Anda di halaman 1dari 27

1

I. PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Hutan merupakan salah satu sumber daya yang penting, tidak hanya dalam

menunjang perekonomian nasional tetapi juga dalam menjaga daya dukung

lingkungan terhadap keseimbangan ekosistem dunia, tingginya biaya pengelolaan

hutan, lemahnya pengawasan dan penegakan hukum mengakibatkan perencanaan

kehutanan kurang efektif atau bahkan tidak berjalan.

Analisa vegetasi adalah cara mempelajari susunan (komponen jenis) dan

bentuk (struktur) vegetasi atau masyarakat tumbuh-tumbuhan. Pengamatan

parameter vegetasi berdasarkan bentuk hidup pohon, perdu, serta herba. Suatu

ekosistem alamiah maupun binaan selalu terdiri dari dua komponen utama yaitu

komponen biotik dan abiotik. Vegetasi atau komunitas tumbuhan merupakan

salah satu komponen biotik yang menempati habitat tertentu seperti hutan, padang

ilalang, semak belukar dan lain-lain. Struktur dan komposisi vegetasi pada suatu

wilayah dipengaruhi oleh komponen ekosistem lainnya yang saling berinteraksi,

sehingga vegetasi yang tumbuh secara alami pada wilayah tersebut sesungguhnya

merupakan pencerminan hasil interaksi berbagai faktor lingkungan dan dapat

mengalami perubahan drastis karena pengaruh anthropogenik.

Vegetasi atau komunitas tumbuhan salah satu komponen biotik yang

menempati habitat dan komposisi vegetasi pada suatu wilayah dipengaruhi oleh

komponen ekosistem lain yang saling beriteraksi. Dengan saling berinteraksi

membuat ekosistem semakin berlangsung lama. Sehingga vegetasi pada tumbuhan

secara alami pada wilayah tersebut merupaka pencempuran hasil interaksi

berbagai faktor lingkungan dan mengalami perubahan drasris.


2

Terdapat berbagai jenis metode yang dapat digunakan dalam analisis

vegetasi hutan alam. Salah satunya adalah metode kuadrat dengan pembuatan plot

yang berukuran tertentu dan cocok digunakan pada individu yang hidup tersebar.

Metode lainnya yaitu studi literatur dan klasifikasi komunitas tumbuhan atau

Fitososiologi. Analisis vegetasi nya didapatkan melalui kualitatif dan kuantitatif.

Hal ini dikarenakan adanya hubungan khas antara lingkungan dan organisme.

1.2. Rumusan Masalah

Rumusan masalah pada penelitian ini adalah sebagai berikut:

1. Bagaimana cara mengetahui indeks nilai penting vegetasi di Kebun Raya

Universitas Halu Oleo.

2. Bagiamana cara mengetahui keanekaragaman hayati di Kebun raya Universitas

Halu Oleo.

1.3. Tujuan dan Kegunaan Penelitian

Tujuan pada penelitian ini adalah sebagai berikut:

1. Untuk mengetahui indeks nilai penting vegetasi di Kebun Raya Universitas

Halu Oleo.

2. Untuk mengetahui keanekaragaman hayati di Kebun raya Universitas Halu

Oleo.

Kegunaan pada penelitian ini adalah sebagai berikut:

1. Agar dapat mengetahui indeks nilai penting vegetasi di Kebun Raya Universitas

Halu Oleo.

2. Agar dapat mengetahui keanekaragaman hayati di Kebun raya Universitas

Halu Oleo.
3

1.4. Kerangka Berpikir

Kerangka pikir pada penelitian ini yaitu yang dilaksanakan di Kebun raya

Universitas Halu Oleo. Kerangka berpikir muncul untuk mengetahui indeks dan

keanekaragaman hayati yang berada pada Kebun Raya Universitas Halu Oleo

dengan melakukan pengambilan data secara langsung dengan mengambil sampel

yang dilakukan dengan cara membuat plot dan mengambil data tegakan vegetasi

di kebun Raya Universitas Halu Oleo yang bertujuan untuk mengetahui indek

nilai penting dan keanekaragaman hayati yang ada di dalam Kebun raya

Universitas Halu Oleo. Adapun kerangka berpikir penelitian ini adalah sebagai

berikut:

Analisis Vegetasi

Hutan Alam Kebun Raya Universitas halu Oleo

Tegakan
(Strata)

Pohon Tiang Pancang Semai

Total Indeks Nilai Penting dan Jumlah, Jenis


Keanekaragaman Hayati Yang Mendominasi Pada
Tempat Kebun Raya Universitas Halu Oleo

Gambar 1. Kerangka Pikir


4

II. TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Hutan Alam

Hutan alam merupakan hutan yang tumbuh secara alami tanapa campur

tangan manusia dan memiliki tajuk berlapis. Pengelolaan hutan alam terutama

pemanenan kayunya masih tidak dilakukan secara profesional, sehingga

keseluruhan sistem silvikultur yang diterapkan mengalami kegagalan. Hal ini

dikarenakan dalam penerapan silvikultur belum menegintegrasikan sistem

pemanenan kayu dengan sistem silvikultur (Muhdi et al., 2007).

Hutan alam memiliki fungsi ekologis yang sangat vital dalam menjaga

keseimbangan ekosistem. Salah satu di antaranya adalah fungsi hutan alam dalam

menjaga iklim di dalam kawasan hutan maupun di luar hutan. Hal ini terkait

dengan kemampuan tegakan hutan untuk menyerap karbondioksida dan

melepaskan oksigen dalam proses fotosintesis (Samsoedin et al., 2009).

Hutan alam hujan tropika secara umum diketahui memiliki keragaman

yang tinggi dalam hal jenis, dimensi, dan tingkat perkembangan pertumbuhan

pohon pohonnya. Hutan alam bekas tebangan yang dikelola dengan sistem tebang

pilih akan menyisakan tegakan tinggal dengan struktur tegakan (ST) yang

bervariasi (Muhdin et al., 2011).

Hutan alam umumnya terdapat pada ketinggian ˃1.250 meter di atas

permukaan laut (dpl) serta dominan pada ketinggian ˃1.375 m dpl. Perakaran

pada hutan tanaman yang sangat bervariasi mulai dangkal sampai dalam, tajuknya

berlapis yang akan mengurangi daya hancur butiran hujan sehingga laju erosi

akan dapat diminimalisir (Cahyanto et al., 2014).


5

Terdapat dua alasan penting mengapa hutan alam perlu dimasukkan ke

dalam skema perdagangan karbon : a) Peranan hutan alam di dalam penyerapan

CO2 dan pelepasan O2 ke lingkungan melalui proses fotosintesis sudah jelas

keberhasilannya b) Adanya kompensasi pendanaan dari perdagangan karbon akan

menjadi alternatif yang menarik untuk merubah basis pengelolaan hutan alam dari

kayu ke jasa lingkungan (Siregar dan Dharmawan, 2011).

2.2. Analisis Vegetasi

Analisis vegetasi hutan merupakan studi untuk mengetahui komposisi dan

struktur hutan. Kegiatan analisis vegetasi pada dasaranya ada dua macam metode

dengan petak dan tanpa petak. Salah satu metode dengan petak yang banyak

digunakan adalah kombinasi antara metode jalur (untuk risalah pohon) dengan

metode garis petak (untuk risalah permudaan) (Latifah, 2005).

Vegetasi adalah kumpulan beberapa tumbuhan, biasanya terdiri dari

beberapa jenis dan hidup bersama pada suatu tempat. Diantara individu-individu

tersebut terdapat interaksi yang erat antara tumbuh-tumbuhan itu sendiri maupun

dengan binatang-binatang yang hidup dalam vegetasi itu dan fakto-faktor

lingkungan (Martono, 2012).

Struktur vegetasi dalam analisis vegetasi hutan dapat dinyatakan dalam

bentuk indeks nilai penting. Indeks nilai penting rnenunjukkan tingkat penguasaan

suatu jenis terhadap jenis-jenis lain dalam suatuk omunitas (Himmah et al, 2010).

Analisis vegetasi bertujuan untuk mengetahui komposisi jenis (su-sunan)

tumbuhan dan bentuk (struktur) vegetasi yang ada di wilayah yang di analisis

pada setiap stasiun (Ontorael et al, 2012). Dalam ekologi hutan, satuan vegetasi

yang dipelajari atau diselidiki berupa komunitas tumbuhan yang merupakan


6

asosiasi konkret dari semua spesies tetumbuhan yang menempati suatu habitat

(Zulkarnain et al, 2015).

2.3. Populasi dan Sampel

Sampel merupakan bagian jumlah dan karakteristik yang dimiliki oleh

populasi tersebut, pengambilan sampel dilakukan dengan pertimbangan faktor

keterbatasan yang tidak memungkinkan seluruh populasi untuk diteliti. Adapun

penelitian menggunakan rumus Slovin karena dalam penarikan sampel, jumlahnya

harus representative agar hasil penelitian dapat digeneralisasikan dan

perhitungannya pun tidak memerlukan tabel jumlah sampe (Patarianto, 2015)

Jumlah anggota sampel sering dinyatakan dengan ukuran sampel. Jumlah

sampel yang diharapkan 100% mewakili populasi adalah jumlah anggota populasi

itu sendiri. Untuk jumlah populasi yang terlalu banyak akan kita ambil untuk

dijadikan sampel dengan harapan jumlah sampel yang kita ambil dapat mewakili

poopulasi yang ada (Putra et al, 2013).

Secara teknis, besarnya sampel tergantung pada ketepatan yang diinginkan

peneliti dalam menduga parameter populasi pada taraf kepercayaan tertentu.

Tidak ada satu kaidah pun yang dapat digunakan untuk menetapkan besarnya

sampel. Akan tetapi secara empirik perkiraan besarnya sampel yang dibutuhkan

dapat ditentukan. Berapa ketentuan sampel yang dibutuhkan secara empirik

banyak dibahas oleh para peneliti (Alwi, 2012).

Populasi tumbuhan dan hewan di dalam hutan membentuk masyarakat

yang saling berkaitan erat satu sama lain dengan lingkungan sekitarnya. Oleh

karena itu, hutan dipandang sebagai suatu sistem ekologi atau merupakan

ekosistem yang sangat berguna bagi kehidupan manusia (Destaranti et al, 2017)
7

Keanekaragaman genetik terjadi pada variasi susunan tingkat ekosistem

yang tersusun dari komponen-komponen spesies, yaitu populasi, famili dan

genotip individu sampai tingkat molekul gen. Kadang-kadang konservasi

ekosistem bisa mencapai hanya pada beberapa spesies dan genotip saja, yang

lainnya bisa hilang, maka tumbuh-tumbuh tingkat pohon adalah penting pada

kondisi tersebut (Tambunan, 2008).


8

III. METODE PENELITIAN

3.1. Lokasi dan Waktu

Penelitian ini bertempak di kebun raya Universitas halu Oleo, Kendari.

Waktu dilaksanakannya penelitian yaitu ppada hari Sabtu, tanggal 15 Desember

2018, pada pukul 07.00-11.00 WITA.

3.2. Alat dan Bahan

Alat yang digunakan pada penelitian ini adalah metteran rol. pita meter,

hagameter, Global Positioning System (GPS), tali rapia, Tally Sheet, kamera dan

alat tulis.

Bahan yang digunakan pada penelitian ini adalah tegakan hutan alam.

3.3. Populasi dan Sampel

Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh wilayah Kebun raya

Universitas Halu Oleo dengan luas 22,8 ha. Adapun sampel dalam penelitian ini

meliputi 1 titik koordinat di setiap plot, dalam satu plot ada 4 sampel yang di

ambil yaitu pohon, tiang, pancang dan semai.

3.4. Jenis dan Sumber Data

Jenis data dalam penelitian ini adalah data kuantitaif dan data kualitatif.

Data kuntitatif adalah data yang berbentuk angka atau bilangan, sesuai dengan

bentuknya data kuantitatif dapat diolah atau dianalisi menggunakan teknik

perhitungan matematika atau statistik. Data kuantitatif yang diambil pada

penelitian ini yaitu: (1). Data titik, yang diambil menggunakan Global Positioning

System (GPS), (2). Luas Plot, (3) Jenis vegetasi, (4). Tingkatan vegetasi. Data
9

kualitatif adalah data dari kondisi objek alamiah, dimana pengamat merupakan

instrumen kunci pengamatan, data yang diambil yaitu pemotretan melalui kamera

secara langsung.

3.5. Prosedur Penelitian

Prosedur pelaksanaan pada penelitian ini adalah sebagai berikut:

1. Melakukan survei pendahuluan.

2. Merencanakan penelitian

3. Mempersiapkan alat dan bahan yang akan digunakan

4. Merencanakan populasi dan sampel

5. Mengambil data (Melalui Observasi dan studi pustaka)

6. Validasi

7. Menganalisis data

8. Menyusun Skripsi

3.6. Variabel Penelitian

Terdapat 2 variabel dalam penelitian ini yaitu sebagai berikut:

1. Variabel indek nilai Penting (INP), INP yaitu nilai indeks yang menyatakan

peranan spesies-spesies dalam suatu komunitas tumbuhan, adapun yang dicara

dari INP yaitu: KR (Kerapatan Relatif), FR (Frekuensi Relatif) dan DR

(Dominansi Relatif).

2. Keanekaragaman Hayati, yaitu Nilai indeks yang menyatakan tingkat

keanekaragaman spesies-spesies penyusun dalam suatu komunitas tumbuhan.


10

3.7. Analisis Data

Analisis data pada penelitiaan ini adalah sebagai berikut:

1. Diameter

Diameter adalah ukuran dari tengah pohon yang di hasilkan dari keliling

pohon yang di bagi oleh nilai π (3,14).

Diameter = Keliling/π

2. Tinggi Bebas Cabang

Rumus yang digunakan untuk mengetahui tinggi bebas cabang pohon

adalah:

TBC = ( Jarak pengamat x sin α ) + tinggi mata pengamat

3. Indeks Nilai Penting (INP)

Indeks Nilia Penting yaitu Nilai indeks yang menyatakan peranan spesies-

spesies dalam suatu komunitas tumbuhan.

INP = KR + FR + DR

Dimana :

- K = Kerapatan
Jumlah Individu
K=
Luas Plot Contoh
KR = Kerapatan Relatif
Kerapatan spesies ke-i
KR = x 100%
Kerapatan seluruh jenis

- F = Frekuensi
jumlah sub − petak ditemukannya suatu jenis
𝐹𝑟𝑒𝑘𝑢𝑒𝑛𝑠𝑖 =
jumlah keseluuhan petak plot
FR = Frekuensi Relatif
Frekuensi spesies ke-i
FR = x 100%
Frekuensi seluruh jenis
11

- D = Dominansi
jumlah luas bidang dasar suatu jenis
𝑑𝑜𝑚𝑖𝑛𝑎𝑛𝑠𝑖 =
luas areal sampel
DR = Dominansi Relatif
Dominansi spesies ke-i
DR = x 100%
Dominansi seluruh jenis

3. Keanekaragaman H’

Keanekaragaman yaitu Nilai indeks yang menyatakan tingkat

keanekaragaman spesies-spesies penyusun dalam suatu komunitas tumbuhan.

H’ = -Σ[(ni/N) Ln (ni/N)]
Dimana:

H’ = Indeks Shanon-Whiener

ni = Nilai penting dari tiap spesies

N = Total nilai penting

3.8. Definisi Oprasional

Definisi orasional pada penelitian ini adalah sebagai berikut:

1. Hutan

Suatu hamparan lapangan tumbuhan pohon-pohon yang secara keseluruhan

merupakan persekutuan hidup alam hayati beserta alam lingkungan dan yang

ditetapkan oleh pemerintah sebagai hutan. Hutan sangat berperan dalam

kehidupan setiap makhluk hidup.

2. Hutan Alam

Hutan yang terjadi secara alami tanpa campur tangan manusia, memiliki

berbagai jenis pohon campuran dan dari segala umur.


12

3. Analisis Vegetasi

Cara yang dilakukan untuk mengetahui seberapa besar sebaran berbagai

spesies dalam suatu area melaui pengamatan langsung.

4. Keliling

Keliling adalah ukuran keseluruhan lingkaran pohon yang akan

diproyeksikan dalam diameter.

5. Tinggi Total (TT)

Tinggi total adalah jarak terpendek dari titik puncak pohon dengan titik

proyeksinya pada bidang datar.

6. Jarak Pengamat

Jarak pengamat adalah jarak antara pohon dan pengamat yang di

proyeksikan pada bidang datar.

7. Frekuensi

Frekuensi adalah jumlah keseluruhan vegetasi didalam suatu plot

pengamatan.

8. Dominansi

Dominansi adalah nilai penyebaran suatu jenis dalam plot pengamatan.

9. Tinggi Bebas Cabang (TBC)

Tinggi bebas cabang adalah jarak terpendek dari titik bebas cabang dengan

titik proyeksinya pada bidang datar.

10. Tinggi Mata Pengamat (TMP)

Tinggi mata pengamat adalah tinggi pengamat dari kaki hingga mata.
13

IV. DESKRIPSI WILAYAH

4.1. Letak dan Batas Wilayah

Lokasi praktikum ini apabila ditinjau dari peta Kota Kendari.. secara

geografis terletak dibagian selatan garis khatulistiwa, memanjang dari utara ke

selatandiantara 3°58’ 58,”-405’05” Lintang Selatan dan membentang dari Barat

ke Timur diantara 122032’ 01”-122036’04” Bujur Timur. Wilayah Kecamatan

Poasia disebelah Utara berbatasan Teluk Kendari, di sebelah Selatan berbatasan

dengan kabupaten Konawe Selatan, di sebelah Timur berbatasan dengan

Kecamayan Abeli, serta sebelah Barat berbatasan dengan Kecamatan Kambu dan

Kecamatan Baruga (BPS, 2017).

Lokasi praktikum ini berada di Universitas Halu Oleo tepatnya di

kecamatan Kambu. Kecamatan Kambu adalah salah satu kecamatan di Kota

Kendari Provinsi Sulawesi Tenggara. Apabila ditinjau dari peta Kota Kendari,

secara geografis terletak dibagian selatan garis khatulistiwa, memanjang dari utara

ke selatan diantara 3°58’39”-404’45” Lintang Selatan dan membentang dari Barat

ke Timur diantara 1220 30’ 39” - 1220 33’ 42” Bujur Timur. Wilayah Kecamatan

Kambu disebelah Utara berbatasan dengan Kecamatan Mandonga, sebelah Selatan

berbatasan dengan Kecamatan Baruga dan Poasia, di sebelah Timur berbatasan

dengan Kecamatan Poasia, sebelah Barat berbatasan Kecamatan Kadia,

Kecamatan Wua-Wua dan Kecamatan Baruga (BPS, 2017).


14

4.2. Keadaan Iklim

4.2.1. Musim dan Curah Hujan

Kecamatan Kambu memiliki dua musim, yakni musim kemarau dan

musim hujan. Berdasarkan data yang ada di Kecamatan Kambu pada tahun 2016

terjadi sebanyak 205 hari hujan dengan rata-rata curah hujan 179,1 mm, dapat

dilihat pada tabel 1

Tabel 1. Hari Hujan dan Curah Hujan di Kecamatan Kambu


Curah Hujan
Bulan Jumlah Hari Hujan (hari)
(mm)
Januari 15 97,1
Februari 24 330,3
Maret 26 359,3
April 23 267,4
Mei 19 108,7
Juni 21 266,8
Juli 17 162,3
Agustus 7 49
September 8 80,5
Oktober 15 187,9
November 10 41
Desember 20 198,3
Rata-rata Setahun 205 2149
Sumber: BPS Kecamatan Kambu dalam angka 2017

4.2.2. Suhu Udara

Suhu udara rata-rata Kecamatan Kambu selama tahun 2016 adalah 27,6º C

dengan suhu minimum adalah 24,8º C dan maksimum adalah 31,8º C, dapat

dilihat pada tabel 2.


15

Tabel 2. Suhu Udara Minimum, Maksimum dan Rata-rata di Kecamatan Kambu


SuhuUdara
Bulan Minimum Maksimum Rata-rata
(C) (C) (C)
Januari 25,2 32,3 28,3
Februari 25,3 31,8 27,6
Maret 25,5 31,9 27,9
April 25,3 31,4 27,7
Mei 25,5 32,0 28,0
Juni 24,4 30,8 26,9
Juli 23,6 30,7 26,5
Agustus 23,1 30,8 26,6
September 23,9 32,2 27,5
Oktober 24,8 32,1 27,7
November 25,4 33,0 28,5
Desember 25,2 32,9 28,0
Rata-rata Setahun 24,8 31,8 27,6
Sumber: BPS Kecamatan Kambu dalam angka 2017
4.2.3. Kelembaban Udara dan Tekanan Udara

Kelembaban udara rata-rata Kecamatan Kambu selama tahun 2016 adalah

84º C dengan suhu udara minimum adalah 56º C. Sedangkan rata-rata tekanan

udara selama tahun 2016 adalah 1010,03 mb dan rata-rata kecepatan angin 4,9

knot, dapat dilihat pada tabel 3 dan tabel 4.

Tabel 3. Kelembaban Udara Minimum, Maksimum dan Rata-rata di Kecamatan


Kambu
Bulan Minimum Suhu Udara Rata-rata
(⁰C) Maksimum (⁰C) (⁰C)
Januari 58 98 82
Februari 63 98 85
Maret 60 97 85
April 60 98 85
Mei 60 97 85
Juni 60 100 87
Juli 60 98 85
Agustus 53 98 82
September 43 98 81
Oktober 53 97 82
November 55 97 81
Desember 53 98 84
Rata-rata Setahun 56 98 84
Sumber : BPS KecematanKambudalamangka 2017
16

Tabel 4. Tekanan Udara dan Kecaman Angin di Kecamatan Kambu


Rata-rata tekanan udara Kecepatan Angin
Bulan
(mh) (Knot)
Januari 1010,8 5,5
Februari 1010,5 4,9
Maret 1010,7 5,8
April 1010,3 4,5
Mei 1009,8 4,4
Juni 1010,8 4,7
Juli 1010,8 4,8
Agustus 1010,8 4,8
September 1010,1 5,0
Oktober 1009,4 4,8
November 1008,5 4,6
Desember 1007,8 4,5
Rata-rata setahun 1010,03 4,9
Sumber: BPS Kecamatan Kambu dalam angka 2017

Data mengenai keadaan iklim di wilayah Kecamatan Poasia diperoleh dari

laporan Stasiun Meteorologi Martin Kendari BMKG. Sebagaimana daerah-daerah

lain di Indonesia dan Kota Kendari pada umumnya, Kecamatan Poasia hanya

dikenal dua musim yakni musim kemarau dan musim hujan. Keadaan musim

sangat dipengaruhi oleh arus angin yang bertiup di atas wilayahnya. Pada bulan

Januari sampai dengan bulan Mei, angin bertiup banyak mengandung uap air yang

berasal dari Benua Asia dan Samudera Pasifik, setelah melalui beberapa lautan.

Maka pada bulan-bulan tersebut di wilayah Kecamatan Poasia dan sekitarnya

biasanya terjadi musim hujan. Tahun 2016 terjadi 205 hari hujan (hh) dengan

curah hujan 2148,6 mm (BPS, 2017).

Kecamatan kambu seperti halnya daerah lain di Indonesia, Kecamatan

yang berada pada ketinggian 10 meter diatas permukaan laut ini hanya memiliki

dua musim, yakni musim kemarau dan musim hujan. Menurut data yang ada di

Kecamatan Kambu pada tahun 2016 terjadi sebanyak 205 hari hujan dengan rata-

rata curah hujan 179,1 mm. Suhu udara rata-rata selama tahun 2016 adalah 27,60C
17

dengan suhu minimum adalah 24,80 C dan maksimum adalah 31,80C Kelembaban

udara rata-rata selama tahun 2016 adalah 840C dengan suhu udara minimum

adalah 560C dan 980C. Rata-rata tekanan udara selama tahun 2016 adalah 1010,03

mb dan rata-rata kecepatan angin 4,9 knot (BPS, 2017).

4.3 Jenis Tanah

Secara umum, keadaan tanah (soil) kota kendari ini terdiri dari tanah liat

bercampur pasir halus dan berbatu. Diperkirakan sebagai jenis aluvium berwarna

coklat keputih-putihan dan ditutupi batuan pratersier yang terdiri dari batuan batu

lempung bergelimer, batu pasir dan kwarsa. Dibagian pantai batuan pratersier

tersebut ditutupi batuan terumbu gamping. Keadaan batuan yang demikian

umumnya tidak meluas air atau kedap air. Terkhusus untuk kecamatan Poasia

yakni Filit, Batu Sabak, Batu Pasir Malik Kuarsa Kalsiulit, Napai, Batu Lumpur

dan Kalkarenit Lempun. Sedangkan untuk kecamatan kambu yakni Batu pasir

Kuarsit, Serpih Hitam Batu Sabak, Batu Gamping dan Batu Lanau (PPSP, 2012).
18

V. HASIL DAN PEMBAHASAN

5.1. Hasil

Berdasarkan penelitian yang dilakukan maka diperoleh hasil sebagai

berikut:

Tabel 5. Data Analisis Vegetasi Kategori Pohon (Plot 20 m x 20 m = 0,04 ha)

Diameter LBDS KR DR FR
Jenis Jumlah Keliling K D F INP H'
(m) (m²) (%) (%) (%)
Nona 1 183 0,58 0,27 25 25 6,67 59,03 1 25 32,67 0,36
Nona 1 90 0,29 0,06 25 25 1,61 14,28 1 25 27,61 0,34
Nona 1 85 0,27 0,06 25 25 1,44 12,73 1 25 27,44 0,34
Nona 1 89 0,28 0,06 25 25 1,58 13,96 1 25 27,58 0,34

Jumlah 0,45 100 100 11,29 100 4 100 115,29 1,38

Sumber: Data Primer, 2018

Tabel 6. Data Analisis Vegetasi Kategori Tiang (Plot 10 m x 10 = 0,01 ha)

Jenis Jumlah
SP1 3
SP2 15
SP3 12
SP4 4
SP5 3
SP6 5
Jumlah 42
Sumber: Data Primer, 2018

Tabel 7. Data Analisis Vegetasi Kategori Pancang (Plot 5 m x 5 m = 0,0025 ha)

Jenis Jumlah
SP1 4
SP2 5
Jumlah 9
Sumber: Data Primer, 2018

Tabel 8. Data Analisis Vegetasi Kategori Semai (Plot 2 m x 2 m = 0,0004 ha)

Jenis Jumlah
SP1 10
Jumlah 10
Sumber: Data Primer, 2018
19

5.2. Pembahasan

Vegetasi atau komunitas tumbuhan merupakan salah satu komponen biotik

yang menempati habitat tertentu seperti hutan, padang ilalang, semak belukar dan

lain-lain. Struktur dan komposisi vegetasi pada suatu wilayah dipengaruhi oleh

komponen ekosistem lainnya yang saling berinteraksi, sehingga vegetasi yang

tumbuh secara alami pada wilayah tersebut sesungguhnya merupakan

pencerminan hasil interaksi berbagai faktor lingkungan dan dapat mengalami

perubahan drastis karena pengaruh anthropogenik.

Praktikum yang telah kami lakukan yaitu analisis vegetasi di kebun raya

universitas Halu Oleo kami membuat plot dengan ukuran 20 m x 20 m pada plot

tersebut yang dikategorikan pohon terdapat 4 tumbuhan kayu Nona

(Xanthostemon peteolatus) pada kayu nona 1 memiliki keliling 183 dengan

diameter 0,58 m dengan memiiki luas bidang dasar 0,27 m² dengan kerapatan 25

kerapatan relatifnya 25% dan memiliki dominansi 0,67 sedangkan dominansi

relatifnya 59,03% dan memiliki frekuensi 1 frekuensi relatifnya 25% dengan

indeks nilai penting yaitu 32,67 dan keanekaragamannya yaitu 0,36 sedangkan

pada pada jenis kayu Nona (Xanthostemon peteolatus) yang ke 2 memiliki

keliling 90 dengan diameter 0,29 dan meimiliki luas bidang dasar yaitu 0,06 m²

dengan kerapatan 25 dan kerapatan relatifnya yaitu 25% dengan dominansi 1,61

dan dominansi relatifnya yaitu 14,28% frekuensinya 1 sedangkan frekuensi

relatifnya adalah 25% dan memiliki indeks nilai penting yaitu 27,61 dan

keanekaragamannya 0,34 pada tumbuhan ke 3 memiliki keliling 85 dengan

diameter 0,27 luas bidang dasarnya 0,06 m² dengan kerapatan 25 sedangkan

kerapatan relatifnya 25% dengan dominansi 1,44 dan dominansi relatifnya


20

12,58% sedangkan indeks nilai pentingnya yaitu 27,44 dan keanekaragamannya

yaitu 0,34 pada tanaman ke 4 memiliki keliling 89 dengan diameter 0,28 dan luas

bidang dasarnya yaitu 0,06 m² dengan kerapatan 25 sedangkan kerapatan

relatifnya yaitu 25% dan memiliki dominansi 1,58 dan pada dominansi reatifnya

yaitu 13,96% sedangkan frekuensinya yaitu 1 frekuensi relatifnya adalah 25% dan

memiliki indeks nilai penting yaitu 27,58 dan keanekaragamannya adalah 0,34.

Jumlah keseluruhan luas bidang dasar yaitu 0,45, dan jumlah kerapatan yaitu 100

sedangkan jumlag keseluruhan dominansi yaitu 11,29 dan jumlah keseluruhan

dominansi relatif yaitu 100 jumlah frekuensi keseluruhan yaitu 4 dan frekuensi

relatifnya adalah 100 sedangkan jmlah keseluruhan indeks nilai pentingnya adalah

115,29 dan jumlah keanekaragaman keseluruhannya adalah 1,38.

Analisis vegetasi yang dikategorikan tiang dengan ukuran plot 10 m x 10

m terdapat beberapa jenis tumbuhan yaitu Spesies1, Spesies2, Spesies3, Spesies4,

Spesies5 dan Spesies6 memiliki jumlah keseluruhan yaitu 42. Kemudian analisis

vegetasi yang dikategorikan pancang dengan ukuran plot 5 m x 5 m terdapat dua

jenis yang ditemukan yaitu Spesies1 dan Spesies2 dengan jumlah keseluruhan

yaitu 9 sedangkan analisi vegetasi yang dikategorikan semai dengan ukuran plot 2

mx 2 m terdapat jenis Spesies1 dengan jumlah 10.


21

VI. PENUTUP

6.1. Kesimpulan

Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan, maka dapat disimpulkan

sebagai berikut:

1. Indeks nilai penting (INP) Kebun Raya Universitas Halu Oleo yaitu 77320,51

pada luasan 0,04 ha dengan kategori pohon, tiang, pancang dan semai.

2. Keanekaragaman hayati pada Kebun Raya Universitas Halu Oleo yaitu 4,1

dengan luasan 0,04 ha dari luasan 22,8 ha.

6.2. Saran

Saran pada praktikum ini yaitu diharapkan kedepannya pengetahuan

tenatang Analisis vegetasi di terapkan dan dikembangkan untuk menghasilkan

potensi vegetasi-vegetasi yang ada di Kebun Raya Universitas halu Oleo.

.
22

DAFTAR PUSTAKA

Alwi,I. 2012. Kriteria empirik dalam menentukan ukuran sampel pada pengujian
hipotesis statistika dan analisis butir. Jurnal Formatif . Vol.2(2): 140-148

Badan Pusat Statistik Kota Kendari. 2017. Kecamatan Kambu. Kendari

Cahyanto,T. D. Chairunnisa dan T. Sudjarwo. 2014. Analisis vegetasi pohon


hutan alam gunung manglayang kabupaten bandung. Vol.8(2)

Destaranti,N . Sulistyani dan E. Yani. 2017. Struktur dan vegetasi tumbuhan


bawah pada tegakan pinus di rph kalirajut dan rph baturraden banyumas.
Scripta biologica vol.4 (3)

Himmah,I. S.Utami dan K.Baskoro. 2010. Struktur dan komposisi yegetasi habitat
julang emas (acerss andulatus) di gunttng ungaran jawa tengaii. Jumal
Sains & Matematika (JSM).Vol.18 (3)

Latifah,S. 2005. Analisis vegetasi hutan alam.Universitas Sumatera Utara.

Martono,D.S. 2012. Analisis vegetasi dan asosiasi antara jenis-jenis pohon utama
penyusun hutan tropis dataran rendah di taman nasional gunung rinjani
nusa tenggara barat. Jurnal agri-tek vol.13(2)

Muhdi dan D,S. Hanafiah. 2007. Dampak pemanenan kayu berdampak rendah
terhadap kerusakan tegakan tinggal di hutan alam. Jurnal Ilmu-Ilmu
pertanian Indonesia. Vol.9 (1)

Muhdin. E.Suhendang. D.Wahjono. H.Purnomo. Istomo Dan BCH


Simangunsong. 2011. Pendugaan dinamika struktur tegakan hutan alam
bekas tebangan. Jurnal Hutan Tanaman Vol. XVII(1): 1-9

Ontorael,R. A,S.Wantasen dan A,B.Rondonuwu. 2012. Kondisi ekologi dan


pemanfaatan sumberdaya mangrove di desa tarohan selatan kecamatan
beo selatan kabupaten kepulauan talaud. Jurnal Ilmiah Platax vol.1(1)

Patarianto,P. 2015. Analisa kualitas layanan terhadap kepuasan nasabah di pt.


Bank mandiri (persero) tbk. Cabang sidoarjo gedangan. Jurnal
maksipreneur. Vol. 5 (2)

Percepatan Pembangunan sanitasi Permukiman. 2012. Buku putih sanitasi Kota


Kendari

Putra,R. A.Uprayogi dan S. Kahar. 2013. Aplikasi SIG untuk penentuan daerah
quick count pemilihan kepala daerah (studi kasus : pemilihan walikota
cirebon 2013, jawa barat). Jurnal Geodesi Undip vol.2 (4)
23

Samsoedin,I., I,W.S Dharmawan. dan C,A Siregar. 2009. Potensi biomasa karbon
hutan alam dan hutan bekas tebangan setelah 30 tahun di hutan penelitian
malinau, kalimantan timur. Jurnal penelitian hutan dan konservasi alam.
Vol 6(1) : 47-56

Siregar,C.A dan I,W.S Dharmawan. 2011. Stok karbon tegakan hutan alam
dipterokarpa di pt. Sarpatim, Kalimantan tengah. Jurnal Penelitian Hutan
dan Konservasi Alam. Vol. 8 (4) : 337-348

Silaen,T. 2018. Limbah petak tebang dan faktor eksploitasi pemanenan kayu
eucalyptus hybrid (ind 61) di hutan tanaman industri. Departemen
manajemen hutan. Universitas Sumatera Utara.

Tambunan.P. Keanekaragaman genetik tumbuhan obat Indonesia; potensi yang


terpendam. 2008. Jurnal analisis kebijakan kehutanan vol. 5 (1)

Zulkarnain. L,O. Alimuddin dan A. Razak. 2015. Analisis vegetasi dan visualisasi
profil vegetasi hutan di ekosistem hutan tahura nipa-nipa di kelurahan
mangga dua kota kendari. Jurnal Ecogreen Vol.1(1)
24

LAMPIRAN
25

Lampiran 1. Peta lokasi penelitian


26

Lampiran 2. Data mentah penelitian

- Kategori Pohon (Plot 20 m x 20 m = 0,04 ha)

Diameter LBDS KR DR FR
Jenis Jumlah Keliling K D F INP H'
(m) (m²) (%) (%) (%)

Nona 1 183 0,58 0,27 25 25 6,67 59,03 1 25 32,67 0,36


Nona 1 90 0,29 0,06 25 25 1,61 14,28 1 25 27,61 0,34
Nona 1 85 0,27 0,06 25 25 1,44 12,73 1 25 27,44 0,34
Nona 1 89 0,28 0,06 25 25 1,58 13,96 1 25 27,58 0,34

Jumlah 0,45 100 100 11,29 100 4 100 115,29 1,38

- Kategori Tiang (Plot 10 m x 10 = 0,01 ha)

Jenis Jumlah
SP1 3
SP2 15
SP3 12
SP4 4
SP5 3
SP6 5
Jumlah 42

- Kategori Pancang (Plot 5 m x 5 m = 0,0025 ha)

Jenis Jumlah
SP1 4
SP2 5
Jumlah 9

- Kategori Pancang (Plot 2 m x 2 m = 0,0004 ha)

Jenis Jumlah
SP1 10
Jumlah 10
27

Lampiran 3. Dokumentasi penelitian

Pemberian arahan tentang praktikum oleh Bapak Dosen dan Asisten Praktikum

Pemasangan tali rapia pembatas plot ukur

Pengukuran keliling pohon

Pengambilan sudut tinggi total (TT) dan tinggi bebas cabang (TBC) pada pohon

Anda mungkin juga menyukai