Anda di halaman 1dari 16

KATA PENGANTAR

Puji syukur kita ucapkan kepada Tuhan yang Maha Esa yang telah melimpahkan rahmat-
Nya kepada kita, sehingga saya dapat menyelesaikan tugas makalah Pengantar Ilmu Lingkungan
tentang “DAMPAK PERUBAHAN IKIM TERHADAP LINGUNGAN HIDUP”. Makalah ini
juga sebagai tugas yang harus dikerjakan untuk sarana pembelajaran bagi kita.

Selayaknya manusia biasa yang tidak pernah lepas dari kesalahan, maka dalam
pembuatan makalah ini masih banyak yang harus dikoreksi dan jauh dari sempurna. Oleh karena
itu, kritik dan saran sangat diharpkan guna memperbaiki kesalahan dalam makalah ini.
Demikian, apabila ada kesalahan dan kekurangan dalam isi makalah ini,saya mohon maaf yang
sebesar-besarnya.

Kendari, 02 Juni 2017

Gusti Made Pryati Gutami

M1A116018

1
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR .................................................................................................................................. 1


DAFTAR ISI................................................................................................................................................. 2
BAB I ............................................................................................................................................................ 3
PENDAHULUNAN ..................................................................................................................................... 3
1.1 LATAR BELAKANG ........................................................................................................................ 3
2.1 TUJUAN ............................................................................................................................................. 4
1.3 KEGUNAAN ...................................................................................................................................... 4
BAB II........................................................................................................................................................... 4
TINJAUAN PUSTAKA ............................................................................................................................... 5
2.1 PENGERTIAN PERUBAHAN IKLIM .............................................................................................. 5
2.2 FAKTOR PENYEBAB PERUBAHAN IKLIM ................................................................................. 7
2.3 ANALISIS RESIKO IKLIM .............................................................................................................. 8
BAB III ....................................................................................................................................................... 10
PEMBAHASAN ......................................................................................................................................... 10
3.1 SEKTOR-SEKTOR LINGKUNGAN HIDUP YANG TERDAMPAK LINGKUNGAN
IKLIM ............................................................................................................................................ 10
3.2 STRATEGI MITIGASI PERUBAHAN IKLIM .............................................................................. 12
3.3 STRATEGI ADAPTASI PERUBAHAN IKLIM ............................................................................. 13
BAB IV ....................................................................................................................................................... 14
PENUTUP .................................................................................................................................................. 15
DATAR PUSTAKA ................................................................................................................................... 15

2
BAB I

PENDAHULUNAN

1.1 LATAR BELAKANG

Perubahan iklim telah diakui sebagai tantangan terberat yang sekarang dihadapi umat
manusia. Perubahan iklim memberi dampak terhadap segala macam kehidupan di dunia, yaitu
kehidupan flora, fauna, dan manusia. Sejak 1860, mulai secara sistematik dilakukan pengamatan,
pengukuran, serta pencatatan iklim dan ditemukan bahwa temperatur dunia terus naik dengan
kecepatan yang makin meningkat. Perubahan iklim adalah proses yang berkembang lambat
dengan hasil yang relatif kecil, tetapi cukup bermakna untuk menyebabkan kejadian-kejadian
cuaca ekstrim seperti gelombang panas, banjir, kekeringan, badai, dan kenaikan permukaan air
laut. Kenaikan permukaan air laut di kepustakaan masih kurang mendapat perhatian, tetapi justru
untuk Indonesia sebagai negara kepulauan sangat penting dan akan diberi perhatian khusus.
Perubahan iklim atau yang lebih popular dengan istilah climate change mungkin bagi
sebagian orang merupakan hal krusial yang sedang menjadi buah bibir di dunia. Secara tidak
langsung mau tidak mau kita harus menyumbangkan kepedulian kita tentang tajuk rencana ini.
Pada awalnya bumi dan alam ini memang stabil, namun bumi selalu mengalami perubahan baik
secara alami maupun tidak. Menurut penelitian para ahli dibidang ini, perubahan iklim yang kita
alami sekarang ini sudah berlangsung sejak abad ke-19. Cuaca sekarang sudah sangat sulit untuk
diprediksi. Dulu dengan mudah bagi kita untuk menentukan musim hujan yang biasanya terjadi
pada bulan Oktober-Februari. Tapi untuk akhir-akhir ini yang penulis alami adalah prediksi
seperti itu sudah tidaklah tepat lagi. Apakah pembaca merasa bahwa udara sekarang sudah sangat
panas dan musim kemarau pun lebih terasa panjang? Tentunya kejadian seperti itu akan
menimbulkan dampak di berbagai bidang cotohnya kesehatan.
Apabila berbicara tentang perubahan cuaca maka sangat erat hubungannya dengan global
warming tentu saja karena yang penulis ketahui bahwa perubahan cuaca diakibatkan oleh global
warming. Global warming atau pemanasan global adalah meningkatnya suhu rata-rata
permukaan Bumi dan laut akibat peningkatan jumlah emisi Gas Rumah Kaca (GRK) di atmosfer.
Gas rumah kaca adalah faktor utama yang menyebabkan pemanasan global ini terjadi.
Selanjutnya adalah gas CO2 sisa pembakaran, contohnya saja pembakaran yang tidak sempurna

3
yang menghasilkan gas CO2. Dan yang ketiga adalah efek dari gas metan yang banyak dihasilkan
oleh aktivitas persawahan, peternakan, dan pembuangan sampah.
Dampak perubahan iklim ini sangat berkaitan dengan kesehatan oleh karena itu kita tidak boleh
menganggap sepele hal ini. Menurut artikel yang penulis baca, 3 hal yang menjadi dasar untuk
kesehatan adalah makanan, air dan udara, Berikut akan dijelaskan uraian mengenai dampak dari
perubahan iklim yang tidak menentu :

1. Dengan naiknya permukaan air laut maka akan terjadi banjir di wilayah pesisir dengan
kondisi iklim kita yang menjadikan intensitas curah hujan semakin meningkat. Apabila
sudah terjadi banjir, maka akan banyak sekali penyakit yang akan menghampiri kita,
sehingga kesehatan kita pun akan terganggu.
2. Sebaliknya, musim kemarau akan lebih lama berlangsung, ini menyebabkan kekeringan
pun akan terjadi. Dan yang akan kita terima adalah gagal panen. Bila itu terjadi tentu saja
ancaman mendapatkan konsumsi makanan akan sulit dan akibatnya adalah GIZI
BURUK.
3. Musim yang sudah tidak dapat diprediksi sehingga terjadinya musim pancaroba yang tak
menentu. Peralihan musim tersebut biasanya banyak menyebabkan kesehatan kita
terganggu karena air bersih akan sulit kita dapat dan udara pun akan semakin tercemar
dan bisa mengganggu pernafasan kita.

2.1 TUJUAN
1. Untuk mengetahui sektor-sektor lingkungan hidup yang terdampak pada lingkungan
hidup.

2. Untuk mengetahui mitigasi perubahan iklim

3. Uuntuk mengetahui strategi adaptasi perubahan iklim

1.3 KEGUNAAN
1. Dapat mengetahui sektor-sektor lingkungan hidup yang terdampak pada lingkungan
hidup.

2. Dapat mengetahui mitigasi perubahan iklim

3. Dapat mengetahui strategi adaptasi perubahan iklim

4
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 PENGERTIAN PERUBAHAN IKLIM

Perubahan iklim adalah fenomena global, mengalami peningkatan sebagai akibat dari
aktivitas manusia seperti penggunaan bahan bakar fosil dan perubahan dalam pemanfaatan lahan.
Salah satu perubahan iklim global adalah meningkatnya frekuensi dan intensitas iklim yang
ekstrim seperti badai, banjir, dan kekeringan. Beberapa riset yang dilakukan sebelum ini
menunjukkan banyaknya indikator dalam perubahan iklim seperti meningkatnya permukaan air
laut, banjir, kekeringan, beberapa permasalahan sumberdaya dan permasalahan dalam
pengembangan sumberdaya air. Iklim erat hubungannya dengan perubahan cuaca dan pemanasan
global dapat menurunkan produksi pertanian antara 5-20 persen. Perubahan iklim merupakan
suatu kondisi yang ditandai dengan berubahnya pola iklim dunia yang mengakibatkan feno-mena
cuaca yang tidak menentu. Perubahan iklim terjadi karena adanya perubahan variable iklim,
seperti suhu udara dan curah hujan yang terjadi secara terus menerus dalam jangka waktu yang
panjang antara 50 sampai 100 tahun. Perubahan iklim juga dipengaruhi oleh kondisi cuaca yang
tidak stabil sebagai contoh curah hujan yang tidak menentu, ser, suhu udara yang ekstrim, serta
arah angin yang berubah drastis Penurunan intensitas hujan merupakan salah satu dampak dari
perubahan iklim. Menurut studi yang dilakukan oleh Angles, dkk., (2011) menyebutkan bahwa
berkurangnya intensitas hujan adalah alasan terbesar dari penurunan hasil panen petani di lahan
kering di Dharmaputri, India. Penurunan hasil panen tersebut menyebabkan penurunan
pendapatan para petani. Penurunan pendapatan petani tersebut merupakan dampak jangka
pendek, sedangkan dampak jangka panjangnya adalah berakhirnya profesi petani lahan kering
(offfarm employment). Berkurangnya intensitas hujan merupakan faktor penyebab utama
penurunan hasil panen . Variasi iklim seperti kejadian masa kemarau panjang memiliki dampak
yang tinggi pada hasil tanaman lahan kering. Perubahan iklim memiliki pengaruh negative
terhadap produksi pertanian . Penurunan produksi pertanian ini dikarenakan terjadinya
penurunan luas lahan panen akibat dari dampak perubahan iklim. (Hukom,dkk,2012)

5
Iklim merupakan faktor penarik bagi wisatawan yang ingin berelaksasi pada tempat yang
memiliki iklim yang lebih nyaman daripada tempat tinggalnya. Mereka yang tinggal di daerah
yang dingin dan jarang mendapatkan sinar matahari akan memiliki kecenderungan untuk
berwisata ke tempat-tempat yang memiliki iklim tropis yang kaya akan sinar matahari.
Sebaliknya, mereka yang tinggal di iklim yang cenderung panas, akan mencari tempat-tempat
yang sejuk untuk tujuan berwisata. Fenomena ini terjadi di destinasi-destinasi pariwisata utama
di Indonesia. Meningkatnya temperatur permukaan global yang terjadi hampir di seluruh belahan
dunia pada beberapa dekade terakhir ini berdampak pada kenaikan temperatur, perubahan pola
cuaca, kenaikan muka air laut, dan terjadinya berbagai peristiwa ekstrim yang juga akan
berdampak besar terhadap destinasi-destinasi pariwisata yang mengandalkan iklim serta sumber
daya alam dan budaya sebagai daya tarik wisata utamanya, contohnya pada sektor pariwisata di
Indonesia. Perubahan iklim akan memberikan pengaruh yang besar terhadap dunia
kepariwisataan, baik itu terhadap preferensi wisatawan akan daerah tujuan wisatanya, maupun
berubahnya daya tarik wisata yang dimiliki destinasi yang berakibat juga pada perubahan
pengelolaan destinasi pariwisata.(Suwarto,2011)
Air, dalam berbagai fasenya menjadi bagian penting yang menghubungkan antara
komponen kimia di atmosfer dengan perubahan global juga dengan proses dinamika, radiasi, dan
komponen iklim. Di troposfer atas dan stratosfer bawah efek radiatif dan kimia dari uap air
sangat besar dan konsentrasinya di atmosfer sangat berpengaruh terhadap temperatur dan
kelembaban relatif. Pada model iklim global, hampir setengah dari seluruh penelitian mengenai
kenaikan temperatur karena konsentrasi CO2 yang meningkat dua kali juga karena meningkatnya
konsentrasi uap air. Peningkatan konsentrasi uap air di stratosfer telah menghasilkan efek
pendinginan sama halnya dengan proses penipisan ozon. Penelitian terbaru menunjukkan
pendinginan di stratosfer di daerah yang konsentrasi uap airnya meningkat, hampir sama dengan
akibat penguraian molekul ozon di stratosfer, menunjukkan adanya peningkatan penyebab yang
mengakibatkan penurunan temperatur stratosfer (Jain,et.al, 2005). Selain itu, uap air di troposfer
merupakan gas telusur yang paling penting karena berperan sebagai factor kunci dalam
pengaturan dinamika troposfer dan merupakan gas rumah kaca yang sangat kuat. Penelitian
jangka panjang mengenai uap air di troposfer tengah/atas menjadi focus penelitian komunitas
peneliti perubahan Iklim karena pada ketinggian tersebut uap air berperan sangat baik sebagai
gas rumah kaca.

6
Seberapa besar pemanasan yang terjadi akibat peningkatan konsentrasi gas rumah kaca di
atmosfer masih belum diketahui secara kuantitatif. Berdasarkan pertemuan IPCC tahun 1996
menyimpulkan bahwa peningkatan konsentrasi CO2 menjadi dua kali lipat menyebabkan
kesetimbangan dengan terjadinya peningkatan temperature antara 1,5 hingga 4,5 C. Penyebab
dari ketidakpastian ini adalah ketidakmampuan kita untuk menentukan mekanisme arus balik
(feedback) dalam sistem iklim termasuk uap air, awan, lapse rate, dan albedo. Uap air telah
dalam waktu lama dikatakan memiliki mekanisme arus balik yang positif. Hal ini disebabkan
ketergantungan uap air pada proses pelarutannya terhadap temperatur.(Ambarsari,2010)

2.2 FAKTOR PENYEBAB PERUBAHAN IKLIM


1. Aktivitas Manusia

Kegiatan manusia dibumi ini merupakan penyebab utama terjadinya perubahan iklim, terlebih
aktivitas manusia yang mengarah kepada pengrusakan lingkungan seperti penebangan hutan,
pembangun pemukiman didaerah resapan air, membuang limbah pabrik sembarangan, dan lain
sebagainya. Aktivitas-aktivitas manusia yang tidak memperdulikan lingkungan membuat bumi
semakin tidak ramah kepada manusia dan menjadikan semakin tidak nyaman ditempati lagi

.2. Pemanasan Global

Salah satu penyebab perubahan iklim yang terjadi dibumi ini adalah pemanasan global.
Pemanasan global merupakan meningkatnya suhu rata-rata dipermukaan bumi baik itu darat
maupun laut. Pengaruh pemanasan global terhadap terjadinya perubahan iklim sangat signifikan,
contohnya adalah dari sebuah penelitian mengungkapkan bahwa pemanasan global dapat
meningkatkan intensitas terjadinya badai. Hal ini membuktikan bahwa anomali iklim didalam ini
serinkali terjadi

3. Efek Rumah Kaca

Efek rumah kaca merupakan penyebeb terjadinya pemanasan global yang menjadikan bumi ini
mengalami perubahan iklim. Peristiwa efek rumah kaca utamanya disebebkan oleh aktivitas
manusia seperti polusi dari pabrik-pabri, polusi dari kendaraan bermotor, dan juga dari sektor
pertanian. Peristiwa ini bisa perdampak kepada mencairnya es-es atau salju-salju abadi daerah
kutub yang bisa menyebabkan meningkatnya permukaan air laut sekitar daerah tropis.

7
4.El Nino dan La Nina

El Nino adalah proses terjadinya peningkatan temperatur atau suhu air laut di daerah Peru dan
Ekuador yang dapat berdampak mengganggu iklim secara gobal. Peristiwa ini umumnya terjadi
dalam waktu dua sampai tujuh tahun sekali. Sedangkan La Nino adalah kebalikan dari El Nino,
yaitu ketika suhu dan temperatur air laut di daerah Peru dan Ekuador menjadi dingin. Peristiwa
La Nina bisa menyebabkan angin kencang, hujan lebat dan juga banjir didaerah-daerah sekitar
Indonesia

5. Menipisnya Lapisan Ozon

Pelu diketahui bersama bahwa saat ini lapisan ozon di atmosfer bumi semakin menipis, dan ini
merupakan salah satu penyebab terjadinya perubahan iklim secara global. Sinar matahari yang
menyinari bumi langsung terpancar ke bumi tanpa terfilter terlebih dahulu dilapisan ozon (karena
semakin menipis), ini yang membuat sinar matahari terasa sangat terik. Nah inilah salah satu
penyebab kenapa bumi semakin panas dan kita merasa tdak nyaman lagi di bumi.

2.3 ANALISIS RESIKO IKLIM


Pemanasan global yang mempengaruhi pola iklim secara global menjadi landasan berpikir
kritis. Apakah berbagai upaya penyesuaian yang telah ada mampu bertahan mengahadapi
kemungkinan perubahan yang lebih ekstrem. Luasan dan tinggi banjir meningkat, arus air lebih
tinggi atau waktu banjir menjadi lebih lama. Seberapa besar kesiapan atau penyesuaian diri yang
telah ada mampu mengahadapi ancaman banjir yang semakin meningkat? Bagaimana dengan
wilayah yang sebelumnya tidak mengalami banjir saat menjadi wilayah baru yang ikut
tergenang? Banjir baru satu dari sekian ancaman bencana yang berkorelasi erat dengan
perubahan iklim. Angin ribut/topan, longsor, kekeringan, kebakaran dan wabah merupakan
bentuk lain yang berpotensi bencana. Menjadi lebih komplek ketika berbagai ancaman bencana
tersebut dihubungkan dengan ancaman sekunder dari banjir; krisis air bersih, ketersediaan
pangan, sebaran wabah sampai tindak kriminal akibat berhentinya sektor pendukung
perekonomian warga.

Pengurangan risiko bencana tidak bisa lepas dari perubahan iklim. Dari beberapa kasus kejadian
bencana, dampak perubahan iklim secara langsung mempengaruhi tingkat risiko

8
bencana. Peningkatan risiko terjadi karena dampak perubahan iklim memicu peningkatan
bahaya, meningkatkan kerentanan serta menurunkan kapasitas.

Dari sisi kuantitas, bencana yang di picu oleh faktor hidrometeorologi menempati jumlah
terbanyak. Demikian juga dari sisi kerugian. Dari ata BNPB, 95 % dari kejadian bencana di
Indonesia berhubungan erat dengan iklim. Sedangkan sisanya merupakan bencana geologis dan
akibat manusia. Banjir menempati posisi tertinggi kejadian di Indonesia sebesar 34%. Kejadian
lain dengan jumlah tinggi adalah kebakaran, kebakaran hutan dan lahan (17%), tanah longsor
(13%), puting beliung (13%), dan wabah (12%).

Bagi Indonesia dan negara berkembang lainnya, dampak perubahan iklim semakin berat
karena kemampuan adaptasi belum sepenuhnya disiapkan dengan baik. Pada hal yang paling
mendasar, seperti data dan informasi saja, masih belum mampu terdistribusikan ke masyarakat.
Sementara, berbagai upaya antisipasi penanggulnagan bencana; baik tindakan preventif, mitigasi
maupun kesiapsiagaan masih belum menjadi prioritas utama. Paling tidak, kita dapat melihatnya
dari ketersediaan anggaran negara, baik di nasional maupun daerah masih jauh di bawah terget
ideal yang didorong oleh PBB, sebesar 30 % total dana APBN/APBD.

9
BAB III

PEMBAHASAN

3.1 SEKTOR-SEKTOR LINGKUNGAN HIDUP YANG TERDAMPAK LINGKUNGAN


IKLIM
Perubahan iklim sudah berdampak pada berbagai aspek kehidupan dan sektor
pembangunan di Indonesia. Sektor kesehatan manusia, infrastruktur, pesisir dan sektor lain yang
terkait dengan ketersediaan pangan (pertanian, kehutanan dan lainnya) telah mengalami dampak
perubahan tersebut. Di sektor pertanian, sama dengan sektor lainnya, belum ada studi tingkat
nasional yang mengkaji dampak perubahan iklim terhadap sumber daya iklim, lahan, dan sistem
produksi pertanian (terutama pangan). Beberapa studi masih dilakukan pada tingkat lokal, seperti
pengkajian dampak perubahan iklim pada hasil padi dengan menggunakan model simulasi.
Kerentanan suatu daerah terhadap perubahan iklim atau tingkat ketahanan dan kemampuan
beradaptasi terhadap dampak perubahan iklim, bergantung pada struktur sosial-ekonomi,
besarnya dampak yang timbul, infrastruktur, dan teknologi yang tersedia. Di Indonesia, upaya-
upaya mitigasi dan adaptasi perubahan iklim sebenarnya telah dimulai sejak tahun 1990,
walaupun Indonesia tidak memiliki kewajiban untuk memenuhi target penurunan emisi GRK.
Untuk memperkuat pelaksanaan mitigasi dan adaptasi perubahan iklim di Indonesia pada sektor
pertanian, perlu ditetapkan strategi nasional mitigasi dan adaptasi perubahan iklim secara ter
integrasi, yang melibatkan berbagai instansi
terkait.
Selain faktor perubahan iklim, intensitas bencana turut diperparah kerusakan lingkungan
di permukaan. Kenaikan muka air laut di kota besar diperparah penurunan muka tanah akibat
pengambilan air tanah berlebihan. Menurut Direktur Perencanaan Ruang Laut Kementerian
Kelautan dan Perikanan (KKP) Subandono, kota-kota di pesisir Pulau Jawa, seperti Pekalongan,
100 tahun mendatang akan tergenang air laut hingga 2,1 kilometer dari garis pantai sekarang.
"Kota Semarang akan tergenang 3,2 kilometer dari garis pantai," ujarnya.Di dunia, Badan
Kelautan dan Atmosfer Nasional (NOAA) pekan lalu melaporkan, di seluruh bulan sepanjang
tahun 2015 suhu Bumi tercatat paling tinggi. Itu pertama kalinya sepanjang sejarah pengamatan

10
suhu Bumi yang dimulai tahun 1880. Pertama kalinya pula kenaikan sepanjang tahun 2015
adalah kenaikan temperatur tertinggi yang pernah terjadi.
Lingkungan hidup adalah kesatuan ruang dengan semua benda, daya, keadaan, dan
makhluk hidup termasuk di dalamnya manusia dan perilakunya, yang mempengaruhi
kelangsungan perikehidupan dan kesejahteraan manusia serta makhluk hidup lainnya. Pengertian
ini secara umum mencakup lingkungan hidup alami, lingkungan hidup buatan, dan lingkungan
hidup sosial. Lingkungan hidup alami merupakan lingkungan bentukan alam yang terdiri atas
berbagai sumber alam dan ekosistem dengan komponen-komponennya baik fisik, biologis
maupun berbagai proses alamiah yang menentukan kemampuan dan fungsi ekosistem dalam
mendukungperikehidupan; lingkungan hidup buatan mencakup lingkungan buatan manusia yang
dibangun dengan masukan teknologi; sedangkan lingkungan hidup sosial meliputi lingkungan
yang merupakan bentukan interaksi sosial masyarakat.
Undang-undang Nomor 4 Tahun 1982 mengenai ketentuan-ketentuan pokok pengelolaan
lingkungan hidup menetapkan bahwa setiap orang mempunyai hak atas lingkungan hidup yang
baik dan sehat, berkewajiban memelihara lingkungan hidup dan mencegah serta menanggulangi
kerusakan dan pencemarannya, serta mempunyai hak dan kewajiban untuk berperan serta dalam
pengelolaan lingkungan hidup. Setiap orang yang menjalankan suatu bidang usaha wajib
memelihara kelestarian kemampuan lingkungan hidup yang serasi dan seimbang untuk
menunjang pembangunan yang berkesinambungan.
Dengan demikian, pembangunan lingkungan hidup berarti peningkatan mutu dan fungsi
lingkungan hidup agar setiap orang dan setiap generasi bangsa Indonesia memperoleh dukungan
lingkungan hidup yang baik dan sehat. Lingkungan hidup mempunyai peran yang besar dalam
kehidupan setiap orang, sebaliknya kegiatan setiap orang atau sekelompok orang dapat
mempengaruhi mutu dan fungsi lingkungan hidup. Yang penting dalam pembangunan adalah
agar lingkungan hidup memberi manfaat yang besar bagi kehidupan setiap orang, dan kegiatan
setiap orang tidak menimbulkan kerusakan pada fungsi dan kemampuan lingkungan hidupnya.
Lingkungan hidup dalam hal ini berarti lingkungan hidup fisik, biologis ataupun sosial.

11
3.2 STRATEGI MITIGASI PERUBAHAN IKLIM
Mitigasi adalah segalaya upaya yang dilakukan untuk mengurangi dan memperkecil
dampak bencana alam. Mitigasi meliputi beberpa kegiatan diantaranya:

 Menerbitkan peta wilayah rawan bencana


 Memasang rambu-rambu peringatan bahaya dan larangan di wilayah rawan bencana
 Mengembangkan SDA satuan pelaksana
 Mengadakan pelatihan penanggulanganbencana kepada warga di wilayah rawan bencana
 Menyiapkan tempat penampungan sementara jalur-jalur evakuasi jika bencana alam

Program aksi mitigasi pada sub sektor perkebunan, tanaman pangan, dn peternakan melalui
pengembangan teknologi ramah lingkungan dan penurunan emisi gas rumah kaca dalam
mendukung komitmen nasional terhadap penurunan emisi gas rumah kaca sebesar 26-41persen
Namun, upaya mitigasi tetap diposisikan dalam kerangka pencapaian sasaran pembangunan,
khususnya empat sukses (sasaran)pembangunan pertanian. Secara teknis, implementasi dari
strategi tersebut antara lain dilakukan melalui (1) optimalisasi pengelolaan sumber daya lahan
eksisting,sumber daya airdan irigasi; (2) penyesuaian pola tanam dan pengelolaan lahan,
terutama tanamanpangan serta diversifikasi pertanian; (3) perakitan dan penyiapan teknologi
adaptif dan berbagai pedoman atau tool dan (4) penerapan teknologi adaptif dan ramah
lingkungan (mitigatif). Badan Litbang Pertanian telah menghasilkan dan akan/sedang merakit
berbagai varietas unggul adaptif terhadap dampak perubahan iklim, seperti toleran kekeringan,
banjir, salinitas, tahan OPT, dll. Demikian juga komponen teknologi rendah emisi, terutama
untuk tanaman pangan dan ternak, serta teknologi pengelolaan tanah/lahan dan air yang mampu
mereduksi emisi gas rumah kaca secara signifikan. Beberapa program strategis pengembangan
komunikasi, diseminasi teknologi, dan sistem informasi dalam menghadapi perubahan iklim
dapa tdilakukan antara lain melalui pengembangan Sekolah Lapang Iklim (SLI), pengembangan
PTT dan SRI, dengan dukungan SLPTT (Sekolah Lapang Pengelolaan Tanaman Terpadu), di
semua provinsi sentra produksi padi.

12
3.3 STRATEGI ADAPTASI PERUBAHAN IKLIM
Adaptasi adalah suatu proses yang menentukan bagaimana suatu strategi yang bertujuan
menekan, menyesuaikan, dan mampu mengambil manfaat dari dampak suatu kejadian untuk
diperluas, dikembangkan dan diterapkan. Selain kawasan pesisir, sektor pertanian dan
peternakan juga merupakan sektor pembangunan yang sangat merasakan dampak negatif
perubahan iklim terebut. Seperti halnya di Nusa Tenggara Barat (NTB), di mana sektor petanian
didominasi oleh lahan kering maka menemukan pola adaptasi yang tepat menjadi keharusan.
Untuk itu berbagai riset telah dilakukan. Namun sayangnya, hasil-hasil kajian serta praktik
cerdas yang telah dilaksanakan tersebut masih terpencar.
Adaptasi,mencakup cara-cara menghadapi perubahan iklim dengan melakukan
penyesuaian yang tepat – bertindak untuk mengurangi berbagai pengaruh negatifnya, atau
memanfaatkan efek-efek positifnya. Kenaikan muka air laut yang dapat menggenangi ratusan
pulau dan menenggelamkan batas wilayah negara Indonesia. Musim tanam dan panen yang tidak
menentu diselingi oleh kemarau panjang yang menyengsarakan. Banjir melanda sebagian besar
jalan raya di berbagai kota besar di pesisir. Air laut menyusup ke delta sungai, menghancurkan
sumber nafkah pengusaha ikan. Anak-anak menderita kurang gizi akut. Itu bukan berita
perubahan iklim kita yang biasa. Umumnya berita perubahan iklim di Indonesia berkisar pada
soal penggundulan hutan secara besar-besaran, kebakaran hutan, kerusakan lahan rawa, serta
hilangnya serapan karbondioksida – yang menempatkan Indonesia sebagai penyumbang utama
pemanasan global. Semua itu memang terjadi, tetapi itu baru merupakan separuh cerita. Seperti
yang akan diungkap laporan ini, bangsa Indonesia juga akan menjadi korban utama perubahan
iklim - dan bila kita tidak segera belajar beradaptasi dengan lingkungan yang baru ini, jutaan
rakyat akan menanggung akibat buruknya. Perubahan iklim mengancam berbagai upaya
Indonesia untuk memerangi kemiskinan. Dampaknya dapat memperparah berbagai risiko dan
kerentanan yang dihadapi oleh rakyat miskin, serta menambah beban persoalan yang sudah di
luar kemampuan mereka untuk menghadapinya. Dengan demikian, perubahan iklim
menghambat upaya orang miskin untuk membangun kehidupan yang lebih baik bagi diri sendiri
dan keluarga.
Strategi adaptasi perubahan iklim harus didasarkan pada beberapa kajian, antara lain: (a)
identifikasi dampak dan tingkat kerentanan sektor pertanian (sumber daya dan sistem produksi),
(b) identifikasi karakteristik dan potensi sumber daya lahan dan air, (c) identifikaksi, kesiapan

13
teknologi dan model usaha tani (SUT) adaptif. Penerapan adaptasi dilakukan melalui beberapa
program: (a) Pengembangan sistem komunikasi seperti pengembangan Jaringan Informasi Iklim
Pertanian (SJII), dan Pengembangan Sistem Peringatan Dini (SPD) dan Sekolah Lapang Iklim
(SLI/SL-PTT). (b) Pengembangan kelembagaan petani, penyiapan tool atau pedoman
(Permentan No.47/2006, Permentan No.14/2009, UU No.41/2009(PLPPB), blue print
pengelolaan kekeringan dan banjir, atlas kelender tanam, dll. (c)Perakitan dan pengembangan
model “SUT” dan inovasi teknologi adaptif.(d) Penyesuaian dan pengembangan infrastruktur
pertanian (JITUT, JIDES, dll), dan pemanfaatan lahan suboptimal, terutama lahan kering dan
lahan rawa untuk pangan, lahan gambu t yang sangat sesuai dan selektif, terutama lahan yang
sudah dibuka (sudah ada izin) dan/atau lahan terlantar. (e) Perlindungan, proteksi, dan bantuan
bagi petani berupa subsidi, asuransi, permod alan, PUAP, dll.

14
BAB IV
PENUTUP
1. KESIMPULAN
Perubahan iklim sudah berdampak pada berbagai aspek kehidupan dan sektor
pembangunan di Indonesia. Sektor kesehatan manusia, infrastruktur, pesisir dan sektor
lain yang terkait dengan ketersediaan pangan (pertanian, kehutanan dan lainnya) telah
mengalami dampak perubahan tersebut. Di sektor pertanian, sama dengan sektor lainnya,
belum ada studi tingkat nasional yang mengkaji dampak perubahan iklim terhadap
sumber daya iklim, lahan, dan sistem produksi pertanian (terutama pangan).
Mitigasi adalah segalaya upaya yang dilakukan untuk mengurangi dan
memperkecil dampak bencana alam. Program aksi mitigasi pada sub sektor perkebunan,
tanaman pangan, dn peternakan melalui pengembangan teknologi ramah lingkungan dan
penurunan emisi gas rumah kaca dalam mendukung komitmen nasional terhadap
penurunan emisi gas rumah kaca sebesar 26-41persen Namun, upaya mitigasi tetap
diposisikan dalam kerangka pencapaian sasaran pembangunan, khususnya empat sukses
(sasaran)pembangunan pertanian. Secara teknis, implementasi dari strategi tersebut antara
lain dilakukan melalui (1) optimalisasi pengelolaan sumber daya lahan eksisting,sumber
daya airdan irigasi; (2) penyesuaian pola tanam dan pengelolaan lahan, terutama
tanamanpangan serta diversifikasi pertanian; (3) perakitan dan penyiapan teknologi
adaptif dan berbagai pedoman atau tool dan (4) penerapan teknologi adaptif dan ramah
lingkungan (mitigatif)
Adaptasi adalah suatu proses yang menentukan bagaimana suatu strategi yang
bertujuan menekan, menyesuaikan, dan mampu mengambil manfaat dari dampak suatu
kejadian untuk diperluas, dikembangkan dan diterapkan. Selain kawasan pesisir, sektor
pertanian dan peternakan juga merupakan sektor pembangunan yang sangat merasakan
dampak negatif perubahan iklim terebut
2. SARAN
Saran saya yaitu dihimbau kepada seluruh masyarakat Indonesi agar tetap
menjaga lingkungan, karena salah satu faktor penyebab perbahan iklim yaitu aktivitas
manusia sendiri. Seperti penggunaan bahan bakar fosil dan perubahan dalam
pemanfaatan lahan. yang merupakan salah satu perubahan iklim global.

15
DATAR PUSTAKA

Ambarsari, N. 2010. Kajian Pengaruh Uap Air Terhadap Perubahan Iklim. Berita Dirgantara
Vol. 11 No.3
Hukom, E, Limantara, M, L, Andawayanti, U. 2012. Pengaruh Perubahan Iklim Terhadap
Optimasi
Ketersediaan Air Di Irigasi Way Mital Propinsi Maluku. Universitas Brawijaya. Jurnal
Teknik Pengairan, Volume 3, No. 1
Hidayati, N, I, Suryanto. 2015. Pengaruh Perubahan Iklim Terhadap Produksi Pertanian Dan
Strategi Adaptasi Pada Lahan Rawan Kekeringan. Surakarta. Jurnal Ekonomi dan
Studi Pembangunan
Volume 16, No 1
Suwarto,T.2011. Pengaruh Iklim Dan Perubahannya Terhadap Destinasi Pariwisata Pantai
Pangandaran. Jakarta. Jurnal Perencanaan Wilayah dan Kota, Vol. 22 No. 1
Tim Sintesis Kebijakan. 2008. Dampak Perubahan Iklim Terhadap Sektor Pertanian, Serta
Strategi Antisipasi Dan Teknologi Adaptasi. Bogor. Pengembangan Inovasi Pertanian
Volume 1, No 2

16

Anda mungkin juga menyukai