Anda di halaman 1dari 14

1.

1 Konsep umum oklusi GTP

a. Konsep Spherical: Inklinasi anterioposterior & mesiodistal GT - diatur selaras dengan


permukaan spherical.
b. Konsep Organik: Gerakan kondilus menentukan arah ridge dan groove Gerakan mandibula
menentukan faktor-faktor lain seperti tinggi titik cusp, kedalaman fossa.
c. Konsep Neutrocentric oklusi bidang oklusi harus rata & sejajar dengan residual alveolar
ridge.

1.2 Tujuan dari oklusi GTP yaitu:

a. Meminimalkan trauma pada struktur pendukung.


b. Mempertahanakan struktur yang tersisa.
c. Meningkatkan stabilitas.
d. Estetika, dan fungsi pembicaraan.
e. Meningkatkan pengunyahan.
f. Mengurangi gaya lateral ke residual ridge.

1.3 Persyaratan ideal oklusi GTP yaitu:

a. Stabilitas gigi tiruan & oklusi ketika mandibula adalah di kedua relasi sentris & eksentrik.
b. Kontak oklusal Seimbang.
c. Membuka cusp secara mesiodistal sehingga gigi tiruan bisa tenang bila ada ridge
resorpsi.
d. Cutting, penetrasi dan efisiensi geser permukaan oklusal.
e. Minimalkan daerah kontak.
f. Sharp Ridges, cuso & sluiceways untuk meningkatkan efisiensi pengunyahan.

1.4 Perbedaan gigi asli dan GTP

Gigi asli
a. Gigi asli berfungsi secara individual dan beban oklusal disebarkan oleh setiap gigi masin-
masing.
b. Impuls proprioseptif dari periodontium menghindari oklusi premature.
c. Maloklusi tidak menjadi suatu masalah untuk suatu jangka masa.
d. Tekanan non vertikal ditoleransi dengan baik.
e. Kesimbangan bilateral tidak diperlukan dan biasanya dianggap hambatan.
f. Molar kedua membantu dalam proses mastikasi.

Gigi tiruan

a. Gigi Tiruan berfungsi secara kelompok dan beban oklusal tidak disebarkan secara
individual.
b. Oklusi prematur dapat menggeser basis.
c. Maloklusi menimbulkan masalah yang drastis dengan segera.
d. Tekanan non vertikal dapat merusak jaringan pendukung.
e. Kesimbangan Bilateral adalah wajib untuk menghasilkan stabilitas gigi tiruan.
f. Tekanan berat pada molar kedua akan memiringkan basis pada inclined foundation.

1.5 Syarat skema oklusi

1. Incising unit
Termasuk semua keempat insisivus
a. Sharp Unit untuk peningkatan efisiensi incising.
b. Unit tidak harus berkontak selama proses mastikasi kecuali selama protrusi
c. Peningkatan overlap horizontal untuk menghindari gangguan selama settling.
2. Incising unit
Termasuk kaninus dan gigi posterior dari sisi bergeraknya mandibula
a. Lebar buccolingual yang kecil untuk mengurangi beban oklusal
b. Fungsi kelompok pada akhir siklus pengunyahan dalam posisi eksentrik
c. Beban oklusal harus diarahkan ke pusat anterioposterior gigi tiruan
d. Plane should be parallel to mean foundation of the ridge.
3. Balancing unit
Termasuk kaninus dan gigi posterior berlawanan dengan sisi bekerja
1. Molar kedua harus berkontak selama protrusi
2. Harus berkontak dengan sisi bekerja pada akhir siklus pengunyahan
3. Kontak meluncur yang halus.
1.6 Prosedur Perawatan Gigi tiruan Penuh
Proses perawatan gigi tiruan penuh yang harus dilakukan oleh dokter gigi terdiri dari
beberapa tahap, antara lain:
A. Prosedur Diagnostik
perlu diaplikasikan pada pasien yang akan membuat gigi tiruan penuh untuk membantu
dalam menetapkan diagnosa dan rencana perawatan, meliputi:
a. Informasi Sosial
Identitas pasien penting diketahui meliputi nama, usia, alamat, nomor telepon dan pekerjaan
pasien. Informasi ini diperlukan bila akan menghubungi pasien lebih lanjut dan dapat
memberikan petunjuk tentang keadaan sosial-ekonomi pasien.
b. Status Medis
Dokter gigi harus mengetahui kesehatan umum pasien khususnya kondisi yang mungkin
berpengaruh terhadap perawatan gigitiruan. Kesehatan umum dapat diamati dari postur dan
kondisi pasien yang terlihat pada saat kunjungan pertama pasien ke dokter gigi. Namun,
harus dipastikan dengan mengadakan pemeriksaan lebih lanjut, baik dengan mengajukan
pertanyaan- pertanyaan terpilih, pemeriksaan objektif maupun berkonsultasi dengan dokter
yang merawat pasien tersebut. Informasi kesehatan umum meliputi penyakit sistemik yang
diderita pasien seperti diabetes mellitus, hipertensi, penyakit jantung, alergi, penyakit kronis
lainnya serta obat-obatan yang dikonsumsi oleh pasien harus dapat diketahui dengan jelas
karena akan mempengaruhi keberhasilan perawatan yang akan dilakukan.
c. Sikap Mental Pasien
Dr. Milus House berdasarkan pengalaman klinisnya, mengklasifikasikan sikap mental pasien
yang membuat gigitiruan menjadi empat kategori, yaitu philosophic, indifferent, criticaldan
skeptical. Sikap mental pasien merupakan salah satu faktor penting yang harus diperhatikan
dalam mendiagnosa pasien. Dokter gigi harus mampu mengerti dan memahami sikap pasien
yang akan dilakukan perawatan. Untuk mengatasi sikap mental pasien pada dasarnya dokter
gigi harus melakukan perawatan dengan penuh simpati, kesabaran dan bersikap empati
terhadap pasien untuk mencapai keberhasilan perawatan prostodontik yang dilakukan.
d. Riwayat Kesehatan Gigi dan Mulut
Dokter gigi harus mengetahui riwayat kesehatan gigi pasien dengan mengajukan beberapa
pertanyaan, misalnya mengenai pencabutan terakhir gigi. Waktu dan gigi dibagian mana
yang dicabut terakhir perlu diketahui. Apakah gigi tesebut sengaja dicabut atau tanggal
sendiri. Bila tanggal sendiri mungkin ada sisa akar yang tertinggal. Lama jangka waktu
antara pencabutan terakhir dengan saat dimulainya pembuatan gigitiruan akan mempengaruhi
hasil perawatan. Informasi lain seperti prosedur kebersihan rongga mulut pasien, kebiasaan
pasien misalnya mengunyah di satu sisi dan bruxism. Selain itu perlu diketahui kelainan
rongga mulut yang pernah diderita serta perawatan yang pernah diterima oleh pasien. Pada
pasien yang pernah memakai gigitiruan, harus diberi kesempatan untuk menyampaikan
keluhan tentang gigitiruannya yang lama. Hal ini penting untuk dijadikan petunjuk bagi
dokter gigi agar dapat mengetahui permasalahan utama yang diinginkan oleh pasien sehingga
dapat diperbaiki pada gigitiruannya yang baru.
e. Pemeriksaan Klinis
1. Pemeriksaan ekstra oral dan intra oral
Pemeriksaan ekstra oral meliputi bentuk muka, profil wajah, postur bibir saat istirahat dan
selama berfungsi, sendi temporomandibular dan kemungkinan kebiasaan terkait dengan
pemakaian gigitiruan seperti mengangkat gigitiruan rahang bawah dengan lidah.

Gambar 1. Pemeriksaan ekstra oral. (a) Bentuk Wajah dan (b) Profil Wajah
Pemeriksaan intra oral meliputi screening seluruh jaringan rongga mulut terhadap kelainan
patologis yang dilakukan secara visual dan palpasi pada mukosa rongga mulut, linggir alveolar,
palatum, lidah dan relasi rahang. Pemeriksaan terhadap jumlah serta konsistensi saliva perlu
dilakukan karena berpengaruh pada retensi, stabilisasi serta kenyamanan pemakaian gigitiruan.
Bila terdapat jaringan flabby, ridge tajam (knife edge), protuberensia tulang seperti torus,
eksostosis dan jaringan hiperplasia perlu dilakukan pertimbangan tindakan pembedahan atau
membuat desain khusus. Dokter gigi memegang peranan penting dalam deteksi dini oral
neoplasia, khususnya karsinoma. Prosedur pembuatan gigitiruan harus ditunda bila terdapat
kelainan patologis sampai seluruh jaringan rongga mulut dalam keadaan sehat.
1. Pemeriksaan gigi tiruan
Tujuan dari pemeriksaan gigi tiruan adalah untuk menentukan kualitas gigi tiruan yang
berhubungan dengan keluhan pasien mengenai gigi tiruannya sehingga dapat dilakukan
perbaikan pada gigi tiruan yang baru. Pemeriksaan yang dilakukan pada saat gigi tiruan
dikeluarkan dari rongga mulut meliputi kebersihan gigi tiruan, bentuk umum, posisi gigi, oklusi,
dan keausan gigi tiruan. Kemudian dilakukan pemeriksaan gigi tiruan di dalam rongga mulut
meliputi adaptasi gigi tiruan, border extension, freeway space, dimensi vertikal, oklusi sentrik,
estetik, serta posisi gigi dan hubungannya terhadap lidah, pipi dan bibir, sebelum melakukan
penilaian stabilitas dan retensi.
Keinginan dan harapan pasien terhadap gigi tiruan yang akan dibuat sebaiknya harus
diketahui pada saat kunjungan pertama. Harus disadari oleh pasien maupun dokter gigi bahwa
gigitiruan yang akan dibuat harus dapat menciptakan fungsi rongga mulut dan keharmonisan
hubungan dengan struktur rongga mulut lainnya serta jaringan sekitarnya.
2. Model diagnostik
Pembuatan model diagnostik dimaksudkan untuk mengetahui beberapa hal. Pada saat
melakukan pencetakan model diagnostik, sensitivitas pasien terhadap prosedur yang dilakukan di
rongga mulut, koordinasi aktifitas lidah dan faktor-faktor lain yang penting untuk penegakan
diagnosa dapat diketahui lebih dini. Apabila masih terdapat gigi asli pada kedua rahang dan
masih dapat dioklusikan, maka model diagnostik dapat dipasangkan ke artikulator sehingga
hubungan oklusi yang ada dapat dicatat. Selain itu dokter gigi dapat mengevaluasi bentuk
lengkung dan hubungan rahang serta mengevaluasi pemeriksaan intraoral yang telah dilakukan.
3. Pemeriksaan radiografik
Pemeriksaan radiografik pada prinsipnya penting dilakukan untuk mengevaluasi kondisi
setiap pasien yang memerlukan perawatan prostodontik sehingga kondisi di bawah membran
mukosa yang secara klinis tidak ditemukan adanya kelainan, tetapi setelah dilakukan
pemeriksaan radiografik dapat diketahui adanya sisa akar, gigi terpendam maupun keadaan
patologis seperti kista. Pemeriksaan radiografik juga dapat melihat keadaan jaringan periodontal
gigi yang masih ada serta vitalitasnya, tebal submukosa yang menutupi tulang, lokasi kanalis
mandibula, foramen mentale serta adanya tulang yang tajam.
Pemeriksaan radiografik panoramik dari kedua lengkung rahang ditambah dengan foto
periapikal atau oklusal bila diperlukan sangat membantu didalam menegakkan diagnosa, namun
perlu dipertimbangkan pemaparan radiasi pada pasien harus seminimal mungkin. Karena itu
disarankan untuk melakukan pemeriksaan radiografik dengan menggunakan foto panoramik,
sedangkan foto periapikal atau oklusal hanya bila diperlukan untuk pemeriksaan tambahan.
B. Pencetakan Anatomis
Pencetakan anatomis berfungsi untuk mendapatkan batas dukungan gigi tiruandan
memperoleh studi model. Sendok cetak yang digunakan untuk melakukan pencetakan anatomis
adalah sendok cetak pabrik yang terbuat dari bahan metal atau plastik. Sendok cetak ini ada yang
berlubang dan tidak berlubang. Bentuk sendok cetak untuk pasien edentulus membulat pada
permukaan yang menutupi linggir alveolar. Sendok cetak harus disesuaikan terlebih dahulu pada
rongga mulut pasien. Ukuran sendok cetak edentulus sekitar 5 mm lebih besar dari permukaan
linggir alveolar agar memberikan tempat yang cukup untuk bahan cetak.

Gambar 2. Sendok cetak logam dengan desain yang baik dalam berbagai ukuran. Tanda
panah menunjukkan bentuk sendok cetak edentulus melengkung pada permuka-
an yang menutupi linggir alveolar dan daerah otot masseter dari sendok cetak
tidak memiliki sudut yang tajam.
Tepi sendok cetak harus dilapisi dengan soft boxing waxpada tuberositas dan vestibulum
bukal untuk membantu adaptasi tepi sendok cetak dengan jaringan, melindungi jaringan perifer
dari kekerasan tepi sendok cetak dan sebagai pembatas bagi bahan cetak alginat agar tidak
mengalir jauh dari jaringan yang akan dicetak. Sendok cetak tidak boleh menyebabkan distorsi
atau perubahan bentuk terhadap jaringan dan struktur yang harus berkontak dengan tepi serta
permukaan gigi tiruan.
Gambar 3.Tepi sendok cetak yang telah dilapisi dengansoft boxing wax. Tanda panah
menunjukkan soft boxing wax.

Bahan cetak yang sering digunakan untuk pencetakan anatomis adalah alginat(irreversible
hidrocolloid) karena harga yang ekonomis, mudah untuk digunakan dan mempunyai viskositas
yang tinggi.

Hasil cetakan, harus meluas mencakup seluruh jaringan pendukung gigitiruan dan perifer.
Cetakan rahang atas harus meliputi kedalaman fungsional dari sulkus labial, bukal dan
tuberositas serta mencakup hamular notch dan vibrating line pada bagian posterior. Pada cetakan
rahang bawah harus meliputi kedalaman fungsional dari sulkus labial, bukal dan lingual serta
mencakup retromolar pads dan fossa retromylohyoid di bagian posterior.

Gambar 4. Hasil cetakan anatomis yang mencakup seluruh daerah pendukung, tidak
poreus dan terisi seluruhnya. (a) Rahang atas (b) Rahang bawah.
C. Pencetakan fisiologis

Prosedur pencetakan fisiologis bertujuan untuk mendapatkan model kerja untuk pembuatan
basis gigitiruan. Pencetakan fisiologis menggunakan sendok cetak fisiologis yang dibuat dari
bahan resin akrilik swapolimerisasi

Gambar 5.Sendok cetak fisiologis untuk (a) Rahang atas dan (b) Rahang bawah.

a. Border Molding

Border molding atau disebut juga sebagai muscle trimming, merupakan proses pembentukan
tepi-tepi sendok cetak fisiologis untuk mendapatkan anatomi struktur pembatas gigitiruan yang
lebih akurat.

Beberapa bahan telah digunakan untuk border molding pada sendok cetak fisiologis, antara
lain modeling compound, heavy bodied vinyl polysiloxane dan polyether. Green stick compound
merupakan bahan yang paling bagus digunakan karena memiliki beberapa keuntungan antara
lain setting cepat, dapat digunakan kembali apabila dilakukan pengulangan prosedur border
molding, karena kekakuannya dapat digunakan untuk memperpanjang sendok cetak yang terlalu
pendek sekitar 3-4 mm, umumnya bahan cukup kental untuk mempertahankanbentuknya bila
dalam keadaan lunak sehingga memberikan lebar yang ideal (2- 3 mm)pada tepi sendok cetak,
tidak menyebabkan perubahan dimensi yang signifikansetelah pengerasan serta menghasilkan
detail jaringan secara halus. Bahan ini juga memiliki kelemahan yaitu dapat menyebabkan
distorsi ketika dikeluarkan dari daerahundercut, dapat mengiritasi mukosa palatal serta
menimbulkan aspirasi.
Wax spacer masih berada pada sendok cetak selama prosedur border molding berlangsung
dan sebelum melakukan prosedur border molding, tepi sendok cetak dikurangi terlebih dahulu 2
mm dari batas jaringan yang harus dicetak. Apabila menggunakan green stick compound sebagai
bahan border molding, secara bertahap compounddipanaskan dengan lampu spiritus dan
didinginkan sedikit hingga mencapai suhu kerja sekitar 49oC (120oF) sampai 60oC (140oF),
kemudiandimasukkan ke dalam rongga mulut pasien untuk membentuk tepi yang cocok dengan
gerakan fisiologis dari struktur anatomi pembatas gigitiruan. Prosedur border molding dilakukan
secara berurutan dimulai dari vestibulum bukal, kemudian vestibulum labial, daerah posterior
palatum pada rahang atas dan bagian lingual dari rahang bawah.

Gambar 6. Hasil border molding dengan green stick compound pada sendok cetakfisiologis yang
dilakukan secara berurutan per regio. (a) Rahang atas (b) Rahang bawah.

Setelah prosedur border molding selesai, wax spacer dibuang dari permukaan dalam sendok
cetak fisiologis kemudian dibuat lubang dengan round bur nomor 6 pada daerah median palatine
raphe, daerah anterolateral dan posterolateral dari palatum durum untuk sendok cetak rahang
atas, serta di tengah-tengah daerah alveolar dan fosa retromolar untuk sendok cetak rahang
bawah. Lubang-lubang ini dimaksudkan sebagai jalan keluar bagi bahan cetak yang berlebih,
memberikanretensi bagi bahan cetak, mengurangi tekanan secara selektif dan mencegah
perpindahan jaringan saat pencetakan fisiologis.

b. Teknik Mencetak
Pencetakan fisiologis dilakukan dengan menggunakan teknik mukokompresi. Jaringan lunak
di rongga mulut harus dalam keadaan sehat diistirahatkan terlebih dahulu sebelum membuat
cetakan fisiologis. Untuk itu, pasien harus melepas gigitiruannya minimal 24 jam sebelum
pencetakan fisiologis.
Dua faktor yang terpenting untuk mendapatkan cetakan yang baik untuk gigitiruan penuh
yaitu bentuk dan ketepatan sendok cetak fisiologis serta penempatan yang tepat dari sendok
cetak fisiologis pada jaringan pendukung gigitiruan penuh di rongga mulut.
D. Penentuan Basis Gigi tiruan dan Oklusal Rim
Basis gigitiruan dan oklusal rim berfungsi untuk membangun kontur wajah, membantu dalam
pemilihan gigi, membangun dan mempertahankan dimensi vertikal oklusi selama pencatatan
hubungan rahang, membuat catatan interoklusal, sebagaipanduan pada penyusunan anasir
gigitiruan, sebagai panduan untuk penanaman model kerja kembali (remounting) pada artikulator
setelah pasang percobaan dan sebagai cetakan wax-upuntuk permukaan eksternal gigitiruan
penuh.
1. Basis Gigi tiruan
Basis gigi tiruan harus memenuhi syarat, antara lain harus stabil pada model kerja dan pada
rongga mulut, harus kaku, adaptasi yang baik pada model, menutupi seluruh jaringan pendukung
lengkung rahang, estetik dan nyaman bagi pasien. Resin akrilik swapolimerisasi merupakan
bahan yang paling sering digunakan sebagai basis gigitiruan ini karena memiliki kekuatan,
kekakuan dan adaptasi yang baik pada model kerja dan di dalam mulut.
Daerah undercut pada model rahang di blocking out dengan wax agar mudah memisahkan
basis tanpa merusak model. Seluruh permukaan basis yang berkontak dengan bibir, pipi dan
lidah harus halus dan dipoles untuk memberi kenyamanan bagi pasien saat memakai gigitiruan.
Basis gigitiruan pada daerah puncak linggir alveolar,
lereng labial dan lereng bukal harus tipis untuk memperoleh ruangan bagi penyusunan anasir
gigitiruan.

2. Oklusal Rim

Bahan oklusal rim dari baseplate wax sering digunakan karena mudah dimanipulasi di
laboratorium, mudah dibentuk untuk memperoleh kontur rongga mulut yang tepat, estetik, dapat
dibentuk sesuai ukuran dan bentuk gigi serta nyaman bagi pasien.

Oklusal rim diletakkan di atas linggir yang sebelumnya dibuat basis gigitiruandan dengan
lembut ditekan sampai oklusal rim sejajar dengan basis pada model. Rim direkatkan dengan
basis dan seluruh daerah yang kosong pada labial dan lingual ditambahkan dengan wax,
kemudian oklusal rim dihaluskan. Ukuran dan bentuk eksternal dari oklusal rim sangat penting,
harus sama dengan gigi asli yang akan digantikan. Tinggi oklusal rim rahang atas pada daerah
anterior sekitar 22 mm yang diukur dari dasar perlekatan frenulum labial dan sekitar 12 mm dari
basis di daerah tuberositas. Lebar labio-lingual sekitar 8-10 mm di posterior, dan 6-8 mm pada
regio anterior. Tinggi oklusal rim pada rahang bawah sekitar 18 mm, sedangkan tinggi bagian
posterior tidak melebihi setengah tinggi retromolar pad, lebar 3 mm ke arah bukal sedangkan ke
arah lingual lebar tidak melebihi perluasan medial dari tepi sayap lingual. Inklinasi oklusal rim
pada labial dari kaninus ke kaninus sekitar 15 derajat untuk memberikan dukungan bibir yang
memadai.

E. Pemilihan Warna Anasir Gigitiruan Penuh


Warna mempunyai 4 sifat yaitu hue, chroma, value dan translusens yang seluruhnya terlibat
dalam pemilihan gigi.
a. Hue, yaitu warna khas yang dihasilkan oleh gelombang cahaya tertentu yang jatuh pada
retina. Merupakan warna itu sendiri, seperti biru, merah, hijau dan kuning.
b. Saturasi (Chroma) ialah jumlah warna per unit area dari suatu obyek. Misalnya beberapa gigi
tampak lebih kuning dari yang lain. Warna dasarnya mungkin sama, tetapi ada sesuatu yang
lain pada beberapa gigi dibandingkan yang lain.
c. Kecemerlangan (Value) ialah terang atau gelapnya sesuatu obyek. Variasi dalam
kecemerlangan dihasilkan oleh pengenceran warna (hue) dengan putih atau hitamd.
d. Kebeningan (translusens) ialah sifat suatu obyek yang memungkinkan cahaya menembus
melaluinya tetapi tidak memberikan bayangan yang dapat dibedakan.
Pemilihan warna anasir gigi tiruan akan mempengaruhi keberhasilan atau kegagalan
perawatan. Pada umumnya pemilihan warna dapat disesuaikan dengan umur, warna kulit, rambut
atau pupil serta jenis kelamin pasien. Untuk memilih warna gigi yang sesuai bagi pasien
biasanya digunakan pedoman warna gigi (shade guide).

Gambar 10. Salah satu contoh shade guide pada pemilihan warna anasir GTP.
Pemilihan warna gigi dilakukan di hari yang cerah, dengan menundukkan pasien dekat
dengan cahaya alamiah dan dibawah sinar lampu yang mendekati sinar matahari. Pengamatan
dengan pedoman warna dilakukan dalam posisi, yaitu:

a. Di luar mulut disamping hidung, yang menentukan warna dasar, kecemerlangan dan saturasi.
b. Di balik bibir dengan hanya tepi insisal yang terlihat, yang akan menunjukkan pengaruh
warna gigi ketika mulut pasien relaks.
c. Di balik bibir dengan hanya bagian servikal yang tertutup dan mulut terbuka, yang
menentukan pencahayaan gigi saat tersenyum.

F. Remounting dan Selective Grinding

Prosedur flasking, packing dan processing resin akrilik dapat menghasilkan perubahan
dimensi yang menyebabkan hubungan oklusi yang tidak harmonis dan peninggian dimensi
vertikal oklusal. Hal tersebut dapat disebabkan oleh:

1. Perubahan dimensi wax ketika penanaman kuvet (flasking).


2. Anasir gigitiruan yang tertekan ke dalam bahan tanam akibat pengepresan sewaktu pengisian
akrilik.
3. Pemasangan bagian-bagian kuvet yang tidak tepat.
4. Sisa akrilik yang berlebih karena adonan resin akrilik terlalu elastis atau pengepresan yang
kurang pada saat pengisian akrilik.
5. Perubahan thermis pada saat polimerisasi resin akrilik.

Remounting adalah suatu prosedur pemasangan kembali gigi tiruan ke artikulator yang
bertujuan untuk mengkoreksi hubungan oklusi yang tidak harmonis dari gigitiruan yang baru
selesai diproses. Biasanya incisal guidance pindari artikulator tidak berkontak dengan incisal
guidance table dan gigi tiruan harus di grinding untuk memperbaiki dataran bidang oklusi.

Selective grinding merupakan pengasahan permukaan oklusal gigitiruan pada tempat-tempat


tertentu untuk memastikan bahwa oklusi sentrik gigitiruan tepat dengan hubungan rahang sentrik
dan juga gigitiruan harus dalam kontak eksentrik yang seimbang pada semua sisi. Merupakan
salah satu tahap terpenting untuk mencapai oklusi seimbang dari gigi tiruan. Oklusi yang
seimbang memastikan bahwa tekanan akan jatuh merata disetiap bagian lengkung rahang
sehingga kestabilitan gigi tiruan dapat dipertahankan ketika rahang bawah berada pada posisi
sentrik maupun eksentrik.

G. Pemasangan Gigitiruan Penuh


Prosedur pemasangan gigi tiruan harus dijadwalkan karena memerlukan waktu yang cukup
untuk melakukan pemasangan gigi tiruan dan konsultasi untuk menjawab Setiap pertanyaandan
kekhawatiran pasien. Pasien diinstruksikan untuk menanggalkan gigi tiruan lamanya selama 12-
24 jam sebelum gigi tiruan baru dipasangkan agar gigi tiruan baru dapat duduk pada jaringan
yang sehat dan tidak dalam keadaan distorsi.
Sebelum pemasangan gigi tiruan, lakukan pemeriksaan pada permukaan basis gigi tiruan
yang menghadap ke jaringan mulut dan permukaan yang dipoles harus bebas dari gelembung
serta goresan tajam untuk menghindari trauma pada mukosa mulut serta tumpukan plak.
Pemeriksaan gigi tiruan dilakukan satu persatu secara terpisah untuk retensi, stabilitas dan
kenyamanan di dalam rongga mulut, kemudian oklusi dan fonetik diperiksa setelah gigi tiruan
atas dan bawah berada pada rongga mulut. Pemeriksaan oklusi dilakukan dengan bantuan
articulating paper untuk mengoreksi kontak prematur. Mulut harus dapat ditutup secara
bersamaan tanpa adanya hambatan.
Pasien dianjurkan untuk memakai gigitiruan selama 24 jam setelah pemasangan untuk
menyesuaikan gigi tiruan di dalam rongga mulut. Pasien diberikan informasi dan petunjuk secara
verbal maupun instruksi tertulis mengenai pemakaian gigi tiruan, cara pembersihan dan
pemeliharaan gigitiruan yang dipakainya serta tentang pemeriksaan secara periodik yang
diperlukan.
H. Pemeriksaan Pasca Pemasangan Gigi tiruan Penuh
Pemeriksaan pertama dijadwalkan 1 sampai 3 hari pasca pemasangan gigi tiruan dan
pemeriksaan kedua dijadwalkan satu minggu setelah pemeriksaan pertama. Dokter gigi harus
menanyakan keluhan pasien terhadap gigitiruan meliputi fungsi bicara, mastikasi, estetik maupun
kenyamanan pemakaian gigitiruan. Setelah itu dilakukan pemeriksaan terhadap oklusi gigi tiruan
dan mukosa di dalam rongga mulut. Seluruh rongga mulut diperiksa secara visual dan palpasi
sehingga dapat ditentukan lokasi apabila terdapat iritasi jaringan lunak.
Perawatan yang dilakukan meliputi:
1. Pengobatan terhadap iritasi pada jaringan lunak.
2. Koreksi terhadap ketidaksesuaian oklusal.
3. Perbaikan terhadap basis gigitiruan yang terlalu panjang dan tepi gigitiruan yang tajam.
Kontrol berkala bagi pasien pemakai gigi tiruan sebaiknya dilakukan dalam interval waktu 12
bulan, sedangkan bagi pasien dengan problem kesehatan tertentu, dianjurkan untuk melakukan
kontrol berkala dengan interval waktu 3-4 bulan

Anda mungkin juga menyukai