Anda di halaman 1dari 9

Manajemen Marikultur (B)

MAKALAH

BUDIDAYA LOBSTER Cherax quadricarinatus

MUHLISA DARWIS

L221 16 508

PROGRAM STUDI BUDIDAYA PERAIRAN


DEPARTEMEN PERIKANAN
FAKULTAS ILMU KELAUTAN DAN PERIKANAN
UNIVERSITAS HASANUDDIN
MAKASSAR
2019
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT karena atas berkat

rahmat dan hidayahnyalah sehingga saya berhasil menyelesaikan makalah saya

yang berjudul “ Budidaya lobster (nephropidae).

Tak lupa pula kepada semua pihak yang telah membantu tersusunnya

laporan ini dari pembuatan sampai tahap perampungan, serta tidak lupa pula

penulis memohon maaf atas segala kesalahan dan kekhilafan penulis selama

menyusun makalah ini.

Penulis menyadari sepenuhnya, bahwa dalam menyusun laporan ini,

penulis dihadapkan dengan banyak kendala dan tantangan, khususnya

terbatasnya waktu yang tersedia dan literatur yang sulit didapatkan serta

keterbatasan-keterbatasan lainnya. Oleh karena itu apabila ada kesalahan pada

makalah ini maka harapan dari penulis agar pembaca memberikan saran dan

kritik yang bersifat membangun untuk perbaikan lebih lanjut.

Penulis

Makassar, 11 Maret 2019


Daftar Isi

Sampul Depan……………………………………………………………………………
Kata Pengantar…………………………………………………………………………..

Bab I Pendahulan:
A. Klasifikasi Lobster ………………………………………………………………....
B. Tentang lobster …………………………………………………………………….

Bab II Isi :
A. Pemeliharaan Induk ……………………………………………………………….
B. Seleksi Induk ……….………………………………………………………………
C. Pemijahan ………………………………………………………………………….
D. Seleksi induk yang memijah ……………………………………………………..
E. Pengeraman Telur dan Penetasan …………………………………………….
F. Perontokan telur…………………………………………………………………...
G. Pemeliharaan Larva ……………………………………………………………..
H. Pembesaran ……………………………………………………………………….
I. Pakan ………………………………………………………………………………

Bab III Penutup :

A. Kesimpulan ………………………………………………………………………..
B. Saran ………………………………………………………………………………
BAB I
PENDAHULUAN

Klasifikasi
Kingdom : Animalia
Phylum : Arthropoda
Subphylum : Crustacea
Class : Malacostraca
Ordo : Decapoda
Subordo : Pleocyemata
Superfamily : Parastacoidea
Famili : Parastacidae
Genus : Cherax
Spesies : Cherax quadricarinatus
Lobster air tawar (Cherax quadricarinatus) merupakan salah satu jenis
udang yang banyak dibudidayakan di Indonesia dan negara lain seperti:
Australia, Amerika dan Inggris. Lobster air tawar adalah komoditas perikanan air
tawar yang sangat menjanjikan sebagai pengganti lobster air laut. Beberapa
keunggulan lobster air tawar yaitu memiliki kandungan lemak, kolesterol dan
garam yang rendah dibandingkan dengan lobster air laut serta dagingnya lunak
dan memiliki kandungan protein yang cukup tinggi (Sukmajaya dan Suharjo,
2003).
Lobster air tawar merupakan salah satu komoditas perikanan yang sudah
dikembangkan. Budidaya lobster air tawar dirintis sejak tahun 1990, berbeda
dengan lobster air laut yang belum dapat dibudidayakan dan hanya dapat
ditemukan di pasar dari hasil tangkapan para nelayan (Iskandar, 2003).
Permintaan lobster air tawar ukuran konsumsi cukup tinggi, namun jumlahnya
sangat terbatas karena masih sedikit kegiatan budidaya lobster air tawar. Salah
satu kendalanya adalah waktu pemeliharan untuk mencapai ukuran konsumsi
memerlukan waktu cukup lama, yaitu sekitar 7- 10 bulan (Kurniasih, 2008).
Keunggulan lobster air tawar dibandingkan spesies lainnya adalah tidak
mudah diserang penyakit dan bersifat omnivora (Hartono dan Kurniawan, 2007).
Selain itu, lobster air tawar merupakan spesies yang bersifat kanibal. Sifat
kanibal pada lobster akan muncul jika lobster air tawar dalam keadaan lapar dan
ketika lobster air tawar lainnya mengalami pergantian kulit karena pada saat itu
tubuh lobster air tawar akan lemah sehingga memudahkan bagi lobster lainnya
untuk memangsa (Setiawan, 2010). Semakin sering lobster air tawar melakukan
moulting, maka laju pertumbuhannya akan semakin cepat (Ahvenanju, 2007;
Lukito dan Prayogo, 2007). Pertumbuhan lobster air tawar tidak akan terjadi
tanpa adanya moulting. Oleh karena itu pertumbuhan lobster bersifat diskontinyu
karena hanya akan terjadi setelah moulting yaitu pada saat kerangka luar
(eksoskeleton) belum mengeras secara sempurna (Iskandar, 2003).
BAB II
PEMBAHASAN

A. Pemeliharaan Induk

Pemaliharaan induk dilakukan dalam bak fibre atau bak beton caranya siapkan
bak fibre glass atau bak beton berukuran panjang 2 m, lebar 1 m dan tinggi 1 m,
keringkan selama 3 – 5 hari, isi air setinggi 30 – 35 cm, masukan pelindung
berupa potongan pipa paralon berdiameter 4 inchi dengan panjang 15 – 20 cm,
tebar induk sebanyak 10 – 15 ekor/m2 (jantan dan betina terpisah), beri pakan
setiap hari berupa pelet udang dengan diameter 1 mm dan panjang 3 mm
sebanyak 2 – 4 butir/ ekor pemeliharaan induk dilakukan selama 2 – 3 minggu
dan setiap tiga hari air diganti ½ bagiannya.

B. Seleksi Induk

Seleksi induk dilakukan dengan melihat tanda-tanda tubuh induk jantan yang
matang kelamin dicirikan dengan genital pore berbentuk seperti selang kecil
(petashma) yang terletak pada tangkai kaki jalan kelima, carapace (kepala) lebih
besar dari abdomen (badan), warna lebih cerah dari induk yang belum matang
atau induk betina. Sedangkan induk betina dicirikan dengan genital pore
(thelycum) seperti lubang antara kaki jalan kedua dan ketiga, carapace lebih kecil
dari abdomen dan warna tubuh lebih kusam ari induk jantan atau sama dengan
induk jantan yang belum matang. Pada umumnya ukuran tubuh dan capit jantan
lebih besar dari betina.

C. Pemijahan

Pemijahan dilakukan dalam bak fibre atau bak beton. Caranya, siapkan bak fibre
glass atau bak beton berukuran panjang 2 m, lebar 1 m dan tinggi 1 m; keringkan
selama 3 – 5 hari, isi air setinggi 30 – 35 cm, masukan pelindung berupa
potongan pipa paralon berdiameter 4 inchi dengan panjang 15 – 20 cm, tebar
induk sebanyak 10 – 15 ekor/m2 tebar 5 ekor induk betina; tebar 3 ekor induk
jantan; beri 2 – 4 butit pelet udang setiap hari (jantan dan betina terpisah), beri
pakan setiap hari berupa pelet udang dengan diameter 1 mm dan panjang 3 mm
sebanyak 2 – 4 butir/ ekor pemeliharaan induk dilakukan selama 2 – 3 minggu
dan setiap tiga hari air diganti ½ bagiannya.

D. Seleksi Induk yang Memijah

Seleksi induk yang sudah memijah dilakukan dengan melihat tanda-tanda tubuh.
Caranya, keringkan bak hingga ketinggian 6 cm; tangkap induk-induk betina yang
sudah berisi telur berwarna kuning tua atau coklat, masukan ke dalam waskom
besar yang diberi aerasi, lakukan seleksi ulang agar mendapatkan induk yang
betul-betul matang gonad, masukan ke dalam baskom lain. Catatan : jangan
menangkap dengan sekup net karena bisa menyebabkan induk kaget dan
telurnya jatuh lalu tangkap dengan kedua tangan satu untuk memegang kepala
satu lagi untuk memegang ekor.

E. Pengeraman Telur dan Penetasan

Pengeraman telur dilakukan di akuarium. Caranya : siapkan sebuah


akuarium/bak ukuran panjang 60 cm, lebar 40 cm dan tinggi 40 cm, keringkan
selama 2 hari, isi air setinggi 30 cm, pasang dua buah titik aerasi dan hidupkan
selama pengeraman, masukan 1 ekor induk yang sudah bertelur, beri 2 – 4 butir
pelet udang setiap hari, ganti air ½ bagiannya setiap tiga hari sekali.

F. Perontokan Telur

Perontokan telur dilakukan setelah masa pengeraman berlangsung selama 40 –


42 hari caranya : surutkan air hingga 20 cm, tangkap induk dengan sekup net
dan angkat ke atas akuarium, tangkap induk dengan tangan, celupkan induk ke
dalam air akuarium itu berkali-kali hingga larva dalam tubuh habis kembalikan
induk ke tempat pemeliharaan lalu isi air akuarium tadi hingga mencapai
ketinggian semula biarkan selama seminggu.

G. Pemeliharaan Larva

Pemeliharaan dilakukan dalam bak fibre atau bak beton caranya siapkan bak
fibre glass atau bak beton berukuran panjang 2 m, lebar 1 m dan tinggi 1 m,
keringkan selama 3 – 5 hari isi air setinggi 30 – 35 cm, masukan pelindung
berupa potongan pipa paralon berdiameter 4 inchi dengan panjang 15 – 20 cm,
tangkap larva dari akuarium perontokan, masukan ke dalam baskom, hitung
jumlahnya, tebar 350 ekor larva/m2, beri 100 gram tepung pelet/1.000 ekoer
larva, lakukan panen sebulan kemudian.

H. Pembesaran

Pembesaran lobster air tawar dilakukan di kolam tanah caranya : siapkan sebuah
kolam ukuran sesuai yang di inginkan perbaiki seluruh bagiannya lalu tebarkan
kotoran ayam atau puyuh secukupnya, isi air setinggi 40 – 60 cm dan rendam
selama 5 hari, masukan benih hasil seleksi beri pakan 3 persen setiap hari 3 kg
di awal pemeliharaan dan bertambah terus sesuai dengan berat ikan, alirkan air
secara kontinyu lakukan panen setelah 3 bulan.

I. Pakan

Untuk anakan yang baru menetas dapat diberikan makan cacing sutra, cacing
beku, kutu air beku, pellet yang halus dll. Pada umumnya apapun makan dapat
dimakan oleh lobster air tawar karna di habitat asalnya apapun yang ada
diperairan akan dimakannya karna lobster air tawar memang tidak susah seperti
jenis perudangan lainnya atau pun perikanan lainnya. Untuk makanan yang
mengandung protein segar jauh lebih cepat pertumbuhannya di banding sayur-
sayuran atau pellet lobster. Cacing termasuk jenis protein segar yang dapat
ditemui dan tidak repot untuk mencarinnya dan dari segi harga pun tidak terlalu
mahal untuk anakan lobster yang berukuran 5 inci dengan jumlah telur kurang
lebih 400 butir dapat dapat menghabiskan sekitar 2 liter cacing sutra dengan
harga Rp 10.000 per liter untuk makan perbulan dengan waktu 2 – 3 bulan dapat
mengahasilkan bibit ukuran 2 inci Up.

Untuk bibit lobster air tawar berukuran 2 inci masuk pembesaran untuk
pembesaran lobster konsumsi dengan pembesaran 5 – 6 bulan pada perinsipnya
sama bisa kita berikan apa saja pakan yang berprotein segar pun sangat
bervareasi mulai dari cacahan ikan sampai empla usus, jeroan dan keong mas.
Tetapi keong mas ternya memiliki kandungan protein yang sangat lengkap dan
gizi yang banyak dan mudah dicari atau dikembangbiakan. Pembesaran dapat
menekan biaya untuk pakan sampai menjadi 0 % ini terbukti sangat ampuh.
Budidaya apapun biaya paling besar yaitu penyediyaan pakan kalau biaya pakan
bisa ditekan sampai 0 % dana investasi bisa digunakan untuk penunjang lainnya.
Tanpa mengurangi dari kelezatan lobster itu sendiri. Suatu proses lobster bisa
tumbuh sehat dan bongsor adalah tersedianya air yang cukup, oksigen terlarut
yang cukup agar bisa merubah zat-zat makan menjadi daging dan pakan yang
berprotein segar maka lobster akan tumbuh cepat dan dapat mempersingkat
waktu pemanenan.
BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan

Lobster ternyata tidak hanya ditemukan di perairan laut, tetapi juga di


perairan tawar. Bahkan, lobster air tawar dapat dibudidayakan di luar habitat
aslinya. Udang dengan ukuran “raksasa” ini ternyata disukai konsumen, baik di
luar dalam maupun di luar negeri. Lobster air tawar memiliki cita rasa lebih gurih
dibandingkan dengan lobster air laut. Tidak hanya itu, lobster air tawar memiliki
kandungan lemak, kolesterol, dan garam yang rendah sehingga aman
dikonsumsi oleh semua kalangan. Lobster air tawar juga bisa dijadikan sebagai
udang hias. Bentuk dan warna tubuh yang khas membuatnya layak mengisi
akuarium. Kondisi tersebut menggambarkan betapa prospek budidaya lobster air
tawar terbuka lebar.

B. Saran

Lobser air tawar sangat bermanfaat bagi masyarakat yang


membudidayakan karena sebagai sarana untuk memajukan perekonomian
hidup. Selain itu, budidaya Lobster air tawar juga untuk menjaga kelestarian
hidup Lobster air tawar.

Anda mungkin juga menyukai