sadar
merasakan rangsangan nyeri pada abdomen post operasi. Kulitas nyeri seperti
persalinan klien tidak disminore ketika menstruasi dan klien ± 9 bulan terakhir
mempunyai seorang anak perempuan yang baru saja lahir dan klien sedang
mentis, klien terlihat meringis kesakitan, terdapat luka post operasi pada abdomen
± 13 cm vertical dan tertutup kasa. Untuk pemeriksaan vital sign di dapatkan hasil
tekanan darah 120/80 mmHg, nadi 86 kali per menit, irama nadi teratur, kekuatan
nadi tidak terlalu kuat, suhu 37,1o Celcius dan respirasi klien 24 kali per menit
kepala bersih, rambut lurus, panjang kuat dan lembab. Mata klien simetris kanan
10
kiri, konjungtiva anemis, sklera tidak ikterik, penglihatan jelas, pupil isokor atau
mengecil terhadap efek cahaya dan tidak menggunakan alat bantu penglihatan.
Hidung simetris, bersih, tidak ada polip, tidak terpasang O2. Mulut bersih tidak
ada sianosis dan stomatitis, mukosa bibir lembab. Telinga simetris kanan kiri,
menggunakan alat bantu pendengaran. Payudara simetris kanan kiri, puting susu
menonjol, aerola hiperpigmentasi dan asi belum keluar karena masih hari pertama
kanan kiri datar, tidak ada penggunaan otot bantu nafas. Palpasi vocal premitus
kanan dan kiri sama. Ketika di perkusi suara paru sonor dan auskultasi paru
vesikuler tidak ada suara nafas tambahan. Pada pemeriksaan jantung saat di
inspeksi datar, ictus cordis tidak tampak, saat di palpasi ictus cordis teraba, bunyi
pekak saat di perkusi dan ketika di auskultasi bunyi jantung I dan II murni tidak
ada suara tambahan. Pada pemeriksaan abdomen saat di inspeksi terdapat luka
post sectio caesarea, luka vertikal, luas jahitan ± 13 cm, ketika di auskultasi
bising usus 4 kali per menit. Pada pemeriksaan perineum keadaan utuh, bersih,
tidak terjadi ruptur, terpasang kateter, perdahan 50 100 cc per hari. Untuk lochea
rubra, berwarna merah. Dan pada pemeriksaan ekstremitas atas ROM cukup baik,
tidak ada atrofi tulang, capillary refile < 3 detik, akral kanan dan kiri teraba
hangat, terpasang infus pada lengan kiri. Untuk kekuatan otot 4 karena masih
sedikit lemah. Pada ekstremitas bawah ROM baik, tidak ada atrofi tulang, tidak
ada luka, capilary refile < 3 detik dan kekuatan otot 4 karena masih sedikit lemah.
11
kehamilan bayinya dan terlahir dengan sehat. Ibu dan ayah saling memperhatikan
attahchment interaksi antara orang tua dan bayi secara fisik, emosi dan sensorik
terjadi pada jam pertama setelah bayi lahir. Ibu mencurahkan kasih sayang pada
bayinya terlihat bahagia. Ayah melihat dan memegang bayi, menceritakan pada
orang lain tentang kelahiran serta menerima tanggung jawab untuk merawat
bayinya. Pada adaptasi perubahan ibu, ibu menyatakan senang, bahagia dan sudah
13.7 10 3/uL nilai normal (4.5 11.0), eritrosit 3.63 10 6/uL nilai normal (4 -5),
hemoglobin 10.1 g/dl nilai normal (12 16), hematokrit 30.1 % nilai normal (38
47), limfosit 14.5 % nilai normal (0.8 4.0), monosit 1.0 % nilai normal (4 8),
eosinofil < 0.7 10 3/uL nilai normal (1 4), golongan darahnya O, HbsAg
negative. Pada pemeriksaan USG tanggal 3 April 2012 hasilnya adalah usia
kehamilan 41 minggu lebih 1 hari dan cairan ketubannya kurang atau tipis.
yang berfungsi untuk mencegah infeksi luka post sectio caesarea. Selain itu juga
mengevaluasi tindakan.
B. Diagnosa Keperawatan
gangguan rasa nyaman nyeri akut berhubungan dengan agen injuri fisik; luka post
sectio caesarea yang ditandai dengan data subyektif yaitu pasien mengatakan
nyeri pada perutnya, pemicunya adalah nyeri yang dirasakan karena adanya luka
post sectio caesarea, kualitas nyeri seperti tertusuk-tusuk benda tajam, nyeri pada
daerah abdomen, skala nyeri 7 dan nyeri timbul terus-menerus, nyeri bertambah
jika digerakkan. Untuk data obyektifnya klien terlihat meringis kesakitan, terdapat
luka post sectio caesarea pada abdomen, luas jahitan ± 13 cm dengan vital sign:
tekanan darah 120/80 mmHg, nadi 86 kali per menit, pernafasan 24 kali per menit,
suhu 37.1oC.
keperawatan selama 3x24 jam diharapkan nyeri pada Ny. W berkurang dengan
kriteria hasil nyeri klien berkurang, klien tidak meringis kesakitan, vital sign
dalam batas normal tekanan darah : 120/80 mmHg, nadi 80-100 kali per menit,
pernapasan 16-24 kali per menit, suhu 36-37o celcius dan skala nyeri menjadi 3.
C. Intervensi
skala nyeri klien (PQRST) rasionalisasi untuk mengetahui karakteristik nyeri dan
13
mengetahui respon terhadap tindakan yang diberikan, ajarkan teknik relaksasi dan
rasionalisasi agar nyeri yang dirasakan tidak terlalu berat atau berkurang, monitor
vital sign rasionalisasi untuk mengetahui vital sign dalam rentang normal atau
tidak dan kolaborasi dalam pemberian terapi analgetik yaitu antalgin rasionalisasi
D. Implementasi Keperawatan
pukul 08.10 memberikan terapi injeksi antalgin respon subjektif klien adalah klien
mengatakan bersedia untuk diberikan terapi injeksi dan respon objektif klien
kooperatif, injeksi masuk 1 ml melalui selang IV, tidak ada tanda tanda alergi.
Pada pukul 10.55 WIB yaitu mengkaji nyeri klien (PQRST) dengan respon
subyektif klien adalah klien mengatakan nyeri dengan faktor pencetusnya karena
luka post sectio caesarea, nyeri seperti tertusuk-tusuk benda tajam, nyeri pada
abdomen skala 7 (berat) dan nyeri timbul terus menerus akan bertambah jika
terdapat luka post sectio caesarea pada abdomen dan luas jahitan ± 13 cm. Pada
pukul 11.00 WIB melakukan pemeriksaan vital sign pada klien untuk respon
respon obyektif klien kooperatif dan didapatkan hasil pengukuran tekanan darah
120/80 mmHg, nadi 86 kali per menit, pernafasan kali per menit dan suhu 37oC.
Pada pukul 11.05 WIB mengajarkan klien teknik relaksasi atau tarik nafas dalam
14
untuk diajarkan tarik nafas dalam dan respon obyektifnya klien mampu
Pada tanggal 7 April 2012 pukul 14.30 WIB memonitor vital sign klien.
darahnya, respon obyektif klien kooperatif dan didapatkan hasil tekanan darah
110/80 mmHg, nadi 82 kali per menit, pernafasan 20 kali per menit dan suhu
36.8o Celcius. Pukul 14.35 WIB mengkaji skala nyeri, klien mengatakan masih
merasakan nyeri. Nyeri yang dirasakan karena luka post sectio caesarea, nyeri
terasa cenut-cenut yang dirasakan pada abdomen dengan skala 5 (sedang), nyeri
timbul ketika digerakkan, adapun respon oyektif ada luka pada abdomen, luas
jahitan ± 13 cm.
Pada tanggal 8 April 2012 pukul 08.00 WIB memberikan injeksi antalgin
1 ml. Respon subyektif klien mengatakan bersedia untuk diberikan terapi injeksi,
respon obyektif klien kooperatif, injeksi masuk melalui selang IV, tidal ada tanda-
tanda alergi. Pada pukul 11.00 WIB melakukan pengukuran tekanan darah, respon
obyektif klien kooperatif, tekanan darah 110/80 mmHg, nadi 82 kali per menit,
pernafasan : 24 kali per menit, suhu 36.5o C. Pada pukul 11.05 WIB mengkaji
ulang nyeri klien dengan respon subyektif klien mengatakan masih nyeri karena
luka post sectio caesarea, nyeri dirasakan cenat-cenut, pada abdomen dengan
skala 5 atau sedang dan nyeri timbul ketika di gerakkan. Adapun respon obyektif
ada luka pada abdomen, luas jahitan ± 13 cm, dan klien dianjurkan untuk tarik
15
nafas dalam atau relaksasi jika nyeri itu timbul. Pukul 11.10 mengajarkan teknik
relaksasi : respon subjektif klien mengatakan bersedia untuk diajarkan tarik nafas
dalam, respon objektif nya klien mampu melakukan teknik relaksasi dengan
benar.
E. Catatan Perkembangan
Jumat tanggal 6 April 2012 pukul 10.57 WIB dengan metode SOAP yang
hasilnya adalah klien menyatakan nyeri karena luka post sectio caesarea, nyeri
seperti tertusuk-tusuk benda tajam, nyeri pada abdomen dengan skala 7 dan nyeri
klien terlihat meringis kesakitan, terdapat luka post sectio caesarea pada
dilanjutkan yaitu kaji skala nyeri (PQRST), ajarkan teknik relaksasi dan distraksi,
evaluasi pada hari Sabtu 7 April 2012 pukul 15.00 WIB, klien mengatakan nyeri
pada perut sedikit berkurang, nyeri luka post sectio caesarea, nyeri terasa cenut-
cenut pada abdomen skala nyeri 5 (sedang) dan timbul nyeri ketika digerakkan,
klien terlihat lemah. Masalah teratasi sebagian intervensi dilanjutkan dengan kaji
analgetik.
Hasil evaluasi pada hari minggu tanggal 8 April 2012 yaitu hari ke-3
pukul 11.07 klien mengatakan nyeri dirasakan masih sama yaitu karena luka post
16
sectio caesarea, nyeri dirasakan cenut-cenut pada abdomen skala 5 atau sedang.
Klien masih terlihat lemah, terdapat luka post sectio caesarea pada abdomen luas
skala nyeri (PQRST), anjurkan relaksasi jika nyeri timbul dan kolaborasi dengan
A. Pembahasan
dapatkan antara konsep dasar teory dengan kondisi riil kasus yang dilaporkan,
yaitu studi kasus Asuhan Keperawatan Pemenuhan Kebutuhan Nyeri Pada Ny. W:
lingkungan atau kebudayaan. (Mc Farland & Mc Farlane, 2010). Data yang
langsung terhadap klien dan juga dari medical record, selain itu keluarga juga
untuk melindungi diri. Apabila seseorang merasakan nyeri maka perilakunya akan
17
18
mengangkat barang yang memberi beban penuh untuk mencegah cedera lebih
perawatan diri. (Potter & Perry, 2005: 1503, 1523). Pada pasien yang penulis kaji,
berlatih bergerak secara bertahap miring kanan dan kiri semampu klien, karena di
perutnya ini dikarenakan adanya suatu pergerakan yang dapat merangsang serabut
aferen, dimana nyeri dapat kembali dirasakan oleh klien jika adanya stimulasi dari
aktivitas klien kedalam tingkatan kedua, yaitu memerlukan bantuan orang lain
dalam melakukan aktivitas. Pasien dengan nyeri mungkin tidak mampu untuk ikut
serta dalam aktivitas kehidupan sehari-hari yang lazim. Karenanya penting untuk
menjalani aktivitas. Pasien akan lebih nyaman saat kebutuhan fisik dan perawatan
kesempatan pada perawat untuk melakukan pengkajian secara lengkap dan untuk
nyeri pada pasien (Brunner & Suddart, 2002: hal 223). Hal ini dapat disimpulkan
bahwa antara kondisi riil di lapangan dengan teori tidak terjadi kesenjangan.
19
Pada pasien yang penulis kaji, setelah persalinan klien tidak dapat tidur
istirahat dan tidur, maka perawat harus memahami sifat alamiah dari tidur, faktor
yang mempengaruhi atau masalah kusus yang mempengaruhi tidur mereka dan
yang baik dan pemulihan individu yang sakit. Perawat memperhatikan klien yang
seringkali mengalami gangguan tidur yang ada sebelumnya dan klien yang
1471). Tidur merupakan salah satu kebutuhan dasar manusia yang termasuk
dalam kebutuhan fisiologi. Tidur sebagai salah satu kebutuhan dasar, yang
fungsi fungsi normal tubuh) serta penting dalam pengaturan suhu dan cadangan
energi normal. (Kozier, 2004). Sementara disisi yang lain pola tidur seseorang
yang masuk dan dirawat di rumah sakit dengan kondisi sakit yang dirasakan,
pasien akan merasakan tidak nyaman kemudian cemas atau ansietas. Hubungan
batas normal. Tekanan darah 120/80 mmHg, nadi 86 kali per menit, pernapasan
24 kali per menit, suhu 37,1o celcius. Pada pemerikasaan head to toe ditemukan
20
beberapa hasil atau data yang abnormal, pada abdomen terdapat luka post sectio
caesarea dengan luas jahitan ±13 cm. Pada perineum terpasang keteter, pada
mata konjungtiva anemis pada hari pertama post sectio caesarea karena pasien
masih dipuasakan. Disini penulis akan membahas pengukuran tekanan darah ada
kaitannya dengan nyeri tersebut atau tidak. Pasien yang merasakan nyeri juga
akan mengalami kecemasan, karena hubungan antara nyeri dan ansietas bersifat
terfokus dan mengobservasi keterlibatan sistem saraf otonom. Saat nyeri akut,
sebagai sensasi tajam atau tikaman. (Potter&Perry, 2005: 1521). Hal itulah yang
normal. Sehingga dapat disimpulkan bahwa antara teori dengan kondisi riil di
nyeri karena luka post sectio caeasarea, nyeri seperti tertusuk-tusuk benda tajam
pada abdomen, skala nyeri 7 dan durasi nyeri timbul terus-menerus. Hal ini sesuai
menggunakan skala 0-10. Dimana skala 0 tidak merasakan nyeri, skala 1-3 nyeri
ringan, skala 4-6 nyeri sedang, skala 7-9 nyeri hebat dan skala 10 nyeri sangat
hebat. Untuk karakteristik nyeri dapat dilihat atau diukur berdasarkan penyebab
21
nyeri, lokasi dan durasi nyeri, periode bertambah atau berkurangnya intensitas
nyeri dan kulitas (nyeri seperti tertusuk tusuk atau terbakar (metode PQRST)
a. Diagnosa Keperawatan
nyeri akut berhubungan dengan agen injuri fisik: luka post sectio caesarea.
masalah nyeri, karena nyeri merupakan kejadian yang menekan atau stress. Nyeri
dapat muncul karena adanya trauma pada jaringan tubuh yaitu akibat pembedahan
muncul dari kerusakan jaringan secara aktual atau potensial atau menunjukkan
adanya kerusakan (Association for The Study Of Pain) : serangan mendadak atau
perlahan dari intensitas ringan sampai berat yang dapat diantisipasi atau diprediksi
22
durasi nyeri kurang dari 6 bulan. (NANDA, 2006: 146). Melaporkan nyeri secara
gerakan untuk melindungi, tingkah laku berhati hati, muka topeng, gangguan
tidur (mata sayu, tampak capek, sulit atau gerakan kacau, menyeringai), fokus
pada diri sendiri, fokus menyempit (penurunan persepsi waktu, kerusakan proses
perubahan otonom dalam tonus otot (dalam rentang lemah ke kaku), tingkah laku
rangsangan. Reseptor nyeri tersebut berupa ujung ujung saraf bebas yang
memiliki sedikit atau tidak bermyelin yang tersebar pada kulit dan mukosa. Nyeri
yang merusak kulit akan diteruskan berupa impuls sampai ke otak hingga kita
merasa nyeri dan terjadilah refleks berupa otot yang menghindari nyeri. Stimulis
nyeri timbul karena adanya trauma pada jaringan tubuh karena pembedahan akibat
(Hidayat, 2006).
Masalah keperawatan ini bila tidak diatasi rasa nyeri akan semakin
gangguan ADL dari mobilitas fisik pasien. Pasien akan mengalami kesulitan
dalam melakukan aktivitas sehari hari seperti makan atau minum, berpakaian,
23
diharuskan untuk bedrest total, ini akan sangat mempengaruhi pasien karena otot
b. Intervensi
dari pasien dan atau tindakan mandiri yaitu yang harus dilakukan oleh perawat
dan tindakan kolaboratif yaitu yang dilakukan oleh pemberi perawatan lainnya.
diharapkan. (Yuliana, 2010). Pada pasien yang penulis kaji skala nyeri didapatkan
7. Untuk intervensi yang penulis lakukan: kaji skala nyeri (PQRST), ajarkan
teknik relaksasi dan distraksi, berikan posisi nyaman, monitor vital sign dan
kolaborasi dalam pemberian analgetik yaitu antalgin. Dengan skala 7 dan dengan
tindakan yang penulis lakukan, untuk mencapai kriteria hasil skala nyeri 3 dalam
waktu 3x24 jam, menurut penulis hal tersebut tidak bisa terjadi dalam waktu yang
singkat. Beberapa reseptor berespon hanya pada satu jenis stimulus nyeri,
sedangkan reseptor yang lain juga sensitif terhadap temperatur dan tekanan. Jika
kemudian terjadilah aktivitas neuron nyeri. (Potter & Perry, 2005). Dari
pernyataan tersebut jika klien mengalami nyeri, memerlukan waktu lebih lama
c. Implementasi keperawatan
selama 3 hari. Pada hari pertama, dilakukan pada tanggal 6 April 2012, pukul
kooperatif, injeksi masuk melalui selang IV. Pada pukul 10.55 WIB dengan
tindakan: mengkaji skala nyeri (PQRST) dan respon subjektif klien: klien
mengeluh nyeri, nyeri karena luka post sectio caesarea, nyeri seperti tertusuk
tusuk benda tajam pada abdomen dengan skala 7 dan nyeri timbul terus
menerus. Respon objektif nya terdapat luka pada abdomen, luas luka ±13 cm
vertical.
Pada pukul 11.00 WIB monitor vital sign respon subjektif klien: klien
bersedia untuk dilakukan pengukuran tanda tanda vital, respon objektif klien
tekanan darah 120/80 mmHg, nadi 86 kali per menit, pernapasan 24 kali per
menit, suhu 37, 1o celcius. Pada pukul 11.05 mengajarkan teknik relaksasi atau
tarik napas dalam respon subjektif klien: klien mengatakan bersedia untuk
diajarkan tarik napas dalam, respon objektif klien: klien mampu melakukan teknik
kesenjangan antara teory dengan kondisi riil yang terjadi di lapangan. Nyeri harus
Nyeri yang tidak terkontrol tidak teratasi secara adekuat sering terjadi dan
analgesia yang menurunkan dan mengurangi rasa nyeri dan anestesia yang
menghilangkan sensasi bagian tubuh baik parsial maupun total. (Piliteri, 2003)
Pada hari kedua tanggal 7 April pukul 14.30 monitor vital sign, respon
objektif klien vital sign dalam batas normal didapatkan hasil tekanan darah 110/80
mmHg, nadi 82 kali per menit, pernapasan 20 kali per menit, suhu 36,8! celcius.
Pada pukul 14.30 mengkaji skala nyeri klien respon subjektif klien mengatakan
masih mengatakan nyeri karena luka post sectio caesarea, nyeri dirasakan cenut
cenut pada abdomen dengan skala 5 (sedang) dan nyeri timbul ketika digerakkan.
Respon objektif klien terdapat luka pada abdomen, luas luka ±13 cm. Untuk
mencapai skala 3 nyeri dapat berkurang, diperlukan tindakan famakologis dan non
farmakologis yaitu analgetik narkotik maupun analgetik non narkotik pilihan obat
tergantung dari rasa nyeri. (Judha dkk, 2012: 82). Pengendalian nyeri
Pada hari ketiga tanggal 8 April pukul 08.00 WIB memberikan injeksi
injeksi, respon objektif klien kooperatif. Pada pukul 11.00 WIB monitor vital sign
klien respon subjektif klien. Klien mengatakan bersedia untuk diukur tekanan
darahnya, respon objektif klien kooperatif, injeksi masuk melalui selang IV dan
26
didapatkan hasil tekanan darah 110/80 mmHg, nadi 82 kali per menit, pernapasan
24 kali per menit, suhu 36,1o celcius. Pukul 11.05 WIB mengkaji ulang nyeri
klien respon subjektif, klien mengatakan masih nyeri pada luka post sectio
caesarea pada abdomen, nyeri dirasakan cenutcenut dengan skala 5 dan nyeri
subjektif klien mengatakan bersedia untuk diajarkan tarik nafas dalam, respon
objektif nya klien mampu melakukan teknik relaksasi dengan benar. Dengan
tindakan yang penulis lakukan, menurut penulis tidak terjadi kesenjangan antara
d. Catatan Perkembangan
mengatakan nyeri post sectio caesarea sudah berkurang, nyeri dirasakan cenut
cenut pada abdomen, skala nyeri 5. Respon objektif: klien masih terlihat
lemah, terdapat luka post sectio caesarea pada abdomen, luas jahitan ±13 cm.
antalgin.
B. SIMPULAN
sebagai berikut:
27
agen injury fisik sesuai dengan teori yaitu: kaji skala nyeri (PQRST),
ajarkan teknik relaksasi dan distraksi, berikan posisi nyaman, monitor vital
Saran
pembuatan laporan.