Anda di halaman 1dari 12

DAFTAR ISI

BAB I .............................................................................................................................................. 2

PENDAHULUAN ......................................................................................................................... 2

A. Latar Belakang ...................................................................................................................... 2

B. Rumusan Masalah ................................................................................................................. 3

C. Tujuan..................................................................................................................................... 3

BAB II ............................................................................................................................................ 4

TINJAUAN TEORI ...................................................................................................................... 4

A. Askep Disaster........................................................................................................................ 4

B. Tujuan Askep Disaster .......................................................................................................... 4

C. Peran Perawat Pencegahan Pemulihan Kesiapsiagaan Perawat Tanggap Darurat ....... 6

A. Pengkajian .............................................................................................................................. 6

B. Masalah Keperawatan .......................................................................................................... 6

C. Perencanaan & Implementasi .............................................................................................. 6

D. Evaluasi................................................................................................................................... 9

BAB III......................................................................................................................................... 11

PENUTUP .................................................................................................................................... 11

KESIMPULAN ........................................................................................................................... 11

DAFTAR PUSTAKA .................................................................................................................. 12

1
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Undang-Undang No. 24 tahun 2007 mengartikan bencana sebagai suatu peristiwa luar biasa
yang mengganggu dan mengancam kehidupan dan penghidupan yang dapat disebabkan oleh alam
ataupun manusia, ataupun keduanya (Toha, 2007). Untuk menurunkan dampak yang ditimbulkan
akibat bencana, dibutuhkan dukungan berbagai pihak termasuk keterlibatan perawat. Perawat
sebagai tenaga kesehatan hendaknya berada di lini terdepan dalam penanganan bencana di
Indonesia (Chan, Chan, Cheng, Fung, Lai, Leung, Leung, Li, Yip, Pang, 2010). Peran perawat
dapat dimulai sejak tahap mitigasi (pencegahan), tanggap darurat bencana dalam fase prehospital
dan hospital, hingga tahap recovery.

Namun sejauh ini, tidak hanya di Indonesia di negara-negara lain juga dihadapkan pada kondisi
kurangnya peran perawat dalam respon terhadap penanganan bencana. Sehingga diperlukan suatu
pengetahuan dan kompetensi yang mumpuni oleh seorang perawat untuk mengimbangi potensi
dan kompleksitas bencana dan dampaknya yang mungkin akan lebih besar pada masa mendatang.
Pertemuan yang dilakukan oleh American Public Health Association pada tahun 2006 telah
menyebutkan bahwa diperlukan kesiapan dari tenaga kesehatan dalam mengahadapi kejadian luar
biasa melalui pendidikan bencana yang menjadi prioritas dalam kurikulum (WHO dan ICN, 2009).

Melihat betapa besarnya peran perawat dan pentingnya kebutuhan akan keperawatan bencana
dalam kurikulum maka penulis tertarik mengangkat masalah kompetensi perawat dalam
penanganan bencana; implikasi keperawatan bencana dalam kurikulum pendidikan keperawatan.
Terdapat beberapa pertanyaan yang ingin diulas dalam kajian ini yaitu kompetensi yang harus
dimiliki perawat dalam penanganan bencana, pembuatan kurikulum disaster nursing, dan
aplikasinya di Indonesia. Literature yang digunakan sebagai bahan kajian diperoleh melalui
pencarian dengan menggunakan kata kunci “disaster, competencies nursing in disaster, disaster
nursing”. Beberapa jurnal yang mendukung kemudian diambil sebagai bahan kajian dan ditindak
lanjuti dengan membaca references dari masing-masing jurnal. Sehingga hasil akhir menemukan
enam (6) jurnal yang mendukung pembahasan kompetensi perawat dalam bencana dan kurikulum
disaster nursing sebagai bahan kajian.

2
B. Rumusan Masalah

1. Bagaimanakah pengkajian Keperawatan Bencana?

2. Apa saja diagnose yang ada dalam Keperawatan Bencana ?

3. Apa saja rencana tindakan Keperawatan Bencana ?

4. Evaluasi

C. Tujuan

1. Mengetahui Bagaimanakah Pengkajian Keperawatan Bencana

2. untuk mengetahui apa saja diagnose yang ada dalam Keperawatan Bencana

3. Mengetahui apa saja rencana tindakan Keperawatan Bencana

3
BAB II

TINJAUAN TEORI

A. Askep Disaster
suatu bentuk pelayanan keperawatan yang diberikan kepada klien sebagai individu, keluarga,
kelompok, atau masyarakat sebagai korban bencana secara komprehensif dengan menggunakan
pendekatan proses keperawatan.

B. Tujuan Askep Disaster


1. Meningkatkan mutu pelayanan keperawatan dalam penanggulangan bencana.
2. Meningkatkan pengetahuan dan keterampilan perawat dalam menangani kondisi
bencana.
3. Meningkatkan hubungan psiko-sosial antara perawat dengan korban bencana.
4. Memberikan pelayanan keperawatan langsung kepada masyarakat di tempat
pengungsian.

4 contoh disaster :

a. Gempa Bumi dan Gelombang Tsunami.


b. Gunung Meletus.
c. Banjir.
d. Tanah Longsor.
e. Terorisme/ Bom/ Ledakan Nuklir
f. Kecelakaan Lalu lintas.
g. Badai/ Angin Topan ‘Twister’
h. Demonstrasi/ Perang/ Konflik.
i. Kebakaran.
j. Penyakit Menular

5 akibat disaster :

Banyaknya korban meninggal (Menimbulkan masalah kehilangan, kecemasan, berduka,


gangguan konsep diri dll)

4
Banyak korban luka-luka (Menimbulkan masalah risiko infeksi, nyeri, kecacatan,
perdarahan dll)

Akibat Disaster :

Banyak korban terancam hidupnya (Menimbulkan masalah kecemasan, gangguan konsep


diri, dll)

Timbulnya berbagai penyakit (Menimbulkan banyak masalah kesehatan dan keperawatan


sehubungan dengan penyakit yang muncul seperti diare, ISPA, demam berdarah, dll)

Tahap Pencegahan (Preventive phase)

Meliputi kegiatan identifikasi faktor-faktor risiko, perumusan program pencegahan, dan


menerapkan rencana pencegahan bencana untuk mengurangi dampak bencana, hazard mapping
(pemetaan ancaman/ risiko bencana). Dalam tahap ini banyak elemen yang terlibat dan saling
berhubungan seperti pemerintah daerah, petugas kesehatan, polisi, petugas sosial, media, dan
masyarakat.

Tahap Kesiapsiagaan (Preparedness phase)

Meliputi kegiatan merencanakan upaya penyelamatan dan meminimalkan korban serta


kerusakan. Kesiapsiagaan ini terbagi dalam personal preparedness (diri sendiri), professional
preparedness (professional), dan community preparedness (masyarakat). Juli 2012 10 Tahap
Tanggap Darurat (Response phase) Pada tahap ini diharapkan semua petugas atau masyarakat
memberikan respon secara terkoordinasi.

Tahap Pemulihan (Recovery phase)

Merupakan tahap perbaikan, pembangunan kembali, relokasi infrastruktur yang rusak, dan
memperbaiki kembali pelayanan kesehatan.

Tahap Pemulihan

Kegiatan yang dilakukan antara lain penilaian/ pengkajian kebutuhan cepat (Rapid Health
Assesment), mendirikan sarana pelayanan kesehatan dasar dan rujukan sementara,
menyelenggarakan pelayanan kesehatan rutin seperti pengobatan, perbaikan gizi, KIA, Kesehatan
reproduksi, Kesehatan jiwa, sanitasi, P2M, dan promosi kesehatan.

5
C. Peran Perawat Pencegahan Pemulihan Kesiapsiagaan Perawat Tanggap Darurat

A. Pengkajian
1. Identifikasi faktor risiko; keluarga yang tinggal di daerah rawan bencana seperti daerah
longsor, banjir, daerah pantai, daerah gunung berapi dll.
2. Analisis sumber dan kapasitas yang dapat digunakan.
3. Melakukan pemetaan wilayah/ pemetaan ancaman atau risiko bencana
4. Individu, keluarga, dan masyarakat belum mengetahui tentang penanggulangan terhadap
bencana.

B. Masalah Keperawatan
1. Kurang Pengetahuan.
2. Risiko terjadinya kecelakaan/ injury/ luka
3. Kecemasan.
4. Kehilangan.
5. Isolasi Sosial : Menarik Diri.
6. Gangguan konsep diri.
7. Risiko infeksi, dll

C. Perencanaan & Implementasi


Tahap Pencegahan (Prevention)

Pencegahan Tingkat Pertama (Primary Prevention)

Melaksanakan program pencegahan bahaya (safety hazard) berupa penyuluhan/


pendidikan kesehatan baik di rumah, tempat kerja, sekolah dll >> Program Sekolah Siaga Bencana
(PMR) Mengidentifikasi faktor-faktor risiko yang dapat menyebabkan terjadinya bencana.

Memberikan bimbingan untuk mengantisipasi terjadinya bencana kepada masyarakat


(exercise atau simulasi).

Primary Prevention

1. Mempersiapkan komunitas dalam menghadapi bencana


2. Inisiatif dan memperbaharui rencana penanggulangan bencana

6
3. Menyediakan program pendidikan menghadapi bencana >> KIE (Komunikasi, Informasi
dan Edukasi)
4. Membuat laporan populasi rentan
5. Memberikan pendidikan kesehatan pada populasi rentan
6. Advokasi masyarakat dalam menciptakan dan menjaga lingkungan yang aman
7. Melakukan pengkajian dan laporan tentang bahaya lingkungan
8. Mengetahui sumber-sumber yang dapat digunakan dalam penanganan bencana

Tahap Pencegahan

Pencegahan Tingkat Kedua (secondary prevention)

Fokus pada upaya mendeteksi sedini mungkin serta penanganan sesegera mungkin.
Pencegahan Tingkat Ketiga (Tertiary prevention)

Terlibat dalam upaya menurunkan jumlah dan tingkat kecacatan atau kerusakan yang
diakibatkan oleh bencana (dalam hal ini dapat menolong masyarakat dalam pemulihan dan
menurunkan risiko akibat bencana).

Tahap Kesiapsiagaan

1. Persiapan Diri Sendiri (Personal preparedness)


2. Perawat mengetahui rencana penanggulangan bencana di masyarakat (Bakornas,
Satkorlak, BNPB, dll) Mengembangkan rencana penanggulangan bencana untuk diri
sendiri dan keluarganya.
3. Mampu memberikan pertolongan pertama (first aid) dan resusitasi jantung (CPR). Dalam
hal ini harus mempunyai sertifikat
4. Siap untuk bekerja di daerah bencana.

Tahap Kesiapsiagaan Sebagai Profesional (Profesional preparedness)

Kesiapan untuk menolong dalam penanggulangan bencana dengan perlengkapan terstandar


(copy sertifikat, peralatan dasar, lampu senter dan baterai cadangan, baju hangat/ jaket, buku/
formulir untuk pencatatan, buku saku panduan).

Mempunyai kemampuan untuk Basic Trauma Life Support (BTLS) dan Basic Cardiac Life
Support (BCLS) yang tersertifikasi.

7
Mengidentifikasi faktor risiko dan riwayat bencana.

Memahami program penanggulangan bencana nasional (kejelasan rantai komando,


komunikasi, mekanisme transport dalam evakuasi, dll).

Community Preparedness = Kesiapsiagaan Bencana Berbasis Masyarakat (KBBM) >>>

• Organisasi Kemasyarakatan/ LSM/ Relawan

• Sistem peringatan dini

• Pemadam Kebakaran

• RS, Puskesmas, Balai Pengobatan

• PMI

• Departemen Perhubungan

• KOGAMI (Komunitas Siaga Tsunami) Padang, dll

Tahap Tanggap Darurat

1. Perawat melakukan tugas di bawah koordinasi tim tanggap darurat bencana.


2. Melakukan tugas-tugas penyelamatan. Perawat menentukan korban yang memerlukan
prioritas pertolongan (priority care) dengan sistem triase dan melaksanakan tindakan
keperawatan emergency dan dukungan sesegera mungkin di lapangan (di tempat
pengungsian, di rumah sakit lapangan, termasuk manajemen keperawatan dalam
perjalanan pemindahan korban yang sudah stabil).
3. Memberikan treatment (penanganan)

Tahap Tanggap Darurat

1. Melakukan stabilisasi korban.


2. Melakukan transportasi korban
3. Melakukan perawatan jenazah saat kejadian dan memberitahukan kepada keluarga korban.
Termasuk di dalamnya identifikasi korban meninggal dan transport yang akan digunakan
untuk mengangkut, membuat label jari kaki (Toe tags) dan mencatat korban.

Tahap Pemulihan

8
1. Pada tahap ini merupakan proses yang memerlukan waktu lama, termasuk untuk tindakan
medis/ keperawatan, rehabilitasi fisik, pemulihan keuangan, dukungan psikologis dan
spiritual. Melakukan rehabilitasi fisik.
2. Memberikan dukungan psikologis (mental health) dan spiritual.
3. Memberikan pendidikan kesehatan dalam hal kebersihan (hygiene dan sanitasi lingkungan),
menghadapi stress, dll.

Tahap Pemulihan

1. Memperbaharui catatan imunisasi.


2. Melakukan kegiatan kunjungan rumah untuk membantu keluarga menyelesaikan masalah
kesehatan yang dihadapi setelah terjadinya bencana.
3. Melakukan penemuan kasus dan rujukan.

Tahap Pemulihan

1. Membantu dalam pemenuhan kebutuhan korban bencana


2. Membantu kesehatan mental korban
3. Memperhatikan bahaya lingkungan yang dapat terjadi setelah bencana
4. Melakukan home visit
5. Memperhatikan kemungkinan adanya binatang yang hidup atau mati yang dapat
membahayakan kesehatan korban bencana
6. Case finding dan memberikan asuhan keperawatan
7. Membantu korban agar dapat beraktivitas secara normal sesuai perannya dimasyarakat.

D. Evaluasi
Evaluasi dapat dilakukan secara langsung ketika perawat melakukan tindakan (catatan
keperawatan) dan melalui catatan perkembangan sesuai program yang telah direncanakan

Contoh Program Penanggulangan Banjir

Sebelum Bencana

1. Meningkatkan Perilaku Hidup Bersih dan Sehat (PHBS)

9
2. Inventarisasi sumber air bersih, sumber air minum, & tempat2 saklar listrik
3. Letakkan barang2 penting & bahan2 yg hancur bila kena air di tempat yg tinggi
4. Persiapkan sepatu boot, pelampung, & perahu karet
5. Persiapkan kaporit dan bubuk abate
6. Catat no telp yg dpt dihub seperti Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD),
ambulans 118, dll

Selama Bencana Di Lokasi Banjir

1. Selamatkan anak2 & ortu terlebih dahulu ke tempat aman/ penampungan/ pengungsian
2. Gunakan sepatu karet/ boot yg tinggi shg kaki tdk terndam air
3. Matikan aliran listrik
4. Pindahkan barang berharga & dokumen penting serta bahan makanan minuman ke
tempat yg aman
5. Gunakan bahan antiseptik setiap kali menggunakan/ mencuci peralatan yg dipakai
6. Lokalisasi/ kumpulkan sampah sebisa mungkin agar tdk berantakan & berserakan di air
7. Keluar dari lokasi banjir sesegera mungkin

Sesudah Bencana

1. Membersihkan tempat tinggal dan lingkungan rumah


2. Melakukan Pemberantasan Sarang Nyamuk (PSN)
3. Melakukan kaporitisasi sumur gali
4. Memperbaiki jamban dan saluran pembuangan air limbah (SPAL)

10
BAB III

PENUTUP

KESIMPULAN
Indonesia termasuk daerah yang rawan bencana. Dengan banyaknya
bencana,kesiapsiagaan dan pelaksanaan tanggap bencana harus dilakukan dengan baik.
Mengingatdampak yang ditimbulkan bencana tidaklah sederhana, maka penanganan korban
bencanaharus dilakukan dengan apik supaya korban yang mengalami berbagai sakit baik fisik,
sosial,dan emosional dapat tertangani dengan baik.

Perawat sebagai kaum yang telah dibekali dasar-dasar kejiwaan kebencanaan


dapatmelakukan berbagai tindakan tanggap bencana. Seharusnya modal itu dimanfaatkan
olehmahasiswa keperawatan agar secara aktif turut melakukan tindakan tanggap bencana

11
DAFTAR PUSTAKA
https://maryamspkom.files.wordpress.com/2012/09/ho-disaster-nursing.pdf

http://mirzariadiani.blogspot.com/2014/05/keperawatan-bencana.html

12

Anda mungkin juga menyukai